60
KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITRO LEGUM PAKAN TERNAK DI KAWASAN NUKLIR PASAR JUMAT MOCHAMMAD HILAL ZUHRI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITRO

LEGUM PAKAN TERNAK DI KAWASAN NUKLIR

PASAR JUMAT

MOCHAMMAD HILAL ZUHRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITRO

LEGUM PAKAN TERNAK DI KAWASAN NUKLIR

PASAR JUMAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

MOCHAMMAD HILAL ZUHRI

11140950000059

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai
Page 4: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai
Page 5: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai
Page 6: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

iv

ABSTRAK

Mochammad Hilal Zuhri. Kandungan Nutrisi dan Kecernaan In Vitro

Legum Pakan Ternak di Kawasan Nuklir Pasar Jumat. Skripsi. Program

Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Wahyudin Teguh

Sasongko dan Etyn Yunita

Identifikasi tanaman legum sebagai bahan pakan ternak ruminansia di Kawasan

Nuklir Pasar Jumat, serta analisis kandungan nutrisi dan nilai kecernaan in vitro

perlu dilakukan untuk menjadi dasar pembuatan formula ransum. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis jenis legum di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, nilai

kandungan nutrisi dan kecernaan in vitro yang menggunakan DaisyII Incubator.

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel

diidentifikasi dan dilakukan analisis proksimat serta analisis kecernaan

menggunakan DaisyII Incubator selama 48 jam. Hasil identifikasi tanaman legum

di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat didapatkan 5 jenis legum yaitu Arachis

hypogea, Indigofera zollingeriana, Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium

dan Vigna radiata. Tanaman L. leucocephala dan I. zollingeriana memiliki nilai

protein kasar tertinggi (31,36% dan 28,98), serta rendah akan kandungan neutral

detergent fiber (33,16% dan 41,84%), dan acid detergent fiber (21,43% dan

21,94%). Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa kedua tanaman legum

tersebut memiliki nilai relative feed value yang tergolong kategori “prime” dan

nilai in vitro true digestibility yang tinggi (73,47% dan 74,99%). Penelitian ini

menunjukkan bahwa L. leucocephala dan I. zollingeriana merupakan tanaman

legum yang potensial dikembangkan dalam formula ransum, dibandingkan

dengan jenis legum lainnya.

Kata kunci: kandungan nutrisi, kecernaan in vitro, legum, ruminansia

Page 7: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

v

ABSTRACT

Mochammad Hilal Zuhri. Nutrient Content and In Vitro Digestibility of

Legumes as Feeding in Kawasan Nuklir, Pasar Jumat. Undergraduete

Thesis. Departement of Biolgy. Faculty of Science and Technology. State

Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Advised by

Wahyudin Teguh Sasongko and Etyn Yunita

Identification, nutrient content and in vitro digestibility of Legume forage as

ruminant feeding, in Kawasan Nuklir Pasar Jumat was needed to know for

making ruminant rations. The aim of this study was to analyze the type of

legume in Kawasan Nuklir Pasar Jumat, the value of the nutrient content and in

vitro digestibility using DaisyII Incubator. Samples were taken by using

purposive sampling methode. Samples were identified, analyzed the nutrient

content and in vitro digestibility using DaisyII Incubator along 48 hours. The

results showed that the legumes identification were found 5 kinds such as

Arachis hypogea, Indigofera zollingeriana, Leucaena leucocephala, Gliricidia

sepium and Vigna radiata. Leucaena leucocephala and Indigofera zollingeriana

were contained high crude proteint (31,36% and 28,98%), low neutral detergent

fiber value (33,16% and 41,84%), and low acid detergent fiber value too

(21,34% and 21,94%). Two legumes had high relative feed value and included

“prime” forage, and high in vitro true digestibility (73,47% and 74,99%). This

study showed that L. leucocephala and I. zollingeriana were potential to be

developed in feed rations than others.

Keywords: in vitro digestibility, legume, nutrient content, ruminant

Page 8: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kelimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan

kemudahan dalam menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skrispsi berjudul

“Kandungan Nutrisi dan Kecernaan In Vitro Legum Pakan Ternak di

Kawasan Nuklir Pasar Jumat”.

Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak atas segala

bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun

skrispsi ini. Ucapan terimakasih terutama ditunjukkan kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eeka Putri, M. Env. Stud selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan izin pelaksanaan penelitian.

2. Dr. Priyanti, M.Si dan Narti Fitriana, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu adiministrasi untuk penelitian

dan skripsi.

3. Wahidin Teguh Sasongko, M.Sc selaku Pembimbing 1 yang telah

membimbing saya dalam menyusun skripsi.

4. Etyn Yunita, M.Si selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing saya

dalam menyusun skripsi.

5. Teguh Wahyono, S.Pt, M.Si dan Shintia Nugrahini Wahyu Hardani, A.md

selaku pembimbing yang telah membimbing kerja di Laboratorium.

6. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-

BATAN) Laboratorium Biologi, bidang nutrisi ternak yang telah

menyediakan tempat, alat, dan bahan dalam pelaksanaan penelitian.

7. Orang tua penulis yang telah memberikan izin, dukungan materi dan moril,

serta mendoakan sampai saat ini.

8. Teman-teman Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2014 yang telah memberi banyak

dukungan moril kepada penulis.

Page 9: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

vii

Demikianlah skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca

untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

Page 10: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

ABSTRACT ............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................2

1.5. Kerangka Berfikir ....................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hijauan Pakan Ternak ..............................................................................4

2.2. Legum ......................................................................................................4

2.3. Ruminansia ..............................................................................................6

2.4. Sistem Pencernaan Ruminansia ...............................................................7

2.5. Uji Kecernaan In vitro (Daisy Ankom) ...................................................9

2.6. Nutrisi Ruminansia ................................................................................10

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................12

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................12

3.3. Cara Kerja ...........................................................................................12

3.4. Analisis Data .......................................................................................18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengambilan Sampel Legum di Kawasan Nuklir Pasar Jumat ..19

4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .......26

4.3. Nilai Kecernaan In vitro Tanaman Legum di Kawasan Nuklir,

Pasar Jumat ..........................................................................................28

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ..........................................................................................30

5.2. Saran ....................................................................................................30

DAFTAR PUSATAKA ........................................................................................31

LAMPIRAN .........................................................................................................36

Page 11: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan beberapa ruminansia .....................7

Tabel 2. Hasil identifikasi tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ........19 Tabel 3. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ............26 Tabel 4. Nilai relative feed value, total digestive nutrient, dan in vitro

digestibility tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ................28

Page 12: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka berpikir ...................................................................................3 Gambar 2. Proses pencernaan pada ruminansia (Campbell et al., 2008) .................9 Gambar 3. Ciri-ciri morfologi A. hypogea .............................................................20 Gambar 4. Ciri-ciri morfologi G. sepium ...............................................................21 Gambar 5. Ciri-ciri morfologi I. zollingeriana ......................................................23

Gambar 6. Ciri-ciri morfologi L. leucocephala ......................................................24

Page 13: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian.....................................................36 Lampiran 2. Hasil konversi presentase hemiselulosa dan Non Fiber

Carbohydrate (NFC) pada legum di Kawasan Nuklir,

Pasar Jumat (%BK). .......................................................................37 Lampiran 3. Hasil uji ANOVA tanaman legume di Kawasan Nuklir, Pasar

Jumat...............................................................................................38 Lampiran 4. Hasil uji Duncan pada Berat Organik (BO) tanaman legum ...........39 Lampiran 5. Hasil uji Duncan pada Lemak Kasar (LK) tanaman legum.............40 Lampiran 6. Hasil uji Duncan pada Neutral Detergent Fiber (NDF) tanaman

legum ..............................................................................................41

Lampiran 7. Hasil uji Duncan pada Hemiselulosa tanaman legum .....................42 Lampiran 8. Hasil uji Duncan pada Acid Detergent Fiber (ADF) tanaman

legum ..............................................................................................43 Lampiran 9. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Digestibility (DMD)

tanaman legum...............................................................................44 Lampiran 10. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Intake (DMI) tanaman

legum ..............................................................................................45 Lampiran 11. Hasil uji Duncan pada Relative Feed Value (RFV) tanaman

legum ..............................................................................................46

Lampiran 12. Hasil uji Duncan pada In Vitro True Digestibility (IVTD)

tanaman legum................................................................................47

Page 14: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hijauan merupakan kebutuhan mendasar bagi ternak ruminansia.

Ketersediaan hijauan sebagai sumber pakan sangat diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pakan ternak. Sebesar 60-70% produktivitas ternak ditentukan oleh

kualitas pakan, akan tetapi sumber pakan ternak ruminansia yang biasa digunakan

adalah pakan berkualitas rendah seperti hijauan rumput dengan kandungan protein

6-10% (Kushartono dan Nani, 2004). Ternak dapat memperoleh protein dari

rumput, akan tetapi umumnya tidak cukup untuk pertumbuhannya. Saat ini mulai

berkembang beberapa penelitian terbaru tentang hijauan sebagai pakan. Salah satu

tanaman yang dapat dijadikan bahan pakan adalah tanaman legum. Tanaman

legum dapat menyediakan tambahan protein karena kandungan protein dalam

daunnya jauh lebih tinggi daripada rumput. Daun legum juga menyediakan

mineral-mineral esensial dan vitamin bagi pertumbuhan ternak (Trisnadewi et al.,

2013).

Beberapa jenis legum tropis sering digunakan sebagai bahan pakan karena

memliki kandungan nutrisi yang baik. Tanaman legum yang sering digunakan

sebagai bahan pakan seperti Calliandra calothyrus, Acacia villosa, Leucaena

leucocephal dan Sesbania grandiflora memiliki nilai protein kasar masing-masing

28,6%, 31,1%, 30,6% dan 31,2% (Jayanegara et al., 2018). Legum juga

merupakan sumber vitamin A, oleh karenanya pemberian rumput yang

dikombinasikan dengan legum sangat disarankan karena disamping relatif murah

dan mudah dibudidayakan, daun legum dapat mengurangi kebutuhan akan

konsentrat yang harganya relatif mahal (Prawiradiputra, 2012).

Tanaman legum yang berada di Kawasan Nuklir Pasar Jumat belum

teridentifikasi, baik dari segi jenis maupun kandungan nutrisi. Legum yang telah

diidentifikasi dan dievaluasi kandungan nutrisinya, akan dilakukan proses

kecernaan secara in vitro menggunakan cairan rumen yang diambil dari hewan

sapi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Penggunaan

instrumen DaisyII Incubator untuk analisis degradibilitas pakan belum banyak

digunakan. DaisyII Incubator memberikan nilai akurasi dalam memprediksikan

nilai degradibilitas pakan (Mabsjeesh, 2000). Oleh karena itu, penelitian mengenai

Page 15: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

2

identifikasi jenis serta kandungan nutrisi (protein kasar, lemak kasar, serat kasar)

dan kecernaan legum perlu dilakukan. Hal ini penting bagi kebutuhan ternak

ruminansia di kandang terpadu, melihat perlu adanya kajian untuk mendapatkan

formulasi ransum yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis legum apa saja yang

digunakan sebagai bahan pakan ternak di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat, serta jenis

mana yang memiliki nilai kandungan nutrisi dan nilai kecernaan secara in vitro

yang baik?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jenis legum di Kawasan

Nuklir Pasar Jumat yang digunakan sebagai pakan ternak, serta mendapatkan jenis

legum dengan nilai kandungan nutrisi dan nilai kecernaan in vitro yang baik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memudahkan peneliti untuk melakukan

penelitian selanjutnya, dan validasi akurasi data penelitian yang menggunakan

legum yang berada di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat, serta mengetahui formula

ransum yang tepat untuk dijadikan pakan di kandang terpadu BATAN.

Page 16: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

3

1.5. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka berpikir

Hijauan sebagai

bahan pakan

60-70%

produktivitas ternak

Rumput rendah

protein Legum tinggi protein

Legum di Kawasan

Nuklir Pasar Jumat

belum teridentifikasi

identifikasi jenis dan

kandungan nutrisi

Uji kecernaan secara in vitro

Data jenis, kandungan nutrisi, dan

nilai kecernaan legum di Kawasan

Nuklir Pasar Jumat

Formula ransum

Page 17: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hijauan Pakan Ternak

Hijauan adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari tanaman rumput atau

legum baik yang sudah dipotong maupun belum dipotong yang berasal dari lahan

dalam keadaan segar (Akoso, 1996). Hijauan yang digunakan sebagai pakan

biasanya dari bagian vegetatif tanamana yang berupa bagian hijauan meliputi

daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur dengan bagian generatif

(Reksohardiprodjo, 1985).

Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia dan

berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber

nutrisi, yaitu protein, energi, vitamin dan mineral hijauan yang bernilai gizi tinggi

cukup memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang

lebih ekonomis dan berhasil guna bagi ternak (Herlinae, 2003). Setiana (2000)

melaporkan bahwa hijauan merupakan bagian penting dalam sistem produksi

peternakan terutama sebagai pakan ternak ruminansia, karena lebih dari 75%

pakannya berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu peternakan sangat

tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara, oleh karena itu

ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang berkualitas

unggul adalah sangat penting

Hijauan secara umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu rumput

(Graminae), dan legum (Fabaceae) (Kamal, 1998). Perbedaan jenis hijauan antara

legum dan rumput secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada

kandungan serat kasar dan protein kasar.

2.2. Legum

Legum secara umum adalah termasuk tumbuhan semak dan pohon yang

dapat dijumpai di daerah tropik. Legum termasuk ke dalam suku Fabaceae

anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan buah bertipe polong

(Simpson, 2010 dalam APG IV, 2016). Suku ini terdiri atas 18.000 yang

tergolong ke dalam 650 marga diseluruh dunia (Langran et al., 2010 dalam

Irsyam dan Priyanti, 2016). Legum dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu legum

yang tumbuh menjalar, legum yang tumbuh tegak berupa pohon, dan legum hasil

Page 18: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

5

sisa tanaman pangan. Legum yang tumbuh menjalar digunakan sebagai penutup

tanah pada perkebunan, seperti sentro, kalopo dan kudzu. Legum yang tumbuh

tegak biasanya ditanam dipingiran kebun atau sebagai pagar hidup, seperti

lamtoro, gamal, dan kaliandra. Legum hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil

usaha tani seperti kacang tanah dan kacang kedelai (Rukmana, 2005). Hijauan

legum baik perdu atau pohon mempunyai perakaran yang dalam (akar tunggang)

untuk mendapatkan air maupun nutrisi sehingga mempunyai kemampuan untuk

berfungsi sebagai tanaman penghijauan reklamasi daerah kritis. Beberapa jenis

legum pohon biasanya digunakan sebagai pagar hidup, atau sebagai tanaman

pelindung di perkebunan.

Legum yang sering digunakan sebagai bahan pakan ternak merupakan salah

satu kebesaran Allah SWT dalam menciptakan tumbuh-tumbuhan dan kebesaran-

Nya dalam setiap proses pertumbuhan. Dan sebagai tanda untuk terus melakukan

penelitian dari proses tumbuh pertamakali sampai tumbuhan tersebut berbuah.

Karena dalam setiap proses dan bagian dari tumbuhan tersebut tedapat manfaat

yang banyak. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’am ayat 99:

ه و ل الذي و اء من أ نز اء السم جن ا م جن ا ش يء ك ل ن ب ات به ف أ خر منه ف أ خر

ضرا با منه نخرج خ اكبا ح ت ر من م ا من النخل و لعه ان ط نات د اني ة قنو ج ن و م

يت ون أ عن اب الز ان و م الر شت بها و ير م غ ت ش ابه و وا م ره إلى انظ ر ر إذ ا ث م ي نعه أ ثم إن و

ي ؤمن ون ل ق وم آلي ات ذ لك م في

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan

dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari

tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman

yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma mengurai tangkai-

tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)

zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di

waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi

orang-orang yang beriman”

Legum memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan

rumput. Kandungan protein pada legum lebih dari 20%, sedangkan pada rumput

Page 19: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

6

kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi, legum mengandung

mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga dan kobal (Sudarmono dan

Sugeng, 2008).

Penggunaan hijauan legum pohon sebagai sumber protein pada ransum

mempunyai bebrapa keuntungan, antara lain: dapat menyediakan protein cukup

tinggi, murah, mudah didapat dan pasokan terjamin sepanjang tahun,

mengandung sejumlah tannin sehingga dapat mencegah kembung dan

melindungi dari degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen, memiliki

kemampuan adaptasi yang baik pada berbagai jenis lahan, dan memiliki banyak

kegunaan lainnya (Manurung, 1996).

2.3. Ruminansia

Ruminansia merupakan hewan ternak yang termasuk ke dalam golongan

poligastrik jika dilihat dari saluran pencernaannya. Hewan ruminansia terbagi

menjadi dua, yaitu ruminansia besar seperti sapi, kerbau, bison, dan ruminansia

kecil, seperti kambing, rusa, dan domba. Ruminansia juga memamah pakan yang

telah dicerna sehingga disebut hewan memamah biak (Hakim et al., 2010).

Ruminansia adalah mamalia berkuku genap seperti sapi, kerbau, domba,

kambing, rusa, dan kijang yang merupakan ordo Artyodactila. Nama ruminansia

berasal dari bahasa latin ruminare yang artinya mengunyah kembali atau

memamah biak sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai hewan

memamah biak (Hakim et al., 2010). Ruminsia merupakan ternak masa depan

yang mampu meningkatkan kesejahteraan manuisa karena hewan ini dapat

memanfaatkan bahan yang tidak dimanfaatkan manusia, seperti limbah pertanian

yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan berniali

gizi yang tinggi dan dapat dimakan oleh ruminansia.

Produktivitas ternak ruminansia sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan

kuantitas pakan yang dikonsumsi. Kualitas pakan mencakup pengertian

kandungan berbagai zat gizi, seperti energi, protein, mineral, vitamin serta

kandungan zat-zat anti nutrisi sepertitannin, lignin dan senyawa-senyawa

sekunder lain. Interaksi antar komponen zat gizi maupun zat antinutrisi perlu

mendapatkan perhatian dalam upayamenyusun formula pakan yang efisien dan

memenuhi kebutuhan ternak untuk berproduksi tinggi (Haryanto, 2012). Berikut

merupakan tabel kebutuhan nutrisi ruminansia domba untuk pertumbuhannya:

Page 20: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

7

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan beberapa ruminansia (Jayanegara

et al., 2017).

Keterangan: TDN = Total Digestible Nutrient

2.4. Sistem Pencernaan Ruminansia

Hewan ruminansia merupakan hewan pemamah biak yang mempunyai

lambung ganda dan terdiri dari empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum,

abomasum. Proses pencernaan ruminansia dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu

pencernaan secara mekanis (di dalam mulut), fermentatif (oleh mikroba dalam

rumen) dan kimiawi (oleh enzim-enzim pencernaan di abomasum dan usus)

(Rianto dan Purbowanti, 2009).

Pencernaan di dalam mulut meliputi prehensi (pengambilan pakan dengan

lidah), mastikasi (pengunyahan), dan deglutisi (Frandson, 1996). Pakan dalam

mulut akan di tarik oleh lidah dan dihancurkan menggunakan gigi. Selain itu,

proses pencernaan di dalam mulut dibantu saliva yang disekresikan dari glandula

parotid, glandula mandibular, dan glandula sublilngual. Saliva dalam mulut

ruminansia memiliki peran penting dalam proses pencernaan di rumen, karena

mengandung urea, fosfor (P), dan natrium (Na) yang dapat dimanfaatkan oleh

Berat

(kg)

PBB

(g/hari)

Lokal (g/hari) Priangan (g/hari) Fat Tailed (g/hari)

BK TDN PK BK TDN PK BK TDN PK

10 0 324 152 35 324 159 36 324 155 36

50 433 289 60 433 202 51 433 216 52

100 544 427 85 544 245 66 544 277 69

150 654 564 110 654 288 81 654 338 86

15 0 439 206 48 439 215 49 439 210 48

50 549 343 73 549 258 64 549 271 65

100 659 481 97 659 301 79 659 332 82

150 769 618 122 769 344 94 769 393 99

20 0 545 255 59 545 267 61 545 260 60

50 655 393 84 655 310 76 655 321 77

100 765 530 109 765 353 91 765 382 93

150 875 668 134 875 396 105 875 443 110

25 0 644 302 70 644 315 72 644 307 71

50 754 439 95 754 358 87 754 368 88

100 864 577 120 864 401 102 864 429 104

150 974 714 145 974 444 117 974 490 121

30 0 738 346 80 738 361 83 738 353 81

50 848 484 105 848 404 98 848 414 98

100 958 621 130 958 447 112 958 475 115

150 1068 759 155 1068 490 127 1068 536 132

Page 21: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

8

mikroba dalam rumen. Saliva juga mengandung senyawa alkali yang berikatan

dengan senyawa karbon yaitu buffer bicarbonate, yang sangat berguna dalam

menjaga pH rumen agar tidak turun terlalu tajam (Hungate, 1966). Pakan yang

telah melalui proses mastikasi dan pencampuran dengan saliva akan mengalami

proses deglutisi melalui esofagus menuju rumen. Esofagus ruminansia bertugas

mengalirkan pakan dari mulut ke rumen juga mengalirkan pakan dari rumen ke

mulut untuk mengalami proses re-mastikasi (Frandson, 1996).

Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat penampungan dan

pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh mikroorganisme. Fungsi

utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya

dengan bantuan mikroba (Rianto dan Purbowati, 2009). Pakan dalam rumen akan

dicerna oleh mikroorganisme di dalam nya, seperti bakteri, protozoa dan fungi

dalam jumlah relatif sedikit. Aktifitas mikroorganisme dalam rumen dapat

berlangsung dengan baik pada pH 6,5-6,8 (Parish et al., 2009). Temperatur yang

ada di dalam rumen berkisar antara 38-42oC (Rahmadi et al., 2003). Pakan yang

telah dicerna di dalam rumen akan di lanjutkan ke omasum melalui retikulum.

Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh laminae muscular

yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi

laminae, ditebar dengan papillae yang pendek dan tumpul yang akan menggiling

hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum (Frandson, 1996). Fungsi

omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan

mengatur arus ingesta ke abomasum (Prihartini, 2013).

Abomasum atau perut sejati pada ruminansia berfungsi seperti perut pada

ternak non-ruminansia. Fungsi lain abomasum adalah mengatur pencernaan secara

enzimatis dan kimiawi (Prihartini, 2013). Dinding abomasum memiliki

kelenjarkelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung berupa

pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan faktor

interistik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen

merupakan bentuk inaktif dari enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan dengan

kondisi asam di dalam lambung. Enzim pepsin bertugas untuk menghidrolisis

protein menjadi polipeptida dan sedikit asam amino. Pakan yang telah dicerna di

abomasum akan memasuki usus halus (Rianto dan Purbowati, 2009).

Page 22: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

9

Usus halus merupakan organ pencernaan yang memiliki fungsi penyerapan

zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu duodenum, jejenum dan

ileum (Frandson, 1996). Zat-zat makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak

akan dipecah oleh enzim-enzim di dalam usus halus menjadi senyawa lebih

sederhana sehingga mudah diserap oleh dinding usus halus (Rianto dan Purbowati,

2009). Sisa hasil pencernaan dari usus halus akan dilanjutkan ke usus besar akan

dicerna kembali dengan bantuan enzim dan mikroorganisme di caecum sehingga

menghasilkan vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi yang

tidak dapat dicerna di usus besar akan dikeluarkan berupa feses melaui rektum

(Prihartini, 2013).

Gambar 2. Proses pencernaan pada ruminansia (Campbell et al., 2008)

2.5. Uji Kecernaan In Vitro (Daisy Ankom)

McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa kecernaan suatu pakan

didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak diekskresikan melalui feses

dan diasumsikan bagian tersebut diserap oleh hewan. Biasanya ini dinyatakan

berdasarkan bahan kering (BK) dan apabila dinyatakan dalam persentase maka

disebut koefisien cerna (Tillman et al., 1991). Nilai kecernaan pakan ternak dapat

dilakukan dengan metode in vitro. Kecernaan secara in vitro dipengaruhi oleh

pencampuran pakan, cairan rumen dan inokulan, pH kondisi fermentasi,

pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan

larutan penyangga. Teknik kecernaan in vitro memiliki keuntungan cepat dan

Page 23: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

10

murah. Metode in vitro juga dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi

produk akhir fermentasi. Selain teknik in vitro memiliki lebih efisien

dibandingkan dengan teknik in vivo yang memiliki keterbatasan dan sulit

diaplikasikan ketika ketersediaan pakan yang akan diuji terbatas jumlahnya (Baan

et al., 2004).

Metode in vitro sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan

pakan pada ternak. Hungate (1966) menyatakan terdapat hubungan positif antara

kecernaan pakan in vitro dan in vivo sehingga sebelum melakukan uji langsung

kepada ternak, uji in vitro dapat dilakukan terlebih dahulu untuk melihat kualitas

kecernaan pakan dan pengaruh pakan pada kondisi rumen. Uji kecernaan secara in

vitro sudah biasa digunakan untuk mengevaluasi mutu nutrien bahan pakan, untuk

mendukung data analisis kimia dari bahan pakan.

2.6. Nutrisi Ruminansia

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi

normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi

didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh.

Nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan ruminansia ada yang berupa anorganik dan

organik. Nutrisi berupa anorganik seperti air, udara dan mineral. Sedangkan

nutrisi organik berupa karbohidrat, lemak kasar, protein kasar dan vitamin

(Tillman et al., 1991).

Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen

dan oksigen. Karbohidrat terdiri atas zat gula sederhana atau monosakrida yang

memiliki atom karbon ataun enam atom karbon dan zat gula kompleks atau

berupa polisakarida yang terdiri atas polimer dari monosakarida. Fungsi utama

karbohidrat adalah penghasil energi didalam tubuh. (Tillman et al., 1991). Serat

kasar termasuk kedalam karbohidrat yang didalam nya termasuk NDF dan ADF

sebagai zat bahan pembentuk dinding sel tanaman, yang termasuk golongan ini

adalah lignin, selulosa, hemiselulosa, dan pentosan-pentosan. Serat kasar

merupakan bahan organik yang tidak larut dalam asam alkali lemah serta tidak

dapat dicerna oleh enzim dari alat pencernaan. Serat kasar memiliki peranan untuk

mengisi dan menjaga upaya alat pencernaan bekerja baik serta mendorong

kelenjar pencernaan dalam menghasilkan enzim (Kanisius, 1983).

Page 24: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

11

Seperti hal nya karbohidrat, protein kasar adalah nama kumpulan dari dua

puluh lebih asam amino, dan tiap asam amino mempunyai fungsi khusus dalam

metabolisme. protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat

molekul tinggi, seperti halnya karbohidrat dan lipida. Protein mengandung unsur-

unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya semua protein

mengandung nitrogen (Tillman et al., 1991). Selain itu protein dinyatakan esensial

bagi kehidupan karena zat tersebut meupakan protoplasma aktif dalam sel hidup.

Beberapa fungsi protein dalam tubuh termasuk yaitu memperbaiki jaringan,

pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk energi, metabolisme kedalam zat-

zat vital dalam fungsi tubuh, enzim–enzim yang esensial bagi fungsi yang nomal

dan hormon–hormon bagi tubuh (Anggorodi, 1994).

Ekstrak eter merupakan istilah yang dipakai untuk senyawa yang diperoleh

dari ekstraksi bahan makan menggunakan pelarut lemak, yang biasanya adalah

eter. Sehingga dapat dikatakan esktrak eter adalah nama umum yang dipakai

untuk lemak atau lipida. Ekstrak eter dalam bahan makanan ternak yang berasal

dari hewan biasanya terdiri dari gliserol dan tiga asam lemak, yang biasa disebut

lemak. Namun, bahan makanan ternak yang berasal dari tanaman, sterol, lignin

dan berbagai produk seperti vitamin A, vitamin D, karotin seringkali menyusun

lebih dari 50% lemak makanan (Tillman et al., 1991).

Page 25: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2019 di

Laboratorium Nutrisi Ternak, dan seluruh area Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi,

Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gunting dahan Tasco, koran,

plastik sampel, timbangan analitik Fujitsu kapasitas 210 mg, cawan porselen, oven

Fisher suhu 100℃, oven Heraeus suhu 60℃, tanur Pyrolabo suhu 600℃, shoxlet

Labconco, magnetic stirrer, desikator, Fiber Analyzer Opsis Liquid Line, Analytic

Titro Line 5000, gelas ukur, hot plate, centrifuge, grinder Fritsch, dan gelas piala

ukuran 100 ml.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sampel pakan legum,

cairan rumen sapi jantan berfistula dari kandang terpadu Laboratorium Peternakan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), larutan methanol dan ether 2:1,

larutan aseton, Neutral Detergent Solution (NDS) yang terdiri dari NDS

konsentrat 119,96 g, sodium sulfite 40 g, glycol 20 ml, H2O 2000 ml, enzim alfa

amylase 8 ml, Acid Detergent Solution (ADS) terdiri dari ADS powder 40 g,

H2SO4 55,6 ml, H2O 1945 ml, KH2PO4 10 g, MgSO4∙7H2O 0,5 g, CaCl∙2H2O 0,1

g, Urea 0,5 g, Na2CO3 15 g, Na2S∙9H2O 1 g.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Pengambilan Sampel dan Identifikasi Legum

Pengambilang sampel legum dilakukan di daerah Kawasan Nuklir, Pasar

Jumat. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan

mendatangi tempat tumbuhnya legum yang diberi tahu oleh petugas kandang

terpadu PAIR BATAN, Pasar Jumat. Sampel diambil terlebih dahulu diidentifikasi

untuk menentukan jenisnya. Identifikasi dilakukan dengan melihat bagian

generatif dan vegetatif menggunakan buku Weeds of Rice in Indonesia (Soerjani et

al., 1986). Sampel yang telah diidentifikasi diambil bagian tangkai, daun, bunga

dan akar sebanyak 1kg untuk dilakukan pengujian proksimat dan kecernaan.

Page 26: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

13

3.3.2. Persiapan Sampel

Persiapan sampel dilakukan dengan tujuan untuk membuat bahan pakan

agar sesuai dengan ukuran sampel untuk pengujian selanjutnya, yakni sampel

berbentuk serbuk dengan ukuran 1 mm. Bahan pakan yang digunakan yakni

berbagai jenis legum yang telah didapat dari hasil identifikasi. Sampel legum yang

telah diambil dimasukkan ke dalam koran lalu dimasukkan ke dalam oven dengan

suhu 60℃ selama 48 jam. Kemudian dihaluskan menggunakan grinder. Sampel

legum yang telah dihaluskan, dibungkus dengan plastik untuk kemudian dilakukan

analisis proksimat dan kecernaan in vitro.

3.3.3. Pengukuran Kandungan Nutrisi Legum

Pengukuran kandungan nutrisi bertujuan untuk mengetahui kualitas

sampel legum. Analisis kandungan nutrisi menggunakan analisis proksimat

berdasarkan Association of Analytical Chemist (AOAC, 2005) untuk pengukuran

Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar

(LK), dan analisis serat berdasarkan analisis Van Soest (1980). Profil serat yang

diukur adalah kandungan Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent

Fiber (ADF). Pengukuran NDF dan ADF dalam penelitian ini menggunakan alat

Fiber Analyzer ANKOM200.

3.3.4. Pengukuran Bahan Kering dan Bahan Organik (AOAC, 2005)

Pengukuran BK dan BO bertujuan menjadi dasar analisis kandungan nutrisi

lain yang digunakan sebagai parameter pada penelitian ini. Cawan porselen

dipanaskan didalam oven 100oC selama 1 hari dan dimasukkan ke dalam desikator

selama 45 menit. Sampel ditimbang di neraca analitik dengan mengisi sampel

yang telah dipotong kecil ke dalam cawan porselen yang telah disiapkan

sebelumnya sebanyak 1 g. Cawan yang telah berisi sampel dikeringkan didalam

oven 100oC selama 1 hari. Lalu dimasukkan desikator selama 45 menit dan

ditimbang kembali beratnya. Sampel yang telah ditimbang, dimasukkan kedalam

tanur 600oC selama 1 hari, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 45 menit

dan ditimbang beratnya. Prosedur tersebut untuk mengetahui BK dan BO bahan

segar.

Sampel yang sudah disiapkan sebelumnya dimasukkan dalam kantung koran

dan dikeringkan dalam oven 60oC ditimbang 0,5 g dicawan porselen yang juga

Page 27: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

14

telah dipanaskan sebelumnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven 100oC

selama 1 hari. Sampel yang telah kering dimasukkan ke dalam desikator dalam

waktu 45 menit kemudian ditimbang berat nya. Kemudian dimasukkan kembali

dalam mesin tanur 600oC selama 1 hari, lalu dimasukkan ke dalam desikator

selama 45 menit dan ditimbang berat nya. Kadar BK dan BO dihitung

menggunakan rumus:

Keterangan:

B0 : berat cawan kosong (g)

Bt100oC : berat cawan setelah dari oven 100oC (g)

Bt600oC : berat cawan setelah dari tanur 600oC (g)

3.3.5. Pengukuran Lemak Kasar (AOAC, 2005)

Kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik lalu ditambahkan

sampel seberat 0,5 g. Kertas saring yang telah diisi sampel dilipat dan dipanaskan

didalam oven 100oC selama 1 hari. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam

soxhlet. Soxhlet yang telah diisi sampel dihubungkan dengan labu didih dan diisi

dengan pelarut Chloroform ditambah Etanol 2:1. Soxhlet dihibungkan dengan

kondensor dan keran air dinyalakan. Pemanas dinyalakan selama 8 jam. Setelah 8

jam pemanas dimatikan dan aliran air ditutup. Sampel dalam soxhlet diambil dan

diletakkan di cawan petri untuk dipanaskan didalam oven 100oC selama 1 hari.

Lalu diukur berat sampel tersebut.

Keterangan:

A : berat sampel (g)

B : berat kertas saring (g)

C : berat kertas saring + sampel setelah dioven 100oC

Page 28: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

15

3.3.6. Pengukuran Protein Kasar (AOAC, 2005)

Metode Kjeldhal digunakan untuk mengukur kadar protein kasar pada

sampel. Sampel legum dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal sebanyak 1 g,

ditambahkan 1 g selenium mix dan 5 ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi selama 2

jam hingga larutan berubah menjadi jernih. Labu Kjeldhal dipasangkan pada

rangkaian alat Protein Analyzer OpsisLine dan ditambahkan 10 ml NaOH 40%.

Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang sebelumnya telah diisi dengan 2

metyl red. Proses destilasi selama 5 menit dengan hasil destilasi berwarna ungu.

Destilat yang berwarna ungu kemudian dititrasi dengan HCl 0,2 N pada alat

Analytic TitroLine 5000, hingga terbentuk warna merah muda yang tidak hilang

selama 30 detik. Kadar protein dihitung dengan rumus:

%𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 = (𝑣𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑥 0,2 𝑥 14

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

%𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 = %𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑥 6,25

3.3.7. Pengukuran NDF dan ADF (Van Soest, 1980)

Pengukuran NDF diawali dengan pembuatan reagent Neutral Detergent

Solution (NDS). Konsentrat NDS ditimbang dalam gelas piala sebanyak 119,96 g,

glycol 20 ml, sodium sulphite 40 g, bahan dilarutkan dalam akuades 2 L

menggunakan gelas piala ukuran 100 ml. Larutan dihomogenkan sampai larutan

jernih.

Filter bag ditimbang (W1), lalu masing-masing sampel legum diambil

sebanyak 0,5 g (W2), dan dimasukkan ke dalam filter bag lalu dipress. Filter bag

sebanyak 25 terdiri dari 24 sampel yang diukur, satu filter bag kosong sebagai

blanko (C1). Filter bag dimasukkan ke dalam Fiber Analyzer ANKOM200,

kemudian dituangkan reagent NDS dan dijalankan selama 75 menit. Setelah itu,

keran pembuangan dibuka agar reagent NDS terbuang. Sampel dibilas dengan air

panas dengan suhu 70℃ yang telah dicampur dengan enzim α amylase sebanyak 4

ml selama 5 menit, dan dilakukan sebanyak dua kali pengulangan. Pembilasan

terakhir hanya menggunakan air panas saja selama 50 menit. Sampel dikeluarkan

dan direndam dalam acetone selama 3 menit, lalu dipanaskan ke dalam oven pada

suhu 100℃ selama 2 jam. Setelah itu, sampel dimasukkan ke dalam silica gel bag

Page 29: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

16

selama 30 menit lalu sampel ditimbang. Nilai NDF dapat dihitung menggunakan

rumus:

Keterangan:

W1 : Berat kantung saring

W2 : Berat sampel

W3 : Berat kering serat setelah NDF

C1 : Blanko setelah NDF

Pengukuran ADF diawali dengan pembuatan reagent Acid Detergent

Solution (ADS). H2SO4 55,6 ml dilarutkan menggunakan akuades 2 L dalam gelas

piala ukuran 100 ml, lalu ditambahkan ADS powder yang telah ditimbang

sebanyak 40 g. Larutan dihomogenkan sampai larutan jernih.

Filter bag ditimbang (W1), lalu masing-masing sampel legum diambil

sebanyak 0,5 g (W2), dan dimasukkan ke dalam filter bag lalu dipress. Filter bag

sebanyak 25 terdiri dari 24 sampel yang diukur, satu filter bag kosong sebagai

blanko (C1). Filter bag dimasukkan ke dalam Fiber Analyzer ANKOM200,

kemudian dituangkan reagent NDS dan dijalankan selama 60 menit. Setelah itu,

keran pembuangan dibuka agar reagent NDS terbuang. Sampel dibilas dengan air

panas dengan suhu 70℃ selama 5 menit, dan dilakukan sebanyak tiga kali

pengulangan. Sampel dikeluarkan dan direndam dalam acetone selama 3 menit,

lalu dipanaskan ke dalam oven pada suhu 100℃ selama 2 jam. Setelah itu, sampel

dimasukkan ke dalam silica gel bag selama 30 menit lalu sampel ditimbang. Nilai

ADF dapat dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:

W1 : Berat kantung saring

W2 : Berat sampel

W3 : Berat kering serat setelah ekstraksi

C1 : Blanko setelah ADF

3.3.8. Pengambilan Ciran Rumen

Uji in vitro dilakukan dengan mengambil cairan rumen terlebih dahulu dari

hewan ruminansia yang berfistula. Cairan rumen dalam penelitian ini

menggunakan hewan sapi jantan yang belum diberi pakan. Cairan rumen diambil

Page 30: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

17

sebanyak 2 L dimasukkan ke dalam toples yang telah disiapkan. Toples berisi

cairan rumen di masukkan ke dalam cool box berisi air panas dengan suhu 39℃.

Cairan rumen dalam toples dituangkan ke dalam blender dan diberi CO2 dengan

kondisi mesin dinyalakan dengan kecepatan tinggi selama 30 detik. Hal ini

bertujuan untuk mengeluarkan mikroba yang melekat dan memastikan populasi

mikroba yang representatif untuk fermentasi in vitro. Cairan rumen dalam blender

dituangkan melewati 4 kain tipis ke dalam labu erlenmeyer 5 L yang diletakkan di

dalam bak berisi air panas 39℃.

3.3.9. Uji In Vitro dengan DaisyII Incubator ANKOM (Ankom Procedure)

Filter bag ditimbang (W1), lalu masing-masing sampel legum diambil

sebanyak 0,5 g (W2) dan dimasukkan ke dalam filter bag kosong sebagai blanko

(C1). Filter bag dimasukkan ke dalam tabung pencernaan DaisyII Incubator

ANKOM. Pemanasan dilakukan pada kedua buffer A dan B hingga suhu 39℃.

Dalam wadah terpisah 266 ml larutan B ditambahkan ke dalam 1330 ml larutan A

dengan rasio 1:5. Jumlah yang tepat dari A ke B harus disesuaikan untuk

mendapatkan pH akhir 6,8 pada suhu 39℃. Campuran buffer A dan B sebanyak

1660 ml ditambahkan ke dalam masing-masing tabung pencernaan. Tabung

pencernaan dengan sampel dan larutan buffer ditempatkan ke DaisyII Incubator

ANKOM, lalu saklar panas dan agitasi dihidupkan. Suhu didalam tabung

dibiarkan selama 20-30 menit agar seimbang.

Tahap selanjutnya dilakukan inkubasi. Tabung pencernaan diambil dari

DaisyII Incubator ANKOM, lalu ditambahkan 400 ml inokulum ke dalam larutan

buffer dan sampel. Tabung pencernaan diisi dengan gas CO2 selama 30 detik dan

ditutup. Lalu diinkubasi selama 48 jam dan dibuang cairan rumen dari tabung

pencernaan. Sampel dipisahkan dan dibilas dengan air bersih. Setelah kantung

sampel dibilas, selanjutnya dilakukan prosedur NDF. Nilai in vitro dihitung

menggunakan rumus:

Page 31: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

18

Keterangan:

W1 : Berat kantung saring

W2 : Berat sampel

W3 : Berat akhir setelah in vitro dan NDF

C1 : Blanko

Nilai pakan relatif atau Relative Feed Value (RFV) didapatkan dari hasil uji

nutrisi Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pada

sampel. Indeks RFV dapat dihitung menggunakan rumus:

𝐷𝑟𝑦 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 𝐷𝑖𝑔𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑡𝑦 (𝐷𝑀𝐷, %) = 88,9 − (𝐴𝐷𝐹%𝑥0,779)

𝐷𝑟𝑦 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 (𝐷𝑀𝐼, 𝑙𝑖𝑣𝑒 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡, %) =120

𝑁𝐷𝐹%

𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑅𝐹𝑉, %) =𝐷𝑀𝐷𝑥𝐷𝑀𝐼

1,29

Berdasarkan standar penilaian mutu yang diterapkan oleh Hay Marketing

Task Force of American and Grassland Council, nilai RFV berdasarkan prime

>151, 1 (premium) 151-125, 2 (good) 124-103, 3 (fair) 102-87, 4 (poor) 86-75, 5

(reject) <75 (Rohweder et al., 1978).

3.4. Analisis Data

Data yang didapat (jenis legum, nutrisi pakan dan kecernaan in vitro)

dianalisis dengan one way analysis of variance (ANOVA) dan diuji

menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk parameter analisis

prokismat dan kecernaan in vitro pada software SPSS 20.0.

Page 32: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengambilan Sampel Legum di Kawasan Nuklir Pasar Jumat

Hasil pengamatan sifat dan ciri tanah di lokasi menunjukkan bahwa sifat

kimia tanah Kawasan Nuklir, Pasar Jumat adalah latosol dengan tekstur pasir

(3%), debu (57%), liat (40%), dan pH agak masam (5,6); kandungan P2O5 sangat

tinggi (61 mg/100 g tanah), K2O sangat tinggi (11 mg/100 g tanah), sebaliknya

kandungan bahan organik sangat rendah (C-Organik 1,1% dan N-total 0,16%)

(Flatian, 2017).

Karakteristik lingkungan di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat mampu

menunjang pertumbuhan semua jenis legum dengan baik. Jenis tanaman legum

memiliki bintil akar yang dapat menambat nitrogen (N) bebas dengan bantuan

bakteri rhizobium. Hal ini menguntungkan, baik dalam akumulasi nitrogen (N)

dalam tanah maupun peningkatan kandungan nitrogen (N) bagi pertumbuhan

tanaman. Selain itu, tanaman legum baik digunakan sebagai bahan organik karena

memiliki nisbah C/N yang rendah jika dibandingkan dengan tanaman non legum

dengan nisbah C/N yang jauh lebih tinggi, yang menyebabkan proses

pendekomposisian lebih lama dan proses mineralisasi hara lebih lambata dari

tanaman legum (Isrun, 2010).

Hasil identifikasi terhadap tanaman yang meliputi karakteristik akar, batang,

daun dan buah, didapatkan 5 jenis legum yang digunakan sebagai bahan pakan

ternak.

Tabel 2. Hasil identifikasi tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat

Jenis Nama Lokal Habitus

Arachis hypogea

Gliricida sepium

Indigofera zollingeriana

Leucaena leucocephala

Vigna radiata

Kacang tanah

Gamal

Nila

Lamtoro

Kacang hijau

Terna

Pohon

Pohon

Pohon

Terna

Tanaman legum yang biasa digunakan sebagai pakan ternak memiliki 2

macam habitus yaitu pohon dan terna. Pohon adalah kelompok tumbuhan berkayu

yang saat dewasa (masak fisiologis) memiliki ukuran batang yang besar dengan

tinggi lebih dari 5 m. Terna adalah tumbuhan tidak berkayu yang yang tingginya

Page 33: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

20

kurang dari 1 m, atau yang berdaur hidup pendek, dan pada umumnya hidup

berumpun (Indriyanto, 2012).

1) Arachis hypogea

Tanaman A. hypogea atau yang disebut kacang tanah dalam penelitian ini

merupakan tanaman semak yang sengaja di tanam, sehingga hanya dapat ditemui

pada waktu dan tempat tertentu. Tanaman ini dapat tumbuh demgam baik di

lahan Kawasan Nuklir, BATAN, Pasar Jumat. Sumarno (2003) tempat dengan

ketinggian maksimal 1000 mdpl, curah hujan antara 800-1300 mm per tahun,

suhu optimal antara 28-32℃, dan derajat keasaman tanah antara 6-6,5.

Gambar 3. Ciri-ciri morfologi A. hypogea. A. Tipe percabangan lateral tegak; B.

Susunan daun majemuk menjari genap (tetrafoilet); C. Bentuk bunga.

(Sumber: dokumentasi pribadi).

Tanaman A. hypogea memiliki tipe pertumbuhan menjalar. Panjang batang

berkisar antara 30-50 cm. Susunan daun majemuk menjari genap, jumlah helai

daun empat dengan susunan melingkar. Bentuk daun bulat, elips dan agak lancip.

Permukaan daun ada berbulu dan ada yang tidak berbulu. Bunga pada tanaman

kacang tanah berwarna kuning dan bertangkai panjang 3-5 cm yang tumbuh dari

ketiak daun. Buah berbentuk polong terdapat dalam tanah berisi 2-3 biji per

Page 34: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

21

polong. Polong yang sudah tua ditandai dengan lapisan warna hitam pada kulit

polong bagian dalam. Morfologi dari tanaman A. hypogea dalam penelitian ini

tidak jauh berbeda dengan dengan penelitian Zulchi dan Puad (2017).

2) Gliricidia sepium

Tanaman G. sepium banyak ditemukan diberbagai tempat di Kawasan

Nuklir, Pasar Jumat. Tanaman dengan usia muda lebih banyak ditemukan

dibandingkan tanaman G. sepium yang sudah dewasa dan cukup tinggi, hal ini

karena adanya penebangan pada beberapa tanaman G. sepium yang sudah sangat

tinggi. Tanaman ini beradaptasi dengan baik sehingga dapat tumbuh di lahan

Kawasan Nuklir, Pasar Jumat. Tilman et al. (2005) melaporkan bahwa G. sepium

dapat tumbuh pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20-30℃ dengan

ketinggian tempat antara 750-1200 mdpl (Tilman et al., 2005).

Gambar 4. Ciri-ciri morfologi G. sepium. A. tangkai anak daun sejajar; B.

Susunan daun majemuk menyirip ganjil; C. Helai daun. (Sumber:

dokumentasi pribadi).

Page 35: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

22

Tanaman G. sepium dalam penelitian ini memiliki tinggi hingga 5 m.

Batang berukuran kecil hingga sedang, sering bercabang dari dasar. Susunan daun

menyirip ganjil, pinna 7-11 dengan panjang sekitar 22-30 cm, pinnula 15-23 per

pinna, panjang daun 2-5 cm, dan lebar daun 1-3 cm. Buah berbentuk polong. Biji

3-8 per polong. Mofologi tanaman G. sepium dalam penelitian ini tidak jauh

berbeda dengan penelitian Setiawati (2008).

Sasmita (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kandungan protein

dan bahan kering pada G. sepium mudah didegradasi. Selain itu penambahan 30%

G. sepium dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi bahan kering sebesar

20,63%, konsumsi serat kasar sebesar 1,54%, dan konsumsi protein sebesar

87,38% (Aprilia, 2010).

3) Indigofera zollingeriana

Indigofera zollingeriana di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ditemukan subur

namun lebih sedikit dibandingkan tanaman legum lainnya, dan tidak tersebar

pada banyak tempat. Lahan di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat tergolong baik untuk

pertumbuhan tanaman ini. Prawiradiputra et al. (2012). Tanaman I. zollingeriana

atau yang biasa disebut nila dapat tumbuh dari 0 - 1,650 mdpl dan tumbuh subur

ditanah gembur yang kaya akan nutrisi. Tanaman ini dapat hidup pada iklim

panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun.

Tanaman I. zollingeriana toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan

terhadap kadar garam tinggi, sehigga taaman ini baik baik untuk dibudidayakan

sebagai hijauan pakan ternak didaerah yang memiliki iklim atau cekaman biotik

dan abiotik kurang baik (Hassen et al., 2006).

Tanaman I. zollingeriana dalam penelitian ini memiliki tinggi hingga 7 m

dengan tipe pertumbuhan tegak. Susunan daun majemuk menyirip ganjil, pinna 7-

9 dengan panjang 20-30 cm, pinnula 15-19 per pinna. Panjang daun 3-7 cm.

Bunga tersusun dalam suatu tandan diketiak daun, bertangkai, daun kelopaknya

berbentuk bergerigi lima, daun mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Bentuk polong

panjang berwarna hijau dan kecoklatan saat dewasa. Ciri-ciri morfologi dari

tanaman I. zollingeriana dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri

morfologi dalam penelitian Heridawan dan Krisnan (2014).

Page 36: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

23

Menurut Nur’aini (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hijauan

dengan campuran I. zollingeriana dapat meningkatkan komposisi nutrisi pada

ransum dan meningkatkan fermentabilitas secara in vitro.

Gambar 5. Ciri-ciri morfologi I. zollingeriana. A. Tangkai anak daun berseling;

B. Susunan daun majemuk menyirip ganjil; C. Bentuk buah; D.

Bentuk bunga. (Sumber: dokumentasi pribadi).

4) Leucaena leucocephala

Tanaman L. leucocephala pada penelitian ini ditemukan dalam di lahan

kering dengan tanaman-tanaman lain disekitarnya, serta mudah ditemukan

diberbagai tempat dengan ukuran yang bervairasi. Karakteristik lahan di Kawasan

Nuklir, Pasar Jumat, merupakan tempat yang mendukung untuk ditumbuhi

tanaman ini. Prawiradiputra et al. (2012) menyatakan tanaman L. leucocephala

dapat hidup di tanah dengan pH sedang antara pH 5,5 – 6,5 dengan curah hujan

tahunan di atas 760 mm.

Page 37: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

24

Leucaena leucocephala memiliki tinggi mencapai 6 m. Susunan daun

majemuk menyirip ganda, pinna 4-10 pasang dengan panjang 3-9 cm, pinnula 11-

18 per pinna. Batang dari tanaman ini berwarna coklat kemerah-merahan.

Buahnya polong berbentuk pipih dan tipis. Biji 15-30 per polong yang terletak

melintang, berbentuk bulat telur dengan warna hijau tua. Ciri-ciri morfologi dari

tanaman L. leucocephala dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri

morfologi pada penelitian Irsyam dan Priyanti (2016).

Gambar 6. Ciri-ciri morfologi L. leucocephala. A. Tangkai anak daun berseling;

B. Panjang pinna; C. Susunan daun majemuk menyirip ganda.

(Sumber: dokumentasi pribadi).

Menurut Permana (2012), penambahan legum pohon (Leucaena

luecocepala) dengan rasio 30% pada ransum dapat meningkatkan konsumsi

protein kasar. Konsumsi nutrisi merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan produktivitas ruminansia dan ukuran tubuh (Agheore, 2000).

Page 38: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

25

5) Vigna radiata

Vigna radiata atau yang biasa disebut kacang hijau, dalam penelitian ini

menggunakan sampel yang sudah jadi, sehingga tidak melakukan pengambilan

sampel dan identifikasi dari lapangan. Vigna radiata merupakan tanaman asli

India, yang kini banyak tumbuh di Asia Selatan, Afrika, Amerika Selatan dan

Australia. V. radiata merupakan salah satu tanaman pertanian yang memiliki

banyak keunggulan, yaitu tahan terhadap kekeringan sehingga dapat dijadikan

tanaman pertanian alternatif musim kemarau, memiliki produktivitas yang tinggi,

waktu panen yang relatif cepat (55-65 hari), dapat tumbuh pada lahan yang

kurang subur dan menjadi penyubur tanah, serangan hamanya lebih sedikit dan

mudah dibudidayakan (Kasno, 2007).

Lahan di kawasan nuklir, masih tergolong baik untuk pertumbuhan tanaman

V. radiata. Lingkungan yang optimum untuk tanaman V. radiata adalah pada

suhu 27-30℃, sedangkan bijinya dapat ditanam hingga suhu di bawah 15℃.

Tanaman V. radiata dapat tumbuh pada tanah liat berpasir dengan drainase yang

baik dan pada pH dengan kisaran 6,3-7,2. Akar V. radiata dapat menembus tanah

yang liat dan padat, akan tetapi tidak dapat tumbuh pada tanah garam

(Prawiradiputra, 2012)

Kacang hijau memiliki akar tunggang dan akar lateral yang banyak serta

agak berbulu. Biasanya kacang hijau mempunyai akar dengan cabang-cabang

sempurna dan meluas. Tanaman ini mempunyai batang tegak dengan cabang-

cabang menyebar. Tinggi tanaman antar varietas mempunyai variasi antara 30-

110 cm, sedangkan umurnya berkisar antara 50-120 hari tergantung pada lama

penyinaran dan temperatur udara sekitar temperatur tumbuh tanaman ini

(Sumarji, 2013).

Susunan daun merupakan daun majemuk menjari ganjil, tangkai daun

panjang dan berukuran 1,5-12 x 2-10 cm. Karangan bunga terdapat pada ketiak

daun dan mempunyai cabang tangkai bunga panjang. Bunga terdapat dalam

tandan yang setiap tandan terdiri dari 10-20 buah. Bunga berwarna kuning dan

merupakan bunga sempurna. Polong kacang hijau berbentuk bulat panjang

dengan bulu-bulu pendek, panjang polong 6-15 cm dengan 6-16 biji per polong.

Polong muda berwarna hijau, sedangkan polong tua berwarna cokelat atau hitam

yang cenderung untuk pecah sendiri. Biji kacang hijau kecil dan bulat, berwarna

hijau atau hijau kekuningan dengan bobot 100 bijinya antara 3-4 g (Sumarji, 2013).

Page 39: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

26

4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat

Hasil analisis proksimat pada tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar

Jumat dapat dilihat pada tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan

nutrisi legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat sangat bervariasi. Hal ini

disibebakan oleh banyak faktor, seperti bagian tumbuhan yang dijadikan sampel

dan umur dari tanaman.

Tabel 3. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat

Jenis legum BO PK* LK NDF ADF

%BK

Arachis hypogea 85,49ab 15,94 2,55a 46,43bc 30,10b

Gliricidia sepium 82,32a 30,73 6,63b 45,92bc 28,57b

Leucaena leucocephala 86,10ab 31,36 9,69c 33,16a 21,43a

Indigofera zollingeriana 87,04ab 28,98 6,63b 41,84b 21,94a

Vigna radiata 89,10b 27,47 5,10ab 48,98c 30,61a

SEM 0,845 2,394 0,645 1,401 1,133

Keterangan: BK = berat kering; BO = berat organik; PK = protein kasar; LK = lemak

kasar; NDF = neutral detergent fiber; ADF = acid detergent fiber; SEM =

standard error of the means; *tanpa adanya pengulangan; superskrip yang

berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05).

Protein kasar tertinggi terdapat pada jenis L. leucocephala dengan nilai

31,36% (p<0,05) (Lampiran 3). Kandungan protein pada L. leucocephala sudah

melebihi minimal standar protein untuk penggemukan yang ditetapkan Badan

Standar Nasional (2009) yaitu 13%. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan

protein kasar pada tanaman L. leucocephala di kawasan nuklir, Pasar Jumat tidak

jauh berbeda dengan hasil penelitian Jayanegara yang memiliki nilai kandugan

protein 30,36% (2018). Nilai kandungan protein kasar pada L. leucaena lebih

besar dibandingkan kandungan protein kasar pada G. sepium karena penggunaan

sampel yang lebih banyak menggunakan bagian daun. Hal ini sesuai dengan

penelitian Aye dan Adegun (2013) yang menyatakan kandungan protein kasar

pada daun L. leucaena lebih besar dibandingkan protein kasar pada daun G.

sepium. Hal ini menunjukkan bahwa L. leucocephala baik digunakan sebagai

pakan tambahan. Protein kasar terendah terdapat pada jenis A. hypogaea dengan

nilai 15,94%, namun tetap telah melebihi minimal standar protein untuk

penggemukan.

Page 40: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

27

Lemak kasar tertinggi juga terdapat pada jenis L. leucocephala sebesar

9,59% (p<0,05) (Lampiran 3). Kandungan lemak kasar pada L. leucocephala

telah melebihi nilai maksimal berdasarkan Badan Standar Nasional (2009) yaitu

7%. Kandungan lemak kasar pada pakan ternak dibutuhkan sebagai sumber

energi, namun jika jumlah nya melebihi 6-7% dari bahan kering dapat

mengurangi konsumsi pada pakan ternak ruminansia (Jayanegara, 2009). Lemak

kasar terendah pada legum jenis A. hypogea sebesar 2,5% dari berat kering.

Fraksi NDF merupakan fraksi dinding sel yang terdiri dari hemiselulosa,

selulosa, dan lignin, sedangkan ADF hanya mencakup selulosa dan lignin

(Moller, 2014). Kandungan NDF pada terbesar terdapat pada legum V. radiata

dan A. hypogea sebesar 48,98% dan 46,43%, begitu juga pada kandungan ADF

tertinggi sebesar 30,61% dan 30,10%. Kandungan NDF dari hasil yang

didapatkan masih dibawah nilai standar maksimal NDF (Badan Stadarisasi

Nasional, 2009) 35-36% dari berat kering, sedangkan ADF menurut National

Research Council (2001) nilai maksimalnya adalah 17-22%. Kandungan NDF

dan ADF pada tanaman V. radiata dan A. hypogea yang tinggi, juga terlihat dari

kandungan hemiselulosanya (Lampiran 2) yang tergolong cukup tinggi. Selulosa

dan hemiselulosa biasanya berikatan dengan lignin sehingga membentuk ikatan

matriks dan sulit untuk lepas dan terurai, namun hemiselulosa memiliki

kemampuan delignifikasi dengan berikatan dengan polisakarida sehingga lebih

mudah larut dan dicerna dibandingkan dengan selulosa (Nisa et al., 2018).

Nilai NDF dan ADF terendah terdapat pada L. leucocephala karena dinding

selnya tidak banyak mengandung lignin. Hal ini juga dibuktikan dengan kandungan

hemiselulosanya yang rendah (Lampiran 2). Lignin merupakan unsur bahan kimia

pokok yang sering diketahui sebagai penghambat terbesar dalam pencernaan serat

dan pakan secara keseluruhan. Yu et al. (2017) menyatakan bahwa lignin merupakan

suatu polimer yang berikatan dengan phenylpropane sehingga sulit untuk diurai,

lignin bekerja dengan cara menempel pada hemiselulosa dan selulosa dalam dinding

sel. Kandungan lignin yang rendah dapat meningkatkan aktivitas bakteri fibrolitik

dalam mendegradasi serat (Pizzol et al., 2017).

Perbedaan kandungan nutrisi yang didapat dari setiap tanaman disebabkan

umur (fase tumbuh) tanaman (Nelson dan Moser, 1984 dalam Hutabarat et al.,

2017), selain itu komposisi fraksi tanaman seperti rasio daun atau batang juga

ikut mempengarhi kandungan nutrisi setiap pakan (Ugherughe, 1986 dalam

Page 41: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

28

Hutabarat et al., 2017). Pertambahan umur tanaman menyebabkan berkurangnya

kandungan nutrisi pada hijauan pakan, terutama pada daun. Penurunan rasio daun

dan batang pada hijauan dewasa dapat digambarkan sebagai indikator

menurunnya nilai nutrisi dan produksi sebagai bagian dari buruknya manajemen

pemotongan karena nutrisi pada hijauan pakan terbesar terdapat pada daun

(Hutabarat et al, 2017). Kandugan protein dalam daun lebih banyak dibandingkan

batang dan akar karena terjadi proses fotosintesis oleh enzim rubisco (Des francs,

1985). Hal ini yang menyebabkan nilai kandungan protein pada A. hypogea dan

V. radiata dalam penelitian lebih sedikit dibandingkan yang lain, karena terdapat

bagian akar yang ikut dijadikan sampel.

4.3. Nilai Kecernaan In vitro Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar

Jumat

Nilai Total Digestible Nutrient (TDN), Relative Feed Value (RFV) dan In

Vitro True Digestibility (IVTD) yang didapatkan dari 5 jenis legum dapat dilihat

pada Tabel 4. Nilai RFV digunakan untuk menentukan kualitas hijauan

berdasarkan estimasi nilai NDF dan ADF, sedangkan IVTD adalah nilali

degradibilitas suatu pakan setelah masa inkubasi secara in vitro selama 48 jam

(Rofiq, 2011).

Tabel 4. Nilai relative feed value, total digestive nutrient, dan in vitro

digenstibility tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat

Jenis legum RFV Forage

Quality

TDN

(%BK) IVTD

(%/500 mg BK)

Arachis hypogea

Gliricidia sepium

Leucaena leucocephala

Indigofera zolllingeriana

Vigna radiata

SEM

131,67a

135,29a

204,32c

161,03b

123,71a

7,435

Premium

Premium

Prime

Prime

Good

53,25

53,82

62,08

58,04

56,98

68,37ab

64,79a

73,47cd

74,99d

69,89bc

0,976

Keterangan: SEM = standard error of the means, superskrip yang berbeda pada kolom

yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05), forage quality = prime

>151, 1 (premium) 125-151, 2 (good) 103-124, 3 (fair) 87-102, 4 (poor)

75-86, 5 (reject) <75.

Page 42: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

29

Nilai RFV L. leucocephala dan I. zollingeriana masing-masing adalah

204,10 dan 161,03. Hal tersebut menunjukkan kualitas kedua legum ini berada

pada tingkat prime. Kualitas keduanya juga tertinggi dibandigkan legum lainnya

(p<0,05) (Lampiran 3). Hasil ini berasosiasi dengan kandungan NDF dan ADF

pada tanaman legum, dimana L. leucocephala dan I. zollingeriana memiliki nilai

NDF dan ADF yang lebih rendah dibandingkan legum lainnya. Pakan dengan

kandungan NDF dan ADF rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut memiliki

indeks RFV yang tinggi (Kilic dan Guleycuz, 2017).

Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan estimasi total energi dari

keseluruhan nutrisi pakan yang tercerna (Umar, 2015). Hasil perhitungan TDN

tertinggi terdapat pada tertinggi terdapat pada legum jenis L. leucocephala dengan

nilai 62,08% dari berat kering. Nilai tersebut telah melewati standar kebutuhan

TDN sapi pejantan (55%BK) (NRC, 2001), yang menandakan legum tersebut baik

untuk dijadikan sebagai bahan pakan. Nilai TDN dipengaruhi oleh kandungan

nutrisi dari setiap legum, dan semakin banyak nutrisi yang tercerna akan

memberikan sumber energi yang banyak juga untuk ternak (Rofiq, 2011). Nilai

TDN L. leucocephala yang tinggi dalam penelitian ini berasosiasi dengan

rendahnya nilai NDF (Tabel 3) dan dengan tingginya nilai LK (Tabel 3) dan NFC

(Lampiran 2). Jayanegara (2019) menyatakan TDN pada hijauan berkorelasi

negatif dengan nilai NDF dan lignin, akan tetapi berkolerasi positif dengan nilai

NFC dan LK (Jayanegara, 2019).

Nilai IVTD tertinggi terdapat pada jenis legume I. zollingeriana dan L.

leucocephala dengan nilai masing-masing 74,99% dan 73,47%. Hasil ini

merupakan representasi bahwa kedua legum tersebut memiliki nilai degradasi

pakan yang baik jika dibandingkan dengan legum jenis lainnya (p<0,05)

(Lampiran 3). Hasil ini menunjukkan nilai IVTD berasosiasi dengan kandungan

PK pada keduanya yang relatif lebih tinggi serta dengan NDF dan ADF yang lebih

rendah dibandingkan dengan legum lainnya (Tabel 3.). Hal ini didukung oleh

penelitian Jayanegara (2009) yang melaporkan bahwa nilai kecernaan secara in

vitro positif dipengaruhi oleh kandungan protein kasar dan negatif oleh

kandungan NDF dan ADF.

Page 43: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

30

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Terdapat 5 jenis legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat yang biasa

digunakan sebagai bahan pakan ruminansia. Leucaena leucocephala dan

Indigofera zollingeriana merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan

protein kasar tinggi serta nilai in vitro true digestibility yang tergolong baik dan

memenuhi standar, sehingga potensial untuk dikembangkan ke dalam formula

ransum, dibandingkan dengan jenis legum lainnya.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan kedua jenis legum yang telah

diformulasikan ke dalam pakan ransum, untuk melihat formula yang optimal

untuk pakan ternak ruminansia di kandang terpadu BATAN, Pasar Jumat.

Page 44: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

31

DAFTAR PUSATAKA

Akoso, T.B. (1996). Kesehatan sapi. Kanisius, Yogyakarta

Anggorodi. (1994). Ilmu makanan ternak umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Angiosperm Phylogeny Group IV. (2016). An update of the angiosperm

phylogeny group classification for the orders and sukues of floweing plants.

Botanical Journal of the Linnean Society. 161, 106-121.

Aprillia, C. (2010). Kecernaan nutrien metode acid insoluble ash dan performa

domba lokal yang diberi moringa oleifera lamk, gliricidia sepium, dan

artocarpus heterophyllus. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Aregheore. E. M. (2000). Crop residues and agroindustrial byproduct in four

pasific island countries, availibility, utilization and potential value in

ruminant nutrition. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 13, 266-269.

Association of Official Analiytical Chemist. (2005). Official method of analysis.

assosiaciation of official analytical chemist. Benjamin Franklin Station,

Washington.

Aye, P. A., & Adegun, M. K. (2013). Chemical composition and some functional

properties of moringa, leucaena and gliricidia leaf meals. Agriculture and

Biology Journal of North America. 4(1), 71-77.

Baan, A.V.D., W.A. Niekrek, N.F.G. Rethman & R.J. Coertze. (2004). The

determination of digestibility of atriplex nummularia cv de kock (oldman

saltbush) using different in vitro techniq. asian-aust. J. Anim. Sci, 341(1),

95-97.

Badan Standarisasi Nasional. (2009). Pakan konsentrat bagian 2. No.314.2,

Jakarta.

Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2008). Biologi edisi kedelapan jilid tiga.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Carr, G. (2010). Fabaceae (Leguminosae). University of Hawaii.

Des Francs, C.C., Thellement, H., & Vienne, D. (1985). Analysis of Leaf Proteins

by Two-dimensional Gel Elecetrophoresis. Plant physiology. 78(1), 178-

182.

Flatian, A. N. (2017). Konstribusi P dari aktivitas mikroba pelarut fosfat, fosfat

alam dan sp-36 berdasarkan teknik isotop 32P. (Pascasarjana). Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Frandson, R.D., (1996). Anatomi dan fisiologi ternak, edisi ke-7. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Page 45: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

32

Hakim, L., Ciptadi, G., & Nurgiatiningsih, V. M. A. (2010). Model rekording data

performans sapi potong lokal di Indonesia. Jurnal Ternak Tropika. 11(2),

61-73

Haryanto, B. (2012). Perkembangan penelitian nutrisi ruminansia. Wartazoa.

22(4), 169-167

Hassen, A., Rehtman, N. F. G., & Apostolides, Z. (2006). Morphological and

agronomic characterization of Indigofera species using multivariate

analysis. Trop Grassl. 40, 45-59.

Herdiawan, I., & Krisnan, R. (2014). Produktivitas dan pemanfaatan tanaman

leguminosa pohon Indigofera zollingeriana pada lahan kering. Wartazoa.

24(2), 75-82.

Herlinae, (2003). Evaluasi nilai nutrisi dan potensi hijauan asli lahan gambut

pedalaman di Kalimantan tengah sebagai pakan ternak. (Pascasarjana

Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hungate, R. E. (1966). The ruminant and its microbes. New York (USA):

Academic

Hutabarat, J., Erwanto., & Wijaya, A. K. (2017). Pengaruh umur pemotongan

terhadap kadar protein kasar dan serat kasar indigofera zollingeriana. Jurnal

Riset dan Inovasi Peternakan. 1(3), 21-24.

Indriyanto, M. P. (2012). Dendrologi, suatu teori dan praktik menyidik pohon.

Lembaga Penelitian Universitas Lampung, Lampung.

Irsun. (2010). Perubahan serapan nitrogen tanaman jagung dan kadar Al-dd akibat

pemberian kompos tanaman legum dan nonlegum pada insoptisols napu. J.

Agroland. 17(1), 23-29.

Irsyam, A. S. D., & Priyanti. (2016). Suku fabaceae di kampus Universitas Islam

Negeri Hidayatullah, Jakarta, bagian 1: tumbuhan polong berperawakan

pohon. Al-Kauniyah Jurnal Biolgi. 9(1), 44-56.

Jayanegara, A. (2009). Kinetika produksi gas, kecernaan bahan organik dan

produksi gas metana in vitro pada haydan jerami yang disuplemntasi hijauan

mengandung tanin. Media Peternakan. 2, 120-129.

Jayanegara, A., Harahap, R. P., Ridla, M., Laconi, E. B., & Nahrowi. (2018).

Chemical composition and methane emission of some tropical legumes for

indonesia. In, AIP Conference Proceedings, Malang, 1-5.

Jayanegara, A., Ridla, M., Astutui, D. A., Wiryawan, K. G. Laconi, E. B., &

Nahrowi. (2017). Determination of energy and protein requirements of

sheeps in Indonesia using a meta-analytical approach. Media Peternakan.

40(2), 118-127.

Page 46: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

33

Jayanegara, A., Ridla, M., Nahrowi, & Laconi, E. B. (2019). Estimation and

validation of total digestible nutrient values of forage and concentrate

feedstuffs. IOP Conf. Ser; Materials Science and Enginering. 546(4), 1-5.

Kamal, M. (1998). Bahan pakan dan ransum ternak. Laboratorium Makanan

Ternak, Jurusan Nutrisi dan Makan Ternak. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Kanisius, A. A. (1983). Budidaya tanaman padi. Kanisius, Yogyakarta

Kasno, A. (2007). Kacang hijau, alternatif yang menguntungkan ditanam di lahan

kering. Sinartani.

Kilic, U., & Guleycuz, E. (2017). Effects of some additives on in vitro true

digestibility of wheat and soybean straw pellets. Open Life Sci, 17, 1107-

1111.

Kushartono, B., & Nani, I. (2004). Inventarisasi keanekaragaman pakan hijau

guna mendukung sumber pakan ruminansia. pusat penelitian pengembangan

peternakan. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian

2004.

Mabjeesch, S. J., Cohen, M., & Arieli, A. (2000). In vitro methods for measuring

the dry matter digestibility of ruminant feedstuffs, comparison of methods

and inoculum source. Journal of Diary Science. 83, 2289-2294.

Manurung, T. (1996). Penggunaan Hijauan legumenosa pohon sebagai sumber

protein rasum sapi potong. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 1(3), 143-148.

McDonald, P., Edward, R. A., Greenhalgh, J. F. D., & Morgan, C. A. (2002).

Animal nutrition. sixth edition. Ashford Colour Press, Gosport.

Measen, L. J. G. V. D., & Somaatmadja S. (1992). Plant resources of South-East

Asia, pulses. Prosea foundation, Bogor.

National Research Council. (2001). Nutrient requirement of dairy cattle. The

National Academy Press, Washington DC.

Nelson, C. J., & Moser, L. E. (1984). Plant Factors Affecting Forage Quality. In.

Forage Quality, Evaluation, and Utilization. Fahrey, G. C., Collins, Jr. M.,

Mertens, D. R., & Moser, L. E. (Eds). American society of agronomy, crop

science society of America, soil science society of America. 115-154.

Nisa, F., Subrata, A., & Pangestu, A. (2018). Kehilangan bahan kering, acid

detergent fiber (ADF) dan N-acid detergent fiber daun Moringa oleifera

secara in vitro. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(3), 282-286.

Nur’aini. (2017). Evaluasi nutrisi dan fermentabilitas in vitro campuran legum

Indigofera sp. dan kultivar baru tanaman (Sorgum bicolor). (Skripsi)

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 47: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

34

Parish, J. A., Rivera, J. D., & Boland, H.T. (2009). Understanding the ruminant

animal digestive system. Mississippi State University

Pizzol, J. G. D., Riberio-filho, H. M. N., Quereuel, A., Le Morvan, A., &

Nidekorm, V. (2017). Complementarities between grasses and legumes from

temperate and subtropical areas on in vitro rumen fermentation

characteristics. Anim. Feed Sci. Technol, 228, 178-175.

Prawiradiputra, B. R., Sutedi, E., Sajimin, Fanindi. A. (2012). Hijauan pakan

ternak untuk lahan sub-optimal. IAARD Press, Bogor.

Prihartini, I., & Khotimah, K. (2013). Produksi probiotik rumen berbasis bakteri

lignochloritik dan aplikasi pada ternak sapi perah. Jurnal Gamma 1(7), 27-

31.

Rahmadi, D., Sunarso, J., Achmadi, E., Pangestu, A., Muktiani, M., Christiyanto.,

& Surono. (2003). Ruminologi dasar. Universitas Diponegoro, Semarang.

Reksohadiprodjo, S. (1985). Produksi tanaman hijauan makanan ternak tropik.

BPFE, Yogyakarta.

Rianto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan lengkap sapi potong. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Rofiq, M. N., & Sofia, S. (2011). Evaluasi kecernaan in vitro penggunaan ekstrak

minyak cengkeh beberapa dosis pada rumen sapi perah dengan metode

daisyii incubator. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres I ISAA. BPPT,

Serpong.

Rohweder, D. A., Barnes, R. F., & Jorgensen, N. (1991). Methods for dietary

fiber, neutral detergent fiber and nonstarch polysaccharides in relation to

Animal Nutrition. J. Diary Sci. 74, 3583-3597.

Rukmana, H. R. (2005). Budidaya rumput unggul dan hijauan makanan ternak.

Kanisius, Yogyakarta.

Sasmita, T. E. (2013). Degradasi in vitro asam fitat rumput dan legum oleh

konsorsium bakteri rumen pencerna serat asal kerbau. (Skripsi). Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Serra, S. D., Serra, A. B., Ichinohe, T., & Fujihara, T. (1996). Ruminal

solubilization of macrominerals in selected Philippine forages. Asian-Aust.

J. Anim. Sci, 9 (1), 75-81.

Setiana, M. G. (2000). Pengenalan jenis hijauan makanan ternak unggul.

Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Setiawati. (2008). Tumbuhan pestisida nabati dan cara pembuatannya. Balai

Penelitian Sayuran, Bogor.

Page 48: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

35

Simon, A.J. & Stewart, J. L. (1998). Gliricidia sepium a multi purpose forage tree

legum (http://www.fao. Org.) Acces date: April, 14th 2019.

Simpson, M. G. (2010). Plant systematics. Elsevier Academic Press, California.

Soerjani, M., Koestermans, A.J.G.H., & Tjitrosoepomo, G. (1986). Weeds of rice

in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Sumarji. (2013). Pengaruh waktu pemupukan dan pemberian pupuk pelengkap

cair (Ppc) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oriza Sativa

L) varietas ciherang. Manajemen Agribisnis. 13(1), 83-89.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., &

Lebdosoekojo, S. (1991). Ilmu makanan ternak dasar. Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Trisnadewi, A. A. A. S., Cakra, I. G. L. O., Mudita, I. M., Wirawan, I. W.,

Puspani, E., & Budiasa, I. K. M. (2013). Aplikasi formulasi ransum dengan

menggunakan hijauan leguminosa sebagai pakan dasar penyusunan ransum

sapi di desa Jungutan kabupaten Karangasem. Udayana Mengabdi. 12(1),

35-37.

Ugherughe, P. O. (1986). Relationship between digestibility of bromus intermis

plant parts. J. Agro. Crop. Sci. 157, 136-143.

Van Soest, P. J., & Robertson, J. B. (1980). System of analysis for evaluating

fibrous feeds. In, Pigden, W. W., Batch, C. C., & Graham, M. (eds).

Standarization of Analytical Metodology for Feeds. I.D.R.C., Canada.

Yu, J., Peterson, N., Balmey, J., & Millan, M. (2010). Cellulose, xylan and lignin

interaction during pyrolysis of lignosellulosic biomass. Journal of The

Science and Technology of Fuel Energy. 191, 140-149.

Zulchi, T., & Puad, H. (2017). Keragaman morfologi dan kandungan protein

kacang tanah (Arachis hypogea L.). Bul. Plasma Nutfah. 23(2), 91-100.

Page 49: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian

(A) (B) (C)

(D) (E) (F)

(G)

(H)

(I)

Keterangan:

(A) Pengambilan sampel legum

(B) Pengukuran berat sampel

(C) Pengukuran serat kasar

(D) Penggilingan sampel legum

(E) Alat Fiber analyser ANKOM200

(F) Sampel dalam filter bag

(G) Alat DaisyII incubator

(H) Kandang terpadu PAIR-BATAN

(I) Neraca analitik

Page 50: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

37

Lampiran 2. Hasil konversi presentase hemiselulosa dan Non Fiber Carbohydrate

(NFC) pada legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat (%BK).

Jenis legum Hemiselulosa NFC

Arachis hypogea 16,33 21,02

Gliricidia sepium 17,35 -0,96

Leucaena leucocephala 11,73 11,89

Indigofera zolllingeriana 19,89 9,59

Vigna radiata 18,37 7,55

Page 51: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

38

Lampiran 3. Hasil uji ANOVA tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

OM

Between Groups 98.155 4 24.539 2.122 .128

Within Groups 173.475 15 11.565

Total 271.629 19

LK

Between Groups 108.278 4 27.070 8.125 .001

Within Groups 49.977 15 3.332

Total 158.255 19

NDF

Between Groups 615.170 4 153.792 17.584 .000

Within Groups 131.195 15 8.746

Total 746.365 19

Hemi

Between Groups 152.857 4 38.214 5.618 .006

Within Groups 102.032 15 6.802

Total 254.888 19

ADF

Between Groups 402.712 4 100.678 17.688 .000

Within Groups 85.380 15 5.692

Total 488.092 19

DMD

Between Groups 195.874 4 48.968 12.915 .000

Within Groups 56.873 15 3.792

Total 252.746 19

DMI

Between Groups 3.641 4 .910 16.692 .000

Within Groups .818 15 .055

Total 4.459 19

RFV

Between Groups 17234.408 4 4308.602 17.120 .000

Within Groups 3774.960 15 251.664

Total 21009.368 19

IVTD

Between Groups 265.286 4 66.322 10.274 .000

Within Groups 96.833 15 6.456

Total 362.119 19

Page 52: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

39

Lampiran 4. Hasil uji Duncan pada Berat Organik (BO) tanaman legum

OM

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

2.00 4 82.31625

1.00 4 85.48800 85.48800

3.00 4 86.10375 86.10375

4.00 4 87.04000 87.04000

5.00 4 89.10075

Sig. .089 .186

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Page 53: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

40

Lampiran 5. Hasil Uji Duncan pada Lemak Kasar (LK) tanaman legum

LK

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

1.00 4 2.55125

5.00 4 5.10175 5.10175

2.00 4 6.63225

4.00 4 6.63250

3.00 4 9.69375

Sig. .067 .278 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 54: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

41

Lampiran 6. Hasil uji Duncan pada Neutral Detergent Fiber (NDF) tanaman

legum

NDF

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

3.00 4 33.16325

4.00 4 41.83675

2.00 4 45.91850 45.91850

1.00 4 46.42850 46.42850

5.00 4 48.97975

Sig. 1.000 .054 .185

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 55: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

42

Lampiran 7. Hasil uji Duncan pada Hemiselulosa tanaman legum

Hemi

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

3.00 4 11.73475

1.00 4 16.32675

2.00 4 17.34700

5.00 4 18.36775

4.00 4 19.89800

Sig. 1.000 .093

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Page 56: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

43

Lampiran 8. Hasil ji Duncan pada Acid Detergent Fiber (ADF) tanaman legum

ADF

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

5.00 4 18.36775

3.00 4 21.42850

4.00 4 21.93875

2.00 4 28.57125

1.00 4 30.10175

Sig. .062 .379

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Page 57: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

44

Lampiran 9. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Digestibility (DMD) tanaman

legum

DMD

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

5.00 4 65.05275

1.00 4 65.45050

2.00 4 66.64300

4.00 4 71.80950

3.00 4 72.20700

Sig. .291 .777

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Page 58: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

45

Lampiran 10. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Intake (DMI) tanaman legum

DMI

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

5.00 4 2.45225

1.00 4 2.59275 2.59275

2.00 4 2.61775 2.61775

4.00 4 2.89100

3.00 4 3.64425

Sig. .357 .106 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 59: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

46

Lampiran 11. Hasil uji Duncan pada Relative Feed Value (RFV) tanaman legum

RFV

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

5.00 4 123.71825

1.00 4 131.66100

2.00 4 135.29250

4.00 4 161.03600

3.00 4 204.32050

Sig. .344 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 60: KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN IN VITROrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48468...4.2. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat .....26 4.3. Nilai

47

Lampiran 12. Hasil uji Duncan pada In Vitro True Digestibility (IVTD) tanaman

legum

IVTD

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

2.00 4 64.79600

4.00 4 68.36750 68.36750

5.00 4 69.89825 69.89825

3.00 4 73.46925 73.46925

1.00 4 74.99975

Sig. .065 .408 .065 .408

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.