Upload
votram
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan salah satu jenis ayam lokal yang berasal dari
kabupaten ciamis, jawa barat yang memiliki keunggulan dari ayam lokal lain
karena mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dan produksi telur yang tinggi,
sehingga ayam sentul dapat dikategorikan menjadi ayam dwiguna ( Puslitbangnak,
2011). Taksonomi ayam lokal sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Subkelas : Neonithes
Ordo : Galiformers
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus Gallus Domesticus
Ciri – ciri dari ayam sentul umumnya memiliki warna abu – abu dengan
intensitas yang berbeda pada setiap galur. Menurut Nataamijaya (2005) ayam
sentul betina dewasa umumnya (72%) memiliki bulu berwarna abu – abu, dengan
dihiasi warna merah dan jingga di daerah leher, punggung, pinggang dan sayap.
Berdasarkan warna bulu ayam sentul dikelompokan ke dalam 6 varietas (galur),
yaitu sentul kelabu (warna bulunya abu-abu), sentul geni (abu- abu kemerahan),
sentul jambe (warna bulunya merah jingga), sentul batu ( abu keputih – putihan),
sentul debu (warnanya seperti debu), sentul emas (abu kekuning - kuningan).
Ayam sentul dipelihara secara semi intensif dan dapat dijadikan komoditas
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Ciamis (Iskandar dkk., 2010). Ciri-ciri
dari ayam sentul umumnya adalah memiliki warna bulu abu-abu dengan intensitas
8
yang berbeda pada setiap galur. Jengger pada jantan umumnya single comb atau
jengger tunggal, sisik kaki betina berwarna putih dan abu-abu, sedangkan pada
jantan berwarna hitam dan abu-abu (Nataamijaya dkk., 1995).
Berdasarkan warna bulu ayam sentul dikelompokkan ke dalam 6 varietas
(galur) yaitu Sentul Kelabu (warna bulunya abu-abu), Sentul Geni (abu-abu
kemerahan), Sentul Jambe (warna bulunya merah jingga), Sentul Batu (abu-abu
keputih-putihan), Sentul Debu (warnanya seperti debu) dan Sentul Emas (abu
kekuningan). Menurut Meyliyana, dkk (2013) perbedaan warna bulu memiliki
hubungan dengan produktivitas ayam Sentul dengan bobot badan, yaitu dengan
kemampuan fisiologis ternak dalam penyerapan panas kedalam tubuh. Panas akan
lebih banyak terserap oleh permukaan yang memiliki warna lebih gelap. Ayam
Sentul yang memiliki warna bulu lebih gelap akan lebih banyak menyerap panas
dibandingkan dengan ayam sentul yang memiliki warna bulu terang. Suhu tubuh
yang panas akan berdampak langsung terhadap penurunan jumlah pakan yang
dikonsumsi dan peningkatan jumlah konsumsi air minum. Konsumsi pakan
berpengaruh terhadap bobot badan.
2.2 Deskripsi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah asli Asia
Tenggara, tepatnya dari Semenanjung Malaya. Di Indonesia manggis mempunyai
berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung),
manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatra Barat). Pohon manggis dapat
tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan
terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Pusat
penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa
Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatra Barat, Sumatra Utara, Riau, Jawa
Timur dan Sulawesi Utara (Prihatman, 2000).
9
Dalam sistematika (taksonomi), Klasifikasi tanaman manggis adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonaceae
Ordo : Guttiferales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Sumber: Verheij (1997).
Tanaman manggis umumnya memiliki adaptasi yang luas terhadap berbagai
jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis menghendaki
tanah dengan tekstur liar berpasir dan berstruktur. Derajat keasaman tanah yang
dikehendaki adalah 5-7 (agak masam sampai netral). Kedalaman air tanah yang
cocok untuk hidup manggis berkisar 0.5-2 m. Ketinggian tempat antara 0-600 m di
atas permukaan laut (dpl) dengan suhu berkisar antara 25-30 C sangat cocok
sebagai tempat bertumbuh dan berproduksi manggis yang optimum. Curah hujan
1270-2500 mm/tahun dengan 10 bulan basah dalam satu tahun dan kelembaban
udara sekitar 80% dan intensitas cahaya matahari yang optimum (Verheij, 1997).
Manggis tergolong sebagai buah buni yang mempunyai kulit buah tebal
namun mudah dipecah, dengan biji berlapis (pulp) yang mempunyai rasa manis
asam (Pantastico, 1986). Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram
meliputi 79,2 g air, 0,5 g protein, 19,8 g karbohidrat, 0,3 g serat, 11 mg kalsium, 17
mg fosfor, 0,9 mg besi, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2
(riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg (Qonytah, 2004). Daging
10
buah manggis berwarna putih, bertekstur halus dan rasanya manis bercampur asam
sehingga menimbulkan rasa khas dan segar.
Buah manggis terdiri atas bagian-bagian seperti tangkai atau mahkota,
sewaktu matang berubah menjadi ungu atau lembayung tua. Kulit buah manggis
memiliki permukaan yang licin dan keras. Buah ini juga bergetah, namun semakin
tua getahnya akan semakin berkurang. Kulit buah manggis kaya akan pektin, tanin,
zat warna hitam dan zat antibiotik xanthone (Verherj, 1997). Adanya kandunga
tanin menyebabkan rasa dari kulit manggis menjadi sangat pahit. Tanin secara
umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Senyawa
tanin umumnya dapat larut dengan pelarut dari polar sampai semipolar (Hernawan
dan Setyawan, 2003).
2.3 Kulit Manggis
Kulit buah manggis merupakan bagian terbesar yang terdapat dalam buah
manggis, yaitu 70-75% sedangkan bagian lainnya yaitu daging buah 10-15% dan
bijinya 15-20 % (Iswari, 2011). Menurut Permana (2010) kandungan nutrien yang
terdapat dalam kulit manggis adalah air 5,87%, abu 2,17%, lemak 6,45%, protein
3,02%, total gula 2,10%, dan karbohidrat 82,50%. Kulit buah manggis ukurannya
tebal mencapai proporsi sepertiga bagian dari buahnya dan mengandung pektin,
tannin katechin, rosin dan zat pewarna sehingga sering digunakan sebagai bahan
pembuat cat anti karat dan penyamak kulit.
Kulit manggis merupakan cangkang yang dibuang oleh konsumen atau
dapat disebut sebagai limbah hasil pertanian. Sejauh ini pemanfaatan kulit manggis
hanya untuk penyamakan kulit, obat tradisional dan bahan pembuat zat antikarat
serta pewarna tekstil. Kulit buah manggis diketahui mengandung senyawa xanthone
11
sebagai antioksidan, antiproliferativ, dan antimikrobial yang tidak ditemui pada
buah-buahan lainnya.
Kulit buah manggis juga dikenal memiliki daya antimikroba terhadap
beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus (Suksamrarn dkk., 2003).
penelitian yang dilakukan oleh Masniari dan Praptiwi (2010), kulit buah manggis
mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, fenolik, flavonoid yang
merupakan senyawa pada tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri.
2.3.1 Kandungan Gizi Pada Manggis
Biji buah manggis diselimuti oleh aril yang berwarna putih susu, lunak dan
banyak mengandung sari buah, kadang – kadang warna aril tidak putih susu tetapi
putih bening atau transparan. Kandungan gizi yang terdapat dalam daging buah
manggis antara lain, sakrosa, dekstrosa, dan levulosa. Dalam setiap 100 gr buah
manggis mengandung 79,2 gram air, 0,5 gr protein, 19,8 gr karbohidrat, 0,3 gram
serat, 11 mg kalsium, 17 mg Fosfor, 0,9 mg besi.14 IU vitamin A. 66 mg vitamin
C, 0,09 mg vitamin B1 (thiamin), 0,06 vitamin B2 (riboflavin), dan 0,1 mg vitamin
B5 (niasin).
2.3.2 Antioksidan pada Kulit Manggis
Antioksidan adalah senyawa yang dapat memperlambat proses oksidasi
lipid. Antioksidan alami dan sintetis banyak digunakan dalam pengolahan bahan
makanan (Afrianti, 2010). Xanthone merupakan komponen antioksidan paling
penting dalam kulit manggis, kandungan xhantone pada kulit buah manggis 27 kali
lebih banyak daripada yang terkandung pada daging buah manggis. Adanya
kandungan xanthone dalam kulit manggis bertindak sebagai antioksidan,
antiproliferatif (penghambat pertumbuhan kanker), antiinflamasi, dan
antimikrobial. Sifat antioksidan kulit manggis melebihi vitamin E dan vitamin C.
12
Menurut Mardawati dkk, (2008) xanthone merupakan kelompok senyawa
bersifat antioksidan, antibakteri, antifungi, antialergi, antitumor, antihistamin, dan
antiinflamasi. Antioksidan membantu menghilangkan radikal bebas, menghambat
penuaan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengontrol penyakit degenerative
seperti arthritis, sebagai terapi untuk penyakit kardiovaskular semisal hipertensi,
penyakit jantung iskemik dan atherosclerosis. Senyawa itu terdapat pada kulit buah
dan biji, kulit batang, daun serta sebagian kecil di daging buah manggis.
Sifat antioksidan kulit buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif
terutama dari kulit buah. Bahan aktif yang telah berhasil diidentifikasi dari kulit
buah manggis berupa sejumlah besar senyawa xanthone, diantaranya adalah 8-
hydroxycudraxanthone G, mangostingone ,7-methoxy-2-(3-methyl-2-butenyl)-8-(3-
methyl-2-oxo-3-butenyl)-1,3,6-trihydroxyxanthone, cudraxanthone G, 8-
deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin, 1-
isomangostin, -mangostin, -mangostin, mangostinone, smeathxanthone A, dan
tovophyllin A. Diantara senyawa xanthone, -Mangostin dan -mangostin
merupakan komponen terbesar (Jung dkk., 2006). Uji aktivitas antioksidan dengan
menggunakan peroksinitrit sebagai radikal bebas diketahui bahwa 8-
hydroxycudraxanthone G, gartanin, -mangostin, -Mangostin dan
smeathxanthone A merupakan komponen yang memilki aktivitas antioksidan
terbesar (Jung dkk., 2006). Kulit buah manggis memiliki kandungan senyawa aktif
yang termasuk golongan xanthone (Pradipta dkk., 2007).
2.3.3 Xanthone
Xanthone adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur
cincin 6 karbon dengan kerangka karbon rangkap. Struktur ini membuat xanthone
sangat stabil dan serbaguna. Xanton berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferasi,
anti-inflamasi, dan antimikrobial. Antioksidan sangat dibutuhkan untuk
penyeimbang pro-oxidant di dalam tubuh dan lingkungan, yang dikenal sebagai
13
radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu atom, molekul atau senyawa yang
didalamnya mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga
sangat reaktif, yang berasal dari dalam tubuh atau pun lingkungan (Andayani,
2008). Radikal bebas tersebut dapat dicegah atau dinetralisasi dengan
menggunakan antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menunda, memperlambat atau mencegah proses oksidasi lipid (Schuler 1990).
Indonesia sebagai negara tropis memiliki iklim suhu udara relatif tinggi. Kondisi
ini merupakan faktor predisposisi kejadian stress yang memicu pelepasan radikal
bebas dalam darah yang berimplikasi pada stress. Kondisi stress ini pada
pemeliharaan ternak akan menurunkan laju pertumbuhan yang berujung pada
pertambahan bobot badan yang rendah. Antioksidan merupakan senyawa penting
yang berfungsi menangkap radikal bebas.
2.4 Edible Ayam Sentul
Edible merupakan bagian dari tubuh ternak yang dapat dikonsumsi. Edible
terdiri dari (jaringan otot yang termasuk di dalam lemak intramuscular), kulit
berikut lemak subkutan dan giblet (jeroan), gizzard (empedal), hati serta jantung
(Murawska dkk, 2011).
2.4.1 Karkas
Karkas adalah bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara
halal, pencabutan bulu dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki, paru –
paru dan ginjal ( SNI, 2009 ). Perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup
atau dinyatakan sebagai presentase karkas sering digunakan sebagai ukuran
produksi, karena karkas termasuk bagian terbesar yang bisa dikonsumsi ( edible ).
Besarnya presentase karkas dari bobot hidup sekitar 75% (Rasyaf, 1999).
14
Karkas unggas khususnya ayam merupakan bentuk komoditi yang paling
banyak dan umum diperdagangkan. Presentase karkas merupakan faktor penting
untuk menilai produksi dari hewan pedaging. Faktor yang berpengaruh terhadap
karkas dan giblet diantaranya :
1. strain
2. besar ayam
3. jenis kelamin, dan
4. umur ( Morran dan Orr, 1977)
terdapat berbagai macam bentuk pemasaran karkas unggas menurut jull
(1979) antara lain sebagai berikut :
1. dressed karkas yaitu karkas tanpa darah dan bulu
2. ready to cock yaitu bagian tubuh ayam tanpa darah, kepala, bulu, kaki,
leher, dan organ dalam kecuali giblet ( hati gizzard dan jantung )
3. empty karkas yaitu bagian tubuh tanpa darah, bulu, kaki, leher, kepala,
dan seluruh rongga isi perut.
4. Eviscerated carcass yaitu tubuh ayam tanpa darah, bulu, dan isi rongga
perut
5. Cut up chicken yaitu potongan – potongan karkas
2.4.2 Giblet
Giblet adalah hasil ikutan dari karkas ayam yang terdiri dari bagian jantung,
hati dan gizzard. Giblet tergolong jaringan tubuh yang masak dini dan sangat
diperlukan untuk menunjang kehidupan dalam awal pertumbuhan (Hafez, 1995).
Hati adalah jaringan berwarna coklat kemerahan terdiri dari dua lobus besar yang
terletak pada lengkungan duodenum dan gizzard (Tanudimaja, 1964). Bagian dari
tepi hati secara normal yaitu berbentuk lancip, tetapi apabila terjadi pembesaran
hati akan menjadi bulat (Mc Lelland, 1990). Hati mempunyai fungsi yang komplek.
15
Hati memiliki peran dalam sekresi empedu, metabolisme lemak, metabolisme
protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme zat besi, fungsi detoksifikasi,
pembentukan darah merah serta metabolisme dan penyimpanan vitamin (Ressang,
1984).
Gizzard merupakan organ yang terletak diantara proventrikulus dan usus
halus yang terdiri dari otot tebal berwarna merah dan ditutupi lapisan tanduk
ephitelium. Bentuk gizzard yaitu bulat telur dan dilengkapi dengan dua lubang
saluran pada ujungnya dan terdiri dari serabut otot yang kuat. Bagian depannya
berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian yang lain dengan usus halus (Akoso,
1998). Gizzard memiliki dua pasang otot yang kuat dan sebuah mukosa. Otot
gizzard akan mengalami kontraksi apabila ada makanan yang masuk kedalamnya
(North dan Bell, 1990). Gizzard memiliki fungsi menggiling atau memecah partikel
makanan agar ukurannya menjadi lebih kecil (Pound dkk, 1995).
Berat gizzard dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan makanan. Persentase
berat gizzard berkisar antara 1,6-2,3% terhadap bobot hidup (Putnam, 1991).
Bagian leher ayam biasa dikonsumsi baik di Indonesia maupun luar negeri. Bagian
leher relatif lebih cepat tumbuh maksimum pada umur muda dibanding bagian
badan ayam. Bagian leher merupakan bagian yang banyak tulang namun memiliki
perdagingan sedikit, akan mengalami penurunan pada umur 12-20 minggu (Jull,
1979). Bobot leher ayam sentul umur 8 minggu 37,25 gram atau 3,99 % dari bobot
potong (Dennis, 2016).
Unggas memiliki 4 ruang pada jantung yaitu dua atrium dan dua ventrikel
gizzard Setiap jenis unggas memiliki ukuran jantung yang bervariasi, tetapi tidak
banyak variasi antara ayam muda dan ayam dewasa (Putnam, 1991). Besar jantung
pada unggas tergantung pada umur, berat badan dan aktivitas ternak (Ressang,
1984). Berat jantung unggas berkisar 0,42-0,70 % dari bobot hidup. Dinding
jantung mengalami penebalan, sedangkan pada ventrikel relatif menyempit apabila
16
otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Ressang, 1984). Jantung
sangat rentan terhadap racun dan zat anti nutrisi, pembesaran jantung dapat terjadi
karena adanya akumulasi racun terhadap otot jantung (Nabib, 1987).
2.5 In-Edible Ayam Sentul
In-edible adalah golongan bagian tubuh ayam yang tidak dapat di konsumsi,
untuk bisa dimanfaatkan harus melalui beberapa tahapan pengolahan, baik secara
mekanisme maupun kimia (Widjaya, 2003). Bagian yang termasuk inedible adalah
darah, bulu, kepala, leher, kaki, jeroan dan lemak abdominal. Persentase bagian
edible dan in edible pada ternak sangat bergantung pada strain, tingkat pemberian
nutrient, bobot badan, umur ternak, jenis kelamin. (SNI, 1995)
2.5.1 Kepala dan Leher
Kepala dan leher merupakan organ tubuh yang lebih banyak organ
tulangnya dari pada dagingnya. Bagian leher dan kepala sering menjadi
permasalahan dimana hasil ikutan ini kurang diminati, sehingga apabila tidak ada
pembeli akan dibuang dan menjadi limbah serta akhirnya dapat menimbulkan
penyakit (Dika., 2011).
Bagian leher merupakan bagian yang banyak tulang namun memiliki
perdagingan sedikit, akan mengalami penurunan pada umur 12-20 minggu (Jull
1979). Bobot leher ayam sentul pada umur 8 minggu 37,25 gr atau 3,99 % dari
bobot potong (Dennis, 2016. presentase kepala dan leher berkisar 7,8 % dari bobot
hidup ayam (Siregar dkk, 1980)
2.5.2 Darah
Darah merupakan limbah pemotongan oleh karena itu termasuk ke bagian
in-edible. Darah banyak dimanfaatkan sebagai campuran ransum ternak yang
diolah menjadi tepung karena mengandung protein tinggi. Darah pada ayam
17
berkisar 4 % dari berat tubuh (Swatland, 1984). Sedangkan pada ayam umur 6
minggu mencapai 3,99 % dari berat ayam (Crawley, 1979). Darah memiliki fungsi
yang sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai suatu sistem transportasi zat-zat
nutrisi dari makanan, air, oksigen dan karbondioksida serta sel tubuh. Banyak darah
dalam tubuh unggas berkisar 8-10 % dari tubuh, yang terdiri atas plasma darah dan
sel darah yang terbagi atas sel darah merah dan sel darah putih (Jull, 1979).
Persentase darah berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, bangsa dan
besar kecilnya ternak (Mountney, 1976).
2.5.3 Bulu
Hampir semua permukaan tubuh ayam dipenuhi bulu kecuali muka, paruh,
dan kaki. Persentase bulu ayam berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin,
bangsa dan besar kecilnya ayam. Bulu ayam juga dimanfaatkan menjadi tepung
bulu yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran ransum pada ayam. Protein kasar
tepung bulu ayam mencapai 86,5% dan energi metabolis 3,047 kcal/kg (Murtidjo,
1995).
2.5.4 Jeroan
Bagian organ saluran pencernaan merupakan bagian in-edible. Menurut
hasil penelitian Crawley, dkk (1979) persentase jeroan adalah 5,69% sementara
persentase usus halus sebesar 2,5% (Jull, 1979) maka diperkirakan bobot jeroan dan
usus halus berkisar 3,4 % dari bobot tubuh.
2.5.5 Kaki
Kaki ayam atau ceker ayam (shank) adalah suatu bagian dari tubuh ayam
yang kurang diminati, yang terdiri atas komponen kulit, tulang, otot dan kolagen.
Sehingga perlu sentuhan teknologi untuk diolah menjadi produk yang memiliki
nilai tambah. Kaki ayam pada umur 42 hari mengandung protein 19,39 %, lemak
18
14,58 % dan air 60,83 % (Crawley dkk., 1979). Panjang shank merupakan
pendugaan yang tepat untuk penentuan bobot badan (Mansjoer, 1981). Panjang kaki
atau shank mempunyai korelasi positif dengan bobot badan dan menentukan
komposisi tubuhnya (Jull, 1979). Persentase kaki ayam sebesar 4,4 persen dari
bobot ayam (Siregar dkk., 1980)