Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KESULITAN PENYESUAIAN HIDUP MEMBIARA PARA POSTULAN
DI YOGYAKARTA
(Studi Deskriptif Pada Postulan Mengikuti Kursus Bina Awal
di Yogyakarta Tahun 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Berdinus Raja Najak
NIM: 131114042
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Motto
Akulah yang bekerja, Tuhanlah yang menentukan
(Amsal, 19:21)
Rahasia untuk Maju adalah memulai
(Mark Twain)
Buatlah kesempatanmu! Hidup adalah sebuah kesempatan.
Seseorang yang melaju paling jauh pada umumnya adalah dia
yang Ingin dan berani melakukan sesuatu
(Dale Carnegia)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntun dan membimbing langkah
hidupku
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Bapak ibu dosen Prodi Bimbingan dan Konseling
Keluarga: Bapak Bernardus dan Ibu Yosefina
Kongregasi Bruder-Bruder Santo Aloysius Gonzaga dari Semarang
Para Bruder CSA
Saudara-saudari terdekat yang selalu memberikan harapan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
Sahabat dan teman dekat BK angkatan 2013 yang saling mendukung,
memotivasi dan saling membantu satu sama lain selama ini
Dosen Pembimbing Tercinta (Dra. M. J. Retno Priyani. M. Si.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
KESULITAN PENYESUAIAN HIDUP MEMBIARA PARA POSTULAN
DI YOGYAKARTA
(Studi Deskriptif Pada Postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta
Tahun 2016/2017)
Berdinus Raja Najak
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa banyak postulan
Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 mengalami kesulitan
penyesuaian hidup membiara dan mengetahui kesulitan-kesulitan penyesuaian
hidup membiara para postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun ajaran
2016/2017 berdasarkan analisis capaian skor item-item yang tinggi
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan
penelitian populasi. Subjek penelitian adalah para postulan Kursus Bina Awal di
Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 66 orang. Instrumen
penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kesulitan penyesuaian hidup
membiara. Koefisien reliabilitas penelitian ini sangat tinggi karena menunjukkan
hasil perhitungan 0,94. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung
tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Arikunto, 2006. Pengelompokan
disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang
dengan tujuh jenjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (28) postulan
Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki kesulitan
penyesuaian hidup membiara, sedangkan sisanya sebagian besar (6) postulan
Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki kesulitan
penyesuaian hidup membiara, setengah (22) postulan Kursus Bina Awal di
Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara,
kurang dari setengah (8) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun
2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara, dan sebagian kecil
(2) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki
kesulitan penyesuaian hidup membiara. Berdasarkan analisis item-item tersebut,
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh sebagian besar postulan yaitu dalam aspek
psikologis, hidup bersama dan psiko-spiritual. Hal-hal yang berkaitan dengan
indikator spikologis yaitu bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan, hidup lepas
bebas dan pergaulan, indikator hidup bersama yaitu hidup bersama dengan orang
lain, mampu berkomunikasi dan adanya kesatuan budi dan hati, indikator psiko-
spiritual yaitu mampu mengelolah luka batin dan mampu menerima diri.
Kata Kunci: Penyesuaian, Postulan, Membiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
ADJUSTMENT DIFFICULTIES AMONG MONASTIC POSTULANTS
IN YOGYAKARTA
( Descriptive Study On Bina Awal Postulants Course in Yogyakarta
Year 2016/2017)
Berdinus Raja Najak
Sanata Dharma University
2017
This study aimed to describe how many postulants on Bina Awal
Postulants Course in Yogyakarta had difficulty adjusting to monastic life and to
know the difficulties of adjustment among monastic postulants on Bina Awal
Postulants Course in Yogyakarta year 2016/2017 based on analysis of the
achievements of items scores.
This study was a descriptive study. This study was a population study.
Subjects were postulants of Bina Awal Postulants Course in Yogyakarta
2016/2017, amounting to 66 people. The research instrument was a questionnaire
to reveal monastic adjustment difficulties. The coefficient of reliability was
significantly high because the research showed the calculation result of 0.94. The
type of questionnaire used is a direct enclosed questionnaire. The data were
analyzed based on the criteria of Arikunto, 2006. The grouping was based on
normal distribution model with seven-level grouping levels.
The results showed that more than half (28) postulants of Bina Awal
Postulants Course in Yogyakarta 2016/2017 had difficulty adjusting to monastic
life, while the rest (6) postulants had half of difficulties in adjusting to monastic,
(22) postulants Early Development Course in Yogyakarta in 2016/2017 had
difficulty adjusting monastic life, less than half (8) postulants Early Development
Course in Yogyakarta in 2016/2017 had difficulty adjusting monastic life, and a a
small number (2) of postulants of Bina Awal Postulants Course in Yogyakarta
2016/2017 had difficulty adjusting monastic life. Based on analysis of these items,
the difficulties experienced by the majority of postulants, namely the
psychological aspects, living together and psycho-spiritual. Things related to
psychological indicators were growing up within the calling accordingly and
living social life. Living together indicator such as living in a community,
communicating skill, and unity of virtue and mind. The indicator of psycho-
spiritual were ability to self-heal and self acceptance.
Keywords: Adjustment, Postulants, monastic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan rasa syukur penulis
berterima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dengan penuh sukacita, sabar dalam membimbing dan
mendampingi, dan memberikan motivasi selama penulisan skripsi.
4. Pak Sinurat, Pak Donal, Bu Retha, Bu Indah, Bu Hayu dan Pak Budi yang
telah membimbing peneliti selama masa studi di Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
5. Mas Moko yang telah sabar membantu peneliti selama mengurus
administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis tersayang Bapak Bernardus dan Ibu Yosefina
yang selalu setia dengan cinta dan kasih sayang memberikan motivasi,
nasihat, perhatian, kepercayaan, doa dan semuanya yang tak bisa peneliti
ungkapkan disini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Sr. Babtista, CB selaku Ketua Kursus Bina Awal Para Postulan di
Yogyakarta yang telah berkenan menerima dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian
8. Kongregasi Bruder-Bruder Santo Aloisius Gonzaga dari Semarang yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Para bruder CSA terutama komunitas postulan Kalasan, yang selalu setia
dengan cinta dan kasih sayang memberikan motivasi, nasihat, perhatian,
kepercayaan, doa dan semuanya yang tak bisa peneliti ungkapkan disini
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Para postulan Kursus Bina Awal Yogyakarta atas waktu dan kesediaannya
sebagai responden dalam pengumpulan data.
11. Sahabatku yang telah berjuang bersama Katerina Mangampang, Pretty
Klara Elizabeth Br Tarigan, Andrias Purwanto, Mersy Cahyati, Benedikta
Putri Indah Lestari, yang memberikan dukungan, bantuan dan semangat
selama menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma angkatan 2013, khususnya kelas B atas dukungannya
kepada peneliti selama proses menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman satu bimbingan yang berproses bersama selama
bimbingan/konsultasi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
peneliti beraharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Peneliti
Berdinus Raja Najak
DAFTAR ISI
Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................................v
ABSTRAK .............................................................................................................vi
ABSTRACT ..........................................................................................................vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................viii
HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................................ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI .........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................7
G. Definisi Istilah .............................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Penyesuaian Diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Definisi Penyesuaian Hidup Membiara.........................................10
2. Ciri-Ciri Penyesuaian Hidup Membiara ........................................11
3. Aspek-Apek Penyesuaian Hidup Membiara..................................13
B. Hidup Membiara........................................................................................27
C. Postulan Sebagai Masa Dewasa Awal.......................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................31
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian...........................................................................32
2. Waktu Penelitian ...........................................................................32
C. Subjek Penelitian .......................................................................................32
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................32
E. Keabsahan Data
1. Validitas ........................................................................................34
2. Reliabilitas ....................................................................................37
F. Teknik Analisis Data ................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .........................................................................................41
B. Pembahasan ...............................................................................................47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................54
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................55
C. Saran ..........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................57
DAFTAR TABEL
Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel 1.1 Subjek Penelitian .............................................................................3
Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas ......................................................................39
Tabel 3.2 Kategorisasi Persentase..................................................................40
Tabel 4.1 Kategorisasi Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara Para
Postulan Kursus Bina Awal Di Yogyakarta...................................41
Tabel 4.2 Item-Item Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara Para Postulan
Kursus Bina Awal di Yogyakarta yang Mendapat Skor Tinggi.....44
Tabel 4.3 Nomor Item yang Memiliki Skor Tinggi …...................................46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penyesuaian Dalam Hidup Membiara..........................59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Lampiran 2 Imput Data Awal............................................................................63
Lampiran 3 Hasil Hitung Validitas Item Dengan SKALO................................65
Lampiran 4 Hasil Hitung Reliabilitas Dengan KR 20.......................................67
Lampiran 5 Kisi-Kisi Kuesioner Penyesuaian Hidup Membiara......................69
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian........................................................................74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki peran sebagai makluk sosial di dalam kehidupan ini.
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial, apabila terdapat interaksi sosial
dalam hubungannya dengan makhluk lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu berinteraksi dengan sesama dan lingkungan untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya. Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain,
manusia perlu adanya keselarasan di antara manusia itu sendiri yang melakukan
menyesuaian.
Munculnya berbagai perilaku personal selalu berkaitan dengan
penyesuaian dalamn hidup membiara. Louisie (1989) penyesuaiana hidup
membiara merupakan suatu panggilan mendapat jawaban yang semakin jelas
melalui proses penuh pergulatan dalam hidup bersama, dalam menghayati kaul-
kaul, dalam karya kerasulan, serta dalam upaya terus-menerus mengelolah diri.
Louisie (1989) memberikan batasan penyesuaian dalam hidup membiara sebagai
proses yang melibatkan mental perilaku manusia yang bertujuan untuk mengatasi
pelbagai macam dorongan dari dalam diri untuk menghadapi tuntutan lingkungan.
Menurut Jacobs (1987) konsep penyesuaian hidup membiara sebagai
interaksi seseorang yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
dengan komunitasnya (kongregasi). Jacobs menegaskan bahwa penyesuaian hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
membiara itu berkaitan erat dengan hidup bersama, penghayatan ketiga kaul
(kemurnian, kemiskinan dan ketaatan), hidup doa dan aturan yang berlaku.
Seseorang dituntut agar mampu hidup sesuai dengan aturan-aturan dalam
komunitas, hidup bersama dan mampu menghayati kaul dan doa menjadi
kekuatan dalam hidupnya.
Berdasarkan definsisi di atas dapat di simpulkan bahwa penyesuaian hidup
membiara merupakan kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan diri,
orang lain maupun lingkungan agar tercapai tujuan yang diharapkan yaitu mampu
hidup bersama, menghayati kaul, doa menjadi spirit hidup dan mampu mengikuti
aturan yang berlaku. Orang yang mampu menyesuaikan dalam hidup membiara
dengan baik ketika ia mampu hidup bersama, menghayati kaul, memiliki hidup
rohani yang baik dan mengikuti aturan yang berlaku. Oleh karena itu penyesuaian
hidup membiara sangatlah penting bagi manusia, khususnya bagi para postulan
Kursus Bina Awal (KUBINA) di Yogyakarta.
Perlu dipahami bahwa postulan itu merupakan masa peralihan dan
perkenalan bagi calon religius agar dapat berorientasi dan mengenal kehidupan
membiara, khususnya kongregasi yang dipilih. Pada masa postulan ini, mereka
diharapkan mampu mengenal dirinya, menjadi pribadi yang dewasa,
mengembangkan nilai-nilai kepribadian, khususnya kemampuan untuk mengolah
hidup, mengarahkan emosi dan mengintegrasikan hidup rasa-perasaan yang masih
liar agar dapat memperoleh kebebasan sejati dalam diri sendiri, orang lain dan
Tuhan. Mereka juga diharapkan hidupnya benar-benar merupakan pilihan bebas
dari jawaban iman. Pada masa ini, mereka juga belajar mengenai hidup rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
agar benar-benar masuk dalam irama doa pribadi, doa bersama dan mereka juga
belajar tentang bagimana hidup sebagai seorang religius yang baik dan ajaran-
ajaran Gereja terlebin kharisma dan spiritualitas kongregasi yang dipilih
(Prasetyo, 1992).
Kursus Bina Awal (KUBINA) merupakan sebuah wadah pembelajaran
bersama untuk para calon religius kaum biarawan-biarawati yang terdiri dari
beberapa kongregasi atau tarekat. Kongregasi/tarekat yang tergabung dalam
Kursus Bina Awal (KUBINA) adalah CSA, MASF, OFM, OP, CB, PMY, SCD,
ADM, SX, RGS, PBHK, BM, FC, MTB, FJD, DAN PPYK. Kursus Bina Awal
dilaksanakan di Kampus Ilmu Pendidikan Agama Khatolik (IPAK) Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Perkuliahan/kursus bersama dilaksanakan selama
satu tahun (dua semester) dan perkuliahan/kursus dilaksanakan dua kali seminggu
yaitu hari Selasa dan hari Rabu.
Berdasarkan wawancara dari ketua dan para pendamping postulan Kursus
Bina Awal, data anggota Kursus Bina Awala (KUBINA) 3 tahun tahun terakhir
adalah
Tabel 1.1. Subjek Penelitian
No Angkatan / Tahun Masuk Keluar/Persentase
1 2013/2014 75 orang 8
2 2014/2015 75 orang 9
3 2015/2016 76 orang 13
4 2016/2017 87 orang 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa panggilan hidup membiara
dapat dikatakan semakin menurun. Pada tahap pembinaan awal yaitu masa
postulan, banyak jumlah calon religius, tetapi ketika di pertengahan, satu demi
satu calon mengundurkan diri. Hal ini terjadi hampir di semua kongregasi.
Kongregasi adalah perkumpulan para biarawan, biarawati, rohaniwan, atau
rohaniwati khatolik dari satu kesatuan khusus. Berdasarkan hasil wawancara
beberapa calon religius biarawan-biarawati yang mengundurkan diri dari hidup
membiara, kebanyakan mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan
penyesuaian dengan lingkungan atau komunitas (biara), seperti perbedaan
budaya, bahasa, rutinitas, kebiasaan dan peraturan-peraturan yang berlaku serta
merasa program pendampingan kurang menarik (tidak relevan).
Adapun hasil sharing dan wawancara dengan beberapa pendamping
postulan, masalah-masalah yang dihadapi oleh para postulan antara lain kurang
mampu hidup bersama, sering menyendiri, tidak mengikuti kegiatan komunitas
seperti rekreasi bersama, makan bersama, doa bersama, tidak mau bekerja
(mengepel, membersihkan toilet, memasak, mencuci, bercocok tanam, berbelanja
untuk kebutuhan komunitas, memberi makan ternak dll), sulit bangun pagi
sehingga tidak mengikuti doa pagi bersama, meditasi, ibadat dan ekaristi
bersama), tidak mampu melepaskan harta miliknya (hidup sederhana) seperti alat
komunikasi dan media sosial. Sering secara diam-diam paar postulan keluar dari
komunitas untuk mengakses internet (warnet) serta menolak jika mengungkit-
ungkit pengalaman sama lalu yang menyakitkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penyesuain dalam hidup membiara calon religus sangat mempengaruhi seorang
invidu untuk bertahan. Lingkungan baru bagi beberapa orang merupakan sebuah
rangsangan terjadinya kesulitan penyesuaian dalam hidup membiara. Begitu juga
dengan para calon religius (postulan) yang mengalami kecemasan, kekawatiran di
dalam lingkuangan baru (di biara) yang sangat berbeda dengan lingkungan
rumahnya/tempat tinggalnya. Ada juga calon religius (postulan) yang tidak
membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri ketika berada di biara atau
komunitas.
Menjadi seorang religius harus mampu menyesuaikan dalam hidup
membiara teruatama penghayatan ketiga kaul yaitu kaul kemiskinan, ketaatan dan
kemurnian. Menjadi seorang religius itu harus merupakan pilihan bebas atau
sendiri, harus mengikuti test seleksi dan harus memenuhi syarat yang ditentukan
oleh kongregasi. Seorang religius juga harus bisa hidup bersama, bisa
berkarya/bekerja dan bisa berdoa. Ada Indikasi bahwa kesulitan penyesusain
dalam hidup membiara di atas juga ikut mempengaruhi seseorang untuk tidak
bertahan dalam hidup membiara. Setiap kongregasi atau komunitas memiliki
aturan, karakter, semangat atau spiritualitas dan kekhasan berbeda-beda. Sebagai
calon religius dituntut agar mampu menyesuaikan dengan berbagai kehidupan di
biara. Ada sebagian calon religius yang sulit menyesuaikan dalam hidup
membiara dan ada juga yang mudah menyesuaikan dengan berbagai kehidupan di
biara/komunitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Berdasarkan keadaan dan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul “Kesulitan Penyesuaian
Hidup Membiara Para Postulan Di Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, upaya untuk
meningkatkan penyesuaian diri para calon religius, dapat diidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Persentase postulan yang mengundurkan diri dari hidup membiara cukup
signifikan
2. Menurunnya minat hidup membiara
3. Beberapa postulan mengundurkan diri dengan rasa kecewa
4. Terjadi konflik diantara anggota sekomunitas
5. Postulan merasa kurang mendapatkan pendampingan
6. Postulan mengalami kesulitan penyesuaian diri dalam hidup membiara
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan untuk mengetahui
kesulitan penyesuaian dalam hidup membiara para postulan di Yogyakarta
tahun 2016/2017.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Seberapa banyak postulan yang mengalami kesulitan penyesuaian hidup
membiara Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Apa kesulitan penyesuaian hidup membiara para postulan Kursus Bina
Awal di yogyakarta tahun 2016/2017 berdasarkan analisis item-item yang
tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan seberapa banyak potulan yang mengalami kesulitan
penyesuaian hidup membiara Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun
2016/2017
2. Mengetahui apa saja kesulitan penyesuaian hidup membiara para
postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017
berdasarkan analisis item-tem yang tinggi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan membantu
dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang ilmu Bimbingan dan
Konseling, Ilmu Teologi, Psikologi yaitu tentang penyesuaian dalam hidup
membiara para postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta 2016/2017.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para pendamping (Formator)
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengantisipasi, menyikapi
dan mampu memotivasi kaum biarawan-biarawati dalam kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
membiara dengan menyusun program pendampingan yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
b. Bagi anggota Kursus Bina Awal
Para anggota Kursus Bina Awal mampu menyesuaikan diri dengan
situasi dan keadaan di komunitas serta semakin termotivasi untuk tetap
setia menjalani panggilan hidup membiara serta kesulitan yang
dihadapi oleh mereka diketahui oleh pendamping.
G. Definisi Istilah
1. Penyesuaian Hidup Membiara merupakan kemampuan individu dalam
menghadapi tuntutan diri, orang lain maupun lingkungan agar tercapai
tujuan yang diharapkan yaitu mampu hidup bersama, menghayati kaul,
hidup rohani yang baik dan mampu mengikuti aturan yang belaku.
2. Hidup Membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang menyadari
bahwa hidupnya berada di tangan Tuhan dan membutuhkan penyerahan
diri yang total dan menyeluruh serta memungkinkan manusia untuk
mengembangkan diri dan pribadinya.
3. KUBINA (Kursus Bina Awal) merupakan sebuah wadah pembelajaran
bersama untuk para calon religius kaum biarawan-biarawati yang terdiri
dari beberapa kongregasi. KUBINA dilaksanakan di Kampus IV
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. Postulan merupakan masa peralihan dan perkenalan bagi calon religius
agar dapat berorientasi dan mengenal kehidupan membiara, khususnya
kongregasi yang dipilih. Pada masa postulan ini, mereka diharapkan
mampu mengenal dirinya, menjadi pribadi yang dewasa, mengembangkan
nilai-nilai kepribadian, khususnya kemampuan untuk mengolah hidup,
mengarahkan emosi dan mengintegrasikan hidup rasa-perasaan yang
masih liar agar dapat memperoleh kebebasan sejati dalam diri sendiri,
orang lain dan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan postulan sebagai masa dewasa awal, hakekat
penyesuaian hidup membiara, Hidup membiara dan penyesuaian Hidup
Membiara. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat dan
jelas.
A. Hakikat Penyesuaian Hidup Membiara
1. Definisi Penyesuaian Hidup Membiara
Menurut Louisie (1989) penyesuaiana hidup merupakan suatu
panggilan mendapat jawaban yang semakin jelas melalui proses penuh
pergulatan dalam hidup bersama, dalam menghayati kaul-kaul, dalam
karya kerasulan, serta dalam upaya terus-menerus mengelolah diri sesuai
dengan semangat kongregasi. Louisie (1989) memberikan batasan
penyesuaian dalam hidup membiara sebagai proses yang melibatkan
mental perilaku manusia yang bertujuan untuk mengatasi pelbagai macam
dorongan dari dalam diri untuk menghadapi tuntutan lingkungan atau
kongregasi.
Senada dengan Louisie, Jacobs (1987) mendefinisikan penyesuaian
dalam hidup membiara sebagai interaksi seseorang yang terus-menerus
dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan komunitasnya (kongregasi).
Jacobs menegskan bahwa penyesuaian hidup membiara itu berkaitan erat
dengan hidup bersama, penghayatan ketiga kaul (kemurnian, kemiskinan
dan ketaatan) dan aturan yang berlaku. Seseorang dituntut agar mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
hidup sesuai dengan aturan-aturan dalam komunitas, hidup bersama dan
mampu menghayati kaul.
Berdasarkan definsisi di atas dapat di simpulkan bahwa
penyesuaian hidup membiara merupakan kemampuan individu dalam
menghadapi tuntutan diri, orang lain maupun lingkungan agar tercapai
tujuan yang diharapkan yaitu mampu hidup bersama, menghayati kaul,
hidup rohani yang baik dan mampu mengikuti aturan yang belaku. Orang
yang mampu menyesuaikan dalam hidup membiara dengan baik ketika ia
mampu hidup bersama, menghayati kaul dan mengikuti aturan yang
berlaku.
2. Ciri-ciri Penyesuaian Hidup Membiara
Menurut Prasetya (1992) mengungkapkan bahwa ciri-ciri
penyesuaian hidup membiara yang baik sebagai berikut:
a. Kemampuan menerima kenyataan
Seseorang dikatakan termasuk dewasa apabila ia terbuka untuk
mengetahui dan menerima dirinya dan orang lain. Ia termasuk
orang yang memiliki integrasi pribadi. Orang yang mampu
menerima kenyataan antara lain ia tidak menyangkal dan
menyembunyikan kelemahannya sendiri dan kelemahan orang lain
tetapi dapat memahami dan menerimanya. Ia juga mampu
membedakan antara semangat, cita-cita, dan spiritualitas oarng
tertentu dan kemampuan real untuk mewujudkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Memiliki cinta yang tidak egois
Cinta yang tidak egois adalah cinta yang melampaui personalisme
dan tidak menuntut apa-apa bagi diri sendiri (tanpa pamrih). Oleh
karena itu, orang yang memilikinya tidak akan mudah frustrasi jika
cintanya tidak dihargai, diterima, tidak terbalaskan, tidak
mendatangkan kepuasan hati. Cinta tanpa pamrih selalu
menomorsatukan nilai cinta Kristus dan cinta ini bukanlah semata-
mata digerakan oleh dorongan spikologis.
c. Sikap realistis
Sikap realistis yang dimaksud adalah berhubungan dengan
pelaksanaan nilai dan sikap hidup panggilan. Orang yang
memilikinya akan tahu bagaimana membedakan mana yang hakiki
dan tidak, mana fakta dan prinsip, ia juga tahu kapan harus
berbicara dan kapan harus diam.
d. Mampu mempercayai orang lain
Mampu mempercayai orang lain merupakan sikap dasar yang
muncul dari kepercayaan terhadapo diri sendiri. Orang karena itu,
orang semacam ini akan mampu hidup bersama tanpa kegelisahan
dan tanpa kekerasan, kemarahan yang tidak perlu, apalagi
kekejaman. Dengan demikmian ia pun akan merasa bebas untuk
memberi dan menerima dari hidup bersama yang makin
mamperkaya kepribadiannya sendiri. Ia tidak mendominasi palagi
merendahkan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
e. Memiliki kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri
Orang yang percaya diri tidak hanya dalam hal-hal yang telah
dialami tetapi juga hal-hal yang masih diusahakannya. Jika ia
mengalmi kegagalan ia tetap memiliki semangat pembaharuan
terus-menerus sebelum persoalan baru datang lagi. Ia akan selalu
siap meperbaiki diri, bangkit lagi untuk memperbaharui dirinya
sejauh mungkin atas dasar rahmat dan kemampuan dirinya.
f. Relasi sosial yang berciri dependibility
Orang yang memiliki sikap dependibility adalah orang yang
memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan, mampu
bertanggungjawab, mampu menyesuaikan diri dengan orang lain
tanpa merasa terancam, dan memiliki kepekaan untuk menentukan
diri atas dasar pertimbangan objektif tentang dirinya sendiri dan
orang lain.
3. Aspek-Aspek Penyesuaian Hidup Membiara
Menurut Prasetya (1992) mengungkapkan bahwa penyesuaian
hidup membiara yang baik meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
a. Kebutuhan psikologis
1) Bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan
Jika seseorang belum bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan dan
masih berorientasi pada kesenangan duniawi maka, akan
berpengaruh dalam kehidupan membiaranya. Pengaruh tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tampak dalam kesulitan untuk membatinkan nilai panggilan, dalam
hidup bersama, hidup karya kerasulan atau pekerjaannya. Orang
yang mampu bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan adalah orang
yang bersikap dewasa dalam segala hal, peka terhadap situasi, tahu
menempatkan diri seperti: mengikuti doa bersama di komunitas,
selalu membuat refleksi setiap hari, dan menjaga keheningan dan
ketenangan. Sedangkan orang yang belum menghidupi dan
menumbuhkan nilai-nilai panggilan adalah mencari kesempatan
untuk menonjolkan diri, menyukai suasana yang meriah/ramai, ia
selalu bercanda terus-menerus tanap melihat situasi, suka mengatur
orang lain. Contoh: Hidup di dalam biara ada aturan yang harus
ditaati. Salah satu aturan adalah pukul 18:00 adalah waktunya
hening dan tidak boleh ribut, tetapi pada saat jam hening tersebut ia
selalu ribut, berbicara yang keras, tertawa terbahak-bahak. Intinya
bahwa ia membuat keributan dan tidak manjaga heningan pada saat
jam hening yang telah ditentukan bersama. Menjadi seorang yang
memilih hidup dalam biara harus mampu menghidupi dan
menumbuhkan nilai-nilai panggilan di dalam hidupnya dan mampu
menempatkan diri serta bersikap dewasa dalam segala hal. Orang
yang mampu menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang
yang mampu bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2) Hidup lepas bebas
Orang yang mampu hidup lepas bebas adalah orang yang tidak
terikat pada seseorang maupun keluarga, mau melakukan apa saja
tanpa ada motif yang tersembunyi, mampu hidup sederhana atau
apa adanya, tidak ada beban dalam menjalani pilihan hidup saat ini.
Sedangkan orang yang tidak mampu hidup lepas bebas adalah
orang yang selalu gelisah, kurang mampu mengendalikan
dorongan perasaan. Contohnya: seseorang yang telah memutuskan
untuk hidup membiara (menjadi bruder atau suster atau frater),
tetapi ia masih sering memikirkan keluarganya. Ia masih sering
ingat keluarga dan tidak bisa tinggal jauh dari orang tua. Hal seperti
ini jika dibiarkan maka, hidupnya tidak akan tenang dan ada
indikasi tidak akan betah tinggal di dalam biara. Menjadi seorang
yang telah menentukan pilihan hidupnya saat ini harus mampu
melepaskan segala keterikatan baik itu dengan keluarga maupuan
harta benda. Orang yang mampu menyesuaikan dalam hidup
membiara adalah orang yang mampu hidup lepas bebas tanpa ada
ikatan dengan siapapun .
3) Kemampuan dalam pergaulan
Orang yang tidak memiliki kemampuan dalam bergaul dengan
orang lain maka, akan berdampak buruk dalam hidup dengan orang
lain. Pergaulan yang baik dengan orang lain akan membuat
seseorang merasa nyaman dan bahagia. Orang yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bergaul dengan orang lain adalah selalu bersosialisasi dengan orang
lain tanpa membeda-bedakan. Sebaliknya orang yang kurang
mampu bergaul dengan orang lain akan sering mengurung diri,
menarik diri, tidak mau bergaul dengan siapa pun kecuali dengan
mereka yang menuruti kehendaknya, bergantung pada orang lain,
suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya,
membangun hubungan yang eksklusif dengan seseorang. Contoh:
ketika rekreasi bersama, ia tidak mau ikut, dan orang lain selalu
bercanda, bercerita bersama, ia tidak mau bergabung dan sukanya
menyendiri. Orang yang mampu menyesuaikan dalam hidup
membiara adalah orang yang mampu bergaul dengan siapa saja
tanpa membeda-bedakan.
b. Hidup bersama
1) Hidup bersama dengan orang lain
Komunitas terdiri dari berbagi pribadi dan karakter baik itu
pemimpin maupun anggotanya. Mereka bersatu karena memiliki
tujuan yang sama. Di dalam hidup berkomunitas setiap anggota
dituntut untuk mampu menjalankan fungsi dan peran masing-
masing dengan sikap kedewasaan dan relasi yang baik antara
pemimpin dengan anggotanya. Perlu dipahami bahwa setiap
komunitas memiliki cara dan gaya hidup yang berbeda-beda.
Masing-masing anggota mempunyai cara berpikir, cara merasakan,
cara bertindak yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
hidup bersama perlu berhati-hati karena memungkinkan terjadi
konflik, beda pendapat, persepsi yang salah, saling mengkritik,
terjadi kesenjangan antara anggota satu dengan yang lain serta
kurangnya kehangatan dalam berelasi. Hal ini akan semakin parah
jika masing-masing anggota berjalan sendiri seturut keinginannya
sendiri. Hidup bersama yang baik adalah saling mendukung dan
melengkapi, menciptakan suasana yang harmonis, tidak ada
kesenjangan antara satu dengan yang lain, peka dan tanggap
terhadap kebutuhan orang lain. Contohnya: ada anggota yang
sedang sakit dan sangat membutuhkan bantuan orang lain. Sebagai
saudara di dalam satu komunitas, harus peka dan tanggap bahwa
saudaraku sedang sakit dan membutuhkan bantuan. Oleh karena
itu, saya harus membantu saudaraku. Orang yang mampu
menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang yang mampu
hidup bersama dengan orang lain.
2) Komunikasi
Komunikasi yang baik dan saling mendukung sangat dibutuhkan
dalam hidup bersama. Komunikasi dimanfatkan untuk kepentingan
bersama bukan untuk kepentingan pribadi. Dalam hidup bersama
tentunya membutuhkan relasi yang sehat dan tidak kaku serta tidak
hanya mengandalkan aturan ketat dan disiplin yang ditentukan
secara otoriter atau ditafsirkan secara sepihak oleh pemimpin
maupun seorang anggota saja. Di dalam kehidupan bersama perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
adanya komunikasi. Misalnya, jika ada informasi segera
disampaikan kepada anggota yang lain, menggunakan kata-kata
yang sifatnya mendukung, mengatakan apa adanya (jujur) dengan
anggota yang lain dan mengambil keputusan harus ada dialog atau
kesepakatan bersama. Contohnya: pemimpin membuat aturan baru
yaitu jika pada saat makan tidak boleh mengunakan alat
komunikasi. Aturan tersebut dibuat dan diputuskan sendiri oleh
pemimpin tanpa ada dialog dengan anggota yang lain. Meskipun
pemimpin mempunyai kekuasan atau hak, tetapi perlu adanya
dialog dan kesepatan bersama dengan anggota yang lain. Orang
yang mampu menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang
yang mampu mengkomunikasikan atau berkomunikasi dengan
semua anggota.
3) Kesatuan budi dan hati
Kesatuan persaudaraan dan jalinan cinta kasih dalam komunitas
merupakan tumpuan untuk bertumbuh dalam panggilan hidup
membiara. Dengan kesatuan persaudaran dan jalinan cinta kasih
akan membantu membentuk identitas pribadi dan perwujudan nilai.
Dengan adanya kesatuan budi dan hati maka ia akan saling
mendukung, saling menghargai, mendengarkan orang lain yang
sedang berbicara, tidak menang sendiri, saling menerima kelebihan
dan kekurangan, tidak terjadi ketegangan antar pemimpin dan
anggota dan anggota dengan anggota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Jika semua ini dijalankan oleh setiap anngota komunitas, maka
kesatuan budi dan hati akan terasa dan terwujud. Dengan adanya
kesatuan budi dan hati maka akan tercipta keharmonisan, kerukunan
dan kedamaian di antara semua anggota komunitas. Contohnya: di
dalam komunitas jika salah satu anggota komunitas membutuhkan
bantuan (sedang mengalami masalah), maka anggota yang lain
membantu. Penyesuaian dalam hidup membiara yang baik adalah
adanya kesatuan budi dan hati antara pemimpin dengan anggota dan
anggota yang satu dengan yang lain.
c. Kebutuhan psiko-spiritual
1) Menerima dan mengolah luka batin
Dengan adanya pengolahan hidup, seseorang diajak untuk melihat
kembali perjalanan pengalaman hidupnya dan berusaha untuk
menerima dan mengolahnya. Pengalaman-pengalaman hidupnya baik
itu yang positif (hal yang menyenangkan) maupun pengalaman yang
negatif yang menyakitkan (luka batin). Pengalaman yang positif
dikembangkan sedangkan yang negatif diolah agar menjadi lebih baik
sehingga tidak menghambat proses perjalanan hidup membiaranya.
Cara pengolahannya dengan berefleksi dan bermeditasi. Orang yang
dikatakan mampu menerima dan mengolah luka batinnya apabila ia
bisa menerima dan berdamai dengan pengalaman masa lalu yang
menyakitkan, mau menggali masa lalunya yang menyakitkan, mau
merefleksikan dan bermeditasi tentang pengalaman masa lalunya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyakitkan serta mau menuliskan kembali pengalaman perjalanan
hidupnya. Contohnya: seseorang yang mengalami luka batin dengan
ayahnya sewaktu di SD karena sering dipukul. Pengalaman dipukul ini
membuat individu tersebut mengalami luka batin sehingga ia sangat
membenci ayahnya. Hal ini jika tidak diolah dengan baik maka ketika
masuk biara dan bertemu dengan sosok yang mirip dengan ayahnya, ia
akan merasa tidak nyaman, dan rasa benci itu akan muncul lagi.
Penyesuaikan dalam hidup membiara yang baik adalah orang yang
mampu menerima masa lalunya yang menyakitkan dan mau diolah.
2) Penerimaan diri
Proses penerimaan diri tidak selalu mudah. Olehh karena itu, salah
satu cara yang dilakukan agar bisa menerima dirinya adalah dengan
pembinaan. Tujuan pembinaan adalah untuk membuka kedok diri atau
sesuatu yang tersembunyi di dalam dirinya agar ia mampu
menerimanya sebagai kenyataan real dan perlu diolah selama masa
pembinaan. Orang yang mampu menerima dirinya adalah mau
menerima kekurangan dan kelebihannya, selalu bersyukur dengan apa
yang dimiliki, menghargai hasil karya sendiri, selalu percaya diri,
optimis dengan apa yang dimiliki dan dilakukan. Contohnya:
seseorang yang memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang kecil. Ia
menyadari bahwa ia memiliki bentuk dan ukuran tubuh yang kecil dan
berbeda dengan teman-teman yang lain. Hal ini membuat dia menjadi
pribadi yang minder dan pesimis. Ia sering tidak berani tampil di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
depan umum, tidak mau bergaul dengan orang lain. Hal ini
dikarenakan ia belum mampu menerima dirinya bahwa ia memiliki
bentuk dan ukuran tubuh yang kecil. Pribadi seperti ini yang perlu
diolah dan dibantu agar ia mampu menerima dirinya dan menjadi
pribadi yang percaya diri dan optimis. Orang yang mampu
menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang yang mampu
menerima dan mensyukuri dirinya.
3) Mengubah diri
Orang yang mampu mengubah dirinya apabila ia mengenal kenyataan
dirinya saat ini dan mampu menerimanya. Tanda orang yang
mengalami perkembangan rohani dan semakin dewasa jika seseorang
mampu menerima kenyataan dirinya. Proses ini biasanya ditandai
dengan adanya pertobatan yang mendalam dan mewaspadai
kecendrungan emosional yang bertentangan dengan nilai-nilai
panggilan. Jika seseorang dikatakan mampu menerima dirinya ketika
ia mampu menerima masukan dan kritikan dari orang lain, memiliki
keinginan yang kuat untuk berubah, rajin berdoa, rajin berefleksi dan
mampu bersikap tegas terhadap godaan. Contohnya: seseorang
menyadari dirinya bahwa saat ini ia memiliki banyak kekurangan dan
kekurang itu sering menghambat dirinya seperti sulit bangun pagi.
Jika ia tidak mau mengubah dirinya, maka hal ini akan berdampak
negatif bagi dirinya maupun orang lain. Jika dalam proses perjalanan
mendapat bantuan dan bimbingan dari teman-temannya maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pembimbingnya tetapi ia tidak memiliki keinginann untuk berubah,
maka apa yang dilakukan dan diusahakan oleh orang lain akan sia-sia.
Hal ini kan berdampak pada kehidupan membiaranya (hidup dalam
komunitas/biara). Orang yang mampu menyesuaikan dalam hidup
membiara adalah orang yang mau dan mampu mengubah dirinya.
d. Latar belakang yang berbeda
1) Hidup tekun (tidak bersarang dalam biara)
Orang-orang yang tidak dewasa dan tidak siap untuk membatinkan
serta menghayati nilai-nilai panggilan, secara diam-diam dan tanpa
disadari, hidupnya dipakai untuk mencari kesenangan dan kepuasan
saja. Mereka memiliki keinginan yang kuat tinggal di biara tetapi
hanya sekedar bersarang (numpang hidup). Oleh karena itu, mereka
tidak bertumbuh di dalam keutamaan-keutamaan hidup religius.
Mereka masih memiliki keinginan untuk menjadi iman, suster, bruder,
frater tetapi sekedar bersarang saja dan sama sekali tidak produktif
dan konsumtif. Apa yang dilakukan hanya menguntungkan diri
sendiri. Orientasi kegiatan yang dilakukan hanya untuk mencari
pemuasan diri. Misalnya: mencari kegiatan atau pekerjaan yang
sifatnya menguntungkan dirinya, mengikuti semua aturan untuk
mencari aman saja, menghindari hal-hal yang sifatnya berat dan rumit.
Contohnya: seseorang yang masuk biara karena ingin makan yang
enak. Ia merasa dan yakin bahwa menjadi bruder, suster, frater itu
makannya yang enak-enak dan terjamin hidupnya. Oleh karena itu ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
memutuskan untuk hidup membiara. Di dalam biara orientasi
utamanya hanya ingin makan enak dan tidak secara sungguh-sungguh
menghidupi dan mendalami nilai-nilai panggilan. Ia selalu mengikuti
semua kegiatan di komunitas tanpa mengalami kesulitan karena ia
mampu. Ia hanya mencari yang enak dan menyanangkan sedangkan
yang tidak menyenangkan ia akan menghindari. Orang yang mampu
menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang yang mampu
hidup tekun (tidak bersarang dalam biara).
2) Keyakinan yang kuat terhadap pilihan (bukan hidup dalam
kebingungan)
Menjadi Orang-orang yang mengalami kebingungan dan terombang
ambing oleh daya tarik di luar biara dan apa yang mereka pikirkan
sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka mempunyai
kemampuan untuk melihat nilai yang baik, tetapi tidak memiliki
kemampuan untuk memilih dan menghayati. Di dalam
biara/komunitas, selalu mengalami kegelisahan dan kebingungan
terus-menerus dan memiliki dorongan ingin meninggalkan
biara/komunitas daripada menderita. Ia menyadari dan meyakini
bahwa di dalam biara/komunitas bukanlah tempat yang sesuai untuk
mengikuti Allah. Seseorang yang telah mengambil keputusan dan
pilihan dalam hidupnya harus bertanggungjawab dan bekomitmen
dengan keputusan dan pilihannya. Ia seharus yakin dan percaya akan
pilihan dan keputusannya saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Contohnya: seseorang yang sebelum masuk biara/komunitas, ia
memiliki pandangan dan keyakinan bahwa menjadi seorang religius
itu tidak ada konflik, hidup yang tenang dan rukun, tetapi ketika telah
berada di dalam biara/komunitas, ia menemukan ada konflik. Ia
mengalami kegelisahan dan kebingungan yang berlebihan karena
tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Di dalam biara/komunitas
terjadi konflik dan kurang merasakan kedamaian, oleh karena itu ia
memutuskan untuk meninggalkan biara/komunitas. Orang yang
mampu menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang yang
memiliki keyakinan yang kuat terhadap pilihan (bukan hidup dalam
kebingungan).
3) Mengendalikan diri
Orang-orang yang tidak mampu mengendalikan diri karena kurang
mampu mengendalikan amarah. Kadang emosi membuat sesorang tak
terkendali. Amarah sebenarnya dikarenakan adanya pikiran negatif
terhadap sesuatu hal sehingga pikiran itu berkelanjutan dan membuat
orang kurang mampu mengendalikan dan mengontrol diri. Dalam
keadaan tertentu kita kadang sulit untuk mengendalikan diri sendiri di
mana banyak hal yang membuat ingin marah dan berontak. Orang
yang tidak mampu mengendalikan diri adalah orang yang mudah
marah, mudah tersinggung, keras kepala, melakuakn kegiatan
melebihi batas waktu karena senang dan nyaman (lupa waktu),
mengucapkan atau menggunakan kata-kata yang tidak sopan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kasar serta kadang menggunakan kekerasan fisik (kontak fisik). Orang
yang mampu menyesuaikan dalam hidup membiara adalah orang yang
mampu mengendalikan dirinya.
e. Pembimbing
1) Bersikap adil dan merata
Apabila terjadi perlakuan yang tidak adil dan merata antara
pembimbing dan anggota di dalam komunitas maka, akan
menimbulkan permasalahan antar anggota dengan pembimbing.
Seorang pembimbing harus mampu bersikap adil dan merata dengan
semua anggota di dalam komunitas. Dengan adanya sikap
pembimbing yang tidak adil dan merata, maka akan membuat anggota
tidak bertahan atau betah di dalam komunitas. Seorang pembimbing
yang baik apabila tidak ada perlakuan anak emas dan anak tiri di
dalam komunitas, memberi perhatian secara merata, membangun
relasi yang merata dengan semua anggota. Sebaliknya pembimbing
yang tidak baik apabila mengajak diskusi hanya dengan orang tertentu
saja, hanya membela orang-orang tertentu saja, hanya meminta
bantuan dengan orang-orang tertentu saja. Sebagai seorang
pembimbing yang baik, seharusnya mampu bersikap adil dan merata
terhadap semua anggota di dalam komunitas. Orang yang mampu
menyesuaiakan dalam hidup membiara adalah ia harus mampu
memahami dan menerima segala tutur kata, sikap, tindakan serta
mampu bersikap adil dan merata terhadap semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Menjadi teladan bagi orang lain
Secara tidak sengaja kadang-kadang sikap dan perilaku pembimbing
tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Pembimbing kadang hidup
dalam dua arus yaitu sikap dan tutur kata di depan anak bimbing
tampaknya meyakinkan, tetapi dari sumber lain anak mendengar
tentang kesaksian hidup pembimbing yang tidak konsisten sehingga
mengurangi kepercayaan terhadap pembimbing. Seharusnya
pembimbing yang baik adalah pembimbing yang mampu bersikap dan
berperilaku sesuai dengan apa yang diucapkan dan mampu menjadi
teladan bagi orang lain, di dalam biara maupun di luar biara selalu
bersikap baik, selalu melakukan apa yang dikatakannya, dan selalu
disiplin waktu.
Contohnya: pembimbing menjarkan disiplin kepada anak bimbing,
maka pembimbing juga harus disiplin, pembimbing mengajarkan agar
tidak mudah marah maka pembimbing juga tidak mudah marah.
