22
1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa Widdatul Ummah Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] Abstract: The purpose of this study was to determine (1) level of student peer attachment, (2) level of student self-control, (3) is there a correlation between peer attachment and self-control of high school students. This study uses a correlational descriptive approach. The study population amounted to 63 students, Subjects retrieval was done using total sample techniques by taking all students of class XI. There are two data collection instruments used, namely (a) the peer attachment scale with 40 valid items And has a 0,855 value of reliability and (b) self control scale with 47 valid items And has a 0,879 value of reliability. There are two data analysis techniques used, namely descriptive analysis and product moment correlation. The results showed that (1) the level of peer attachment students is in the high category, (2) the level of self-control of students is in the high category, (3) there is a positive correlation between peer attachment and student self- control. On the results of the analysis of the product moment correlation shows value = 0.552 with p = 0.000 <0.05 then H0 is rejected and H1 is accepted. This means that there is a significant positive relationship between peer attachment and self-control. The suggestions that can be given are for (a) students can be more directing peer attachments towards the positive side, increased peer attachments are expected to improve self-control so that students are able to consider and control actions well, (b) the school guides students to better enhance their social interaction, and help students improving self-control by approaching personally to students who experience problems, (c) further researchers are advised to use other variables that affect self-control both internal factors such as age, emotions, and external factors such as family environment, parenting, and so forth . Keywords: peer attachment, self control. Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) tingkat peer attachment siswa, (2) tingkat kontrol diri siswa, (3) adakah korelasi antara peer attachment dengan kontrol diri siswa SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelasional. Populasi penelitian berjumlah 63 siswa, pengambilan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik sampel total dengan mengambil seluruh siswa kelas XI. Terdapat dua instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu (a) skala peer attachment dengan 40 aitem valid memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,855 dan (b) skala kontrol diri dengan 47 aitem valid memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,879. Ada dua teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat peer attachment siswa berada dalam kategori tinggi, (2) tingkat kontrol diri siswa berada dalam kategori tinggi, (3) ada korelasi positif antara peer attachment dengan kontrol diri siswa SMA. Pada hasil analisis uji korelasi product moment menunjukkan nilai = 0,552 dengan p = 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya ada hubungan positif yang signifikan antara peer attachment dengan kontrol diri. Saran yang diberikan untuk (a) siswa lebih mengarahkan peer attachment kearah positif, peningkatan peer attachment diharapkan mampu meningkatkan kontrol diri sehingga siswa mampu mempertimbangkan dan mengendalikan tindakan secara baik, (b) pihak sekolah membimbing siswa agar lebih meningkatkan interaksi sosialnya dengan baik, dan membantu siswa dalam meningkatkan kontrol diri dengan melakukan pendekatan secara personal pada siswa yang mengalami permasalahan, (c) peneliti selanjutnya disarankan menggunakan variabel lainnya yang mempengaruhi kontrol diri baik faktor internal seperti usia, emosi, maupun faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, pola asuh, dan lain sebagainya. Kata Kunci: peer attachment, kontrol diri.

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

1

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI

SISWA SMA

Arin Shifa Widdatul Ummah

Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang

Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study was to determine (1) level of student peer attachment, (2)

level of student self-control, (3) is there a correlation between peer attachment and self-control of

high school students. This study uses a correlational descriptive approach. The study population

amounted to 63 students, Subjects retrieval was done using total sample techniques by taking all

students of class XI. There are two data collection instruments used, namely (a) the peer

attachment scale with 40 valid items And has a 0,855 value of reliability and (b) self control scale

with 47 valid items And has a 0,879 value of reliability. There are two data analysis techniques

used, namely descriptive analysis and product moment correlation. The results showed that (1) the

level of peer attachment students is in the high category, (2) the level of self-control of students is

in the high category, (3) there is a positive correlation between peer attachment and student self-

control. On the results of the analysis of the product moment correlation shows value = 0.552

with p = 0.000 <0.05 then H0 is rejected and H1 is accepted. This means that there is a significant

positive relationship between peer attachment and self-control. The suggestions that can be given

are for (a) students can be more directing peer attachments towards the positive side, increased

peer attachments are expected to improve self-control so that students are able to consider and

control actions well, (b) the school guides students to better enhance their social interaction, and

help students improving self-control by approaching personally to students who experience

problems, (c) further researchers are advised to use other variables that affect self-control both

internal factors such as age, emotions, and external factors such as family environment, parenting,

and so forth .

Keywords: peer attachment, self control.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) tingkat peer attachment siswa, (2) tingkat

kontrol diri siswa, (3) adakah korelasi antara peer attachment dengan kontrol diri siswa SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelasional. Populasi penelitian berjumlah 63

siswa, pengambilan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik sampel total dengan mengambil

seluruh siswa kelas XI. Terdapat dua instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu (a) skala

peer attachment dengan 40 aitem valid memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,855 dan (b) skala

kontrol diri dengan 47 aitem valid memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,879. Ada dua teknik analisis

data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan korelasi product moment. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) tingkat peer attachment siswa berada dalam kategori tinggi, (2) tingkat

kontrol diri siswa berada dalam kategori tinggi, (3) ada korelasi positif antara peer attachment

dengan kontrol diri siswa SMA. Pada hasil analisis uji korelasi product moment menunjukkan nilai

= 0,552 dengan p = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada hubungan

positif yang signifikan antara peer attachment dengan kontrol diri. Saran yang diberikan untuk (a)

siswa lebih mengarahkan peer attachment kearah positif, peningkatan peer attachment diharapkan

mampu meningkatkan kontrol diri sehingga siswa mampu mempertimbangkan dan mengendalikan

tindakan secara baik, (b) pihak sekolah membimbing siswa agar lebih meningkatkan interaksi

sosialnya dengan baik, dan membantu siswa dalam meningkatkan kontrol diri dengan melakukan

pendekatan secara personal pada siswa yang mengalami permasalahan, (c) peneliti selanjutnya

disarankan menggunakan variabel lainnya yang mempengaruhi kontrol diri baik faktor internal

seperti usia, emosi, maupun faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, pola asuh, dan lain

sebagainya.

Kata Kunci: peer attachment, kontrol diri.

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

2

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Rentang usia remaja menurut Santrock (2012) di mulai pada sekitar usia 10

hingga 12 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 hingga 22 tahun. Pada usia

remaja yang masih labil banyak ketidakseimbangan terjadi, remaja berusaha

memahami diri sendiri dan pencarian jati diri yang di harapkan agar mampu

mengontrol diri. Kontrol diri digunakan untuk pertimbangan dalam berperilaku

terutama dalam mengambil keputusan sehari-hari. Kontrol diri merupakan satu

potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses

dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di

lingkungan yang berada di sekitarnya. (Hurriyati, 2017). Ghufron (2014) kontrol

diri adalah kemampuan individu dalam menyusun, membimbing, mengatur dan

mengarahkan bentuk perilaku menuju kearah konsekuensi yang positif.

Kontrol diri menurut Averill (dalam Ghufron, 2014) memiliki beberapa aspek

didalamnya yaitu: kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan mengontrol keputusan.

Aspek kontrol perilaku merupakan upaya seseorang dalam mengungkapkan atau

menunjukkan perasaan kepada orang lain secara wajar. Kontrol perilaku

mengarah pada kesiapan dalam merespon secara langsung untuk mengendalikan

keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku terbagi

menjadi dua komponan, yaitu mengatur pelaksanaan dan kemampuan

memodifikasi stimulus (Ghufron, 2014). Aspek kontrol kognitif merupakan

kemampuan seseorang dalam berpikir secara logis untuk mengatur keinginannya

dan dapat menerima pendapat orang lain. Kontrol kognitif berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan

cara menginterpretasi, menilai, atau mengaitkan suatu kejadian melalui proses

kognitif untuk mengurangi tekanan. Ghufron (2014) menyebutkan dua komponen

kontrol perilaku yaitu, memperoleh informasi dan melakukan penilaian. Aspek

kontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang dalam mengambil suatu

tindakan atau sikap berdasarkan sesuatu yang diyakini. Mengontrol keputusan

berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengambil tindakan atas masalah

yang dihadapi secara tepat dan mengambil tindakan berdasarkan pertimbangan

matang. Ghufron (2014) menyebutkan dua komponen kontrol perilaku yaitu,

memperoleh informasi dan melakukan penilaian. Individu yang memiliki kontrol

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

3

diri yang baik maka (1) akan mempertimbangkan perilakunya, mengatur pola

pikir yang akan di ambil, (2) dapat mengubah perilaku untuk menyesuaikan aturan

dan norma yang berlaku dimana ia berada, (3) menjadi pribadi yang efektif,

dengan mampu menerima diri sendiri, (4) minimnya melakukan kenakalan

remaja, (5) lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dan (6) dapat diterima

lingkungan sosialnya. Dari pendapat Aroma & Suminar (2012) bahwa remaja

yang memiliki kontrol diri yang baik maka akan mampu menahan kebutuhan

kesenangan sesaat dan mampu berpikir logis bahwa perbuatannya yang

menyimpang akan menimbulkan risiko bagi dirinya. Sebaliknya bagi individu

kontrol diri rendah maka: (1) akan kesulitan dalam mengarahkan dan

mengendalikan perilakunya, (2) Kurang bisa menerima diri sendiri, (3) kesulitan

dalam menyelesaikan masalah, (4) mengalami kesulitan dalam berinteraksi

dengan lingkungannya, dan (5) tidak mampu berpikir logis mengenai

perbuatannya. Widodo (2013) juga menyampaikan individu yang kurang mampu

mengontrol diri akan cenderung untuk bertingkah laku negatif atau cenderung

menunjukan gejala perilaku yang melanggar/menyimpang.

Hurlock (2000) Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman

sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga. Bagi remaja, lingkungan teman memiliki peran

penting mempengaruhi perilaku individu. Faktor teman, orang tua dan juga

lingkungan dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kontrol diri menurut Marpaung (2016) terdapat 2 faktor yaitu: (1)

Faktor Internal Merupakan faktor yang mempengaruhi kontrol diri seseorang

adalah faktor usia dan kematangan. Semakin bertambahnya usia maka akan

semakin baik kontrol dirinya. Individu yang matang secara psikologis juga akan

mampu mengontrol perilakunya karena telah mampu mempertimbangkan mana

hal yang baik dan yang tidak baik bagi dirinya. (2) Faktor Eksternal, Meliputi

faktor yang datang dari luar diri seseorang seperti lingkungan keluarga atau teman

disekitarnya. Menurut Marpaung dalam penelitiannya, dampak yang akan

ditimbulkan dari kurangnya kontrol diri siswa adalah: emosi yang meledak-ledak,

kurang mampu mengendalikan diri, kurang menempatkan diri dalam kegiatan belajar

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

4

maupun bermain. Di lingkungan sekolah tentulah banyak sekali permasalahan yang

akan terjadi diantaranya teman yang tidak menyukai jika berkelakuan seperti yang

tidak diharapkan oleh orang-orang di sekitar.

Kontrol diri dapat pula berupa tanggung jawab yang paling besar ketika

seseorang berada dalam lingkungan sekolah agar mampu mengendalikan suasana

hati karena suasana hati bisa sangat berkuasa atas pikiran, ingatan dan wawasan

(Marpaung, 2016). Lingkungan sekolah merupakan tempat siswa menghabiskan

banyak waktu setiap harinya bersama guru dan teman. Pada masa remaja, figur

attachment banyak memainkan peran penting adalah teman sebaya (peer) dan

orang tua (Santrock, 2003). Kelekatan dengan teman sebaya di dapat dari

komunikasi yang intens, kepercayaan, dan peneriman yang di rasakan. Menurut

Armsden & Greenberg (dalam Barrocus, 2009) menjelaskan terdapat tiga aspek

dalam peer attachment yaitu: komunikasi, kepercayaan, dan keterasingan. Aspek

komunikasi ditunjukkan dengan ungkapan perasaan, meminta pendapat teman

sebaya dan teman sebaya berbalik membantu individu untuk memahami diri

sendiri, komunikasi yang baik akan membuat ikatan emosional antara remaja dan

teman sebaya semakin kuat. Aspek kepercayaan berhubungan dengan perasaan

aman dan yakin bahwa orang lain akan sensitif dan responsif dalam memenuhi

kebutuhan atau membantu individu dengan penuh kepedulian, sehingga

kepercayaan muncul ketika suatu hubungan terjalin dengan kuat. Aspek

keterasingan ketika seseorang merasa atau menyadari ketidakhadiran figur, maka

akan berakibat pada buruknya attachment yang dimiliki. Kelekatan dengan teman

sebaya (peer attachment) dapat menjadi sumber keamanan psikologis (Armsden

& Greenberg, 2007).

Kelekatan dengan teman sebaya (peer attachment) merupakan suatu

hubungan seorang individu saat remaja dengan teman sebayanya yang dapat

menjadi sumber keamanan psikologis bagi diri individu tersebut (Noviana &

Sakti, 2015). Remaja cenderung mencari kedekatan dan kenyamanan dalam

bentuk saran atau nasihat kepada teman sebayanya ketika mereka merasa

membutuhkannya (Barrocas, 2009). Remaja yang memiliki persahabatan atau

kelekatan dengan temannya (peer attachment) tinggi maka: (1) mampu

mengungkapkan perasaan, (2) remaja tidak mudah stres karena mampu

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

5

mengkomunikasikan hal-hal yang negatif yang dirasakan dengan terbuka, seperti

diluapkan dengan bermain bersama teman ataupun bercerita pada teman apa yang

dirasakan, (3) tidak merasa kesepian. Buhrmester dalam Papalia (2014) juga

menyampaikan remaja yang memiliki kelekatan dengan teman sebaya akan jauh

lebih baik dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Kualitas peer

attachment yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya prestasi akademik,

harga diri, pola pikir, perilaku dan kesejahteraannya (Wardhani, 2017).

Kusdiyati, Halimah, & Faisaluddin (2011) mengatakan bahwa teman sebaya

dapat menggeser pengaruh-pengaruh positif yang didapat remaja dari orangtua

dan guru dengan pengaruh negatif sehingga dapat membentuk sikap anti sosial,

namun teman sebaya juga dapat memberikan pengaruh yang positif dan sehat bagi

remaja sehingga memunculkan perilaku yang adaptif dibandingkan perilaku

maladaptive. Sedangkan remaja yang tidak mempunyai kelekatan dengan teman

sebaya maka: (1) akan memisahkan diri dari lingkungan, (2) lebih sering

menyendiri (3) selalu berfikir negatif. Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock,

2003), menyebutkan attachment style terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu

secure attachment dan insecure attachment, individu yang mendapatkan secure

attachment adalah percaya diri, optimis, serta mampu membina hubungan dekat

dengan orang lain, sedangkan individu yang mendapatkan insecure attachment

adalah menarik diri, tidak nyaman dalam sebuah kedekatan, memiliki emosi yang

berlebihan, dan sebisa mungkin mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.

Desmita (dalam Monks & Knoers 2004) pengaruh buruk peer attachment pada

remaja yang merasa ditolak oleh sebayanya akan memunculkan rasa permusuhan

dan kesepian. Rasa kesepian yang berlebihan dapat memunculkan keinginan dan

usaha-usaha untuk bunuh diri dan melakukan hal-hal yang negatif. Selain itu

Desmita (2009) menambahkan bahwa penolakan oleh figur lekatnya dapat

menimbulkan masalah-masalah kejahatan dan berhubungan dengan kesehatan

mental. Remaja yang memiliki kelekatan dengan teman sebaya tidak akan mudah

stres karena mereka mampu mengkomunikasikan hal-hal negatif yang dirasakan

secara tebuka (Rasyid, 2012). Selain itu remaja yang menjalin kelekatan dengan

teman sebaya akan merasakan adanya dukungan sosial dan merasa tidak kesepian.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

6

Gambaran kontrol diri siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan dapat

dilihat dari seringnya siswa melanggaran peraturan sekolah, siswa tidak jera

ketika mendapat sanksi dari sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

dengan guru BK dan beberapa siswa pada 21 februari dan 2 agustus 2018. Guru

BK memberi pernyataan (a) siswa-siswa sering telat, (b) siswa sering membolos,

(c) siswa ramai ketika guru mengajar, (d) beberapa siswa merokok di toilet. Siswa

tidak memikirkan konsekuensi yang didapat jika melakukan tindakan tersebut.

Ketika ada siswa yang melanggar peraturan tersebut pihak sekolah akan

memberikan teguran dan hukuman yang sesuai. Sedangkan dari wawancara

beberapa siswa, (a) siswa menyadari bahwa belum bisa mengendalikan diri ketika

melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. (b) Siswa

kurang mampu mengendalikan perilaku kearah yang positif. (c) Ketika ada

beberapa siswa lain melanggar peraturan sekolah bersama-sama dan diberi

hukuman, siswa tersebut tidak takut dan jera. (d) Siswa merasa tidak sendirian

ketika di hukum, karena bersama-sama dengan teman yang melakukan

pelanggaran. Sebagai contoh ketika ada siswa yang berangkat sekolah bersama

dengan teman, mereka sering terlambat ketika sampai di sekolah, sedangkan jika

siswa tersebut berangkat sekolah sendirian ia tidak terlambat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, mendorong peneliti untuk

meneliti lebih lanjut mengenai peer attachment dan bagaimana kaitannya dengan

kontrol diri siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat

peer attachment siswa SMA, (2) tingkat kontrol diri siswa SMA, serta (3) melihat

apakah ada hubungan antara peer attachment dengan kontrol diri siswa SMA.

METODE

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya

Lamongan tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 63 siswa, yang terdiri dari 3

kelas. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah (1) Remaja berusia 15-17

tahun, (2) terdaftar sebagai siswa kelas XI-IPA 1, XI-IPA 2, dan XI-IPS di SMA 1

Simanjaya Lamongan, (3) berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, (4)

bukan anak berkebutuhan khusus, (5) masuk tahap operasional formal Piaget.

Sampel penelitian menggunakan teknik total sampling.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

7

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

deskriptif korelasional. Analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan

secara umum hasil penelitian. Pendeskripsian dilakukan dengan mengkonversikan

skor subjek ke dalam skor z berdasarkan rata-rata hipotetik, rata-rata empirik, dan

nilai standart deviasi empirik. Analisis korelasional menggunakan teknik product

moment, digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel-

variabel dalam penelitian. Apabila ada, seberapa besar derajat hubungannya.

Dalam penelitian ini pendekatan deskriptif kuantitatif digunakan untuk

menjelaskan (a) peer attachment siswa SMA dan untuk menjelaskan (b) kontrol

diri siswa SMA. Sedangkan korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan

peer attachment dengan kontrol diri siswa SMA.

Pengumpulan data yang digunakan dua instrumen penelitian diantaranya: 1)

Skala peer attachment yang mengacu pada aspek-aspek peer attachment menurut

Armsden dan Greenberg (dalam Barrocus, 2009) yaitu (a) komunikasi, (b)

kepercayaan, (c) keterasingan. Skala peer attachment memiliki 40 aitem valid

dengan nilai reliabilitas sebesar 0,855. 2) skala kontrol diri yang mengacu pada

aspek-aspek kontrol diri menurut Averill (dalam Ghufron, 2014) yaitu (a) kontrol

perilaku, (b) kontrol kognitif, (c) mengontrol keputusan. Skala kontrol diri

memiliki 47 aitem valid dengan nilai reliabilitas sebesar 0,879.

Kriteria skor yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan model skala

likert untuk pernyataan favorable yaitu skor 4 jika jawaban sangat sesuai (SS), 3

jika jawaban sesuai (S), 2 jika jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 jika jawaban

sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan untuk pernyataan unfavorable yaitu

sebaliknya, skor 1 jika jawaban sangat sesuai (SS), 2 jika jawaban sesuai(S), 3

jika jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 jika jawaban sangat tidak sesuai (STS).

Tahap pertama pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mengadakan

perizinan. Tahap kedua penyusunan instrumen penelitian yang dimulai dengan

penelaahan teori dan definisi yang tepat, membuat definisi operasional dan

menentukan aspek-aspek dari variabel yang akan diteliti, lalu membuat blueprint

untuk menyusun aitem-aitem dalam skala peer attachment dan skala kontrol diri.

Tahap ketiga melakukan pra uji coba dan uji coba instrumen penelitian untuk

menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah validitas dan reliabilitas

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

8

instrumen diketahui, instrumen penelitian disusun kembali untuk disebarkan pada

subjek penelitian. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian di SMA 1

Simanjaya Lamongan pada tanggal 23 Juli 2018. Peneliti terlebih dahulu

menentukan seluruh kelas XI yaitu kelas XI-IPA 1, kelas XI-IPA 2, dan kelas XI-

IPS yang menjadi subjek penelitian karena jumlah subjek kurang dari 100 yaitu 63

siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala oleh siswa yang

bersangkutan pada jam pelajaran. Tahap terakhir mengumpulkan kembali

instrumen yang telah diisi untuk kemudian dianalisis.

Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Untuk mendeskripsikan

variabel skor skala peer attachment dan skor skala kontrol diri dalam penelitian

ini dengan menggunakan rumus skor Z, dengan kategorisasi tinggi dan rendah. Uji

asumsi pada penelitian ini ialah uji normalitas dan uji linieritas. (1) Uji normalitas

untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data penelitian, dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. (2) Uji linieritas untuk mengetahui

apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak, dengan

menggunakan Test for Linearity. Sedangkan Uji Hipotesis untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel X yaitu peer attachment dengan variabel Y

yaitu kontrol diri, menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dengan rumus

korelasi Product Moment dari Pearson.

