Upload
lamdung
View
274
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PERILAKUPEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SAAT
MELAKUKAN KEMOTERAPI DI RUANGRAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI
SKRIPSI
Oleh:
WAHYU WIJAYANTONIM. ST 13077
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA2015
2
3
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahyu Wijayanto
NIM : ST 13077
1. Dengan ini saya menyatakan bahwa :
2. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun
perguruan tinggi lain.
3. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari Tim
Penguji.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi.
Surakarta, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
4
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Motivasi Perawat dengan Perilaku Pemakaian Alat
Pelindung Diri Saat Melakukan Kemoterapi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi. Tersusun dan terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak, maka pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Galih Setiadi Adi, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Pembimbing utama yang
memberikan masukan, saran pada peneliti.
3. Aria Nurahman Hendra K, S.Kep., Ns. M.Kep selaku Pembimbing pendamping
yang memberikan masukan, saran pada peneliti.
4. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku penguji yang memberikan saran pada peneliti
5. Bapak Direktur RSUD Dr. Moewardi yang memberikan ijin kepada peneliti
untuk melanjutkan studi S-1 Keperawatan dan memberikan ijin lokasi penelitian
6. Perawat RSUP Dr. Sardjito yang telah membantu dalam uji validitas penelitian
7. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu dan membantu
penelitian ini.
5
Peneliti menyadari penyusunan skripsi masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
peneliti mengharap kritik dan saran membangun agar dalam penyusunan penelitian
diperoleh hasil yang baik dan bermanfaat.
Surakarta, 07 Agustus, 2015
Peneliti
Wahyu Wijayanto
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHASAN ............................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
ABSTRACT .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................ 6
2.1.1 Alat Pelindung Diri ......................................................... 6
2.1.2 Kemoterapi ..................................................................... 10
2.1.3 Perilaku ............................................................................ 13
vi
7
2.1.4 Motivasi ........................................................................... 16
2.2 Keaslian Penelitian ..................................................................... 20
2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 22
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 23
2.5 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian.................................. 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................... 24
3.4 Definisi Operasional .................................................................... 27
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 28
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................... 28
3.7 Etika dalam Penelitian ................................................................ 32
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat ........................................................................ 33
4.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 35
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik responden .............................................................. 37
5.2 Motivasi menggunakan Alat Pelindung Diri ................................ 40
5.3 Perilaku Menggunakan Alat Pelindung Diri ................................. 41
5.4 Hubungan antara motivasi dengan perilaku menggunakan alat
pelindung diri saat perawatan pasien kemoterapi ......................... 41
viii
8
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan .................................................................................... 44
6.2 Saran ............................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
9
DAFTAR TABEL
Nomor tabel Halaman
2.2. Keaslian Penelitian ........................................................................ 19
3.1 Distribusi Responden Tiap Ruangan ............................................. 25
3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 26
4.1 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan usia ................. 33
4.2 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .. 33
4.3 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan ................................................................................... 34
4.4 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan pengalaman
kerja ............................................................................................. 34
4.5 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan motivasi ............. 35
4.6 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan perilaku ............ 35
4.7. Hasil uji bivariat antara motivasi dengan perilaku perawat
dalam menggunakan alat pelindung diri ....................................... 36
ix
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Halaman
2.1. Kerangka Teori ............................................................................. 21
2.2. Kerangka Konsep .......................................................................... 22
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. F.01 Usulan Topik Penelitian
2. F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
3. F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
5. F.05 Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi
6. F.06 Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi
7. Pengajuan Ijin Penelitian (F.07)
8. Surat Balasan Pengajuan Ijin Penelitian
9. Lembar Permintaan Menjadi Responden
10. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
11. Karakteristik Responden
12. Kuesioner penelitian
13. Hasil uji validitas dan realibilitas
14. Data karakteristik responden
15. Data penelitian motivasi
16. Data penelitian perilaku
17. Hasil uji statistic data penelitian
18. Jadwal Penelitian
19. Lembar konsultasi
xi
12
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri
Ca : Cancer
Depnaker : Departemen Tenaga kerja
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SOR : Stimulus-Organisme-Respont
SPO : Standar Prosedur Operasional
CDC : Centers of Disease Control and Prevention
xii
13
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Wahyu Wijayanto
Hubungan Motivasi Perawat dengan PerilakuPemakaian Alat Pelindung Diri Saat
Melakukan Kemoterapi di RuangRawat Inap Rsud Dr. Moewardi
Abstrak
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien harus mengacupada SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, termasuk dalam pemakaian alatpelindung diri (APD) dalam perawatan pasien kemoterapi. Dengan motivasi yangtinggi, perawat diharapkan akan mempunyai perilaku yang baik dalammenggunakan APD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasiperawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi diruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan adalahdeskriptif korelatif, dengan pendekatan pendekatan cross sectional. Populasipenelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap yang melakukanperawatan pasien kemotarapi RSUD Dr. Moewardi sebanyak 69 perawat. Jumlahsampel 59 perawat dengan teknik pengambilan sampel simpel random sampling.Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan ujikorelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan 26 responden (44,1%) mempunyai motivasiyang rendah, 33 responden (55,9%) mempunyai motivasi yang tinggi, 37 responden(62,7%) mempunyai perilaku yang baik, 22 responden (37,3%) mempunyai perilakukurang baik. hasil analisis uji statistic Rank Spearman diperoleh nilai rho = 0,383dengan signifikansi p= 0,03 sehingga disimpulkan ada hubungan motivasi perawatdengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di ruangrawat inap RSUD Dr. Moewardi.
Kata kunci: motivasi, perilaku alat, perawat pelindung diri, kemoterapi
Daftar pustaka: 45 (2006-2015)
xiii
14
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2015
Wahyu Wijayanto
Correlation between Nurses’ Motivation and Their Attitude in the Use ofPersonal Protective Equipment at the Time of Chemotherapy Administration at
the Inpatient Unit of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta
Abstract
Nurses in executing the nursing care to patients should be based on thestandard operating procedures that have been established by the hospital, includingin the use of personal protective equipment (PPE) in the treatment of patients withchemotherapy. With high motivation, nurses are expected to have a good behavior inusing the PPE. The objective of this research is to investigate the correlationbetween the nurses’ motivation and their attitude in the use of the PPE at the time ofchemotherapy administration at the Inpatient Unit of Dr. Moewardi GeneralHospital of Surakarta.
This research used the descriptive quantitative correlative method with thecross sectional approach. The population of research consisted of 69 nurses whoadministered the chemotherapy treatment to the patients the Inpatient Unit of Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta. The samples of research were 59 nursesand were taken by using the proportionate stratified random sampling technique.The data of research were collected through questionnaire. The data were analyzedby using the Spearman’s Rank analysis.
The result of this research shows that 26 respondents (44.1%) had the lowmotivation, 33 respondents (55.9%) had the high motivation, 37 respondents (62.7%)had the good attitude, 22 respondents (37.3%) had bad attitude. The result of theSpearman’s Rank analysis shows that the rho-value was 0.383 with the significancevalue (p-value) = 0.03. Thus, there was a correlation between the nurses’ motivationand their attitude in the use of the PPE at the time of chemotherapy administration atthe Inpatient Unit of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta.
Keywords: Motivation, attitude, personal protective equipment, chemotherapyReferences: 45 (2006-2015)
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Potensi bahaya di rumah sakit selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit (Parsinahingsih dan
Supratman, 2008).
Bahaya-bahaya lingkungan kerja baik fisik, biologis maupun kimiawi
perlu dikendalikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan kerja
yang sehat, aman, dan nyaman. Berbagai cara pengendalian dapat dilakukan
untuk menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja, namun pengendalian
secara teknis pada sumber bahaya itu sendiri dinilai paling efektif dan
merupakan alternative pertama yang dianjurkan, sedangkan pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan terakhir (Tarwaka, 2008).
Data dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat tahun 2011
menyebutkan lebih dari 8 juta petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit
terpajan darah atau cairan tubuh lainnya. Jalurkontaminasi diantaranya melalui
jenis kontak luka dengan instrumen tajam yang terkontaminasi seperti jarum
2
dan pisau bedah (82%), kontak dengan selaput lendir mata, hidung atau mulut
(14%), terpajan dengan kulit yang terkelupas atau rusak (3%), dan gigitan
manusia (1%) (CDC, 2012). Penelitian Hermana (2009) di RSUD Kabupaten
Cianjur menyebutkan bahwa jumlah perawat yang mengalami luka tusuk jarum
dan benda tajam lainnya adalah cukup tinggi yaitu sebanyak 61,34%, hal ini
disebabkan masih kurangnya kesadaran perawat dalam menggunakan alat
pelindung diri (APD) selama melakukan tindakan perawatan pasien.
Kurangnya kesadaran ataupun kepatuhan dalam menggunakan APD pada
perawat menurut Sukanto (2007) adalah faktor umur, pendidikan, pelatihan,
motivasi dan lama kerja. Perawat dalam menggunakan APD dengan baik maka
dibutuhkan suatu perilaku yang baik dan disiplin dari perawat yang
bersangkutan. Untuk memperkuat perilaku perawat dalam menggunakan APD
dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap maupun
motivasi. Menurut Sunaryo (2009), motivasi adalah suatu usaha yang di sadari
untukmempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk
bertindak melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Dampak yang akan muncul dari penggunaan alat pelindung diri yang tidak
sempurna yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan juga akan
mempengaruhi kualitas tindakan keperawatan yang diberikan karena
mungkinakan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat pasien.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember
2014 di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi kepada perawat yang
melakukan tindakan keperawatan, ternyata masih ada perawat yang tidak
3
menggunakan APD secara maksimal, hal ini jumlah pasien kemoterapi yang
cukup banyak. Data rekam medik RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 tercatat
1820 pasien kanker / Cancer (Ca) seperti Ca mamae, Ca Recti, NHL, Ca
colon, Ca coli, Ca lidah, dan Ca Cell Squamosa. Jumlah pasien bulan
Desember 2014 tercatat 162 pasien Ca. Jumlah pasien Ca yang banyak dan
tidak sebanding dengan jumlah perawat yang ada menjadikan perawat tidak
selalu dapat menggunakan APD secara tepat seperti dalam SOP.
Hasil wawancara terhadap 10 perawat yang melakukan perawatan pasien
kemoterapi, diketahui bahwa 7 perawat masih kurang mempunyai motivasi
dalam menggunakan APD. Alasan ketujuh perawat tersebut adalah malas,
jumlah pasien yang banyak dan kurang sebanding dengan jumlah perawat
sehingga apabila menggunakan APD akan membutuhkan waktu yang lebih
lama. Alasan lain adalah ukuran APD yang tidak pas dengan ukuran tubuh
perawat. Terdapat 3 perawat yang sudah mempunyai motivasi yang baik,
dengan alasan bahwa sangat penting untuk melindungi diri dari risiko terpapar
penyakit.
Hasil observasi awal dalam perilaku penggunaan APD, dari 10 perawat,
hanya 6 yang menggunakan APD secara lengkap sesuai dengan SOP rumah
sakit, dan 4 perawat belum sesuai dalam pemakaian APD seperti kurang
menggunakan penutup kepala, atau pun baju. Perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan pada pasien kemoterapi, masih terlihat tidak
menggunakan masker dan baju sebagai pelindung diri. Dengan adanya
gambaran tersebut, maka peneliti ingin meneliti tentang hubungan motivasi
4
perawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat kemoterapi di
ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
1.2 Perumusan Masalah
Perawat dalam memakai alat pelindung diri tidak maksimal dan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah motivasi, sehingga
rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat hubungan motivasi
perawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat kemoterapi di
ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan motivasi perawat dengan perilaku
pemakaian alat pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap
RSUD Dr. Moewardi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakateristik responden
2. Mengetahui motivasi perawat dalam pemakaian alat pelindung diri
saat kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
3. Mengetahui perilaku perawat pemakaian alat pelindung diri saat
kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
4. Menganalisis hubungan motivasi perawat dengan perilaku
pemakaian alat pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap
RSUD Dr. Moewardi.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam
kewajiban bagi perawat untuk melaksanakan Standar Prosedur
Operasional (SPO) alat pelindung diri.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan institusi pendidikan untuk
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa tentang
pentingnya alat pelindung diri.
1.4.3 Bagi peneliti lain
Sebagai dasar pengembangan penelitian sejenis dengan metode
kualitatif dan menggali/ mendapatkan informasi yang lebih mendalam
tentang perilaku perawata dalam pemakaian APD.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat secara langsung mengaplikasikan ilmu tentang
metodologi penelitian yaitu motivasi dan perilaku penggunaan APD
sehingga dapat menambah pengetahuan peneliti.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Alat Pelindung Diri
1. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja
(Depnaker, 2006). Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja (Budiono, 2006).
2. Tujuan dan Manfaat Penggunaan APD
Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan
juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu
perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan
(Suma`mur, 2006).
Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan untuk
melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan. APD
yang dianjurkan dalam pelaksanaan kemoterapi antara lain sarung
6
7
tangan nitril tidak berpowder, pelindung kepala, pelindung mata dan
wajah, masker respirator, dan baju pelindung tahan air.
Penelitian Horisson (2007) dalam NIOSH (2004) melaporkan
bahwa enam obat kemoterapi yang berbeda terdeteksi dalam urin
perawat yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi. Sebuah
penelitian lanjutan menyatakan bahwa peningkatan keamanan
penanganan obat sitotoksik dapat menurunkan risiko hal tersebut.
Perlu diperhatikan juga petugas kesehatan yang dapat terlibat dalam
pelaksanaan kemoterapi.
3. Indikasi
Indikasi pemakaian APD seperti tutup kepala digunakan saat
melakukan tindakan operasi, tindakan invasive, tindakan intubasi dan
penghisapan lender. Penggunaan APD seperti sarung tangan
digunakan saat tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi (PK3,
2006).
4. Masalah pemakaian APD
Masalah yang banyak terjadi bagi seorang pekerja
menggunakan APD:
a. Tidak sadar/tidak mengerti. Seringkali pekerja masih belum sadar
atau mengerti risiko yang dapat terjadi jika tidak memakai APD.
b. Panas. Perawat sering merasa panas/ gerah saat memakai APD
8
c. Sesak. APD yang digunakan yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh seperti sesak menjadikan pekerja tidak memakai.
d. Tidak enak dipakai. APD yang terbuat dari bahan yang berkualitas
rendah, menjadikan tidak enak dipakai
e. Tidak enak dipandang. perawat merasa dengan menggunakan
APD justru tidak enak dipandang seperti baju APD dengan ukuran
besar tidak sesuai dengan ukuran perawat
f. Berat. APD yang berat karena bahan yang digunakan menjadikan
perawat tidak menggunakannya
g. Mengganggu pekerjaan. APD seperti baju, kacamata goggles
dapat menggangu pekerjaan, dimana perawat sendiri telah men
h. Tidak ada sanksi jika tidak menggunakannya. Faktor tidak adanya
sanksi bagi perawat berpengaruh ketidakpatuhan pada perawat
dalam menggunakan APD
i. Atasan juga tidak memakai. Tdak adanya contoh dari atasan tidak
menggunakan APD menjadikan bawahan mengikuti perilaku
atasan (Suardi, 2005).
5. Syarat Penggunaan Alat pelindung diri
Menurut Anizar (2009), alat pelindung diri yang baik harus
memenuhi persyaratan yaitu enak dipakai, tidak mengganggu kerja,
dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. menurut
Budiono (2006), beberapa ketentuan Penggunaan Alat pelindung diri
yang diperlukan yaitu:
9
a. Harus memberikan perlindungan yang tepat terhadap potensi
bahaya yang ada.
b. Alat pelindung diri seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa
tidak nyaman berlebihan.
c. Bentuknya harus cukup menarik dan dapat dipakai secara
fleksibel.
d. Tahan untuk pemakaian yang lama, memenuhi standar yang telah
ada serta suku cadangnya mudah didapat dan tidak menimbulkan
bahaya tambahan bagi pemakai yang dikarenakan bentuk dan
bahannya yang tidak tepat atau karena penggunaan yang salah.
6. Jenis Alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang digunakan oleh perawat haruslah dapat
melindungi diri dari kecelakaan kerja. Jenis APD yang yang sesuai
dengan SOP RSUD Dr. Moewardi tanggal 12 Januari 2013
a. Alat Pelindung Badan
Baju kerja merupakan salah satu jenis dari baju pengaman
sebagai alat pelindung badan. Alat ini berguna untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, panas, dingin,cairan
kimia. Bahan baju kerja dapat terbuat dari kain drill.
b. Alat Pelindung Tangan
Jenis alat pelindung tangan, misalnya sarung tangan
(gloves), mitten atau holder, dan pads. Alat pelindung ini dapat
terbuat dari karet, kulit dan kain katun. Manfaat alat pelindung
10
tangan adalah melindungi tangan dari tempeatur yang ekstrem,
baik terlalu panas atau terlalu dingin, zat kimia kaustik, benda-
benda berat atau tajam, maupun kontak listrik.
c. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki (safety shoes) berfungsi melindungi
kaki dari benturan, tusukan, irisan, goresan benda tajam, larutan
bahan kimia dan lantai licin agar tidak terjatuh (terpeleset). Jenis
alat pelindung kaki, misalnya sepatu karet hak rendah, sepatu dari
kulit yang dilapisi asbes atau chrom, sepatu yang dilengkapi baja
diujungnya, dan sepatu dan sepatu karet anti listrik (Sama’ur,
2009).
d. Alat pelindung wajah dan mata
Digunakan saat melakukan tindakan yang akan berisiko
timbul percikan pada wajah, mata dan mulut.
2.1.2 Kemoterapi
1. Pengertian
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan
obat-obatan atau hormon (Otto, 2005). Menurut Rasjidi (2007)
kemoterapi merupakan pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
2. Tujuan Penggunaan Kemoterapi
Terdapat lima tujuan dalam pemberian kemoterapi pada
pengobatan kanker. Smeltzer (2009) mengemukakan yaitu sebagai
11
obat utama (induksi), sebagai obat tambahan (adjuvan), sebagai obat
pendahulu atau obat primer yang mendahului pembedahan (neo-
adjuvan), dan sebagai obat yang digunakan secara kombinasi
meliputi:
a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat
sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk
membunuh sel yang telah bermetastase.
b. Terapi neoadjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi
untuk mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan
radioterapi.
c. Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan
tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi
digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
d. Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari
beberapa terapi berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi: menggunakan dua atau lebih agen
kemoterapi.
3. Cara Pemberian Kemoterapi
Rasjidi (2007), mengemukakan terdapat 5 cara pemberian
kemoterapi meliputi:
a. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian
peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16).
12
b. Pemberian secara intra muskulus
Pemberian cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga
kali berturut-turut. Dapat diberikan secara intra muskulus antara
lain bleomicin dan methotrexate.
c. Pemberian secar intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus berlahan-lahan
atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara
pemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.
d. Pemberian secara intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan
sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik,
mesin atau alat filter, serta memerlukan ketrampilan tersendiri.
e. Pemberian secara intraperitonial
Cara ini dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitonial) serta kelengkapan operasi karena pemasangan
perlu narkose.
4. Persiapan dan syarat kemoterapi
Pemberian kemoterapi memerlukan persiapan dan syarat
terhadap pasien yang akan melakukan kemoterapi Rasjidi (2007),
mengemukakan sebagai berikut:
a. Persiapan sebelum pengobatan kemoterapi dimulai, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
1) Darah tepi: Hb, leukosit , hitung jenis, trombosit.
13
2) Fungsi hepar: bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
3) Fungsi ginjal: ureum, kreatinin.
4) Audiogram: terutama pada cis- platinum.
5) EKG: terutama pada pemberian adriamycin dan epirubicin.
b. Syarat yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi, meliputi: keadaan
umum cukup baik, penderita mengerti tujuan pengobatan dan
mengetahui efek samping yang akan terjadi, faal ginjal dan hati
baik, diagnosis histopatologi, jenis kanker diketahui secra sensitif
terhadap kemoterapi, riwayat pengobatan (radioterapi atau
kemoterapi) sebelumnya, pemeriksaan laboratorium menunjukkan
Hb >10g%, leukosit >5000/mm, trombosit > 150.000/mm.
5. Efek Samping Kemoterapi
De Jong (2005) mengemukakan efek samping kemoterapi
meliputi, anemia, trombositopenia, leucopenia, mual dan muntah,
alopesia (rambut rontok), stomatitis, reaksi alergi, neurotoksik, dan
ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan subkutan
yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi
jaringan).
2.1.3 Perilaku
1. Pengertian
Perilaku menurut Skinner (1938) adalah respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
14
Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon
(Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, 2003).
Beberapa konsep perilaku menurut Herzberg (1966) dalam
Indrawijaya (2006) menjelaskan perilaku moral (moral behavior),
perilaku tidak bermoral (immoral behavior). Perilaku moral adalah
perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu.
Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak
bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok
sosial tersebut.
Menurut teori Utilitarianisme (Indrawiajaya, 2006) suatu
tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest
number). Paham utilitarianisme merujuk pada pertama ukuran baik
tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan
dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak, kedua adalah
dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter
yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan, ketiga kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-
behaviour causes) (Notoadmodjo, 2003). Perilaku itu sendiri
ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
15
a. Faktor Predisposisi (Predisposising Faktors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan. Tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sitem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi.
b. Faktor Pemungkin (Enabling Faktors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana. Misalnya kelengkapan APD, ukuran yang tepat saat
dipakai.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Faktors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat termasuk petugas kesehatan. Menurut Kurt Lewin
dalam teori model perilakunya mengatakan bahwa perilaku adalah
fungsi karakteristik individu dan lingkungan karakteristik individu
meliputi berbagai variabel seperti motivasi, nilai-nilai, sifat
keperibadian, dan sikap berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam
menentukan perilaku (Azwar, 2007).
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi
perilaku baru itu disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa
penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga
membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori di atas,
16
bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya,
seseorang dapat berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan
sikapnya masih negatif.
3. Pengukuran perilaku
Pengukuran perilaku seseoarang dapat dilakukan dengan memberikan
kuesioner model skala Likert. Perilaku yang baik apabila seseorang
mempunyai nilai skor T ≥ rata-rata T dan kurang baik jika nilai T<
rata-rata T (T adalah nilai total responden berdasarkan rumus
perhitungan (Murti, 2005).
2.1.4 Motivasi
1. Pengertian
Menurut Sunaryo, (2008) motif merupakan suatu pengerak,
keinginan, rangsangan motif atau motivasi berasal dari kata latin “
Moreve” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk bertindak
atau berperilaku pengertian motivasi tidak terlepas dari kebutuhan.
kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspon. Menurut Handoko (2005) mendefinisikan
motivasi sebagai “suatu tenaga atau faktor di dalam diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
2. Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964) dalam (Handoko, 2005) tentang
cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak
akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut
17
Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
3. Jenis Motivasi
Menurut Hendoko (2005) motivasi di bagi menjadi dua jenis
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi eksterensik.
a. Motivasi interinsik, berasal dari dalam diri manusia sendiri
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan
sehingga menjadi puas.
Faktor – faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi meliputi:
1) Fisik
Faktor intrinsik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kondisi fisik
2) Faktor kematangan usia
Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses berfikir
dan pengambilan keputusan. Usia adalah bilangan tahun
18
terhitung sejak lahir sampai dengan tahun akhir seorang
melakukan aktivitas. Usia seorang demikian besarnya dalam
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Semakai
lanjut umurnya semakain lebih bertanggung jawab lebih
tertib, lebih bermoral, dan berbakti dari pada usia muda
(Hasibuan, 2006).
3) Keinginan dalam diri sendiri
Keinginan dalam diri tiap individu akan terdapat kemampuan,
keterampilan kebiasaan, yang menujukan kondisi orang untuk
melaksanakan kebiasaan menyusui yang mungkin dapat
dimanfaatkan sepenuhnya.
4) Pengelolaan diri
Pengelolaan diri di maksudkan pengaruh pengelolaan diri
seorang dapat di pengaruhi individu itu sendiri atau dari
individu luar.
5) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan ini di peroleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain, tingkat pengetahuan seorang perilaku
individu yang mungkin lebih tinggi pengetahuan seorang
maka akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga
makin tinggi kesadaran untuk berperan serta.
19
b. Motivasi eksternal berasal dari luar yang merupakan pengaruh
dari orang lain atau lingkungan.
Faktor – faktor ekstrensik yang mempengaruhi motivasi meliputi :
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang ada di sekitar individu
baik secara fisik, biologis, maupun sosial. lingkungan yang
tidak mendukung kondisi yang tidak kondusif akan membuat
ibu stress dan akan tidak menyusui, sedangkan lingkungan
sosial salah satunya adalah lingkungan kerja dalam ruang
perawatan.
2) Agama dan kepercayaan
Tidak bisa disangkal agama dan kepercayaan mempunyai
hubungan erat dengan moral. Dalam praktek kehidupan
sehari–hari motivasi dalam yang terpenting dan terkuat
adalah perilaku moral.
3) Penguatan atau kekuatan
Penguatan atau kekuatan adalah perubahan yang dilaksanakan
kepada sasaran atau masyarakat hingga mereka melakukan
sesuai dengan harapan.
4. Pengukuran motivasi
Pengukuran motivasi dilakukan dengan memberikan kuesioner model
skala Likert. Motivasi yang tinggi apabila seseorang mempunyai nilai
skor T ≥ rata-rata dari T dinyatakan tinggi : rendah : T< rata-rata dari
20
T (T adalah nilai total responden berdasarkan rumus perhitungan
(Murti, 2005).
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.2. Kealian penelitian
Namapeneliti
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Kurniawati(2013)
Hubungan PraktikPenerapan StandartProsedur (SOP) danPemakaian alatPelindung Diri (APD)terhadap KejadianKecelakaan kerja padaPerawat Bagian UniPerinatologi di RSUDTugurejo Semarang
Jenis penelitian iniadalah explanatoryresearch denganpendekatan crosssectional. Sampelpenelitian 17orang. Metodepengumpulan datadengan wawancaramenggunakankuesioner. Analisisdata menggunakan ujiRank Spearman danPerson
Ada hubungandengan kejadiaankecelakaan kerjaadalah umurdan praktikpenerapan SOP.Faktor-faktor yangtidak ada hubungandengankejadian kecelakaankerja adalah sikapdan perilakuteman dan pimpinan
Harwanti(2009)
Pemakaian AlatPelindung Diri dalamMemberikanPerlindungan bagiTenaga Kerja di instalasiRawat Inap RSUP Dr.SardjitoYogyakarta
Metode penelitianyang digunakanadalah metodedeskriptif yaitu untukmendapatkangambaran yangsejelas-jelasnyatentang pemakaianAPD dalammemberikanperlindungan bagitenaga kerja.
Tidak semua APDharus dipakai,tergantung dari jenispekerjaan dantingkat resiko dalammelakukanpekerjaan.Penggunaan APDmerupakan usahaterakhir untukmengurangi resikosecaramaksimal.
Hendra(2013)
Beberapa Faktor yangBerhubungan denganPraktik Pemakaian AlatPelindung Diri (APD)Pada Radiografer diInstalasi Radiologi 4Rumah Sakit di KotaSemarang
Jenis penelitianexplanatory, metodeyang digunakanadalah observasi danwawancaradengan Pendekatancroos sectional.Jumlah sampel
Radiografer yangtidak patuhmenggunakan APD96,8 % dan tidakada hubungan yangbermakna antaraumur p = 0,484pendidikan p =
21
adalah 31 orang.Variabel bebaspenelitian ini adalahumur, pendidikan,pelatihan, masa kerja,keberadaanProtap. Variabelterikatnya adalahpraktik pemakaianAPD. Analisis datamenggunakan ChiSquare.
1,000 pelatihan p =1,000 masa kerja0,387 denganpraktik penggunaanAPD
22
2.3 Kerangka Teori
Gambar. 2.1. Kerangka teori
Sumber : Notoadmojo (2003), Sunaryo (2008), Hasibun (2003)
Perawat
Faktor yang membentukperilaku
Pasien kemoterapi
Perilaku penggunaanalat pelindung diri
Faktor eksternal1. Keturunan2. Motif3. Insting biologis4. Kebutuhan
psikologis5. Kebutuhan
pikiran
Factor eksternal1. Lingkungan
keluarga2. Lingkungan
social3. Lingkungan
pendidikan
Baik KurangBaik
Faktor yang mempengaruhi
Faktor prediposisi1. Pengetahuan2. Sikap3. Kepercayaa
keyakinan
Factor pendukung1. Lingkungan2. Sarana kesehatan
Faktor pendorong1. Sikap2. Perilaku petugas
kesehatan
23
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih
harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009). Hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Ho = Tidak ada hubungan motivasi perawat dengan perilaku pemakaian alat
pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
Ha = Ada hubungan motivasi perawat dengan perilaku pemakaian alat
pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.
Motivasi perawat Perilaku penggunaanAPD saat kemoterapi
Variabel bebas Variabel terikat
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakakan adalah deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross sectional atau
studi belah lintang yaitu rancangan penelitian untuk mengambarkan pengaruh
antara beberapa variabel dengan subyek penelitian dan akan dilanjutkan dengan
metode kuantitatif bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi perawat
dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi
(Arikunto, 2006).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni
2015.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya: manusia, pasien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi
penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap yang
24
25
melakukan perawatan pasien kemotarapi RSUD Dr. Moewardi sebanyak
69 perawat.
3.3.2 Sampel
1. Jumlah sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel
diperoleh dengan rumus menurut Notoatmodjo (2007) sebagai berikut
2)(1 dN
Nn
Keterangan:N = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d =Tingkat kesalahan 5% (0,05)
Sampel dalam penelitian ini adalah :
2)05,0(691
69
n
1752.1
69
= 59 responden.
2. Teknik sampling
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, diketahui bahwa
jumlah populasi penelitian dan hasil sampel adalah sama yaitu 59
perawat, maka, peneliti mengambil teknik sampel simple
randomsampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mempunyai
26
peluang yang sama bagi tiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono, 2009). Pengambilan dilakukan pada setiap
ruang perawatan dengan rumus:
Cara pengambilan sampel tiap kelas adalah
nN
Nini
Keterangan :
ni : besar sampel untuk stratum,n : besar sampel.N : total populasi.Ni : total sub populasi dari stratum.
Tabel 3.1 Distribusi Responden Tiap Ruangan
Ruang Jumlah anggota Jumlah sampel
Cendana 1 21 5969
21 = 18
Mawar 3 24 5969
24 = 21
Anggrek 3 24 5969
24 = 21
Jumlah 69 59
3. Kriteria sampel
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan
eksklusi (Nursalam, 2003).
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan
kriteria inklusi (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi meliputi :
27
1) Perawat yang berpendidikan minimal D3
2) Masa kerja minimal 2 tahun
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab. Kriteria eksklusi adalah:
1) Perawat yang sedang cuti seperti sakit, cuti hamil
2) Perawat yang sedang magang.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi OperasionalNo Variabel Definisi operasional Alat Ukur Skor Skala
1 Motivasi Kondisi psikologis yangmendorong perawatbersedia menggunakanalat pelindung diriselama perawatan pasienkemoterapi agar tidakterpapar penyakit
Kuesioner Tinggi : T≥ x T
Rendah : T< x T
Ordinal
2 Perilaku Tindakan yang dilakukanperawat denganmengunakan alatpelindung diri selamaselama perawatan pasienkemoterapi
kuesioner Baik : T≥ x T
kurang baik : T< x T
Ordinal
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesiner motivasi. Kuesioner motivasi sebanyak 20 pertanyaan
dibuat dengan mengadopsi model skala Likert yang telah dimodifikasi peneliti.
28
Pilihan jawaban kuesioner motivasi adalah selalu, kadang-kadang, jarang atau
tidak pernah. Penilaian jawaban selalu diberi skor 3, jawaban kadang-kadang =
2, jarang dengan skor = 1 dan tidak pernah dengan skor = 0.
Instrumen pengumpulan data perilaku pemakaian APD perawat
menggunakan kuesioner perilaku sebanyak 20 pertanyaan dengan mengadopsi
model skala Likert. Pilihan jawaban kuesioner adalah selalu, kadang-kadang,
jarang atau tidak pernah. Penilaian jawaban selalu diberi skor 3, jawaban
kadang-kadang = 2, jarang dengan skor = 1 dan tidak pernah dengan skor = 0.
Perbandingan memiliki arti luas dinyatakan dalam satuan deviasi standar
kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual menjadi skor
standar. Skor standar yang digunakan dalam Skala Likert adalah T yaitu:
s
xxT 1050
Keterangan:x = skor responden pada skala likert yang hendak diubah
menjadi skor T
x = rata – rata skor kelompok
s = deviasi standar skor kelompok (Murti, 2007)
Penilaian motivasi adalah
Tinggi : T≥ x T
Rendah : T< x T
Penilaian perilaku adalah
baik : T≥ x T
kurang baik : T< x T
29
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan
Pengolahan data penulis menggunakan komputer dengan program
statistik. Proses pengolahan data merupakan proses yang sangat penting.
Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam
proses pengolahan data meliputi:
1. Editing untuk meneliti kelengkapan data dengan cara mengoreksi
data yang telah diperoleh, sehingga dapat dilakukan perbaikan data
yang kurang.
2. Coding untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses
selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan data.
3. Tabulating yaitu penyusunan data yang merupakan pengorganisasian
data sedemikian rupa agar data dapat dengan mudah dijumlah,
disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.
3.6.2 Analisis Data
1. Validitas
Menurut Arikunto (2006), mengungkapkan bahwa validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevaliditan
atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
shahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen instrumen
yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Rumus
korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment :
30
Rxy = )()(
)(2222 ynyxxn
yxxyn
Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara x dan y.
N : Jumlah sample.
X : Skor pertanyaan.
Y : Skor Total (Arikunto, 2006)
Kesimpulan uji adalah jika rhitung lebih besar dari rtabel maka Ho
ditolak artinya item valid, jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka Ho
diterima artinya item tidak valid (Sugiyono, 2009). uji kuesioner
motivasi dilakukan di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 30
orang perawat yang melakukan perawatan kemoterapi pada bulan
Februari 2015. Hasil uji validitas kuesioner motivasi dari 20
pertanyaan semuanya valid dengan nilai r hitung diatas 0,361. Nilai
rhitung terendah adalah 0,461dan tertinggi 0,880. Uji kuesioner
perilaku semuanya valid dengan nilai rhitung terendah 0,494 dan
tertinggi 0,923.
2. Reliabililitas
Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh
mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2007).
Rumus uji Alpha Cronbach, sebagai berikut :
31
2
2
11 11 t
b
k
kr
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyak butir pertanyaan
∑σ2b : jumlah varians butir
σ21 : varians total (Arikunto, 2006).
Hasil uji reliabilitas dianggap baik apabila mempunyai nilai
diatas 0,7 (Ghozali, 2005). Hasil uji realibilitas kuesioner motivasi
dengan nilai Cronbach's Alpha = 0,945 dan perilaku sebesar 0,935
sehingga disimpulkan kuesioner motivasi dan perilaku adalah reliabel.
3. Analisis data
a. Analisis Univariat
Analisis data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari
penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel
(Notoadmodjo, 2005). Analisis univariat pada penelitian ini
adalah motivasi dan perilaku pemakaian APD.
b. Analisis Bivariat
Analisis data ini digunakan untuk mengetahui hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Rank Spearman dengan taraf kepercayaan
95%. Dari hasil uji hipotesis akan diperoleh nilai signifikansi.
Jika hasil uji hipotesis dihasilkan nilai p< 0,05 maka hipotesis
32
penelitian diterima. Untuk menilai nilai keeratan hubungan antara
variabel bebas dan terikat, maka dapat dilihat dari besarnya nilai
koefisien korelasi yaitu
a) Sangat erat jika nilai korelasi anatara 0,900-1,000
b) Erat jika nilai korelasi antara 0,700-0,900
c) Cukup erat (moderat) jika korelasi antara 0,400-0,700
d) Lemah jika nilai korelasi antara 0,200-0,400
e) Lemah sekali jika nilai korelasi antara 0,000-0,200 (Al-
Rasyid, 2005).
3.7 Etika dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari institusi RSUD
Dr Moewardi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian. Hidayat
(2007) menyatakan etika penelitian meliputi :
3.7.1 Self determination
Partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia
atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela.
Peneliti memberikan kebebasan pada partisipan untuk berpartisipasi.
Peneliti memberikan penjelasan kepada calon partisipan mengenai
tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Peneliti juga
menjelaskan bahwa partisipan penelitian tidak dipungut biaya
apapun. Seluruh biaya sudah ditanggung peneliti.
33
3.7.2 Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada
responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan
disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan
responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek
menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-
hak subjek.
3.7.3 Tanpa Nama (Anonymity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar
pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode
tertentu, demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.
3.7.4 Kerahasiaan(Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui mengetahui hubungan motivasi perawat
dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap
RSUD Dr. Moewardi. Penelitian yang dilakukan mulai bulan Juni 2015 dengan
jumlah 59 perawat.
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik responden
a. Usia responden
Tabel 4.1Distribusi Karakteristik responden berdasarkan usia (n = 59)
Usia Frekuensi Prosentase (%)17-25 tahun 4 6.826- 35 tahun 36 61.036-45 tahun 19 32.2
Jumlah 59 100.0
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui 4 responden (6,8%) masuk dalam
usia 17-25 tahun, 36 responden (61%) masuk usia 26-35 tahun, dan 19
responden (62,2%) masuk dalam 36-45 tahun.
b. Jenis kelamin responden
Tabel 4.2Distribusi Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n = 59)
Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%)Laki-laki 22 37.3Perempuan 37 62.7
Jumlah 59 100.0
34
35
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui 22 responden (37,3%) adalah laki-
laki dan 37 responden (62,7%) adalah perempuan.
c. Tingkat pendidikan responden
Tabel 4.3Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
(n = 59)Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
Diploma III keperawatan 42 71.1Sarjana keperawatan 9 15.3Sarjana + Ners 8 13.6Jumlah 59 100
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui 42 responden (71,1%) berpendidikan
DIII keperawatan, 9 responden (15,3%) bependidikan Sarjana
keperawatan dan 8 responden (13,6%) berpendidikan Sarjana dan Ners.
d. Pengalaman kerja responden
Tabel 4.4Distribusi Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja (n = 59)
Pengalaman kerja Frekuensi Prosentase (%)1-5 tahun 17 28.86-10 tahun 24 40.7>10 tahun 18 30.5Jumlah 59 100
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui 17 responden (28,8%)
mempunyai pengalaman bekerja 1-5 tahun, 24 responden (40,7%)
dengan pengalaman kerja 6-10 tahun, dan 18 responden (30,5%) telah
bekerja lebih dari 10 tahun.
36
e. Motivasi
Tabel 4.5Distribusi Karakteristik responden berdasarkan motivasi (n = 59)
Motivasi Frekuensi Prosentase (%)Rendah 26 44.1Tinggi 33 55.9
Jumlah 59 100
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui 26 responden (44,1%)
mempunyai motivasi yang rendah, sedangkan 33 responden (55,9%)
mempunyai motivasi yang tinggi dalam menggunakan alat pelindung
diri.
f. Perilaku penggunaan alat pelindung diri
Tabel 4.6Distribusi Karakteristik responden berdasarkan perilaku (n = 59)
Perilaku Frekuensi Prosentase (%)Baik 37 62.7Kurang baik 22 37.3
Jumlah 59 100
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui 37 responden (62,7%)
mempunyai perilaku yang baik sedangkan 22 responden (37,3%)
mempunyai perilaku kurang baik dalam menggunakan alat pelindung diri
selama selama perawatan pasien kemoterapi.
4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan motivasi perawat
dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di
37
ruang rawat inap. Hasil uji bivariat ditampilkan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil uji bivariat antara motivasi dengan perilaku perawat dalammenggunakan alat pelindung diri
Variabel rhitung p-value Keputusan
Motivasi- perilaku 0,383 0,03 Ho ditolak
Tabel 4.7. berdasarkan hasil analisis uji statistic Rank Spearman diperoleh
nilai rho = 0,383 dengan signifikansi p= 0,03, sehingga keputusan adalah Ho
ditolak yang artinya ada hubungan motivasi perawat dengan perilaku pemakaian
alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr.
Moewardi. Nilai koefesien korelasi 0,383 termasuk dalam kategori lemah.
38
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.1 Karakteristik responden
a. Usia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 36 responden (61%) masuk
dalam usia dewasa awal (26-39 tahun). Mubarak & Chayatin (2009),
menjelaskan bahwa semakin meningkat usia seseorang maka diharapkan
akan dapat menerima informasi yang dianggap baik untuk meningkatkan
pengetahuan dan berperilaku yang baik.
Hasil penelitian Hendra (2011) menyebutkan usia responden
penelitian 51,6% dibawah 30 tahun berkaitan dengan praktik penggunaan
APD radiografer di Instalasi Radiologi 4 Rumah Sakit di Kota Semarang.
Hasil penelitian yang menunjukkan usia respoden banyak dalam usia
dewasa awal. Usia dewasa awal dapat berpengaruh pada tingginya
motivasi dan perilaku yang baik dalam menggunakan alat pelindung diri
saat perawatan pasien kemoterapi.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 62.7 % responden
penelitian adalah perempuan. Dunia keperawatan identik dengan ibu atau
wanita yang lebih dikenal dengan mother instinct, sehingga untuk
mencari perawat yang berjenis kelamin laki-laki sangat terbatas.
Ditambah lagi output perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi,
38
39
jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Sularyo
(2007) menyatakan bahwa perempuan lebih menyayangi dan lebih sabar
dalam hal keperawatan berdasarkan penelitian bahwa RSUD Dr.
Moewardi dalam jumlah tenaga kesehatan diketahui dalam setiap ruang
perawatan, perawat perempuan selalu lebih banyak dari perawat laki-laki.
Hasil penelitian Murdyastuti (2010) menyebutkan bahwa lebih
dari 50% respoden penelitian tentang pengaruh persepsi tentang
profesionalitas, pengetahuan patients safety dan motivasi perawat
terhadap pelaksanaan program patients safety di ruang rawat inap RSO
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah responden perempuan.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 71% responden
berpendidikan Diploma Keperawatan. Nursalam (2005), menyatakan
bahwa perawat profesional adalah mengembangkan pendidikan tinggi
keperawatan dengan memenuhi kriteria minimal lulusan DIII Keperawatan.
Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan seseorang
dalam bekerja, karena melalui pendidikan akan menghasilkan suatu
perubahan dalam pola dan cara hidup seseorang.
Ihsan (2007), bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Seorang yang
berpendidikan ketika menemui suatu masalah akan berusaha dipikirkan
sebaik mungkin dalam menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang
berpendidikan cenderung akan mampu berfikir tenang terhadap suatu
40
masalah. Melalui proses pendidikan yang melibatkan serangkaian
aktivitas, maka seorang individu akan memperoleh pengetahuan,
pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih tinggi. Mayoritas
responden yang berpendidikan Diploma, juga mempengaruhi
pengetahuannya tentang SOP penggunaan alat pelindung diri saat
perawatan pasien kemoterapi. Hasil penelitian Sahara (2012)
menyebutkan 72% responden penelitian di RS Palang Merah Indonesia
di Bogor berpendidikan DIII keperawatan dalam melaksanakan
kewaspadaan universal. Berdasarkan penelitian bahwa perawat yang
bekerja di RSUD Dr. Moewardi di setiap bangsal masih banyak yang
berpendidikan DIII kesehatan.
d. Pengalaman kerja
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 40,7% responden telah
mempunyai pengalaman kerja di rumah sakit antara 6-10 tahun.
Pengalaman kerja berkaitan umur responden berkaitan bekerja di rumah
sakit. Diharapkan dengan semakin bertambah usia maka semakin banyak
pengalaman mengenai penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan
SOP. Dengan usia tersebut juga diharapkan adanya pertukaran informasi
mengenai pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai dengan SOP rumah sakit, termasuk selalu menggunakan sarung
tangan, masker, baju dan sebagainya saat melakukan perawatan pasien
kemoterapi. Soedjono (2005) menyatakan adanya saling menukar
pengalaman keterampilan maupun ilmu pengetahuan terkini akan
41
membuat perawat semakin profesional dalam melakukan tugasnya
termasuk dalam perawatan penggunaan alat pelindung diri sehingga dapat
mencegah tertularnya berbagai penyakit.
Penelitian Kurniawati (2014) menyebutkan lebih dari 5 tahun
responden yaitu perawat rawat inap telah bekerja di RSUD Tugurejo
Semarang dalam penerapan SOP dan pemakain APD terhadap kecelakaan
kerja. Berdasarkan hasil penelitian responden dengan pengalaman kerja
lebih dari 6 tahun, dapat mempengaruhi perilaku dalam melakukan
tindakan keperawatan dengan menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai dengan SOP rumah sakit.
5.2 Motivasi menggunakan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil pennelitian diketahui 55.9% mempunyai motivasi
yang tinggi. Menurut Sardiman (2010) motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Penelitian Chrysmadani (2011) menyebutkan dari 40 perawat, 19
perawat mempunyai motivasi yang baik dalam kepatuhan perawat dalam
penggunaan alat pelindung diri dasar (handscoon dan masker) di Rumah
Sakit Graha Husada Gresik. Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden
dalam bekerja juga mempunyai motivasi yang tinggi. Dengan motivasi yang
tinggi, responden memiliki keinginan agar dalam setiap bekerja saat
perawatan pasien kemoterapi tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak
42
diinginkan seperti kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
responden, pasien dan rumah sakit.
5.3 Perilaku Menggunakan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 62,7% responden
mempunyai perilaku yang baik dalam menggunakan alat pelindung diri.
Perilaku yang baik menunjukkan responden telah menggunakan penggunaan
alat pelindung diri sesuai dengan SOP rumah sakit.
Menurut Budioro (2004) perilaku adalah respon tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari yang
dibedakan dalam bentuk pasif dan aktif, bentuk pasif yaitu respon yang
terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung terlihat oleh orang lain
berupa pengetahuan sikap dan persepsi. Hasil penelitian diketahui dalam
penggunaan alat pelindung diri jenis baju dan kacamata. Penelitian Eka
(2011) menyebutkan kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung
diri dapat dipengaruhi oleh motivasi dalam bekerja. Motivasi perawat yang
baik sebesar 58% sedangkan motivasi yang masih kurang sebesar 42%.
Perilaku kepatuhan diketahui 79% perawat sudah patuh dan 21% masih
belum patuh dalam menggunakan alat pelindung diri. Menurut peneliti,
responden yang mempunyai perilaku yang baik dapat mencerminkan
tindakan perawatan telah sesuai dengan SOP rumah sakit dalam
menggunakan alat pelindung diri.
43
5.4 Hubungan antara motivasi dengan perilaku menggunakan alat
pelindung diri saat perawatan pasien kemoterapi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan antara motivasi
perawat dengan perilaku menggunakan alat pelindung diri saat perawatan
pasien kemoterapi dengan nilai p = 0,003.
Menurut Azwar (2006) motivasi adalah dorongan untuk melakukan
hal yang positif bagi dirinya dan orang lain. Motivasi adalah penggerak
tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan
yang dapat timbul dari dalam individu tersebut, atau dapat diperoleh dari luar
dan dorongan orang lain / keluarga.
Hasibuan (2006) motivasi merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap perawat dan merupakan media yang cukup efektif dalam
membantu tindakan perawat selanjutnya, maka motivasi merupakan bagian
penting dari setiap perawat. Motivasi dalam kategori baik dimungkinkan
dipengaruhi oleh faktor – faktor intern perawat itu sendiri yakni pendidikan
dan pengalaman selama pendidikan dan bekerja. Karena tingginya motivasi
perawat tersebut, maka kemungkinan perilaku yang semakin baik dari
perawat dalam penggunaan alat pelindung diri.
Faktor budaya setempat atau kebiasaan perawat dalam bekerja juga
mempengaruhi responden menjadi tidak menggunakan alat pelindung diri.
kebisaan yang sudah cukup lama ini berpengaruh terdapat kemauan untuk
memutuskan menggunakan ataupun tidak menggunakan alat pelindung diri.
Wawan (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan cukup kuat berperan
mempegaruhi sikap dan perilaku seseorang, termasuk sikap dan perilaku
44
perawat dalam menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP
rumah sakit. Hasil penelitian Ramdayana (2009) menunjukkan ada hubungan
pengetahuan, sikap, motivasi, peraturan dan pengawasan dengan kepatuhan
penggunaan APD di ruang Rawat Inap rumah sakit Marinir Cilandak Jakarta
Selatan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan bahwa faktor masih
timpangnya rasio antara jumlah perawat yang ada dengan jumlah pasien
rawat inap. Kondisi ini mengakibatkan perawat harus dituntut untuk dapat
melaksanan tugas asuhan keperawatan kepada seluruh pasien. Mengingat
RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit rujukan dan sudah menjadi
rumah sakit tipe A, maka setiap perawat harus mempunyai motivasi dan
perilaku yang baik di dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
45
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori, maka peneliti
mengambil simpulan berupa:
6.1.1 Responden banyak dalam usia dewasa awal (61%), berjenis kelamin
62,7%, berpendidikan DIII keperawatan (71,2%) dan berpengalaman
kerja 6-10 tahun (40,7%).
6.1.2 Motivasi perawat dalam dalam menggunakan alat pelindung diri
sebagian besar dalam ketegori tinggi (55,9%).
6.1.3 Perilaku perawat dalam menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP
sebagian besar dalam kategori baik (62,7%).
6.1.4 Ada hubungan motivasi perawat dengan perilaku pemakaian alat
pelindung diri saat kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr.
Moewardi dengan nilai rho = 0,383, p= 0,000 dengan tingkat hubungan
yang lemah.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil simpulan yang diperoleh peneliti memberikan saran
bagi:
6.2.1 Rumah Sakit
a. Rumah sakit hendaknya senantiasa meningkatkan motivasi perawat
45
46
dengan meningkatkan frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan
pentingnya penggunaan alat pelindung diri.
b. Hendaknya menjadi evaluasi rumah sakit kepada perawat yang masuk
dalam peningkatan disiplin dalam bekerja dalam menggunakan alat
pelindung diri.
6.2.2 Perawat
Perlu kiranya mempertahankan dan berusaha meningkatkan motivasi
perawat untuk semakin baik berperilaku dalam menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai SOP rumah sakit sehingga diharapkan semakin
dapat menekan risiko terjadinya paparan penyakit bagi perawat.
6.2.3 Peneliti lain
Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini mengenai faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat
6.2.4 Peneliti
Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan motivasi peneliti dan
perilaku yang semakin baik dalam melakukan asuhan keperawatan
khususnya dalam penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP
rumah sakit.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. (2009). Tehnik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Yogyakarta:Graha Ilmu.
Arikunto, S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PTRineka Cipta.
Arikunto, S, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PTRineka Cipta.
Azwar (2006) Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Penerbit Mutiara, Jakarta
Budioro, (2004). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponerogo.
Budiono, S., Jusuf, Pusparini, A. (2006). Bunga Rampai HIPERKES & KesehatanKerja (cetakan ke-5). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Budioro (2004) Pengantar Ilmu Kesehatan masyarakat. FKM Undip. Semarang
CDC, (2012). Personal Protective Equipment (Masks, Protective Eyewear,Protective Apparel, loves)http://www.cdc.gov/oralhealth/infectioncontrol/faq/protective_equipment.htm
Chrysmadani (2011) Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan KepatuhanPerawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar (Handscoon DanMasker) Di Rumah Sakit Graha Husada Gresik. Skripsi. Fakultas KesehatanUniviversitas Gresik
De Jong, W. (2005). Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, danDukungan Keluarga (alih bahasa oleh Astoeti Suharto Heerdjan). Jakarta:Arcan.
Depnaker, (2006). Panduan alat pelindung diri para kerja. http//:www.depnaker.go.id.
Ghozali, (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegero.
Handoko T.H. (2005). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE.
Harwanti. (2009) Pemakaian alat Pelindung Diri dalam Memberikan Perlindunganbagi Tenaga Kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Hasibuan, M.S.P., 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,
Hendra Yuli (2011) Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan PraktikPemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Radiografer di Instalasi
48
Radiologi 4 Rumah Sakit di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan MasyarakatIndonesia. Vol 7 No.1 Tahun 2011
Horisson D (2007). Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi DI RSUP Dr. HasanSadikin Bandung. Jurnal keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan UniversitasPadjadjaran, Bandung, Jawa Barat.
Ihsan F. (2007) Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Jakarta
Indrawijaya, A.I. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Sinar Baru Algensindo
Kurniawati W (2014) Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating Prosedure(SOP) dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian KecelakaanKerja Pada Perawat Unit Perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang. JurnalKesehatan. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Mubarak, W.I., Chayatin, N., (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori danAplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Murdyastuti (2010) Pengaruh Persepsi Tentang Profesionalitas, pengetahuanPatients Safety dan Motivasi Perawat Terhadap Pelaksanaan ProgramPatients Safety di Ruang rawat Inap RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penlitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam (2005), Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik KeperawatanProfesional. Jakarta : Salemba Medika
Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. (Alih bahasa oleh JaneFreyana Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PK3) (2006). Ketentuan PeralatanPelindung Diri. Yogyakarta : PK3 RSUP Dr. Sardjito.
Parsinahingsih, S.H., dan Supratman. (2008). Gambaran Pelaksanaan KewaspadaanUniversal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. MajalahBerita Ilmu Keperawatan Vol. 1, No. 1. Availableat:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11081924.pdf.
Power, LA. Connor TH and and Polovich M. 2015. Are gloves and gowns safe forhandling chemotherapy?. J Occup Environ Med.
Purwanto (2008). Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka.
49
Ramdayana (2009) Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Peraturan danPengawasan dengan Kepatuhan Penggunaan APD di Ruang Rawat InapRumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta Selatan. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan. Universitas Pembangunan Nasional Vetaran. Jakarata.
Rasjidi, I. (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari.Jakarta: Agung Seto.
Riwidikdo, H. 2010. Statistik kesehatan belajar mudah teknik analisis data dalampenelitian kesehatan (plus aplikasi software SPSS). Yogyakarta: MitraCendikia.
Sahara, A (2012) Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat danBidan Dalam Penerapan Kewaspadaan Universal/ Kewaspadaan Standar DiRumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor Tahun 2011. Skripsi. FakultasKesehatan Masyakarat. Univeritas indonesia.
Sardiman. A.M (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPers
Smeltzer, S.C.; B.G. Bare, et. al. (2009). Brunner And Suddarth’s Textbook OfMedical Surgical Nursing. Wolters Kluwer.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sujono R, & Sukarmin, 2005, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta:Graha Ilmu.
Sukanto R, dan Indriyo F. (2007). Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Sularyo T.S, Soetjiningsih dkk., 2007. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak danRemaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Suma`mur, (2006). Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung
Sunaryo. (2008). Psikologi Kesehatan untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tarwaka, (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Wawan A., Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap danPerilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika