25
Revisi: 03 Halaman 1 KONDISI PEMBANGKIT DAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

kinerja pembangkit

  • Upload
    glovkn

  • View
    265

  • Download
    21

Embed Size (px)

DESCRIPTION

power plant dan kinerja

Citation preview

Microsoft Word - PROTAP H-DKP-IKP 2007 FINAL-210607SLRJMLG.doc

KONDISI PEMBANGKIT DANINDEKS KINERJA PEMBANGKIT

PROSEDUR TETAP KONDISI PEMBANGKIT1. RUANG LINGKUPProtap ini meliputi proses deklarasi dan konfirmasi kondisi aktual Pembangkit yang diakibatkan oleh kondisi berikut:

PEMBANGKIT KELUAR (FULL OUTAGE)1. SO - Scheduled Outage, meliputi:PO - Planned Outage: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini).

MO - Maintenance Outage: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini).

2. SE - Scheduled Outage Extension, meliputi:PE - Planned Outage Extension: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini).

ME - Maintenance Outage Extension: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini).3. FO - Forced Outage, meliputi:FO1 (U1) - Unplanned (Forced) Outage Immediate: (Lihat definisi Outage padaSub E.4.1. Protap ini).

FO2 (U2) - Unplanned (Forced) Outage Delayed: (Lihat definisi Outage pada SubE.4.1. Protap ini).

FO3 (U3) - Unplanned (Forced) Outage Postponed: (Lihat definisi Outage padaSub E.4.1. Protap ini).

SF - Startup Failure: ((Lihat definisi Outage pada Sub E.4.1. Protap ini).

4. RS - Reserve Shutdown: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.3. Protap ini).

5. NC - Noncurtailing Event: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.3. Protap ini).

PEMBANGKIT DERATING (PARTIAL OUTAGE)1. SD - Scheduled Derating, meliputi:PD - Planned Derating: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini).

MD (D4) - Maintenance Derating: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini).

2. DE (Scheduled) Derating Extension, meliputi:PDE (DP) Planned Derating Extension: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2. Protap ini).

MDE (DM) - Maintenance Derating Extension: (Lihat definisi Outage pada Sub E.4.2.Protap ini).

3. FD - Forced Derating, meliputi:FD1 (D1) - Unplanned (Forced) Derating Immediate: (Lihat definisi Outage pada

Sub E.4.2. Protap ini).

FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed: (Lihat definisi Outage pada Sub

E.4.2. Protap ini).

FD3 (D3) - Unplanned (Forced) Derating Postponed: (Lihat definisi Outage pada

Sub E.4.2. Protap ini).

PROSEDUR TETAP PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKIT1. RUANG LINGKUPTerdapat 4 metode perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang disepakati, yaitu:

1. Perhitungan Pembangkit Tunggal (basis waktu)

2. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis waktu)

3. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis energi)

4. Perhitungan Pembangkit Tunggal/Gabungan OMC (Outside Management Control) Indeks kinerja pembangkit yang disepakati untuk mengacu pada Protap ini yaitu:

PER UNIT PEMBANGKIT (Termasuk OMC) **UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN (Termasuk OMC) **

1. Availability Factor (AF)

2. Equivalent Availabity Factor (EAF)

3. Service Factor (SF)4. Planned Outage Factor (POF)

5. Maintenance Outage Factor (MOF)

6. Forced Outage Factor (FOF)

7. Reserve Shutdown Factor (RSF)

8. Unit Derating Factor (UDF)

9. Seasonal Derating Factor (SEDF)

10. Forced Outage Rate (FOR)

11. Forced Outage Rate Demand (FORd)

12. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)

13. Eq. Forced Outage Rate demand

(EFORd)

14. Net Capacity Factor (NCF)

15. Net Output Factor (NOF)

16. Plant Factor (PF)1. Weighted Availability Factor (WAF)

2. Weighted Equivalent Availability Factor (WEAF)

3. Weighted Service Factor (WSF)

4. Weighted Planned Outage Factor (WPOF)

5. Weighted Maintenance Outage Factor (WMOF)

6. Weighted Forced Outage Factor (WFOF)

7. Weighted Reserve Shutdown Factor (WRSF)

8. Weighted Unit Derating Factor (WUDF)

9. Weighted Seasonal Derating Factor (WSEDF)

10. Weighted Forced Outage Rate (WFOR)

11. Weighted Equivalent Forced Outage Rate (WFORd)

12. W. Equivalent Forced Outage Rate (WEFOR)

13. W. Equivalent Forced Outage Rate demand

(WEFORd)

14. Weighted Net Capacity Factor (WNCF)

15. Weighted Net Output Factor (WNOF)

16. Weighted Plant Factor (WPF)

** Formula OMC digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit tanpa peristiwa-peristiwa diluar tangguang jawabmanagemen pembangkit tersebut. Formula OMC sama dengan Formula Non OMC. Untuk membedakannya, gunakan tanda X

di awal persamaan. Contoh: AF menjadi XAF; FOR menjadi XFOR; WEAF menjadi XWEAF; dan seterusnya. Formula masing-masing indeks kinerja tersebut diuraikan pada sub E.7.1 s.d. E.7.4

DEFINISIOUTAGEOutage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status Reserve

Shutdown. Klasifikasi outage secara umum dikelompokkan menjadi tujuh jenis kejadian.

Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage berakhir ketika unit terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain.

PO - Planned Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.

PE - Planned Outage Extension: yaitu outage perpanjangan yang direncanakan, sebagai perpanjangan Planned Outage (PO) yang belum selesai pada waktu yang telah ditentukan. Ini artinya bahwa sebelum PO dimulai, periode dan tanggal operasinya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang PE adalah bagian dari lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.

MO - Maintenance Outage: yaitu keluarnya pembangkit untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang dianggap perlu dilakukan, yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dalam ROM berikutnya.

CATATAN: ROM adalah Rencana Operasi Mingguan yang diterbitkan oleh P3B untuk periode operasi mulai Jumat pukul 00:00 WIB sampai dengan Kamis minggu berikutnya pukul 24:00 WIB.ME - Maintenance Outage Extension: yaitu pemeliharaan outage perpanjangan, sebagai perpanjangan MO yang belum selesai dalam waktu yang telah ditetapkan. Ini artinya bahwa sebelum MO dimulai, periode dan tanggal selesainya telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang ME adalah bagian dari lingkup pekerjaan yang asli dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.

SE - Scheduled Outage Extension: adalah perpanjangan dari Planned Outage (PO) atau Maintenance Outage (MO), yaitu outage yang melampaui perkiraan durasi penyelesaian PO atau MO yang telah ditentukan sebelumnya.

"Durasi yang ditentukan" dari outage juga menentukan "perkiraan tanggal penyelesaian dari PO atau MO. Jika unit dijadwalkan untuk perbaikan selama empat minggu, maka unit diharapkan sudah siap operasi empat minggu setelah tanggal mulai outage. Dalam hal outage dimajukan atau dimundurkan untuk keperluan sistem, maka tanggal mulai outage ditambah durasi outage akan menentukan tanggal berakhirnya outage. Sepanjang outage tidak lebih lama dari yang direncanakan, maka tanggal berakhirnya outage digeser agar bersamaan sesuai dengan periode durasi yang telah ditentukan.

Dalam hal terdapat perpindahan status outage pembangkit, tanggal dan waktu akhir outage yang satu akan menjadi awal outage berikutnya. Status unit hanya dapat diubah jika outage yang pertama telah berakhir. Sebagai contoh, jika unit keluar paksa (FO/U1) disebabkan suatu tabung dinding air bocor (tepat sebelum unit tersebut akan keluar terencana-PO), maka perbaikan kerusakan akibat FO/U1 harus selesai terlebih dahulu sebelum status unit diubah dari U1 ke status PO. Petugas pemeliharaan dapat memulai pekerjaan PO, namun status unit tidak akan menjadi PO sebelum pekerjaan outage U1 selesai dan unit dapat beroperasi kembali.

Semua pekerjaan selama PO dan MO ditentukan terlebih dahulu dimuka dan dikenal sebagai "lingkup pekerjaan awal". SE hanya digunakan pada kondisi dimana lingkup pekerjaan awal memerlukan waktu lebih untuk penyelesaiannya dibanding yang dijadwalkan sebelumnya.

SE tidak digunakan dalam kondisi dimana ditemukan problem/permasalahan tak diduga pada saat outage yang menyebabkan unit keluar dari sistem melampaui tanggal berakhirnya PO atau MO yang diperkirakan. Kondisi ini dianggap sebagai Unplanned (Forced) Outage-Immediate (U1). SE juga tidak digunakan pada kondisi dimana dijumpai permasalahan tak diduga ketika unit startup. Jika suatu unit selesai PO atau MO sebelum tanggal penyelesaian yang diperkirakan, maka apapun permasalahan yang menyebabkan outages atau deratings setelah tanggal penyelesaian tersebut tidak dianggap sebagai bagian dari PO atau MO.

SE atau U1 harus mulai pada waktu yang sama (bulan/hari/jam/menit) yaitu pada saat PO atau MO

berakhir.SF - Startup Failure: yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari status outage atau RSH.

Periode Startup untuk masing-masing unit ditentukan oleh Unit pembangkit. Hal ini spesifik untuk tiap unit, dan tergantung pada kondisi unit ketika startup (panas, dingin, standby, dll.). Periode start up dimulai dari perintah start dan berakhir ketika unit sinkron. SF berakhir ketika unit sinkron atau unit berubah status.

FO - Forced Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.

FO1 (U1) - Unplanned (Forced) Outage Immediate: adalah outage yang memerlukan keluarnya pembangkit dengan segera baik dari kondisi operasi, RSH atau status outage lainnya. Jenis outage ini diakibatkan oleh kontrol mekanik/electrical/hydraulic unit pembangkit trip atau ditripkan oleh operator sebagai respon atas alarm/kondisi unit.

FO2 (U2) - Unplanned (Forced) Outage Delayed: adalah outage yang tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar segera dari sistem tetapi dapat ditunda paling lama dalam enam jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan serta melalui proses penurunan beban bertahap.

FO3 (U3) - Unplanned (Forced) Outage Postponed: adalah outage yang dapat ditunda lebih dari enam jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan.

DERATINGDerating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya. Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating dimulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai

98% DMN dan lebih lama dari 30 menit. Kapasitas yang tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada instruksi dispacth. Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit diperlukan sistem atau tidak.

Jika derating unit kurang dari 2% dari DMN dan kurang dari 30 menit, maka derating tersebut dapat dilaporkan . Cara lainnya, semua deratings (lebih besar/kecil dari 2% DMN atau lebih pendek/panjang dari 30 menit) dapat dilaporkan ke P3B.

Sebagai contoh, suatu derate 10% dari DMN tetapi berlangsung 10 menit perlu dilaporkan ke P3B;suatu derate 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 jam perlu dilaporkan ke P3B.PD - Planned Derating: adalah derating yang dijadwalkan dan durasinya sudah ditentukan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit. Derating berkala untuk pengujian, seperti test klep turbin mingguan, bukan merupakan PD, tetapi MD (D4).

MD (D4) - Maintenance Derating: adalah derating yang dapat ditunda melampaui akhir periode operasi mingguan (Kamis, pukul 24:00 WIB) tetapi memerlukan pengurangan kapasitas sebelum PO berikutnya. D4 dapat mempunyai tanggal mulai yang fleksibel dan boleh atau tidak boleh mempunyai suatu periode yang ditentukan.

MDE (DM) - Maintenance Derating Extension: adalah suatu pemeliharaan yang derating perluasan sebagai suatu perluasan pemeliharaan derate (D4) di luar tanggal penyelesaian diperkirakan. Ini artinya bahwa di awal Peristiwa D4, derate mempunyai waktu pekerjaan yang diperkirakan dan termasuk tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang D4 dijadwalkan (bagian dari lingkup pekerjaan asli) dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.

PDE (DP) Planned Derating Extension: suatu outage perluasan direncanakan sebagai suatu perluasan suatu Derate Direncanakan (PD) di luar tanggal penyelesaian diperkirakannya. Ini berarti bahwa di awal PD, derate mempunyai jangka waktu yang diperkirakan (periode waktu) untuk pekerjaan dan penetapan tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang PD yang dijadwalkan adalah (bagian dari lingkup pekerjaan yang asli) dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai.

DE - Derating Extension: adalah perpanjangan dari PD atau MD (D4) melampaui tanggal penyelesaian yang diperkirakan.

DE hanya digunakan apabila lingkup pekerjaan yang awal memerlukan waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya dibanding waktu yang telah dijadwalkan. DE tidak digunakan dalam kejadian dimana ada keterlambatan atau permasalahan tak diduga diluar lingkup pekerjaan awal sehingga unit tersebut tidak mampu untuk mencapai beban penuh setelah akhir tanggal PD atau D4

yang diperkirakan. DE harus mulai pada waktu (bulan/hari/jam/menit) saat PD atau D4 direncanakan berakhir.

FD1 (D1) - Unplanned (Forced) Derating Immediate: adalah derating yang memerlukan penurunan kapasitas segera (tidak dapat ditunda).

FD2 (D2) - Unplanned (Forced) Derating Delayed: adalah derating yang tidak memerlukan suatu penurunan kapasitas segera tetapi memerlukan penurunan dalam dalam waktu enam jam.

FD3 (D3) - Unplanned (Forced) Derating Postponed: adalah derating yang dapat ditunda lebih dari enam jam.

RESERVE SHUTDOWN (RS) DAN NON CURTAILING (NC)RS - Reserve Shutdown: adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena adanya permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve shutdown (RS).

Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan dilakukan yang menyebabkan unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS berubah menjadi outage atau derating.NC Kondisi Noncurtailing: adalah kondisi yang dapat terjadi kapan saja dimana peralatan atau komponen utama tidak dioperasikan untuk keperluan pemeliharaan, pengujian, atau tujuan lain yang tidak mengakibatkan unit outage atau derating.

NC juga dapat terjadi ketika unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang dari kapasitas penuh yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem. Selama periode ini, peralatan dapat dipindahkan dari operasi untuk pemeliharaan, pengujian, atau lain pertimbangan dan dilaporkan sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut dijumpai:

a) Kemampuan unit tidak berkurang sampai di bawah kebutuhan sistem; dan,

b) Pekerjaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan tidak mengurangi kemampuan DMN serta waktu ramp-up dalam jangkauan normal nya, jika dan ketika unit telah diperlukan oleh sistem.

Jika kondisi-kondisi ini tidak bisa dipenuhi, laporkan kejadian tersebut sebagai peristiwa outage atau derating, bukannya suatu NC.

CATATAN OUTAGE DAN DERATINGa). Outside Management Control OutagesAda sumber penyebab dari luar yang mengakibatkan unit pembangkit deratings atau outages. Yang termasuk penyebab outages tersebut (tetapi tidaklah terbatas pada) misalnya badai salju, angin topan, angin ribut, kualitas bahan bakar rendah, gangguan pasokan bahanbakar, dan lain lain. Daftar penyebab dan kode penyebabnya lihat pada Lampiran G-2. LAPORKAN SEMUA Peristiwa OMC ke P3B. Peristiwa tersebut tidak boleh digolongkan sebagai cadangan shutdown atau peristiwa noncurtailing. NERC mengijinkan kalkulasi peristiwa dengan dan tanpa Peristiwa OMC.b). Testing Terkait OutagesPengujian On-line: Jika unit harus disinkron pada beban tertentu dalam rangka menguji performance terkait PO, MO, atau FO ( U1, U2, U3, SF), laporkan pengujian tersebut sebagai Derating Direncanakan (PD), Pemeliharaan Yang Derating (D4), atau Derating Tidak direncanakan ( D1). Semua peristiwa tersebut berawal ketika pengujian mulai, dan berakhir ketika pengujian selesai. Laporkan semua produksi energi yang dihasilkan unit selama periode on-line testing tersebut.

Pengujian off-line: Laporkan pengujian terkait outage yang tidak sinkron sebagai bagian dari peristiwa outagenya. Outage berakhir ketika pengujian selesai dan unit telah sinkron atau pindah status lain.Boleh melaporkan jenis pengujian ini terpisah dari peristiwa outagenya. Dalam hal ini, periode pengujian menjadi suatu peristiwa baru, outage berakhir ketika periode pengujian mulai. Peristiwa Pengujian berakhir ketika unit sinkron atau ditempatkan pada Status Unit yang lain.

c). Derating saat Unit Startup atau Shutdown. Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah/dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari kondisi outage ke tingkat beban penuh atau ke tingkat beban yang ditentukan sesuai periode yang normal, maka tidak ada derating pada unit. Jika unit memerlukan waktulebih panjang dibanding waktu start up normal menuju beban penuh atau menuju beban yang ditentukan dispatcher, maka unit dianggap mengalami derating. Kapasitas unit pada akhir periode normal akan menentukan derate dan derate akan berlangsung sampai unit dapat mencapai kemampuan beban penuh atau tingkat beban yang ditentukan dispatcher.

Tidak ada derating untuk unit shutdown. Setiap unit perlu shutdown dengan aman, dengan mengurangi peralatan atau memperhatikan resiko keselamatan personil. Beberapa shutdowns dapat cepat seperti layaknya unit trip; yang lain bisa lebih lambat seperti turunnya unit menuju PO. Dalam kasus manapun, unit tidaklah derated.

d). Derating karena Pengaruh Lingkungan (Ambient-related Losses)Derating karena kondisi lingkungan, misalnya disebabkan oleh temperatur masukan air pendingin tinggi (kode penyebab 9660, dll.), tidak dilaporkan sebagai peristiwa derating ke P3B. Derating tersebut mudah dihitung dengan mengurangi DMN terhadap Daya Ketergantungannya. Kerugian Energinya adalah derating karena lingkungan dikalikan dengan PH.

e). Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement)Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan sistem, dikenal sebagai " load following" termasuk unit Pembangkit yang diatur oleh LFC (Load frequency control). Kejadian ini tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating.

Walaupun Load following tidak dilaporkan ke P3B, setiap pemeliharaan, pengujian, dan lain lain yang dilakukan sepanjang periode load following harus dilaporkan sebagai suatu peristiwa. Di bawah kondisi-kondisi tertentu, pekerjaan ini dapat dilaporkan sebagai peristiwa noncurtailing (NC).

f). Overlap DeratingsDeratings tumpang-tindih satu sama lain dalam waktu bersamaan. Derating-derating ini akan diperhitungkan secara aditip (kecuali yang tertutup dengan suatu outage atau derating yang lebih besar untuk jangka waktu keseluruhan mereka). Ini berarti derating pertama diasumsikan sebagai penyebab utama dari pengurangan beban sampai akhir atau sampai outage penuh mulai.

g). Derating yang DominanTujuan Kode Derating yang Dominan untuk menandai derating yg mendominasi pada peristiwa Overlaping Deratings. Tandai derating yang dominan dengan D, sehingga tidak akan terjadi pengurangan derating pada peristiwa tersebut. Statistik Unjuk kerja Unit tidak akan terpengaruh. Statistik Kode Penyebab akan jadi lebih akurat dengan jumlah pencatatan yang benar dan dampak yang mendominasi derate.

h). Deratings BervariasiDeratings dalam periode tertentu bisa berubah-ubah. Laporan derating ini bisa dilaporkan dengan dua metoda:

1. Laporkan sebagai derating baru setiap kemampuan unit berubah.

2. Menentukan kemampuan unit rata-rata tersedia sepanjang deratings yang berbeda-beda dan hanya satu peristiwa rata-ratanya yang dilaporkan ke P3B.

Contoh Merata-ratakan Derating:Unit 1000 MW mengalami derating, disebabkan oleh hambatan emisi selama 10 hari ( 240 jam). Selama periode ini, besarnya derating bervariasi sebagai berikut:

1) 30 MW selama 40 jam; 2) 50 MW selama 10 jam; 3) 20 MW selama 110 jam; dan 4) 40 MW selama 80 jam. Sepanjang waktu ini, unit juga mengalami peristiwa outage tidak direncanakan (U1) selama 90 jam dan peristiwa Cadangan Shutdown (RS) selama 20 jam.

Total MWH yang hilang pada setiap tingkatan derating dihitung dan dijumlahkan = ( 40 jam x 30

MW)+ ( 10 jam x 50 MW)+ ( 110 jam x 20 MW)+ ( 80 jam x 40 MW) = 7100 total MWH hilang.Rata-rata MW yang hilang selama 10-day adalah total MWH yang hilang dibagi dengan banyaknya jam keseluruhan periode derating: 7100/240 = 30 MW rata-rata hilang

Jadi, kemampuan unit selama 10-day derating = 1000 MW - 30 MW= 970 MWi). Force Majeure Outage (FMO): yaitu keluarnya Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekerja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli.

j). Force Majeure Derating, yaitu penurunan kemampuan Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekerja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli.

k). Daya mampu aktual Pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98% (sembilan puluh delapan persen) dari DMN Pembangkit dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus.

l). Apabila diminta oleh Dispatcher P3B atau REGION P3B untuk mencapai tingkat pembebanan tertentu, dan pembebanan Pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan tersebut dengan rentang -2% (minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus. Dengan demikian, apabila tingkat pembebanan Pembangkit aktual lebih kecil dari tingkat pembebanan yang diminta oleh Dispatcher P3B atau REGION P3B dikurangi 2% (dua persen) DMN, maka Pembangkit dianggap mengalami derating sebesar DMN dikurangi tingkat pembebanan aktualnya.

i). Dalam hal permintaan PO/MO yang sudah terjadwal ditunda karena kebutuhan sistem sehingga menyebakan FO atau FD maka kondisi tersebut dikategorikan FO OMC atau FD OMC, jika penyebabnya adalah komponen/system yang akan akan dilakukan PO/MO.

INDEKS KINERJA PEMBANGKITAvailability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.

Equivalent Availability Factor (EAF):adalahekivalenAvailabilityFactoryangtelah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.

Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu.

Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode tertentu.

Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode tertentu.

Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.

Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.

Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang diharapkan.

EquivalentForcedOutageRate(EFOR):adalahForcedOutageRateyangtelah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)] dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan derating tiap periode operasi yang diharapkan.

Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).

Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.

Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating, dan derating karena cuaca/musim.

FORMULA PERHITUNGAN INDEKS KINERJA PEMBANGKITFormula untuk perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit adalah sebagai berikut:

E.7.1. UNIT PEMBANGKIT TUNGGAL

1Availability factor[ AF ]

= AH 100%PH

2Equivalent Availability Factor[ EAF ]= AH (EFDH + EMDH + EPDH + ESEDH ) 100%PH

3Service Factor[ SF ]= SH 100%PH

4Planned Outage Factor[ POF ]= POH 100%PH

5Maintenance Outage Factor[ MOF ]= MOH 100%PH

6Reserve Shutdown Factor[ RSF ]= RSH 100%PH

7Unit Derating Factor[ UDF ]= EPDH + EUDH 100%PH

8Scheduled Outage Factor[ SOF ]= POH + MOH 100%PH

9Forced Outage Factor[ FOF ]= FOH 100 %PH

10Forced Outage Rate[ FOR ]=FOH 100 %FOH + SH + SynchronousHours

11Forced Outage Rate demand[FORd]=

f FOH 100 % ( f FOH ) + SH

12Equivalent Forced Outage Rate [EFOR]=FOH + EFDH 100 %FOH + SH + Synchr .Hrs . + EFDHRS

13Equivalent Forced Outage Rate demand[ EFORd ] **)**) Untuk pembangkit pemikul beban puncakJika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 0,001.

Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual =

0, maka untuk perhitungan diberi angka 1.= ( f FOH ) + ( fp EFDH ) 100 % ( f FOH ) + SHdimana:fp = (SH/AH)

f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)

r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO] D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil maupun gagal]

14Net Capacity Factor[ NCF ]=Pr oduksi Netto 100 %PH DMN

15Net Output factor[ NOF]=Pr oduksi Netto 100 %SH DMN

16Plant Factor[ PF ]

Pr oduksi Netto( AH ( EPDH+EUDH))DMNE.7.2. UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN/KOMPOSIT (BASIS WAKTU)1Availability factor[ AF ]= AH 100%PH

2Equivalent Availability Factor[ EAF ]= ( AH ( EFDH + EMDH + EPDH + ESEDH )) 100 % PH

3Service Factor[ SF ]= SH 100%PH

4Planned Outage Factor[ POF ]= POH 100%PH

5Maintenance Outage Factor[ MOF ]= MOH 100%PH

6Reserve Shutdown Factor[ RSF ]= RSH 100%PH

7Unit Derating Factor[ UDF ]= (EPDH + EUDH ) 100%PH

8Scheduled Outage Factor[ SOF ]= (POH + MOH ) 100%PH

9Forced Outage Factor[ FOF ]= FOH 100 % PH

10Forced Outage Rate[ FOR ]= FOH 100 % ( FOH + SH + Synchr . Hours )

11Forced Outage Rate demand[ FORd]= ( f FOH ) 100 % (( f FOH ) + SH )

12Equivalent Forced Outage Rate [ EFOR]= ( FOH + EFDH ) 100 % ( FOH + SH + Synchr .Hrs . + EFDHRS )

13Equivalent Forced Outage Rate demand[ EFORd ] **)**) Untuk pembangkit pemikul beban puncakJika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 0,001.

Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual == (( f FOH ) + ( fp EFDH )) 100 % (( f FOH ) + SH )dimana:fp = (SH/AH)

f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)

r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO] D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil

0, maka untuk perhitungan diberi angka 1.maupun gagal]

14Net Capacity Factor[ NCF ]= Pr oduksi Netto 100 % ( PH DMN )

15Net Output factor[ NOF ]= Pr oduksi Netto 100 % ( SH DMN)

16Plant Factor[ PF ]= Pr oduksi Netto 100%(( AH ( EPDH+EUDH ))DMN )

E.7.3. UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN/KOMPOSIT (BASIS KAPASITAS)1Weighted (W) Availability factor [WAF]= ( AH DMN ) 100%(PH DMN )

2W Equivalent (Eq) Availability Factor - [WEAF][( AH (EFDH + EMDH + EPDH + ESEDH ))] DMN=100% (PH DMN )

3W Service Factor[WSF]= (SH DMN ) 100%(PH DMN )

4W Planned Outage Factor[WPOF]= (POH DMN ) 100%(PH DMN )

5W Maintenance Outage Factor [WMOF]= (MOH DMN ) 100%(PH DMN )

6W Reserve Shutdown Factor[WRSF]= (RSH DMN ) 100%(PH DMN )

7W Unit Derating Factor[WUDF]= [(EPDH + EUDH )] DMN 100%(PH DMN )

8W Scheduled Outage Factor[WSOF]= [(POH + MOH )] DMN ) 100%(PH DMN )

9W Forced Outage Factor[WFOF]= ( FOH DMN ) 100 % ( PH DMN )

10W Forced Outage Rate[WFOR]= ( FOH DMN ) 100 % [( FOH + SH + Synchr .Hours ) DMN ]

11W Forced Outage Rate demand[WFORd] [( f FOH ) DMN ]= 100 % [(( f FOH ) + SH ) DMN ]

12W Eq. Forced Outage Rate[WEFOR]=[( FOH + EFDH ) DMN ] 100%[( FOH + SH + Synchr .Hrs. + EFDHRS ) DMN ]

13W Eq. Forced Outage Rate demand - [WEFORd] **)**) Untuk pembangkit pemikul beban puncak

Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 0,001.Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual =

0, maka untuk perhitungan diberi angka 1.= [(( f FOH ) + ( fp EFDH )) DMN ] 100 % [(( f FOH ) + SH ) DMN ]dimana:fp = (SH/AH)

f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)

r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO] D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil maupun gagal]

14W Net Capacity Factor[WNCF]= Pr oduksi Netto 100 % ( PH DMN)

15W Net Output factor[WNOF]= Pr oduksi Netto 100 % ( SH DMN)

16W Plant Factor[WPF]= Pr oduksi Netto 100%(( AH ( EPDH+EUDH ))DMN )

=100%