9
Kepada Yth. Bapak Direktur Perihal : Permohonan Ruangan untuk RSUD Blambangan Rawat Gabung Banyuwangi Dasar : Berjalannya kembali RS Sayang Ibu dan Bayi. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Pelayanan BPJS. Isi : Bapak Direktur Yang Terhormat, dengan selesainya tim (dr.Erva SpoG dan Sri Sukowti) mengikuti pelatihan Konseling ASI ada beberapa hal yang saya pandang perlu untuk dibenahi ,sehingga rumah sakit sayang ibu dan bayi yang selama ini tidak berjalan bisa hidup kembali sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 th 2013 tentang ASI EKSKLUSIF dan Permenkes 450/2004 tentang 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ( terlampir). Dari 10 LMKM yang sangat mendesak untuk ditindak lanjuti terkait dengan pelayanan BPJS yang mana kelahiran bayi sehat bugar (AS > 5) harus dilakukan IMD dan rawat gabung baik persalinan pervaginam maupun perabdominal. Sedang menurut pelayanan BPJS kelahiran bayi sehat bugar biaya satu paket dengan biaya ibu. Oleh karena itu pihak perinatologi juga meminta agar perawatan kelahiran bayi bugar segera dipisah dari ruang perinatologi, dan dirawat bersama ibunya di ruang kebidanan. Hal tersebut di atas tidaklah mudah untuk menuju perubahan. Oleh karena itu permohonan saya : 1. Menjalankan kembali 10 LMKM di RSUD Blambangan.

Kepada

Embed Size (px)

DESCRIPTION

surat

Citation preview

Page 1: Kepada

Kepada

Yth. Bapak Direktur

Perihal : Permohonan Ruangan untuk RSUD Blambangan

Rawat Gabung Banyuwangi

Dasar : Berjalannya kembali RS Sayang Ibu dan Bayi.

Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Pelayanan BPJS.

Isi : Bapak Direktur Yang Terhormat, dengan selesainya tim (dr.Erva SpoG dan Sri Sukowti) mengikuti pelatihan Konseling ASI ada beberapa hal yang saya pandang perlu untuk dibenahi ,sehingga rumah sakit sayang ibu dan bayi yang selama ini tidak berjalan bisa hidup kembali sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 th 2013 tentang ASI EKSKLUSIF dan Permenkes 450/2004 tentang 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ( terlampir).

Dari 10 LMKM yang sangat mendesak untuk ditindak lanjuti terkait dengan pelayanan BPJS yang mana kelahiran bayi sehat bugar (AS > 5) harus dilakukan IMD dan rawat gabung baik persalinan pervaginam maupun perabdominal. Sedang menurut pelayanan BPJS kelahiran bayi sehat bugar biaya satu paket dengan biaya ibu. Oleh karena itu pihak perinatologi juga meminta agar perawatan kelahiran bayi bugar segera dipisah dari ruang perinatologi, dan dirawat bersama ibunya di ruang kebidanan. Hal tersebut di atas tidaklah mudah untuk menuju perubahan.

Oleh karena itu permohonan saya :

1. Menjalankan kembali 10 LMKM di RSUD Blambangan.2. Diikutkan pelatihan konseling menyusui bagi dokter SpA dan perawat

perinatologi.3. Dukungan dari lintas sektor, dokter SpOg, dokter SpA, dokter SpAn,

managemen rumah sakit, tenaga kesehatan RSUD Blambangan.4. Pembaharuan kebijakan tertulis tentang ASI.5. Terbentuknya SOP / Protap IMD dan Rawat Gabung dan sarana lain.6. Adanya 2 ruangan menyusui, yaitu satu ruangan untuk karyawan dan satu

ruangan untuk pengunjung.7. Adanya audio visual tentang ASI Eksklusif di RSUD Blambangan.8. Tanggung jawab bayi tetap dokter spesialis anak atau dokter yang di

deligasikan oleh direktur.9. Terbentuknya kelompok pendukung ASI di RSUD Blambangan, dan kerja

sama / rujukan dengan kelompok pendukung ASI dari instansi lain.

Terkait dengan rencana IMD dan rawat gabung, ruang kebidanan yang sudah ada sangat tidak mungkin untuk dilakukan pelayanan tersebut karena, gedung yang terpisah antara ruang bawah dan ruang atas, obstetric dan gynecologi, ruangan sempit berliku-liku, keamanan dan kenyamanan kurang karena sangat dekat

Page 2: Kepada

dengan pintu keluar-masuk, tidak ada kantor bidan, kurang sarana medis dan SDM, oleh karena itu jikalau diperkenankan saya memohon untuk dipertimbangkan ruang bagian keuangan dan penunjang untuk bisa segera dijadikan ruang kebidanan digabung menjadi satu ruangan yang nantinya akan digunakan sebagai :

1. ruang obstetric atau perawatan nifas baik perabdominal maupun pervaginam, sehingga bisa melakukan rawat gabung lebih aman, ruang perawatan nifas yang lama digunakan untuk ruang gynecologi (pindahan dari ruang bawah),

2. ruang memandikan bayi3. ruang post op SC,4. tambahan ruang kelas 2,5. ruang menyusu untuk karyawan,6. ruang penyuluhan / ruang edukasi7. kantor bidan / dokter.

Sedangkan ruang kebidanan yang di bawah saya kembalikan kepada rumah sakit, sebagai solusi ruang keuangan dan penunjang bisa dipindah ke gedung lain (ruang kebidanan bawah, ruang RBK lama).

Sebelum ada realisasi atas permohonan ini kami belum sanggup untuk melakukan rawat gabung karena demi keselamatan ibu dan bayi.

Penutup : Demikian permohonan ini saya buat, besar harapan saya untuk segera dipertimbangkan. Apabila ada salah kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Banyuwangi, Mei 2014

Mengetahui

KSMF Ruang Kebidanan dan Kandungan, Pemohon,

( dr. Haris Wibawanto, SpOg ) ( Sri Sukowati, Amd. Keb )

Page 3: Kepada

Lampiran

10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Kepmenkes 450/2004) :

1. Kebijakan tertulis tentang pemberian ASI

2. Pelatihan bagi tenaga kesehatan

3. Menjelaskan manfaat menyusui yang benar

4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

5. Menunjukkan teknik menyusui yang tepat

6. Tidak memberi makanan / minuman selain ASI kepada bayi baru lahir

7. Melaksanakan rawat gabung

8. Membantu ibu menyusui sesering mungkin

9. Tidak memberikan dot / empeng

10. Membina kelompok Pendukung ASI

Page 4: Kepada

Lampiran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANGPEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB IIIAIR SUSU IBU EKSKLUSIF

Bagian KesatuUmum

Pasal 6Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya.

Pasal 7Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat: a. indikasi medis: b. ibu tidak ada; atau c. ibu terpisah dari Bayi.

Bagian KeduaInisiasi Menyusu Dini

Pasal 9(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. (2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada kulit ibu.

Pasal 10(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter. (2) Penempatan dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memudahkan ibu setiap saat memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi.

Pasal 12

Page 5: Kepada

(1) Setiap ibu yang melahirkan Bayi harus menolak pemberian Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya. (2) Dalam hal ibu yang melahirkan Bayi meninggal dunia atau oleh sebab lain sehingga tidak dapat melakukan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penolakan dapat dilakukan oleh Keluarga.

Bagian KeempatInformasi dan Edukasi

Pasal 13(1) Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota Keluarga dari Bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai.

(2) Informasi dan edukasi ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mengenai:

a. keuntungan dan keunggulan pemberian ASI;

b. gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui;

c. akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan

d. kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI.

(3) Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan. (4) Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

Pasal 17(1) Setiap Tenaga Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. (2) Setiap Tenaga Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

Pasal 18(1) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif kepada ibu Bayi dan/atau keluarganya, kecuali dalam hal diperuntukkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Page 6: Kepada

(2) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI Eksklusif.

3) Dalam hal terjadi bencana atau darurat, penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat menerima bantuan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya untuk tujuan kemanusiaan setelah mendapat persetujuan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

(4) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang menyediakan pelayanan di bidang kesehatan atas biaya yang disediakan oleh produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya.

BAB VTEMPAT KERJA DAN TEMPAT SARANA UMUM

Pasal 30(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusif. (2) Ketentuan mengenai dukungan program ASI Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha. (3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 31Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 terdiri atas: a. perusahaan; dan b. perkantoran milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta.

Pasal 33Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut:

a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan; b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut;

Page 7: Kepada

c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama persalinan; e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam; h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi; i. tidak memberi dot kepada Bayi; dan j. mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pasal 34Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja.

Pasal 35Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum wajib membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

Pasal 36Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (3), atau Pasal 34, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIIPENDANAAN

Pasal 38Pendanaan program pemberian ASI Eksklusif dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 39(1) Menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan

Page 8: Kepada

terhadap pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: