Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
3.1.1 Ternak Percobaan
Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah itik Magelang Jantan yang
dipelihara selama 60 hari di Kandang itik milik Bapak Asep yang beralamat di Jl.
Caringin, Jatinangor, Jawa Barat. Penelitian menggunakan 6 perlakuan dan 10
pengulangan. Umur itik yang digunakan 1 hari setelah menetas. Total itik yang
dipelihara sebanyak 60 ekor.
3.1.2 Probiotik Streptococcus thermophillus dan Bacillus cereus
Probiotik Streptococcus thermophillus dan Bacillus cereus dicampurkan
ke dalam air minum sebanyak 10 ml/L dengan proporsi sebagai berikut.
P0 : tanpa probiotik
P1 : 100% Streptococcus thermophillus + 0% Bacillus cereus
P2 : 25% Streptococcus thermophillus + 75% Bacillus cereus
P3 : 50% Streptococcus thermophillus + 50% Bacillus cereus
P4 : 75% Streptococcus thermophillus + 25% Bacillus cereus
P5 : 0% Streptococcus thermophillus + 100% Bacillus cereus
3.1.3 Kandang dan Peralatan
Kandang dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kandang dengan sistem flock yang berukuran 30 cm x 30 cm x 50 cm. Tiap petak
kandang diisi itik sebanyak 1 ekor. Total petak kandang yang dibutuhkan adalah
sebanyak 60 petak (flock).
24
3.1.4 Bahan dan Alat Penelitian
3.1.4.1 Pembuatan Probiotik
1. Beaker glass, untuk menyimpan larutan probiotik.
2. Petri dish, tempat untuk membiakan sel bakteri.
3. Botol kecil, untuk menampung campuran probiotik yang akan diberikan pada
itik.
4. Alkohol, untuk strerilisasi alat agar tidak terkontaminasi.
5. Autoklaf, untuk sterilisasi alat agar tidak terkontaminasi.
6. Sabun cair, untuk membersihkan alat yang telah dipakai.
7. Aquadest, cairan untuk membuat larutan.
8. Magnetic stirer, alat pencampur ketika proses perbanyakan mikroba.
9. Ose steril, untuk memindahkan mikroorganisme.
10. Labu erlenmeyer, untuk pembuatan inoculum.
11. Fermentor, untuk aerasi (penambahan udara).
3.1.4.2 Pemeliharaan
1. Alas kandang menggunakan tipe panggung dengan tinggi 20 cm.
2. Brooder (pemanas), menggunakan lampu pijar 40 watt untuk menjaga suhu
agar tidak terlalu dingin selama pemeliharaan.
3. Tempat pakan (feeder) dan tempat air minum (drinker).
4. Pisau, sebagai alat potong untuk menyembelih.
5. Ember, sarung tangan karet, timbangan digital, air hangat.
6. Tirai plastik, untuk menutup seluruh kandang agar suhu di dalam tidak
terlalu dingin ketika malam hari.
25
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Tahap Persiapan
1. Persiapan pembuatan probiotik dilakukan dengan cara mensterilkan semua
alat yang digunakan yaitu beaker glass, petri dish, botol kecil, dicuci dengan
sabun cair, selanjutnya dibilas sampai bersih kemudian dibungkus dengan
kertas dan disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit
dengan tekanan 15 atm suhu 1210C dengan tujuan menghilangkan
kontaminasi mikroba lain.
2. Kandang beserta peralatan yang digunakan dibersihkan dan didesinfeksi
terlebih dahulu dengan cara penyemprotan menggunakan desinfektan, diikuti
dengan pemasangan lampu dan litter kandang. Persiapan kandang sebanyak
60 unit dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 50 cm. Begitu juga dengan tempat
pakan dan air minum dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Ransum yang digunakan adalah ransum yang dibuat sendiri disesuaikan
dengan kebutuhan itik pedaging. Kandungan energi dan formulasi ransum
yang akan diberikan pada itik adalah sebagai berikut.
26
Tabel 3. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien dalam Bahan Pakan
Bahan pakan
EM PK LK SK Ca P Lisin Metionin Sistin
....Kkal…
… /kg..... ……..........................................%........................................................ Jagung kuning
3370 8,60 3,90 2,00 0,02 0,10 0,20 0,18 0,18
Dedak halus
1630 12,00 13,00 12,00 0,12 0,20 0,77 0,29 0,40
Bungkil kedelai
2240 45,00 0,90 6,00 0,32 0,29 2,90 0,65 0,67
Bungkil kelapa
2120 21,00 1,80 15,00 0,20 0,20 0,64 0,29 0,30
Tepung ikan
3080 60,00 9,00 1,00 5,50 2,80 5,00 1,80 0,94
Tepung tulang
0 0,00 0,00 0,00 24,00 12,00 0,00 0,00 0,00
Minyak kelapa
8600 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Premix 0 0,00 0,00 0,00 10,00 5,00 0,30 0,30 0,10
Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Padjadjaran (2014).
Tabel 4. Formulasi Ransum Percobaan
Bahan Pakan Persentase
..........%..........
Jagung kuning 49,00
Dedak halus 19,25
Bungkil kedelai 14,00
Bungkil kelapa 5,75
Tepung ikan 10,00
Tepung tulang 1,50
Minyak kelapa 0,00
Premix 0,50
Jumlah 100,00
27
Tabel 5. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien dalam Ransum Percobaan
Kandungan Bahan Persentase
..........%..........
Protein Kasar 20,03
Lemak Kasar 5,54
Serat Kasar 5,09
Kalsium 1,05
Fosfor 0,62
Lisin 1,19
Metionin + sistin Energi metabolis (2709 kkal/kg)
0,80
Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4.
3.2.2 Pembuatan Probiotik
Pembuatan probiotik dalam penelitian ini mengacu pada pembuatan
probiotik oleh Manin, et al. (2007) yang dijelaskan di bawah ini.
3.2.2.1 Perbanyakan mikroba Streptococcus thermophillus
Sebanyak 54 gram MRS Agar dilarutkan dalam 1000 ml aquadest,
dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirer, disterilisasi dengan
menggunakan autoclaf dengan suhu 1210 C, tekanan 15 atm, dan waktu 15 menit.
Setelah proses sterilisasi selesai, media didistribusikan sebanyak 4 ml dalam
cawan petri 10 ml dan dibiarkan sampai padat selama 24 jam. Setelah itu, kultur
ditanam di media steril menggunakan ose steril dengan menggoreskan ose ke
permukaan media, kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 38-400 C selama 24-
48 jam hingga kultur bertumbuh.
28
3.2.2.2 Pembuatan medium aerasi Streptococcus thermophillus
Sebanyak 100 gram tepung bungkil kacang kedelai dan 100 ml molases
dicampurkan ke dalam 1000 ml aquades kemudian dididihkan selama 5 menit,
disaring dan didinginkan. Setelah medium aerasi dingin, medium aerasi
diautoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C dengan tekanan 15 atm.
3.2.2.3 Pembuatan Inokulum Streptococcus thermophillus
Sebanyak 10 ml ekstrak tepung bungkil kedelai dan molases steril
dimasukkan ke dalam petri dish yang telah ditumbuhi biakan murni Streptococcus
thermophillus, dikocok sampai mikroba lepas dari media, lalu dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 ml yang telah berisi ekstrak tepung bungkil kedelai
dan molases sebanyak 50 ml. Kemudian diaerasi dalam fermentor selama 12-18
jam pada suhu 38-400 C dengan harapan diperoleh jumlah bakteri minimal 10
6 sel
bakteri Streptococcus thermophillus (Stanburry and Whitaker, 1984). Jumlah
koloni Bacillus cereus dihitung dengan Total Plate Count (TPC) melalui metode
pengenceran.
3.2.2.4 Perbanyakan mikroba Bacillus cereus
Medium Bacillus cereus terdiri dari Bacto agar 25 gram, dilarutkan
dengan aquadest hingga volumenya menjadi 1000 ml, lalu dihomogenkan dengan
magnetic stirer dan disterilisasikan dengan autoclaf pada suhu 1210
C dan tekanan
15 atm selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi selesai, media Bacillus
dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, lalu dimiringkan dibiarkan
sampai memadat, sebagian lagi dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 5 ml
lalu dibiarkan sampai memadat dan selama 24 jam. Setelah itu, kultur ditanam
dengan menggunakan ose steril dengan cara menggoreskan ose ke permukaan
29
media kemudian diinkubasi pada suhu 38-400 C selama 24-48 jam sampai kultur
bertumbuh.
3.2.2.5 Penyediaan medium aerasi untuk Bacillus cereus
Sebanyak 50 gram tepung ikan dan 50 gram gula dilarutkan dalam 1000
ml aquadest, kemudian dipanaskan sampai mendidih (1000 C selama 5 menit,
saring dan didinginkan). Setelah dingin medium tersebut diautoclave pada suhu
1210
C dan tekanan 15 atm selama 15 menit.
3.2.2.6 Pembuatan Inokulum Bacillus cereus
Sebanyak 10 ml ekstrak tepung ikan dan gula steril dimasukkan kedalam
petri dish yang telah ditumbuhi biakan murni Bacillus, dikocok sampai mikroba
lepas dari media, lalu dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml yang telah
berisi ekstrak tepung ikan dan gula sebanyak 50 ml. Kemudian diaerasi dengan
fermentor dengan kecepatan 14 liter/menit pada suhu 38-390 C selama 12-18 jam.
Diharapkan inokulum sudah mengandung minimal 106 sel Bacillus (Stanburry and
Whitaker, 1984). Jumlah bakteri Bacillus cereus dihitung dengan Total Plate
Count (TPC) melalui metode pengenceran.
3.2.2.7 Pembuatan Campuran Probiotik
Setelah inokulum siap, pencampuran probiotik dilakukan sesuai dengan
perlakuan yang sudah ditentukan dan diberikan dengan jumlah 10 ml/liter air
minum.
30
Untuk setiap liter probiotik yang siap pakai, maka campurannya adalah sebagai
berikut:
P0 : tanpa probiotik
P1 : 100 % Streptococcus thermophillus
P2 : 25 % Streptococcus thermophillus + 75 % Bacillus cereus
P3 : 50 % Streptococcus thermophillus + 50 % Bacillus cereus
P4 : 75 % Streptococcus thermophillus + 25 % Bacillus cereus
P5 : 100 % Bacillus cereus
3.2.3 Komposisi Campuran Probiotik Streptococcus thermophillus dan Bacillus cereus di dalam air minum
Bahan probiotik yang digunakan adalah Streptococcus thermophillus dan
Bacillus cereus. Penyusunan campuran dilakukan berdasarkan pada perlakuan
yang akan diberikan sesuai dengan penelitian sebagai berikut.
Tabel 6. Persentase Campuran Probiotik Streptococcus thermophillus dan Bacillus cereus
Probiotik P0 P1 P2 P3 P4 P5
………………………….%........................................ Streptococcus thermophillus 0 100 75 50 25 0
Bacillus cereus 0 0 25 50 75 100
3.2.4 Tahapan Penelitian
DOD yang baru datang ditimbang untuk mengetahui bobot awalnya.
Setiap kandang diberi nomor dan kode perlakuan secara acak, kemudian DOD
ditempatkan secara acak ke dalam 60 unit kandang masing-masing 1 ekor. Itik
31
dipelihara selama 60 hari. Ransum yang digunakan ditimbang sebelum diberikan,
kemudian diberikan 2 kali dalam sehari. Pemberian air minum dilakukan dengan
mencampurkan 1000 ml air dengan 10 ml campuran probiotik seperti pada Tabel
6.
Setelah umur 60 hari, itik dipuasakan 12 jam sebelum pemotongan,
kemudian itik dipotong seluruhnya dan ditimbang bobot potong, bobot bagian
edible dan bobot bagian inedible nya.
3.2.5 Peubah yang diamati
3.2.5.1 Bobot Potong
Bobot potong adalah bobot hidup itik sebelum dipotong yang sebelumnya
sudah dipuasakan selama 8-12 jam.
3.2.5.2 Bagian Edible (Biyatmoko, 2001)
1. Bobot karkas yaitu bobot tubuh tanpa darah, bulu, leher, kaki, kepala
dan seluruh isi rongga perut kecuali giblet
2. Bobot giblet meliputi berat jantung, hati dan ampela
3. Bobot leher
3.2.5.3 Bagian Inedible (Biyatmoko,2001)
1. Bobot jeroan tanpa giblet
2. Bobot kepala
3. Bobot kaki
4. Bobot bulu yaitu setelah dipisahkan dari tubuh itik
5. Bobot darah yaitu berat bobot setelah dipotong dikurangi bobot potong
6. Bobot lemak abdominal
32
3.2.6 Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 10 ulangan. Penempatan itik dalam tiap
unit kandang percobaan dilakukan secara acak.
Data yang diperoleh dianalisis ragam, apabila pengaruh berbeda nyata
maka dilakukan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
Tabel 7. Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman DB JK KT F-hitung
Perlakuan t - 1 JKP KTP KTP/KTG
Galat t(r - 1) JKG KTG
Total tr - 1 JKT
Keterangan:
JK : Jumlah Kuadrat
DB : Derajat Bebas
KT : Kuadrat Tengah
FK : Faktor Koreksi
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + α i+ ε i j
Keterangan :
Yij = Nilai Pengamatan pada perlakuan ke-i yang mendapat ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum (rata-rata populasi)
α i = Pengaruh perlakuan ke-i
ε i j = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
33
i = 1,2,3,4,5,6.
j = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Hipotesis
H0 : P0 = P1 = P2 = P3 = P4 = P5
H1 : P0 ≠ P1 ≠ P2 ≠ P3 ≠ P4 ≠ P5, atau paling sedikit ada perlakuan yang tidak
sama
Jika F-hitung > F-tabel maka H1 diterima, H0 ditolak (signifikan). Uji
lanjut dilakukan dengan Uji Duncan.
Apabila ada perbedaan yang nyata (F 0,05) antar perlakuan, maka
dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan rumus :
= √
LSR = SSR x Sx
Keterangan :
Sx = Simpangan baku
r = Jumlah ulangan
KTG = Kuadrat tengah galat
LSR = Least Significant Range
SSR = Studentized Significant Range
34
Kaidah Keputusan :
Bila d LSR, tidak berbeda nyata
d LSR, berbeda nyata
Keterangan :
d = selisih antara dua nilai rata-rata