Sebaliknya pembimbing yang kurang baik adalah pembimbing yang
sikap dan perilaku tidak sesuai dengan apa yang diucapkan dan
diajarkan. Contohnya: pendamping selalu menyalahkan anggotanya,
suka memarahi anggotanya, dan selalu aktif di luar komunitas. Orang
yang mampu menyesuaiakan dalam hidup membiara adalah ia harus
mampu menerima dan memahami segala sikap, tindakan, tutur kata
serta mampu menjadi teladan bagi orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
B. Hidup Membiara
Menurut Jacobs (1987) hidup membiara merupakan ungkapan hidup
manusia, yang menyadari bahwa hidupnya berada di tangan Tuhan. Agar
hidupnya dapat diungkapkan secara padat dan menyeluruh, orang melepaskan diri
dari segala urusan hidup berkeluarga. Hidup membiara menuntut suatu
penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh. Cara hidup ini sangat
memungkinkan manusia untuk mengembangkan diri dan pribadinya. Hidup
membiara mempunyai amanahnya sendiri, yakni: menunjukkan dimensi hadirat
Allah dalam hidup manusia.
Inti hidup membiara adalah persatuan erat dengan Kristus. Tanpa
persatuan dengan Kristus, hidup membiara akan rapuh karena tidak memiliki
dasar. Seorang biarawan/biarawati (romo, suster, bruder, frater) hendaknya terus
menerus mengusahakan persatuan erat dengan Kristus dan menerima pola hidup
Kristus secara radikal (sampai ke akar-akarnya) bagi dirinya. Inti hidup Kristus
didasarkan pada cinta Allah sendiri. Demi cinta-Nya kepada manusia, Allah
mengutus Putera-Nya ke dunia untuk mewartakan, menjadi saksi, dan
melaksanakan karya keselamatan-Nya bagi manusia.
Menurut hukum gereja, seorang biarawan-biarawati adalah orang yang
mengikat diri dengan ketiga kaul (kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan), dan
hidup dalam suatu kongregasi/komunitas. Orang yang mau hidup dalam biara
harus bisa hidup bersama dalam suatu komunitas, mampu menghayati ketiga kaul
(kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan) dan menjadi saksi Kristus
(Harjawiyanto, 1983: 10, 11). Sorang biarawan-biarawati mengikrarkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kaul maka ia telah diterima dalam hidup membiara. Hidup membiara
membutuhkan kesetiaan, komitmen dan tanggungjawab terhadap pilihan atau
keputusan.
Mengikrarkan ketiga kaul merupakan sebuah keharusan dan kewajiban bagi
seorang biarawa-biarawati di dalam hidup membiara. Kaul adalah janji yang
dipertimbangkan dengan bebas mengenai sesuatu yang lebih baik dan terjangkau
yang dinyatakan kepada Allah, harus dipenuhi demi keutamaan religi. Yang
dimaksud dengan kaul kemurnian adalah melepaskan hak-haknya untuk hidup
berkeluarga demi Kerajaan Allah. Inti kaul kemurnian bukanlah tidak kawin,
melainkan penyerahan diri secara menyeluruh kepada Kristus, yang dinyatakan
dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan terus-menerus berusaha
mengarahkan diri kepada Kristus, terutama melalui hidup doa. Kaul kemiskinan
adalah melepaskan hak untuk memiliki harta benda atau kekayaan dan bersikap
lepas-bebas terhadap harta benda (tidak lekat tak teratur terhadap barang-barang
duniawi seperti: kekayaan, keluarga, saudara, teman, dll). Sedangkan Kaul
ketaatan adalah memutuskan melepaskan kemerdekaannya dan taat kepada
pimpinannya yang merupakan manifestasi pribadi Kristus (Ridick, Joyce, 1987).
Dalam hidup membiara, Hidup berkomunitas merupakan sebuah keharusan
yang harus dijalani. Komunitas adalah satu dari sejumlah tempat berkumpulnya
manusia baru yang hidup bersama dalam kedamaian, kegembiraan, dan
kebahagiaan para anggota biarawan-biarawati menjalani hidup persaudaraan
dalam komunitas menurut ketentuan khusus kongregasi masing-masing. Masing-
masing kongregasi memiliki aturan dan tradisi yang berberda-beda dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bersama/berkomunitas. Hidup bersama adalah usaha utama untuk mewujudkan
Kerajaan Allah. Apa yang dimiliki oleh setiap anggota adalah milik bersama dan
setiap anggota dituntut agar bisa hidup besama dengan orang lain.
Untuk mampu hidup berkomunitas yang baik, setiap anggota melepaskan
segala sikap gila hormat dan mementingkan diri sendiri dan berusaha untuk saling
menghargai, menghormati, saling mendukung, membangun komunikasi yang
baik, jujur dan saling percaya. Anggota komunitas yang baik adalah mampu
mengikuti setiap kegiatan komunitas seperti: doa bersama, makan bersama,
rekreasi bersama, rapat komunitas bersama, rekoleksi bersama dan lain-lain.
Di dalam hidup membiara seseorang dituntut menjadi saksi Kristus. Setiap
anggota memberikan kesaksian akan Kristus dan gereja. Kesaksian ini disesuaikan
dengan ciri dan tujuan kongregasi masing-masing. Pada umumnya kesaksian
biasanya diungkapkan dengan pekaian kebiaraan/jubah yang dikenakan dalam
berbagai kegiatan resmi seperti: memimpin ekaristi, memimpin ibadah, membagi
komuni, menghadiri acara remi gereja dan lain-lain).
Yesus menjalankan tugas perutusan-Nya secara sempurna dan radikal
dengan menyerahkan diri secara total kepada Bapa-Nya, memiliki dan
menggunakan harta benda hanya sejauh diperlukan untuk melaksanakan karya-
Nya, dan taat kepada Bapa-Nya sampai wafat di kayu salib. Pola hidup semacam
itulah yang hendaknya dihayati oleh seorang biarawan/biarawati di dalam hidup
hidup membiara, sebagai tanda persatuan dengan Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Postulan Sebagai Masa Dewasa Awal
Menurut Hurlock (1980) Masa dewasa awal adalah masa awal seseorang
dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memenuhi kehidupannya
memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia
kerja (berkarier) dan mampu mengengembangkan nilai-nilai baru sesuai dengan
tugas baru. Masa dewasa awal juga merupakan masa pencarian kemantapan dan
masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perbuhan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Pada masa ini persoalan yang dihadapi seperti persoalan
pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya. Seseorang dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru. Demikian pula penyesuaian diri
sangat dibutuhkan oleh para postulan yang tinggal di komunitas (biara) karena
mereka mengalami keadaaan dan situasi yang baru dan apabila para postulan yang
tinggal di komunitas (biara) memiliki penyesuaian diri yang baik maka akan
tercipta kenyamanan dan kebahagiaan. Masa dewasa awal menuntut penyesuaian
diri yang baik dengan lingkungan baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
subjek penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrument penelitian, vadilitas
dan realibilitas dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2013) penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara Random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah digunakan.
Penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang
lain. Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan
data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan
metode statistik yang digunakan (Sugiyono, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Universitas Sanata Dharma
Kekhususan Pendidikan Agama Khatolik, yang beralamat di Jl. Achmad
Jazuli 2, Kota Baru, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2017.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan subjek penelitian pada
para postulan Kursus Bina Awal yang berjumlah 66 orang. Pemilihan subjek
berdasarkan data dari setiap kongregasi yang tergabung dalam Kursus Bina
Awal, hasil wawancara dengan ketua, para pendamping dan mantan calon
religius (postulan). Populasi penelitian ini adalah seluruh postulan Kursus
Bina Awal di Yogyakarta. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Etta, dkk 2010). Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
angket. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner kesulitan penyesuaian hidup membiara. Kuesioner merupakan sebuah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugyono, 2013). Jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama memuat tentang tujuan dan petunjuk kuesioner,
sedangkan bagian kedua memuat pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan penyesuaian hidup membiara para
Potulan Kursus Bina Awal. Angket yang disusun menggunakan skala Guttman.
Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2013).
Item-item angket ini disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian hidup
membiara. Aspek-aspek penyesuaian hidup membiara ini telah dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing. Kisi-kisi kuesioner Penyesuaian Hidup Membiara
terlampir.
Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala Guttman. Skala
Guttmal digunakan untuk mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2013). Hal ini sudah spesifik
dijelaskann oleh peneliti, selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Variabel penelitian dijabarkan menjadi sub variabel, dan sub variabel dijadikan
sebagai indikator yang dijadikan item-item pernyataan untuk mengungkap
variabel penelitian.
Instrumen penelitian ini menyediakan 2 alternatif jawaban yaitu Ya atau
Tidak. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu
dan terendah nol. Misalnya, jwaban setuju diberi skor 1 dan jawaban tidak
setuju diberi skor nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Responden diminta untuk menjawab penyataan-pernyataan yang
terdapat pada kuisioner kesulitan penyesuaian hidup membiara dengan memilih
salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda
(√). Scoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada
masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka
semakin tinggi pula kesulitan penyesuaian hidup membiara, sebaliknya
semakin rendah jumlah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula
kesulitan dan tingkat penyesuaian hidup membiara.
E. Keabsahan Data
Setelah jenis intrumen ditentukan, langkah selanjutnya adalah menguji
validita dan reliabilitas instrumen. Instrumen yang baik harus memenuhi
persyaratan valid dan reliabel. Untuk itu penyusun mengadakan uji validitas
dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum instrumen tersebut digunakan dalam
penelitian.
1. Validitas
Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat yang bersangkutan memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud pengukuran. Salah satu alat ukur yang valid, tidak
sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar,
2011). Validitas yang diuji untuk instrument penelitian ini adalah
validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui
pengujian terhadap isi alat ukur ini dengan analisis rasional dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
profesional judgement (Azwar, 2011).
Dalam penelitian ini, instrument penelitian dikonstruksi
berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya
dikonsultasikan pada ahlinya (dosen pembimbing). Hasil konsultasi dari
ahli dilengkapi dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan
skor-skor tiap item instrument terhadap skor-skor total aspek dengan
teknik Koefisien Reprodusibilitas menggunakan aplikasi spreadseet
LibreOffice Calc dengan program SKALO (Progran Analisisn Skala
Guttman), menurut Rianse dan Abdi (2008:157). Rumus Koefisien
Reprodusibilitas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n = total kemungkinan jawaban, yaitu jumlah pertanyaan x jumlah
responden.
e = jumlah eror.
Kr = koefisien reprodusibilitas.
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas yaitu apabila
koefisien reprodusibilitas memiliki nilai > 0,90.
Koefisien Skalabilitas (Ks)
Keterangan rumus:
e = jumlah kesalahan/nilai error
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
k = Jumlah kesalahan yang diharapkan = c (n-Tn)
dimana c adalah kemungkinan mendapatkan kesalahan yang benar.
Karena jawaban adalah “Ya’ dan “Tidak”, maka c adalah 0,5.
n = Jumalah jawaban yang benar = jumlah pernyataan x jumlah
responden.
Tn = Jumlah jawaban pilihan
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien
skalabilitas memiliki nilai >0, 60
Setelah penyusun melaksananakan uji instrument, didapatkan hasil dari
jumlah responden 66 orang dengan jumlah potensi salah sebesar 3960 dan jumlah
eror sebesar 690 dengan koefisien Reprodusibilitas 0,825 dan koefisien
Skalabilitas 0,651. Untuk perhitungan secara praktis koefisien Reprodusibilitas
dan koefisien Skalabilitas, penyusun menggunakan aplikasi spreadseet
LibreOffice Calc dengan program SKALO (Progran Analisisn Skala Guttman),
hasil perhitungan terlampir. Adapun perhitungannya secara manualnya yaitu
sebagai berikut:
Koefisien Reprodusibilitas (Kr)
= 1 -
= 1- 0, 174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
= 0.82
Skala yang memiliki nilai Kr >90 dianggap baik, karena nilai dari hasil
perhitungan ini 0,82 maka koefisien Reprodusibilitas untuk hasil uji instrument ini
dianggap hampir memenuhi.
Koefisien Skalabilitas (Ks)
1-
= 1-
= 1-
= 1–0.35
= 0,65
Dalam perhitungan koefisien Skalabilitas, jika nilai Ks >60 maka dianggap
baik untuk digunakan dalam penelitian. Karena dalam perhitungan ini
menghasilkan sejunlah 0,65 maka koefisien Skalabilitas ini baik digunakan
untuk penelitian.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan instrument yang
benar sesuai dengan kondisi di lapangan. Menurut Arikunto (2006)
“instrument yang reliabel adalah instrument tersebut cukup baik,
sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya”. Pengujian
reliabilitas dalam uji instrument ini adalah dengan internal consistency,
yaitu dilakukan dengan cara mengujicobakan sekali saja, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
setelah data dipeoleh lalu dianalisis dengan teknik tertentu. Uji
reliabilitas ini dengan menggunakan KR 20 (Kuder Richardson), adapun
rumusnya sebagai berikut :
{ ∑
}
Keterangan :
k = jumlah item dalam instrument
Pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
Qi = 1 – Pt
= Varian total
Rumus KR 20 digunakan karena skor yang diperoleh skor
dikatomi 1 dan 0, adapun hasil uji reliabilitas instrument dengan KR 20
terlampir.
Rumus KR 20 :
{ ∑
}
=
{
}
=
{
}
= 1,02 x 0,93
= 0,94
Maka dengan demikian didapatkan hasil uji realibilitas sebesar 0,94
kemudian dimasukan ke dalam tabel kriteria reliabilitas Arikunto
(2006). Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa reliabilitas sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tinggi untuk digunakan dalam penelitian.
Tabel.3.1
Kriteria Reliabilitas (Arikunto,2006)
Nilai Kriteria
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71- 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,04 Rendah
-1,00 - 0,20 Sangat rendah
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013) analisis data merupakan kegiatan setelah
seluruh responden atau sumber data terkumpul. Setelah melakukan penelitian
dengan pengumpulan data-dari reponden, kemudian peneliti melakukan
analisis data. Data yang didapatkan oleh peneliti adalah data mentah yang
berisi jawaban dari responden mengenai permasalahan yang diteliti. Alah satu
tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan seluruh data dan kemudian
disajikan dalam susunan yang sistematis, setelah itu ditafsirkan atau
memaknai data yang didapat.
Data yang diperoleh peneliti bersifat kuantitatif dengan skala Guttman
sehingga perlu diolah untuk proses penarikan kesimpulan. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik hitung analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan variabel penelitian dalam pengukuran dan tidak
menggunakan statistik inferensial karena tidak ada hipotesis dalam penelitian
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persentase. Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari
berbagai frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan
100 % (Bugin, 2011). Adapun rumus sebagai berikut :
P =
× 100 %
Keterangan rumus:
P = prosentase
f = frekunsi dari setiap jawaban yang dilpilih
n = jumlah
100 % = konstanta
Selanjutnya persentase yang diperoleh dikategorisasi sesuai yang
disajikan dalam tabel 3.4.
Tabel 3.2
Kategorisasi Persentase (Bungin, 2010:177)
Persentase Kategori
100 % Seluruhnya
76 % – 99 % Sebagian besar
51 % - 75 % Lebih dari setengah
50 % Setengah
26 % - 49 % Kurang dari setengah
2 % - 25 % Sebagian kecil
0 – 1 % Tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan dengan
menggunakan data statistik yang kemudian dideskripsikan dalam uraian kesulitan
penyesuaian dalam hidup membiara para postulan di yogyakarta. Pengolahan data
statistik dilakukan dengan bantuan program Excel 2013.
A. Hasil Penelitian
1. Banyaknya Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara Para Postulan
Kursus Bina Awal Di Yogyakarta
Untuk mengetahui seberapa banyaknya potulan yang mengalami kesulitan
penyesuaian hidup membiara, maka dilakukan kategorisasi pada skala
kesulitan penyesuaian hidup membiara . Norma kategorisasi disusun
berdasarkan norma kategori yang oleh Bungi (2010:177). Banyaknya
penyesuaian hidup membiara para postulan Kursus Bina Awal di
Yogyakarta tahun 2016/2017 terdiri dari tujuh kategori, yaitu
seluruhnya, sebagian besar, lebih dari setengah, setengah, kurang dari
setengah, sebagain kecil, tidan ada. Kategorisasi tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 4.1
Kategorisasi Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara Para Postulan
Kursus Bina Awal Di Yogyakarta tahun 2016/2017
Kategori
Keseluruhan
Seluruhnya
0
Sebagian besar
6
Lebih dari setengah
28
Setengah
22
Kurang dari setengah
8
Sebagian kecil
2
Tidak ada
0
Jumlah 66
Berdasarkan tabel 4.1 dapat tampak bahwa:
a. Tidak ada postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori seluruhnya
b. Ada 6 postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori sebagian besar
c. Ada 28 postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori lebih dari setengah,
d. Ada 22 postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori setengah.
e. Ada 8 postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori kurang dari setengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
f. Ada 2 postulan memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara dengan kategori sebagian kecil.
Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar postulan Kursus Bina
Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 mengalami kesulitan penyesuaian
hidup membiara.
2. Penggolongan Skor Item Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara
Para Postulan di Yogyakarta 2016/2017 Dilihat dari Item-Item yang
Mendapat Skor Tinggi.
Untuk mengetahui item-item yang masuk ke dalam kategori tinggi pada
kesulitan penyesuain hidup membiara, maka dilakukan kategorisasi
pada skala penyesuaian hidup membiara. Norma kategorisasi disusun
berdasarkan norma kategori yang oleh Bungin (2010:177). Kategori
item penyesuaian hidup membiara para postulan di Yogyakarta tahun
2016/2017 terdiri dari tujuh kategori kategori, yaitu seluruhnya,
sebagian besar, lebih dari setengah, setengah, kurang dari setengah,
sebagain kecil, tidan ada. Kategorisasi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.2
Item-Item Kesulitan Penyesuaian Hidup Membiara Para Postulan
Kursus Bina Awal di Yogyakarta yang Mendapat Skor Tinggi
Kategori Interval Frekuensi No Item
Seluruhnya
100 % 0
Sebagian besar
76 % – 99 % 27 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30
Lebih dari
setengah
51 % - 75 % 13
Setengah
50 % 0
Kurang dari
setengah
26 % - 49 % 10
Sebagian kecil
2 % - 25 % 10
Tidak ada
0 – 1 % 0
Jumlah 60
Dari tabel 4.2 tampak bahwa:
a. Item dengan skor yang berada dalam kategori seluruhnya tidak
ada (100 %) item
b. Item dengan skor yang berada dalam kategori sebagian besar
sebanyak 27 (76-99 %) item.
c. Item dengan skor yang berada dalam kategori lebih dari
setengah sebanyak 13 (51-75 %) item.
d. Item dengan skor yang berada dalam kategori setengah tidak
ada (50 %)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
e. Item dengan skor yang berada dalam kategori kurang dari
setengah sebanyak 10 (26-49 %) item
f. Item dengan skor yang berada dalam kategori sebagian kecil
sebanyak 10 (2-25 %) item.
g. Item dengan skor yang berada dalam kategori tidak ada, tidak
ada (0-1%) item
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa item-item yang paling
banyak dengan skor yang berada dalam kategori sebagian besar sebanyak
27 (76-99 %) item. Adapun item-item pernyataan yang masuk dalam
kategori sebagian besar adalah item dengan nomor item 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.
Secara rinci item-item yang mendapatkan skor tinggi dapat dilihat pada
tabel 4.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4.3
Nomor Item yang Memiliki Skor Tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B. Pembahasan
1. Penyesuaian Dalam Hidup Membiara Para Postulan Kursus Bina
Awal Di Yogyakarta.
Pembahasan hasil peneilitian ini akan mendeskripsikan hasil
penelitian untuk menjawab permasalahan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya. Penjelasannya sebagai berikut:
Tidak ada subjek berada pada kategori kesulitan penyesuaian hidup
membiara seluruhnya dan tidak ada, 6 subjek berada pada kategori
kesulitan penyesuaian hidup membiara sebagian besar, 28 subjek berada
pada kategori kesulitan penyesuaian hidup membiara lebih dari setengah,
22 subjek berada pada kategori kesulitan penyesuaian hidup membiara
setengah, 8 subjek berada pada kategori kesulitan penyesuaian hidup
membiara kurang dari setengah, 2 subjek berada pada kategori kesulitan
penyesuaian hidup membiara sebagian kecil.
Hasil penelitian terhadap 66 postulan dari berbagai kongregasi
religius yang ada di Yogyakarta dapat dikatakan lebih dari setengah
mengalami kesulitan penyesuaian hidup membiara. Hal tersebut
dibuktikan dengan kategori tingkat kesulitan penyesuaian hidup membiara
adalah lebih dari setengah. Adapun kesulitan penyesuaian dalam hidup
membiara dipengaruhi oleh banyak hal. Para postulan mengalami kesulitan
dalam penyesuaian hidup membiara, hal ini disebabkan karena mengalami
kesulitan dalam mengikuti dan menyesuaikan dengan kegitan-kegiatan
seperti doa setiap hari, apa yang diperintahkan oleh pembimbing, hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sederhana atau apa adanya, bergaul dengan orang lain (perbedaan budaya,
latar belakang, bahasa), membuat refleksi setiap hari, dan menerima
pengalaman masa lalu yang menyakitkan (pengoilahan hidup).
Adapun hal lain bahwa sebagai seorang religius dituntut agar mampu
menyesuaikan diri dengan segala rutinitas dan segala peraturan yang ada di
dalam komunitas (disiplin diri). Tetapi, pada kenyataannya, ada sebagaian
besar para postulan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan segala
rutinitas dan segala peraturan yang ada di dalam komunitas. Segala
rutinitas dan tuntutan yang ada di komunitas seperti, setiap pagi harus
bangun lebih awal (04:00), wajib doa setiap hari (6 kali sehari), membuat
refleksi setiap hari, bekerja setiap hari seperti mengepel, membersihkan
kamar mandi, beternak, bertani (pagi, siang, sore).
Hurlock (1980) mengemukakan bahwa masa dewasa awal
merupakan masa dimana seseorang dituntut untuk menyesuaikan dengan
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa ini
merupakan suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Jika seseorang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut, maka akan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian dalam hidup membiara. Demikian pun
dengan para postulan yang lebih dari setengah mengalami kesulitan
penyesuaian hidup membiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Berdasarkan hasil penelitian penyesuaian hidup membiara berbeda
dengan dugaan awal peneliti bahwa para potulan Kursus Bina Awal tahun
2016/2017, seluruhnya mengalami kesulitan penyesuaian hidup membiara,
tetapi hasil penelitian mengungkapkan bahwa para potulan Kursus Bina
Awal tahun 2016/2017 sebagian besar mengalami kesulitan hidup
membiara.
2. Kesulitan Penyesuaian dalam Hidup Membiara Para Postulan
Kursus Bina Awal Di Yogyakarta
Berdasarkan hasil kategorisasi item penyesuaian hidup membiara
menunjukkan bahwa tidak ada item yang berada pada kategori Item
dengan skor yang berada dalam kategori. Walupun demikian, hasil
penelitian ini menunjukkan ada 27 item kesulitan penyesuaian hidup
membiara berada pada kategori sebagian besar. Keduapuluh tujuh item
tersebut masuk dalam 3 aspek dan 8 indikator. Hal ini diperoleh melalui
perolehan skor item dari aspek-aspek tersebut.
Aspek yang pertama adalah kebutuhan psikoligis. Pencapain skor
masuk kedalam kategori sebagian besar pada aspek ini berkaitan dengan
indikator mampu bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan, mampu hidup
lepas bebas, dan adanya kemampuan dalam pergaulan. Aspek kedua
adalah Hidup bersama. Pencapaian skor masuk ke dalam kategori
sebagian besar pada aspek ini berkaitan dengan indikator mampu hidup
bersama dengan orang lain, mampu berkomunikasi, dan adanya kesatuan
budi dan hati. Aspek ketiga adalah kebutuhan psiko-spiritual. Pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
skor masuk ke dalam kategori sebagian besar pada aspek ini berkaitan
dengan indikator mampu mengelolah luka batin dan mampu menerima
diri.
Adapun yang menjadi penyebab sebagian besar potulan mengalami
kesulitan penyesuaian hidup membiara. Penyebab kesulitan dalam
psikologis yaitu mereka setiap hari harus menjalankan doa atau berdoa
enam kali sehari. Hal ini yang membuat para postulamn merasa bosan,
jenuh, tidak semangat (betah). Mereka juga dituntut agar hidup
sederhana, dengan meninggalkan segala kepunyaan mereka yang
berkaitan dengan harta benda (kelekatan). Hal yang paling sulit mereka
terima adalah tidak boleh memegang dan menggunakan Hand Phone.
Pada kenyataannya bahwa masih ditemukan ada sebagian postulan yang
secara diam-diam menyimpan dan menggunakan Hand Phone. Kita
memahami bahwa zaman sekarang adalah zaman IT, maka manusia tidak
terlepas dengan yang namanya alat komunikasi. Apalagi sebelum masuk
biara, Hand Phone sudah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ketika di
dalam biara, mereka dituntut untuk meninggalakan, maka mereka
mengalami pergulatan dan tekanan yang cukup dasyat.
Adapun yang menjadi penyebab kesulitan dalam hidup bersama
yaitu mereka sulit beradaptasi dengan budaya, karakter, bahasa yang
berbeda. Kadang diantara mereka saling menyalahkan dan mendiamkan
satu sama lain karena tidak cocok. Mereka yang masuk biara dari
berbagai daerah dengan latar belakang budaya, bahasa dan karakter yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berbeda, sehingga ketika disatukan butuh penyesuaian, jika tidak maka
akan terjadi konflik dan perselisihan. Dalam kenyataan masih ada konflik
dan saling mendiamkan (tidak suka) diantara mereka baik itu dengan
sesama teman seangkatan maupun dengan pendamping. Penyebab
konflik dan saling mendiamkan cukup sederhana (sepele) yaitu tutur kata
dan sikap yang kasar dan menyakitkan serta menggunakan bahasa
daerah.
Adapun yang menjadi penyebab kesulitan dalam psiko-spiritual
yaitu membuat refleksi setiap hari. Mereka mengalami kejenuhan,
kebosanan dan kesulitan dalam membuat refleksi. Refleksi jika dilakukan
tidak dengan sungguh-sungguh maka akan terlihat jelas, maka hal ini
akan membuat mereka mengalami tekanan dan pergulatan secara pribadi.
Dari hasil refleksi mereka akan dinilai dan melakukan wawancara.
Kebanyakan berusaha untuk menghidari melakukan wawancara karena
harus berhadapan dengan pendamping. Jika pendamping memiliki
karakter yang tegas dan keras, maka akan memambah beban dan
pergulatan yang barat. Adapun penyebab lain yaitu dalam bahasa zaman
sekarang yaitu move on. Para postulan sulit move on dari pengalaman
masa lalu yang menyakitkan. Di masa postulan, dituntut wajib menjalani
tahap pengolahan hidup. Dalam tahap pengolahan hidup ini, mereka
diarahakn, dituntutun agar mampu mengingat, menemukan dan
berdamai dengan akar masalah mereka di masa lalu. Berusaha agar
mengingat-ingat setiap peritiwa yang terjadi dan dialami di masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sejak dalam kandungan hingga saat ini. Jika masa lalu mereka banyak
mengalami luka-luka batin, maka mereka akan berontak dan menolak.
Pada tahap pengolahan hidup ini, kebanyak mengalami kesulitan dan
ponolakan jika diajak melihat kembali peristiwa-peristiwa pengalaman
masa lalu.
Hidup di biara atau komunitas tidaklah mudah, banyak tuntutan
yang membuat para postulan mengalami berbagai tekanan baik itu
berkaitan dengan sesama anggota, hidup bersama, kebijakan pemimpin
dan aturan-aturan yang berlaku. Adapun yang berkaitan dengan
perbedaan baik itu budaya, bahasa, dan karakter setiap individu. Mereka
juga belum mempunyai pengalaman belajar di rumah yang teratur,
sehingga pada saat di biara mereka mengalami kesulitan penyesuaian
hidup membiara. Kehidupan di rumah yang kurang teratur mungkin
karena adanya kebebasan, ketidak terarturan dan kurang disiplin, ketika
masuk biara mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan dinamika
kehidupan di biara atau komunitas yang sangat teratur dan disiplin.Jika
para postulan tidak siap menghadapi dan tidak menyesuaikan, maka
mereka akan mengalami kesulitan hidup membiara.
Para postulan KUBINA di Yogyakarta sebagian besar mengalami
kesulitan penyesuaian dalam hidup membiara. Oleh karena itu
penyesuaian diri yang baik adalah kemampuan individu dalam
menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau
tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.
Hasil penelitian ini sama dengan dugaan awal peneliti, bahwa
kesulitan-kesulitan yang dialami para potulan Kursus Bina Awal tahun
2016/2017 berkaitan dengan hidup bersama, hidup doa, refleksi, peraturan
yang berlaku, rutinitas, kegaitan-kegiatan dalam komunitas, pengalaman
masa lalu yang menyakitkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa apa yang menjadi dugaan awal peneliti sama dengan
hasil penelitian.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian, kesimpulan, saran-
saran untuk berbagai pihak dan keterbatasan penelitian
A. Kesimpulan
1. Lebih dari setengah (28) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta
tahun 2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara,
sedangkan sisanya sebagian besar (6) postulan Kursus Bina Awal di
Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup
membiara, setengah (22) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta
tahun 2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara,
kurang dari setengah (8) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta
tahun 2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara, dan
sebagian kecil (2) postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun
2016/2017 memiliki kesulitan penyesuaian hidup membiara.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah
postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 memiliki
kesulitan penyesuaian hidup membiara.
2. Terindikasi 28 item pengukuran kesulitan penyesuaian hidup membiara
para postulan Kursus Bina Awal di Yogyakarta tahun 2016/2017 yang
capaian skornya terindikasi sebagian besar yaitu item nomor 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan analisis item-item tersebut, kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh sebagian besar postulan yaitu dalam aspek psikologis,
hidup bersama dan psiko-spiritual. Hal-hal yang berkaitan dengan
indikator spikologis yaitu bertumbuh dalam nilai-nilai panggilan,
hidup lepas bebas dan pergaulan, indikator hidup bersama yaitu hidup
bersama dengan orang lain, mampu berkomunikasi dan adanya
kesatuan budi dan hati, indikator psiko-spiritual yaitu mampu
mengelolah luka batin dan mampu menerimaan diri.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan utama peneliti adalah alat dikonsultasikan hanya kepada
dosen pembimbing dan tidak sepenuhnya menggunakan “profesional
judgment”, karena tidak sempat dikonsultasikan kepada ahli-ahli lain
seperti ahli psikologi, ahli agama, dan ahli bahasa.
2. Alat yang digunakan hanya kuesioner. Akan lebih tepat kalau
dilakukan juga observasi
3. Pengambilan data hanya sekali saja tanpa ada uji coba (uji terpakai).
C. Saran
Berikut ini dikemukkan saran bagi berbagai pihak:
1. Kongregasi
Kongregasi khususnya pemimpin umum dan anggota dewan perlu
mengkaji ulang program-program pendampingan para postulan dan
disesuaikan dengan konteks zaman sekarang.
2. Pendamping/ Formator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pendamping/formator hendaknya melakukan kegiatan-kegiatan lain yang
dapat meningkatkan penyesuaian dalam hidup membiara para postulan.
3. Peneliti Lain
Peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian tentang penyesuaian dalam
hidup membiara, hendaknya mengusahakan adanya “profesional
judgement” dengan mengonsultasikan alatnya ke berbagai ahli seperti ahli
bahasa, ahli agama, dan ahli psikologi. Adalah ideal kalau dilakukan juga
observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
DAFTR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-----------------. 2013. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Etta. 2010. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Fatimah. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka setia.
Harjawiyanta. 1983. Bentuk-Bentuk Hidup religius. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan). Ed. 5. Jakarta: Erlangga.
Jacobs. 1987. Hidup Membiara (Makna dan Tantangannya).Yogyakarta: Kanisius
Louisie. 1989. Hidup Membiara Apostolis. Yogyakarta. Kanisius.
Prasetyo. 1992. Psikologi Hidup rohani. Yogyakarta: Kanisius.
Ridick,. 1987. KAUL Harta Berlimpah Dalam Bejana Tanah Liat. Yogyakarta:
Kanisius.
Rubiyatmoko. 2011. Kitab Hukum Kanonik. Jakarta.Grafika Mardi Yuana.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep Cakupan dan Pedrkembangannya.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Usman & Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung.
Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
KUESIONER
KESULITAN PENYESUAIAN DALAM HIDUP MEMBIARA
PARA POSTULAN DI YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Berdinus Raja Najak
131114042
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
A. Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal pengisian : 3 / April / 2017
B. Kata Pengantar
Teman-teman yang terkasih pada kesempatan ini saya meminta kerelaan Anda untuk
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui Kesulitan
Penyesuaian Dalam Hidup Membiara Para Postulan Di Yogyakarta. Saya sangat
mengharapkan Anda mengisi kuesioner ini dengan teliti, jujur, dan sesuai dengan
diri dan pengalaman Anda. Atas kesedian Anda, saya mengucapkan terimakasih.
C. Petunjuk Pengisian
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan tentang penyesuaian dalam hidup membiara.
Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti, dan berikanlah tanda centang (√)
pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan diri serta pengalaman Anda.
Alternatif jawaban yang ada adalah Ya dan Tidak.
No Pernyataan Mengalami Kesulitan
Ya Tidak
1 Saya membuat refleksi setiap hari
2 Saya berbohong untuk menyelamatkan diri
3 Saya lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadi di komunitas
4 Saya jengkel jika pendamping membela teman saya
5 Saya selalu siap melakukan apa saja yang diperintahkan oleh
pembimbing
6 Saya membangun relasi yang baik dengan siapa saja
7 Saya menerima kelemahan dan kekurangan teman-teman
sekomunitas
8 Saya senang jika pendamping selalu menyapa anggota
komunitas setiap hari
9 Saya menyukai suasana yang hening dan tenang
10 Saya suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan
pribadi
11 Saya menggunakan kata-kata yang kurang sopan ketika
berbicara dengan teman-teman sekomunitas
12 Saya menerima perilaku pendamping yang bersikap baik
ketika berada di dalam maupun di luar biara
13 Saya selalu memikirkan orang tua saya setiap malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
14 Saya berusaha agar tidak ada kesenjangan antara anggota
yang satu dengan yang lain
15 Saya selalu teliti dalam mengerjakan pekerjaan komunitas.
16 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu bersikap
ramah dengan semua anggota
17 Saya merasa bosan jika doa setiap hari
18 Saya mengatakan apa adanya kepada orang lain
19 Saya menghindari pekerjaan yang rumit dan berat
20 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu tepat waktu
dalam mengikuti kegiatan
21 Saya merasa tidak nyaman berada di komunitas, sehingga
saya memilih untuk menyendiri
22 Saya suka menyalahkan teman-teman sekomunitas jika
melakukan kesalahan
23 Apa yang saya pikirkan sebelum masuk biara berbeda dengan
kenyataan di dalam biara
24 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu
menyalahkan anggotanya
25 Saya suka mengatur orang lain
26
Sebelum mengambil keputusan yang sifatnya demi
kepentingan bersama, saya tidak berdialog atau
bermusyawarah terlebih dahulu dengan teman-teman
sekomunitas
27 Saya menyembunyikan pengalaman masa lalu yang
menyakitkan ketika wawancara dengan pendamping
28 Saya menyukai perilaku pendamping yang menjalin
hubungan eksklusif dengan salah satu anggota komunitas
29 Saya peka dan tanggap terhadap kebutuhan orang lain
30 Saya mendengarkan orang yang sedang berbicara
31 Saya mengalami kesulitan jika tampil di depan umum
32 Saya menyukai perilaku pendamping yang sering memarahi
anggotanya
33 Jika ada informasi, saya segera menginformasikan kepada
anggota yang lain
34 Saya merefleksikan dan menuliskan kembali pengalaman
perjalanan hidup sejak dalam kandungan hingga saat ini
35 Saya mudah merasa bosan dan jenuh
36 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu aktif di luar
komunitas daripada di dalam komunitas
37 Saya menerima keadaan fisik saya saat ini
38 Saya menerima masukan dan kritikan dari orang lain demi
perkembangan pribadi saya
39 Saya suka menunda-nunda tugas yang diberikan
40 Saya menonton TV tidak melewati batas waktu yang telah
disepakati
41 Saya menciptakan suasana yang harmonis di komunitas
42 Saya bersikap tegas jika ada godaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
43 Saya merasa daya tarik di luar biara jauh lebih menarik dari
pada di dalam biara
44 Saya mudah tersinggung ketika teman-teman berbicara
tentang diri saya
45 Saya membantu teman-teman sekomunitas yang sedang
membutuhkan bantuan
46 Saya bersyukur atas bakat dan kemampuan yang saya miliki
47 Saya mampu mengontrol emosi ketika teman-teman
mengejek saya
48 Saya menyukai perilaku pendamping yang kurang
memperhatikan anggota komunitas yang sedang sakit
49 Saya bergaul dengan siapa saja tanpa pilih kasih
50 Saya menerima pengalaman masa lalu saya yang
menyakitkan
51 Saya selalu pesimis dengan apa yang saya lakukan
52 Saya tidak mengulangi kesalahan yang sama
53 Saya tetap setia menjalani pilihan hidup saat ini
54 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu mengajak
semua anggota untuk berdiskusi
55 Saya mampu hidup sederhana atau apa adanya
56 Saya selalu merasa gelisah
57 Saya suka mengkritik orang lain
58 Saya marah jika mengungkit kembali pengalaman masa lalu
yang menyakitkan
59 Saya bahagia dengan pilihan hidup saya saat ini
60 Saya menerima perilaku pendamping yang selalu melakukan
apa yang dikatakannya
-Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DATA AWAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
HASIL HITUNG VALIDITAS ITEM DENGAN SKALO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
HASIL HITUNG RELIABILITAS DENGAN KR 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
TABEL 3.1 . KISI-KISI KUESIONER PENYESUAIAN
HIDUP MEMBIARA
No Aspek Indikator Item Positif Negatif
a. Mampu
bertumbuh
dalam nilai-
nilai
Panggilan
1. Saya membuat refleksi
setiap hari (+)
1, 2 3, 4
2. Menyukai suasana yang
hening dan tenang (+)
3. Doa setiap hari sangat
membosankan (-)
4. Suka mengatur orang
lain (-)
1 Kebutuha
n
psikologi
s
b. Mampu hidup
lepas bebas
5. Selalu siap melakukan
apa saja yang
diperintahkan oleh
pembimbing (+)
5, 6 7, 8
6. Mampu hidup sederhana
atau apa adanya (+)
7. Selalu memikirkan orang
tua setiap malam (-)
8. Selalu merasa gelisah (-)
c. Adanya
kemampuan
dalam
pergaulan
9. Bergaul dengan siapa
saja tanpa pilih kasih (+) 9, 10 11, 12
10. Membangun relasi
yang baik dengan siapa
saja (+)
11. Merasa tidak nyaman
berada di komunitas,
sehingga saya memilih
untuk menyendiri (-)
12. Suka memanfaatkan
orang lain demi
kepentingan pribadi (-)
a. Mampu hidup
bersama dengan
orang lain
13. Peka dan tanggap
terhadap kebutuhan
orang lain (+)
13, 14 15, 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
14. Menciptakan suasana
yang harmonis di
komunitas (+)
15. Suka mengkritik orang
lain (-)
16. Tidak ada kesenjangan
antara anggota yang satu
dengan yang lain (+)
2 Hidup
Bersama
b. Mampu
berkomuni-kasi
17. Mengatakan apa adanya
kepada orang lain (+) 17, 18 19, 20
18. Jika ada informasi
segera
menginformasikan
kepada anggota yang
lain (+)
19. Berbohong itu hal yang
baik untuk
menyelamatkan diri (-)
20. Tanpa berdialog atau
bermusyawarah terlebih
dahulu dengan teman-
teman sekomunitas,
sebelum mengambil
keputusan yang sifatnya
demi kepentingan
bersama (-)
c. Adanya
kesatuan budi
dan hati
21. Menerima kelemahan
dan kekurangan teman-
teman sekomunitas (+)
21, 22 23, 24
22. Membantu teman-teman
sekomunitas yang
sedang membutuhkan
bantuan (+)
23. Mendengarkan orang
yang sedang berbicara
(+)
24. Suka menyalahkan
teman-teman
sekomunitas jika
melakukan kesalahan (-)
a. Mampu
mengelolah
luka batin
25. Merefleksikan dan
menuliskan kembali
pengalaman perjalanan
hidup sejak dalam
kandungan hingga saat
ini (+)
25, 26 27, 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
26. Menerima pengalaman
masa lalu yang
menyakitkan (+)
27. Menyembunyikan
pengalaman masa lalu
yang menyakitkan
ketika wawancara
dengan pendamping (-)
28. Marah jika mengungkit
kembali pengalaman
masa lalu yang
menyakitkan (-)
3 Kebutuha
n psiko-
spiritual
b. Mampu
menerimaan diri
29. Menerima keadaan
fisik saya saat ini (+) 29, 30 31, 32
30. Bersyukur atas bakat
dan kemampuan yang
dimiliki (+)
31. Selalu pesimis dengan
apa yang dilakukan (-)
32. Kurang percaya diri
jika tampil di depan
umum (-)
c. Mampu
mengubah diri
33. Menerima masukan
dan kritikan dari orang
lain demi
perkembangan pribadi
(+)
33, 34 35, 36
34. Bersikap tegas jika ada
godaan (+)
35. Selalu mengulangi
kesalahan yang sering
dilakukan (-)
36. Mudah merasa bosan
dan jenuh (-)
b. Mampu hidup
tekun dan tidak
hanya sekedar
bersarang di
dalam biara
37. Lebih mengutamakan
kepentingan bersama
daripada kepentingan
pribadi (+)
37, 38 39, 40
38. Selalu teliti dalam
mengerjakan pekerjaan
komunitas. (+)
39. Menghindari pekerjaan
yang rumit dan berat (-)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
40. Suka menunda-nunda
tugas yang diberikan (-)
4 Latar
belakang
yang
berbeda
b.Adanya
keyakinan yang
kuat terhadap
pilihan (bukan
hidup dalam
kebingungan)
41. Bahagia dengan pilihan
hidupnya saat ini (+) 41, 42 43, 44
42. Tetap setia menjalani
pilihan hidup saat ini
(+)
43. Daya tarik di luar biara
jauh lebih menarik dari
pada di dalam biara (-)
44. Apa yang di pikirkan
sebelum masuk biara
tidak sesuai dengan
kenyataan di dalam
biara (-)
c. Mampu
mengendali-
kan diri
45. Menonton TV tidak
melewati batas waktu
yang telah disepakati
(+)
45, 46 47, 48
46. Mampu mengontrol
emosi ketika teman-
teman mengejek saya
(+)
47. Mudah tersinggung
ketika teman-teman
berbicara tentang diri
saya (-)
48. Menggunakan kata-
kata yang kurang sopan
ketika berbicara dengan
teman-teman
sekomunitas (-)
a. Mampu
bersikap adil
dan merata
49. Pendamping selalu
menyapa setiap
anggota komunitas (+)
49,
50,
51,
52, 53,
54
50. Pendamping selalu
mengajak berdiskusi
dengan semua anggota
(+)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
51. Pemimpin selalu
bersikap ramah dengan
semua anggota (+)
52. Saya senang jika
pendamping selalu
menyapa anggota
komunitas setiap hari
(+)
53. Pendamping menjalin
hubungan yang
eksklusif dengan salah
satu anggota (-)
5 Pembim-
Bing
54. Saya jengkel jika
pendamping membela
teman saya (-)
b. Mampu
menjadi
teladan bagi
orang lain
55. Di dalam biara maupun
di luar biara
pendamping selalu
bersikap baik (+)
55,
56, 57
58, 50,
60
56. Saya menerima
perilaku pendamping
yang selalu tepat waktu
dalam mengikuti
kegiatan (+)
57. Pendamping selalu
melakukan apa yang
dikatakannya (+)
58. Pendamping yang
selalu aktif di luar
komunitas daripada di
dalam komunitas (-)
59. Pendamping selalu
menyalahkan
anggotanya (-)
60. Pendamping yang
sering memarahi
anggotanya (-)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
SURAT IJIN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI