Jurnal WebGIS Rawan Banjir

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    1/23

    PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR

    DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS

    WEB DI KOTA SAMARINDA

    Oleh

    NAVISATUN HALIMAH

    NIM : 0903015052

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA

    2016

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    2/23

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    3/23

    PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DENGAN PENDEKATAN

    SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA SAMARINDA

    ( Mapping of Flood-Prone Areas to Approach Web-Based Geographic Information System in Samarinda City)

    Navisatun Halimah

    Agroekoteknologi/Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian

    Universitas Mulawarman Samarinda

     Abstract

    Some factors which determine of flood case are rainfall, land used, soil texture, slope, and

    land evaluation. This research to determine level of vulnerability flooding in Samarinda. Data

    was analyzed by Arithmetic Analyst Method with calculating scores of 5 parameters. This

    research showed that 51,18% of Samarinda was in flood-prone area. The total of the village are

    100% into flood-prone areas spread over 9 (nine) villages. Publication of a map on a website

    could be accessed in a complete and easy on laptop devices, computer, and mobile phone

    (gadgets) anytime and anywhere.

     Keywords : Flood, GIS, WebGIS 

    Abstrak

    Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah curah hujan, penggunaan

    lahan, tekstur tanah, kemiringan lahan, dan ketinggian lahan. Penelitian pendugaan banjir

     bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat kerawanan banjir di Kota Samarinda. Analisa data

    dilakukan dengan metode  Arithmatic Analyst  dengan mengkalkulasi skor pada 5 (lima)

     parameter penyebab banjir. Penelitian ini menunjukkan bahwa 51,18% luas wilayah Kota

    Samarinda merupakan daerah rawan banjir. Luas wilayah kelurahan yang 100% menjadi daerah

    rawan banjir tersebar di 9 (sembilan) kelurahan. Publikasi peta pada sebuah website dapat

    diakses secara lengkap dan mudah pada perangkat laptop, komputer, dan handphone (gadget )

    kapan saja dan dimana saja.

    Kata kunci : Banjir, SIG, WebGIS

    I. PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan Negara dengan

    iklim tropis. Semakin maraknya dampak dari

    Global Warming, menjadikan Indonesia

    tergolong dalam daerah rawan bencana. Banjir

    merupakan salah satu kejadian yang sangat

    sering terjadi di negara ini karena Indonesia

    merupakan Negara dengan wilayah perairan

    lebih besar daripada wilayah daratan.

    Kalimantan Timur merupakan salah satu

    Provinsi di Negara Indonesia yang memiliki

    iklim tropika basah dengan curah hujan yang

    cukup tinggi sekitar 1500 – 4500 mm.tahun-1

    (Dinkes, 2012). Hal ini merupakan salah satu

     pengaruh terjadinya beberapa bencana alam

    seperti banjir dan tanah longsor. Samarinda,

    merupakan salah satu kota yang sering

    mengalami bencana banjir akibat salah satu

    faktor alam tersebut. Kemudahan-kemudahan

    dalam mengakses informasi jaman sekarang,

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    4/23

    menjadikan website sebagai salah satu media

    yang sangat mendukung dalam memperoleh

     berbagai informasi. Salah satu cara

    menyajikan informasi geografis secara lengkap

    adalah dengan memadukan metode

     pengolahan data geografis menggunakan

    aplikasi SIG dengan pembuatan rancangan

    website. Penelitian ini terfokus pada

     pendugaan daerah-daerah yang rawan terjadi

     banjir di Samarinda dan disajikan dalam

    sistem informasi berbasis website.

    A. Rumusan Masalah

    Berdasarkan penjabaran latar belakang,

    diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Berapa besar tingkat kerawanan terhadap

     banjir di Kota Samarinda?

    2. Apakah peta pendugaan daerah rawan

     banjir yang dihasilkan dapat diakses secara

    lengkap pada interface website?

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian pendugaan daerah

    rawan banjir dengan pendekatan sistem

    informasi geografi berbasis web di Kota

    Samarinda adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui besarnya tingkat kerawanan

    terhadap banjir yang terjadi di Kota

    Samarinda.

    2. Mengetahui peta pendugaan daerah rawan banjir yang dihasilkan dapat diakses secara

    lengkap pada interface website.

    C. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian pendugaan

    daerah rawan banjir dengan pendekatan sistem

    informasi geografi berbasis web di Kota

    Samarinda adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai alternatif bagi masyarakat dalam

    memperoleh informasi geografi tentang

    daerah rawan banjir di Kota Samarinda

    sehingga masyarakat dapat lebih waspada.

    2. Sebagai acuan informasi bagi pemangku

    kebijakan dalam merencanakan kebijakan

     penanggulangan bencana banjir di Kota

    Samarinda.

    II. METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat

    Penelitian pendugaan daerah rawan

     banjir ini dilaksakan selama 5 (lima) bulan

    terhitung mulai dari bulan Maret – Juni 2015.

    Penelitian dilaksanakan di Laboratoium

    Kartografi dan SIG, Fakultas Pertanian

    Universitas Mulawarman.

    B. Bahan dan Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah hadware  berupa Personal Computer

    (PC), Laptop, Printer, dan  Handphone

    (gadgets). Selain hardware, software juga

    sangat diperlukan dalam penelitian ini.

    Software yang digunakan sebagai alat dalam

    melakukan analisis data adalah aplikasi

    ArcGIS versi 10.1, ArcGIS Online License

    Trial 60  Days, Opera Stable versi

    33.0.1990.58, Google Chrome versi

    46.0.2490.86, Browser versi 4.2.2, dan

    Chrome versi 45.0.2454.94.

    Bahan yang digunakan adalah data curah

    hujan, peta land system Kalimantan Timur,

     peta administrasi Kota Samarinda skala

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    5/23

    1:50.000, data SRTM, peta penutupan lahan

    2010, dan data pendukung lainnya.

