Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL RESORT PUJUNGANSEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH II
BALAI TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMenteri Pertanian Indonesia menetapkan Taman Nasional Kayan Mentarang
sebagai Cagar Alam pada tahun 1980 (SK No. 84/Kpts/Un/II/1980 Tanggal 25 November)
berdasarkan pada Undang - Undang RI No 5 Tahun 1967 Tentang Pokok - Pokok
Kehutanan, dan pada tahun 1996 (SK No 631/Kpts-II/1996 Tanggal 7 Oktober) diubah
statusnya menjadi Taman Nasional berdasarkan pada Undang - Undang RI No 5 Tahun
1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya agar dapat mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengakomodir kepentingan masyarakat
lokal. Taman Nasional Kayan Mentarang dikelola secara kolaboratif yang melibatkan
seluruh stakeholder dengan masyarakat adat sebagai pengelola utama (Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat dan Masyarakat). Taman Nasional Kayan Mentarang berada
diujung utara Kalimantan dan diantara dua Kabupaten yaitu Kabupaten Malinau dan
Kabupaten Nunukan.
Upaya mencermati perkembangan kompleksitas permasalahan konservasi yang
sangat berpengaruh terhadap kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya,
maka langkah awal dalam pengelolaan kawasan konservasi adalah dengan
memberdayakan resort sebagai unit manajemen terkecil di bawah Seksi Pengelolaan
Taman Nasional.
Tiga pilar utama dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya pada kawasan adalah: Perlindungan, Pengawetan dan Pemanfaatan.
Dalam pengelolaannya, akan efektif dalam mencapai tujuan pengelolaan apabila dikelola
pada suatu unit manajemen terkecil yaitu resort. Sebagai satuan unit manajemen terkecil,
resort langsung berhadapan dan berinteraksi dengan masyarakat dan permasalahn-
permasalahan di lapangan sehingga resort merupakan kunci utama keberhasilan kinerja
pengelolaan kawasan konservasi. Dengan tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang
demikian kompleks, maka manajemen yang perlu diimplementasikan adalah pengelolaan
kawasan konservasi berbasis resort.
B. Maksud dan TujuanMaksud penyusunan profil resort ini adalah memberikan gambaran singkat tentang
keadaan Resort Pujungan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Long Alango
Sedangkan tujuannya adalah menjadi bahan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan pengelolaan taman nasional
II. KONDISI UMUM
A. Letak dan Luas
Terletak pada posisi : 2o 32’ dan 2o 55’ Lintang Utara : 115o 40’ dan 115o 55’
Bujur Timur
Batas-batas :
- di sebelah utara Kecamatan Bahau Hulu dan Malinau Selatan Hulu,
- di sebelah timur Kabupaten Bulungan,
- di sebelah selatan Kecamatan Kayan Hilir, dan
- di sebelah barat Negara Malaysia Timur-Serawak.
Topografi wilayah Kecamatan Pujungan hampir seluruhnya merupakan daerah
dataran tinggi. Pada tahun 2015, luas wilayah Kecamatan Pujungan adalah sebesar
6.539,39 km² yang terdiri dari 9 desa.
B. Topografi dan Elevasi
Taman Nasional Kayan Mentarang terletak di pegunungan yang membentang dari
timur laut ke barat laut di sepanjang perbatasan Malaysia/Indonesia hingga wilayah
Kalimantan Tengah. Elevasi daerah-daerah di wilayah Taman Nasional bervariasi
umumnya dari 300 m hingga lebih dari 2000 m. Secara umum lokasi penelitian di wilayah
Long Bena memiliki ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 650 m dpl.
Bentuk topografinya sangat jarang yang landai sehingga lokasi penelitian memiliki
topografi yang berbukit sampai dengan curam.
C. Hidrologi
Taman Nasional Kayan Mentarang memiliki tiga sungai besar yang menjadi
daerah tangkapan air yakni Sungi Kayan, Sungai Sesayap dan Sungai Sembakung.
Wilayah Long Bena memiliki sungai utama yakni Sungai Lurah yang bermuara di Sungai
Bahau dan menuju ke Sungai Kayan. Sungai Lurah memiliki banyak anak sungai
diantaranya Sungai Beleti dan Sungai Pelisi. Kondisi volume dan tinggi air untuk Sungai
Lurah sangat fluktuatif artinya naik dan turunnya sangat cepat tergantung dari intensitas
curah hujan yang terjadi pada bagian hulu sungai.
D. Tanah
Berdasarkan tipe batuannya, jenis tanah di daerah dataran berbukit non alluvial
dan pegunungan di bawah ketinggian 1000-1500 meter dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar. Batuan endapan merupakan bahan induk yang paling umum dengan
jenis tanah semacam in mencakup sekitar 75 % dari seluruh kawasan taman nasional dan
bersifat miskin hara. Di dalam kawasan taman nasional ini, jenis tanah yang paling umum
adalah ultisol kemerahan dan kekuningan, berlempung dan tidak subur. Pada lereng-
lereng yang terjal Dystropert coklat berlempung adalah yang paling umum. Tanah yang
terbentuk pada batuan vulkanik memiliki tekstur halus dan struktur yang baik tapi memiliki
kemampuan yang lemah dalam mengikat zat hara. Jenis-jenis ini dikalisifikasikan sebagai
Tropudults dan mencakup sekitar 25 % dari kawasan, terutama terletak pada bagian
selatan kawasan, yakni pada bagian barat Sungai Bahau.
E. Iklim
Berdasarkan sistem Koppen, iklim di bagian kawasan taman nasional yang
memiliki elevasi lebih rendah diklasifikasikan sebagai tipe A atau iklim tropis hujan tanpa
musim kemarau serta suhu tinggi sepanjang tahun. Pola curah hujan ditentukan oleh
angina musim kering yang dating dari arah tenggara (bulan Mei – Oktober) dan angina
musim hujan dari arah barat laut (bulan Nopember – April). Periode paling basah terjadi
pada bulan November sampai bulan Februari, dan musim paling kering terjadi pada bulan
Juli/Agustus sampai Oktober. Daerah-daerah paling kering terdapat di daerah pedalaman
dan lembah-lembah di sepanjang hulu sungai Kayan, dengan jumlah curah hujan kurang
dari 2.500 mm/tahun. Sementara di daerah lainnya curah hujan rata-rata berkisar antara
3.000-4.000 mm/tahun.
F. Ekosistem dan Habitat
Taman Nasional Kayan Mentarang sedikitnya memiliki 18 jenis habitat tersetrial
atau tipe vegetasi. Hutan dataran rendah, sub Montana dan Montana bercampur dengan
padang rumput. Banyak di kawasan Kayan Mentarang memiliki curah hujan dua kali lipat
dari daerah-daerah lain sehingga perbedaan curah hujan di kawasan tersebut membuat
keadaan vegetasi menjadi lebih kompleks.
Habitat hutan perbukitan dataran rendah-pegunungan rendah di wilayah Long
Bena tersebar di beberapa lokasi yang mempunya topografi bergelombang, berupa
perbukitan yang terjal dengan jenis tanah mineral Dystropert coklat berlempung. Lokasi
habitat ini, diantaranya seperti Hutan Lurah dan Hutan Beleti yang dijadikan sebagai
lokasi pengamatan. Jenis tumbuhan yang mendominasi habitat ini berasal dari famili
Dipterocarpaceae, Fagaceae dan Myrtaceae.
Tipe habitat tepian sungai yang dijadikan lokasi pengamatan adalah sungai lurah.
Wilayah ini memiliki karakter yang khas, karena merupakan perpaduan lingkungan
perairan dan daratan. Beberapa bagian hutan tepian sungai memiliki keadaan lantai
hutannya basah dengan jenis tanah clay yang terendam air secara periodik. Jenis-jenis
tumbuhan hidrofilik jarang dijumpai karena sebagian besar sungai lurah memiliki bagian
pinggir yang terjal dan batuan cadas.
Gambar 1. Kondisi habitat di lokasi pengamatan : hutan lurah (kiri atas), hutan beleti
(kanan atas), hutan tepian sungai (bawah)
Jenis-jenis tumbuhan di daerah tepian sungai umumnya memiliki keanekaragaman yang
rendah namun tingkat homogenitasnya tinggi untuk spesies-spesies tertentu. Seperti jenis
kapur Dryobalanops oblongifolia yang melimpah di pinggir sungai lurah namun jarang
dijumpai jika menjauh dari sungai.
Gambar 2. Salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae Dryobalanops oblongifolia yang
melimpah di tepian sungai lurah
G. Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Pujungan pada tahun 2015 mencapai 1.725 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 913 jiwa dan perempuan sebanyak 812 jiwa. Jumlah
penduduk paling banyak adalah di Desa Long Pujungan sebanyak 563 jiwa dan paling
sedikit adalah di Desa Long Pua sebanyak 32 jiwa. Kecamatan Pujungan merupakan
daerah yang kelebihan penduduk laki-laki. Hal ini terlihat dari nilai rasio jenis kelamin
yang bernilai 112,44. Artinya, terdapat 112-113 penduduk lakilaki per 100 penduduk
perempuan di Kecamatan Pujungan. Mayoritas penduduk Kecamatan Pujungan adalah
petani, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 400 jiwa adalah petani/pekebun. Selain itu,
juga terdapat 69 PNS/TNI/Polri, 128 buruh/karyawan, 29 wiraswasta, dan 46 pekerja
lainnya.
Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan rasio jenis kelamin
Desa Laki-Laki
Perempua
n Jumlah Rasio Jenis kelamin
1 2 3 4 5
Long Belaka Pitau 82 70 152 117,14
Long Masahan 35 30 65 116,67
Long Pua 19 13 32 146,15
Long Ketaman 65 52 117 125
Long Aran 266 226 492 117,7
Long Lame 100 100 200 100
Long Pujungan 290 273 563 106,23
Long Paliran 38 27 65 140,74
Long Bena 18 21 39 85,71
Jumlah 913 812 1.725 117,26
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan rata-rata anggota keluarga
Desa Penduduk Keluarga Rata-rata Anggota Keluarga1 2 3 4
Long Belaka Pitau 152 34 4,47Long Masahan 65 14 4,64Long Pua 32 5 6,40Long Ketaman 117 27 4,33Long Aran 492 114 4,32Long Lame 200 47 4,26Long Pujungan 563 131 4,30Long Paliran 65 15 4,33Long Bena 39 11 3,55
Jumlah 1.725 398 4,51
H. PENDIDIKAN
Pada tahun 2015, terdapat 8 Sekolah Dasar (SD), 1 SekolahMenengah Pertama
(SMP) dan 1 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Pujungan. Sementara itu,
akses perguruan tinggi bisa diperoleh di ibukota kabupaten atau kabupaten lain. Dari segi
kelayakan pengajaran, pada jenjang pendidikan SD/sederajat seorang guru rata-rata
mengajar 5-6 murid. Sementara untuk jenjang pendidikan SMP/sederajat rata-rata
seorang guru mengajar 8-9 murid dan untuk jenjang SMA rata-rata seorang guru
mengajar 1-2 murid.
I. KESEHATAN
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan di Kecamatan Pujungan,
terdapat 1 unit puskesmas induk, 5 unit pustu, dan 4 unit posyandu yang dikelola oleh
kader dari masyarakat. Sementara itu, untuk tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
tahun 2014 terdiri dari 21 orang, yaitu 7 bidan, 13 perawat, dan 1 tenaga medis lainnya.
Banyaknya akseptor KB aktif pada tahun 2015 adalah sebesar 151 peserta dari 471
pasangan usia subur (PUS). Para akseptor KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi
pil, IUD, kondom, dan suntikan masing-masing sebesar 55, 0, 6, dan 90 orang.
J. SOSIAL LAIN
Jumlah rumah ibadah di Kecamatan Pujungan cenderung tidak banyak berubah
selama beberapa tahun terkahir. Terdapat 1 surau/mushola, 10 gereja Kristen, dan 1
gereja Katolik. Mayoritas penduduk Kecamatan Pujungan adalah beragama Kristen
dengan jumlah mencapai 1.694 orang, diikuti Katolik dengan jumlah 16 orang.
K. PADI, PALAWIJA, DAN HORTIKULTURA
Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Kecamatan Pujungan.
Namun, produksi tanaman pangan di Kecamatan Pujungan memperlihatkan hasil yang
pasang surut karena cara masyarakat bercocok tanam masih bersifat tradisional dan
dukungan sistem pertanian seperti irigasi, pupuk, dan bibit masih terbatas. Pada tahun
2015, produksi padi ladang di Kecamatan Pujungan adalah sebesar 649,9 ton, dengan
luas panen mencapai 335 ha.
L. PERKEBUNAN, PETERNAKAN, DAN PERIKANAN
Sektor perikanan yang merupakan sumber makanan penting di kecamatan ini
didominasi oleh perikanan dari perairan umum. Produksi perikanan perairan umum
sebesar 17,89 ton dan dari perikanan budidaya kolam tidak ada. Populasi ternak yang
ada di Kecamatan Pujungan antara lain babi, ayam kampung, dan itik. Pada tahun 2015,
populasi terbesar adalah ayam kampung, yaitu sebanyak 7.448 ekor.
M. AKSESIBILITAS
Perjalanan dari desa-desa di Kecamatan Pujungan menuju ibukota kabupaten
ditempuh selama 18-24 jam dengan jarak tempuh 98-600 km menggunakan alat
transportasi darat dan air.
sarana transportasi udara yang tersedia antara lain pesawat terbang perintis,
sedangkan untuk sarana transportasi air ada trayek tetap yang melayani rute Long
Pujungan menuju Tanjung Selor (ibukota propinsi). Warga biasanya mengunakan
kendaraan pribadi untuk keperluan transportasi antardesa. Untuk kepentingan umum,
biasanya warga melayani transportasi air atau darat dengan perahu motor atau mobil
dengan sistem sewaan.
Sarana komunikasi di Kecamatan Pujungan, sampai dengan tahun 2014 belum
terdapat jaringan telepon kabel, wartel/telepon umum dan fasilitas internet desa/warnet.
Namun, sudah tersedia sinyal telepon seluler dan kantor pos. Bagi yang ingin berkunjung
ke Kecamatan Pujungan, tersedia 2 penginapan untuk bermalam di sana.
II. RESORT PUJUNGANA. Letak dan Luas
Secara administratif, resort Pujungan termasuk wilayah kerja Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Long Alango, ke dalam wilayah Kecamatan Pujungan yang
meliputi 9 (sembilan) Desa, yaitu :
1. Long Belaka Pitau
2. Long Masahan
3. Long Pua
4. Long Ketaman
5. Long Aran
6. Long Lame
7. Long Pujungan
8. Long Paliran
9. Long Bena
Resort Pujungan memiliki luas 419.919,03 Ha (SK Kepala Balai TNKM No.
031/BTNKM-1/2015 tanggal 7 Agustus Tentang Perubahan Kedua SK Kepala Balai
TNKM No. 5/BTNKM-1/2008) dan berada pada ketinggian 450-600 Mdpl. Adapun batas –
batas wilayah Resort Pujungan adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan Bahau Hulu (Resort Apauping)
- Sebelah Selatan : Resort Data Dian (SPTN III)
- Sebelah Barat : Serawak (Malaysia)
- Sebelah Timur : Kabupaten Bulungan
Luas wilayah kerja resort Pujungan : 419.919,03 Ha yang terdiri dari beberapa
zona :
- Inti : 89.277,79 Ha
- Rimba : 63.111,41 Ha
- Pemanfaatan : 127.335,10 Ha
- Tradisional : 86.410,46 Ha
- Khusus : 53.815,18 Ha
B. Kondisi Sumber Daya Manusia Dan Sarpras Saat Ini
No Komponen Jumlah Keterangan
1 Sumberdaya Manusia
- PNS 2 orang Polhut
- Tenaga Harian Lepas 1 orang tenaga lokal
2 Sarana Prasarana :
- Kantor Resort - sewa rumah warga
- Motor Patroli - -
C. Potensi Resort Apau PingAda tiga potensi wisata alam yang merupakan tempat tujuan wisata di resort
pujungan yakni :
1. Batu Ului
Batu ului merupakan puncak gunung batu yang menjulang di pinggir sungai pujungan,
dibagian hulu kampung long jelet. Perjalanan puncak gunung dicapai dengan mendaki
lereng berhutan yang terjal dan licin. Dari puncak gunung terbentang pemandangan
alam yang sangat indah dari lembah sungai pujungan dan daerah sekitar puncak.
2. Air terjun U’ung Melu’ungTempat dan pemandangan alam di air terjun setinggi 50 m. Air jatuh dari punggung
bukit yang tinggi dan membentuk kolam yang dalam. Di daerah ini sangat mudah
berjumpa binatang liar yang tertarik oleh keberadaan sumber air asin. Jalan setapak
menuju air terjun ditempuh selama 30 menit dari pinggir sungai pujungan. Dari long
jelet perahu dapat mengantarkan wisatawan ke tempat ini dengan perjalanan selama
1 jam mengarungi jiram dan arus deras. Tak jauh dari air terjun jalan sedikit curam
menuju ke areal kuburan goa kuna di sungai kecil bernama sungai lidem.
3. Air Terjun Sungai BumAir terjun sungai Bum mempunyai ketinggian 60 – 70 meter. Perjalanan ke air terjun
ini menelusuri alam di hulu sungai pujungan. Perjalanan bolak balik dari long jelet
ditempuh selama 2 hari diselingi dengan menginap di areal perkemahan yang
sederhana (panggung istrirahat dari kayu).
Ada kuburan goa kuno di jurang batu kapur tinggi yang membatasi lembah.
4. Mamalia
Hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan masyarakat lokal,
total jenis mamalia yang teridentifikasi di wilayah Long Bena adalah 39 spesies yang
berasal dari 18 Famili dan 8 Ordo. Sedangkan jumlah jenis berdasarkan pengamatan
langsung (perjumpaan langsung, jejak, suara dan sarang) sebanyak 20 spesies dari
14 Famili dan 7 Ordo. Hasil tersebut mendapatkan usaha pengamatan langsung di
lapangan mencapai 24.22 %.
Tingkat keanekaragaman hayati di wilayah Long Bena bervariasi antara sedang
sampai dengan tinggi. Habitat hutan perbukitan dengan lokasi pengamatan hutan
lurah dan hutan beleti memiliki indeks tertinggi yakni 2.54. sementara untuk habitat
tepian sungai dan kebun campuran berturut-turut memiliki indeks sebesar 1.31 dan
1.50. Tipe habitat perbukitan memiliki indeks kemerataan tertinggi untuk jenis mamalia
besar dan mamalia kecil dengan nilai berturut-turut 0.86 dan 0.95. Indeks kemerataan
mamalia besar dan mamalia kecil terendah barada di habitat hutan tepian sungai.
Sebanyak 13 jenis mamalia yang termasuk kategori spesies terancam oleh IUCN,
empat jenis tergolong dalam Apendix I CITES dan Sembilan jenis Apendix II CITES.
Sebanyak 12 jenis mamalia yang dilindungi oleh pemerintah RI. Lima jenis
diantaranya merupakan jenis yang dianggap terancam oleh IUCN yakni beruang
madu Helarctos malayanus, owa Hylobtes muelleri, rusa Rusa unicolor, binturong
Arctictis binturong dan trenggiling Manis javanica.
5. Burung
Hasil survey di wilayah Long Bena, tercatat sebanyak 72 jenis burung yang termasuk
ke dalam 33 famili. Jumlah jenis setiap family berkisar antara 1 sampai 5 jenis,
dengan famili Timaliidae (keluarga Pelanduk, Ciungair dan Tepus) memiliki jumlah
jenis terbanyak. Selanjutnya didominasi oleh famili Pycnonotidae dan Dicaeidae
masing-masing 4 jenis. Sebanyak 12 famili hanya diwakili oleh masing-masing satu
jenis saja. Wilayah Long Bena memiliki kekayaan jenis burung lebih dari 14 % dari
jumlah seluruh jenis di Kalimantan. Jumlah jenis tersebut mewakili tiga tipe habitat
yakni Hutan Perbukitan, Hutan Tepian Sungai dan Kebun Campuran atau Hutan
Pinggiran Pemukiman
Tipe habitat tepian sungai memiliki tingkat keanekaragaman jenis burung yang
tertinggi jika dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Hasil pencatatan dengan
metode MacKinnon menunjukkan bahwa jumlah jenis di habitat tepian sungai
sebanyak 43 jenis. Nilai kekayaan jenis yang diperoleh dengan menggunakan metode
perhitungan melalui titik hitung (point count) lebih rendah daripada nilai yang diperoleh
dengan menggunakan metode MacKinnon. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi
diperoleh dari pengamatan pada tipe habitat hutan perbukitan yakni 3.3. Sementara
untuk indeks keanekargaman yang terendah terdapat di habitat kebun campuran
yakni sebesar 2.1.
Sebanyak 17 jenis burung dilindungi oleh Pemerintah RI yang tercatat selama
pengamatan. 10 jenis tergolong kedalam Apendix II. Tidak terdapat jenis burung yang
termasuk Spesies Terancam (Threatened Species) menurut IUCN, akan tetapi masih
ditemukan sebanyak 11 jenis dengan kategori mendekati terancam punah (Near
Threatened).
6. Vegetasi
Sebanyak 141 jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi dari tiga lokasi pengamatan
yakni hutan lurah, hutan beleti dan hutan tepian sungai. tingkat semai memiliki nilai
kerapatan tertinggi di seluruh lokasi. Dominansi seluruh jenis tertinggi di lokasi 1 yakni
hutan tepian sungai sebesar 34.95 m2 /ha.
TEMA – TEMA STRATEGIS DALAM RANGKA PENGEMBANGANPENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH II LONG ALANGO
RESORT PUJUNGAN
NO. KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN INDIKATOR KEBERHASILAN KET
1 Inventarisasi sumberdaya alam hayati
Mengungkap kekayaan keanekaragaman hayati dari berbagai lokasi dan tipe habitat/ekositem
- Tersedia data potensi keanekaragaman hayati
- Teridentifikasi jenis-jenis yang dapat diunggulkan untuk dikelola denagan skala prioritas
2 Pengeloaan jenis unggulan
- Tersedia data populasi dan sebaran lokasi masing-masing jenis unggulan
Tersedia data keadaan habitat dan pengamananya
- Tersedia data dan populasi dan sebenarnya
- Tersedia peta trek atau jalur pengamatan
Flora dan fauna unggulan :- Babi jenggot,
Banteng dan rangkong
- Anggrek, kantong semar belum diketahui sebarannya
3 Peningkatan kesadaran dan pendidikan lingkungan
- Informasi tentang pemanfaatan SDA secara berkelanjutan tersebar dan dipahami oleh masy
- Target group (SD, SLTP, SLTA) lebih memahami tentang fungsi TNKM dan hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal
- Adanya kesadaran dan pengetahuan di masyarakat sekitar kawasan tentang jenis2 yang dapat dan yang dilarang untuk dimanfaatkan
- Adanya visi dan pemahaman group (SD, SLTP, SLTA) tentang arti keberdaan TNKM bagi kehidupan sehari-hari
- Tersedia media informasi yg efektif untuk menyampaikan informasi tentang TNKM
-
4 Pengembangan ekonomi masyarakat
Keg. Prioritas :- Pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat
- Pengembangan potensi tan obat dan budidaya serta pemasarannya
- Pengembangan budidaya buah lokal
- Pengembangan produksi kerajinan tangan
- Pengembagnan program ekowisata berbasis masy
- Pengembangan lembaga ekonomi
Kegiatan pendukung :- Pengelolaan jenis unggulan- Studi potensi sungai utk
ekowisata- Monitoring perubahan
ekosistem secara berkala
-