Upload
annas-tupank
View
123
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Materi Kuliah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANUNISI 2008/2009
Citation preview
KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DALAM
PENINGKATAN KUALITAS SDM
GAMBARAN UMUM
Provinsi Riau dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1957 Terdiri dari 11 Kabupaten/Kota Jumlah penduduk (2005) : + 4.735.000 dengan kepadatan
rata-rata 200 org/km2 Terletak antara Selat Melaka dan Laut Cina Selatan dan
berbatasan dengan berbagai negara seperti Malaysia, Singapore dan Vietnam.
Terdiri dari 2 Kota ( Pekanbaru dan Dumai) dan 9 Kabupaten
( Kampar – Rohul, Rohil, Bengkalis, Siak, Pelalawan, Inhu. Inhil dan Kuansing) .
KONDISI KETENAGAKERJAANTAHUN 2005
Jumlah penduduk 4.735.000 jiwa 30% berdiam di Kota
Jumlah angkatan kerja 2.516.884 jiwa naik 4,2% dari tahun 2004
Jumlah pencari kerja terdaftar
+ 59.000 jiwa sebagian besar tamatan SLTA
Jumlah pengangguran 179.839 jiwa ( 13,03 %)
PERMASALAHAN
Tingkat pengangguran tinggi karena : Lapangan kerja terbatas (industri yang ada di
Pelalawan dan Dumai hanya menyerap sekitar 115.000 pekerja)
Kualitas pencari kerja rendah (mayoritas tamatan SLTA ke bawah)
Jumlah pencari kerja terus meningkat karena Propinsi Riau tidak hanya sebagai tempat transit, juga menjadi tujuan pencari kerja
STRATEGI
Memperluas lapangan kerja (formal dan informal) melalui:– kerjasama ekonomi dengan fihak luar– pengembangan usaha kecil dan menengah
Meningkatkan kualitas tenaga kerja agar mampu bersaing dengan tenaga kerja luar, melalui:– penyelenggarakan pelatihan kerja– Pelaksanaan program magang– peningkatan akses ke pendidikan formal
Membangun jaringan informasi ketenagakerjaan dalam rangka optimalisasi penempatan tenaga kerja
PERANAN PEMERINTAH DAERAH
Secara umum Pemprov diharapkan dapat berperan dalam:– Penguatan balai diklat profesi– Pengembangan jaringan informasi tenaga kerja– Harmonisasi regulasi
Dalam rangka kerjasama antar negara (IMTGT), Pemprov Riau berperan dalam:– menyiapkan SDM yang berkualitas untuk mengisi lowongan
kerja yang diciptakan melalui kerjasama;– mengupayakan agar lapangan kerja yang diciptakan dapat
diisi seoptimal mungkin dengan SDM lokal
PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DI DAERAH
Sebelum era otonomi daerah, pelatihan kerja diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat (BLK);
Pasca otonomi daerah, kewenangan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja diserahkan ke Pemerintah Daerah;
Kemampuan Pemda menyelenggarakan pelatihan kerja terbatas (dana, SDM) sehingga:– Pelaksanaan pelatihan hanya dilakukan secara terbatas– Program BLK seringkali tidak sesuai kebutuhan
OPTIMALISASI PELATIHAN KERJA
Balai pelatihan kerja di Riau seyogyanya menjadi pusat pengembangan profesi yang bersifat regional karena tenaga kerja di Riau berasal dari berbagai wilayah di Indonesia
Balai dikelola oleh Pemerintah Pusat karena selain pelayanannya bersifat regional, kemampuan Provinsi Riau untuk menyelenggarakan pelatihan juga terbatas (SDM maupun dana)
Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak perlu mempunyai BLK karena tidak efisien (modal besar dan perlu SDM canggih)
Pemda dapat menyediakan “share” bagi pembiayaan penyelenggaraan pelatihan
Kerjasama antara BLK dan Pemda terutama dalam menetapkan jenis pelatihan yang diperlukan serta penempatan tenaga kerja.
PENGEMBANGAN PROGRAM MAGANG
Lapangan kerja terutama dibuka bagi yang sudah berpengalaman kerja sehingga menyulitkan fresh graduate;
Perusahaan diwajibkan melaksanakan program pemagangang
Pemerintah menyediakan subsidi bagi program pemagangan
PENINGKATAN AKSES KE PENDIDIKAN FORMAL
Tenaga kerja lokal umumnya kurang dapat bersaing dengan tenaga kerja dari daerah lain karena tingkat pendidikan yang terbatas;
Pemprov harus berupaya meningkatkan akses penduduk ke pendidikan formal melalui:– Pembangunan universitas negeri (murah dan berkualitas)– Pemberian beasiswa bagi tamatan SLTA dari keluarga
kurang mampu
SEKIAN DAN TERIMA KASIH