    C. Prosedur Penelitian

    Penelitian pendugaan daerah rawan

     banjir ini dilaksanakan melalui beberapa

    tahapan penelitian. Tahapan tersebut

    merupakan urutan proses pelaksanaan

     penelitian. Tahapan proses pelaksanaan

     penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

    Tahap pertama dalam melaksanakan

     penelitian pendugaan daerah rawan banjir

    adalah studi literatur dan pengumpulan data.

    Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk

    memudahkan dalam menentukan metode

    analisis data yang akan digunakan dalam

     penelitian.

    Tahap kedua adalah analisis data dan

    overlay  peta pada aplikasi ArcGIS. Metode

    yang digunakan adalah metode  Arithmetic

     Analysis dan perhitungan dilakukan pada saat

     proses overlay.

    Tahap ketiga adalah validasi hasil

     penelitian (groundcheck daerah rawan banjir).

    Tahap ini merupakan tahapan terakhir

     penelitian, untuk melihat kesesuaian antara

    hasil analisis dengan keadaan sebenarnya di

    lapangan.

    Metode penelitian pendugaan rawan

     banjir ini menggunakan metode  Arithmatic

     Analyst  dan Overlay.  Arithmatic Analyst 

    adalah metode yang melakukan perhitungan

    antara bobot dan skor. Penentuan nilai bobot

    dan skor masing-masing parameter banjir

    didasarkan pada seberapa besar pengaruhnya

    terhadap banjir. Semakin besar pengaruh

     parameter terhadap banjir maka semakin besar

     bobot dan skor yang diberikan terhadap

     parameter tersebut.

    Penelitian ini menggunakan 5 (lima)

     parameter penyebab banjir yang dijadikan

    acuan dalam penentuan daerah rawan banjir.Parameter-parameter tersebut adalah sebagai

     berikut :

    1. Curah Hujan

    Curah hujan adalah jumlah air hujan

    yang turun pada suatu daerah dalam kurun

    waktu tertentu. Dalam penelitian ini,

    diperlukan data curah hujan periode 10 tahun

    yang kemudian diolah menjadi data curah

    hujan rata-rata tahunan. Pemberian skor

     berdasarkan kelas curah hujan seperti terlihat

     pada Tabel 1.

    Mulai

    Studi Literatur dan

    Pengumpulan Data

    Analisis Data dan Overlay

    Peta Parameter pada ArcGIS

    Validasi Hasil Penelitian

    (Groundcheck Daerah

    Rawan Banjir)

    Selesai

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    6/23

    Tabel 1. Skor Parameter Curah Hujan

    NoKelas Rata-Rata Curah

    Hujan Tahunan

    Rata-Rata Curah Hujan

    (mm.tahun-1

    )Skor

    1 Sangat Basah > 3.000 9

    2 Basah 2.501 – 3.000 7

    3 Sedang/Lembab 2.001 – 2.500 5

    4 Kering 1.501 – 2.000 3

    5 Sangat Kering < 1.500 1

    Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)

    2. Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan merupakan realisasi

    dari pengaruh aktivitas manusia terhadap

    sebagian permukaan bumi. Parameter ini

    merupakan salah satu parameter yang cukup

     penting sebagai penyebab terjadinya banjir.

    Hal tersebut disebabkan oleh pesatnya

    kegiatan pembangunan sehingga berkurangnya

    daerah serapan air yang dapat menyerap air

    hujan. Pemberian skor berdasarkan kelas

     penggunaan lahan tersaji dalam Tabel 2.

    Tabel 2. Skor Parameter Penggunaan Lahan

    No Kelas Penggunaan Lahan Skor

    1 Sawah, Tanah Terbuka 9

    2 Pertanian Lahan Kering, Pemukiman 7

    3 Semak, Belukar, Alang-alang 5

    4 Perkebunan 3

    5 Hutan 1

    Sumber : Primayuda (2006) dalam Anindita (2013)

    3. Kemiringan Lahan (Slope)

    Kemiringan lahan (kelas lereng)

    merupakan persentase perbandingan antara

     jarak vertikal (tinggi lahan) dengan jarak

    horizontal (panjang lahan datar). Kemiringan

    lahan adalah salah satu indikator penyebab

    terjadinya banjir, sehingga data tersebut

    diperlukan untuk mengklasifikasikan daerah-

    daerah yang memiliki kemiringan lahan

    rendah yang memungkinkan untuk terjadi

     banjir karena semakin rendah persentase

    kemiringan suatu lahan maka semakin besar

     peluang terjadinya genangan air. Pemberian

    skor berdasarkan kelas kemiringan lahan

    tersaji dalam Tabel 3.

    Tabel 3. Skor Parameter Kemiringan Lahan

    No Kelas Kemiringan Lahan (%) Skor

    1 0 – 8 9

    2 8 – 15 7

    3 15 – 25 5

    4 25 – 40 3

    5 > 40 1

    Sumber : Utomo (2004) dalam Suhardiman (2012)

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    7/23

    4. Ketinggian Lahan (Elevasi)

    Ketinggian lahan (elevasi) adalah ukuran

    ketinggian lokasi di atas permukaan laut.

    Ketinggian lahan memiliki pengaruh terhadap

    terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah

    maka semakin kecil peluang terjadinya banjir

     pada daerah tersebut. Berbeda dengan daerah

    yang memilki ketinggian lahan yang lebih

    rendah karena pada daerah tersebut akan

    memiliki peluang banjir yang lebih besar.

    Pemberian skor berdasarkan kelas ketinggian

    lahan tersaji dalam Tabel 4.

    Tabel 4. Skor Parameter Ketinggian Lahan

    No Kelas Ketinggian Lahan (m) Skor

    1 0 – 12,5 9

    2 12,6 – 25 7

    3 26 – 50 5

    4 51 – 75 3

    5 76 – 100 1

    6 > 100 0

    Sumber : Asep Purnama (2008) dalam Suhardiman (2012)

    5. Tekstur Tanah

    Keadaan tekstur tanah sangat

     berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah

    yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas

    tanah, porositas dan lain-lain. Pemberian skor

     berdasarkan kelas tekstur tanah tersaji dalam

    Tabel 5.

    Tabel 5. Skor Parameter Tekstur Tanah

    No Kelas Tekstur Tanah Skor

    1 Sangat Halus 9

    2 Halus 7

    3 Sedang 5

    4 Kasar 3

    5 Sangat Kasar 1

    Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)

    Lima variabel tersebut akan diberi bobot

    nilai sesuai dengan seberapa besar

     pengaruhnya terhadap terjadinya banjir.

    Semakin besar pengaruhnya maka semakin

     besar pula bobot yang diberikan (lihat Tabel

    6). Setelah itu, skor di-input  pada masing-

    masing variabel yang menjadi indikator banjir

    sesuai dengan klasifikasi dari masing-masing

    variabel.

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    8/23

    Tabel 6. Bobot Nilai Parameter (Variabel) Banjir 

    No Variabel (Indikator) Banjir Bobot Nilai Variabel

    1 Curah Hujan 25

    2 Penggunaan Lahan 20

    3 Tektur Tanah 15

    4 Kemiringan Lahan 15

    5 Ketinggian Lahan 25

    Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2015

    Setelah menetapkan bobot masing-

    masing variabel, dilakukan penetapan skor

    (nilai) variabel banjir sesuai dengan penjelasan

     pada sub bab sebelumnya. Skor (nilai) variabel

     banjir ini di-input  pada bagian data atribut(database) yang sekaligus akan terhubung

    dengan data spasial pada aplikasi ArcGIS.

    Tahap berikutnya adalah analisis dan

     perhitungan data yang dilakukan pada aplikasi

    ArcGIS. Metode yang digunakan adalah

    metode overlay aritmatika di mana

     perhitungan dilakukan pada saat prosesoverlay.

    Gambar 2. Diagram Alur Analisis dan Pengolahan Data

    Pada dasarnya SIG telah mampu

    memproses data mulai dari input , analisis

    hingga output menjadi sebuah peta. Data-data

    yang telah dikumpulkan, kemudian

    dimasukkan (input ) ke komputer sebagai data

    atribut lalu dianalisis dengan aplikasi ArcGIS

    tersebut dengan memasukkan rumus (formula)

     perhitungan yang akan terhubung dengan

    Rata-Rata Curah Hujan Tahunan

    Penggunaan Lahan

    Kemiringan Lahan

    Ketinggian Lahan

    Tekstur Tanah

    Parameter Banjir

       P  e   t  a   P  a  r  a  m  e   t  e  r   B  a  n   j   i  r

       A  n  a   l   i  s   i  s   A   t  r   i   b  u   t  :   S   k  o  r   i  n  g   d  a  n

       P  e  m   b  o   b

      o   t  a  n

         O    v    e    r      l

        a

    Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir 

    Website Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir 

    Konfigurasi

    Analisis Tingkat Kerawanan Banjir

    Skor x BobotNilai Total Variabel = NV(skor) * BV

    Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp)

    + NTV(Tk ) + NTV( El) + NTV( Rf )

    Tingkat Rawan BanjirSangat Rawan : 736 - 9 00

    Rawan : 571 - 735

    Cukup R awan : 406 - 5 70

    Kurang Rawan : 241 - 405

    Tidak Rawan : 75 - 2 40

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    9/23

    database dari data spasial peta pendugaan

    daerah rawan banjir. Sebelum melakukan

     perhitungan nilai tingkat rawan banjir,

    dilakukan perhitungan nilai total variabel

    terlebih dahulu untuk masing-masing variabel

    (indikator) banjir. Perhitungan nilai total

    variabel dilakukan dengan cara mengalikan

    nilai (skor) masing-masing variabel dengan

     bobot masing-masing variabel seperti terlihat

     pada rumus berikut :

    Nilai Total Variabel = NV(skor) * BV ……….(1)

    Keterangan :

     NV : Nilai Variabel (skor)

    BV : Bobot Variabel

    Setelah melakukan perhitungan nilai

    total variabel, dilanjutkan dengan melakukan

     perhitungan nilai tingkat kerawanan banjir

    yang dilakukan dengan cara menjumlahkan

    nilai total variabel dari masing-masing

     parameter, menggunakan rumus berikut

    (modifikasi rumus dari Haryani, dkk (2008)) :

    Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp) + NTV(Tk )

    + NTV( El) + NTV( Rf )……...(2)

    Keterangan :

     NTV( Lu) : Nilai Total Variabel Penggunaan

    Lahan

     NTV(Tp) : Nilai Total Variabel Kemiringan

    Lahan (Slope)

     NTV(Tk ) : Nilai Total Variabel Tekstur Tanah

     NTV( El) : Nilai Total Variabel Ketinggian

    Lahan (Elevasi)

     NTV( Rf ) : Nilai Total Variabel Curah Hujan

    ( Rainfall)

    Setelah itu dilakukan pembuatan nilai

    interval klasifikasi tingkat rawan banjir yang

     bertujuan untuk membedakan kelas kerentanan

     banjir antara yang satu dengan yang lain. Nilai

    interval ditentukan dengan pendekatan relatif

    dengan cara melihat nilai maksimum dan nilai

    minimum tiap satuan pemetaan. Interval kelas

    diperoleh dengan cara mencari selisih antara

    data tertinggi dengan data terendah dan dibagi

    dengan jumlah kelas yang diinginkan (Sigit,

    2011).

    Kelas Interval =??? ??

    ?…………………..(3)

    Keterangan :

     Xt  : Data tertinggi

     Xr  : Data terendah

    k  : Jumlah kelas yang diinginkan

    Kelas tingkat kerawanan banjir dalam

     penelitian ini dibagi dalam lima kelas, yaitu

    sangat rawan, rawan, cukup rawan, kurang

    rawan, dan tidak rawan. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada Table 7.

    Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir 

    No Kelas Tingkat Rawan Banjir Skor

    1 Sangat Rawan 736 – 900

    2 Rawan 571 – 735

    3 Cukup Rawan 406 – 570

    4 Kurang Rawan 241 – 405

    5 Tidak Rawan 75 – 240

    Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2015

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    10/23

    Tahap selanjutnya adalah membuat akun

     pada ArcGIS Online agar peta yang kita buat

    dapat diolah dan dipublikasikan dalam bentuk

    interface website. Setelah peta daerah rawan

     banjir terbentuk, dilakukan export  peta dengan

    format *.zip atau lebih tepatnya melakukan

     packaging dengan aplikasi PeaZIP pada semua

    data peta rawan banjir yang telah terbentuk

    mulai dari *.shp, *.dbf, *.prj, *.sbx, *.shx, dan

    *.sbn yang dimaksudkan agar peta tersebut

    tetap terhubung (link ) dengan database

    atributnya sehingga pengguna (user ) tetap

    dapat memperoleh informasi secara otomatis

    dari peta tersebut. Peta yang telah berhasil di-

     packaging dengan format *.zip kemudian di-

    upload  ke ArcGIS Online kemudian data

    tersebut di-setting agar dapat tampil dengan

    sempurna dalam browser   pada PC atau

    handphone dengan system operasi android.

    Peta-peta yang telah dihasilkan dalam

     penelitian ini dapat ditampilkan secara utuh

    (lengkap) baik data spatial maupun atributnya pada halaman web, sehingga akses data dari

     peta ini dapat menjadi lebih mudah bagi semua

     pengguna (user ).

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Parameter-parameter yang digunakan

    dalam penelitian ini diproyeksikan dalam

     bentuk peta parameter. Kemudian dilakukan

    scoring dan pembobotan pada peta parameter

    tersebut.

    1) Curah Hujan

    Pembuatan peta parameter curah hujan

     bertujuan untuk melihat sebaran rata-rata

    curah hujan tahunan pada wilayah penelitian.

    Parameter ini diproyeksikan dalam bentuk peta

    yang dianalisis dengan metode Geostatistical

    Analyst Krigging (lihat Gambar 3).

    Gambar 3. Peta Parameter Curah Hujan

    Dengan Pendekatan Metode

    Geostatistical Analyst Krigging

    Pada peta tersebut dapat lihat rata-rata

    curah hujan tahunan yang terendah ada pada

    wilayah bagian utara Kota Samarinda dan

    wilayah dengan rata-rata curah hujan tahunan

    tertinggi berada pada wilayah bagian timur

    Kota Samarinda. Luas wilayah berdasarkan

    sebaran rata-rata curah hujan tahunan di Kota

    Samarinda dapat dilihat pada Tabel 8.

    Analisis Geostatistical Krigging yang

    digunakan dalam membentuk peta parameter

    sebaran rata-rata curah hujan tahunan ini

    menghasilkan kelas berdasarkan interpolasi

    titik penakar hujan. Berdasarkan Tabel 15

    dapat lihat bahwa daerah dengan rata-rata

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    11/23

    curah hujan tahunan antara 1.900 - 2.000

    mm.tahun-1

    memiliki luas 4.371,42 Ha

    (6,33%). Sedangkan sebagian besar wilayah di

    Kota Samarinda merupakan daerah dengan

    rata-rata curah hujan tahunan antara 2.200 -

    2.300 mm.tahun-1

    dengan luas wilayah

    mencapai 37.828,05 Ha (54,77%).

    Tabel 8. Luas Wilayah Berdasarkan Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Tahunan di Kota

    Samarinda dengan Metode Geostatistical Analyst Krigging

    NoKelas Rata-Rata Curah Hujan

    (mm.tahun-1

    )Luas Wilayah (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%)

    1 1.900 – 2.000 4.371,42 6,33

    2 2.000 – 2.100 7.230,14 10,47

    3 2.100 – 2.200 9.565,79 13,85

    4 2.200 – 2.300 37.828,05 54,77

    5 2.300 – 2.400 10.075,32 14,59

    Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2015

    2) Kemiringan Lahan

    Pembuatan peta parameter kemiringan

    lahan (slope) bertujuan untuk melihat daerah-

    daerah mana saja di Kota Samarinda yang

    memiliki persentase kemiringan lahan yang

    rendah hingga tinggi. Daerah-daerah dengan

    kemiringan lahan yang rendah kemungkinan

    terjadinya banjir jauh lebih besar dibandingkan

    dengan daerah-daerah dengan kemiringan

    lahan yang tinggi. Parameter ini pun

    diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat

    dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Peta Parameter Kemiringan

    Lahan (Slope)

    Letak Kota Samarinda yang cenderung

     berada pada dataran rendah, membuat kota ini

    memiliki kemiringan lahan yang termasuk

    dalam daerah datar dan landai. Luas wilayah

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    12/23

     berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan ini

    dapat dilihat pada Tabel 9.

    Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa

    Kota Samarinda merupakan kota yang

    memiliki kemiringan lahan yang cukup

    landai/datar. Hal ini dapat dilihat bahwa pada

    kelas kemiringan lahan 0 - 8% memiliki luas

    hampir setengah dari luasan Kota Samarinda

    yaitu 41,76% (28.844,76 Ha). Untuk daerah

    yang memiliki kemiringan lahan curam

    (daerah bergunung) dengan kemiringan > 40%

    luas wilayahnya mencapai 2.526,06 Ha atau

    3,66% dari luas wilayah total Kota Samarinda.

    Tabel 9. Luas Wilayah berdasarkan Kemiringan Lahan

    No Kelas Kemiringan Lahan (%)Luas Wilayah

    (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%)

    1 0 – 8 28.844,76 41,762 8 – 15 15.268,32 22,11

    3 15 – 25 14.375.05 20,814 25 – 40 8.051,32 11,66

    5 > 40 2.526,06 3,66

    Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015

    3) Ketinggian Lahan

    Pembuatan peta parameter ketinggian

    lahan bertujuan untuk melihat daerah mana

    saja di wilayah Kota Samarinda yang berada

     pada posisi terrendah hingga tertinggi. Hal ini

    menjadi salah satu pengaruh terhadap

    terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah

    maka akan semakin kecil peluang terjadinya

     banjir pada daerah tersebut, begitu pula

    sebaliknya semakin rendah posisi suatu daerah

    maka akan semakin besar peluang terjadinya

     banjir. Parameter ketinggian lahan juga

    diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat

    dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Peta Parameter Ketinggian Lahan

    (Elevasi)

    Kota Samarinda berada di ketinggian

    antara 0 – 200 Mdpl (di atas permukaan laut).

    Berdasarkan garis ketinggiannya, Kota

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    13/23

    Samarinda terletak pada daerah dataran rendah

    dan cenderung memiliki topografi yang

    mendatar. Luas wilayah berdasarkan

    klasifikasi ketinggian tempat ini dapat dilihat

     pada Tabel 10.

    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat

     bahwa sebagian besar Kota Samarinda berada

     pada daerah dataran rendah, hal ini dibuktikan

    dengan luas wilayah pada ketinggian lahan 0-

    12,5 mdpl sebesar 35,39% dari luas wilayah

    Kota Samarinda atau sebesar 24.445,99 Ha.

    Wilayah dengan dengan ketinggian > 100

    mdpl hanya 1.328,88 Ha yang merupakan 1,92

    % dari luas wilayah Kota Samarinda.

    Tabel 10. Luas Wilayah berdasarkan Ketinggian Lahan (Mdpl)

    No Kelas Ketinggian Lahan (m)Luas Wilayah

    (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%)

    1 0 – 12,5 24.445,99 35,392 12,6 – 25 14.244,78 20,623 26 – 50 18.751,30 27,15

    4 51 – 75 7.860,23 11,385 76 – 100 2.437,15 3,536 > 100 1.328,88 1,92

    Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015

    4) Penggunaan Lahan

    Pembuatan parameter penggunaan lahan

    ini bertujuan untuk melihat pola penggunaan

    lahan yang ada di Kota Samarinda.

    Penggunaan lahan berperan dalam

    mempengaruhi besarnya air limpasan hujan

    yang telah melebihi laju infiltrasi sehingga

    menimbulkan aliran permukaan (run off  ).

    Apabila suatu daerah ditumbuhi banyak

     pepohonan maka aliran permukaan akan sulit

    terjadi. Hal itu terjadi karena besarnya

    kapasitas serapan air oleh pepohonan sehingga

    kemungkinan banjir lebih kecil daripada

    daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi.

    Sebaran daerah berdasarkan parameter ini

    diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat

    dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Peta Parameter Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan di Kota Samarinda

     berkembang mengikuti pola penyebaran

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    14/23

     penduduk. Akumulasi penduduk sebagian

     besar berada pada lokasi-lokasi yang didukung

    dengan prasarana dan sarana transportasi yang

    memadai, dan berada pada pusat perdagangan,

     pusat industri, dan lokasi transmigrasi. Luas

    wilayah berdasarkan penggunaan lahan di

    Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 11.

    Sebagian besar penggunaan lahan di

    Kota Samarinda adalah belukar hal ini dapat

    dilihat pada Tabel 11, luas wilayah untuk

     penggunaan lahan belukar sebesar 46.179,18

    Ha. Selain belukar dengan luas wilayah cukup

    mendominasi penutupan lahan di Kota

    Samarinda, penggunaan lahan untuk

     pemukiman juga memiliki luasan yang lebih

    tinggi dibanding dengan penggunaan lahan

    yang lain. Luas wilayah pemukiman di Kota

    Samarinda mencapai 11.939,42 Ha.

    Tabel 11. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan

    No Penggunaan Lahan Luas Wilayah (Ha)Persentase Luas

    Wilayah (%)

    1 Bandara/Pelabuhan 12,51 0,02

    2 Belukar 46.179,18 66,853 Hutan Sekunder 299,52 0,43

    4 Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.928,39 2,795 Pemukiman 11.939,42 17,28

    6 Perkebunan 107,42 0,167 Pertambangan 2.708,58 3,92

    8 Pertanian Lahan Kering 1.072,68 1,559 Pertanian Lahan Kering Campuran 1.803,08 2,61

    10 Rawa 561,22 0,8111 Sawah 1.953,23 2,83

    12 Tanah Terbuka 19,86 0,0313 Tanaman Rawa 38,92 0,06

    14 Tubuh Air 451,75 0,65Sumber : Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010 (Dinas Kehutanan UPT. Planologi Prov.

    Kalimantan Timur), setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015

    5) Tekstur Tanah

    Pembuatan peta parameter tekstur tanah

     bertujuan untuk melihat sebaran jenis tekstur

    tanah yang ada di Kota Samarinda. Tekstur

    tanah sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat

    tanah yang lain seperti permeabilitas tanah,

    infiltrasi tanah, aliran permukaan, dan lain-

    lain. Tanah dengan tekstur sangat halus akan

    sulit menyerap air hujan sehingga akan terjadi

    aliran permukaan (run off  ) dan peluang

    terjadinya banjir akan semakin besar.

    Sebaliknya, tanah dengan tekstur sangat kasar

    memiliki peluang yang kecil terhadap kejadian

     banjir karena air hujan meresap ke dalam

    tanah dengan cepat dan memperkecil

    terjadinya aliran permukan. Sebaran daerah

     berdasarkan parameter ini diproyeksikan

    dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada

    Gambar 7.

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    15/23

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    16/23

    Luas wilayah berdasarkan tingkat kerawanan

    kejadian banjir di Kota Samarinda dapat

    dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

    Tabel 13. Luas Wilayah Kota Samarinda berdasarkan Tingkat Kerawanan Banjir 

    No Tingkat Kerawanan BanjirLuas Wilayah

    (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%)

    1 Sangat Rawan 947,35 1,382 Rawan 35.179,07 51,183 Cukup Rawan 27.062,41 39,374 Kurang Rawan 5.505,33 8,015 Tidak Rawan 45,67 0,07

    Sumber : Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015

    Gambar 8. Peta Daerah Rawan Banjir Di Kota

    Samarinda

    Berdasarkan peta daerah rawan banjir(Gambar 8), dapat dilihat bahwa Kota

    Samarinda merupakan kota yang memiliki

    kecenderunganrawan terhadap kejadian banjir.

    Berdasarkan hasil proyeksi peta parameter

     banjir, masing-masing peta menunjukkan

     bahwa :

    a. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota

    Samarinda cukup tinggi sehingga

    mempengaruhi peluang terjadinya banjir 

     b. Penggunaan lahan diKota Samarindasebagian besar berupa belukar dan daerah

     pemukiman yang menyebabkan daerah

    serapan air hujan menjadi tidak maksimal

    c. Derajat kemiringan lahan di Kota

    Samarinda lebih cenderung datar, sehingga

    daerah-daerah dengan derajat kemiringan

    rendah (datar) menjadi daerah yang mudah

    terjadi banjir 

    d. Kota Samarinda merupakan kota yang berada di daerah dataran rendah yang

    sebagian besar besar wilayahnya berada

     pada ketinggian antara 0-12,5 mdpl. Hal ini

    menyebabkan banyaknya daerah-daerah

    yang menjadi area rawan banjir karena

     posisinya yang rendah

    e. Tekstur tanah di Kota Samarinda

    didominasi dengan jenis tekstur agak halus

    yang menyebabkan kurang optimalnyatanah menyerap air hujan sehingga menjadi

    air limpasan.

    Berdasarkan penjabaran diatas, sebaran

    daerah rawan banjir berdasarkan pembagian

    wilayah administrasi kelurahan di Kota

    Samarinda tersaji dalam Tabel 14.

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    17/23

    Tabel 14. Luas Wilayah Tingkat Kerawanan Banjir Berdasarkan Kecamatan

    No Kecamatan/ KelurahanTingkat

    Kerawanan Banjir

    Luas

    Wilayah (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%) *)

    1 Kecamatan Palaran

    1. Handil Bhakti a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    164,52

    2.328,75

    2.412,46

    112,32

    3,28

    46,41

    48,08

    2,24

    2. Simpang Pasir a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    268,40

    1.364,50

    1.061,23

    15,96

    9,90

    50,35

    39,16

    0,59

    3. Rawa Makmur a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    94,95

    898,58

    9,56

    90,44

    4. Bukuan a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    c. Sangat Rawan

    355,55

    1.961,20

    115,09

    14,62

    80,65

    4,73

    5. Bantuas a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawand. Sangat Rawan

    106,73

    2.371,79

    4.930,07209,23

    1,40

    31,13

    64,722,75

    2 Kecamatan Samarinda Ilir

    1. Selili a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    10,19

    51,06

    86,46

    6,90

    34,57

    58,53

    2. Sungai Dama a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    3,87

    36,34

    24,84

    5,95

    55,86

    38,19

    3. Sidodamai a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    0,22

    44,13

    36,56

    0,27

    54,54

    45,19

    4. Sidomulyo a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    3,9533,72

    49,29

    4,5438,78

    56,68

    5. Pelita a. Rawan

     b. Sangat Rawan

    60,04

    1,38

    97,75

    2,25

    3 Kecamatan Samarinda Kota

    1. Bugis a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    2,16

    70,68

    2,97

    97,03

    2. Pasar Pagi Rawan 33,51 100,00

    3. Pelabuhan Rawan 44,86 100,00

    4. Sungai Pinang Luar Rawan 114,12 100,00

    5. Karang Mumus Rawan 36,71 100,004 Kecamatan Sambutan

    1. Pulau Atas a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    c. Sangat Rawan

    79,65

    1.266,48

    32,29

    5,78

    91,88

    2,34

    2. Sindang Sari Rawan 1.170,62 100,00

    3. Makroman a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    c. Sangat Rawan

    206,55

    2.176,00

    55,29

    8,47

    89,26

    2,27

    4. Sambutan a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    31,95

    1.138,07

    1,13

    40,27

    Pada halaman berikutnya

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    18/23

    No Kecamatan/ KelurahanTingkat

    Kerawanan Banjir

    Luas

    Wilayah (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%) *)

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    1.608,75

    47,13

    56,93

    1,67

    5. Sungai Kapih a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    c. Sangat Rawan

    30,53

    587,50

    2,13

    4,92

    94,73

    1,67

    5 Kecamatan Samarinda Seberang

    1. Mesjid Rawan 67,51 100,002. Baqa Rawan 71,92 100,00

    3. Sungai Keledang a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    24,79

    241,21

    9,32

    90,68

    4. Gunung Panjang a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    86,54

    115,58

    42,82

    57,18

    5. Mangkupalas a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    22,45

    36,67

    43,43

    21,89

    35,76

    42,35

    6. Tenun Samarinda Rawan 47,45 100,00

    6 Kecamatan Loa Janan Ilir

    1. Sengkotek a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    6,66

    61,70

    152,93

    0,75

    3,00

    27,79

    68,87

    0,34

    2. Simpang Tiga a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    16,68

    162,56

    184,68

    0,07

    4,58

    44,66

    50,74

    0,02

    3. Tani Aman a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    15,74

    184,57

    305,30

    26,86

    2,96

    34,66

    57,34

    5,04

    4. Harapan Baru a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    45,18339,20

    492,95

    9,47

    5,0938,25

    55,59

    1,07

    5. Rapak Dalam a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    99,05

    228,02

    496,78

    12,02

    27,68

    60,30

    7 Kecamatan Sungai Kunjang

    1. Loa Buah a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    157,45

    641,63

    312,26

    14,17

    57,73

    28,10

    2. Loa Bakung a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawanc. Rawan

    152,41

    899,41732,58

    8,54

    50,4041,05

    3. Teluk Lerong Ulu Rawan 83,84 100,00

    4. Loa Bahu a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    41,49

    1.352,64

    1.407,10

    1,48

    48,29

    50,23

    5. Karang Asam Ulu a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    26,54

    102,40

    192,28

    8,26

    31,88

    59,86

    6. Karang Asam Ilir a. Kurang Rawan 29,45 7,50

     Lanjutan Tabel 14

    Pada halaman berikutnya

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    19/23

    No Kecamatan/ KelurahanTingkat

    Kerawanan Banjir

    Luas

    Wilayah (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%) *)

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    120,62

    242,36

    30,74

    61,76

    7. Karang Anyar a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    17,89

    174,15

    9,32

    90,68

    8 Kecamatan Samarinda Ulu

    1. Teluk Lerong Ilir a. Cukup Rawan b. Rawan

    7,32106,26

    6,4493,56

    2. Jawa a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    2,41

    47,95

    4,79

    95,21

    3. Dadi Mulya a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    7,15

    95,73

    6,95

    93,05

    4. Sidodadi a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    33,62

    175,14

    16,10

    83,90

    5. Gunung Kelua a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    29,97

    262,35

    10,25

    89,75

    6. Air Hitam a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    562,09

    1.290,88

    433,62

    24,58

    56,45

    18,96

    7. Air Putih a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    52,79

    184,87

    229,03

    11,31

    39,61

    49,08

    8. Bukit Pinang a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    63,48

    910,91

    508,53

    4,28

    61,43

    34,29

    9 Kecamatan Samarinda Utara

    1. Lempake a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    67,59

    1.534,71

    1.872,44

    257,40

    1,81

    41,12

    50,17

    6,902. Sempaja Selatan a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    37,10

    215,76

    621,39

    4,24

    24,68

    71,08

    3. Sungai Siring a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    1.214,32

    4.400,67

    1.928,26

    17,12

    16,06

    58,21

    25,50

    0,23

    4. Tanah Merah a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    104,08

    950,30

    847,08

    28,82

    5,39

    49,23

    43,88

    1,49

    5. Sempaja Utara a. Tidak Rawan b. Kurang Rawan

    c. Cukup Rawan

    d. Rawan

    e. Sangat Rawan

    45,671.831,98

    1.707,66

    610,57

    0,02

    1,0943,66

    40,70

    14,55

    0,0005

    6. Sempaja Barat a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    154,95

    349,80

    337,39

    18,40

    41,54

    40,06

    7. Sempaja Timur a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    7,35

    604,38

    1,20

    98,80

    Pada halaman berikutnya

     Lanjutan Tabel 14

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    20/23

    No Kecamatan/ KelurahanTingkat

    Kerawanan Banjir

    Luas

    Wilayah (Ha)

    Persentase Luas

    Wilayah (%) *)

    8. Budaya Pampang a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    d. Sangat Rawan

    208,92

    1.298,50

    1.161,97

    8,31

    7,80

    48,49

    43,39

    0,31

    10 Kecamatan Sungai Pinang

    1. Temindung Permai a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    0,71

    182,55

    0,39

    99,612. Bandara a. Rawan

     b. Sangat Rawan

    66,25

    5,85

    91,89

    8,11

    3. Sungai Pinang Dalam a. Cukup Rawan

     b. Rawan

    c. Sangat Rawan

    501,86

    751,02

    1,31

    40,01

    59,88

    0,10

    4. Mugirejo a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    26,27

    1.063,99

    412,40

    1,75

    70,81

    27,44

    5. Gunung Lingai a. Kurang Rawan

     b. Cukup Rawan

    c. Rawan

    3,28

    203,55

    270,32

    0,69

    42,66

    56,65

    *) persentase luas wilayah diperoleh berdasarkan luas per kelurahan

    Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2015

    Penelitian ini tidak hanya berhenti

    sampai diperolehnya peta pendugaan daerah

    rawan banjir dalam bentuk 2 dimensi baik

    softcopy maupun hardcopy. Tahapan

    selanjutnya adalah menyusun peta pendugaan

    rawan banjir tersebut agar dapat diakses dalam

    sebuah sistem WebGIS. Tujuan dari

     pembuatan sistem WebGIS pendugaan daerah

    rawan banjir ini adalah agar data atribut atau

    informasi dari peta pendugaan rawan banjir ini

     bisa diakses. Apabila kita membuat peta dalam

     bentuk 2 dimensi hardcopy (peta cetak) maka

    informasi yang kita peroleh hanya sebatas

    legenda yang tertera pada peta tersebut.

    Sebagai contoh, peta rawan banjir yang

    dapat dilihat pada Gambar 8 sebelumnya

    hanya menerangkan batas-batas wilayah dan

    daerah mana yang memiliki tingkat kerawanan

    terhadap kejadian banjir (merah yang berarti

    sangat rawan, orange yang berarti rawan,

    kuning yang berarti cukup rawan, hijau muda

    yang berarti kurang rawan, dan hijau tua yang

     berarti tidak rawan). Namun pada peta digital

    yang telah dibuat pada penelitian ini, peta

    dapat diakses pada WebGIS dengan membuka

     browser atau aplikasi pencarian dan ketikkan

    alamat

    http://www.arcgis.com/apps/Viewer/index.htm

    l?appid=d5cf83e98dc740e581dc645be1bf8b9f 

    atau jika terlalu panjang, ketikkan short link

     bit.ly/WebGIS_RawanBanjir 1

    (lihat Gambar

    9).

     1

    Jika link tidak berfungsi segera kirim pemberitahuan

    ke email [email protected]

     Lanjutan Tabel 14

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    21/23

    Gambar 9. Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir Berbasis Web di Kota Samarinda pada

    Browser (Opera Stable ver 33.0.1990.58)

    Kemajuan teknologi semakin

    memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi

     para pengguna internet. Selain dapat diakses

     pada browser komputer peta digital pendugaan

    daerah rawan banjir ini dapat pula diakses

     pada browser handphone (gadget ) bersistem

    operasi android (lihat Gambar 10). Sehingga

    akses informasi semakin mudah karena dapat

    dilakukan pada perangkat handphone dan

    dapat mengakses peta kapan pun dan di mana

     pun sesuai dengan keinginan user (surfer ).

    Gambar 10.Tampilan Peta Pendugaan Daerah

    Rawan Banjir Berbasis Web di

    Kota Samarinda pada  Browser 

     Handphone  bersistem operasi

    android (Aplikasi Browser versi

    4.2.2-eng.build03.1413260822)

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    22/23

    Berdasarkan Gambar 9 dan 10 dapat dilihat

     bahwa selain dapat diakses pada browser PC

    dan laptop, sistem web pemetaan daerah rawan

     banjir juga dapat diakses pada browser 

    handphone.  Handphone dengan teknologi

    yang sudah cukup canggih saat ini

    memberikan kemudahan pada user untuk dapat

    mengakses web mapping yang setara dengan

    web mapping  pada komputer ataupun laptop.

    Informasi pada web mapping pun dapat

    diakses kapan saja dan di mana saja dengan

     perangkat handphone (gadget ).

    IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah

    dilaksanakan dan hasil serta pembahasan yang

    telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Kota Samarinda merupakan daerah dengan

    tingkat rawan terhadap kejadian banjir yang

    tinggi. Hal ini terlihat dari hasil analisis

    yang dilaksanakan dalam penelitian ini danmenunjukkan bahwa luas wilayah dengan

    tingkat rawan terhadap banjir merupakan

    daerah yang terluas yaitu 35.179,07 Ha

    (51,18%). Sedangkan daerah yang kurang

    rawan terhadap banjir memiliki luasan

    mencapai 5.505,33 Ha (8,01%); daerah

    dengan tingkat cukup rawan terhadap banjir

    memiliki luasan mencapai 27.062,41 Ha

    (39,37%); daerah dengan tingkat sangat

    rawan terhadap banjir memiliki luasan

    mancapai 947,35 Ha (1,38%); dan daerah

    yang tidak rawan (aman) terhadap banjir 

    dengan luas 45,67 Ha (0,07%).

    2. Mapping Platform dapat ditampilkan secara

    utuh dan lengkap  pada interface website

     pada aplikasi browser   pada perangkat

     personal computer  (PC), Laptop, dan

     Handphone (gadget ) dengan sistem operasi

    Android.

    B. Saran

    Saran yang dapat diberikan berdasarkan

     pelaksanaan penelitian pendugaan daerah

    rawan banjir ini adalah sebagai berikut:

    1. WebGIS daerah rawan banjir ini perlu

    dikembangkan hingga tingkat output 

    menjadi akurat sesuai dengan kondisi

    sebenarnya di lapangan. Penanganan

    WebGIS perlu dikoordinasikan oleh

     pihak-pihak yang berwenang dalam

    mengembangkan WebGIS ini sehingga

    suatu daerah memiliki keseragaman data

    spasial agar data tersebut dapat dijadikan

    acuan resmi dalam merencanakan

    kebijakan penanggulangan banjir.

    2. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan

     penelitian lanjutan yang membuat sistem

     berbasis website mapping ini dapat

    memiliki fitur-fitur yang lebih informatif

    dan interaktif. Diharapkan agar penelitian

    sejenis dapat dikembangkan sehingga

    akan mempermudah dalam membuat

    sistem peringatan dini kebencanaan dan

    sistem pengambil keputusan.

  • 8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, H. 2011.  Distribusi Status Hara N, P,

    dan K di Kecamatan Marangkayu

    Kabupaten Kutai Kartanegara Melalui

    Pendekatan Sistem Informasi Geografis

    (SIG) (Studi Kasus Desa Sebuntal, Desa

    Perangat Baru dan Desa Bunga Putih).

    Skripsi. Universitas Mulawarman.

    Samarinda.

    Bakti, L.M. 2010. Kajian Sebaran Potensi Rob

    Kota Semarang dan Usulan

    Penanganannya. Tesis. Universitas

    Diponegoro. Semarang.

    Budiono, R.O. 2014.  Estimasi Curah Hujan

     Maksimum Boleh Jadi Di Daerah Aliran

    Sungai Di Kabupaten Situbondo

     Menggunakan Metode Hersfield . Skripsi.

    Universitas Jember. Jember.

    Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi

    Kalimantan Timur Tahun 2012. Dinas

    Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.

    Samarinda.

    Haryani, N.S., Yulianto, F., Manoppo, A.K.S.

    2008.  Analisis Tingkat Rawan Banjir di

    Provinsi Jawa Timur dari Data

    Penginderaan Jauh dan SIG. PIT

    MAPIN XVII. Bandung.

    Murdiyanto. 2010. Simulasi Daerah Banjir

     Menggunakan Sistem Informasi

    Geografis di Kabupaten Sragen. Skripsi.

    Universitas Islam Negeri Maulana

    Ibrahim Malang. Malang.

    Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar

    Sistem Informasi Geografis. Informatika.

    Bandung.

    Primayuda, A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan

     Dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus

    Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa

    Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

    Bogor.

    Rinezti, H. 2011.  Rancang Bangun Aplikasi

    Try Out Seleksi Nasional Masuk

    Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

     Berbasis Web. Skripsi. Universitas

    M l S i d

    Sigit, A.A. 2011.  Aplikasi Sistem Informasi

    Geografis (SIG) Berbasis Web Untuk

     Monitoring Banjir di Wilayah DAS

     Bengawan Solo Hulu. Seminar Nasional

    Teknologi Informasi & Kumunikasi

    Terapan 2011. ISBN : 979-26-0255-0.

    Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Surakarta

    Somantri, L. 2008. Pemanfaatan Teknik

    Penginderaan Jauh untuk

     Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko

     Banjir . Jurnal Gea Jurusan Pendidikan

    Geografi. Vol 8 No. 2 Oktober 2008.

    Sosrodarsono, S.Ir. 1999.  Hidrologi Untuk

    Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.

    Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan

     Banjir dengan Sistem InformasiGeografis (SIG) pada Sub DAS Walanae

     Hilir . Skripsi. Universitas Hasanuddin.

    Makasar.

    Zubaidah, A., Sowarsono., Purwaningsih, R.

    2005.  Analisa Daerah Potensi Banjir di

    Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan

     Menggunakan Citra AVHRR/NOAA-16 .

    Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN

    XIV. Surabaya