Isi Case Lengkap

Embed Size (px)

Citation preview

1

I. Rekam Medis A. Anamnesis 1. Identifikasi Nama MR/Reg Umur Suku Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat MRS : Ny. Caisih : 407239/10016317 : 20 tahun : Palembang : Islam : SLTP : Ibu rumah tangga : Dusun Mandi Api, Palembang : 4 Juli 2010 pukul 19.00 WIB

2. Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali, lama 1 tahun

3. Riwayat Reproduksi Menars pada usia 13 tahun, lama haid 5 hari, siklus haid 28 hari, teratur, hari pertama haid terakhir 03 Februari 2010, taksiran persalinan 10 November 2010.

4. Riwayat Kehamilan / Melahirkan 1. Hamil ini

5. Riwayat Penyakit Dahulu Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-)

2

6. Riwayat Gizi / Sosioekonomi Sedang / Sedang

7. Anamnesis Khusus Keluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan.

Riwayat Perjalanan Penyakit : Kurang lebih dua jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan yang berwarna merah segar, banyaknya kurang lebih satu kali ganti kain. Riwayat terlambat haid (+), riwayat trauma (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat minum obat atau jamu (-). Pasien mengaku hamil 5 bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

B. Pemeriksaan Fisik 1. Status Present a. Keadaan Umum Kesadaran Tipe badan Berat Badan Tinggi Badan Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu : Kompos mentis : Astenikus : 40 kg : 148 cm : 100/60 mmHg : 90 x / menit : 20 x / menit : 36,6 oC

b. Keadaan Khusus Kepala: Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

3

Leher: Tekanan vena jugularis tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar Toraks: Jantung : Murmur (-), gallop (-) ; Paru paru : Sonor, bising nafas dasar vesikuler normal, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen: Abdomen lemas, pelebaran vena tidak ada, hepar dan lien sulit dinilai, nyeri tekan tidak ada Ekstremitas : Edema pretibial -/-, varises -/-, refleks

fisiologis +/+, refleks patologis -/-

2. Pemeriksaan Obstetri Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 4 Juli 2010 pukul 19.00 WIB didapatkan : Pemeriksaan luar : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat (18 cm), ballottement externa (-), floating, DJJ 140x/menit teratur, taksiran berat badan janin 600 gram. Inspekulo : Porsio lunak, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+) darah tak aktif, erosi (-), laserasi (-), polip (-).

C. Diagnosa Kerja G1P0A0 hamil 22-23 minggu dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + anemia berat.

D. Prognosis Ibu Janin : Dubia : Dubia

E. Terapi

4

Perbaiki keadaan umum IVFD RL gtt xx/mnt Transfusi sampai Hb 10gr/dl Inj Cefotaxim 2x1 gr IV (skin test) Tokolitik dengan nifedipin 3x10 mg Cek lab darah rutin, urin rutin, Kultur darah, cross match

F. Hasil Laboratorium Darah Rutin (14 Maret 2009) Hemoglobin 3,5 g/dL, Eritrosit 1.750.000/mm3, Hematokrit 10 vol%, Lekosit 14.100 /mm3, LED 105 mm/jam, Trombosit 366.000 /mm3, MCH 20 picogram, MCV 58 gram, MCHC 34%, Gambaran Darah Tepi Eritrosit mikrositik hipokrom, Leukosit jumlah meningkat bentuk normal, Trombosit jumlah dan bentuk normal. Kesan : Anemia mikrositik hipokrom disertai leukositosis. DS/ anemia penyakit kronis. DD/ Anemia defisiensi Fe + infeksi bakteri.

G. Pengamatan Lanjut Tanggal 05-07-2010 Pemeriksaan Fisik dan DiagnosisKeluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 120/90 mmHg, N :84x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC

Terapi- Perbaikan KU - Transfusi whole blood PRC - Inj Cefotaxim 2x1 gr IV - Tokolitik dengan nifedipin 3x10 mg

St. Obstetri : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 140x/mnt, his (-), TBJ 600 gram.

5

Pemeriksaan Penunjang : (MM) USG tampak janin tunggal hidup presentasi kepala. BPD 5,7 mm ~ 23 W 5 D, FL 4,1 mm ~ 23 W 6 D. Ketuban cukup, plasenta corpus depan, tidak tampak adanya kelainan congenital mayor. Kesan : Hamil 23 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala. Laboratorium (post transfusi WBC 1 kolf) Hb 4,2 gr/dl, eritrosit 2.130.000/mm3 Leukosit 18.000/mm3 Trombosit 316.000/mm3 Hasil Konsul : Konsul PDL Kesan : pasien saat ini cor/pulmo fungsional kompensata, anemia defisiensi Fe yang diperberat oleh perdarahan. Saran : Cek SI, TIBC, feritin serum. Transfusi PRC. Terapi sesuai TS. Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + anemia berat Keluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/90 mmHg, N :86x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,9 oC St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 140x/mnt, his (-), TBJ 600 gram. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Faeces Makroskopis : encer hitam Mikroskopis : E Coli (+), eritrosit 1-2, leukosit 25-30, bakteri (+), telur cacing (-) Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + anemia berat Keluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan

06-07-2010

- Perbaikan KU - Transfusi PRC sampai Hb 10 gr% - Inj Cefotaxim 2x1 gr - Tokolitik dengan nifedipin 3x10 mg

07-07-2010

- Perbaikan KU - Transfusi PRC sampai Hb 10 gr%

6

St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 120/90 mmHg, N :84x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC St. Obstetri : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 140x/mnt, his (-), TBJ 600 gram. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Hb 5,1 g/dl Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + anemia berat Keluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 120/90 mmHg, N :84x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC St. Obstetri : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 140x/mnt, his (-), TBJ 600 gram. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Hb 5,1 g/dl Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + anemia berat

- Inj Cefotaxim 2x1 gr Tokolitik dengan nifedipin 3x10 mg

08-07-2010

- Perbaikan KU - Transfusi PRC sampai Hb 10 gr% - Inj Cefotaxim 2x1 gr Tokolitik dengan nifedipin 3x10 mg

09-07-2010 Keluhan Utama :Hamil muda dengan nyeri perut + perdarahan anemia berat St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :80x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, nyeri tekan (+) punctum maximum pada kanan bawah, bising usus (+), DJJ 150x/mnt, his (+), TBJ 600 gram. Pemeriksaan Penunjang :

- IVFD RL gtt xx/mnt - Transfusi PRC sampai Hb 10gr% - Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan, DJJ - Inj Cefotaxim 2x1 gr - Cek lab DR, KD - Konsul bedah - USG konfirmasi - Tokolitik dengan MgSO4 konsul dr. H. Amir Fauzi SpOG(K) acc

7

Laboratorium Hb 7,6 gr/dl, Ht 24 vol%, leukosit 8.900/mm3, trombosit 408.000/mm3 Hasil Konsul : Konsul Bedah Kesan : Susp Appendicitis akut Saran : USG abdomen cito, lapor setelah ada hasil. Hasil USG (RS Charitas) : kesan appendicitis akut non perforasi Konsul ulang ke bedah Kesan : Appendicitis akut Saran : - Appendektomi cito, rawat bersama bedah - Persiapan operasi : puasa, kateter, antibiotika (~ TS), konsul anestesi. - Mohon pertimbangan untuk pemberian tokolitik Konsul Anestesi Kesan : ASA II E Saran : puasa teruskan, sedia darah. Konsul ulang ke bedah Acc pindah rawat ke bedah Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup + susp appendicitis akut. Keluhan Utama : Hamil muda dengan nyeri perut + perdarahan anemia berat St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :82x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, nyeri tekan (+) punctum maximum pada kanan bawah, bising usus (+), DJJ 156x/mnt, his (+), TBJ 600 gram. Hasil Operasi : IO : dalam cavum abdomen didapatkan appendix yang meradang, letak pelvinal appendiktomi Operasi appendiktomi dimulai pukul 02.00,

10-07-2010

- IVFD RL gtt xx/mnt - Transfusi PRC sampai Hb 10gr% - Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan, DJJ - Inj Cefotaxim 2x1 gr - Cek lab DR, KD - Konsul bedah - USG konfirmasi - Tokolitik dengan MgSO4

8

selesai pukul 03.00. Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup, post appendektomi. Keluhan Utama : Hamil kurang bulan dengan habis operasi usus buntu St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :82x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,6 oC St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 142x/mnt, TBJ 600 gram. Tampak luka operasi appendiktomi tertutup hipafix. Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup, post appendektomi hari I. Keluhan Utama : Hamil dengan habis operasi usus buntu St. Present : St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 142x/mnt, TBJ 600 gram. Tampak luka operasi appendiktomi tertutup hipafix. Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg dengan perdarahan trimester II janin tunggal hidup, post appendektomi hari II. Keluhan Utama : Hamil dengan habis operasi usus buntu St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :80x/mnt, RR : 20x/mnt, t : 36,4 oC St. Obstetri : Pemeriksaan luar : Fut 2 jbpst (18 cm), balotement externa (+) floating, DJJ 130x/mnt, TBJ 600 gram. Tampak

11-07-2010

-

Perbaikan KU Mobilitas bertahap Cefotaxim 2x1 gr Terapi ~ bedah : tramadol 2x500 mg, ranitidin 2x150 mg.

