6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 1 INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI PERKEBUNAN Haryono, M. Syakir, dan Elna Karmawati Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian PENDAHULUAN Pada kurun waktu 2010-2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem pertanian indrustrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk melanjutkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi pembangunan pertanian. sistem pembangunan pertanian merupakan suatu sistem yang menerapkan integrasi usaha tani disertai dengan koordinasi vertikal di dalam satu alur produk, sehingga karakteristik produk akhir yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen akhir. Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri berkelanjutan tersebut penelitian pengembangan di bidang pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Pengembangan sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ditujukan untuk mengubah penggunaan IPTEK dari yang berciri tradisional ke arah yang lebih maju. Dengan sumber daya yang terbatas dan tatanan pasar yang sangat kompetitif, penerapan inovasi teknologi merupakan fakta kunci dalam pengembangan pertanian internasional unggul berkelanjutan. Inovasi teknologi harus bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas produksi dan produktifitas sehingga dapat memacu pertumbuhan produksi dan peningkatan daya saing. Disamping itu, inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan transformasi produk seuai dengan preferensi konsumen. Subsektor perkebunan juga mempunyai peran yang cukup strategis dalam sumbangannya terhadap 4 sukses Kementerian Pertanian terutama swasembada gula, peningkatan dayasaing dan nilai tambah serta peningkatan kesejahteraan petani. Diprediksi bahwa agribisnis perkebunan akan semakin menarik pada tahun-tahun mendatang. Masuknya berbagai investor dan pelaku bisnis menjadi salah satu pendorong munculnya gairah usaha perkebunan. Disisi lain berbagai produk perkebunan Indonesia diakui memiliki keunggulan komparatif di pasar internasional, seperi kakao, kopi, karet, rempah-rempah, vanili, kelapa, kelapa sawit, minyak atsiri, jambu mete dan tanaman obat, sehingga peluang produk Indonesia untuk masuk ke pasar internasiaonal cukup lebar. Peluang yang baik ini akan menyebabkan berbagai pihak yang melaksanakan usaha perkebunan, baik yang bermitra dengan pemerintah maupun yang menjalankan usahanya sendiri memerlukan adanya inovasi teknologi perkebunan dalam berusaha. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja. Pemerintah juga telah menyusun program pembangunan 2010-2014 yang diarahkan pada kegiatan (1) Revitalitasi Perkebunan (2) Swasembada gula nasional (3) Penyediaan bahan bakar nabati (BBN), (4) Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional, (5) Pengembangan komoditas ekspor (6) Pengembangan komoditas untuk pemenuhan dalam negeri ,dan (7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 1

INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGIPERKEBUNAN

Haryono, M. Syakir, dan Elna KarmawatiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PENDAHULUAN

Pada kurun waktu 2010-2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistempertanian indrustrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk melanjutkankemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visipembangunan pertanian. sistem pembangunan pertanian merupakan suatu sistem yangmenerapkan integrasi usaha tani disertai dengan koordinasi vertikal di dalam satu alurproduk, sehingga karakteristik produk akhir yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikandengan preferensi konsumen akhir. Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industriberkelanjutan tersebut penelitian pengembangan di bidang pertanian mempunyai perananyang sangat penting dan strategis.

Pengembangan sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ditujukanuntuk mengubah penggunaan IPTEK dari yang berciri tradisional ke arah yang lebih maju.Dengan sumber daya yang terbatas dan tatanan pasar yang sangat kompetitif, penerapaninovasi teknologi merupakan fakta kunci dalam pengembangan pertanian internasionalunggul berkelanjutan. Inovasi teknologi harus bermanfaat dalam meningkatkan kapasitasproduksi dan produktifitas sehingga dapat memacu pertumbuhan produksi dan peningkatandaya saing. Disamping itu, inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produkdalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan transformasi produk seuaidengan preferensi konsumen.

Subsektor perkebunan juga mempunyai peran yang cukup strategis dalamsumbangannya terhadap 4 sukses Kementerian Pertanian terutama swasembada gula,peningkatan dayasaing dan nilai tambah serta peningkatan kesejahteraan petani. Diprediksibahwa agribisnis perkebunan akan semakin menarik pada tahun-tahun mendatang. Masuknyaberbagai investor dan pelaku bisnis menjadi salah satu pendorong munculnya gairah usahaperkebunan. Disisi lain berbagai produk perkebunan Indonesia diakui memiliki keunggulankomparatif di pasar internasional, seperi kakao, kopi, karet, rempah-rempah, vanili, kelapa,kelapa sawit, minyak atsiri, jambu mete dan tanaman obat, sehingga peluang produkIndonesia untuk masuk ke pasar internasiaonal cukup lebar. Peluang yang baik ini akanmenyebabkan berbagai pihak yang melaksanakan usaha perkebunan, baik yang bermitradengan pemerintah maupun yang menjalankan usahanya sendiri memerlukan adanya inovasiteknologi perkebunan dalam berusaha. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keuntunganmelalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja.

Pemerintah juga telah menyusun program pembangunan 2010-2014 yang diarahkanpada kegiatan (1) Revitalitasi Perkebunan (2) Swasembada gula nasional (3) Penyediaanbahan bakar nabati (BBN), (4) Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional, (5)Pengembangan komoditas ekspor (6) Pengembangan komoditas untuk pemenuhan dalamnegeri ,dan (7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

Page 2: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Makalah ini akan mengungkapkan banyak sekali teknologi perkebunan yang sudahdihasilkan, namun belum seluruhnya inovasi teknologi ini dapat diserap, serta upaya-upayaBadan Litbang Pertanian yang telah dilakukan untuk mempercepat adopsi teknologiperkebunan .

INOVASI TEKNOLOGI PERKEBUNAN

Perkebunan di Indonesia masih menghadapi masalah produktivitas per luas arealtanam, terutama untuk bentuk usaha perkebunan rakyat. Misalnya karet rakyat yang saat inihanya mencapai 06-08t/ha. Demikian pula komoditas lain seperti kopi, kakao, kelapa, lada,kelapa sawit dan teh. Tingkat produktivitas masing-masing masih berada di bawahpotensinya yaitu 1,2t/ha, 2,0t/ha, 2,0t/ha, 4,0t/ha, 7-8t/ha dan 2,1t/ha. Dalam era globalisasi,pengembangan pertumbuhan menjadi bertambah rumit. Saling keterkaitan antar negara dalamsemua aspek kehidupan, produksi dan distribusi barang dan jasa semakin meluas. Sebagianbesar komoditas primer perkebunan Indonesia berorientasi ekspor dan permintaannya sangatditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan permintaan negara-negarapengimpor. Penawaran juga dipengaruhi oleh spekulator di pasar komoditas. Untukmenghadapi persaingan global dan keadaan alam, penggunaan teknologi mutakhir sangatdiperlukan, walaupun demikian penerapannya perlu dilakukan secara bijak dan selektif.Teknologi yang telah dihasilkan selama 5 tahun terakhir untuk beberapa komodias utamadisajikan pada alinea berikut.

KakaoTingkat produktivitas yang rendah dapat diatasi dengan varietas unggul dengan

tingkat produktivitas tinggi dan memiliki ketahanan terhadap hama penyakit yaitu ICCRI 01,ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04 dengan produktivitas beturut-turut 2.51, 2.38, 2.30 dan 2.27t/ha dan 1.8 – 2.7 t/ha. Penggerek dan pengisap buah dikendalikan dengan kantung plastikuntuk penyelubungan buah, Beauveria bassiana, pemangkasan eradikasi, varietas agak tahandan pemanenan sering.

KelapaVarietas unggul kelapa yang telah dilepas sebanyak 15 varietas kelapa dalam, 4

varietas kelapa genjah dan 5 varietas kelapa hibida. Potensi produksi varietas tersebut antara2,8-4 t kopra/ha tergantung agroekosistemnya dengan kadar minyak 63-69%. Formulapestisida biologis yang ramah lingkungan telah dirakit untuk mengendalikan hama Brontispayaitu Metarhizium anisopliae var anisopliae dan Tetrasichus brontispae.

KopiBeberapa klon unggul telah dilepas di Indonesia. Jenis kopi arabika antara lain

Kartika 1 dengan potensi hasil 1,8 t bij/ha , Kartika 2 dengan potensi 1,9 t/ha, Abesiana 0,7t/ha, S 795 dengan potensi 1,2 t/ha, dan Andungsari 1 dengan potensi 1,9 t/ha. Jenis kopiRobusta antara lain BP 42, BP 234, BP 288 dengan potensi hasil masing-masing 0,8-1,2t/ha, 0,8-1,6 t/ha,0,8-1,5 t/ha. Di dunia telah dikenal kopi yang khas Indonesia seperti kopiToraja, kopi Lintong dan kopi luwak yang diproses melalui hewan luwak yaitu kopi luwak.Luwak dapat menghasilkan 0,9-1,2 kg buah kopi/hari .

Page 3: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 3

LadaSelama 5 tahun terakhir telah diperoleh beberapa nomor hibrida yang tahan terhadap

penyakit busuk pangkal batang dengan produktivitas 6t/ha. Nomor-nomor tersebut adalah LH36-37, LH 51-1, LH 36-1, LH37-16, LH 20-4 dan LH 24-1. Teknik perbanyakan benih yanghomogen dan cepat diperoleh melalui kultur jaringan yang sebelumnya tidak dapat dilakukan.Diversifikasi produk yang telah dikembangkan adalah lada hitam yang bermutu tinggi danlada putih yang bersifat higenis melalui blanching.

Kelapa sawitVarietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan dari persilangan antara Dura dan

Pisifera adalah PPKS 239, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun Langkat La Me Dapros,Yongambi, SJ-3, Topas I-IV dan Socfindo dengan potensi TBS 39 ton/ha /tahun. Perbaikkandan peningkatan efisiensi budidaya dilakukan melalui pemanfaatan limbah kelapa sawit,misalnya tandan kosong kelapa sawit dapat menekan penggunaan pupuk kimia sebanyak50%. Budidaya kelapa sawit di lahan pasang surut dilakukan dengan memperhatikanbeberapa aspek yaitu kedalaman lapisan pirit, sistem tata air dengan mempertahankanketinggian air pada level 70 cm dari permukaan tanah. Pengolahan produk sekunder yangtelah berkembang adalah oleokimia yang telah memenuhi 10,8% dari kebutuhan dunia.

Minyak atsiriMinyak atsiri Indonesia yang telah dikenal adalah nilam dan seraiwangi. 3 varietas

yang telah di lepas adalah Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidik Kalang dengan potensiproduksi 375,55 dan 315 kg /tahun. Kadar patchouli alkohol varietas tersebut di atas SNIyaitu 33.31, 32.62 dan 32.95%. untuk pengendalian penyakit layu bakteri telah diperoleh 9somaklon dan 4 hibrida somatik yang tahan terhadap penyakit tersebut. Varietas unggulSerai wangi yang berproduksi tinggi adalah 61, 62 dan 63 dengan produktifitas minyak 470kg/ha, 450 kg/ha dan 470 kg/ha dengan kadar sitronela 44,46 dan 44%. Limbah penyulinganseraiwangi dapat diolah untuk pakan ternak ruminansia besar. Campuran pakan ternakdengan limbah seraiwangi menghasilkan kotoran ternak yang tidak berbau.

TebuTeknologi yang telah dihasilkan untuk mendukung pengembangan tebu dan

swasembada gula adalah varietas unggul, bongkar ratoon, pengendalian hama penyakit dankultur jaringan. Varietas unggul yang diharapkan dapat meningkatkan produktifitas rendemenadalah PS 865, Kidang Kencana PS 864, PS 891, PS BM 901, PS 921 dan PS 951 denganproduktivitas tebu 110 -146 t/ha di lahan sawah dengan rendemen 8,5 - 11%. Taknologibudidaya dengan sistem bongkar ratoon diikuti keprasan 3 kali dapat meningkatkanrendemen tebu 3 kali lipat dibandingkan tanpa bongkar ratoon. Metode perbanyakan bibitdengan jumlah yang besar dalam waktu relatif singkat dilakukan dengan metode in vitromelalui media MS + 2 ppm 2,40+0,4 ppm BAP+3 g casein hidrosilat + 20 g sukrosa.

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI

Pada masa lalu, paradigma Badan Litbang Pertanian disebut sebagai “Penelitian danPengembangan “(Research and Development) dengan focus melakukan penelitian danpengembangan untuk menemukan atau menciptakan teknologi. Kegiatan diseminasi lebih

Page 4: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

4 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

dominan pada mempubikasikan karya ilmiah dan menginfomasikan keberadaan inovasiteknologi. Dengan paradigma tersebut dan tanggungjawab Badan Litbang Pertanianditafsirkan sempit, terbatas pada penyediaan dan penyampaian informasi teknologi inovatif.Sedangkan penyebaran dan penyerapan dipandang sebagai “di luar mandat” Badan LitbangPertanian. Dengan paradigma itu pula sasaran penelitian adalah memplubikasikan karyailmiah sebanyak-banyaknya. Kesesuaian teknologi yang dihasilkan dengan kebutuhanpengguma menjadi kurang diperhatikan, begitu pula pengeluaran (delivery) dan penerapan(adoption) teknologi. Kegiatan lebih bersifat “Penelitian Untuk Peneliti” dan “PenelitianUntuk Publikasi” Paradigma inilah yang menyebabkan lambannya dan rendahnya tingkatpenerapan teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian oleh para pengguna teknolgi.

Penguasaan teknologi sangat menentukan status kemajuan pembangunanperkebunan, karena teknologi sejajar kedudukannya dengan faktor-faktor produksi lainnyaseperti tanah, tenaga kerja, permodalan dan manajemen. Oleh karena itu, kemajuan teknologibukan saja dapat mendorong tingkat laju pertumbuhan ekonomi tapi sekaligus menjaminadanya keseimbangan pembangunan dalam arti luas. Pembangunan perkebunan menghadapibanyak tantangan dan cara penyelesaiannya tidak dapat dilakukan secara parsial. Perlumenjadi pemahaman dan komitmen bersama, bahwa pembangunan perkebunan dilandasi olehUndang-Undang No 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, yang mempunyai azas“Pembangunan Pekebunan Berkelanjutan”, sehingga aspek ekologi, sosial dan lingkungansetempat perlu diperhatikan.

Menyadari akan kedua hal tersebut, Badan Litbang mengubah paradigma dalammenjalankan tugas dan fungsinya menjadi ”Penelitian Untuk Pembangunan”. Denganparadigma baru ini sasaran penelitian dan pengembangan teknologi inovatif harusberorientasi pada pengguna dan benar-benar tepat guna dan spesifik bagi pegguna . Penelitiandan pengembangan dapat dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan calon penggunaoutputnya. Peranan kegiatan diseminasi diposisikan sama penting dengan kegiatan litbang.Upaya percepatan teknologi rupanya sudah lama menjadi perhatian para pengambilkeputusan dibidang Iptek, sehingga dituangkan dalam UU No. 18/2002 tentang SistemNasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Padapasal 13 ayat (2) ditegaskan bahwa Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang wajibmengusahakan penyebaran informasi hasil-hasil kegiatan litbang serta kekayaan intelektual(KI) yang dimiliki selama tidak mengurangi kepentingan KI .

Banyak sekali upaya Badan Litbang Pertanian yang telah dilakukan untukmempercepat adopsi teknologi dan telah dirasakan keberhasilannya,yaitu a). Perubahanstruktur organisasi, b). Prima tani, c). SLPTT, d).P4MI, e). Pembentukan jejaring kerja f).Kerjasama bilateral dan g). Turut berperan dalam program Kementerian Pertanian (PUAP,LM3, FEATI, Gernas Kakao, P2KAH, Swasembada Daging Sapi dan Swasembada Gula).

Dalam struktur organisasi Badan Litbang Pertanian memiliki 14 eselon II, 19 BalaiPenelitian dan 32 BPTP di setiap provinsi serta 1 (satu) satuan kerja pengkajian teknologipertanian. Organiasi UPT Badan Litbang Pertanian yang tersebar di seluruh provinsi diIndonesia merupakan potensi dan kekuatan Badan Litbang dalam mengakselerasi inovasiteknologi yang dihasilkan untuk dimanfaatkan oleh pengguna dengan memadukankebutuhan spesifik lokasi.

