Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
II. GAGASAN PERENCANAAN
PENGERTIAN UMUM HOTEL
1.1 Pengertian Hotel
Banyaknya pengertian yang menjelaskan ten-
tang hotel, tetapi pada intinya punya pengertian
atau pengartian yang sama yaitu suatu sarana
akomodasi dengan wujud bangunan yang memberikan
suatu pelayanan /jasa penginapan, makan dan minum
serta fasilitas lain dalam hal kenyamanan dan
status bagi setiap orang yang dikelola secara
komersiil.
1.2 Penggolongan.Jenis Hotel
Ada beberapa macam tipe hotel yaitu :
A. Berdasarkan sifat dan pelayanan lokasinya :
- Urban Hotel.
16
17
Dimana hotel melayani para tamu yang
bertujuan bisnis tapi tidak hanya untuk
kepentingan bisnis saja. Banyak juga turis
/ wisatawan yang menginap tetapi sebagian
besar adalah businessman. Pada umumnya
terletak di tengah kota dan pusat keramaian.
- Sub Urban Hotel.
Sama dengan Urban Hotel tetapi umumnya ter
letak di pinggiran kota.
- Resort Hotel.
Dimana hotel melayani wisatawan, sangat
memperhatikan lingkungan di mana hotel
tersebut berada. Umumnya terletak di luar
kota atau tempat-tempat lain yang jauh dari
keramaian. Biasanya di daerah pantai atau
pegunungan dan digunakan sebagai tempat
istirahat atau berlibur.
- Airport Hotel.
Dimana hotel melayani para tamu yang bertu
juan bisnis dengan waktu penginapan yang
relatif singkat. Pada umumnya terletak
dekat lapangan udara, stasiun kereta api
atau terminal bis.
\H
- Prestige Hotel.
Diraana hotel lebih mementingkan unsur pres
tige dari pada tamu di dalam bentuk service
dan privacy yang terjaga baik (sumber: Henry
End, Interior and Book of Hotel ).
B. Berdasarkan aspek kelembagaan, geografi dan
penampilan hotel dapat di bagi menjadi 8 jenis
yakni :
- Business Hotel,
- City Hotel.
- Country Hotel.
- Resort Hotel.
- Research Hotel.
- Sport Hotel.
- Transit Hotel.
Hotel Pariwisata.
Untuk uraian terinci lihat tabel II.1 (Thesis
Pramono)
1.3. Klasifikasi Hotel
Pembagian klasifikasi hotel berbintang-
ditetapkan oleh Direktur Jendral Pariwisata
dalam keputusan nomor : Kep-22/U/VI/1978, ten-
tang " Ketentuan Pelaksanaan Usaha dan Klasifi
kasi Hotel ."
Tujuan penetapan klasifikasi hotel adalah
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen
Hotel
Busslness Hotel
City Hotel
Country Hots!
Resort Hotel
Research Hotel,
Sport Hotel
Transft Hotel
Partwisata Hotel
i
Satasan
Sebagian be sar (asilitas untuk tamu yang bertuujuan bisnis
Sarana akomodasi di pusat kota yang menampung tamu beitujuan bisnis
Sarana akomodasi bagi tamu-tanxi antar negara
Akomodasi bagi tamu yang menginap cukup lama dengan tujuan meihat alam kebudayaan. adat setempat
Sebagai faalitas untuk tamu yang bertujuan research
Sebagai faslrtas untuk tamu yang bertujuan sport
Akomodasi bagi tamu yang tewat cepat, bdak menginap lama
Akomodasi bagi wisatawan dengan tujuan rekreasi dan melihat keindahan dan kebudayaan dan adat setemapat
K e l e m b a g a a n
Status Swasta
Swasta
Pemerintafi
Pemerintah/ Swasta
Pemerintah
Pemerintah/ Swasta
Swasta
Pemerintah/ Swasta
Slfat Komersial
Komersial
Formil Komersial
Komersial
Semi Komersial
Semi Komersial
Komersial
Komersial
Fungsl Disediakan bagi tamu yang bertujuan bisnis
Untuk tamu yang bertujuan bisnis
untuk tamu antar negara
melihat keindahan alam, kebudayaan dan
adat setempat
Untuk tamu yang berrtujuan research
Untuk tamu yang bertujuan sport
Untuk tamu yang bertujuan jauh
Untuk tamu yang bertujuan pariwisata
Geografi
Lokasi Di tengah kota
Di tengah kota
Di daerah perkantoran
Di daerah obyek wisata
Tenang
Fasiitas olah raga
Di daerah terminal
Tujuan wisata
Suasana Dagang
Dagang
Kenegaraan
Santai dan indah
Tenang
Tenang
Kesibukan transport
Santai dan indah
Fasllttas Utama Sarana penunjang untuk perdagangan
F asilitas penunjang untuk bisrts
Ruang upacara dan kenegaraan dan
rap at
rekreasi
Laboratorium
Ruang lathan olah raga
Fasilrtas transportasi dan kcmunikasi
FasiStas yyang menunjang rekreasi
Penunjang Rekreasi
indoor
Rekreasi indoor
Rekreasi outdoor
rekreasi indoor j dan outdoor !
j Rekreasi outdoor
Rekreasi outdoor
Rekreasi indoor
Rekreasi outdoor
Sumber: Pramono, thesis bagian Teknik Arsitektur UGM
SPESIFTKASI HOTEL D1TINJAU DARI ASPEK KELEMBAGAAN GEOGRAFI DAN PENAMPILAN
TABEL III
20
serta memberikan birabingan kepada pengusaha
perhotelan agar tercapai mutu pelayanan yang
baik.
Tanda bintang secara berurutan sampai lima
menajadi pembeda klasifikasi hotel, hotel ber
bintang 5 merupakan tingkat pelayanan paling
tinggi sedangkan hotel berbintang 1 merupakan
tingkat pelayanan paling rendah. Disamping itu
terdapat pula hotel yang non bintang karena
hotel-hotel tersebut belum memenuhi syarat-
syarat dan kriteria perhotelan.
Adapun persyaratan penilaian klasifikasi
hotel tersebut antara lain sebagai berikut :
- Persyaratan fisik: meliputi lokasi hotel, kon-
disi bangunan dan lingkungan sekitarnya dan
sebagainya.
- Bentuk dari pelayanan yang diberikan.
- Klasifikasi tenaga kerja : meliputi pendidik-
an, kesejahteraan karyawan dan sebagainya.
- Penyediaan fasilitas. olah raga dan rekreasi
lainnya yang tersedia seperti lapangan tenis,
kolam renang, diskotik dan sebagainya.
- Persyaratan jumlah kamar dan luas kamar hotel
berbintang.
2\
TABEL 0.2
PERSYARATAN HOTEL BERBINTANG
Hotal Bintang
1
2
3
4
5
HI
10-14 krnr
1S29 krnr
30-49 kmr
50-89 kmr
100 kmr
Teramtuk Suita Room
-1 buah
2buah
3 buah
4 buah
LuaaRuang
Single
14 m2
1Bm2
24 m2
24 m2
26 m2
Double
-22 m2
48 m2
48 m2
52 m2
Fasllitae-fatHltae panunjang
Olah raga
1 buah
2 buah
3 buah
3 buah
3 buah
Air berelh
1501
3001
5001
7501
7501
Komunlkaal
1 saluran
2 saluran
3 saluran
4 saluran
6 saluran
Lobby
ada
ada
min 30 m2
min 100 m2
min 100 m2
Rental Space
1 buah
1 buah
3 buah
4 buah
5 buah
Sumber : Kriteria Penggolongaji Hold, Keputusan Dirjen Parivvisala (KPH),1988
Keterangan :
- Jenis fasilitas olah raga yang harus ada,antara : kolam renang, fitness centene, sauna, tennis, squash, games room dan bowling. Untuk hotel bintang 2, 3, 4 dan 5 termasuk kolam renang beserta fasilitasnya.
- Jenis fasilitas rental space yang harus ada, antara lain : drug store, souvenir shop, boutique/beauty salon, bank / money changer, travel agent, airline agent, rental office. (Sumber : Kriteria Penggolongan Hotel,
Keputusan Dirjend Pariwisata (KPH) 1988).
1-4. Pengun.iung Hotel
Pengunjung hotel dapat dibedakan atas
beberapa macam, antara lain :
A. Berdasarkan asalnya, di bagi atas. :
- Pengunjung / wisatawan asing.
- Pengunjung / wisatawan domestik (dalam
negeri).
B. Berdasarkan tujuannya, di bagi atas :
- Wisatawan pesiar, mempunyai tujuan untuk
rekreasi, berlibur, pemulihan kesehatan dan
Z2
olah raga.
- Wisatawan bisnis, mempunyai tujuan untuk
berdagang, mengurus tugas perusahaan atau
instansi.
- Wisatawan konvensi, mempunyai tujuan
mengikuti konferensi (biasanya kegiatan
konferensi ini bisa menyangkut materi
bisnis atau perkembangan ekonomi).
Pengunjung hotel terdiri dari berbagai
tingkatan /golongan status ekonomi. Pemilihan
kelas hotel yang digunakan tergantung pada
kemampuan pengunjung hotel tersebut.
Adapun karakter-karakter pengunjung city
hotel adalah sebagai berikut :
a. Berpergian seorang diri atau berdua, dan
berangkat tidak dengan rombongan.
b. Menginap dengan waktu yang relatif singkat.
c. Pertimbangan pemilihan hotel yaitu yang ter-
dekat dengan obyek yang dituju.
d. Pertimbangan ekonomis dalam pengeluaran
biaya merupakan hal yang utama.
PENGERTIAN JUDUL
" TRIGANA CEDI HOTEL, BANDUNG "
- Trigana :
Lambang raksasa setengah dewa dengan menggarabarkan
23
tiga kekayaan (gajah),
(Sum bar : Kamus Urn urn Bahasa Indonesia dan Bansastra
J a ws\ I n d anes i a ) »
••••• C e d i ::
Hotel ber bin tang 4 ; hotel yang da I am k 1 asi.fi kasin-
ya digolongkan untuk berbintang 4 yang artinya
segala fasilitas,, jumlah kamar dan luasnya serta
pelayanannya sesuai dengan persyaratan yang diten-
tukan untuk berbin tang 4„ Adapun persyaratan-
persyaratan itu dapat di lihat pada penjaiasan di
a ta\s „
- E-iandung :
Kota yang terletak di J&w& Barat dan merupakan
i bukotanya.
Kesimpulan s
Trigana Cedi Hotel, Bandung adalah suatu sarana
akomodasi perhotelan yang memberikan suatu pelaya-
nan /jasa penginapan serta fasilitas fasilitas lain
yang member.! k an kenyamanan dan keamanan sesuai
dengan persyaratan untuk bintang 4 (lihat penjela™
san di atas), yang terletak di kota Bandung. •
3. KEADAAN PERHOTELAN DI JAWA BARAT
Dalam pernbangunan nasianal• aspek pariwisata
24
memegang peranan yang sangat penting, khususnya dalam
bidang ekonomi. Pemerintah menaruh perhatian besar
dalam bidang ini, sebab kepariwisataan menjadi salah
satu sumber pendapatan yang potensial. Sehingga pada
akhirnya kegiatan pariwisata menjadi kekuatan pem-
bangunan yang dapat diandalkan dengan pemasukan de-
visa. Hal ini diwujudkan dalam berbagai kebijaksanaan
Pemerintah.
Pada tahun 1992 jumlah tamu yang datang dan
menginap di hotel berbintang di Jawa Barat berjumlah
1.255.903 orang yang terdiri dari 410.235 tamu
mancanegara dan 845.668 tamu domestik.
Jumlah tamu yang datang dan menginap pada
hotel berbintang meningkat sebanyak 215.990 orang
atau 20,77 persen bila dibandingkan dengan keadaan
tamu 1991. (lihat Tabel II.3).
Meningkatkan jumlah tamu yang datang dan mengi
nap di hotel berbintang di Jawa Barat memerlukan
peningkatan dalam bidang kamar dan tempat tidur. Pada
tahun 1990 di Jawa Barat terdapat 69 hotel berbin
tang yang mempunyai 5.010 buah kamar dan 9.602
tempat tidur.
25
TABEL 113
JUMLAH TAMU HOTEL BERBINTANG DIJAWABARAT TAHUN 1989 -1992
Tahun
1989
1990
1991
1992
TA
Asing
134.292
161.124
339.683
410.235
MU
Domestik
564.774
677.582
700.23
845.668
Jumlah
699.039
838.706
1.039.913
1.255.903
Rata - rata
Kenaihan
19,98%
23,99 %
20,77 %
21,58%
Sumber : Kanwil VI Dept. Parpostel Jawa Barat.
Sedangkan prosentase tingkat penghunian kamar
hotel atau accupancy rate di Jawa Barat mencapai
54,88 % suatu tingkat pengusaha yang boleh dika-
takan kurang begitu baik. Namun demikian pada hotel
golongan kelas bintang 4 dan hotel golongan kelas
bintang 3, tingkat huni mencapai di atas 55 %
tepatnya 69,67 % pada hotel kelas bintang 4 dan
56,43 % pada hotel kelas bintang 3. Dari semua tamu
yang menginap di hotel-hotel di Jawa Barat 28,74 %
adalah wisatawan asing. Wisatawan asing tersebut
paling banyak memanfaatkan hotel golongan kelas
bintang 4 yang mencapai 70,56 % dari seluruh tamu
yang menginap. Rata-rata lama menginap pada hotel-
2G
DIREKTORAT JENDERAL PARIK1SATA
PROPINSI : Jawa B a r a t
R m m n n a m n n n n i
BINTANG
JUHLAH HOTEL
I . KAHAR
Occupancy/ tahun t%)
Roons A v a i l a b l e / t h n .
Roo«s O c c u p i e d / t h n .
Bed A v a i l a b l e / t h n .
Bed S o l d / t a h u n
Dbl. Occupancy (XI
Occupancy/Bin (5)
- J a n u a r i
- P e b r u a r i
- Ha re t
- A p r i l
- Hei
- J u n i
- Ju l i
- Agus tus
- September
- October
- Niveaber
- Desember
II.TAMU
Guest a r r i v a l / t a h u n
% Asine ( a r r i v a l )
3 Dones t ik ( a r r i v a l )
Length of s t a y
- R a t a - r a t a ( s e l u r u h l
- Asing
- D o n e s t i k
I I I . PEMESANAN KAMAR IS)
J a sa P e r s . P e r j a l a n a n
Perusahaan (Coapany)
Langsung
IV. HAKSUD KUNJUNGAN (SI
B e r l i b u r
B I s n i s
B i s n l s & B e r l i b u r
Pe r t cnuan
T u g a s / n i s i / o f 1 ir. U l
L a l n - l a i n
LAPORAN STATISTIK HOTEL TAIIUN
============ I
10
19.34
126,704
62 ,512
272,808
129.434
107.05
41 .57
41 .00
44 .82
36.82
44 .01
51 .11
52 .70
5 3.86
55 .76
5 3 . 3 3
5 9 . 8 !
57 . 25
97.274
6 .25
93 .75
1.33
1 53
1.12
6.41
23.16
70 .42
13.98
7.41
16.20
Jl .98 e, .79
4.64
Sumber : Direktorat Jendral Pari
========== n
2.3
4 9 . 9 3
553 ,803
276 .506
970 ,620
539 ,043
9 4 . 9 5
46 .47
47 . 38
44. 16
4 3 . 5 3
48 .34
54 .90
5 0 . 6 2
5 1 . 5 5
4 7 .29
49 .47
5 3.05
61 ,89
Mil .361
13 .03
86 .97
1 .49
2 .04
1.41
17.58
33.31
49 .10
40 .22
8 . )7
22.51
18.34
7.26
3.2'l
wisatn P
=============== I I I
9
56.4.3
276.415
I55 .9S9
881.487
273.113
75 .08
43.90
54.77
54. 16
«5.Gi
->2.6)
57.51
67.62
58. 20
60. 2 1
57.20
5«.20 '•
6 1 . SO
' 2 M.108
10.59
6 9 . 4 !
1.28
1 .08
1.37
2J .40
48.41
28.19
17.05
11 .03
16.68
8.26
(.11
1.86
: 1990
=========== IV
3
69 .67
203.884
142,038
266.408
227.546
6!). 20
52 .97
54 .79
59.71
61 .89
68 .31
7! 46
8 0 . 6 0
77.61
8 0 . 2 9
72.1,2
79 .76
75 .99
178.804
70.51,
29.4 4
1.27
1.15
1.56
21 . bh
6 J. 07
15.27
18.76
1 1.61
40 .21
12.02
4 .76
12.61
•opinsi Jawa barat.
========== V
0
0 .00
0
0
0
0
0 . 0 0
0. 00
0 .00
0 . 0 0
0. 00
0 .00
0 . 0 0
0 . 0 0
0 .00
0 . 0 0
0 .00
0 .00
0 .00
0 '
0 . 00
0 .00
0 .00
0 .00
0 . 0 0
0. 00
0 .00
0 .00
0 .00
0 .00
0 .00
0 .00
0 . 0 0
0 .00
============= Kese luruhan
45
54 .88
1.160,806
637,045
2 . 3 9 1 , 3 2 3
1.169.136
83 .52
4 7 . 6 5
49.74
49 .34
46 .37
52 .63
58 .02
60 .16
57 .97
57 .08
55 .80
59 .94
63.84
851,052
28.74
71 .26
1.37
1.31
1.40
19.30
45 . 15
35.56
34.80
9 .46
28 .22
16.56
5 .66
5 .29
LAPORAN STATISTIK HOTEL TAIIUN 1990 TABEL
IL4
27
hotel di Jawa Barat secara keseluruhan mencapai 1,37
hari.
4. KEADAAN PERHOTELAN DI BANDUNG
Pembangunan hotel di Bandung akhir-akhir ini
mengalami kemajuan pesat, terbukti dari didirikannya
hotel-hotel bertaraf internasional di Bandung. Pem
bangunan hotel-hotel ini dikarenakan adanya kenaikan
jumlah wisatawan yang datang ke Bandung baik untuk
kegiatan bisnis, pariwisata ataupun hal-hal lainnya.
Dibawah ini diuraikan sedikit tentang keadaan perho-
telan di Bandung saat ini dan proyeksi kebutuhan
akan kamar hotel untuk tahun-tahun mendatang.
Pada tahun 1991 jumlah tamu yang datang dan
menginap di hotel berbintang dan non bintang di
Bandung berjumlah 885.661 orang yang terdiri dari
148.468 tamu asing dan 737.193 tamu domistik.
Jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang dan
non bintang di Bandung meningkat sebanyak 102.496
atau sekitar 13% dibandingkan jumlah tamu pada tahun
1990 yang mencapai 783.165 tamu terdiri dari 140.370
tamu asing dan 642.795 tamu domistik (lihat Tabel
II.5).
Meningkatnya jumlah tamu yang datang dan mengi
nap di hotel berbintang di Bandung memerlukan penin-
gkatan dalam bidang kamar dan tempat tidur. Pada
tahun 1991 di Bandung terdapat 27 hotel berbin
tang yang mempunyai 2.325 buah kamar dan 4.041
2H
tempat tidur. Adapun nama dalam klasifikasi hotel
berbintang yang ada di Bandung pada tahun 1991
(lihat Tabel II.6).
TABEL
11.5 JUMLAH TAMU HOTEL BERBINTANG
DI KGDYA BANDUIJNG TAHUN 1990 - 1995
KLASIFIKASI
Berbintang
TAHUN
1990
1991
1992
1993
1994
1995
TAMU
ASING
132.403
192.264
162.500
184.392
207.598
233.755
DOMESTIK
315.622
405.230
506.538
633.172
791.465
989.331
JUMLAH
448.025
547.494
669.038
817.564
999.063
1.223.086
KENAIKAN
22,4%
Sumber : Dinas Pariwisata Kotamadya Bandung.
Di dalam tingkat penghunian kamar pada hotel
berbintang di Bandung pada tahun 1990 paling tinggi
dicapai oleh hotel bintang 4 mencapai 69, 67 %.(lihat
tabel II.7)
Pada Hotel berbintang di Bandung rata-rata lama
menginap tamu pada tahun 1990 mencapai 2,7 hari untuk
tamu asing dan 1,9 hari untuk tamu domestik (lihat
tabel II.8).
E9
NO. HOTEL BINTANG JUMLAH KAMAR
1 1
2
3
4
5 6 7 8 9
10
11
12
13
If 15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Savoy Homan
Hotel Papandayan
Grand Hotel Preanger
Sheraton Inn Bandung
Horizon
Kumala Hotel
Panghegar Hotel
Perdana Wisata Hotel
Puteri Duyung Cottages
Hotel Sartika
Istana
Mutiara
Trio
Bumi Asih
Anggrek Golden Hotel
Grand Hotel Lembang
Sangkuriang
Abadi Garden Hotel
Patra Jasa Bandung
New Naripan
Pondok Sani Rosa
Cipaku Indah Hotel
Arjuna Piazza Bandung
Guntur Hotel
Hotel Brago The Royal Dogo Inn
Bandung Inn
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
153
245
193
161
140
66
202
69 109
76
54
105
91
27
44
177
46
40
26 33 35 28
30
32
67 45
31
TOTAL 2.325
Sumber: Kantor Statistik Kotamadya Bandung.
NAMA DAN KLASJHKASI HOTEL BERBiNTANG l)[ BANDUNG TAHUN 1991.
TABEL II.6
30
TABEL II.7
TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG MENURUT KLASMKASIBINTANG KEADAAN
JANUAR1 - DESEMBER 1990
BULAN
Januari
Pebruari
Maret
April Mei
Juni
JuH Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata - rata
1
41,57
41,00
44,82
36,82
44,01
51,11
52,70
53,86
55,76
53,33
59,81
57,25
49,34
BINTANG
2 46,47
47,38
44,16
43,53
48,84
54,90
50,62
51,55
47,29
49„47
53,05
61,89
49,93
3 48,90
54,77
54,16
45,01
52,63
57,51
67,62
58,20
60,21
57,20
59,20
61,80
56,43
4 52,97
54,79
59,71
61,89
68,31
71,46
80,60
77,61
80,29
72,62
79,76
75,99
69,67
KESELURUHAN
47.65
49,74
49,34
46,37
52,63
58,02
60,16
57,97
57,08
55,80
59,94
63,84
54,88
Sumber: Kantor Statistik Kotamadya Bandung.
TABEL 11.8
RATA - RATA TAMU MENG1NAP TAHUN 1990
DATA
TAMU MANCANEGARA
T/WU NUSANTARA
SELURUH TAMU
1 2,0
1,5
1,5
2 3,5
2,0
2,1
BINTANG
3 2,4
2,3
2,3
4 2,6
1,9
2.3
5
-
SELURUH BINTANG
2,7
1,9
2,0
Sumber: Kantor Statistik Kotamadya Bandung
81
Sedang tingkat penghunian ganda atas kamar (GPR)
pada hotel berbintang di Bandung pada tahun 1990
rata-rata mencapai 2,21 (lihat tabel II.9).
TABEL 11.9
TTNGKAf PENGHUNIAN GANDA KAMAR (GUEST PER ROOM-GPR) PADA HOTEL, MENURUT HOTEL BERBINTANG DAN
HOTEL NON BINTANG TAHUN 1990
BULAN
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juh
Agustus
September
Oktober
Nopember
Oesember
Rata - rata
HOTEL BERBINTANG
2,41
2,34
2,36
1,97
2,16
2,20
2,25
2,17
2,18
2,48
1,90
1,89
2,21
HOTEL NON BINTANG
1,98
1,96
2,02
2,01
1,98
2,04
2,00
1,99
2,001
2,00
1,95
2,00
2,00
2,1
Sumber : Kantor Statistik Kotamadya Bandung
32
TABEL 11.10
DATA-DATA HOTEL BERBINTANG DAN NON BINTANG DIKODYA BANDUNG TAHUN 1990
JENIS DATA
Jumlah kamar yang ada
Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing
Rata-rata Lama Menginap Tamu Domestik
Rata-rata Lama Menginap Tamu A + D
Tingkat Penghunian Kamar Rata-rata ( R )
Tingkat Penghunian Ganda Kamar / GPR ( r )
Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel
BESARAN
2.325 kamar
2,7 hari
1,9 hari
2,0 hari
54,88 %
2,1 %
448.025 orang
Sumber : Statistik Perhotelan Kotamadya Bandung
S3
5. TINJAUAN DAN POTENSI KOTA BANDUNG
A. Citra dan Peranan Kota Bandung
Bandung yang sering disebut sebagai kota
Kerabang, kota konferensi sejak dilangsungkannya
konferensi Asia-Afrika I telah membawa nama dan
citra Indonesia ke arena politik Internasional dan
menunjuk potensi daripada kota itu sendiri yang
mampu menyelenggarakan konferensi bertaraf inter
nasional .
Sebagai ibukota propinsi Jawa Barat, Bandung
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
daerah-daerah lainnya, kelebihan tersebut antara
lain:
- Mempunyai luas fisik terbesar di Jawa Barat.
- Mempunyai sarana pelabuhan udara yang mana dapat
memperlancar transportasi sehingga menunjang
pertumbuhan industri dan perdagangan.
- Mempunyai ciri khas yang spesifik, yang terdiri
dari dataran tinggi yang mana merupakan potensi
dari pariwisata.
- Berada pada jalur di bagian Selatan yang menghu-
bungkan dua kota besar yaitu Jakarta dan Sura
baya (Gambar 1.2.).
Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka
Bandung merupakan :
Sumber : Peta Pariwisata
J ALUR J ALAN UTAMA DI PULAU JAWA GAMBAR 2.1
35
1. Pusat Pemerintahan Propinsi Jawa Barat.
2. Pusat informasi di Jawa Barat.
3. Pintu raasuk / gerbang Jawa Barat.
Kondisi Fisik
Geografis: Kota Bandung adalah suatu kota yang be-
rada di wilayah Jawa Barat merupakan
ibukota propinsi Jawa Barat, terletak
pada 107°36' Bujur Timur dan 6°55'
Lintang Selatan. Dilihat dari Lokasi
kedudukan kota Bandung menjadi strate-
gis, baik dari segi komunikasi, pereko-
nomian maupun kearaanan, sebab:
a. Terletak pada titik pertemuan poros
jalan raya Barat-Timur yang memudah-
kan hubungan dengan Jakarta, ke
Utara dan Selatan memudahkan Lalu
Lintas ke daerah perkebunan negara
(Subang dan Pengalengan).
b. Dengan komunikasi yang baik dan ti-
dak terisolir memudahkan bergeraknya
aparat keamanan ke segala penjuru.
Topografi: Kota Bandung terletak pada ketinggian
768 di atas permukaan air laut, titik
tertinggi di daerah Utara dengan ke
tinggian 1050 m dan terendah di sebelah
Selatan adalah 675 m di atas permukaan
36
air laut. Wilayah kota Bandung bagian
Selatan keadaan topografinya relatif
datar, sedangkan bagian utara berbukit-
bukit sehingga merupakan daerah yang
berpanorama indah. Kondisi tanahnya
merupakan dataran didaerah pegunungan
mempunyai lapisan tanah/alluvial dari
endapan sungai dan danau.
Iklim : Kota Bandung merupakan kota yang berha-
wa sejuk, temperatur rata-rata tiap
tahun 22,7° C, temperatur min 28,7° C
dan temperatur max 27,6 ° C dengan
curah hujan rata-rata tiap tahun 2159
mm dengan jumlah hari hujan 179 hari,
memiliki kelembaban relatif tiap tahun
rata-rata 72 % dan sinar matahari rata-
rata tiap tahun 57 %, pergerakan udara
rata-rata 0,1 - 0,15 m. Arah angin
semusim yaitu dari Tenggara-Barat Laut
sedangkan arah angin gunung ke segala
arah. Sesuai dengan iklimnya yang di-
pengaruhi oleh iklim pegunungan yang
lembab dan sejuk, maka kota Bandung
terutama di bagian utara banyak terda-
pat tanaman-tanaman bunga dan sayur-
sayuran serta di bagian selatan banyak
dijumpai sawah-sawah.
37
Luas Wilayah: Sesuai dengan Permendagri no. 2 thn
1987, wilayah adininistrasi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung dengan luas
16.729,65 Ha.
C. Potensi Kota Bandung
Melihat uraian di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kota Bandung sebagai ibukota
propinsi Jawa Barat mempunyai banyak potensi
antara lain:
- Sebagai kota perdagangan
Semakin berkembangnya volume perdagangan dan
ekspor impor pada akhir-akhir tahun ini.
- Sebagai kota industri,
Semakin berkembangnya jumlah lokasi perindus-
trian di Bandung.
- Sebagai kota transit
Kota Bandung terletak di tengah-tengah jalur
lalu lintas teramai di pulau Jawa, karena itu
kota Bandung berpotensi untuk menjadi kota
transit.
- Sebagai pintu gerbang kedatangan wisatawan
Kota Bandung adalah ibukota propinsi Jawa Barat
yang memiliki pelabuhan udara, dan merupakan
kota terbesar di propinsi tersebut, sehingga
berpotensi sebagai pintu gerbang kedatangan
38
wisatawan, baik asing raaupun domestik.
- Sebagai kota wisata
Kota Bandung banyak memiliki obyek wisata yang
menarik, salah satunya adalah memiliki bangunan
kuno yang bersejarah, museum dengan benda-benda
kuno bernilai tinggi dll.
D. Struktur Kota
Struktur administrasi kota Bandung dibagi
menjadi 5 wilayah administrasi antara lain:
- Wilayah Bojonagara
- Wilayah Tegallega
- Wilayah Karees
- Wilayah Arcamanik
- Wilayah Cibeunying
Dari kelima wilayah tersebut, sebagai pusat kegia-
tan perdagangan berada di pusat kota Bandung
(lihat Gambar 2.2.).
6. MASTER PLAN KOTA BANDUNG
6.1. Kondisl Dasar Pengemban^an Kota Bandung
Menurut Rencana Induk Kota (RIK), pengem-
bangan dan pembangunan kota Bandung harus diar-
ahkan kedudukannya sebagai kota utama di dalam
lingkup konstelasi wilayah pengembangan Bandung
KA6.BANDUJG
KAB.BAKCk^G
EI3!i .VCi.H :
JALAN U7AMA
h"——{ R£L KESETA API
JZ
FT^) TOAYAB PHCDEAXGAN POSAT IOTA
fejjfel 'TO-YiH PETCBCBA.NCAH BOJOXAGAXA
H H H TIUYAB PEBDOixcM Tffiimci
jggjg TIUTAH PffiGZHEAKCAK XAK22S
HHH THATAS PZKCDOANCAX JLtCAlUKEC
; # % ! TnAYAH mCDGAXCAN OTrUNYDiG
PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN Sumber : RTRK, DTK. H Bandung.
GAMBAR 2.2
40
Raya (mencakup wilayah Garut, Cianjur dan Sume-
dang). Dimana perencanaannya sejak tahun 1975,
sehingga nantinya dapat menanggulangi beban kota
Bandung.
Dalam hal ini pengembangan kota Bandung
harus dilandaskan kepada fungsinya sebagai
tempat kedudukan pusat pemerintahan propinsi
Jawa Barat, sebagai wilayah inti dan wilayah
pengaruh pengembangan kota Bandung Raya.
Pengembangan dan pembangunan kota Bandung
harus didasarkan kepada limitasi dan kendala
fisiografis yang sangat mempengaruhinya. Limita
si dan kendala fisiofrafis utama adalah wilayah
Bandung bagian utara sebagai wilayah resapan air
yang berperan sebagai salah satu resevoir air
dan pengadaan fisik bagi kotamadya Bandung.
Serta wilayah Bandung bagian Selatan secara
makro mempunyai kepentingan regional yang luas.
Secara ekonomis pengembangan kota Bandung
harus diarahkan kepada peranannya sebagai pusat
jasa distribusi produksi dari wilayah sekitarnya
khususnya pertanian dan perkebunan.
Mengingat telah berlangsungnya suatu proses
perkembangan kota sesuai dengan dinamika masyar-
akat kota Bandung, maka strategi utama diarahkan
kepada:
- Peningkatan efisiensi dan efektifitas ba
gian wilayah kota yang telah terbangun.
•II
- Pengarahan dan penataan bagian wilayah
kota yang sudah terbangun dan wilayah
dengan pola tata guna tanah tercampur
(mixed land use).
- Pengarahan dan penataan bagian wilayah
kota yang sedang berkembang, terutama
dipinggiran kota.
- Pengadaan fasilitas dan utilitas kota se-
cara merata diseluruh wilayah kota,
termasuk wilayah perluasan.
Pengembangan tata ruang kota Bandung lebih
ditekankan kepada usaha raengarahkan pengembangan
sumbu Barat-Timur sampai batas-batas tertentu.
Pertimbangan-pertimbangan terutama dikaitkan
dengan :
a. Kecenderungan potensial fungsi - fungsi
perkotaan ke arah Barat dan Timur yang
harus diarahkan secara efisien dan
effektif.
b. Adanya limitasi dan kendala fisiografis
di bagian utara dan bagian selatan
(daerah aliran sungai Citarum).
c. Untuk secara lebih effektif mengintegra-
sikan wilayah perluasan kotamadya Ban
dung yang bobotnya lebih berarah ke
sebelah Tiraur sampai ke ujung Berung).
42
Ren can a Tata Ruang.
Didalam perencanaan tata ruang kota daerah
kotamanya dibagi dalam menjadi 2 hal, yaitu
meliputi :
- Rencana Struktur Tata Ruang Kota.
- Rencana Garis Besar bangunan lahan kota.
* Rencana Struktur Tata Ruang Kota
Rencana struktur tata ruang kota sepenuhnya
didasarkan kepada konsepsi strategi pengembangan
ruang kota kebijaksauaan pembangunan kota dan
penyesuaian Lerhadap 'Po.la Dasar Pembangunan
Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung (PODAS),
Kawasan pusat kota dengan bantuan pusat-
pusat perdagangan sepanjang jalur jalan Jendral
Sudirman, Asia Afrika, Ahmad Yani, akan merupa-
kan pusat kegiatan kota utama dengan wilayah
pelayanan ke seluruh wilayah kota.
Pusat kegiatan kota sekunder dikembangkan
untuk mengefisienkan sistim aktivitas kota dan
sekaligus membantu pusat kota. Pelayanan luasan
perkembangannya secara fisik dibatasi. Pusat
sekunder ini terutama akan melayani kawasan
fungsional perumahan yang berada pada wilayah
pusat masing-masing.
43
Di antara kedua pusat kegiatan akan dikem-
bangkan kawasan fungsional campuran. Keseluruhan
aktivitas yang sifatnya bukan pelayanan lingkun-
gan perumahan akan diarahkan untuk masuk kekawa-
san fungsional campuran dan kawasan fungsional
khusus yang telah ditunjuk (misalnya kawasan
aktivitas primer di jalur Soekarno Hatta dan
kawasan fungsional pemerintahan di wilayah
Diponegoro-Suropati).
* Rencana Garis Besar Penggunaan Lahan Kota
Rencana garis besar penggunaan lahan ruang
kota Bandung secara umum ditempati oleh dua type
penggunaan lahan, yaitu:
- Kawasan yang secara tegas dan jelas hanya di
tempati oleh satu macam kegiatan atau penggu
naan .
- Kawasan yang ditempati oleh berbagai kegiatan
pertokoan secara relatif seimbang. Kawasan
yang ditempati oleh berbagai kegiatan disebut
kawasan campuran (lihat Gambar: 2.3,., 2.4.,
2.5. ).
7. PENGENALAN WILAYAH CIBEUNYING
Wilayah Cibeunying, merupakan suatu wilayah yang
luasnya sebesar 2.517 hektar yaitu sebesar lebih
kurang 15 % dari luas keseluruhan kotamadya Bandung
KAB.BANDUNG
KE CIUEUNYI
KAB.DANDUNG
IKTHUKCLH :
JALAN YANG SUDAH AOA
RENCANA J ALAN
REL KERETA API
RUMAH SUSUN
j t H H H l JASA/PERKANTORAN
INDUSTRI
PENOIOIKAN
frsffifffitj JALUR HIJAU
?c2?i&il KONSERVASI
[ I I | PUSATKOTA
i^SSSsj LAPANGCLAHRA5A/ , . PUSAT OR / TAMAN I B |- RUMAH SAKIT [ g ] L PASAR INOUK
{jgsJIHHl JASA PEROAGANGAN
ISf+TJVl KUBURAN
1 ' C' 1 ISLAMIC CENTRE
TERMINAL
PERUMAHAN
I TEMPAT POTOriG HEWAM
f£??.!?\ TEMPAT FEM6UANGAN AKHIft SAMPAH
PERDAGA i&3 NGAN
JASA/ PERHOTEL AN
RENCANA PENGGUNAAN TANAH TAHUN 2005 Sumber: RTRK, DTK. H Bandung
GAMBAR 2.3
Ar>
nrij\ KAB. BANDUNG
/' KAB. BANDUNG \ I .
E CILEUNYI
Jl.Tol Podo'eiftjj,
KAB.BANDUNG
ETBUNGIN :
P—,,—j JALAN UTAM&-
r ~ * ~ 1 "EL KERSTA API
I 1 | | JALAN
I'lgrioaj JALAN TOL
I""""1"! JALAN ARTERI PRIMER
I 0"- -" 0 - ! J f tL AN KOLEKTOR PRIMER
|gK22Sgj JALAN^ABTERI SEKUNOER
EEEj J A L A N XOUEKTOR SEKUNOER fv^>-^xy" JALAN LOKAL
I I STEornm JAEINGAK u i i s
( § S ^ FESiT IOTA
"4 • PEJGQfflAKGiN F22DACAKG1N
^ 1 PKEDiCANGiN PHJGR
• FUSiT SZTOWiEE
KONSEP PENGEMBANGAN STRUKTUR TATARUANG. Sumber : RTRK, DTK. II Bandung
GAMBAR 2.4
,46
saat ini (16.729,65 Ha). Dengan jumlah penduduknya
sebesar 364.330 jiwa. Wilayah Cibeunying mempunyai
jumlah penduduk dengan kepadatan ± 243 jiwa/Ha.
Wilayah Cibeunying secara fisiografi mempunyai ke-
tinggian antara 710 sampai 1.060 meter diatas permu-
kaan laut dengan kemiringan meninggi ke arah utara.
7.1. Pertimbangan Prioritas Perencanaan
Jaringan jalan di wilayah pembangunan
Cibeunying terdiri dari jalur utama yang ber-
fungsi sebagai arteri sekunder, yaitu: Jl. H
Juanda - Merdeka, Jl. Dr. Setiabudi - Cihampelas
- Cieendo, Jl. Cihampelas-wastukancana - Merde
ka; sebagai akses yang langsung dari wilayah
pembangunan Cibeunying ke wilayah bagian kota
lainnya, khususnya wilayah pusat kota. Jalan
arteri sekunder lainnya adalah jalur Jl. Surapa-
ti, Jl. KH. Hasan Mustopa, Jl. L.L.R.E. Martadi-
nata dan Jl. Ahmad Jani yang berfungsi sebagai
akses kota Bandung ke kota lainnya (Cirebon,
Garut dan Tasikmalaya). Jalan lainnya adalah ko-
lektor sekunder, berperan sebagai akses pergera-
kan di wilayah Cibeunying (lihat Gambar: 2.5.)
Bagian wilayah pembangunan Cibeunying
merupakan suatu wilayah yang sedang berkembang.
Perkembangan titik yang tarapak menonjol adalah
akibat dari:
- Pembangunan jalan pintas Suropati - Cica-
KAS.&&N3UN3
B A ' O j ; C -
KA3.&AVr>-NG
KrERANGiN :
P 1 | JALAN UTAMA
[ - = — = - ) REU KERETA API
x HSSSSfcS
PUSAT KOTA
RENCANA PEROAGANGAN
RENC ANA PERD AGANGAN Sumber: RTRK, DTK H Bandung
GAMBAR 2.5
<"" . ' A . n >
\tt \ \
4
KAB. DANDUNG
Ofl V TV \ \
KAB.DANDUNG C V
"/1 .jL--i=a.> / S
f KAB. BANDUNG \ I
= = * -
9
KAB.DANDUNG
EIHUNGAN :
JALAN UTAMA
REL KERETA API
[-«-y.-J^ JALAN TOL
l " " " " " ' j JALAN ARTERI PRIMER
C * j * ^ j JALAN KOLEKTOR PRIMER
[aaasasj J A L A N A R T E R I S E K U N O E R
\sc=nrs:\ JALAN KOLEKTOR SEKUNOER
p ^ ^ ^ - j JALAN LOKAL
RENCANA HIRARKI JARINGAN JALAN Sumber: RTRK, DTK II Bandung
GAMBAR 2.6
49
heura (Jl. K.H. Hasan M u s t a p a ) .
- Pembangunan lingkungan perumahan baru;
Sukoluyu, Sadang, Padasuka, Cigadung /
Pakar, Bujuong Koneng dan Tubagus Ismail.
Perkembangan titik tersebut diikuti dengan
peningkatan kegiatan fungsional perkotaan seper-
ti:
- Pengembangan fungsi pemerintah regional
(Jawa Barat) maupun nasional yang berpu-
sat di Jl. Diponegoro (gedung Sate) dan
berkembang ke arah utara dan timur.
- Perkembangan kegiatan perdagangan di se-
kitar pasar Cidadas.
- Pusat pendidikan tinggi (ITB, UNPAD, UN-
PAR, dll. ).
- Perkembangan kegiatan fungsional jasa ko-
mersial di sepanjang jalan arteri sekun-
der/primer seperti Jl. Ir. H. Juanda,
Mer-
deka, Jl. A. Yani dan sepanjang jalan
lainnya.
7.2. Sasaran Perencanaan Wilayah Pembangunan Cibeu-
OXJJCUt
Menurut Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK),
pelaksanaan peruntukan lahan harus didukung oleh
50
adanya wewenang hukum yang mendasari penetapan
yang diselenggarakan di atas lahan. Kewenangan
hukura ini dapat diberikan bila tindakan tersebut
berhubungan dengan kepentingan umura yang men-
yangkut kesehatan masyarakat, kesehatan umum,
pembinaan moral dan spiritual, atau menyangkut
kesejahteraan masyarakat luas.
Di samping itu pengaturan peruntukan lahan
juga bertujuan untuk menjamin penggunaan lahan
yang paling sesuai dengan karakteristiknya dan
peruntukannya harus sesuai dengan Rencana Induk
Kota dan kebijaksanaan kota lainnya.
Kebi.iaksanaan Tentang Kawasan Prioritas
Sesuai dengan arahan strategi yang telah
ditetapkan dalam Rencana Induk Kota (RIK),
wilayah Cibeunying termasuk dalam kawasan Prior
itas Skala Bandung, yaitu di sepanjang jalur
jalan A. Yani.
Sedangkan di wilayah pembangunan Cibeunying
sendiri yang perlu mendapatkan prioritas adalah
kawasan penggunaan carapuran, diraana peruntukan
lahannya bersifat luwes (fleksibel). Sedangkan
penggunaan carapuran sementara masih dimungkinkan
di kawasan seperti:
- Kelurahan Babakan Ciamis dan Merdeka se-
bagai kawasan campuran perumahan, perda-
gangan dan perkantoran pemerintahan/swas-
51
ta/militer.
- Di sepanjang jalur jalan Cipaganti, Ci-
hampelas, Ir. H. Juanda, L.L.R.E. Marta-
dinata, Surapati, K.H. Hasan Mustapa,
Aceh, Diponegoro-Supratman sebagai kawa
san penggunaan campuran perumahan, perk-
antoran dan jasa perdagangan. Kegiatan
jasa pemerintahan yang berpusat di jalan
Aceh-Merdeka untuk lingkup pelayanan
Kotamadya Bandung dan di jalan Dipone-
goro.
- Surapati untuk lingkup pelayanan propinsi
/regional Jawa Barat pada prinsipnya
dipertahankan. Sedangkan kantor-kantor
pemerintahan yang tersebar di kawasan
lingkungan perumahan akan dibatasi dan
diusahakan agar berkelompok di kedua
pusat kota tersebut di atas.
- Di sepanjang jalur jalan A. Yani sebagai
kawasan penggunaan campuran perkantoran
dan jasa perdagangan.
- Di Kelurahan Lebak Siliwangi dan Lebak
Gede sebagai kawasan penggunaan campuran
perumahan, perkantoran dan jasa pendidi-
kan.
- Kelurahan Merdeka sebagai kawasan penggu
naan campuran perumahan-perkantoran peme
rintahan / swasta, militer, dan jasa per-
52
dagangan (lihat Gambar 2.7.).
7.4. Ganbayan Umun Rencana Guna Lahan
Rencana penggunaan lahan di wilayah pemban-
gunan Cibeunying tersebut merupakan bagian dari
aspek pengendalian bangunan dan digunakan seba-
gai arahan bagi:
- Penetapan rencana penggunaan serta loka-
sinya.
- Penetapan aspek pengawasan.
(lihat tabel 11.11. )
LOKASI DAN TAPAK
Kriteria Lokasi Proyek
Melihat keberadaan proyek sebagai proyek komer-
sial, maka faktor lokasi sangat mempengaruhi keberha-
silan dari pengadaan proyek ini yang antara lain
didalamnya menyangkut masalah tata kota dan lingkun-
gan sekitarnya.
Oleh karena dasar pemikiran di atas maka dalam
perencanaan lokasi perlu dipertimbangkan faktor-
faktor:
1. Letak lokasi yang strategis, yaitu:
- Terletak di daerah yang berfungsi sebagai pusat
perdagangan, pemerintahan dan kebudayaan sehing-
ga ada kegiatan / aktivitas komersial lingkun-
KAB. BANDUNG ft
% / KAB. BANDUNG
s ,;KE CILEUNYI
KAB. BANDUNG
XETHUh'GlX :
JALAN UTAMA
REL KERE7A API
JALAN
| - « w « ^ J A L A N TOL
' " " 1 J A L A N ARTERI P R I M E R
[ ^ N V - O . ] J A L A N KOLEKTOR PRIMER
|aa:;ga:j J A L A N ASTERI SEKUNOER
K ^ - ' H J n "-AN KOLEKTOR SEKUNOER
p - ^ - ° ^ q JALAN LCKAL
PERKAHTORAJt / JASA
• E PUSAT KOTA
I ( 1 ) 1 PUSAT SEKUTIDER
INDUSTRI
© | PUSAT PENDIOIKAN
fS^S^S^I PERDAGANCAN
I ' y i ^ ' t ' J KONSERVASI
Catalan: ilasil Rcvisi Pola Dasar
Pcmbangunan Dacrah Kotamadya
Dacrah Tin»iat II handling
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG Sumber: RTRK, DTK. II Bandung
GAMBAR 2.7
54
PEMBAGIAN UNIT LINGKUNGAN Sumber : RBWK, DTK. H Bandung
GAMBAR 2.8
55
Rcncana pianygvmaan Lahan lotosi
Unit Lingkvngan Perumahan :
a. Perumahan dengan pcngawasnn k e t a t .
b. Perumahan dtngan persyaratan dan t ekn i s
banguian ter tentu
c. Perumahan yang termasuk Zone canpuran
ptnggvnaan Perunahan dan Perdagangan
( Spot Zone ) .
d. Perumahan yang termasuk Zcno canpuran
penggvnaan Perumahan dan Perkantoran
( Spot Zone ) .
e. Perumahan yang termasuk Zcne canpuran
penggvnaan Perumahan dan Pcndidikan
Perkantoran dan Perdagangan.
f. .-Perumahan yang termasuk Zone canpuran
pengg\naan Perumahan,Perdagangan dan Per
kantoran.
Daerah perdagangan :
a. Kawasan Fungsicnal Perdagangan Pusat Kota
( Spot Zone ) .
b. Kawasan Perdagangan Pusat Sekvndcr Sadmg
Serang.
c. Kawasan Perdagangan pada penggunaan cam
puran Perumahan dan Perdagangan ( lcbih <U
tekankan. pada penggvnaan Perdagangan bo!-u
pa jaca perdagangan).
Daerah Perkantoran i
a. Kawasan Kantor Pemerintahan.
' b . Kawasan campuran Perkantoran dengan pen<i-
gvnaan pengO""**"! - p e r u m a h a n .
- p e r u m a h a n dan p c n d i d i k a n .
- p e r u m a h a n dan p e r d a g a n g a n .
- Dorlokasi di scbolah Utara
- Meliputl uni t lingkvngan i A,B,C,D,E dan F.
- Berlokasi d i sebe lah tengah wilayah Pembangu
nan Cibevnying.
- l l e l i p u t i u n i t lingkungan G,H,I,J,U,V,W,X-,Y,
Au,AE,AF,AG, asn AI .
- Meliputiunit lingkungan i N,0 ,P dan T, kawa
can Perdagangan ber lokas i sepanjang Jalan
Cihampelas.
- Ne l iput i v n i t lingkvngan K.R.S.ZjAA.AB.AC,
dan AH,lokasl sepanjong Jalan K.H, Hasan
Mustapha.kecuali untuk uni t lingkvngan R dan
S,vnit tersebut benar benar irerupakan vnit
canpuran yang s i f a t n y a penetras i ( t idak t e r
• bentuk Spot Zona ) .
- Ne l iput i uni t lingkungan L dan MV
Hel iputi v n i t lingkvngan Q. dan R.
Nel iput i unit lingkvngan T,S,V,W,X,AD,AE,AF,/C
dan AI, yang ber lokas i memanjong disepanjang
Jalan A.Vani.
Terletak pada unit lengkvngan J .
Seperti te lah dikemukakan pada b u t i r l . c . d i a t a s
- Terletak pada Kclurahan Citarvrn dan Cihaur
g e u l i s . (berupa Kantor Pcnerintahan rogianal dan
s e n t r a l ) .
- Pada Kclurahan Dabakan Ciamls ( berupa Kantor
kodiaman Cubornur/Codvng Pakuan ) .
- S e p e r t i t e l a h d ikemukakan p a d a b u t i r
l d , l e dan I f .
Sumber : WBWK, DTK. H Bandung.
RENCANA TATA GUNA TANAH WILAYAH PEMBANGUNAN CBEUYING
LANJUTAN
Bangunan Uraum :
a. Komplek Kebun Binatang.
b. Xomplok Perknntoran ackltar I'DAM
dan Tamansari.
c. Komplek Pendidtkan Tinggi ITD dan UNPAD. d. Komplek Rumah Sakit Umum Cicendo.. Daerah Militers
a. Komplek Secapa.
b. Komplek Makodam dan iSekitarnya.
c. Komplek PPI.
Daerah Industri :
Diperuntukan bagi Industri ringan dan ting
kat polusi rendah.
Daerah Hijau :
a. Penggunaan Kawasan Hijau / tcrbuka
yang terdapat disebelah Utara.
b. Tempat Rekreasi Dago Tea tlousc.
c. Tempat Rckroaai Lebak Siliwongi,
d. Lapangan Terbuka dan Olah P.aga (sekitar Setadion Siliwangi,Gelora dan Taman Ma luku).
e. Pola Jalur Hijau Kota/ Lingkungan. Pekuburan :
Taman Makam Pahlawan dan Pekuburan Umum Cikutra.
- Terletak di Unit lingkungan H. - Torlctok di Unit lingkungan M.
Terletak di Unit lingkungan Mdan L.
Terletak di Kelurahan Tamansari.
Terletak di Xolurahan Ledengdan Ho garmanah.
Terletak di Kelurahan Citarum,Baba kari Ciamis dan Merdeka.
Terletak di Kelurahan Sukamaju.
Berlokasi di Kelurahan Sukapada.
- Pada ketinggian diatas 750 ra.
- Pada Unit lingkungan E, - Pada Unit lingkungan M.
- Pada Unit lingkungan S (sekitar Stadlon Siliwangi,Celora dan Taman Maluku).
- Pada Unit lingkungan P. (sekitar'
Gedung Sate).
- Pada Unit Kelurahan Babakan Ciamic
(sekitar Gedung Kota Madya/Taman Me deka).
- Terdapat; pada unit uni t lingkungan.
- Pada Kelurahan Sadang Serang.
su*ber HBHK. DTK II Bandung.
57
gannya yang mendukung.
- Terletak di kawasan yang mempunyai berbagai fa-
silitas dan sarana yang memadai seperti: jalan
yang baik, jaringan infra struktur yang memadai
serta transportasi umum.
- Letak lokasi sesuai dengan tata guna lahan yang
sudah ditentukan pada master plan sebagai kawa
san komersial.
- Lokasi punya prospek yang baik pada saat ini
maupun pada saat yang akan datang.
Selain lokasi letak, faktor tapak juga ikut
berperan dalam keberhasilan suatu proyek. Faktor-
faktor tapak yang berpengaruh pada keberhasilan
proyek antara lain:
- Terletak dimana terkonsentrasi aktivitas/kegiat-
an yang menunjang, dalam hal ini perdagangan,
perkantoran dan fasilitas umum lainnya.
- Mempunyai lingkungan sekitar yang menunjang.
- Mempunyai kondisi tanah yang cukup baik.
Berdasarkan beberapa analisa di atas maka
lokasi dan tapak yang direncanakan disediakan
yaitu di lingkungan Cihapit dapat memenuhi kriter-
ia yang ada dan sesuai bagi tempat berdirinya
proyek Trigana Cedi Hotel ini.
58
Tinjauan Lokasi
Lokasi yang ditentukan berada di Lingkungan
Cihapit, kecamatan Bandung Wetan dan termasuk
wilayah pengembangan Cibeunying dengan karakteris-
tik daerah campuran perumahan, pendidikan, perkan-
toran dan perdagangan (lihat Gambar 2.2., 2.9. -
2.11.). Batasan dan keadaan lokasi akan dijelaskan
pada penjelasan berikut:
- Batasan Lokasi
Lokasi dibatasi oleh jalan Surapati di sebelah
Utara, jalan Diponegoro merupakan daerah kantor
pemerintah di Sebelah Selatan, gedung RRI Ban
dung di sebelah Barat dan di sebelah Timur
rencana jalan baru.
- Tinjauan Jaringan Infrastruktur
Jaringan infrastruktur yang tersedia adalah
saluran listrik, saluran pembuangan air kotor,
jaringan telepon dan saluran air bersih.
- Potensi Lokasi
- Keberadaan hotel ini berada dekat dengan Ge
dung Sate yang mana merupakan pusat pemerinta-
han dan dikenal oleh masyarakat luas, sehingga
menjadi sebuah landmark kota Bandung.
- Terletak di daerah pemukiman dan perkantoran,
sehingga akan menunjang dalam keberhasilan
proyek ini.
.59
- Kawasan ini merupakan salah satu jalur darat
untuk masuk atau keluar kota, sehingga akan
banyak wisatawan yang akan melalui jalur ini.
Dari fakta-fakta di atas, maka lokasi yang
ditentukan untuk proyek ini dapat memenuhi
kriteria-kriteria yang ada.
Tinjauan Tapak
1. Data Tapak
- Luas Tapak : 21.000 m2
- Batas-batas tapak : - Jalan Surapati (Utara)
- Jalan Diponegoro (Selatan)
- Rencana jalan (Timur)
- Gedung RRI Bandung (Barat)
jarak bebas = min 5 m
(Sumber: Dinas Tata Kota D.T. II Bandung).
2. Batasan Peraturan Daerah
- Luas daerah perencanaan
- K D B / B C
- Luas lantai dasar maksimum
- K L B / F A R
- Luas lantai maksimum
21.000 me
40 %
8.400 m2
1,2
25.200 m2
(ill
ueyuKpayung
KEC.
\ \
NGV/ vs
\\Sembung
w -\;
PERUMNAS - < , SADANGSERANG
Cukangkawung Bojeng
- —REAL E'SfA; \UKALUXh
tyVILAYAH CIBEUNYING^jf$|F /,
Sadang-SerBng^^^^^-^f-lfr1-^:
UN; i .
rt- HA
H
DEDERU|1.ONDOL | UNGK. CIHAURGEULIsV'" 2 |. 3
BATIK UWIT ATIKKERJS
W> •*t*4l
\ N
^ SIP* '4L.^fPQWtlSIHQ:
5 iff &Z£±ffiZ& • M>g &
PROGO v < „ ,
KSA UNGKCiHAPIT \
(/»Sport -£
* a
W 3 / / 5 _ j a -,4
o ' Stadion Q
£
fcb^
7 # LINGC//I
G ^ *
. £ % M.KALER;? ^ M / T E N C S
^CIKAHURIPAN V *
•y&' j> KB
*ft« aJUCIS^/v, %,
\
*f> rx
%,
f §11 '? 'KEiC. BANDUNc!
, t ^ \ ^ .<;• O '
W <^NGKKCICADA
1 _ Q T A M I ^
WETAN *
5PW/^ I \ I & • :
%, I
#x
V
c I 6 UDI
+• M
V !^r~
PETA LOKASI GAMBAR 2.9
61
LEGENOA
Ptnimahan d«noon p«noowo«on kdlol •
Compuron Ptfumohon dan ptrdoganoon
Compuron Pwvmolwn dan Ptrkonioron
Compuron Ptrumohon, P«rdooongon don Ptrkantoron Compuron Pirumohan, Ptndidikon, Pvrkonloron don p«rdagonoan
Kowatnn Pemtrinlohan
Kowoton Mililtr
Indultrl
Putol Stkundtf
Rumor. Sakil
Ptndldlkon
-.V;
WILAYAH PEMBANGLJNAN CIBEUNYING
suuber : RBWK. DKT I I Bandunfl.
RENC ANA TATA GUN A L AHAN GAMBAR 2.10
62
L E G E N D A
PETA RATIO TAPAK BANGUNAN (BCR)
iGAMBARl 2.11