12-07-2010

-

Perbaikan KU Mobilitas bertahap Cefotaxim 2x1 gr Terapi ~ bedah : tramadol 2x500 mg, ranitidin 2x150 mg.

13-07-2010

- Terapi teruskan - Pemeriksaan konfirmasi

USG

9

luka operasi appendiktomi tertutup hipafix. Pemeriksaan Penunjang : USG(NS) Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala, aktivitas gerakan janin normal. BPD 62 mm, HL 38 mm, HC 26 mm, FL 45 mm, AC 206 mm, TBJ 700 gr. Plasenta di korpus depan, tampak selaput korion yang mengalami deattach (lepas) yang berasal dari solution plasenta ringan. K/ Hamil 24 mgg JTH preskep dengn solusio plasenta ringan Saran : alih rawat kebidanan, bed rest total, cygest 1x 400 mg, Hystolan 2x , Buscopan 2x1/2 Laboratorium Hb 10,7 gr/dl, leukosit 7800/mm3, LED 36 mm/jam, trombosit 369.000/mm3 Diagnosis : G1P0A0 hamil 22-23 mgg janin tunggal hidup, post appendektomi hari III. Pk 01.00 Keluhan Utama : Demam menggigil dan sesak, perdarahan per vaginam sudah tidak ada. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :124x/mnt, RR : 28x/mnt, t : 38,4 oC St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : Perut tampak kembung, nyeri tekan (+), FUT 2 jari bawah pusat, tampak luka bekas appendektomi tertutup hypafix. DJJ 138x/menit Hasil Konsul : Konsul Penyakit Dalam Kesan : Observasi febris e.c susp malaria DD/ - ISK - Infeksi post appendektomi Saran : Paracetamol 3x500 mg Cek darah rutin, urin rutin+nitrit, DDR Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + solusio plasenta ringan + post appendektomi hari ke-4 + observasi febris e.c?

-

Setelah USG : Alih rawat kebidanan Bedrest total Cygest 1x400 mg Hystolan 2x1/2 tab Buscopan 2x1/2 tab Cefixim 2x100 mg tab

14-07-2010

-

O2 3 liter Paracetamol 3x500 mg Bedrest total Cygest 1x400 mg Cefotaxim 2x100 mg tab - Antasida susp - Periksa feces

10

Pk 07.00 Keluhan Utama : Perut kembung dan nyeri. Demam dan sesak sudah tidak dirasakan. BAB encer tanpa darah atau lendir, warna hitam. St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : Perut tampak kembung, tampak luka bekas appendektomi tertutup hypafix. Nyeri tekan (+), FUT 2 jari bawah pusat, ballottement external (+), DJJ 140x/menit, bising usus meningkat, hipertimpani. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium Feces : makroskopis encer, warna coklat mikroskopis amoeba (-), eritrosit (-), telur cacing (-), leukosit 2-3/LPB, bakteri (+), jamur (+) Darah : Hb 11,4 g/dl, Na 132 mmol/l, K 3,0 mmol/l Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + solusio plasenta ringan + post appendektomi hari ke-4 +GEA

Pk 18.00 Keluhan Utama : Demam, nyeri perut, sesak napas Hasil Konsul : Konsul Penyakit Dalam Kesan : susp malaria Saran : DDR di FK UNSRI bagian parasitologi Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + solusio plasenta ringan + post appendektomi hari ke-4 +observasi febris+dispnoea e.c? Keluhan Utama : Demam, nyeri perut. Sesak berkurang, diare sudah tidak dirasakan. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :110x/mnt, RR : 28x/mnt, t : 37,7 oC

15-07-2010

- Bedrest total - Nifedipin 20 mg. bila dalam 30 menit masih mulas, ulangi nifedipin 10 mg. - Konsul PDL

11

Pemeriksaan Fisik : Tampak vesikulae pada wajah, leher, kedua lengan dan abdomen. St. Obstetri : Perut tampak kembung, luka operasi tertutup hypafix, bising usus (+) normal, nyeri tekan (+), FUT 2 jari bawah pusat, ballottement external (+), DJJ 148x/menit. Pemeriksaan Penunjang : USG(NS) Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala, aktivitas janin terbatas, biometri stqa, ketuban minimal dengan single pocket 1,7 cm, panjang cervix 1,7 cm, tidak tampak selaput ketuban yang lepas, liver dan ginjal kiri dalam batas normal, ginjal kanan hidronefrosis. Kesan : Hamil 24 mgg janin tunggal hidup presentasi kepala, oligohidramnion, hidronefrosis kanan. Saran : Informed consent tentang keadaan bayi sekarang, konsul PDL. Hasil Konsul: Konsul penyakit Dalam Kesan : Asthma attack Malaria dengan tanda-tanda SIRS Varicella Saran : - Drip aminofilin 2 amp dalam D5% 500 cc gtt xv/menit. - Dexamethasone 3x2 amp - Terapi lain ~ TS - Kultur darah, urin - Alih rawat - Konsul bagian kulit

-

Cygest 1x400 mg Hystolon 2x1/2 tab Nifedipin stop Drip aminofilin 2 amp dalam D5% 500 cc gtt xv/menit.

Konsul Penyakit Kulit Kesan : Varicella Saran : Acyclovir 5x800 mg Neurotropik Antihistamin Bedak salicyl 2% Asam Fusidat 2% bila lesi sudah kering Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + PPI + post appendektomi hari ke-5 + asthma attack +

-

Acyclovir 5x800 mg Neurobion 1x1 CTM 2x4 mg Salicyl talc Asam Fusidat 2% bila lesi sudah kering - Alih rawat PDL

12

varicella + janin tunggal hidup

16-07-2010 Keluhan Utama :Diare. Sesak sudah berkurang. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 100/70 mmHg, N :100x/mnt, RR : 30x/mnt, t : 36,9 oC St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : Abdomen kembung (-), bising meningkat, FUT 2 jari bawah pusat.

-

Stqa Oralit Konsul ulang PDL Belum alih rawat karena ruangan RC penuh

usus

(+)

17-07-2010

Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + PPI + post appendektomi hari ke-6 + asthma bronchiale + varicella + GEA Keluhan Utama : Diare St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 100/70 mmHg, N :88x/mnt, RR : 24x/mnt, t : 37 oC Pemeriksaan Fisik : Vesikulae mulai mengering St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi ballottement external (+), DJJ 150x/mnt.

- Stqa - Pasien pindah rawat ke RC

(-),

18-07-2010

Diagnosis : G1P1A0 hamil 24 mgg + PPI + post appendektomi hari ke-7 + varicella + GEA e.c efek samping obat acyclovir belum inpartu janin tunggal hidup Keluhan Utama : Kembung St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 110/70 mmHg, N :89x/mnt, RR : 24x/mnt, t : 36,5 oC St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi ballottement external (-), DJJ 160x/mnt.

- Folamil genio 1x1 cap - Konsul bedah

(-),

13

Pemeriksaan penunjang : Laboratorium Darah : Hb 11,1 g/dl, eritrosit 4.180.000/mm3, Ht 32 vol%, leukosit 10.400/mm3, LED 50 mm/jam, Diff count 0/0/0/9/7/2, BSS 63mg/dl, kolesterol total 122 mg/dl, uric acid 1,6 mg/dl, ureum 14 mg/dl, kreatinin 0,5 mg/dl, prot total 5,2 mg/dl, albumin 1,6 g/dl, globulin 3,6 g/dl, SGOT 18U/l, SGPT 9/Ul, Na 127 mmol/L, K 2,4 mmol/L Faeces : amoeba(-), eritrosit(-), leukosit 1-2, bakteri(+), jamur(+). Urine: epitel(+), leukosit 3-4/lpb, eritrosit 0-1/lpb, protein(-), glukosa(-) Hasil Konsul : Konsul Penyakit Dalam Kesan : hipoalbuminemia + hiponatremia + hipokalemia + susp peritonitis Diagnosis : G1P0A0 hamil 24 mgg + PPI + post appendektomi hari ke-8 + varicella + meteorismus belum inpartu janin tunggal hidup Keluhan Utama : Kembung St. Present : St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : Abdomen tampak cembung, FUT sulit dinilai, ballottement externa sulit dinilai, DJJ 154x/menit. Hasil Konsul : Konsul Bedah Kesan : saat ini tak ditemukan tanda-tanda peritonitis, ileus paralitik e.c elektrolit imbalance Saran : puasa, dekompresi NGT + urethral catether Diagnosis : G1P0A0 hamil 24 mgg dengan meteorismus e.c elektrolit imbalance (hipokalemia, hiponatremia, hipoalbuminemia), varicella, hidronefrosis dextra, postappendektomi hari ke-9 Keluhan Utama : Mau melahirkan dengan anak kurang bulan dan habis operasi usus buntu

19-07-2010

-

Puasa Decompresi NGT Uretral catheter Drips KCL Drips albumin 20% 1x1 - Cefotaxim 2x1g Os menolak pemasangan NGT Pulang paksa

21-07-10 Pkl 23.45

- Pimpin persalinan - IVFD RL gtt XX/menit - Cefotaxim 2x1 gr

14

RPP : 6 jam SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang, makin lama makin sering dan kuat. Keluar darah dan lendir (+), keluar airair (-), pasien lalu ke RSMH. St. Present : KU : sakit sedang, Sens : CM, TD : 100/60 mmHg, N :100x/mnt, RR : 24x/mnt, t : 37,6 oC St. Obstetri : Pemeriksaan Luar : FUT setinggi pusat, memanjang, kepala, penurunan kepala 1/5, his 3x/10/40, DJJ 154x/menit, TBJ 800 gr. VT : Portio tak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-) 1 jam, bau (-), jernih, kepala H III (+), UUK kanan depan. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Darah : Hb 11,8 g/dl, eritrosit 4.400.000/mm3, Ht 34 vol%, leukosit 17.400/mm3, LED 21 mm/jam, trombosit 334.000/mm3, diff count 0/0/4/63/23/10. Diagnosis : G1P0A0 hamil 24 mgg inpartu kala II janin tunggal hidup presentasi kepala + susp ileus paralitik + post appendiktomi hari ke-11 + obs febris.

- Cek lab DR, UR, KD - Konsul bedah - Konsul PDL

II. Permasalahan : 1. Apakah masalah pada pasien ini ? 2. Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya partus prematur pada pasien ini ? 3. Apakah penatalaksaan pada pasien ini sudah tepat ?

15

4. Apakah tindakan appendiktomi merupakan penyebab utama pada terjadinya partus prematur ?

III. Analisis Kasus 1. Apakah masalah pada pasien ini ? Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berusia 20 tahun, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan dan didiagnosa dengan perdarahan trimester II dan anemia berat, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya solutio plasenta ringan yang terdiagnosa kemudian dengan USG, dan juga diperberat oleh adanya anemia defisiensi Fe yang disebabkan bisa karena kurangnya gizi selama kehamilannya. Pada perkembangan selanjutnya pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah yang kemudian diketahui sebagai appendicitis akut non perforasi yang dibuktikan oleh USG abdomen dan hasil operasi yang menunjukkan appendiks yang meradang. Selanjutnya pasien juga mengalami demam dan diare lalu didiagnosa sebagai gastroenteritis akut yang dikonfirmasi oleh hasil pemeriksaan laboratorium feces, beberapa hari setelah itu timbul vesikulae di badan pasien yang disertai demam dan didiagnosa sebagai varicella, dan setelah diberi pengobatan, justru obat-obatan untuk terapi varicella tersebut diduga memperberat bahkan menjadi penyebab dari gastroenteritis yang dialami oleh pasien. Selain itu juga pasien mengalami serangan sesak napas yang didiagnosa sebagai asthma attack. Pada pemeriksaan USG selanjutnya didapatkan gambaran aktifitas janin yang terbatas, ketuban yang minimal (single pocket = 1,7cm), tak tampak selaput ketuban yang lepas, dan panjang cerviks 1,7cm sehingga berdasarkan pemeriksaan ini pasien didiagnosa dengan Partus Prematurus

16

Imminens sehingga disarankan untuk diberikan inform consent terhadap kelangsungan kehamilannya. Pasien mengalami distensi abdomen yang awalnya diduga sebagai peritonitis akan tetapi merupakan suatu ileus paralitik yang disebabkan oleh ketidak seimbangan elektrolit. Karena keadaan ini pasien disarankan untuk dilakukan pemasangan Nasogastric Tube dengan tujuan

dekompresi, akan tetapi pasien menolak dan memaksa untuk pulang. Dua hari setelah pasien pulang paksa, pasien datang kembali dengan keluhan mau melahirkan dan datang pada kala II, disertai febris. Dan pada saat itu juga pasien dipimpin untuk bersalin, lahir neonatus hidup laki-laki berat badan 800 g, panjang badan 27cm.

2. Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya partus premature pada pasien ini ? Solusio plasenta Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar yaitu 11%. Perdarahan pada solusio plasenta dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Akan tetapi, biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.

17

Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin. Penyakit/infeksi sistemik Penyakit sistemik yang diderita oleh pasien ini selama kehamilan adalah varicella. Varicella yang terjadi pada kehamilan merupakan ancaman baik pada ibu maupun janin. Komplikasi serius yang biasa terjadi pada orang dewasa adalah varicella pneumonia. Sampai saat ini masih terjadi perdebatan apakah kehamilan merupakan faktor predisposisi terjadinya pneumonia atau dapat meningkatkan keparahan penyakit. Pneumonia lebih umum terjadi pada pertengahan kedua kehamilan dan kebanyakan kematian terjadi pada trimester ke-tiga. Wanita dengan infeksi Varicella Zoster Virus primer selama kehamilan dapat menularkan virus kepada janin pada lebih dari 25% kasus, tetapi infeksi biasanya asimtomatis. Infeksi

transplasental yang mengakibatkan defek kelahiran atau kematian saat lahir, pertama kali dilaporkan pada tahun 1947 tetapi jarang terjadi. Penularan dapat terjadi pada semua usia kehamilan, tetapi kasus yang simptomatis hanya terbatas pada trimester pertama

kehamilan, khususnya antara minggu ke 8-20 kehamilan. Beberapa penelitian juga menemukan adanya kaitan antara terjadinya partus

18

premature dengan varicella pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Adanya patologi nyata di abdomen non obstetric Pada pasien ini terdapat 2 hal patologi abdomen non obstetric yang terdapat pada pasien ini yaitu appendicitis akut dan ileus obstruktif e.c ketidakseimbangan elektrolit. Kejadian appendisitis akuta dalam kehamilan yaitu 1 diantara 1000 wanita hamil, dan kejadian perforasi biasanya sering pada wanita yang hamil dibandeingkan yang tidak hamil, disebabkan karena diagnosis dini sulit ditegakkan karena adanya beberapa hal yang membuat bias, seperti : adanya gejala mual, muntah, anoreksia, perut kembung, dan nyeri perut, leukositosis, berpindahnya letak soekum, hingga letak appendiks juga berpindah sehingga membiaskan gambaran radiologi, wanita hamil dengan appendicitis akuta harus segera dilaparotomi, dan segera dilakukan appendektomi, tanpa memikirkan usia kehamilan. Bila terjadi perforasi atau abses dipertimbangkan untuk dilakukannya appendektomia, seksio histerektomia dan pemasangan drain. Prognosis appendicitis dalam kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta tindakan dan diagnosis serta tindakan yang segera diambil berupa laparotomi dan pemberian antibiotika, akan dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang sering dijumpai adalah abortus atau partus prematur. Ileus obstruktif dapat dijumpai dalam kehamilan yang kadang-kadang tidak diketahui, karena gejalanya sering disalah tafsirkan sebagai gejala kehamilan biasa, seperti mual, muntah, konstipasi, uterus kontraksi, kejang otot dan sebagainya. Dapat disebabkan oleh volvulus, hernia inkarserata, intusupepsi, tumor kolon, dan perlekatan, yang merupakan penyebab paling sering, karena itu perlu ditanya

19

tentang operasi perut terdahulu. Diagnose dibuat atas dasar gejala muntah, konstipasi, bising usus meningkat. Foto rntgen abdomen ( tidak dianjurkan selama adanya kehamilan).

3. Apakah penatalaksaan pada pasien ini sudah tepat ? Pada awal pasien masuk dengan perdarahan trimester II dan anemia berat, dilakukan terapi ekpektatif dimana terapi utama adalah pemberian tokolitik berupa Nifedipin 3x10 mg dan pemberian transfuse whole blood. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan solusio plasenta ringan yang berupa perawatan konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat. Selanjutnya pasien mengalami beberapa keadaan yang merugikan keadaan kehamilannya. Seperti appendisitis, infeksi sistemik (varicella, gastroenteritis) yang dapat menjadi pemicu ancaman terjadinya PPI. Penatalaksanaan keadaan tersebut sesuai dengan penatalaksanaan pada masing-masing penyakit. Yaitu appendiktomi untuk keadaan appendicitis akut, pemberian acyclovir untuk varicella dan terapi simptomatis untuk keadaan demam dan gastroenteritis. Namun, pada situasi selanjutnya, ketika pasien mengalami distensi abdomen dan disarankan untuk dilakukan dekompresi dengan nasogastric tube, pasien menolak dan memaksa untuk pulang. Padahal, pada keadaan ini pasien diduga mengalami perberatan infeksi berupa peritonitis dan ileus paralitik akibat elektrolit imbalance yang dapat memperberat resiko terjadinya partus prematur. Saat pasien datang kembali setelah dua hari di rumah, pasien memperlihatkan tanda-tanda persalinan kala II. Dalam keadaan ini pasien langsung dipimpin untuk bersalin. Sebagai kesimpulan, penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, akan tetapi banyak hal-hal yang sangat merugikan keadaan kehamilan pasien.

20

Dan di saat pasien sedang beresiko tinggi untuk terjadinya partus premature, pasien memaksa untuk tidak melanjutkan pengobatannya.

4. Apakah tindakan appendiktomi merupakan penyebab utama pada terjadinya partus premature? Pada kasus ini beberapa faktor tersebut ikut berperan serta dalam terjadinya partus premature dari pasien ini, dan bahkan hampir tidak ada yang menonjol, tetapi setelah dilakukan appendiktomi, terdapat distensi abdomen yang berkemungkinan terjadi infeksi di kavum abdomen yang berhubungan langsung dengan uterus dalam kavum abdomen, dimana infeksi tersebut berdampak terjadinya stress dan inflamasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan prostaglandin, matriks

metaloprotein, dan pengambilan neutrofil dan makrofag. Sehingga berdampak terjadinya kontraksi uterus, pendataran dan dilatasi serviks, serta menurunnya ambang ransang pecahnya ketuban, selain itu saat pasien datang untuk melahirkan kondisi-kondisi sebelumnya yang memberatkan kehamilan sebelumnya sudah berangsur membaik,

sebaliknya distensi abdomen masih tetap ada, tetapi hal tersebut memang masih sulit untuk ditegakkan dikarenakan pemeriksaan dan tatalaksana berkaitan dengan distensi abdomennya belum selesai dilaksanakan, dikarenakan pasien menolak untuk ditatalaksanai, dan justru memilih untuk pulang paksa.

IV. Kesimpulan 1. Tata laksana yang diberikan pada pasien ini sudah sesuai, tetapi tidak maksimal dikarenakan pasien tidak setuju untuk menyelesaikan pengobatannya.

21

2. Penyebab terjadinya partus premature pada pasien ini ditentukan oleh beberapa faktor risiko, tetapi gejala akibat sisa dari appendicitis akut dapat dianggap sebagai penyebab terbesar dikarenakan masih adanya gejala yang menjadi keluhan pada cavum abdomen pasien ini.

V. Rujukan1. 2. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,1992 Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI / RSMH Palembang. Standar operasional prosedur. Palembang : Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI / RSMH Palembang, 2008. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Ilmu Kedokteran Fetomaternal 1st ed. Surabaya: Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 2004. Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF. Danforths Obstetrics and Gynecology. 9th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Publishers ; 2003. Cox K. Preterm labor. In : Bader TJ. OB/GYN secrets. 3rd ed. Philadelphia : Elsevier Mosby ; 2005. p. 342 345. DeFranco E, Atkins K, Heyl PS. Preterm labor, premature rupture of membranes, and cervical insufficiency. In : Evans AT. Manual of obstetrics. 7th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Publishers ; 2007. p. 141 145. Roman AS, Pernoll ML. Late pregnancy complications. In: De Cherney AH, Nathan L, editors. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th ed. Los Angeles: Appleton & Lange ; 2002. p. 1075-9. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC,Wenstrom KD. Williams obstetric. 22nd ed. New York: McGraw-Hill; 2005. Chan PD, Winkle CR. Current clinical strategies gynecology and obstetrics. 1 st ed. California : Current Clinical Strategies Publishing ; 2000.

3. 4. 5. 6.

7.

8. 9.