Upload
hendri-ys
View
74
Download
35
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Transportasi 1 2012 PWK ITS Hendri Yani Saputra 3610100063
Citation preview
Tugas Transportasi I
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH
DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
2012
Identifikasi Permasalahan Transportasi di
Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya
OLEH :
HENDRI YANI SAPUTRA (3610100063)
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 1
Pendahuluan
Kota Surabaya merupakan pusat transportasi darat dibagian timur Pulau
Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya
dengan kota-kota lainnya. Sistem transportasi yang berkembang di kota Surabaya
meliputi angkutan jalan, angkutan kereta api, angkutan laut serta angkutan udara.
Di antara semua jenis angkutan tersebut, angkutan jalan merupakan angkutan yang
paling dominan digunakan serta memilki banyak permasalahan.
Pertumbuhan penduduk kota Surabaya yang pesat menyebabkan ikut
meningkatnya jumlah aktivitas perkotaan, seperti industri, perdagangan dan jasa,
pariwisata, pendidikan dan sebagainya. Selain itu, keberadaan penduduk yang
memiliki aktivitas rutin di Surabaya memicu tingginya tingkat penggunaan lahan oleh
permukiman hingga ke pinggiran kota Surabaya, terutama Sidoarjo. Keberadaan
penduduk yang bermukim di pinggiran kota dan beraktivitas di pusat kota Surabaya
ini menimbulkan arus pergerakan yang besar setiap harinya.
Arus pergerakan yang besar tersebut juga membutuhkan moda angkutan
yang semakin banyak. Di Kota Surabaya, penduduk lebih menyukai menggunakan
moda kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan. AngkA kepemilikan
kendaraan pribadi juga terus bertambah. Dari hasil penelitian JICA tahun 2009
tercatat setidaknya 350.000 orang yang masuk dan keluar dari Kota Surabaya setiap
hari, dengan 60% menggunakan sepeda motor, 28% mobil penumpang, dan 12%
transportasi publik. Penggunaan kendaraan pribadi akan meningkatkan volume lalu
lintas sehingga akan menimbulkan masalah kemacetan.
Kebutuhan akan sistem transportasi yang terus meningkat di Surabaya, tidak
didukung oleh Infrastruktur dan jaringan transportasi yang memadai. Misalnya di
Jalan Prof.Dr.Moestopo yang setiap harinya selalu dipadati oleh arus lalu lintas dari
arah Surabaya Pusat menuju Surabaya Timur. Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo
dipadati oleh aktivitas perdagangan dan jasa, dan dari hasil survei, ternyata
beberapa bangunan di sepanjang koridor tersebut tidak menyediakan lahan parkir
yang memadai, ditambah maraknya keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
membuat Jalan Prof.Dr.Moestopo semakin tidak efektif dan nyaman untuk dilewati.
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 2
Gambaran Umum Lokasi
Jalan Prof.Dr.Moestopo merupakan jalan Arteri Sekunder yang secara
administratif Koridor 1 dan 2 nya terletak di Kecamatan Genteng, sementara Koridor
3 terletak di kecamatan Gubeng. Jalan Prof.Dr.Moestopo merupakan salah satu jalur
alternatif penghubung Surabaya pusat dengan Surabaya Timur, sehingga volume
lalu lintas di jalan ini relatif besar.
Gambar 1. Peta Jalan Prof.Dr.Moestopo
Di ujung sebelah barat jalan Prof.Dr.Moestopo terdapat sungai Kali Mas, dan
di ujung sebelah timurnya terdapat jalan Raya Dharma Husada Indah. Pada
umumnya koridor jalan Prof.Dr.Moestopo didominasi oleh kegiatan perdagangan dan
jasa, terutama pada koridor 3. Sedangkan di koridor 1 terdapat Kampus A
Universitas Airlangga.
Penampang Geometrik Koridor 1
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 3
Penampang Geometrik Koridor 2
Penampang Geometrik Koridor 3
Gambar 2. Geometrik Jalan Prof.Dr.Moestopo
Keberadaan PKL di jalan Prof.Dr.Moestopo sangat padat pada koridor 2 dan 3,
tepatnya dari persimpangan Jalan Karang Menjangan hingga Jalan Raya Dharma
Husada Indah, sedangkan pada koridor 1 keberadaan PKL cukup jarang.
Gambar 2. PKL di Jalan Prof.Dr.Moestopo
Kemacetan lalu lintas di Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya
Kemacetan dan kepadatan lalu lintas cukup sering terjadi di sepanjang jalan
Prof.Dr.Moestopo. Berdasarkan hasil survei, kemacetan terjadi saat masyarakat
mulai beraktivitas pada pukul 07.00. Beberapa jam setelah itu hingga pukul 13.00,
jalan kembali lancar, namun pada pukul 13.00 hingga petang jalan kembali padat
oleh lalu lintas. Sedangkan titik kemacetan yang paling padat dan sering terjadi
berada pada koridor 3.
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 4
Gambar 3. Pantauan CCTV di Jl. Prof.Dr.Moestopo pada jam 07:29.
Masalah Kemacetan di jalan Prof.Dr.Moestopo dikarenakan :
Volume lalu lintas yang cukup besar pada jam-jam puncak,
Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mempersempit badan jalan.
Peruntukan lahan yang didominasi area komersil perdagangan serta jasa, hal
ini menjadi faktor penarik kegiatan.
Parkir on the street, diakibatkan oleh kegiatan perdagangan dan jasa di
sepanjang koridor yang tidak menyediakan lahan parkir dengan layak.
Terdapatnya pemukiman yang padat di sekitar jalan, sehingga menjadi
bangkitan pergerakan.
Tidak tertibnya penyelenggaraan dan ketersediaan lahan parkir
Berdasarkan Panduan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Geometri jalan
Perkotaan, Aturan dan Syarat Penyediaan parkir di badan jalan adalah sebagai
berikut :
Jalur lalu lintas tidak direncanakan sebagai fasilitas parkir. Dalam keadaan mendesak
Fasilitas parkir sejajar jalur lalu lintas di badan jalan dapat disediakan, jika :
a. kebutuhan akan parkir tinggi;
b. fasilitas parkir di luar badan jalan tidak tersedia.
Untuk memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan parkir sejajar jalur lalu lintas
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. hanya pada jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder;
b. lebar lajur parkir minimum 3,0 m;
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 5
c. kapasitas jalan yang memadai, dan
d. mempertimbangkan keselamatan lalu lintas.
Berdasarkan aturan SNI diatas Jalan Prof.Dr.Moestopo sebagai jalan arteri
sekunder tidak memenuhi syarat untuk penyediaan parkir di badan jalan.
Penggunaan lahan di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo adalah untuk kegiatan
perdagangan dan jasa, sudah selayaknya pemilik bangunan di sepanjang koridor
tersebut menyediakan lahan parkir yang memadai untuk para konsumennya. Namun
kenyataan di lapangan, banyak pemilik usaha yang tidak menyediakan tempat parkir
yang layak untuk skala usaha yang dijalankannya.
Akibatnya banyak kendaraan yang parkir on the street dan menggunakan
badan jalan, terutama kendaraan roda empat. Hal tersebut tentu dapat
menimbulkan tundaan pada arus transportasi.
Gambar 4. Parkir on the street di Jl. Prof.Dr.Moestopo.
Kurangnya Ketertiban Angkutan Kota
Sebagai kawasan yang padat dan strategis, jalan Prof.Dr.Moestopo dilewati
oleh trayek angkutan umum kota Surabaya yaitu lyn E. Namun fungsi moda
transportasi umum ini kurang maksimal karena masyarakat yang cenderung lebih
suka menggunakan angkutan pribadi. Berdsarkan hasil survei, keberadaan lyn ini
justru malah menimbulkan permasalahan dikarenakan perilaku pengemudinya yang
mencari penumpang dengan cara yang tidak tepat, seperti menghentikan kendaraan
di badan jalan (nge-tem), berjalan lambat, dan sebagainya.
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 6
Gambar 5. Lyn E yang berhenti di badan Jl. Prof.Dr.Moestopo.
Terjadinya genangan jika hujan
Bebeberapa titik di badan jalan Prof.Dr.Moestopo tergenang ketika hujan,
titik-titik genangan itu terutama berada pada koridor 3. Berdasarkan hasil survei dan
wawancara dengan petugas ketertiban jalan setempat, genangan tersebut selalu
terjadi setiap hujan lebih dari 5 menit, dan baru mendangkal setelah sekitar satu
jam. Adanya genangan tersebut cukup merepotkan dan menimbulkan
ketidaknyamanan para pengguna jalan saat melintas.
Keberadaan saluran pematusan yang tersumbat dan tercemar menambah
parah kondisi genangan tersebut, airnya menjadi hitam karena bercampur dengan
lumpur di dalam saluran. Genangan tersebut juga dapat membuat jalan cepat rusak
dan berlubang jika tidak segera diatasi.
Gambar 6. Genangan air setelah hujan di Jl. Prof.Dr.Moestopo.
Tidak adanya fasilitas pedestrian
Tingkat kenyamanan pengguna jalan saat melintas salah satunya faktornya
adalah kelengkapan sarana dan prasarana, misalnya jalur untuk pedestrian. Pada
jalan Prof.Dr.Moestopo fasilitas pedestrian hanya terdapat pada koridor 1 dan 2,
sedangkan pada koridor 3 masih belum. Sebagai jalan arteri sekunder yang
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 7
menghubungkan kecamatan Genteng dengan kecamatan Gubeng sudah selayaknya
jalan Prof.Dr.Moestopo telah memilki pedestrian yang sesuai standar.
Gambar 7. Sisi kiri Jl. Prof.Dr.Moestopo yang tak dilengkapi pedestrian.
Tidak lengkapnya marka jalan
Marka jalan adalah tanda berupa garis, gambar, anak panah, dan lambang
pada permukaan jalan yang berfungsi mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi
daerah kepentingan lalu lintas. Posisi marka jalan adalah membujur, melintang, dan
serong. Tentang marka jalan diatur dalam PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu Lintas Jalan. Fungsi marka jalan adalah untuk mengatur lalu lintas atau
memperingatkan atau menuntun pengguna jalan dalam berlalu lintas di jalan.
Marka jalan mengandung pesan perintah, peringatan, maupun larangan.
Keberadaan marka jalan sangat diperlukan untuk keamanan dan kelancaran
arus lalu lintas terutama jalan-jalan yang padat. Beradasarkan hasil survei ternyata
koridor 3 jalan Prof.Dr.Moestopo tidak memiliki marka jalan yang lengkap di setiap
titik, marka jalan yang tidak ada tersebut antara lain marka garis sumbu pemisah
jalur lambat dan cepat, zebra cross, serta tanda panah/pengarah jalur.
Gambar 8. Tidak adanya marka pada Jl. Prof.Dr.Moestopo.
Identifikasi Permasalahan Transportasi di Koridor Jalan Prof.Dr.Moestopo Surabaya | 8
Daftar Pustaka
Jica. 2009. The jica study on formulation of spatial planning for
gerbangkertosusila zone
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 tahun 1993 tentang prasarana
dan lalu lintas jalan
SNI. 2004. Geometri Jalan Perkotaan. Badan Standarisasi Nasional
Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Penerbit
ITB.