Primatani merupakan modus diseminasi yang dirakit berdasarkan kondisi spesifiklokasi, berkembang secara luas di berbagai wilayah dan kemudian dijadikan model nasionaldalam rangka mempercepat pemasyarakatan inovasi. PRIMA TANI semula hanyadilaksanakan di 22 lokasi dan 14 provinsi pada tahun 2005, dan berkembang menjadi 209

Page 5: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 5

lokasi di 33 provinsi pada tahun 2009, dan telah mendorong terjadinya peningkatanproduktivitas padi, jagung dan kedelai, masing-masing sebesar 1,82 ton/ha/musim; 3.30ton/ha/musim dengan luas pengembangan 4.526 ha, dan 108 ha. Demikian pula untuk kakao, kopi dan karet masing-masing sebesar 0,57 t/ha/tahun, 0,54 t/ha/tahun dan 0,20 t/ha/tahundengan luas pengembangan 3.861 ha, 1.017 ha, dan 404 ha. Peningkatan populasi ternaksapi potong, kambing dan domba masing-masing juga tercapai sebesar 78 ekor/tahun, 11ekor/tahun dan 167 ekor/tahun. PRIMATANI juga menumbuhkan lembaga penangkar benihdi sejumlah lokasi seperti padi sawah di 20 lokasi , jagung di 9 lokasi, kakao di 7 lokasi dankopi di 7 lokasi.

Sejak lima tahun terakhir, Kementerian Pertanian melakukan pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT). Dalam pendekatan PTT ini, sejak tahun 2007 telah dicanangkanupaya pemasalahannya melalui pendekatan sekolah lapang PTT atau SLPTT sekaligussebagai salah satu program strategis Kementerian Pertanian. Pendekatan tersebut ditepuhsebagai langkah operasional dalam meningkatkan produktivitas padi untuk mempercepatpencapaian swasembada beras yang berkelanjutan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut ,tentu membutuhkan dukungan dari seluruh pihak yang berkepentingan, Badan LitbangPertanian (cq. BB Pengkajian) dituntut untuk berperan aktif dalam mensukseskan programtersebut. Pada tahun 2009, BPTP ditargetkan mendampingi dan mengawal pada 60% lokasiSLPTT padi, jagung dan kedelai masing-masing di 32 provinsi, 21 provinsi dan 11 provinsi.Dalam implementasi di lapangan, model pendampingan BPTP bersinergis dengan institusilainnya seperti Puslitbang Tanaman Pangan, BB Padi, BB Sumberdaya Lahan , dan BBMekanisasi Pertanian.

Program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi (P4MI) didesain untukmeningkatkan kesejahteraan/pendapatan petani miskin melalui inovasi produksi dan pasarpertanian. Lokasi program ini meliputi Kabupaten Temanggung dan Blora, provinsi JawaTengah, Kabupaten Donggala-Provinsi Sulteng, Kabupaten Lombok Timur- Provinsi NTBdan Kabupaten Ende – Provinsi NTT. Pada awalnya lokasi kegiatan ditargetkan di 1.000desa namun berkembang menjadi 1.067 desa. Komponen P4MI meliputi pemberdayaanpetani, pengembangan sumber informasi pertanian, dukungan pengembangan inovasiterknologi pertanian dan diseminasi, serta manajemen. Melalui program ini telah berhasildikembangkan infrastruktur, seperti jaringan irigasi, jalan produksi antar desa, serta fasilitaspenyediaan sarana produksi dan partisipasi masyarakat/petani dalam investasi desa berupaswadaya dana yang mencapai 28,53% dari total dana yang digunakan selama kurun waktu2003-2008.

Jejaring kerja merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi suatu lembaga penelitian.Jejaring kerja ini bermanfaat untuk optimalisasi penggunaan diberdaya, menghindaritumpangtindih penelitian, meningkatkan kualitas penelitian dan mengefektifkan diseminasihasil penelitian. Saat ini Badan Litbang Pertanian memiliki jejaring kerja yang cukup luasbaik nasional maupun internasional. Secara nasional telah terbentuk Konsorsium Penelitianuntuk beberapa komoditas dan bidang masalah yang melibatkan beberapa lembaga penelitiandi bawah koordinasi Kementerian Ristek (LIPI,BATAN, BPPT) dan beberapa perguruantinggi. Untuk mengefektifkan diseminasi telah terbentuk pula jejaring kerja denganpemerintah daerah, pihak swasta dan institusi pengambil kebijakan baik dalam lingkupKementerian maupun di luar Kementerian Pertanian. Secara internasional, Badan LitbangPertanian juga terlihat dalam jejaring kerja, baik bilateral, multilateral maupun regional.

Kerjasama dan jejaring kerja internasional juga masih berpotensi untuk diperluas dandiperkuat. Secara bilateral Kementerian Pertanian telah membuat nota kesepakatan dengan

Page 6: INOVASI DAN PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/04/... · Dalam upaya mencapai tujuan pertanian industri ... Pertanian terutama

6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

kementerian beberapa negara seperti Malaysia, Brazil, Slovalia, Laos, dan Tunisia. BadanLitbang Petanian juga sudah membuat nota kesepakatan dengan lembaga-lembaga penelitianinternasional seperti ACIAR, CIRAD dan Embrapa. Secara multilateral, Badan LitbangPertanian juga membuat nota kesepahaman dengan beberapa organisasi dan lembagapenelitian internasional seperti CIMMYT, IRRI dan CIP. Nota kesepahaman ini dapatditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan penelitian bersama, pertukaran tenaga ahli daninformasi. Selain itu masih juga terbuka peluang untuk membuat nota kesepahaman barudengan beberapa Negara atau lembaga penelitian international lainnya.

Pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) merupakan program terobosanKementerian Pertanian dalam pembangunan pedesaan yang bertujuan untuk mempercepatpengentasan kemiskinan dan menurunkan tingkat pengangguran melalui penumbuhan usaha-usaha agribisnis. Badan Litbang pertanian turut berperan dalam pelaksanaan program PUAP.Program PUAP dimulai pada tahun 2008, dengan penyebaran dana pada 10.504desa/Gapoktan sebesar Rp 1.053,8 milyar atau 98% dari target yang direncanakan. Sampaidengan tahun 2009, telah dilakukan penambahan sejumlah 9.884 desa/Gapoktan sehinggaimplementasi PUAP tercatat sebesar 20.426 lokasi desa di 417 kabupaten dan 33 provinsi,dengan penyaluran dana sebesar Rp. 988,3 milyar (98.84%). Dana operasionalisasi dilapangan, dilaksanakan melalui jalinan kerja sama antara tim Pembina provinsi, tim tekniskabupaten, yang dibantu oleh 778 Penyelia Prima Tani (PMT) dan 15.978 PenyuluhPendamping (PP).

Program FEATI dimulai sejak tahun 2007 dan dirancang untuk dilaksanakan selamalima tahun. Tujuan program adalah untuk menjawab masih lemahnya pemberdayaaan petanidan organisasi petani dalam peningkatan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraanpetani, BB Pengkajian dan 18 BPTP melaksanakan komponen C yang terfokus padaperbaikan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian melalui penguatan kemitraan antarapenelitian-penyuluhan-organisasi petani-agribisnis. Selama tiga tahun terakhir sudah cukupbanyak capaian kegiatan yang diraih seperti inovasi rehabilitasi kebun kakao di Sumut,pengembangan perbenihan padi sawah di NTB, inovasi teknologi beras merah di Jateng danberbagai inovasi lainnya yang bisa dicatat sebagai keberhasilan kinerja kegiatan. Hasilpenilaian Bank Dunia pada Midterm Review Mission bulan Februari/Maret 2010 menyatakankinerja komponen C memuaskan.

KESIMPULAN

1. Sub sektor perkebunan ,mempunyai peran yang cukup strategis dalam sumbangannyaterhadap 4 sukes kementerian pertanian, karena berbagai produk pekebunan Indonesiamemiliki keunggulan komparatif di pasar internasional namun demikian agribisnisperkebunan memerlukan adanya inovasi teknologi perkebunan.

2. Banyak sekali teknologi perkebunan yang telah dihasilkan mulai dari varietas unggul,teknogi perbanyakan benih, teknologi budi daya, pengolahan sampai dengan pemanfaatanlimbah.

3. Teknologi yang dihasilkan sangat lambat untuk diadopsi para penggunanya,oleh sebab ituBadan Litbang Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat adopsiteknologi perkebunan.