3
A. Hubungan antara kecerdasan dengan pebedaan individu Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi (kecerdasan) seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi (kecerdasan) individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dalam belajar, masing- masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pengetahuan yang diberikan, sehingga dalam setiap individu juga terdapat perbedaan dalam hal kecerdasannya. Karena belajar itu sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang sehingga jika setiap individu memiliki daya tangkap yang berbeda maka kecerdasan yang diperoleh juga berbeda. Manusia yang sudah belajar terus namun belum juga memperoleh kecerdasan, itu berarti kualitas otak (tingkat kecerdasan) individu itu perlu dipertanyakan. Tingkat kecerdasan manusia itu dapat dibagi atas beberapa bagian : 1. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot. 2. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79 3. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89 4. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109 5. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang anatara IQ 110—IQ 119 6. Kelompok kecerdasan superior merentang anatara IQ 120—IQ 139 7. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169

Hubungan Antara Kecerdasan Dengan Pebedaan Individu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan Antara Kecerdasan Dengan Pebedaan Individu

Citation preview

A. Hubungan antara kecerdasan dengan pebedaan individuKecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi (kecerdasan) seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi (kecerdasan) individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dalam belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pengetahuan yang diberikan, sehingga dalam setiap individu juga terdapat perbedaan dalam hal kecerdasannya. Karena belajar itu sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang sehingga jika setiap individu memiliki daya tangkap yang berbeda maka kecerdasan yang diperoleh juga berbeda.Manusia yang sudah belajar terus namun belum juga memperoleh kecerdasan, itu berarti kualitas otak (tingkat kecerdasan) individu itu perlu dipertanyakan. Tingkat kecerdasan manusia itu dapat dibagi atas beberapa bagian :1. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.2. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70IQ 793. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80IQ 894. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90IQ 1095. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang anatara IQ 110IQ 1196. Kelompok kecerdasan superior merentang anatara IQ 120IQ 1397. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140IQ 169Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa. Jadi, belajar dan kecerdasan itu memiliki hubungan yang sangat dekat yakni untuk memperoleh kecerdasan manusia perlu belajar dan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, manusia juga perlu mengetahui tingkat kecerdasannya.B. Hubungan antara Kecerdasan dengan KelompokProses pembentukan konsep diri remaja apabila dipandang dari sudut pandang kecerdasan emosional remaja adalah ketika seorang remaja mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Goleman (2012) menyebutkan bahwa kemampuan dalam membina hubungan baik dengan orang lain ini merupakan sebuah keterampilan yang berguna untuk menunjang eksistensi pribadi, popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Sebagai dasar dari terjalinnya sebuah hubungan yang baik dengan orang lain adalah kemampuan dan keterampilan dalam menjalin komunikasi. Masih menurut Goleman (2012), orang-orang dapat menjadi popular dalam lingkungannya dan akan menjadi teman yang menyenangkan ketika mereka mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Salovey (2002) bahkan mengemukakan pendapatnya bahwa sejauh mana kepribadian siswa berkembang dapat dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri remaja sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan tingginya sumbangan efektif parsial yang diberikan oleh variabel kecerdasan emosional terhadap konsep diri remaja sebesar 39,6%. Ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam terciptanya kematangan konsep diri yang sedang dibentuk di usianya, dimana konsep diri yang dimaksud disini adalah konsep diri yang positif. Ditolaknya hipotesa kedua yang berbunyi ada korelasi positif antara konformitas kelompok teman sebaya dengan konsep diri remaja menunjukkan bahwa konformitas kelompok teman sebaya justru kurang memberikan andil terhadap pembentukan psikologis remaja khususnya dalam hal pembentukan konsep diri. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan ditolaknya hipotesa kedua ini.C. Hubungan antara Kecerdasan dengan KomunikasiHasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwakecerdasan emosional (EQ) seorang seseorang akan mempengaruhi kemampuan komunikasi terapeutiknya. Keterampilan komunikasi ini sangat diperlukan untuk membina hubungan terapeutik antara seseorang dan orang lain. Sedangkan kemampuan membina hubungan sendiri adalah salah satu komponen kecerdasan emosional (EQ) yang sangat dipengaruhi oleh empat komponen EQ lainnya.Dalam berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat mengenali dirinya sendiri, yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri, serta nilai yang dianut.Sedangkan di dalam kecerdasan emosional ada komponen-komponen yang serupa, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, dan memotivasi diri sendiri.

sumbera. http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/137/3b. http://mooza-alkaz.blogspot.com/2012/03/makalah-tingkat-kecerdasan-individu.htmlc. http://www.stikeshafshawaty.com/index.php/jurnal-s1-keperawatan/49-hubungan-antara-tingkat-kecerdasan-emosional-emotional-quotient-dan-kemampuan-komunikasi-terapeutik-mahasiswa-perawat-yang-sedang-praktik-keperawatan-jiwa-di-rumah-sakit-jiwa-dr-radjiman-wediodiningrat-lawang