HASIL

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan dua instrumen yaitu skala peer

attachment dan skala kontrol diri. Uji coba yang di lakukan di SMA 1 Simanjaya

Lamongan dengan hasil uji validitas yang diperoleh peneliti yaitu: a) skala peer

attachment dari 60 aitem terdapat 40 aitem yang valid dan 20 aitem yang tidak

valid (gugur). b) skala kontrol diri dari 60 aitem terdapat 47 aitem yang valid dan

13 aitem yang tidak valid (gugur). Hasil uji reliabilitas skala peer attachment dan

skala kontrol diri adalah sebagai berikut: a) skala peer attachment dari 60 aitem

ada 40 aitem reliable dengan koefisien reliabilitas 0,855. b) skala kontrol diri dari

60 aitem ada 47 aitem yang reliabel dengan koefisien reliabilitas 0,879.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

9

2. Hasil Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian mengenai variabel peer attachment dan variabel

kontrol diri pada siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan dilakukan dengan

perhitungan statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif

No Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

1 Peer Attachment 104 149 123,87 11,324 40 160 100 20

2 Kontrol Diri 103 173 140,40 15,528 47 188 117,5 23,5

Berdasarkan tabel 1 hasil perhitungan statistik deskriptif dipeloreh informasi

bahwa pada variabel peer attachment rata-rata empirik subjek yaitu 123,87

dengan rata-rata hipotetik yaitu 100. Pada variabel kontrol diri rata-rata empirik

subjek yaitu 140,40 dengan rata-rata hipotetik 117,5. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa secara umum peer attachment dan kontrol diri siswa cukup baik karena

rata-rata yang dihasilkan berada di atas rata-rata yang diharapkan.

Data hasil penelitian pada variabel peer attachment dan kontrol diri

dikategorisasikan menggunakan perhitungan statistik dengan rumus skor Z.

Berikut rumus untuk mencari skor Z.

Keterangan :

X = Mean skor hipotetik

M = Mean skor kelompok

SD = Deviasi Standar skor kelompok

Tabel 2 Deskripsi Peer Attachment dan Kontrol Diri

Peer Attachment

Kontrol Diri

Kategori Jumlah % Kategori Jumlah %

Tinggi 33 51,74% Tinggi 36 57,08%

Rendah 30 48,26% Rendah 27 42,92%

SD

MXz

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

10

Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi bahwa: (1) Siswa yang memiliki peer

attachment tinggi sebanyak 33 dengan persentase 51,74% dan siswa yang

memiliki peer attachment rendah sebanyak 30 dengan persentase 48,26%. (2)

Siswa yang memiliki kontrol diri tinggi sebanyak 36 dengan persentase 57,08%

dan siswa yang memiliki kontrol diri rendah sebanyak 27 dengan persentase

42,92%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA

1 Simanjaya Lamongan memiliki tingkat peer attachment dan kontrol diri yang

berada pada kategori tinggi.

3. Hasil Uji Asumsi dan Uji Hipotesis

Uji asumsi yang digunakan yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Uji

normalitas untuk mengetahui data hasil pengukuran dalam penelitian berdistribusi

normal atau tidak. Adapun hasil dari uji normalitas dengan menggunakan teknik

One Sample Kolmogorof-Amirnov Test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Variabel Statistik Signifikansi (p) Keterangan Kesimpulan

Peer Attachment 0,105 0,079 P > 0.05 Normal

Kontrol Diri 0,070 0,200 P > 0.05 Normal

Berdasarkan tabel 3 hasil uji normalitas menunjukkan (a) Data variabel peer

attachment dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat

dari signifikansi Kolmogorov Smirnov variabel peer attachment sebesar 0,079

(p>0,05). (b) Data variabel kontrol diri dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Hal tersebut dapat dilihat dari signifikansi Kolmogorov Smirnov variabel kontrol

diri sebesar 0,200 (p>0,05).

Langkah selanjutnya yaitu uji linieritas untuk mengetahui hubungan linier atau

tidak dari variabel peer attachment dan kontrol diri. Adapun hasil uji linieritas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4 Hasil Uji Linieritas

Variabel F Signifikansi (p) Kesimpulan

Hubungan Peer Attachment

dengan Kontrol Diri 1,554 0,117 Linier

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

11

Berdasarkan tabel 4 diatas hasil uji linieritas variabel peer attachment dengan

variabel kontrol diri menghasilkan Deviation from Linearity sebesar 0,117 (p >

0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bersifat linier antara variabel

peer attachment dengan kontrol diri pada siswa.

Langkah terakhir yaitu korelasional untuk menentukan ada atau tidak adanya

hubungan antara variabel peer attachment dengan variabel kontrol diri dengan

menggunakan teknik Product Moment. Adapun hasil uji korelasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis

Variabel X Variabel Y

Korelasi

(rxy)

Signifikansi

(p) Keterangan Kesimpulan

Peer attachment Kontrol Diri 0,552 0,000 P < 0,05 Hipotesis

diterima

Berdasarkan tabel 5 hasil uji hipotesis diperoleh informasi bahwa koefisien p

0,000 < 0,05 (signifikan), berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi

antara variabel peer attachment dan variabel kontrol diri sebesar = 0,552.

Dapat disimpulkan dari uji hipotesis ini bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara peer attachment dengan kontrol diri siswa. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi peer attachment maka akan semakin tinggi pula kontrol diri.

PEMBAHASAN

Gambaran Peer Attachment Siswa Kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif peer attachment siswa kelas XI SMA 1

Simanjaya Lamongan menunjukkan bahwa sebanyak 33 siswa dengan persentase

51,74% memiliki peer attachment yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan yang memiliki peer

attachment. Siswa yang memiliki peer attachment yang baik akan lebih mudah

menerima diri sendiri dan menyesuaikan diri. Hal ini sejalan dengan penelitian

Noviana (2015) bahwa peer attachment memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar melakukan perilaku sosial yang didapatkan ketika berinteraksi sosial

dengan teman-teman sebayanya dilingkungan sekolah, dan hal ini akan

berpengaruh terhadap terbentuknya penerimaan diri pada siswa.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

12

Penelitian yang lain dari Rasyid (2012) remaja yang memiliki peer attachment

yang baik akan mampu mengkomunikasikan secara terbuka mengenai emosi

negatif yang ia rasakan. Siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan yang

memiliki peer attachment yang baik mampu membangun relasi yang baik dengan

teman, mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan yang dirasakan sebagai

bentuk rasa kepercayaan terhadap teman. Disekolah teman sebaya menjadi satu-

satunya tempat bagi remaja dalam mencurahkan pikiran dan perasaannya.

Karakteristik perkembangan sosial remaja yang beralih dari orangtua ke teman

sebaya semakin menguatkan asumsi bahwa teman sebaya memberi pengaruh

yangbesar pada penyesuaian sosial remaja dibanding faktor yang lain (Monks &

Knoers, 2004). Kualitas peer attachment yang tinggi akan berdampak pada

meningkatnya prestasi akademik, harga diri, pola pikir, perilaku dan

kesejahteraannya (Wardhani, 2017).

Penelitian dilapangan menunjukkan bahwa siswa yang memiliki peer

attachment dapat dilihat dari seringnya siswa melakukan aktifitas-aktifitas diluar

rumah dengan teman, terutama dilingkungan sekolah. Berdasarkan pengalaman

peneliti ketika bersekolah di SMA 1 Simanjaya Lamongan ketika berangkat

sekolah bersama-sama teman, terlambat sekolah karena menunggu teman, ketika

pergi ke kantin dan mengerjakan tugas sekolah bersama dengan teman. Hal ini

menunjukkan peer attachment melekat pada diri remaja sebagai bentuk

perkembangan sosial remaja. Remaja lebih banyak tergantung pada kawan-kawan

daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka atas kebersamaan,

ketentraman hati, dan intimasi (Santrock, 2012).

Sebanyak 30 siswa dengan persentase 48,26% siswa yang memiliki peer

attachment rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa di kelas XI SMA 1 Simanjaya

Lamongan terdapat siswa yang memiliki peer attachment rendah. Siswa yang

memiliki peer attachment rendah tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Kurang mampu menyesuaikan diri di sekolah sehingga siswa kurang bisa

memberikan timbal balik ketika berinteraksi dengan teman, guru dan lingkungan

sekolah. Peer attachment yang rendah membuat siswa lebih suka menyendiri dan

kurang adanya kepercayaan terhadap teman sehingga melakukan banyak kegiatan

secara sendiri selama hal itu tidak membutuhkan bantuan. Penelitian lain dari

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

13

Kartika (2016) menyampaikan bahwa ketidakmampuan individu dalam

melakukan penyesuaian sosial membuat individu memandang negatif dunia di

sekelilingnya, interaksi yang terjalin dengan teman sebaya kurang dekat dan

intens sehingga membuat hubungan dengan teman sebaya menjadi rendah.

Desmita (dalam Monks & Knoers 2004) pengaruh buruk peer attachment pada

remaja yang merasa ditolak oleh sebayanya akan memunculkan rasa permusuhan

dan kesepian. Rasa kesepian yang berlebihan dapat memunculkan keinginan dan

usaha-usaha untuk bunuh diri dan melakukan hal-hal yang negatif. Selain itu

Hasil analisis deskriptif ditemukan bahwa beberapa siswa yang memiliki peer

attachment rendah dapat juga dipengaruhi karena individu yang lebih suka

melakukan apapun secara sendirian, hanya ketika perlu meminta tolong pada

orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Muntamah (2016) bahwa peer

attachment rendah disebabkan karena lebih cenderung meraih pencapaian

individual, bukan berpusat pada hubungan dengan orang lain. Siswa kelas XI

SMA 1 Simanjaya Lamongan terlihat siswa yang memiliki peer attachment

rendah lebih suka menyendiri dan kurang aktif ketika dikelas. Siswa yang

mendapat penolakan dariteman cenderung merasa tidak betah berada di sekolah

atau di lingkungan pergaulannya.Seperti yang disampaikan oleh Desmita (2009)

bahwa penolakan oleh teman sebaya dapat menimbulkan masalah-masalah

kejahatan dan berhubungan dengan kesehatan mental.

Gambaran Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kontrol diri pada siswa kelas XI SMA 1

Simanjaya Lamongan menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu ada 36 siswa

dengan persentase 57,08% siswa yang memiliki kontrol diri tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan

mampu mengotrol diridalam melakukan berbagai aktifitas terutama saat di

sekolah. Siswa yang mampu mengontrol diri dengan baik akan lebih

mempertimbangkan atau memikirkan secara matang sebelum melakukan

tindakan, siswa juga akan mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

sedang di alaminya.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

14

Penelitian dilapangan menunjukkan siswa yang memiliki kontrol diri yang

tinggi akan mampu berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku disekolah,

mampu menjadi siswa yang aktif mengikuti kegiatan sekolah. Berdasarkan

pengalaman peneliti ketika bersekolah di SMA 1 Simanjaya, terdapat siswa-siswa

yang selalu tepat waktu menyelesaikan tugas yang diberikan guru, aktif mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler, namun terdapat juga siswa-siswa jika merasa bosan

dikelas siswa memilih keluar kelas, merokok di toilet, sering terlambat berangkat

sekolah, sering melanggar peraturan sekolah. Hal ini menunjukkan kontrol diri

yang baik penting bagi remaja untuk dapat bergaul dengan orang lain dan untuk

mencapai tujuan pribadi. Skinner menyatakan bahwa kontrol diri merupakan

tindakan diri dalam mengontrol variable-variabel luar yang menentukan tingkah

laku, dan tingkah laku dapat dikontrol melalui beberapa cara yaitu menghindar,

penjenuhan, stimuli yang tidak disukai, dan memperkuat diri (Alwisol, 2009).

Penelitian Marpaung (2016) mengatakan bahwa siswa dengan kontrol diri

tinggi akan mampu memberikan respon yang membangun, bisa membentuk

hubungan yang lebih positif dan mampu mengantisipasi masalah, dan mampu

menenangkan diri sendiri dan orang lain. Siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya yang

memiliki kontrol diri tinggi mampu mengontrol dorongan-dorongan yang tidak

baik semisal ketika ada teman yang merokok, individu bisa mengontrol untuk

tidak ikut merokok.Siswa juga dapat membangun hubungan yang baik dengan

guru dan siswa-siswa yang lainnya, dapat juga mengantisipasi masalah dan mudah

dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi atau yang terjadi

disekitarnya.

Sebanyak 27 siswa dengan persentase 42,92 % siswa memiliki kontrol diri

rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa di kelas XI SMA 1 Simanjaya Lamongan

masih ada siswa yang memiliki kontrol diri rendah.Siswa yang kontrol dirinya

rendah sulit dalam mengendalikan emosinya. Hal ini di kemukakan oleh

Marpaung (2016) bahwa dengan kontrol diri rendah akan mudah kehilangan

kendali, mudah frustasi, mudah meluapkan ekspresi emosi secara meledak-ledak,

dan tidak tahan terhadap tekanan. Sehingga perlu adanya pembenahan untuk

meningkatkan kontrol diri siswa agar siswa memiliki kontrol diri yang baik.

Temuan lain dari Runtukahu (2015) remaja yang memiliki kontrol diri rendah

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

15

tidak mampu melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk merokok dan secara

terus-menerus terjadi peningkatan jumlah rokok yang dihisap tiap hari, tanpa

dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan, baik terhadap

dirinya sendiri, ataupun orang-orang di sekitarnya.

Hasil analisis deskriptif juga ditemukan bahwa beberapa siswa yang

mempunyai kontrol diri rendah dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor dari

dalam dirinya sendiri, dan faktor eksternal yaitu faktor dari orangtua, teman, dan

lingkungan.Hal tersebut diperkuat oleh keterangan guru BK SMA 1 Simanjaya

Lamongan yang mengungkapkan bahwa sebagian siswa kelas XI mampu

mengontrol diri dengan baik ketika disekolah.Menurut Marpaung (2016) kontrol

diri siswa dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi kontrol diri ialah usia dan kematangan, dengan

bertambahnya usia akan bertambah pula kematangan pada diri seseorang. Seorang

remaja akan lebih mampu memahami diri dan kondisi yang sedang dialaminya

dibanding ketika masih kanak-kanak dalam relasi dengan keluarga dan kawan

sebaya (Santrock 2012).Faktor lain yaitu faktor eksternal yang datang dari luar

diri individu seperti lingkungan keluarga atau teman disekitarnya. Orangtua

sangat berperan penting dalam pembentukan kontrol diri individu di

rumah.Sedangkan faktor lingkungan seperti teman, dan keadaan disekitar individu

dapat juga membentuk dan mempengaruhi individu dalam menghadapi situasi

yang sedang dihadapi.

Mekanisme Psikologi Peer attachment dengan Kontrol Diri Siswa Kelas XI

SMA 1 Simanjaya Lamongan

Berdasarkan uji hipotesis penelitian ada hubungan positif yang signifikan

antara peer attachment dengan kontrol diri pada siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya

Lamongan. Hubungan yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi peer

attachment maka semakin tinggi kontrol diri, dan sebaliknya semakin rendah peer

attachment maka semakin rendah pula kontrol diri pada siswa kelas XI SMA 1

Simanjaya Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan

antara peer attachment dengan kontrol diri siswa kelas XI SMA 1 Simanjaya

Lamongan. Siswa yang memiliki peer attachment yang baik mudah dalam

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

16

menyesuaikan diri, cenderung mampu mempertimbangkan sebelum bertindak, dan

mampu mengontrol diri sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan

sekitarnya.

Peer attachment membuat terbentuknya komunikasi yang baik dengan teman

yang menimbulkan kedekatan dan kepercayaan antar individu, memudahkan

individu dalam melakukan kegiatan-kegiatan diluar rumah. Noviana (2015)

menjelaskan kelekatan dengan teman sebaya (peer attachment) merupakan suatu

hubungan seorang individu saat remaja dengan teman sebayanya yang dapat

menjadi sumber keamanan psikologis bagi diri individu tersebut. Berdasarkan

konsep peer attachment sebagai suatu hubungan dengan teman, peer attachment

yang baik dapat diukur dengan bagaimana kemampuan individu dalam

mengontrol tindakannya sesuai dengan lingkungannya.

Wardhani (2017) membuktikan bahwa peer attachment dapat meningkatkan

penyesuaian sosial siswa, dengan hasil peer attachment yang baik memberikan

sumbangan yang cukup besar bagi penyesuaian sosial saat masa remaja, teman

sebaya adalah figur yang paling sering berinteraksi bersama dibandingkan dengan

faktor lain seperti guru dan peraturan sekolah. Sehingga individu mampu

memahami lingkungannya dan mempertimbangkan perilakunya apakah sesuai

dengan lingkungannya dan keyakinannya. Peer attachment berhubungan dengan

kontrol diri siswa terutama dalam berinteraksi sosial. Siswa yang mempunyai

kontrol diri yang tinggi mengelola informasi terlebih dahulu sebelum bertindak,

memodifikasi perilaku dan potensi yang dapat digunakan dalam menghadapi

kondisi di lingkungan sekitarnya.

Penelitian tentang kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan

remaja yang dilakukan oleh Aroma & Suminar (2012) yang membuktikan remaja

yang memiliki kontrol diri yang baik akan mampu menahan kebutuhan

kesenangan sesaat dan mampu berpikir logis bahwa perbuatannya yang

menyimpang akan menimbulkan risiko bagi dirinya.Seperti yang dikemukakan

oleh Marpaung (2016) bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi

kontrol diri ialah teman. Siswa yang memiliki banyak teman akan mudah

mengembangkan diri didalam lingkungan sosial, tentunya individu akan lebih

memahami keadaan dan mengendalikan tindakan sesuai dengan tuntutan yang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

17

berlaku dalam lingkungan tersebut. Sebaliknya, kurangnya peer attachment dapat

menjadi penyebab kurangnya dalam mengontrol diri yang sesuai dengan

lingkungan sekitarnya.Individu lebih cenderung menyendiri, tidak adanya rasa

kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain, lebih suka membolos, dan lain-lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peer attachment subjek penelitian

berada dalam kategori tinggi dan kontrol diri subjek penelitian berada dalam

kategori tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besar kelas XI SMA 1

Simanjaya Lamongan memiliki peer attachment yang tinggi dan memiliki kontrol

diri yang tinggi dalam lingkungan sekolah, hal tersebut dapat terjadi karena

pengaruh lain selain kontrol diri.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peer Attachment pada siswa SMA berada pada kategori tinggi.

2. Kontrol diri pada siswa SMA berada pada kategori tinggi.

3. Ada korelasi positif yang signifikan antara peer attachment dengan kontrol

diri pada siswa SMA. Artinya semakin tinggi peer attachment maka semakin

tinggi kontrol diri siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan berikut ini disampaikan

beberapa saran.

Siswa diharapkan mengarahkan peer attachment untuk melakukan hal-hal

yang positif dan meningkatkan interaksi sosial. Peningkatan peer attachment

diharapkan mampu meningkatkan kontrol diri siswa, sehingga siswa mampu

mempertimbangkan dan mengendalikan tindakannya secara baik dan sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya.

Pihak sekolah diharapkan dapat membimbing siswa untuk meminimalisir

pelanggaran dengan melibatkan siswa pada kegiatan yang positif untuk

meningkatkan sosialnya. Disarankan pula bagi pihak sekolah untuk melakukan

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

18

pendekatan secara personal pada siswa yang mengalami permasalahan dan

berusaha untuk mendampingi siswa salama proses penyelesaian masalah.

Peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tema yang sama, diharapkan lebih

menggunakan variabel-variabel seperti peran orangtua, emosi, usia, dan

sebagainya yang dapat mempengaruhi kontrol diri. Selain itu dapat mengganti

subjek agar memperoleh hasil yang dapat digeneralisasikan dan memperbaiki

instrumen yang kurang baik.

DAFTAR RUJUKAN

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Armsden & Greenberg. 2007. Inventory of parent & peer attachment (ippa)

manual 07 2007.

Aroma & Suminar. 2012. Hubungan Kontrol Diri dengan Kecenderungan

Kenakalan Remaja. Jurnal psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1

(2), 1-6. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Barrocas. 2009. Adolescent Attachment to Parents and Peers. The emory center

for Myth and Ritual in American Life Working Paper (50).

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ghufron, M & Risnawati, R. 2014. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Hurlock, E. B. 2000. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang

Kehidupan . Edisi Kelima. Surabaya: Erlangga.

Hurriya, D. & Arisandy, D. 2017. Hubungan antara Kontrol Diri dengan

Impulsive Buying pada Mahasiswi Fakultas Psikologi di Perguruan Tinggi

Wilayah Palembang yang Melakukan Belanja Online. Jurnal Psikologi, 3

(1): 31-39. Dari (http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/kesehatan

article/view/1000/pdf), diakses: 09 Mei 2018.

Kartika, E.A. 2016. Hubungan antara parental attachment dan Peer Attachment

pada siswa kelas VIII SMPIT As-Syifa Boarding School Subang. Skripsi.

Bandung: Universitas Padjajaran.

Kusdiyati, S., Halimah, L., & Faisaluddin. 2011. Penyesuaian diri di lingkungan

sekolah pada siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung. Jurnal Psikologi

Humanitas, 8 (2): 172-194. Dari:

(http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANI TAS/article/view/463),

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa

19

diakses: 12 Mei 2018.

Marpaung, J. 2016. Kurangnya Kontrol Diri Siswa di Lingkungan SMK Negeri 2

Batam. Jurnal Bimbingan Konseling, 5 (3): 1-7. Dari

(https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnaldms/article/view/60/0),

diakses 19 Mei 2018.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagian (Haditono, S. R). Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Muntamah. 2016. Hubungan Antara Kelekatan Terhadap Teman Sebaya Dengan

Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Trucuk Klaten.

Jurnal Empati, 5 (4): 705-710. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro.

Noviana, S. 2015. Hubungan Antara Peer Attachment Dengan Penerimaan Diri

Pada Siswa-Siswi Akselerasi. Jurnal Empati, 4 (2): 114-120. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Rasyid. 2012. Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja

yang Menjadi Siswa di Boarding School SMA Negeri 10 Samarinda.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1 (3): 01-07. Surabaya:

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Runtukahu, G. C, dkk. 2015. Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Merokok

Kalangan Remaja Di Smkn 1 Bitung. Jurnal e-Biomedik, 3 (1): 84-92.

Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Santrock, J. W. 2012. Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta:

Erlangga.

Wardhani, E. P. 2017. Hubungan antara Peer Attachment dengan Penyesuaian

Sosial pada Remaja Putri di Sekolah Homogen dan Tinggal di Asrama.

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Widodo, B. 2013. Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau Dari Aspek Pengendalian Diri

(Self Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa SMK

Wonoasri Caruban Kabupaten Madiun. Jurnal Widya Warta. No. 01

Tahun XXXXV II/Januari, pp. 140-151.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa
Page 21: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa
Page 22: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/ARTIKEL-9.pdf · 1 HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN KONTROL DIRI SISWA SMA Arin Shifa