Jtptunimus Gdl Lumatulfai 5577 2 Babii

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSALINAN Persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. Penolong persalinan perlu memantau keadaan ibu dan janin untuk mewaspadai secara dini terjadinya komplikasi. Di samping itu, penolong persalinan juga berkewajiban untuk memberikan dukungan moril dan rasa nyaman kepada ibu yang sedang bersalin (DepKes RI, 2000). Ketika mulai menolong persalinan, perlu dilihat kembali catatan pelayanan antenatal untuk mempelajari kembali keadaan ibu dan janin selama kehamilan. Selain menggunakan Kartu Ibu untuk mencatat pertolongan persalinan, diperlukan pula patrograf untuk memantau kemajuan persalinan (DepKes RI, 2000). Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan, setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi

11

12

tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (DepKes RI, 2000).

1. Pedoman Persalinan Normal Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan,eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah (DepKes RI, Jakarta: 2000). Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada: a. Keluarga Berencana Untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan. b. Asuhan Antenatal Terfokus Untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. c. Asuhan Pasca keguguran Untuk menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi

13

lainnya. d. Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.

2. Faktor Pendukung Persalinan Persalinan membutuhkan usaha total ibu secara fisik dan emosional. Karena itu dukungan moril dan upaya untuk menimbulkan rasa nyaman bagi ibu bersalin sangatlah penting. Ibu mungkin berada dalam tempat persalinan dan kondisi yang berbeda-beda satu sama lain. Perawatan yang diberikan perlu di sesuaikan dengan kebutuhan masingmasing ibu (Depkes RI:2000)

a. Dukungan Moril Kelahiran seorang bayi berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga. Karena itu bila suami atau anggota keluarga lainnya ingin menemani ibu saat bersalin hendaknya diizinkan. Biarkan mereka memberikan dukungan moril, memperhatikan dan mendengarkan permintaan ibu, serta menolong ibu bila mungkin. Perhatian dan penghargaan terhadap kebutuhan ibu dan keluarganya akan menumbuhkan rasa percaya kepada penolong persalinan. Ibu mungkin merasa tidak nyaman dan nyeri bila ibu cemas akan persalinannya atau bila mempunyai gangguan sebelumnya. Penolong

14

persalinan perlu bersikap tenang dan mampu meyakinkan ibu dan kelurganya, terutama bila mereka gelisah dan khawatir.

b. Kenyamanan Anjurkan ibu untuk berbaring dalam posisi yang dirasakan paling nyaman. Biarkan ibu melakukan kegiatan seperti berjalan, duduk, jongkok, mengambil posisi seperti akan merangkak atau bersalin, sesuai dengan keinginannya. Gerakan-gerakan tersebut membantu turunnya bayi ke panggul, karena itu anjurkan ibu bergerak aktif. Untuk selanjutnya, Ibu yang akan melahirkan tidak dianjurkan berbaring datar pada punggungnya, karena akan mengganggu peredaran darah ke tubuhnya dan janin yang dikandungnya.

c. Cairan Anjurkan ibu minum air selama persalinan untuk mencegah dehidrasi dan memberikan tenaga. Untuk selanjutnya, dehidrasi dapat mengakibatkan kelelahan, memperlambat atau menyebabkan his tidak teratur.

d. Kebersihan Infeksi yang terjadi pada saat persalinan dapat

mengakibatkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayi. Ibu

15

hendaknya dimandikan dan mengenakan pakaian bersih pada waktu bersalin, sedangkan penolong persalinan harus sering mencuci tangan dan menggunakan alat yang telah didensifeksi atau disterilkan. 1) Buang air besar Sebelum melahirkan, ibu sedapat mungkin buang air besar terlebih dahulu. Rektum yang penuh akan memberikan rasa tidak nyaman selama persalinan. Bila ibu kesulitan dalam

mengosongkan rektum,

maka ibu

dapat dibantu dengan

melakukan edema. Untuk selanjutnya hindari enema/klimaks pada ibu yang berada dalam tahap lanjut persalinan, ibu yang ketubannya telah pecah, ibu yang mengalami perdarahan atau ibu yang menderita hipertensi. 2) Buang air kecil Ibu bersalin sebaiknya buang air kecil paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering lagi bila mungkin. Kandung kemih yang penuh akan menghambat turunnya bayi ke dasar panggul dan memberikan rasa tak nyaman bagi ibu. Selain itu ada juga faktor pendukung lainnya seperti, gizi ibu hamil yang tercukupi dan bergizi, melaksanakan perancanaan persalinan dan pencegahan komplikasi yang mana terdiri dari tafsiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi ibu hamil kalau mungkin ibu

16

hamil tersebut jauh dari sarana kesehatan, calon pendonor darah yang sewaktu-waktu ibu hamil mengalami perdarahan hebat sehingga sudah siap pendonor darah, biodata lengkap dari ibu hamil sehingga dapat mengetahui riwayat ibu hamil tersebut (Depkes RI:2008).

3. Faktor Penyulit persalinan Faktor-faktor penyulit persalinan yang aman adalah rendahnya pendidikan ibu, sosial ekonomi yang rendah, jarak usia anak kurang dari dua tahun, anak lebih dari lima, primigravida kurang dari 145 cm, primitua lebih dari 35 tahun, Hb kurang dari 11 gram persen, tensi sistole dan diastole 140 per 90 mmhg (DepKes RI jakarta:1996).

B. Persalinan aman 1. Persalinan yang aman Persalinan dan kelahiran merupakan gejala fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa sosial dimana seorang ibu dan keluarga menunggu proses tersebut selama 9 (sembilan) bulan. Dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998:37)

menjelaskan bahwa persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta. Sedangkan menurut Yayasan Bina Pustaka-Soegio

17

Pranoto(YBP-SP) (2002:100) persalinan diartikan sebagai proses membukanya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Salah satu peran serta suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah suami dapat memastikan persalinan isterinya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan yang aman (Dinkes RI, 2008). Pengetahuan persiapan persalinan tersebut meliputi : a. Pengertian persiapan persalinan aman adalah rencana. b. Tindakan yang dibuat bersama antara ibu hamil, suami dan bidan pada waktu ibu hamil masuk trimester tiga (umur kehamilan di atas enam bulan) untuk memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan yang ibu perlukan pada saat persalinan dan memastikan ibu melahirkan dengan tenaga kesehatan terampil. c. Tujuan persiapan persalinan aman 1) Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman. 2) Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan ditolong oleh tenaga terampil.

18

3) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika perlu. 4) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan. 5) Untuk menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan. 6) Meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima pelayanan yang sesuai dan tepat waktu. d. Komponen dalam persiapan persalinan : Membuat rencana persalinan idealnya setiap ibu hamil dan suami harus mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal di bawah ini haruslah digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut : 1) Menentukan tempat persalinan. Ibu hamil dan suami dapat menentukan tempat bersalin yang diinginkan, untuk menentukan tempat bersalin maka suami harus mengetahui tempat-tempat bersalin yang aman seperti: di rumah ibu hamil/ di rumah orang tua dengan persyaratan lingkungan bersih dan aman, di polindes, di Puskesmas rawat inap, bidan praktik swasta, di rumah bersalin dan di rumah sakit terdekat yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. a) Memilih kelahiran di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan dirumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu didalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus

19

dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan lebih santai berada dirumah sendiri. Beberapa sangat menghargai privasi yang mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk apa yang mereka pilih, lainya mengganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut menjalani banyak tindakan medis jika melahirkan disana. b) Memilih Rumah Sakit/ Rumah Bersalin Para wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit merasa tenang karena banyak dokter dan bidan yang bekerja disana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi lebih aman, sebagian lebih tertarik fasilitas khusus yang ditawarkan. c) Memilih layanan domino Layanan domino berarti seorang bidan mendampingi ibu sepanjang masa kehamilan, mengantar ibu untuk proses melahirkan, dan setelah itu kembali menemani ibu pulang kerumah untuk beberapa waktu. Meskipun tidak setiap daerah menyediakan pelayanan ini dan dalam kenyataanya ibu mungkin mendapatkan bidan yang lain dengan bidan yang merawat ibu disepanjang masa kehamilan (Nolan, 2004). 2) Memilih tenaga kesehatan terlatih. Ibu hamil dan suami dapat menentukan siapakah yang akan menolong persalinan.

20

Macam-macam tenaga kesehatan untuk menolong persalinan yang terlatih adalah: bidan desa, bidan praktek swasta, dokter umum dan dokter ahli kebidanan. 3) Bagaimana transportasi ke tempat tenaga kesehatan dan ke tempat bersalin tersebut. Bila ibu memilih tempat bersalin bukan dirumah sendiri maka ibu dan suami perlu mengetahui berapa jarak yang ditempuh ke tempat bersalin, apakah ada kendaraan umum, kalau tidak bagaimana cara ibu menuju ke tempat bersalin, meminjam kendaraan keluarga/tetangga, apakah ada ambulance desa. 4) Pendamping persalinan Keberadaan pendamping akan membawa dampak yang baik pada proses persalinan karena dapat memberikan dukungan, semangat, dan rasa aman. Jika seorang wanita ingin didampingi selama proses persalinan, mintalah kepada suami/keluarga yang terdekat. (Huliana, 2001). Dukungan yang perlu diberikan meliputi: a) Memberikan dukungan psikologi terhadap perubahan fisik dan emosional pada ibu hamil. b) Mempersiapkan keuangan keluarga untuk kelahiran anak dengan mulai menabung sejak usia dini kehamilan. c) Mengingatkan kehamilan. dan menemani ibu memeriksakan

21

d) Membantu pekerjaan rumah tangga dan mengingatkan ibu hamil agar beristirahat. e) Menghentikan kebiasaan merokok terutama didalam rumah. f) Menghentikaan kekerasan pada ibu hamil. g) Merencanakan dimana akan bersalin, siapa penolong persalinan serta tempat rujukan apabila ditemui kegawat daruratan. h) SIAGA (Siap Antar Jaga) (1) Siap jika melihat tanda-tanda bahaya kehamilan. (2) Antar ketempat pelayanan bila akan melahirkan dan siap menjadi donor darah bila diperlukan. (3) Jaga ibu selama hamil, melahirkan, dan nifas. i) Mencegah kekerasan pada ibu hamil, baik secara psikis, ekonomi dan fisik. j) Mengantarkan dan menolong ibu untuk memberikan ASI ekslusif. (BKKBN, 2004). 5) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut. Apakah ibu mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, asuransi kesehatan,

Jamsostek, dana sehat dan tabulin. Ibu dan suami sudah mengetahui berapa jumlah biaya persalinan yang dibutuhkan.

22

6) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada. Apakah ibu dan suami sudah menghubungi orang yang menjaga rumah dan keluarga bila ibu bersalin. 7) Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan darah bisa lagsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan darahnya. (Pusdiknakes, 2003). 8) Beberapa Perlengkapan ibu dan bayi Perlengkapan yang harus dibawa ketempat persalinan antara lain : a) Kartu periksa hamil b) Alat mandi seperti handuk besar 1 buah, handuk kecil 2 buah, sabun, sikat gigi, pasta gigi. c) Pakaian ganti ibu seperti : Baju atasan (blus) dengan kancing didepan/belah depan, kain panjang/sarung, kutang, gurita ibu, pembalut wanita d) Pakaian bayi untuk pulang 1 set terdiri atas: (1) Popok bayi (2) Baju bayi (3) Celana panjang bayi (4) Gurita bayi (5) Kaos tangan dan kaki bayi

23

(6) Topi bayi (7) Selimut bayi e) Alat mandi bayi seperti : (1) Sabun bayi (2) Bedak bayi (3) Washlap/lap mandi f) Alat rias ibu seperti: bedak, lipstik, sisir dan lain-lain. (BKKBN, 2004) e. Penting bagi bidan dan suami untuk mendiskusikan : 1) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga? Ibu hamil dan suami sebaiknya menentukan pembuat keputusan utama, apakah suami, orang tua, mertua atau orang yang dituakan dalam keluarga. 2) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan? Setelah ibu dan suami memutuskan pembuatan keputusan utama, ibu dan suami juga telah menentukan pembuat keputusan pengganti bila pembuat keputusan utama tidak ada. 3) Mempersiapkan kegawatdaruratan. 4) Banyak ibu yang meninggal karena komplikasi yang serius selama kehamilan, persalinan, atau pasca persalinan, tetapi tidak mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa sistem transportasi jika terjadi

24

mereka ke tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk masalah mereka. Setiap keluarga harus mempunyai suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan segera dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan. 5) Dimana ibu akan bersalin bila terjadi komplikasi. Di Puskesmas yang ada di desa, atau rumah sakit di kota. 6) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan dan sudah merencanakan transportasi yang akan digunakan. 7) Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk. Seperti Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yang dikenal dengan PONED atau PONEK (Komprehensif). 8) Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan. Apakah sudah dipersiapkan dana, meminjam dari keluarga lain, apakah ada dana masyarakat yang sudah disiapkan secara bersama di desa tempat ibu tinggal. 9) Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial. 10) Apakah di desa tempat ibu tinggal sudah mempunyai daftar golongan darah masyarakat, apakah ada keluarga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil.

25

Apakah di tempat ibu tinggal sudah ada kerjasama antara pelayanan kesehatan dengan Palang Merah Indonesia. 11) Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus, ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan. 12) Seorang suami dapat memberikan segala sesuatunya untuk persalinan. Seperti pembalut wanita atau kain, baju ibu yang memudahkan untuk menyusui bayinya, sabun, seprei,

perlengkapan bayi dan menyimpannya untuk persiapan persalinan. 13) Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan. (Dinkes RI,2008)

C. PENGETAHUAN 1. Pengertian Pengetahuan Dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian yang berkaitan dengan sesuatu hal. Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar

26

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup didalam kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehensif) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang dapat menginterpretasikan maksud tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

27

c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai pengguna rumus-rumus, hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau kondisi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle), dalam pemecahan masalah kesehatan dan kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan suatu materi atau suatu obyek dalam komponen-komponen. Tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dari dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini didasarkan suatu kriteria yang didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

28

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Sukmadinata (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang adalah sebagai berikut : a. Faktor Internal 1) Jasmani Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang. 2) Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan konotif individu. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi : 1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. 2) Paparan Media Massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik sebagai informasi baik diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar di media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi media ini,

29

berarti paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status sosial ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. 4) Hubungan Sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu dan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi sementara faktor hubungan sosial juga

mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. 5) Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan misalnya kehidupan seminar. dalam proses dapat

perkembangannya,

Organisasi

memperluas jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut, informasi tentang satu hal dapat diperoleh.

30

4. Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dan dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan klasifikasi pengetahuan tersebut di atas.

A. KERANGKA TEORI

Faktor predisposing(predisposing faktor) : Pengetahuan Pendidikan Perilaku Karakteristik (umur, status sosial)

Faktor enabling (pendukung): Ketersediaan fasilitas dan sarana. Keterjangkauan fasilitas.

Persiapan persalinan pada ibu hamil Trimester III

Faktor reinforcing (pendorong): Petugas Dukungan keluarga

Gambar 2.1. Kerangka Teori. Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)

31

B. KERANGKA KONSEP

Variabel Independent

Variabel Dependent

Pengetahuan tentang persalinan yang aman

Persiapan Persalinan pada ibu hamil Trimester III

Gambar 2.2. Kerangka konsep.

C. HIPOTESA PENELITIAN Ada hubungan pengetahuan tentang persalinan yang aman dengan persiapan persalinan pada ibu hamil trimester III.