23
IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (Prof. Dr. Achmadi) PENDAHULUAN PARADIGMA IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM Buku ini sengaja mengangkat judul buku Ideologi Pendidikan Islam didasarkan atas empat alasan, yaitu: pertama, istilah terkait dengan istilah “ideology” pada dasarnya. digunakan dengan merujuk pengertiannya yang luas yaitu konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Implikasi penggunaan ideologi dalam pendidikan adalah keharusan adanya konsep cita-cita dan nilai-nilai yang secara eksplisit dirumuskan, dipercayai dan diperjuangkan; kedua, filsafat dan teori pendidikan lebih kental dengan muatan akademisnya sedangkan ideologi agak kurang tuntutan akademisnya, akan tetapi lebih diarah kepada aksi; ketiga, didalam benturan peradaban sebagai dampak globalisasi, terjadi pergumulan ideologi dunia. Sementara Islam yang sarat dengan nilai-nilai universal dan transedental seharusnya dapat ditawarkan sebagai paradigma ideologi alternatif. Terlebih lagi, pendidikan sebagai wahana sangat strategis dalam membangun peradaban alternatif perlu diformulasikan dengan pendekatan ideologis sehingga memiliki daya pengikat dan penggerak untuk aksi. Keempat, di tengah-tengah munculnya semangat Islam progresif saat ini

IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

(Prof. Dr. Achmadi)

PENDAHULUAN

PARADIGMA IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Buku ini sengaja mengangkat judul buku Ideologi Pendidikan Islam didasarkan

atas empat alasan, yaitu: pertama, istilah terkait dengan istilah “ideology” pada dasarnya.

digunakan dengan merujuk pengertiannya yang luas yaitu konsep bersistem yang

dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Implikasi penggunaan ideologi dalam pendidikan adalah keharusan adanya konsep cita-

cita dan nilai-nilai yang secara eksplisit dirumuskan, dipercayai dan diperjuangkan;

kedua, filsafat dan teori pendidikan lebih kental dengan muatan akademisnya sedangkan

ideologi agak kurang tuntutan akademisnya, akan tetapi lebih diarah kepada aksi; ketiga,

didalam benturan peradaban sebagai dampak globalisasi, terjadi pergumulan ideologi

dunia. Sementara Islam yang sarat dengan nilai-nilai universal dan transedental

seharusnya dapat ditawarkan sebagai paradigma ideologi alternatif. Terlebih lagi,

pendidikan sebagai wahana sangat strategis dalam membangun peradaban alternatif perlu

diformulasikan dengan pendekatan ideologis sehingga memiliki daya pengikat dan

penggerak untuk aksi. Keempat, di tengah-tengah munculnya semangat Islam progresif

saat ini yang berorientasi pada Islam liberal dan humanis perlu ada acuan yang bertolak

dari nila-nilai dasar Islam yang sejatinya sangat humanis, sehingga semangat

progresivisme dan liberalisme tidak kehilangan akar akidahnya.

Pada prinsipnya, yang dijadikan paradigma ideologi adalah prinsip-prinsip ajaran

Islam yang bersifat universal, yaitu Humanisme-Teosentris. Implementasi ajaran ini

dalam praktik kehidupan dan pendidikan dapat fleksibel atau luwes, selama substansinya

tetap terpelihara, yaitu: menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana hakikat

ajaran Islam, sebagai agama fitrah, memang ditujukan untuk kebutuhan manusia itu

sendiri.

BAB I

Page 2: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

FORMAT IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Selain pada muamalah yang berkenaan dengan akidah (keimanan) dan ibadah

khusus (mahdah) yang bersifat baku dan operasional, Islam hanya memberikan pedoman

hidup yang bersifat fundamental dengan nilai-nilai transcedental yang sesuai dan menjadi

kebutuhan hidup manusia. Dengan kata lain, nilai-nilai implementasinya sebagian besar

diserahkan kepada manusia.

Akan halnya pendidikan, yang merupakan muamalah duniawiyah, maka secara

fitrah telah menjadi tugas manusia untuk memikirkan dan mengembangkannya secara

terus menerus, seirama dengan perubahan dan tantangan zaman. Ini menuntut para

pendidik muslim untuk menyusun konsep pendidikan Islam yang relevan dengan

perubahan zaman dan mampu menjawab setiap tantangan berdasarkan nilai-nilai dasar

Islam.

A. IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

HUMANISME TEOSENTRIS SEBAGAI PARADIGMA IDEOLOGI

PENDIDIKAN ISLAM

Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme merupakan konsep

kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak pada

manusia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dsan menfasitasi

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan menyempurnakan

keberadaannya sebagai makhluk mulia. Demikian berharganya konsep ini humanisme

ini, maka terdapat sekurang-kurangnya empat aliran penting yang mengklaim sebagai

pemilik asli konsep humanisme, yaitu 1) Liberalisme Barat, 2) Marxisme, 3)

Eksistensialisme, dan 4) Agama.

Keempatnya memiliki titik-titik kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar

kemanusiaan sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali Syari’ati mendeskripsi ke

dalam tujuh prinsip, yaitu:

1) Manusia adaalah makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di

antara makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.

Page 3: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

2) Manusia adalah mekhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan

paling besar dan luar biasa . Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua

sifat ilahiah yang merupakan ciri menonojol dalam diri manusia.

3) Manusia adalah makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang

paling menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar

dengan kekuatan berpikir.

4) Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah

makhluk hidup satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan

membangun perasadaban.

5) Manusia adalah makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan

dirinya makhluk sempurna di depan alam dan dihadapan tuhan.

6) Manusia makhluk yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya

dia tidak menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu berusaha

megubahnya menjadi “apa yang semestinya”.

7) Manusia adalah makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai

(value).

Humanisme yang diangkat menjadi paradigma ideologi Islam pada dasarnya

juga bertolak dari ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut yang implisit dalam

konsep fitrah manusia. Namun demikian, humanisme dalam pandangan Islam tidak

dapat dipisahkan dsari prinsip teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan ”tauhid” sebagai

inti ajaran Islam, menjadi pusat seluruh orientasi nilai. Namun perlu diperjelas, bahwa

semua itu kembali untuk manusia yang dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam,

Rahmatan lil ’alamin (rahmat bagi seluruh alam).

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Page 4: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Secara terminologis, dijabarkah bahwa rabba, ‘allama, addaba dapat

ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan

pendidikan, yaitu

Dalam bahasa Arab, kata-kata rabba, ‘allama, dan addaba tersebut di atas

mengandung pengertian sebagai berikut :

a. Kata kerja rabba yang masdarnya tarbiyahtan memiliki beberapa arti, antara lain

mengasuh, mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-kata yang

serumpun dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memimpin,

memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau berkembang.

b. Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat

pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.

Kata kerja addaba yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang

secara sempit mendidik budi pekerti dan secara lebih luas meningkatkan peradaban.

Muhammad Naqib Al-Attas dalam bukunya, konsep Pendidikan Islam, dengan gigih

mempertahankan penggunaan istilah ta’dib untuk konsep pendidikan Islam, bukan

tarbiyah, dengan alasan bahwa dalam istilah ta’dib , mencakup wawasan ilmu dan

amal yang merupakan esensi pendidikan Islam.

Ketiga istilah tersebut (tarbiyah,ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu kesatuan

yang saling terkait artinya, bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia harus melalui

pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami,

dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah).

Istilah tarbiyah masdar dari rabba serumpun dengan akar kata rabb (Tuhan).

Oleh karenanya tarbiyah yang berarti mendidik dan memelihara implisit di dalamnya

istilah rabb (Tuhan) sebagai rabb al-‘alamin.

Berkenaan dengan masalah ini ‘Abdur-Rahman an-Nahlawi menjabarkan

konsep at-tarbiyah dalam empat unsur:

Page 5: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

1. Memelihara pertumbuhan fitrah manusia

2. Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaannya.

3. Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas

tertentu.

4. Melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama

perkembangan anak.

Implikasi penggunaan istilah dan konsep tarbiyah dalam pendidikan Islam

ialah :

1. Pendidikan bersifat humanis-teosentris artinya berorientasi pada fitrah dan

kebutuhan dasar manusia, yang diarahkan sesuai dengan sunnah (skenario) tuhan

“pencipta”.

2. Pendidikan bernilai ibadah karena tugas pendidikan merupakan bagian tugas dari

kekhalifaannya, sedangkan pendidikan yang hakiki adalah Allah

“Rabbul’alamin”.

3. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada

tuhan.

Mengingat betapa luas dan kompleksitasnya risalah Islamiyah maka

sebenarnya yang dimaksud dengan pengertian pendidikan Islam ialah: “Segala usaha

untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia

yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma Islam.”

Dalam term yang lebih luas, pengertian pendidikan agama Islam ialah “usaha

yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman

(religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam.”

A. Fungsi Pendidikan Islam

Page 6: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Dari pengertian pendidikan Islam di atas fungsi pendidikan Islam dapat

berarti memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yakni manusia berkualitas sesuai

dengan pandangan Islam.

Ditinjau dari segi antropologi budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan

yang pertama ialah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusia dan

alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan tumbuhnya

kemampuan membaca (analisis), kreativitas dalam memajukan hidup dan

kedidupannya dan membangun lingkungannya.

Dari kajian antropologi dan sosiologi secara sekilas diatas dapat kita

ketahui adanya tiga fungsi pendidikan;

1. Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya,

sehingga dengannya akan timbul kemampuan membaca (analisis), akan

mengembangkan kreativitas dan produkstivitas.

2. Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya

sehingga keberdaannya, baik secara individual maupun sosial, lebih

bermakna.

3. Membuka pintu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat

bagi kelangsungan dan kemajuan hidup individu maupun sosial.

Apabila dari kajian antropologi dan sosiologi tersebut dikembalikan pada

sudut pandang Al-Qr’an sebagai sumber utama pendidikan Islam, maka fungsi

pertama dan terutama pendidikan Islam adalah memberikan kemampuan membaa

(iqra’) pada peserta didik.

Dengan menegembalikan kajian antropologi dan sosiologi ke dalam

perspektif al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam ialah :

Page 7: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

1. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia,

alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumguh kemampuan

membaca (analisis) fenomena alam dan kehidupan serta memahami hukum-

hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan kemampuan ini akan

menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai implementasi identifikasi

diri pada tuhan “pencipta”.

2. Membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan martabat

manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun

dari luar.

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan

kehidupan baik individu maupun sosial.

BAB II

FITRAH MANUSIA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FITRAH

Fitrah berasal dari kata fathara yang sepadan dengan kata khalaqa dan ansyaa

yang artinya mencipta. Biasanya kata fathara, khalaqa dan ansyaa digunakan dalam

Al-Qur’an untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya belum

ada dan masih merupakan pola dasar (blue print) yang perlu penyempurnaan.

B. FITRAH MANUSIA

Konsep fitrah manusia yang mengandung pengertian pola dasar kejadian

manusia dapat dijelaskan dengan meninjau: (1) Hakekat wujud manusia, (2) Tujuan

penciptaannya, (3) Sumber Daya Insani (SDM), (4) Citra manusia dalam islam.

Dari hakekat wujudnya sebagai makhluk individu dan sosial dapat

disimpulkan bahwa menurut pandangan islam keberadaan pribadi seseorang adalah:

Page 8: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

1. Pribadi yang aktivistik karena tanpa aktivitas dalam masyarakat berarti adanya

sama dengan tidak ada (wujuduhu ka ‘adamihi), artinya hanya dengan aktivitas,

manusia baru diketahui bagaimana pribadinya.

2. Pribadi yang bertanggung jawab secara luas, baik terhadap dirinya, terhadap

lingkungannya, maupun terhadap tuhan.

3. Dengan kesimpulan di atas mengeinplisitkan adanya pandangan

rekonstruksionisme (rekonstruksi sosial) dalam pendidikan islam melalui

individualisasi dan sosialisasi.

1. Tujuan Penciptaan

a. Tujuan utama penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada Allah.

(Q.S. Az-Zahriyah: 56).

b. Manusia dicipta untuk diperankan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. (Q.S. Al-

Baqarah: 30, Yunus 14, Al-An’am: 165).

c. Manusia dicipta untuk membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-

mengenal, hormat menghormati dan tolong-menolong antara satu dengan yang

lain (Q.S. Al-Hujurat: 13), tujuan penciptaan yang ketiga ini menegaskan

perlunya tanggung jawab bersama dalam menciptakan tatanan kehidupan dunia

yang damai.

2. Sumber Daya Manusia

Esensi SDM yang membedakan dengan potensi-potensi yang diberikan

kepada makhluk lainnya dan memang sangat tinggi nilainya ialah “kebebasan”

dan “hidayah Allah”, yang sesungguhnya inheren dalam fitrah manusia.

3. Citra manusia dalam Islam.

Page 9: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Berdasarkan uraian tentang fitrah manusia ditinjau dari hakekat wujudnya,

tujuan penciptaannya dan sumber daya insaninya, tergambar secara jelas

bagaimana citra manusia menurut pandangan islam:

a. Islam berwawasan optimistik tentang manusia dan sama menolak sama sekali

anggapan pesimistik dari sementara filosof eksistensialis yang menganggap

manusia sebagai makhluk yang terdampar dan terlantar dalam hidup dan harus

bertanggung jawab sendiri sepenuhnya atas eksistensinya.

b. Perjuangan hidup manusia bukan sekedar trial and error belaka tetapi sudah

mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas dan yang telah digariskan oleh

Tuhan Yang Maha Bijaksana. Untuk mencapainya manuia telah diberi

pedoman serta kemampuan, yakni akal dan agama.

c. Manusia makhluk yang paling mampu bertanggung jawab karena dikaruniai

seperangkat alat untuk dapat bertanggung jawab yaitu kebebasan berpikir

berkehendak, dan berbuat.

C. Implikasi Fitrah Manusia Dalam Pendidikan

1. Pemberian stimulus dan pendidikan demokratis

Manusia ditinjau dari segi fisik-biologis mungkin boleh dikatakan sudah

selesai, “Physically and biologically is finished”, tetapi dari segi rohani, spiritual

dan moral memang belum selesai, “morally is unfinished”.

Manusia tidak dapat dipandang sebagai makhluk yang reaktif, melainkan

responsif, sehingga ia menjadi makhluk yang responsible (bertanggung jawab).

Oleh karena itu pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan yang memberikan

stimulus dan dilaksanakan secara demokratis.

2. Kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris.

Page 10: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Dengan bantuan kajian psikologik, implikasi fitrah manusia dalam

pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa jasa pendidikan dapat diharapkan

sejauh menyangkut development dan becoming sesuai dengan citra manusia

menurut pandangan islam.

3. Konsep fitrah dan aliran konvergensi

Dari satu sisi, aliran konvergensi dekat dengan konsep fitrah walaupun

tidak sama karena perbedaan paradigmanya. Adapun kedekatannya:

Pertama: Islam menegaskan bahwa manusia mempunyai bakat-bakat

bawaan atau keturunan, meskipun semua itu merupakan potensi yang

mengandung berbagai kemungkinan,

Kedua: Karena masih merupakan potensi maka fitrah itu belum berarti

bagi kehidupan manusia sebelum dikembangkan, didayagunakan dan

diaktualisasikan.

Namun demikian, dalam Islam, faktor keturunan tidaklah merupakan suatu

yang kaku sehingga tidak bisa dipengaruhi. Ia bahkan dapat dilenturkan dalam

batas tertentu. Alat untuk melentur dan mengubahnya ialah lingkungan dengan

segala anasirnya. Karenanya, lingkungan sekitar ialah aspek pendidikan yang

penting. Ini berarti bahwa fitrah tidak berarti kosong atau bersih seperti teori

tabula rasa tetapi merupakan pola dasar yang dilengkapi dengan berbagai sumber

daya manusia yang potensial.

BAB III

DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktifitas

pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan adalah apa yang akan dicapai melalui

pendidikan.

Page 11: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

A. DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Islam sebagai pandangan hidup yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, baik

yang termuat dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung

kebenaran mutlak yang bersifat transedental, universal dan eternal (abadi), sehingga

akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya

memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimanapun (likulli zamanin wa makanin).

Dengan demikian, karena pendidikan Islam adalah upaya normatif yang

berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus

didasarkan pada nilai-nilai tersebut di atas baik dalam menyusun teori maupun

praktik pendidikan.

Dasar pendidikan Islam adalah yang tergolong intrinsik, fundamental, dan

memiliki posisi paling tinggi adalah tauhid karena merupakan seluruh fondasi seluruh

bangunan ajaran Islam.

Pandangan hidup tauhid bukan sekedar pengakuan akan keesaan Allah, tetapi

juga meyakini kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity

of mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity of guidance), dan kesatuan tujuan dari

kesatuan hidup (unity of Godhead).

Dengan dasar tauhid ini, tampak jelas bahwa pendidikan Islam berlandaskan

pandangan teosentrisme (berpusat pada Tuhan).

Perlu juga dijelaskan bahwa pandangan hidup yang melandasi pendidikan

Islam merupakan perpaduan antara teosentrisme dan humanisme, sehingga

terbentuklah istilah humanisme-teosentris.

Karena pendidikan Islam juga berlandaskan humanisme, maka nilai-nilai

fundamental yang secara universal dan obyektif merupakan kebutuhan manusia perlu

dikemukakan sebagai dasar pendidikan Islam, walaupun posisinya dalam konteks

tauhid sebagai nilai instrumental. Nilai-nilai yang dimaksud meliputi kemanusiaan,

Page 12: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmat bagi seluruh alam. (rahmatan li-

al-‘alamin).

B. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

1. Konsep Tujuan Pendidikan Islam.

Menurut Sikun Pribadi, tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam

pendidikan, dan saripati dari seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian,

tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan

sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan

dilaksanakan.

Suatu rumusan tujuan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya. Oleh

karena itu perlu ditegaskan fungsi dari pendidikan itu sendiri. Di antara para ahli

didik ada yang berpendapat bahwa fungsi tujuan pendidikan ada tiga yang

kesemuanya bersifat normatif:

a. Memberikan arah bagi proses pendidikan. Sebelum kita menyusun kurikulum,

perencanaan pendidikan dan berbagai aktivitas pendidikan, langkah yang

harus dilakukan pertama kali ialah merumuskan tujuan pendidikan. Tanpa

kejelasan tujuan, seluruh aktivitas pendidikan akan kehilangan arah, kacau

bahkan menemui kegagalan.

b. Memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan karena pada dasarnya tujuan

pendidikan merupakan nilai-nilai yang ingin dicapai dsan diinternalisasikan

pada anak atau subjek didik.

Tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi

pendidikan. Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani, tujuan

pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok

a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

Page 13: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek

didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.

c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur

dan cara pelaksanaannya.

d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang

dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan

perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan

kebudayaan dimana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan

berkembang bila diperlukan.

2. Pembagian dan Pentahapan Tujuan Pendidikan

Berdasarkan catatan diatas, dapat dikemukakan pentahapan sebagai

berikut:

a. Tujuan tertinggi dan terakhir.

b. Tujuan umum

c. Tujuan khusus

a) Tujuan Tertinggi / Terakhir

Tujuan tertinggi dan terakhir ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan

hidup dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu:

1) Menjadi hamba Allah yang bertaqwa

2) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifatullah fil ard (wakil Tuhan di

bumi) yang mampu memakmurkannya (membudayakan alam sekitarnya).

3) Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.

Page 14: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

b) Tujuan umum pendidikan Islam.

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan

filososif, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum

berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena

menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian subjek didik, sehingga

mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang utuh. Itulah yang

disebut aktualisasi diri (self-realization).

Pendekatan empiris dikembalikan pada pendekatan Qurani. Dalam hal

ini, Muhammad Fadil Al-Jamali mengemukakan tujuan pendidikan dalam

perspektif qur’ani tersebut sebagai berikut:

a) Mengenalkan manusia akan peranannya diantara makhluk dan tanggung jawab

pribadinya dalam hidup.

b) Mengenalkan manusia akan hubungannya dengan lingkungan sosialnya dan

tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.

c) Mengenalkan manusia dengan alam ini dan mengajak mereka untuk

mengetahui hikmah diciptanya dan serta memberikan kemungkinan kepada

mereka untuk mengambil manfaatnya.

d) Mengenalkan manusia dengan pencipta alam (Allah) dan memerintahkan

beribadah kepada-Nya.

Keempat tujuan tersebut merupakan satu rangkaian atau satu kesatuan,

tetapi tujuan pertama sampai dengan ketiga merupakan sarana untuk mencapai

tujuan keempat yaitu ma’rifatullah dan taat beribadah kepadanya.

c) Tujuan khusus pendidikan Islam

Tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan tertinggi,

terakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif

Page 15: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan

tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tertinggi, terakhir

dan umum itu. Pengkhususan tersebut dapat didasarkan pada :

- Kultur dan cita-cita suatu bangsa dimana pendidikan itu diselenggarakan;

- Minat, bakat, dan kesanggupan subjek didik; dan

- Tuntunan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.

BAB IV

ISI PENDIDIKAN ISLAM

A. NILAI SEBAGAI PENDIDIKAN ISLAM.

Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi

sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan

rububiyah) yang merupakan tujuan (ghayah) semua aktifitas hidup muslim. Semua

nilai-nilai lain yang termasuk amal shalih dalam Islam merupakan nilai instrumental

yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat untuk meraih nilai instrumental yang

berfungsi sebagai alat dan prasyarat untuk meraih nilai tauhid.

Dalam menjabarkan konsep nilai baik dasar maupun instrumental sebagai

bagian dari pengembangan kurikulum pendidikan Islam, dapat dielaborasi dari:

Nilai-nilai yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam Al Quran dan

Hadits yang semuanya terangkum dalam ajaran akhlak yang meliputi akhlak dalam

hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, dengan

alam dan makhluk lainnya.

Nilai-nilai universal yang diakui adanya dan dibutuhkan oleh seluruh umat

manusia karena hakekatnya sesuai dengan fitrah seperti cinta damai, menghargai hak

asasi manusia, keadilan, demokrasi, kepedulian sosial dan kemampuan.

Page 16: IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.doc

Dengan uraian diatas menegaskan bahwa nilai-nilai keutamaan (akhlak)

merupakan pendidikan yang sangat pentingdalam pendidikan Islam.

B. ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN ISLAM

Ilmu yang telah digelar oleh Allah lewat ayat-ayat Nya (qauliyah dan

kauniyah) , memang dipersiapkan oleh Allah sebagai fitrah manusia, artinya

memenuhi dorongan asasi manusia yaitu keingintahuan (curiosity) terhadap segala

sesuatu (realita). Menurut Ibnu Khaldun ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah

Tabi’i (pembawaan) manusia karena adanya kesanggupan berfikir. Secara teologis,

mencari dsan mengembangkan ilmu pengetahuan yang merupakan implementasi

fitrah keingintahuan itu pada hakekatnya proses identifikasi diri dengan asma’al-

husna “al-‘Alimu” (Allah Yang Maha Tahu). Dengan identifikasi diri tersebut berarti

manusia telah mempersiapkan dirinya untuk menunaikan amanah kekhalifahannya.

BAB V

TRANSFORMASI

A. ANTARA IDEOLOGI DAN TRANSFORMASI PENDIDIKAN

Sebagai pijakan transformasi pendidikan perlu ditegaskan kembali substansi

ideologi humanisme teosentris pendidikan yang secara eksplisit membedakan dengan

pendidikan lainnya. Mengenai manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan

didasarkan atas pandangan nilai-nilai Ilahiyah dan insaniyah, begitu pula mengenai isi

pendidikan secara aksiologis dan epistimologis mengacu pada paradigma tersebut.