Upload
others
View
31
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI ORGANISASI KEMAHASISWAAN
DI INDONESIA (STUDI KOMPARATIF ANTARA PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DENGAN PRESIDIUM GERAKAN
MAHASISWA NASIONAL INDONESIA PERIODE 2013-2015)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
HAIRUL SALEH
109051000224
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2015 M
ABSTRAK
Hairul Saleh (109051000224) Komunikasi Organisasi Kemahasiswaan di Indonesia (Studi Komparatif antara Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam dengan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Periode 2013-2015).
Himpunan Mahasiswa Islam dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang besar di Indonesia. HMI dengan GMNI merupakan organisasi yang sama-sama fokus pada kaderisasi anggotanya meskipun memiliki azas yang berbeda, HMI dengan azas islam dan GMNI dengan azas marhaenisme. Kedudukan dan otoritas tertinggi dalam HMI yaitu Pengurus Besar HMI sedangkan GMNI yaitu Presidium GMNI. PB HMI dengan Presidium memiliki otoritas dan tanggung jawab terbesar dalam organisasi HMI dan GMNI. Dalam hal ini PB HMI dengan Presidium GMNI membawahi organisasi dalam tingkatan bawah dalam HMI dan GMNI, oleh karena itu komunikasi organisasi dalam PB HMI dan Presidium GMNI harus berjalan dengan baik. Untuk mengetahui komunikasi organisasi yang digunakan oleh PB HMI dan Presidium GMNI, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan bagaimana aliran informasi dan iklim komunikasi oganisasi di PB HMI? Bagaimana aliran informasi dan iklim komunikasi organisasi di Presidium GMNI? Perbandingan aliran dan iklim komunikasi di PB HMI dengan Presidium GMNI? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi organisasi R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam buku “Komunikasi Organisasi, strategi meningkatkan kinerja perusahaan” yang menjelaskan ada delapan permasalahan komunikasi organisasi. Dari delapan permasalahan komunikasi organisasi penulis mengambil dua permasalahan pokok yaitu aliran informasi dan iklim komunikasi organisasi Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskripif analisis yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber. Maka hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pola aliran informasi PB HMI adalah pola lingkaran, arah aliran informasi melalui komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan komunikasi horizontal. Iklim komunikasi organisasi dalam PB HMI ditemukan adanya sebuah kepercayaan antar sesama pengurus dan organisasi dibawahnya, pembuatan keputusan dilakukan bersama, adanya keterbukaan dalam komunikasi ke atas dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta adanya sebuah perhatian pada kinerja dalam kepengurusan. Sedangkan pola aliran informasi yang digunakan Presidium GMNI adalah pola roda dengan arah aliran informasi melalui komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Iklim komunikasi organisasi dalam Presidium GMNI ditemukan adanya kepercayaan antar sesama pengurus, pembuatan keputusan organisasi dilakukan bersama, adanya keterbukaan komunikasi ke bawah dan mendengarkan komunikasi ke atas, serta komitmen kinerja pengurus cukup baik.
Keyword : Komunikasi Organisasi, PB HMI, Presidium GMNI, Aliran Informasi, Iklim Komunikasi Organisasi.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Segala puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Komunikasi Organisasi Kemahasiswaan di Indonesia (Studi
Komparatif antara PB HMI dengan Presidium GMNI Periode 2013-2015)”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh para
pengikutnya. Amin…
Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukan
yang diberikan kepada penulis. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis dengan
tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta pembantu dekan dan
jajarannya.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fita Fathurokhmah, MA
selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam atas motivasi dan
perhatiannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
ii
3. Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu di tengah-tengah kesibukannya guna memberikan arahan, masukan, dan
membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
mengajar penulis, terima kasih atas ilmu yang diberikan. Semoga berkah dan
selalu bermanfaat.
5. Kedua orang tua penulis yaitu Almarhum Ayahanda Apas, Ibunda Ecih yang
telah bekerja keras dalam memperjuangkan sekolah anak-anaknya, juga
nasihat dan motivasi yang selalu diberikan, cinta dan kasih sayangnya serta
tak bosan-bosannya memberikan bantuan moril, materil, dengan segala doa
dan ridho yang mengiringi setiap langkah kehidupan penulis.
6. Muhammad Arief Rosyid Hasan, Twedy Noviady Ginting, Arif Maulana, Eko
Arisandi yang telah banyak membantu penulis memberikan data-data yang
diperlukan.
7. Sahabat terbaik, sahabat perjuangan semenjak SMA yang sudah seperti
keluarga bagi saya yaitu Farry Gunawan, Rahmat Hidayat, Ahmad Yasawi,
Mulkan Azizi, Rendi, Eko Panji, Yuda Eka Putra, Candrika .Atas segala
waktu yang telah kita lewati bersama-sama, segala tawa juga candaannya dan
mendampingi penulis di kala sedih dan susah selalu bersama. Semoga
silahturahmi persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik sampai anak
cucu kita nanti.
8. Indah Fujiani yang telah banyak memberikan dorongan, doa, motivasi, dan
semangat hingga terselasaikannya skripsi ini. Terima kasih atas setiap waktu
yang telah diluangkan untuk menemani penulis selama ini.
iii
9. Sahabat seperjuangan Pendiri KMLA GARUDA FIDKOM Virga Agesta,
Muhammad Manggala, Gardika Kay Rizka, Ahmad Ghazali, Fatkhurrohman.
Atas segala pelajaran kebersamaan dan kerja sama yang telah kalian ajarkan.
10. Sahabat seperjuangan angkatan 2009 Ajeng Retno, Ahmad Nizar Hakim
Ainun Najib, Momba Donna Sari Lubis, Nandya Zahra, Novija Kurniawan
Slamet Nurmawanto, Raditya Pradiptasa, Kamaludin dan yang lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Keluarga besar KMLA Garuda Fidkom, HMI Komfakda, Dema Fidkom, HMI
Cabang Ciputat tempat saya berproses dan berjuang bersama yang telah
memberikan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa.
12. Viqih Akbar yang telah menemani penulis mondar-mandir dalam penyelesaian
skripsi ini.
Dengan demikian skripsi ini saya buat sebaik-baiknya, semoga dapat
membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam
memajukan bidang Komunikasi Penyiaran Islam. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan untuk kita semua. Amin Amin ya Rabbal alamin……..!
Jakarta, 11 Januari 2015
Hairul Saleh
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 8 E. Pedoman Penulisan ............................................................... 12 F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ........................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi Organisasi………………………… 15 B. Permasalahan Komunikasi Organisasi……………………… 17
1. Aliran Informasi dalam Organisasi………………….... 18 2. Iklim Komuikasi Organisasi…………………………… 23 3. Tekhnologi Informasi dalam Organisasi………………. 26 4. Kekuasaan dan Pemberdayaan dalam Organisasi……… 28 5. Komunikasi Organisasi dan Motivasi............................... 30 6. Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi............................ 31 7. Tim dan Kelompok dalam Organisasi............................ 34 8. Stres dan Konflik dalam Organisasi............................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM PB HMI DAN PRESIDIUM GMNI PERIODE 2013-2015
A. Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam………………………. 37 B. Masa Depan HMI Tantangan dan Peluang…………….......... 42 C. Susunan Pengurus PB HMI Periode 2013-2015…………..... 43 D. Matriks Program Kerja Pengurus Besar………………………44 E. Sejarah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia……………. 47 F. Keorganisasian GMNI……………………………………….. 48 G. Susunan Pengurus Presidium GMNI Periode 2013-2015…… 51 H. Program Kerja Presidium GMNI…………………...……….. 52
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi PB HMI Periode 2013-2015…………………………………………. 58
v
B. Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi Presidium GMNI Periode 2013-2015…………………………………. 73
C. Perbandingan Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi PB HMI dengan Presidium GMNI Periode 2013-2015...............................................................................85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………......... 88 B. Saran……………………………………………………....…90
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam
berjalanya roda organisasi. Hal tersebut terbukti berdasarkan beberapa penelitian
yang telah dilakukan tentang komunikasi organisasi. Penelitian tersebut
membahas bagaimana bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat membuat
kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi lebih baik dan bagaimana pola
komunikasi dalam sebuah organisasi dapat membantu dalam mewujudkan tujuan
dalam sebuah organisasi. Selain itu, penggunaan media dalam komunkasi
organisasi sangat berpengaruh besar dalam berjalannya roda organisasi.
Permasalahan dalam sebuah organisasi sering sekali timbul karena
komunikasi organisasi tidak diterapkan dengan baik. Kita sering melihat sebuah
organisasi tidak berjalan dengan efektif dikarenakan kinerja para pengurus dalam
organisasi kurang efektif dan koordinasi di antara para pengurus tidak berjalan
dengan lancar. Dalam hal ini, tugas seorang pemimpin sangat sentral dalam
menyelesaikan persoalan tersebut, pemimpin harus melakukan interaksi yang baik
dengan para pengurus. Interaksi dalam organisasi baik secara perorangan maupun
kelompok tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak ada komunikasi, dua orang
dikatakan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan manusia ini dalam komunikasi disebut sebagai tindakan
komunikasi.1 Interaksi yang harmonis antara para anggota dalam suatu organisasi
1 T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan informasi (Medan, 1985), Cet ke-1, h.48.
1
2
akan membuat roda organisasi berjalan ke arah tujuan, namun bila yang terjadi
sebaliknya tentu akan mengakibatkan terjadinya konflik antar sesama anggota,
maka dari itu komunikasi antar pimpinan dengan anggotanya harus berjalan
secara proporsional.2
Menurut Schein sebagaimana yang dikutip dalam buku Arni Muhammad
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan
fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.3 Selain itu, Schein juga
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan
tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain
menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan ini adalah merupakan suatu
sistem.
Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi.
Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan
juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi,
mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir
semua tindakan organisasi yang relevan. Meski demikian, berkomunikasi dengan
baik tidaklah mudah. Bila sebuah organisasi sampai pada titik di mana
2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-2. 3 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), cet. ke-10,
h.23.
3
komunikasi dalam organisasi tidak seefektif yang seharusnya, organisasi itu tidak
akan berfungsi seefektif yang seharusnya.4
Dalam perjalanan organisasi sering ditemukan permasalahan komunikasi
organisasi. Permasalahan yang sering sekali timbul dalam komunikasi organisasi
adalah masalah motivasi, iklim komunikasi organisasi, aliran informasi dalam
organisasi, teknologi infromasi dalam organisasi, kekuasaan dan pemberdayaan
dalam organisasi, gaya kepemimpinan dalam organisasi, tim dan kelompok dalam
organisasi serta konflik dalam komunikasi organisasi.
Salah satu tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana
menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana meneima
informasi dari seluruh bagian organisasi, proses ini berhubungan dengan aliran
informasi. Apa yang dikemukakan dalam struktur bisa saja bukan yang
sebenarnya terjadi, efisiensi dapat bergantung pada aliran informasi, tetapi ini
bukan pertimbangan satu-satunya. Organisasi mengandalkan inovasi dan harus
mampu menghasilkan informasi dari para anggotanya. Aliran informasi dapat
membantu menentukan iklim dan moral organisasi.5
Banyak sekali organisasi mahasiswa yang sudah berdiri di Indonesia,
mereka bergerak dengan tujuan serta ideologinya masing-masing, seperti :
Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia dan lain
sebagainya. Namun, organisasi tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
membangun Indonesia dengan adil dan makmur. Dari sekian banyak organisasi
4John M. Ivan Cevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,2005), jilid II, h. 115.
5 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan cet.ke-6 PT Remaja Rosdakarya, september 2006.
4
mahasiswa yang ada di Indonesia tidak akan bisa berjalan kalau tidak ada kader
yang menjalankan roda organisasi tersebut. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dan Gerakan mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) merupakan organisasi yang
fokus pada perkaderan dan salah satu organisasi yang telah banyak memberikan
sumbangsih terhadap Indonesia.
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa tertua dan
terbesar di Indonesia, yang berdiri pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau bertepatan
dengan tanggal 5 Februari 1947 M di Yogyakarta. Himpunan Mahasiswa Islam
merupakan organisasi yang berazaskan Islam, berfungsi sebagai organisasi
perkaderan, dengan tujuannya yaitu Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi allah SWT.
Himpunan Mahasiswa Islam saat ini telah berusia hampir 67 Tahun hanya
berbeda dua tahun dari berdirinya Negara Indonesia. Dalam perjalanan organisasi
tersebut telah banyak memberikan kontribusi positif kepada Negara Indonesia,
apalagi pada awal berdirinya memiliki salah satu misi untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Himpunan Mahasiswa telah melahirkan para
tokoh-tokoh hebat seperti: Nurcholish Madjid, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Anas
Urbaningrum, Abraham Samad, Anis Baswedan serta masih banyak tokoh lainnya
yang telah berkontribusi menelurkan pemikiran-pemikiran tentang Ke-islaman
dan Ke-Indonesiaan.
Kedudukan tertinggi Himpunan Mahasiswa Islam berada pada Pengurus
Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), lalu dibawahnya terdapat Pengurus
Badan Koordinasi (BADKO), Pengurus Cabang, Pengurus Koordinator
5
Komisariat (Korkom), serta Pengurus Komisariat yang paling bawah. Selain itu,
Himpunan Mahasiswa Islam memiliki berbagai Lembaga Pengembangan Profesi
(LPP) yang bertujuan sebagai wadah bagi para anggota untuk menyalurkan serta
mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Lalu, Himpunan Mahasiswa Islam juga memiliki sebuah Lembaga Khusus
Kohati.
Saat ini Himpunan Mahasiswa Islam memiliki 191 Cabang Penuh dan 20
Cabang Persiapan diseluruh Indonesia dengan jumlah Badan Koordinasi (Badko)
sebanyak 20 yang tersebar di setiap wilayah dan memiliki ribuan Komisariat di
seluruh Indonesia, serta memiliki 9 Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) yaitu:
Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Pendidikan Mahasiswa
Islam (LAPENMI), Lembaga Seni Mahasiswa Islam (LSMI), Lembaga Kajian
dan Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI), Lembaga Kesehatan
Mahasiswa Islam (LKMI), Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI),
Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI). Selain itu, Himpunan Mahasiswa
Islam memilik sebuah Lembaga Khusus Kohati yang bertujuan sebagai wadah
para kaum perempuan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan
banyaknya Cabang, Badan Koordinasi, Koordinator Komisariat, Lembaga
Pengembangan Profesi serta Lembaga Khusus Kohati, maka dari itu, Pengurus
Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) yang memiliki kedudukan tertinggi
harus memiliki serta menjalankan proses komunikasi yang baik dan efektif agar
roda organisasi berjalan dengan baik dan lancar.
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah sebuah organisasi
mahasiswa di Indonesia. Organisasi ini adalah sebuah gerakan mahasiswa yang
6
berlandaskan ajaran Marhaenisme. Marhaenisme diambil dari kata marhaen yang
berarti orang yang tertindas, marhaenis adalah orang-orang yang memperjuangkan
hak-hak orang yang tertindas, sedangkan marhaenisme sendiri adalah (ideologi)
paham tentang marhaen tersebut. GMNI dibentuk pada tanggal 23 Maret 1954
sebagai hasil gabungan dari tiga organisasi mahasiwa, masing-masing Gerakan
Mahasiswa Marhenis, Gerakan Mahasiswa Merdeka, dan Gerakan Mahasiswa
Demokrat Indonesia. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) bertujuan
untuk mendidik kader bangsa dalam mewujudkan masyarakat Sosialis Indonesia
berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945. Gerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (GMNI) merupakan oganisasi kader dan organisasi perjuangan dan
berazaskan marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi dan
Ketuhanan yang maha esa. Dari penjelasan tersebut peneliti melihat hal yang
menarik dari organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yaitu merupakan organisasi yang fokus
pada perkaderan namun memiliki azas yang berbeda, Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dengan azas islamnya namun, Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(GMNI) dengan azas marhaenisme.
Berdasarkan pemaparan diatas, akhirnya penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Kemahasiswaan Di
Indonesia (Studi Komparatif Antara Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
dengan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Periode 2013-2015).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
penulis fokuskan pada dua permasalahan Komunikasi Organisasi yaitu:
aliran informasi dan iklim komunikasi organisasi organisasi pengurus
besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dengan presidium Gerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015 dalam .
Pembatasan masalah ini dilakukan agar penelitian ini terfokus, sehingga
pembahasan tidak terlalu meluas dengan yang tidak ada hubungannya
dengan masalah yang akan diteliti.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah secara umum, yaitu: Bagaimana Komunikasi
Organisasi, dalam hal ini dirinci sebagai berikut:
a. Bagaimana Aliran Informasi pada PB HMI dan Presidium GMNI
Periode 2013-2015 ?
b. Bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi pada PB HMI dan Presidium
GMNI Periode 2013-2015 ?
c. Perbandingan Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi
antara PB HMI dengan Presidium GMNI Periode 2013-2015.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui aliran informasi pada Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015.
8
b. Mengetahui iklim Komunikasi Organisasi dalam Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015.
c. Untuk mengetahui persamaan serta perbedaan aliran informasi dan
iklim komunikasi organisasi dalam Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) dengan Presidium Gerakan Mahasiswa
Nasional Iindonesia (Presidium GMNI) periode 2013-2015.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada semua kalangan
yang terkait dan menambah khazanah kepustakaan tentang komunikasi
organisasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta khususnya
jurusan Komunikasi dan Penyiarah Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan bagi
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-
2015 dalam memahami serta menyelesaikan permasalahan dalam
komunikasi organisasi sehingga perkaderan berjalan dengan baik dan
benar agar tercipta regenerasi yang baik.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari
9
orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.6 Penelitian deskriptif
hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti
bertindak hanya sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati
gejala dan mencatat dalam buku observasinya.7
Bodgan dan Taylor dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
mendefinisikan “Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Metodelogi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.8
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa
Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(Presidium GMNI). Sedangkan objek penelitian ini adalah Komunikasi
Organisasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan
Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI)
Periode 2013-2014 dalam kaderisasi.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
6 Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.15.
7 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.4.
8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitain Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.3.
10
Penelitian dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli sampai November
2014 yang bertempat di sekretariat Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa
Islam (PB HMI) jalan Diponegoro 16-A Menteng, Jakarta Pusat 10310,
Telp/Fax. 021-2305205 dan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (Presidium GMNI) jalan Percetakan Negara XI. 131 B Jakarta
Pusat.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data awal akan dikumpulkan dari sumber referensi tertulis baik
berupa buku, artikel maupun sumber tulisan-tulisan ilmiah yang
berhubungan dengan judul penelitian yang akan diteliti. Sesuai dengan
metodologi yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif, maka untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini,
penulis menggunakan pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi atau melakukan pengamatan langsung. Observasi yang
peneliti lakukan bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti.
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan penelitian ini. Adapun observasi yang peneliti lakukan hanya
kepada kegiatan dalam organisasi PB HMI dan Presidium GMNI Periode
2013-2015 yang terdapat aktifitas komunikasi organisasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara peneliti-seseorang yang
berharap mendapat informan-sesorang yang diasumsikan mempunyai
informasi langsung dari sumbernya. Peneliti mewawancarai pengurus yang
11
representatif sesuai dengan kebutuhan penelitian. Disini peneliti
mewawancarai ketua serta pengurus yang ada dalam Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini penulis dapatkan dari mengamati
kegiatan yang ada dalam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB
HMI) dan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium
GMNI) Periode 2013-2015 yang berhubungan dengan objek dari
penelitian.
4. Teknik Analisis data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpetasikan. Dalam menganalisa
data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data
tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen
maupun laporan, yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa
yang mudah dipahami.9
Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah data
yang relavan dengan komunikasi organisasi kemahasiswaan di
Indonesia (Studi Komparatif antara PB HMI dengan Presidium GMNI
periode 2013 – 2015).
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) cet. Ke-2, h.78.
12
b. Tahap kedua adalah penyajian data mengenai komunikasi organisasi
kemahasiswaan di Indonesia (studi komparatif antara PB HMI dengan
Presidium GMNI Periode 2013 – 2015) maka data tersebut disusun
dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, tabel dan
sebagainya.
c. Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.
E. Pedoman Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan
“pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance)
uin Syarif Hidayatullah, 2007.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku, jurnal serta
skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi organisasi.
Adapun Skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi
organisasi diantaranya adalah:
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kepemimpinan di
SMU Muhamadiyah 4 Jakarta. Penulis Eska Ariyati. Pada skripsi ini
mengkaji bentuk pelaksanaan komunikasi yang dilakukan oleh siswa yang
tergabung dalam ikatan pelajar Muhamadiyah di SMU Muhamadiyah 4
Jakarta. Hasil yang ditemukan adalah organisasi tersebut menerapkan semua
bentuk komunikasi organisasi yaitu komunikasi internal, komunikasi
diagonal, dan komunikasi eksternal. Metode yang digunakan dalam
13
komunikasi organisasi tersebut menggunakan metode teladan dan pembiasaan
praktek langsung.
Komunikasi Organisasi Persatuan TIONGHOA INDONESIA
(PITI) Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta dalam Berdakwah. Penulis Farah
Nurul Hikam Agustin. Fokus masalah yang diteliti mengenai pola komunikasi
antara pengurus dengan pengurus PITI, pengurus dengan jamaah PITI, dan
jamaah dengan jamaah lainnya.
Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bogor. Penulis Hayustiro. Pada skripsi ini Hayustiro
meneliti media yang digunakan pimpinan BAPPEDA dalam menyampaikan
informasi kepada anggotanya.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skripsi yang
penulis ajukan tidak sama dengan ke tiga skripsi di atas. Pada skripsi ini
penulis meneliti komunikasi organisasi untuk mengetahui aliran komunikasi
dan iklim komunikasi pada PB HMI dan Presidium GMNI Periode 2013-
2015
G. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab yang pada
masing-masing bab dibagi kedalam sub-sub dengan penulisan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar
belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
14
Bab II Kerangka Teori. Dalam Bab ini penulis akan menguraikan teori-
teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini,
diantaranya pengertian komunikasi organisasi, dan permasalahan komunikasi
organisasi.
Bab III Gambaran Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
dan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Periode 2013-2015.
Dalam bab ini penulis akan tentang sejarah Himpunan Mahasiswa Islam dan
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, program kerja PB HMI Periode 2013-
2015, program kerja Presidium GMNI Periode 2013-2015, dan susunan pengurus
PB HMI serta Presidium GMNI Periode 2013-2015.
Bab IV Temuan Lapangan dan Analisi Data. Dalam bab ini penulis akan
menguraikan aliran informasi dalam komunikasi organisasi Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (Presidium GMNI), serta iklim komunikasi organisasi dalam
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015.
Bab V Penutup. Dalam bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan dari
penelitian. Lalu untuk menyempurnakan penelitian ini penulis memberikan saran-
saran agar menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi tentang bahasan penulis
yang telah diangkat sebagai pokok permasalahannya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi
Menurut Onong Uchjana Effendy, pengertian komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung
secara lisan maupun tak langsung melalui media.1 Pengertian komunikasi
organisasi menurut para ahli komunikasi organisasi sangat banyak dan beragam,
di antaranya adalah :
1. Redding dan Sanborn seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang kompleks.”2 Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi downward atau komunikasi atasan kepada
bawahan, komunikasi upward atau komunikasi bawahan kepada atasan.
Dengan kata lain komunikasi organisasi merupakan penyampaian
informasi atau pesan di dalam organisasi baik komunikasi terhadap atasan
maupun bawahan. Dalam hal ini Redding dan Sanborn menyatakan hanya
sebatas komunikasi internal yaitu komunikasi dalam lingkup organisasi
tidak diluar organisasi.3
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)., cet ke-4, h.4.
2 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet, ke-8, h. 65.
3 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) h. 65.
15
16
2. Zelko dan Dance seperti yang dikutip Arni Muhammad mengatakan
bahwa “komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung
yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.”4
Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama
anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai
informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi.5
3. Katz dan Kahn seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Organisasi
karya R.Wayne Pace dan Don F. Faules mengatakan bahwa “komunikasi
organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan
pemindahan arti di dalam suatu organisasi.”6
4. Thayer seperti yang dikutip oleh Khomsahrial Romli mengatakan
“komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi
organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara.”7 Thayer
memperkenalkan tiga sistem komunikasi organisasi yaitu :
a. Berkenanaan dengan kerja kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi.
b. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk.
c. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi.8 5. Greenbaunm seperti yang dikutip oleh Abdullah Masmuh mengatakan
bahwa “komunikasi organisasi adalah arus komunikasi formal dan
4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi )Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) h.66 5 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi h.65-66. 6 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.135. 7 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, Jakarta: PT. Grasindo,
anggota Ikapi, 2011. 8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi h.69
17
informal dalam organisasi.”9 Komunikasi internal dengan eksternal dan
memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi
pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.
6. Goldhaber seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad mengatakan bahwa
“komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling bertukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-
ubah.”10 Dengan kata lain bahwa komunikasi organisasi adalah sebuah
proses dalam menciptakan dan saling bertukar pesan agar kondisi
lingkungan yang dinamis dapat teratasi oleh organisasi.
Dari berbagai macam pendapat para ahli mengenai komunikasi organisasi,
ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan yaitu :
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal
maupun eksternal.
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan
media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan yang dimilikinya.
B. Permasalahan Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses menciptakan dan saling
bertukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama
9 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek, Malang:PT Universitas Muhammadiyah Malang, 2008.
10 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.68
18
lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.11 Oleh
karena itu, komunikasi dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan agar perjalanan
suatu organisasi berjalan dengan baik.
Dalam perjalanan organisasi kita sering sekali menemukan permasalahan,
salah satu permasalahan yang kerap kali muncul adalah permasalahan komunikasi
organisasi. Permasalahan komunikasi organisasi diantaranya yaitu :
1. Aliran Informasi dalam Organisasi
Informasi tidak bergerak dengan sendirinya, kenyataannya
informasi dialirkan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian
informasi tersebut merupakan tantangan besar karena mungkin saja terjadi
distorsi di tengah jalan. Dalam suatu organisasi dalam bentuk perusahaan,
aliran komunikasi yang digunakan menentukan informasi tersebut tepat
sasaran dan dapat dipahami secara “sama” oleh semua pihak.
a. Pola Aliran Informasi
Meskipun organisasi formal sangat mengandalkan proses berurutan
umum untuk menghimpun dan menyebarkan informasi, pola khusus aliran
informasi sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi agar pengiriman dan
penerimaan pesan terjadi dengan teratur.
Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa
pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa” mempunyai
konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi.12 Dalam pola aliran
informasi ada dua pola yang berlawanan yaitu : pola roda dan pola lingkaran.
11 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi h. 69 12 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi h. 69
19
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada
individu yang menduduki posisi sentral.13 Seseorang yang berada dalam posisi
sentral menerima akan menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh
anggota organisasi dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan
yang diberikan oleh anggota lainnya. Sedangkan pola lingkaran
memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya
hanya melalui sejenis pengulangan pesan.14 Dalam pola lingkaran tidak ada
seorang anggota yang dapat berhubungan atau berkomunikasi langsung
dengan semua anggota lainnya, dan tidak ada juga agnggota yang memiliki
sebuah akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan dalam organisasi.
Berdasarkan penjabaran diatas mengenai pola roda dan pola lingkaran
dapat disimpulkan bahwa antara pola roda dan pola lingkaran memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing dan suatu organisasi dapat
menerapkan pola sesuai dengan karakteristik dari suatu organisasi.
b. Arah Aliran Informasi
Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang
berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada
orang lain yang otoritasnya lebih rendah- komunikasi ke bawah; informasi
yang bergerak dari suatu jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada orang
yang otoritasnya lebih tinggi –komunikasi ke atas; informasi yang bergerak di
13 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan h.179.
14 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi , h. 70
20
antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya-
komunikasi horizontal.
a) Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi bererti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa
informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai. Namun, dalam
organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen.15
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan:
1. Informasi mengenai bagaiman melakukan pekerjaaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai 5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission).16 b) Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas di dalam organisasi sangat dibutuhkan terlebih
lagi dalan mengembangkan dan membina organisasi tersebut. Komunikasi
ke atas ini guna menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki akan
organisasi sekaligus dapat memberikan kesempatan kepada pihak bawah
untuk menyumbang gagasan, saran dan kritik serta dalam memberikan
pengajuan pertanyaan. Hal tersebut dapat menjadi barometer bagi
pimpinan dalam menilai apakah dari pihak bawah memahami dan
mengerti akan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka
15 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.181. 16 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.182.
21
terkait dengan program-program yang dijalankan, perkembangan dan juga
apakah sesuai dengan target yang diinginkan.
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat
yang lebih tinggi (Penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi,
kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin
berkomunikasi ke atas yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan
yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada
seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan
atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih
besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.17
Pentingnya komunikasi ke atas, menurut Arni Muhammad karena
beberapa alasan:
1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya.
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.
3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang menggangu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.
4. Komunikasi menumbukan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan petanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi.
5. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut.18
17 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi , h. 156. 18 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi , h. 157
22
c) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di
antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi
individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Jadi, di Universitas, unit
kerja dapat berupa sebuah jurusan. Jurusan komunikasi, jurusan perilaku
organisasi, dan jurusan ilmu pengetahuan semuanya meliputi dosen-dosen
yang dipimpin oleh seorang ketua jurusan. Komunikasi di antara dosen-
dosen dalam sebuah jurusan disebut komunikasi horizontal. Komunikasi
dosen jurusan yang satu dengan dosen jurusan yang lainnya disebut
komunikasi lintas saluran, yaitu informasi diberikan melewati batas-batas
fungsional atau batas-batas unit kerja, dan di antara orang-orang yang satu
sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan.
Menurut R Wayne Pace dan Don F. Faules, menyatakan bahwa
komunikasi horizontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut:
1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para anggota bagian pelatihan dan pengembangan memiliki kegiatan pelatihan utama untuk mengatur dan menyampaikan. Mereka harus saling bertemu untuk mengkoordinasikan pembagian tugas.
2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Bila gagasan dari beberapa orang menjanjikan hasil yang lebih baik daripada gagasan satu orang, komunikasi horizontal menjadi amat penting. Dalam menciptakan rancangan suatu program pelatihan atau kampanye hubungan masyarakat, anggota-anggota suatu bagian mungkin perlu berbagi informasi mengenai rencana-rencana mereka dan apa yang akan mereka kerjakan.
3. Untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini tiga mahasiswa di tempat terpencil ditugaskan di sebuah lokasi umum yang sama. Mereka bertemu dan terlibat dalam komunikasi horizontal dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perjalanan yang tidak perlu dan berbagi tumpangan kendaraan. Mereka mampu mengurangi biaya dan bekerja
23
bersama untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dengan kesulitan yang lebih sedikit.
4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila diusulkan perubahan-perubahan sebagai persyaratan untuk suatu bidang studi utama akademik, dosen-dosen harus bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu pemahaman bersama mengenai perubahan apa yang harus dibuat. Pertemuan dan pembicaraan di antara dosen-dosen yang tingkat organisasinya sama dan di jurusan yang sama, amat penting untuk mencapai pemahaman bersama.
5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. Individu-individu sering mengembangkan pilihan dan prioritas yang akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Bila hal ini terjadi, komunikasi horizontal di antara para anggota unit kerja merupakan hal pokok dalam mendamaikan perbedaan. Kenyataannya, beberapa perbedaan perlu dirundingkan dan didamaikan. Hanya dengan melalui komunikasi horizontal prioritas dapat disesuaikan dan konflik diselesaikan.
6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona. Karena kita memakai sejumlah besar waktu kita untuk berinteraksi dengan orang lain dalam pekerjaan, kita semua sampai tingkat tertentu memperoleh dukungan antarpersona dari rekan-rekan kita. Kebanyakan komunikasi horizontal kita bertujuan untuk memperkuat ikatan dan hubungan antarpersona. Para pegawai sering makan siang bersama dan bertemu pada waktu istirahat untuk memperkuat hubungan antarpersona. Komunikasi horizontal memegang peranan penting dalam pembinaan hubungan diantara para pegawai dan mendorong terciptanya unit kerja yang padu. Para pegawai yang tingkatnya sama, yang sering berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lainnya. Interaksi antar sejawat menghasilkan dukungan emosional dan psikologis.19
2. Iklim Komunikasi Organisasi
Ada hubungan yang sekuler antara iklim organisasi dengan iklim
komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan
iklim, di antaranya iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh
bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan
berkomunikasi.20 Istilah iklim disini merupakan kiasan (metafora) kiasan
adalah bentuk ucapan yang di dalamnya suatu istilah atau frase jelas artinya
19 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.189. 20 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 85.
24
dalam situasi yang berbeda yang bertujuan menyatakan suatu kemiripan.21
Contohnya: tempat ini di rumah sendiri, nyaman, suasana kekeluargaan,
meskipun perbandingan figuratif, perbandingan tersebut memberi informasi
mengenai ini, struktur, dan arti situasi baru tersebut.
Frase ‘iklim komunikasi organisasi’ menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti iklim anda membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.22
Dalam menelaah iklim komunikasi organisasi, kita harus memilah
terlebih dahulu apa itu iklim komunikasi dan iklim organisasi. Kedua bentuk
iklim tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk pertama-tama akan
dibahas terlebih dahulu iklim organisasi.
a. Iklim Komunikasi
Menurut R Wayne Pace dan Don F. Faules bahwa :
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi. Iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam organisasi.23
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi
berhubungan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan terhadap informasi
dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika komunikasi berjalan positif di
antara anggota, maka akan timbul suasana kerja yang penuh dengan
persaudaraan, para anggota perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks,
ramah tamah, dengan anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat
21 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.147. 22 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.148. 23 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h.149
25
meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negatif
dapat menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan..
b. Iklim Organisasi
Kreeps dan Curtis yang dikutip oleh Soleh Soemirat, Elvinaro
Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku Komunikasi Organisasional
menyatakan bahwa:
Iklim organisasi adalah ‘sifat emosional intern organisasi’ yang didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep terebut dibuat atas dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca. Beberapa iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya.24
Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas,
ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat
mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim
organisasi, maka kita akan membahas secara keseluruhan yaitu iklim
komunikasi organisasi. Menurut Falcinone yang dikutip oleh Wayne Pace dan
Don F.Faules dalam buku Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa :
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.25
Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji teori
Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku Komunikasi
24 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, h. 75.
25 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 151.
26
Organisasi yang mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi
yaitu:
1. Supportivinnes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.
2. Partisipasi membuat keputusan 3. Kepercayan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia 4. Keterbukaan dan keterusterangan 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.26
Dari sini dapat dikatakan bahwa iklim komunikasi orgaisasi memiliki
pengaruh yang cukup penting bagi motivasi kerja dan masa kerja pegawai
dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan
mendukung komitmen pada organisasi dan iklim komunikasi yang kuat
seringkali menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi
yang lebih mendukung serta menciptakan loyalitas terhadap organisasi dan
komitmen terhadap kinerja yang tinggi, bersikap jujur dalam bekerja,
mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, melaksanakan tugas
secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya.
3. Teknologi Informasi dalam Organisasi
Teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan
perkembangan zaman. Teknologi informasi akan mempermudah kehidupan
manusia, jika menggunakan alat teknologi informasi dua benua akan terasa
tidak berjarak.27 Kehadiran komputer, internet, telepon seluler, dan berbagai
alat teknologi informasi akan membuat arus informasi dalam organisasi
semakin lancar.
26 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, h. 85. 27 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 235.
27
Teknologi informasi sangat erat kaitannya dengan komunikasi yang
didalamnya memuat semua teknologi yang berhubungan dengan penanganan
informasi, penanganan ini meliputi pengambilan, pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.
Teknologi informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
organisasi, namun sebelum menerapkan teknologi informasi untuk sebuah
organisasi harus dilihat terlebih dahulu karakteristik dari sebuah organisasi.
Peran teknologi informasi bagi sebuah organisasi dapat dilihat dengan
menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry seperti yang
dikutip oleh Abdullah Masmuh, yaitu : fungsi operasional, fungsi monitoring
dan kontrol, fungsi perencanaan, fungsi komunikasi, dan fungsi
interorganisasional.28
a. Fungsi Operasional
Fungsi operasional membuat struktur organisasi menjadi lebih
ramping karena telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi.
Karen sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi,
unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan
fungsinya sebagai supporting agency di mana teknologi informasi
dianggap sebagai firm infrastructure.
b. Fungsi Monitoring dan Kontrol
Keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap
fungsi manajer atau pemimpin. Sehingga struktur organisasi unit terkait
28 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek, h. 78.
28
dengannya harus dapat memiliki span of control yang memungkinkan
terjadinya interaksi efektif dengan para pemimpin di organisasi terkait.
c. Fungsi Perencanaan
Teknologi informasi memiliki peranan strategis, karena
peranannya sebagai enabler dari rencana organisasi dan merupakan sebuah
knowledge generator bagi para pimpinan organisasi yang dihadapkan pada
realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting dalam organisasi.
d. Fungsi Komunikasi
Secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era
organisasi modern, dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya
sebagai sarana atau media individu organisasi dalam berkomunikasi,
berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.
e. Fungsi Interorganisasional
Merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh
semangat globalisasi yang memaksa organisasi untuk melakukan
kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. Tipe
dan fungsi peranan teknologi informasi ini secara langsung akan
berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi.
4. Kekuasaan dan Pemberdayaan dalam Organisasi
Pada dasarnya organisasi mempunyai sifat berusaha memenuhi
beberapa jenjang keteraturan tertentu sehingga dapat bertahan dan mencapai
tujuannya. Ini berarti suatu organisasi harus dapat mengajak anggotanya
bersikap dengan cara-cara yang bermanfaat bagi organisasi.29 Hal itu dapat
29 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 253.
29
meliputi suatu keteraturan yang dirundingkan, tetapi pengaturan manusialah
yang melibatkan pelaksanaan kekuasaan. Individu yang bergabung dengan
organisasi atau mereka yang dilahirkan ke dalamnya, mencari manfaat
tertentu. Usaha-usaha mereka untuk melakukan hal ini adalah dengan
menggunakan kekuasaaan.
Clegg mengemukakan yang dikutip oleh Arni Muhammad bahwa:
“Organisasi pada dasarnya adalah pengendalian dalam memperluas
kekuasaan melalui pendelegasian, orang harus dapat menyatukan delegasi
dengan kekuasaan yang mengesahkannya.”30 Dalam kebanyakan kasus,
individu dalam sebuah organisasi juga menginginkan rasa kendali, ini bukan
hanya masalah di mana seseorang cocok dalam organisasi, tetapi ke mana
seseorang akan bergerak dalam suatu organisasi.
Organisasi bukan hanya sekedar tempat untuk kekuasaan semata,
tetapi organisasi menggambarkan suatu bagian nyata dari kehidupan dan
identitas pribadi seseorang. Pemberdayaan dalam organisasi adalah sebuah
proses yang menyangkut cara individu menggunakan kekuasaaannya dalam
organisasi.31
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengatur, atau
mengendalikan dan merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi,
kekuasaan tidak hanya terletak pada manusia dan sumberdaya, tetapi juga
dalam struktur sosial itu sendiri.32 Konsep pemberian kekuasaan atau
pemberdayaan dalam organisasi memiliki beberapa dimensi. Conger dan
Kanungo seperti yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules
30 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi , h. 90. 31 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi h. 254. 32 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 254.
30
menunjukkan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dari arti relasional atau
motivasional.33 Aspek-aspek relasional menekankan pembagian kekuasaan
antara atasan dengan bawahan dalam organisasi dan ada sebuah usaha untuk
melonggarkan hierarki serta menekankan pemecaha masalah bersama.
5. Komunikasi Organisasi dan Motivasi
Dari semua isu dalam bidang komunikasi, manajemen, dan
kepemimpinan, barangkali isu paling populer adalah motivasi. Motivasi
menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga untuk
melakukan suatu pekerjaan.34 Komunikasi organisasi yang terjadi dalam
sebuah organisasi akan mempengaruhi motivasi pengurus dan anggota
dalam sebuah organisasi.
Penelitian dan pengalaman hidup dalam organisasi menunjukkan bahwa
vitalitas kerja didasarkan atas empat asumsi utama, yaitu :
a. Seberapa jauh harapan anggota dipenuhi oleh organisasi. b. Apa yang dipikirkan pegawai mengenai peluang mereka dalam
organisasi. c. Bagaimana pendapat anggota mengenai seberapa banyak
pemenuhan yang diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi. d. Bagaimana persepsi anggota mengenai kinerja mereka dalan
organisasi.35
6. Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi
Tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan
kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi mereka.36 Jadi
pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-
hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang
33 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 256. 34 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi h. 114. 35 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 254. 36 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 254.
31
memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan
kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan,
kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.37
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja atau cara bekerja sama
dengan orang lain yang konsisten. Melalui apa yang dikatakannya dan apa
yang diperbuatnya, seseorang membantu orang-orang lainnya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Seorang pemimpin yang dinilai baik
menitik beratkan pada pemenuhan janji, penghargaan dan dukungan sebagai
teknik motivasi dan bertindak dengan cara yang hangat serta membantu,
menunjukkan perhatian dan penghargaan kepada bawahan.38
Pemimpin yang dinilai buruk memberi ancaman, merendahkan,
berperilaku tanpa pertimbangan, dan menetapkan serta menyusun peranannya
dan peranan bawahannya untuk pencapaian tujuan.
Dari sekian banyak model, teori dan analisis, ada enam sistem yang
populer untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan gaya kepemimpinan:
a. Teori Kisi Kepemimpinan
Salah satu teori gaya kepemimpinan yang paling banyak
didiskusikan adalah yang dikemukakan oleh Blake dan Mouton seperti
yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules yaitu kisi
manajerial tapi kini disebut kisi kepemimpinan.39 Kisi tersebut berasal
dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer pada tugas atau pada
hal-hal yang telah direncanakan untuk diselesaikan oleh organisasi
37 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 278. 38 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 279. 39 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 280.
32
yang mempengaruhi mereka. Kelima jenis gaya kepemimpinan yang
dikemukakan model kisi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1) Gaya Pengalah
2) Gaya Pemimpin Pertengahan
3) Gaya Tim
4) Gaya Santai
5) Gaya Kerja.40
b. Teori 3-D
Teori 3-D menghasilkan delapan gaya kepemimpinan, yaitu :
1) Gaya Ekesekutif
2) Gaya Otokrat Lunak
3) Gaya Pengembang
4) Gaya Birokrat
5) Gaya pencari Kompromi
6) Gaya Otokrat
7) Gaya Pembawa Misi
8) Gaya Penyendiri.41
c. Teori Kepemimpinan Situasional
Hersey dan Blanchard seperti yang dikutip oleh R. Wayne Pace
dan Don F. Faules mengembangkan konsep kepemimpinan.42 Teori
kepemimpinan situasional ternyata terdapat banyak kemiripan dengan
teori yang dikemukakan Blake dan Mouton yaitu ada dua dimensi gaya
kepemimpinan : struktur pertimbangan dan pengawalan.
40 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 284. 41 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 286. 42 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 287.
33
Ada empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat dikemukakan :
1) Memberitahu
2) Mempromosikan
3) Berpartisipasi
4) Mewakilkan.43
d. Teori Empat-sistem
Salah satu teori gaya kepemimpinan yang paling sering
diperbincangkan adalah teori yang dikemukakan Likert. Likert seperti
yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules menemukan empat
gaya atau sistem manajerial yang berdasarkan pada suatu analisis, yaitu :
1) Gaya Penguasa Mutlak
2) Gaya Semi-Mutlak
3) Gaya Penasihat
4) Gaya Pengajak-Serta.44
e. Teori Kontinum
Tannenbaum dan Schmidt seperti yang dikutip oleh R. Wayne Pace
dan Don F. Faules meneliti pengambilan keputusan sebagai konsep utama
dalam kontinum perilaku kepemimpinan.45 Teori kontinum dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya.
2) Manajer membuat keputusan dan menawarkannya.
3) Manajer mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk
mempertanyakannya.
43 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 288. 44 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 289. 45 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 290.
34
4) Manajer mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat diubah.
5) Manajer menentukan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk
membuat keputusan.
6) Manajer mengizinkan bawahan membuat keputusan.46
f. Teori Kebergantungan
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu kepemimpinan yang baik itu
bergantung kepada situasi ketika kepemimpinan tersebut dilaksanakan.
Fiedler yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules
mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep
kebergantungan.47 Menurut teori kebergantungan, keefektifan pemimpin
bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya juga
situasi tertentu yang dihadapinya.
7. Tim dan Kelompok dalam Organisasi
Tim dan kelompok dalam sebuah organisasi sangat berperan dalam
sebuah organisasi, tim dan kelompok yang baik akan membuat tujuan
organisasi mudah tercapai. Anggota organisasi yang paling efektif cenderung
bekerja dengan orang lain, menyumbangkan karakter mereka sendiri kepada
suatu karakter organisasi dan menumbuhkan keahlian, motivasi, dan
pandangan anggota organisasi lainnya.48
Sebuah tim kerja adalah kelompok pekerja yang bertanggung jawab
atas pembentukan produk atau menangani suatu proses dalam organisasi.49
Dalam sebuah organisasi sebuah tim dan kelompok tidak tercipta dengan
46 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 291. 47 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 292. 48 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 292. 49 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 24.
35
sendirinya, melainkan harus ada pembentukan yang dilakukan oleh anggota
organisasi. Tampaknya paling sedikit ada tiga cara untuk membangun
kelompok atau tim, yaitu : melalui pemuasan kebutuhan, melalui penugasan
pada proyek, dan melalui penataan ulang yang dilakukan orang dengan dasar
harian.50
8. Stres dan Konflik dalam Organisasi
Ciri-ciri komunikatif stres jelas terlihat dalam suatu definisi
kontemporer yaitu penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang
diakibatkan unterpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi
agenda pribadi seorang individu.51 Stres adalah suatu hal yang dapat terjadi
pada siapapun namun, hal itu dapat dihindari melalu berbagai macam cara.
Kita mampu mengidentifikasi tiga bentuk strategi untuk menghindari stres
dengan cara :
a. Meminimalkan efek konsekuensi jasmani melalui kelegaan sementara b. Memperkuat kemampuan orang untuk mengatasi konsekuensi jasmani
berdasarkan basis jangka panjang c. Menginterpretasikan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan kita
sehingga kita dapat menyingkirkan konsekuensi mental, emosional, relasional, dan spiritual yang negatif agar kita dapat hidup panjang dengan damai.52 Konflik didefinisikan sebagai suatu perjuangan yang diekspresikan
antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang
mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dean
50 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, h. 296. 51 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. Ke-4, h. 297. 52 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. Ke-4, h. 2301.
36
gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka.53 Dalam sebuah
organisasi konflik bisa terjadi antara pribadi dan kelompok. Konflik dalam
sebuah organisasi dapat membuat stres anggota dalam suatu organisasi.
Berdasarkan penjabaran tentang permasalahan komunikasi organisasi
di atas dapat disimpulkan bahwa apabila aliran informasi, iklim komunikasi
organisasi, teknologi informasi, kekuasan dan pemberdayaan, gaya
kepemimpinan, tim dan kelompok, stres dan konflik, serta motivasi berjalan
dengan baik dan sesuai maka roda organisasi akan berjalan dengan baik dan
lancara tanpa adanya sebuah hambatan. Berdasarkan pemaparan
permasalahan-permasalahan komunikasi organisasi peneliti melihat dua
permasalahan yang sering timbul dalam suatu organisasi, yaitu aliran
informasi dalam organisasi dan iklim komunikasi organisasi.
53 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-4, h. 303.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam
5 Februari 1947, 67 tahun yang lalu menjadi tonggak bersejarah berdirinya
HMI. Perjalanan 67 tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah menorehkan
tinta sejarah di pentas nasional. Banyak tokoh nasional dan lokal telah dilahirkan
oleh organisasi yang lahirnya diprakarsai oleh Lafran Pane ini. HMI pun
diharapkan tetap dapat memberikan kontribusinya dalam mengisi perjalanan
bangsa. Menurut Agus Salim Sitompul, secara umum ada 4 (empat) permasalahan
yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI, yaitu situasi dunia
internasional, situasi NKRI, kondisi mikrobiologis umat islam di Indonesia, dan
kondisi perguruan tinggi dan kemahasiswaan.1
1. Situasi Dunia Internasional.
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat
Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa
kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama
sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam
terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula
kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan umat Islam, maka munculah gerakan
untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara
benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan
1 Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI, h. 50
37
38
Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang
totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya
terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola
kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan
Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada
proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist
Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pembaharuan
di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu
juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873),
Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab
(Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India
(1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.
2. Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu
pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun
membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
a. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
b. Missi dan Zending agama Kristiani.
c. Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah
SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal
Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
3. Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
39
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan
ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam
upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama
dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam
sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim
ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang
menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan
akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri
dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam.
Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan
dalam masyarakat Indonesia.
4. Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi
(PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang
diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan Perguruan Tinggi
khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme
yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia”. Kedua :
adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa
Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh
Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda
dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis
Keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal
40
dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan
akhirat.
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran
Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas
Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia
25 tahun. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya
antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara. Beliau adalah anak seorang Sutan Pangurabaan Pane –tokoh
pergerakan nasional “serba komplit” dari Sipirok, Tapanuli Selatan-. Lafaran
Pane adalah sosok yang tidak mengenal lelah dalam proses pencarian jati
dirinya, dan secara kritis mencari kebenaran sejati. Lafran Pane kecil, remaja
dan menjelang dewasa yang nakal, pemberontak, dan “bukan anak sekolah
yang rajin” adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol
dari Independensinya. Sebagai figur pencarai sejati, independensi Lafran
terasah, terbentuk, dan sekaligus teruji, di lembaga-lembaga pendidikan yang
tidak Ia lalui dengan “Normal” dan “lurus” itu (-Walau Pemuda Lafran Pane
yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim terpelajar pernah juga
menganyam pendidikan di Pesantren Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah
Muhammadiyah ; pada hidup berpetualang di sepanjang jalanan kota Medan,
terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak
menentu; pada kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan
yang Ia jalani dengan menjual karcis bioskop, menjual es lilin, dll.
Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur
fundamental independensi diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan
41
dia untuk terus secara kritis mencari kebenaran sejati dengan tanpa lelah, di
mana saja, kepada saja, dan kapan saja.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat”2
Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya
Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena
faktor, sebagai berikut :
1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan meliputi beberapa aspek, di antaranya: a. Aspek Politik : Indonesia menjadi objek jajahan Belanda. b. Aspek Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan
kerajaan Belanda. c. Aspek Hukum : Hukum berlaku diskriminatif d. Aspek pendidikan : Proses pendidikan sangat dikendalikan oleh
Belanda. e. Aspek ekonomi : Bangsa Indonesia berada dalam kondisi
ekonomi lemah. f. Aspek kebudayaan : Masuk dan berkembangnya kebudayaan
yang bertentangan dengan kepribadian Bangsa Indonesia. g. Aspek Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama
Kristen di Indonesia, dan Umat Islam mengalami kemunduran. 2. Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan,
pemahaman, dan pengamalan ajaran islam. 3. Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan. 4. Munculnya polarisasi politik. 5. Berkembangnya paham dan Ajaran komunis. 6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis. 7. Kemajemukan Bangsa Indonesia. 8. Tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan.3
2 Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI, h. 53 3 Modul Latihan Kader I HMI Cabang Ciputat tahun 2013
42
B. Masa Depan HMI Tantangan dan Peluang
Kritik terhadap HMI datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini
sangat positif karena dengan demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan
kelebihan organisasi. Sehingga kedepan kita mampu memperbaiki dan
menentukan sikap dan kebijakan yang sesuai dengan keadaan zaman.
Dari masa ke masa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI
tentang kritik independensi HMI, kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap
komunisme, tuntutan Negara Islam, dukungan terhadap rehabilitasi masyumi,
penerimaan azas tunggal Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain
yang memberikan penilaian kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam
kongres HMI ke XX mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi,
refungsionalisasi, dan restrukturisasi organisasi. Anas Urbaningrum menjawabnya
dengan pemberian wacana politik etis HMI. Yakni dengan langkah: Peningkatan
visi HMI, intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi
Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat
sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita
HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan masa depan bangsa Indonesia sangat
komplek. Tetapi justeru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk
memperjuangkan cita-cita HMI sampai mencapai tujuan.
C. Susunan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode
2013-1015
1. Ketua Umum : M. Arif Rosyid Hasan
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota : Arif Maulana
3. Ketua Bidang Perguruan tinggi, kemahasiswaan, pemuda : Azhar kahfi
43
4. Ketua Bidang Kewirausahaan : Ariyanto Tinendung
5. Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan :Faisal Muchlis
6. Ketua Bidang Ketahanan Nasional dan Otonomi daerah : Titan Sugiana
7. Ketua Bidang Sosial dan Politik : Arman Saputra
8. Ketua Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat : Ahan Syahrul
9. Ketua Bidang Hubungan Internasional : Ahmad Tantawi
10. Keua Bidang Pengembangan Profesi : Agus Toro
11. Ketua Bidang Pengelolaan SDA : Ricky Valentino
12. Ketua Bidang Lingkungan Hidup :Arista Junaedi
13. Ketua Bidang Hukum dan HAM : Amal Sakti
14. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat :Farid Saputra
15. Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi :Suyatmin
16. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan : Endah Cahya Immawati
17. Sekretaris Jendral : Mulyadi P. Tamsir
18. Bendahara Umum : Bambang Pria Kusuma
D. Matriks Program Kerja PB HMI Periode 2013-2015 sebagai berikut :
1. Bidang Kewirausahaan
a. Training khusus kewirausahaan
b. Membentuk badan filantrophy ‘’Dompet amal’’ mahasiswa islam
c. Inventarisasi lembaga2 keuangan/usaha yang sudah ada di
cabang2/komisariat
d. Dialog Bedah UU No 17 tentang Koperasi
e. Pembentukan badan Filantrophy ‘’Dompet Amal” di Cabang-cabang
yang berpotensi
44
2. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
a. Festifal Kebudayaan Internasional
b. Sekolah Multikultural
c. Diskusi aktual tentang kebudayaan dan pendidikan
d. Madrasah Perdamaian
e. Advokasi kebijakan di bidang kebudayaan dan pendidikan
f. Beasiswa HMI
3. Bidang Hukum dan HAM
a. Pembentukan Forum Komunikasi Hukum Lintas OKP
b. Diklat Bantuan Hukum dan Pengawasan Peradilan di Indonesia
c. Pelatihan PKPA untuk kader HMI
d. Melakukan kajian an riset terhadap produk UU yang di undangkan
sejak 1999-2013.(RISET UU yang bertentangan dengan HAM sejak
1999-2013)
e. Berpartisipasi dalam Pembahasan RAPBN 2014
f. Pendampingan dan pembinaan narapidana
g. Sosialisasi UU pemilu dan PILPRES 2014
h. Pertemuan pemuda muslim sedunia tentang HAM
4. Bidang PTKP
a. Lesehan Demokrasi
b. Lokakarya Ideopolitor Stratak
c. Beasiswa HMI
d. Campus of Leader
e. Pertemuan Pemuda ASEAN
45
f. Book Of PTKP (B.o.P)
5. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan
a. Penerbitan Administrasi
b. Revitalisasi Sekretariat PB HMI
c. Peningkatan pemahaman terhadap pedoman Administrasi
kesekretariatan
6. Bidang PSDA
a. Optimalisasi Sumberdaya Laut & Peningkatan Kesejahteraan Nelayan
b. Restorasi Kawasan (lahan kritis dan lahan pasca tambang)
7. Bidang Pengembangan Profesi
a. Ngopikir bareng
b. Deklarasi HMI untuk rakyat
c. Menyusun data base lembaga pengembangan profesi di tingkatan
cabang secara nasional
8. Bidang Pembinaan Anggota
a. Survey kebutuhan Anggota
b. Pembuatan Media Sosial internal (Blog, twitter, FB)
c. Pendataan kondisi keinsntrukturan dan badan2 khusus
d. Maperca Percontohan
e. Diskusi bulanan (Bedah pedoman perkaderan)
f. Pra lokakarya Perkaderan
g. Pembuatan kartu anggota
h. Pembuatan Buku Saku NDP
9. Bidang Kebendaharaan
46
a. Anggaran Kebutuhan Rutin Bulanan PB HMI 2013-2015
b. Pelatihan Standarisasi Pengelolaan Keuangan
c. Standar Opersional Pengelolaan Anggaran PB HMI 2013-2015
d. Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan
e. Penyusunan Database Donatur
10. Bidang Hubungan Internasional
a. Peduli Komunitas ASEAN 2015 (PeKA 2015)
b. Konferensi Internasional
c. Parade Budaya Komunitas ASEAN
d. Diskusi Interaktif
e. Seminar & Talk Show
11. Bidang PAO
a. Restrukturisasi cabang bermasalah
b. Penerapan manajemen IT
c. Rasionalisasi structural
d. Akreditasi institusional
e. Penegakkan disiplin regenerasi kepengurusan
f. Penegakkan disiplin regenerasi kepengurusan
g. Pengawasan Internal
12. Bidang Informasi dan Komunikasi
a. Launching Portal insancita.org
b. Lokakarya “membangun menejemen organisasi berbasis IT”
c. Pengadaan komputer laptop dan printer
13. Bidang PU
47
a. Peningkatan Kualitas Keislaman
b. Dialog dan Jambore Pemuda Lintas Agama
c. Pusat Studi dan Kajian Keislaman
d. Peringatan Hari Besar Islam
E. Sejarah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
1. Sejarah Pembentukan GMNI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil
proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan yang berasaskan sama yakni
Marhaenisme ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah:
a. Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta
b. Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya
c. Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di
Jakarta.4
Proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa mulai tampak, ketika
pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia
(GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama
yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh
S.M. Hadiprabowo.
Dalam satu rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung
Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk
mempersatukan ketiga organisasi yang seasas itu dalam satu wadah.
Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang
lain, dan ternyata mendapat sambutan positif.
4 Website Presidium GMNI WWW.GMNI.co.id
48
Setelah melalui serangkaian pertemuan penjajagan, maka pada Rapat
Bersama antar ketiga Pimpinan Organisasi Mahasiswa tadi, yang
diselenggarakan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Soediro), di Jalan
Taman Suropati, akhirnya dicapai sejumlah kesepakatan antara lain:
1) Ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi
2) Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi ini bernama Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI)
3) Asas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) adalah
Marhaenisme ajaran Bung Karno
4) Sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya
Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain:
Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo,
Heruman, dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis Wahyu Widodo, Subagio
Masrukin, Sri Sumantri Marto Suwignyo, Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat
Indonesia, S.M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko, Sulomo.
F. Keorganisasian GMNI
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keorganisasian GMNI adalah sebagai berikut :
1. Sifat
GMNI adalah organisasi yang bersifat independen artinya secara
organisatoris GMNI tidak berafiliasi kepada salah satu kekuatan politik
tertentu, namun secara personal kader GmnI bebas menyalurkan aspirasi
politiknya pada kekuatan sosial politik apapun.
2. Tujuan
49
GMNI merupakan organisasi kader dan organisasi perjuangan yang
bertujuan mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme
Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 UUD 1945.
3. Azas
GMNI memiliki azas Marhaenisme yaitu Sosio Nasionalisme,
Sosio Demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Arah Perjuangan
Sebagai organisasi perjuangan maka setiap kader GmnI tidak saja
dituntut berjuang dan berpihak pada kepentingan rakyat tetapi sekaligus
berjuang bersama-sama rakyat untuk melawan segala macam bentuk
penindasan yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme, imperialisme,
kolonialisme dan feodalisme.
5. Motto Perjuangan
Motto perjuangan GMNI adalah Pejuang Pemikir ~ Pemikir
Pejuang yang memiliki arti Pejuang Rakyat yang selalu memikirkan
perjuangan dan kelanjutan perjuangannya dan pemikir (intelektual) yang
selalu mengabdikan ilmunya untuk perjuangan rakyat sepenuhnya.
6. Lambang dan Logo GMNI
Lambang GMNI berbentuk perisai bersudut enam, atau tiga sudut
diatas, dan tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang merah
mengapit bidang putih, tegak vertikal. Ditengah perisai terdapat lukisan
bintang merah dengan kepala banteng hitam sebagai pusat. Dibawah
bintang terdapat logo GmnI. Makna yang terkandung :
a. Tiga Sudut atas perisai melambangkan Marhaenisme.
50
b. Tiga Sudut bawah perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
c. Warna Merah berarti berani, warna putih berarti suci. Makna
komposisi: Keberanian dalam menegakkan kesucian.
d. Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi.
e. Kepala banteng melambangkan potensi rakyat Marhaen. Warna hitam
melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas
perjuangan.
Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu
huruf G-m-n-I dengan komposisi sebagai berikut:
a. Huruf “G” yaitu kependekan dari kata “GERAKAN” ditulis dalam
huruf kapital (huruf besar).
b. Huruf “M” yaitu kependekan dari kata “MAHASISWA” ditulis dalam
huruf kecil.
c. Huruf “N” yaitu kependekan dari kata “NASIONAL” ditulis dalam
huruf kecil.
d. Huruf “I” yaitu kependekan dari kata “INDONESIA” ditulis dalam
huruf kapital (huruf besar).
Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan
INDONESIA merupakan elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh
organisasi GMNI, sementara aspek MAHASISWA dan NASIONAL
hanya menunjukkan predikat yang mempertegas keberadaan organisasi
GMNI.
7. Struktural Keorganisasian
51
Kerja-kerja organisasi dilakukan dengan membagi tugas dan
tanggung jawab pada seluruh tingkatan struktur, adapun tingkatan struktur
organisasi GMNI sebagai berikut :
a. Presidium, Pimpinan organisasi tertinggi, berkedudukan di Ibu Kota.
b. Koordinator Daerah (KORDA), Kepanjangan tangan dari presidium,
berkedudukan di provinsi.
c. Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Pimpinan organisasi yang berada di
tingkatan kabupaten/kota.
d. Komisariat, Pimpinan organisasi yang berada di tingkat Perguruan
Tinggi/Fakultas.
G. Susunan Pengurus Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Periode 2013-2015
a. Ketua : Twedy Noviady Ginting
b. Sekretaris Jenderal : Bintar L. Pradipta
c. Bendahara : Christine Th.C Walangarei
d. Komite Organisasi : Raden Karno Balubun
e. Komite Ideologi dan Kaderisasi : Ari Harnando
f. Komite Politik dan Hubungan Internasional : Wilhelmus Wempy Hadir
g. Komite Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat : Pius A. Bria
h. Komite Agitasi dan Propaganda : Hari Suhud
i. Komite Gerakan Sarinah : Eviyanti Kumala Dewi Batubara
j. Komite Kepulauan dan Wilayah Perbatasan : Elvis Zaidmas Watubun
k. Komite Pendidikan dan Kebudayaan : Dedy Tri Ari Rahmad
l. Komite Pengorganisiran Organ Lintas Sektoral : Yusrianto
m. Komite Reforma Agraria : Muhammad Derajad
n. Komite Sosial dan Bencana Alam : Amilan Hatta
52
Badan-badan :
a. Kepala Badan Usaha Gerakan : Pius A. Bria
b. Kepala Badan Hukum dan Advokasi Gerakan : Rolando Parulian
Tamba
c. Kepala Badan Reforma Agragria : Muhammad Derajad
1. Misi GMNI 2013-2015
b. Mempengaruhi kebijakan politik, ekonomi dan kebudayaan negara
agar berpihak pada rakyat.
c. Mendorong partisipasi rakyat miskin dalam proses mempengaruhi
kebijakan politik, ekonomi dan kebudayaan.
d. Membangun sistem organisasi progresif.
e. Mendorong proses pendidikan kader yang berorientasi pada
pengemgangan nalar kritis, kemampuan organisatoris serta
pembentukan watak kerakyatan.
2. Tujuan Program
a. Lahirnya sistem serta kebijakan politik, ekonomi dan kebudayaan yang
mampu melindungi dan mensejahterakan rakyat miskin.
b. Rakyat mampu mengorganisir diri dalam merebut kedaulatannya.
c. Terbangunnya sistem organisasi yang mampu menopang pemecahan
masalah-masalah kerakyatan.
d. Kader sebagai penggerak organisasi memiliki kemampuan mendorong
arah, proses serta output program sesuai dengan garis organisasi.
G. Program Kerja Presiudium GMNI
53
a. Bidang Internal
1) Konsolidasi Organisasi
Tugas pokok bagi Presidium adalah melakukan konsolidasi lewat
menggelar pertemuan-pertemuan skala nasional maupun regional yang
tujuannya dapat menyatukan kembali hubungan emosional segenap
Korda, Cabang pasca Kongres. Menggelar pertemuan berskala nasional
dan regional minimal 1(satu) kali dalam 1 (satu) pengurusan untuk
membangun hubungan emosional segenap cabang, Korda dan
Presidium, diluar agenda Kongres dan Rakornas serta melaksanakan
Rakornas sesuai amanah AD/ART.
2) Penataan Organisasi
a) Tertib Administrasi
Tertib administrasi ini dilakukan dengan tujuan agar tercipta
sinergi kerja organisasi secara nasional di seluruh tingkatan
struktural. Penataan tersebut meliputi :
1. Menginventarisir data base anggota secara nasional
2. Penerbitan buku panduan organisasi (PO) sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas-tugas organisatoris.
3. Penerbitan Surat Keputusan Peringatan terhadap DPC yang
sudah berakhir masa kepengurusan.
4. Penerbitan Surat Keputusan tentang Peninjauan Status DPC
Defenitif menjadi Caretaker yang sudah berakhir masa
kepengurusan lebih 6 (enam) bulan.
54
5. Monitoring dan evaluasi sistem pengembangan organisasi di
tingkatan KORDA, DPC dan Komisariat.
6. Penerbitan Kartu Anggota (KTA).
Selain kebutuhan diatas dipandang perlu untuk melakukan
penyeragaman administrasi secara teknis dalam hal ini surat-
menyurat, yang meliputi, kop surat dan stempel organisasi, nomor
surat dll. Selain penyeragaman teknis surat menyurat, Presidium
juga harus melakukan penyeragaman perangkat-perangkat
organisasi, berupa: panji/bendera, logo GMNI, lambang/simbol,
gordan/salempang, peci, mars, hymne dan seragam organisasi.
Untuk teknisnya, dapat dilihat dalam buku Panduan Organisas
(PO).
b) Pendataan Koordinator Daerah & Dewan Pimpinan Cabang1
Pendataan cabang-cabang ini di maksudkan untuk
memverifikasi Korda, DPC definitif dan DPC caretaker. Hal ini
sangat perlu dilakukan untuk memetakan basis-basis organisasi
secara baik, karena dibeberapa daerah yang belum memiliki GMNI
telah terjadi pencaplokan nama institusi dengan tujuan yang tidak
baik. Dilain sisi terdapat DPC-DPC maupun Korda yang belum
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan acuan
AD/ART maupun panduan organisasi.
3) Pembentukan Cabang-Cabang Baru
Rekomendasi komisi Program Kongres GMNI ke XVIII di
Blitar mengamanatkan kepada Presidium GMNI periode 2013-2015
55
untuk mengupayakan pembentukan cabang-cabang baru, sehingga
upaya penyebaran ideologi dapat secara massif dilakukan. Disamping
sebuah upaya penyebaran ideologi, keberadaan GMNI didaerah-daerah
yang belum memiliki basis GMNI, diharapkan dapat menghempang
keberadaan isu-isu politik yang berbasis sektarian dan kewilayahan
sebagai lawan dari ideologi GMNI.
Kondisi GMNI yang tidak ada di beberapa provinsi berusaha
dijawab oleh Presidium GMNI dengan melakukan kaderisasi awal
sebagai cikal bakal pembentukan cabang-cabang baru di provinsi yang
belum berdiri GMNI. Revitalisasi cabang-cabang GMNI di daerah
yang pernah berdiri GMNI juga menjadi tugas penting berikutnya.
b. Bidang Eksternal
1. Membangun Aliansi Cipayung Plus.
2. Membangun Aliansi Agraria Nasional.
3. Membangun Aliansi Pemuda Tingkat Regional ASEAN.
4. Menghadiri undangan Lokakarya Kepemudaan Tingkat Nasional
yang diselenggarakan oleh Kememterian Pemuda dan Olah raga
pada tanggal 1-3 desember Tahun 2013.
5. Menghadiri undangan International Youth Conference yang
diselenggarakan oleh Alumni Indonesia-India bekerja sama dengan
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia,di Jakarta
pada tanggal 17-20 November Tahun 2013.
6. Menghadiri Konferensi Pers Cipayung Plus di TIM Tahun 2014.
56
7. Menjadi audiens pada acara Dialog di TVRI Tahun 2013.Menjadi
peserta pada Pendidikan pemantapan Nilai-nilai kebangsaan
LEMHANAS RI Desember 2013.
8. Narasumber/ Pembicara dalam Forum Diskusi dengan tema
“Membangkitkan Kembali Nilai Nasionalisme Sebagai Kendali
Dalam Pembangunan Bangsa Menghadapi Arus Besar Globalisasi”
yang diadakan oleh Forum Komunikasi Kebangsaan (FORKOM
KEBANGSAAN).
9. Deklarator dan Konferensi Pers bersama pimpinan nasional OKP-
OKP yang tergabung dalam Forum Pemuda untuk Kedaulatan
Energi dengan isu sentral “Rebut Blok Mahakam – Kembalikan
Kepada National Oil Company”.
10. Menghadiri undangan Konsulat Jenderal Venezuela untuk Indonesia
dengan tema “Revolusi Bolivarian Untuk Dunia”.
11. Narasumber/Pembicara pada Diskusi Akhir Tahun dari Pengurus
Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dengan tema “Analisis
Problematika Korupsi, Partai Politik, dan Kepemimpinan
Nasional”.
12. Hearing dengan BKKBN.
13. Mengawal caleg perempuan Cipayung perempuan.
14. Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi III DPR RI.
15. Aksi Hari Ibu Cipayung Perempuan.
16. Peduli Sinabung Cipayung Perempuan.
17. Hearing dengan KOMNAS Perempuan.
57
18. Menghadiri Seminar “Indonesian Up Date” di Sydney Australia.
19. Menerima Kunjungan dari Organisasi Pemuda Partai Keadilan
Rakyat Malaysia.
20. Pembicara Diskusi Bersama Rizal Ramli tentang BBM .
21. Seminar Kembali Ke Jatidiri Bangsa, Pancasila sebagai Dasar
Negara dan Konstitusi Proklamasi UUD 1945 sebagai landasa
Konstitusional Universitas Bung Karno.
22. Deklarasi Pemilu Berkualitas di KPU.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode 2013-2015
1. Aliran Informasi
Berdasarkan hasil penelitian, pola aliran komunikasi organisasi yang
digunakan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam adalah Pola Roda.
Sedangkan arah aliran komunikasi formal yang digunakan dalam menjalankan
komunikasi organisasi di PB HMI adalah komunikasi ke atas, komunikasi ke
bawah, dan komunikasi horizontal. Arah aliran komunikasi lainya adalah bersifat
komunikasi informal.
a. Pola Roda
Pola komunikasi organisasi yang digunakan Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) adalah pola roda. Di mana pola roda ini sendiri
adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang
menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral itu menerima kontak
dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan
memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola Roda
memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan
seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukan
kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan
58
59
masalah, tetapi terlihat cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan
pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian, pola roda dalam pola komunikasi organisasi
di PB HMI adalah Ketua Umum memberikan informasi terkait persoalan PB
HMI kepada Sekretaris Umum, Bendahara Umum serta para Ketua Bidang.
Informasi yang diperoleh tersebut didistribusikan kepada anggotanya masing-
masing dan menerima saran dari anggota lainnya terkait permasalahan yang
ada. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum PB HMI Muhammad
Arief Rosyid Hasan :
“Saya menyampaikan informasi terkait persoalan PB HMI kepada Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua-ketua Bidang. Mereka itulah yang nantinya akan memberikan infromasi kepada para anggota dibawahnya mereka.”1
Ketua Umum adalah posisi sentral dan strategis di organisasi PB HMI,
sosok ketua umum di PB HMI sangat dipanuti dan dihormati oleh anggota
pengurus PB HMI, karena tanggung jawab atau tugas Ketua Umum yaitu
memimpin, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas-tugas di antara
pengurus lainnya, maupun pelaksanaan keputusan-keputusan kongres dan
kebijakan umum PB HMI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Bidang
Pembinaan Anggota PB HMI Arif Maulana :
“Posisi ketua umum menjadi sentral dalam pengambilan keputusan dan kebijakan di PB HMI. Di bawah kepemimpinan ketua umum itu-lah roda organisasi PB HMI berjalan, suatu pengambilan kebijakan dan keputusan yang akan di ambil harus di putuskan atau di
1 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
60
sahkan oleh ketua umum, keputusan dan kebijakan itu di ambil dengan bermusyawarah.”2
Pengaruh Ketua Umum sangat lah besar dalam pengambilan kebijakan serta
keputusan dalam PB HMI, tetapi segala kebijakan dan keputusan yang akan
ditetapkan harus melalui musyawarah sesama pengurus.
b. Arah Aliran Komunikasi
1) Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah di PB HMI ini informasi bergerak dari
jabatan yang berotoritaskan lebih tinggi dalam hal ini Ketua Umum PB HMI
yaitu Muhammad Arief Rosyid Hasan kepada mereka yang otoritasnya lebih
rendah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum PB HMI
Muhammad Arief Rosyid Hasan :
“informasi terkait kepentingan dengan PB HMI selalu saya informasikan kepada bidang yang berhubungan, biasanya saya informasikan kepada ketua bidang. Informasi saya sampaikan baik melalui tatap muka langsung atau melalui telepon selular, dan ketika rapat kita akan bahas bersama semua pengurus. Selain itu informasi terkait kegiatan dan kebijakan PB HMI kami informasikan kepada Badko, Cabang, dan Lembaga Profesi baik melalui surat resmi atau telepon selular dan jejaring sosial agar informasi dapat tersampaikan dengan cepat dan mudah.”3
Ketua Umum intens berkomunikasi dengan para pengurus PB HMI
terkait kebiijakan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh pengurus PB HMI Eko Arisandi :
2 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
3 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
61
“Komunikasi dilakukan ketua umum cukup intens, lebih banyak persoalan-persoalan kebijakan, program dan kegiatan organisasi. Di samping itu sering mendiskusikan berbagai perkembangan terkait dunia kemahasiswaan berkenaan dengan issu nasional dan internasional serta langkah-langkah apa yang akan dilakukan HMI untuk merespon hal tersebut.”4
PB HMI memberikan informasi kepada tingkatan di bawahnya
seperti cabang setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PB HMI.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Dani Ramdhany :
“Ya, dapat dibilang cukup intens dalam berkomunikasi. Terkadang memang PB HMI menginformasikan beberapa hal yang menyangkut dengan program kerjanya. Biasanya, untuk menginformasikan sesuatu, PB HMI menggunakan telekomunikasi dan surat resmi secara tertulis.”5
Komunikasi ke bawah di PB HMI merupakan bagian yang sangat
penting dilakukan di dalam penyampaian informasi, instruksi, berdiskusi,
dan pembicaraan secara personal antara Ketua Umum dengan para
pengurus dan antara PB HMI dengan tingkatan di bawahnya.
2) Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas pada dasarnya adalah suatu saran,
permohonan, dan komentar dari individu yang otoritasnya lebih rendah
yang kepada individu yang otoritasnya lebih tinggi darinya. Pengurus PB
HMI cukup intens berkomunikasi dengan Ketua Umum tekait persoalan
4 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
5 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014.
62
dalam PB HMI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pengurus PB HMI
Eko Arisandi :
“saya cukup intens berkomunikasi dengan ketua umum, Mengkonsultasikan berbagai persoalan terkait dengan kebijakan organisasi, langkah teknis program dan kegiatan organisasi, serta mendiskusikan persoalan akademik dan issu nasional dan internasional.”6
Tingkatan Cabang berkomunikasi kepada PB HMI untuk meminta
pandangan PB HMI dalam kegiatan yang dilakukan oleh Cabang.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Dani Ramdhany :
“Biasanya PB HMI dijadikan sebagai partner diskusi dan dimintai pandangan tentang kegiatan yang dilakukan cabang.”7
Pada dasarnya komunikasi ke atas sangat penting dilakukan agar
perjalanan organisasi dapat berjalan dengan baik dan mengakomodir
keinginan semua pihak, dalam hal ini organisasi yang berada di bawah PB
HMI yaitu Badko, Cabang, Lembaga Profesi bahkan komisariat sekalipun
yang berada pada tingkatan paling bawah.
3) Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal terdiri dari penyampaian informasi di
antara rekan yang otoritasnya sama di dalam struktur organisasi. Unit
kerja yang meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat
6 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
7 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014.
63
otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama.
Dalam hal ini yakni di dalam struktur organisasi di PB HMI yaitu Ketua
Umum dibantu oleh Ketua-Ketua Bidang dan Sekretaris Jenderal dibantu
oleh Sekretaris-sekretaris Bidang, serta Bendahara Umum dibantu oleh
Bendahara-bendahara Bidang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ketua Umum PB HMI Muhammad Arief Rosyid Hasan :
“Dalam struktur PB HMI itu terdapat ketua-ketua dalam setiap bidang yang ada, ketua bidang bertanggung jawab penuh atas kegiatan dalam bidangnya dengan koordinasi oleh ketua umum. Selain itu, dalam setiap bidang juga terdapat sekretaris dan bendahara, serta anggota departemen masing-masing bidangnya yang bertugas membantu ketua bidang dalam menjalankan program kerja masing-masing bidang, sekretaris bidang berkoordinasi langsung dengan sekretaris jenderal sedangkan bendahara bidang berkoordinasi langsung dengan bendahara umum.”8 Komunikasi horizontal sangat penting dilakukan agar koordinasi
dalam struktur kepengurusan berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara sesama pengurus dalam PB HMI. Selain itu
komunikasi horizontal berguna untuk mensinergiskan program dalam
setiap bidang dan tidak terjadi benturan waktu dalam melaksanakan
kegiatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Bidang Pembinaan
Anggota PB HMI Arif Maulana :
“sering saya komunikasi dengan ketua bidang yang lain tentang kerjasama program yang bisa disinergikan, kemudian tentang ide ide yang bersifat membangun. Selain itu, supaya tidak
8 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
64
terjadi bentrok dalam hal waktu dalam melaksanakan kegiatan disetiap bidang.”9
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis menafsirkan bahwa pola
aliran infromasi yang digunakan oleh PB HMI yaitu pola roda cukup
efektif, dan arah aliran informasi ke atas, ke bawah, dan horizontal telah
berjalan cukup baik dan efektif dalam kepengurusan PB HMI
2. Iklim Komunikasi Organisasi
Setelah penulis melakukan penelitian di PB HMI Periode 2013-2015,
penulis menemukan Iklim Komunikasi Organisasi dalam PB HMI adalah
kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke
bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan
berkinerja tinggi.
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan faktor penting yang harus ditanamkan oleh
sebuah hubungan atau suatu organisasi. Jika tidak adanya kepercayaan maka
suatu organisasi tidak akan berjalan lancar dan adanya kecurigaan satu sama
lain.
Dalam PB HMI Periode 2013-2015, Ketua Umum memberikan
kepercayaan penuh terhadap orang-orang yang telah dipilihnya menjadi
bagian dari pengurus PB HMI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua
Umum PB HMI Muhammad Arief Rosyid Hasan :
9 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
65
“Sepanjang kepengurusan ini, terbukti bahwa kinerja bidang-bidang di kepengurusan PB HMI telah berjalan dengan baik. Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan selalu berjalan lancar dan berkualitas. Hal tersebut tentu karena setiap bidang dikelola oleh para fungsionaris yang memiliki komitmen dan tanggung jawab yang baik.”10
HMI merupakan organisasi yang berfungsi sebagai organisasi kader,
karena itu persoalan kaderisasi dalam HMI menjadi sangat penting. Persoalan
kaderisasi dalam PB HMI yang bertanggung jawab adalah Bidang Pembinaan
Anggota. Ketua Bidang Pembinaan Anggota selalu memberikan kepercayaan
kepada anggota-anggota dalam bidangnya. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Arif Maulana :
“Saya selalu percaya bahwa kawan-kawan yang diberikan amanah untuk menjalankan proses kaderisasi dan pembinaannya akan bekerja dengan baik, hal itu bukan hanya dikarenakan faktor integritas antar pengurus, melainkan prinsip untuk mengkader merupakan tugas utama organisasi HMI, sehingga orang-orang yang diamanahkan dalam bidang kaderisasi adalah orang-orang yang pada dasarnya telah mendedikasikan dirinya untuk kaderisasi. Optimisme yang saya maksudkan tentunya memiliki berbagai cara untuk dapat mengoptimalisasi kerja-kerja pengurus, yang dalam hal ini integritas, transparansi dan kebebasan untuk mengeksplorasi ide dan gagasan merupakan aspek fundamental yang mesti diterapkan.”11
Pengurus PB HMI merupakan orang-orang yang telah melewati
jenjang perkaderan dalam Himpunan Mahasiswa Islam, karena para pengurus
merupakan orang-orang yang telah terseleksi dan terpercaya serta memiliki
kapasitas yang baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wasekjen Internal
PB HMI Eko Arisandi :
10 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
11 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
66
“Saya percaya karena para pengurus apalagi ketua umum, telah melewati proses perkaderan baik jenjang training dari LK1, LK2, LK3 dan sebagainya, maupun proses-proses aktivisme sebagai proses seleksi. Sehingga pengurus-pengurus PB HMI bisa dibilang adalah orang-orang yang dianggap memiliki kapasitas, daya juang dalam berproses aktivisme yang telah teruji.”12
Selain itu, dalam tingkatan Cabang juga memberikan kepercayaan
kepada pengurus PB HMI mampu mengemban dengan baik dan benar
meskipun banyak kendala selama perjalanan roda organisasi. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Dani Ramdhany:
”Menurut saya sangat mungkin semua personalia PB HMI
mampu untuk mengemban amanah organisasi dengan baik dan benar. Meskipun memang pada nyatanya, pelbagai macam kendala senantiasa menyertai segala bentuk niatan dan maksud baik yang ada.”13
Hal itu menunjukkan bahwa dalam PB HMI semua pihak saling
percaya antara satu dengan yang lainnya baik antara Ketua Umum dengan
semua pengurus maupun antara PB HMI dengan tingkatan yang ada
dibawahnya.
b. Pembuatan Keputusan Bersama
Adapun pembuatan keputusan bersama adalah keterlibatan seluruh
elemen atau anggota dalam proses pembuatan sebuah keputusan dan
penentuan tujuan dalam organisasi. Semua anggota di semua tingkat dalam
organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkoordinasi mengenai semua
masalah dalam organisasi yang sesuai dengan bidang dan posisi mereka.
12 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
13 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014.
67
Berdasarkan hasil penelitian, PB HMI dalam membuat keputusan
apapun itu dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan mekanisme
rapat-rapat yang sesuai aturan organisasi. Walaupun dalam rapat banyak
ditemukan beberapa perbedaan pendapat antara sesama pengurus.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum PB HMI Muhammad
Arief Rosyid Hasan :
“Setiap persoalan organisasi HMI di tingkat nasional, berkaitan dengan regulasi dan kebijakan umum, selalu dibicarakan secara bersama oleh presidium pengurus, keterlibatan pengurus lain tentu dibutuhkan dan begitu penting untuk mendapatkan berbagai pandangan yang lebih kaya.”14
Secara formal, pengambilan keputusan organisasi di HMI, dari tingkat
Komisariat, Cabang, sampai PB HMI, diatur dalam mekanisme musyawarah
atau rapat antara lain: rapat harian, presidium, rapat pleno yang ada di dalam
kepengurusan. Demikian juga untuk pengambilan kebijakan organisasi
tertinggi terdiri dari rapat anggota komisariat, konferensi cabang, dan kongres
untuk PB HMI. Dan, semua itu diatur dalam AD/ART HMI.
Semua pengurus PB HMI terlibat dalam proses pengambilan kebijakan
dan keputusan dalam PB HMI melalui mekanisme rapat yang dilaksanakan
oleh PB HMI yang harus dihadiri minimal separuh dari jumlah pengurus PB
HMI. Sebagiamana yang diungkapkan oleh Wasekjen Internal PB HMI Eko
Arisandi :
“Iya, saya terlibat dalam proses pengambilan kebijakan dan keputusan PB dengan ikut dalam rapat-rapat PB karena diatur secara
14 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
68
formal, keputusan atau keabsahan dari kebijakan yang diambil mengharuskan kehadiran pengurus dalam jumlah yang telah ditentukan. Dengan kata lain, keputusan harus diambil dengan keterlibatan sekurang-kurangnya separuh lebih dari jumlah pengurus.”15
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap membuat keputusan dalam
persoalan apapun dalam PB HMI yang berkaitan dengan kebijakan dan yang
lainnya Ketua Umum selalu melibatkan semua pengurus melalui mekanisme-
mekanisme yang telah diatur.
c. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah
Anggota organisasi harus relatif lebih mudah memperoleh informasi
yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan
mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang
berhubungan luas dengan organisasinya. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Arif Maulana :
“Ketua umum sering memberikan informasi kepada tingkatan Badko dan Cabang ketika ada kegiatan dalam PB HMI dan kebijakan-kebijakan dalam PB HMI. Khusus untuk permasalahan kaderisasi Ketua Umum intens melakukan komunikasi dengan cabang. Kondisi kaderisasi di tingkat cabang adalah titik utama konsentrasi kaderisasi HMI. Sehingga segala permasalahan selalu dibicarakan dengan pengurus cabang, melalui koordinasi dan komunikasi yang intens.”16
Ketua Umum PB HMI yang memiliki otoritas tertinggi dalam PB HMI
terbuka dalam berkomunikasi dengan para pengurus PB HMI baik yang
15 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
16 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
69
bersifat formal tentang organisasi maupun bersifat informal. Sebagaimana
yang diungkapan oleh Wasekjen Internal PB HMI Eko Arisandi :
“secara umum, ketua umum selalu terbuka dengan pengurus dalam permasalahan organisasi, tidak ada yang di tutupi setiap permalahan di PB. Selain itu, beliau juga selalu terbuka ketika ngobrol dengan pengurus tidak hanya dalam rapat formal saja.”17
Ketua Umum PB HMI terbuka dalam berkomunikasi dengan tingkatan
di bawah PB HMI semisal cabang. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Dani Ramdhany :
“Ya, dapat dibilang cukup intens dalam berkomunikasi. Terkadang memang PB HMI menginformasikan beberapa hal yang menyangkut dengan program kerjanya. Jika tidak dalam keadaan jumpa muka, kita biasanya komunikasi via media sosial dan juga secara resmi tertulis.”18
Dengan adanya keterbukaan komunikasi yang dilakukan oleh Ketua
Umum PB HMI kepada para pengurus serta pengurus PB HMI kepada
tingkatan bawahnya seperti Badko dan Cabang setiap ada kegiatan dan
kebijakan dalam PB HMI maka tingkatan bawah akan turut berpartisipasi
dalam setiap kegiatan yang didakan oleh PB HMI dan dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh PB HMI. Media yang sering
digunakan oleh Ketua Umum PB HMI beserta jajarannya pengurus dalam
melakukan komunikasi ke bawah itu menggunakan media telekomunikasi dan
media sosial, tetapi secara tertulis juga sering dilakukan melalui surat resmi.
17 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
18 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014
70
d. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-
saran atau laporan-laporan masalah yang dilaporkan setiap personel di setiap
tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan
pikiran terbuka, informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Berdasarkan hasil
penelitian, para pengurus memberikan saran dan pendapat mereka mengenai
roda organisasi kepada Ketua Umum yang memiliki otoritas tertinggi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB
HMI Arif Maulana :
“Dalam rapat harian dan rapat presidium semua pengurus memberikan saran dan pendapatnya terkait kegiatan dan kaderisasi. Semua pengurus secara khusus juga memberikan saran tentang arah organisasi dan apa yang harus dilakukan Ketua Umum dalam perjalanan roda organisasi.”19
Tidak hanya para pengurus PB HMI saja yang berkomunikasi kepada
Ketua Umum untuk memberikan kritik maupun saran dan tentang persoalan
dalam PB HMI. Tingkatan cabang juga sering berkomunikasi kepada
pengurus PB HMI khususnya Ketua Umum PB HMI baik memberikan
laporan, menceritakan permasalahan dalam cabang juga memberikan kritik
maupun saran agar PB HMI lebih baik kinerjanya, Ketua Umum PB HMI
selalu terbuka atas kritik maupun saran yang diberikan oleh Cabang.
19 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
71
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Dani Ramdhany :
“tentu pernah cabang memberikan kritik maupun saran kepada PB terutama kritikan atas beberapa kebijakan PB HMI terkait pada aspek perkaderan dan dalam menyikapi isu-isu nasional. Ketua umum PB selalu terbuka dalam menerima masukan dan kritik dari cabang.”20
Ketua Umum dan jajaran pengurus PB HMI selalu terbuka atas kritik
maupun saran yang diberikan oleh tingkatan di bawah PB HMI itu merupakan
hal yang sangat baik dalam kemajuan PB HMI.
e. Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi
Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu
komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi,
kualitas tinggi, demikian pula menunjukan perhatian besar pada anggota
organisasi lainnya.
Secara mayoritas pengurus dalam PB HMI 2013-2015 menunjukkan
komitmen terhadap kinerja yang tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ketua Umum PB HMI Muhammad Arief Rosyid Hasan :
“Sepanjang kepengurusan ini, terbukti bahwa kinerja bidang-bidang di kepengurusan PB HMI telah berjalan dengan baik. Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan selalu berjalan lancar dan berkualitas. Hal tersebut tentu karena setiap bidang dikelola oleh para fungsionaris yang memiliki komitmen dan tanggung jawab yang baik.”21
20 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014
21 Hasil wawancara dengan Muhammad Arief Rosyid Hasan, Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015, 22 September 2014.
72
Ketua Umum selalu bertanya kepada para pengurus tentang tugas
mereka dan mengawasi kinerja dari para pengurus PB HMI. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wasekjen Internal PB HMI Eko Arisandi :
“Ketum selalu bertanya dan melakukan kontrol terhadap progres program dan kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan.”22
Ketua Umum sering berkomunikasi kepada Ketua Bidang Pembinaan
Anggota terkait masalah kaderisasi. Ketua Bidang Pembinaan Anggota juga
intens berkomunikasi kepada tingkatan Cabang terkait masalah kaderisasi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB
HMI Arif Maulana :
“Hal itu senantiasa kami lakukan, tentunya dengan pendekatan yang berbeda-beda dan follow up berupa saran yang mempertimbangkan kultur dan tradisi dari cabang terkait, atau memberikan gambaran (sebagaimana mestinya) terkait dengan problem perkaderan dari sisi pedoman perkaderan. Bahkan tidak jarang kami pun melakukan pendampingan langsung pada cabang-cabang terkait, semisal jika cabang tidak mampu menyelenggarakan training formal, atau ketika cabang berada dalam konflik yang besar.”23
Selain itu PB HMI juga membantu pihak Cabang apabila dalam
Cabang terdapat suatu permasalahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Dani Ramdhany :
“khusus cabang ciputat, sejauh ini belum ada. Tapi jika melihat kasus pemerasan salah satu oknum kader HMI di salah satu cabang di Jakarta, yang diciduk polisi, PB HMI turun tangan untuk menyelesaikannnya.”24
22 Hasil wawancara dengan Eko Arisandi, Wasekjen Internal PB HMI Periode 2013-2015, 02 Januari 2015.
23 Hasil wawancara dengan Arif Maulana, Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015, 10 September 2014.
24 Hasil Wawancara dengan Dani Ramdhany, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, 22 Desember 2014
73
Hal itu menunjukkan bahwa secara mayoritas pengurus PB HMI telah
melakukan kinerja dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing.
B. Aliran Informasi dan Iklim Komunikasi Organisasi Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015.
1. Aliran Informasi
Berdasarkan hasil penelitian, aliran informasi komunikasi organisasi
yang digunakan Presidium GMNI adalah Pola Lingkaran. Sedangkan arah aliran
informasi formal yang digunakan dalam menjalankan komunikasi organisasi di
Presidium GMNI adalah komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan
komunikasi horizontal, arah aliran informasi lainnya adalah aliran informasi yang
bersifat informal dan cenderung melibatkan komunikasi antar pribadi.
a. Pola Lingkaran
Pola komunikasi yang digunakan Presidium GMNI adalah pola
lingkaran. Di mana pola lingkaran adalah pola yang memungkinkan semua
anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem
pengulangan pesan. Tidak ada seorang anggota pun yang dapat berhubungan
langsung dengan semua anggota lainnya. Begitu juga tidak ada anggota yang
memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan. Pola lingkaran meliputi kombinasi orang-orang
penyampai pesan yang cenderung lebih baik dalam keseluruhan aksesibilitas
anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap
74
prosesnya, jumlah pesan yang dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi
dengan perubahan-perubahan dalam tugas.
Presdium GMNI terdapat 15 pengurus yang diambil dari setiap
wilayah di Indonesia yang terdapat 152 Cabang di seluruh Indonesia.
Komunikasi untuk menyampaikan informasi dari Presidium ke Korda maupun
Cabang itu dilakukan oleh pengurus dengan membagi perwilayah masing-
masing asal pengurus tersebut. Sebagiamana yang diungkapkan oleh Ketua
Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting:
“Pengurus presidium sering juga komunikasi dengan korda dan cabang dan itu biasanya kita biasakan dengan masing – masing regional, contohnya bung Elpis, dia wilayah Maluku, maka dia menjadi jembatan komunikasi disana, kita membagi semua pengurus presidium itu perwilayah, mereka yang intens berkomunikasi.”25
Pola komunikasi yang digunakan oleh Presidium adalah pola lingkaran
sudah cukup efektif dalam berjalannya roda organisasi di Presidium GMNI.
b. Arah Aliran Informasi Presidium GMNI Periode 2013-2015
1) Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Berdasarkan apa yang peneliti temukan di Presidium GMNI dalam
komunikasi ke bawah ini Ketua Umum Presidium GMNI mengalirkan
informasi yang bergerak dari jabatan atau posisi yang berotoritas lebih tinggi
kepada yang lebih rendah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua
Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“Saya selalu berkomunikasi kepada pengurus presidium seputar organisasi dan seputar di luar organisasi biasanya menyangkut hal
25 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
75
pribadi. Pengurus presidium sering juga komunikasi dengan korda dan cabang dan itu biasanya kita biasakan dengan masing – masing regional, contohnya bung Elpis, dia wilayah Maluku, maka dia menjadi jembatan komunikasi disana, kita membagi semua pengurus presidium itu perwilayah, mereka yang intens berkomunikasi.”26
Ketua Presidium GMNI selalu intens berkomunikasi kepada para
pengurus Presidium GMNI dan itu dilakukan lebih sering melalui komunikasi
langsung tatap muka karena para pengurus Presidium tinggal bersamaan di
Wisma Trisakti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan
Daerah Kepulauan Elvis Zaidmas Watubun :
“ketua sangat sering komunikasi, yang pertama bahwa ketika saya dipercayakan untuk menjadi pengurus, maka itu salah satu syarat umum, komunikasi itu harus dan tanpa komunikasi nanti ada kesenjangan dalam membangun organisasi, bahkan kami tinggal disekret jadi sering komunikasi ketua kami, komunikasi ketua kami yang pasti urusan-urusan organisasi, baik itu persoalan-persoalan organisasi di level daerah maupun di level nasional.”27
Komunikasi ke bawah di Presidium GMNI merupakan bagian yang
sangat penting dilakukan di dalam menyampaikan tingkatan di bawah
Presidium GMNI seperti Korda dan Cabang. Komunikasi ke bawah yang
dilakukan Presidium GMNI dibagi perwilayah dan komunikasi dilakukan
secara langsung serta menggunakan media komunikasi. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Elvis Zaidmas
Watubun :
“pola yang kami terapkan di GMNI itu ada yang kami sebut dengan komunikasi perwilayah itu regional, jadi mengingat
26 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
27 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
76
kepengurusan kami itu sangat kurus, maka kami membagi yang lebih diutamakan itu perwilayah, jadi misalnya saya dari komite wilayah timur Maluku, maka saya tetap membangun komunikasi intens dengan wilayah timur Maluku, sembari ada penugasan untuk berkomunikasi dengan cabang – cabang lain di liuar Maluku, dan itu berlangsung, walaupun tidak setiap hari tapi biasanya ada laporan perkembangan. Kami kadang terjun langsung, kadang 3 bulan sekali, kalau ada hal demikian mendesak maka bisa dalam 1 bulan 1 kali, ataukah dalam 6 bulan bisa 4 kali, sembari itu tetap ya telepon ya tetap berjalan.”28
Pada komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh Presidium GMNI
telah berjalan cukup baik meskipun terkadang masih terdapat miss
communication antara Pengurus Presidium GMNI dengan tingkatan
dibawahnya.
2) Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Informasi yang mengalir dari tingkat yang otoritasnya lebih rendah
(pihak bawah) ke tingkat yang otoritasnya lebih tinggi (pihak atas). Komunikasi
ke atas di dalam organisasi sangat dibutuhkan terlebih lagi dalam
mengembangkan dan membina organisasi tersebut. Komunikasi ke atas ini
guna menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki akan organisasi di
Presidium GMNI sekaligus dapat memberikan kesempatan kepada pihak bawah
untuk menyumbang gagasan, saran dan kritik serta dalam memberikan laporan
tentang organisasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Komite Perbatasan
dan Daerah Kepulauan Elvis Zaidmas Watubun:
“saya berkomunikasi manakala ada proses di daerah yang membutuhkan, misalnya ada urusan-urusan di daerah masalah organisasi, masalah kaderisasi maupun masalah penyikapan situasi nasional yang butuh sinergi pusat dan daerah, maka itu kewajiban saya untuk
28 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
77
berkomunikasi, artinya bahwa kita tidak boleh putus apa yang menjadi kebijakan nasional dia harus seiring dan harus berjalan.”29
Komunikasi ke atas sangat penting dilakukan oleh bawahan agar Ketua
Umum dalam hal ini mengetahui permasalahan yang ada dalam bawahan dan
langkah solutif yang akan diambil.
3) Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horizontal merupakan penyampaian informasi antara
bagian-bagian yang memiliki tingkat otoritas yang sama atau yang memiliki
posisi sejajar dalam suatu organisasi. Seperti individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
pihak atas (otoritasnya lebih tinggi) yang sama. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“Struktur Presidium GMNI itu terdapat komite masing-masing yang fokus pada tugas dan tanggung jawab serta program kerja masing-masing komite, dalam setiap komite selalu berkoordinasi satu sama lain agar tidak terjadi bentrokan waktu dan lain sebagainya ketika menjalankan program kerja.”30
Komunikasi horizontal sangat penting dilakukan agar koordinasi
dalam struktur kepengurusan berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara sesama pengurus dalam Presidium GMNI, dan tugas
dan kewajiban para pengurus semakin jelas tidak ada benturan satu sama lain.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan Daerah
Kepulauan Elvis Zaidmas Watubun:
29 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
30 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
78
“kalau ada sinergi antara komite yang lain dengan yang lain maka harus ada komunikasi, itu tetap terbangun dengan komunikasi yang bersifat personal agar tidsk terjadi benturan waktu dalam melaksanakan kegiatan tiap komite di presidium.”31
Sedangkan aliran informasi secara informal adalah komunikasi antara
orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan
atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Faktor-faktor yang
mengarahkan aliran informasi ini yaitu lebih bersifat pribadi atau masuk dalam
komunikasi antar pribadi.
Di dalam organisasi Presidium GMNI komunikasi informal sering
dilakukan. Selain kegiatan-kegiatan dan acara yang ada di internal organisasi, di
luar kegiatan atau acara pun sering dilakukan. Komunikasi yang dijalankan di
Presidium GMNI lebih bersifat kekeluargaan yang mana bertujuan agar tidak
ada pemisah di antara pengurus-pengurus Presidium GMNI dan tingkatan di
bawahnya seperti Korda dan Cabang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“Komunikasi yang saya jalankan dalam menjalankan organisasi ini, khususnya dalam pengembangan pembinaan kaderisasi yaitu bersifat kepada kekeluargaan. Tujuannya agar tidak ada pemisah diantara pengurus dan anggota GMNI, baik yang berada di presidium maupun yang berada di wilayah, cabang sampai ke komisariat. Sehingga rasa kebersamaan dan memiliki GMNI terdapat pada jiwa mereka, walaupun pada moment-moment tertentu tentunya kita memakai komunikasi yang formal seperti pada rapat-rapat kepengurusan.”32
31 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
32 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
79
Pola komunikasi yang diciptakan Presidium GMNI akan
mempengaruhi sikap atau respon kepada tingkatan di bawahnya seperti
tingkatan wilayah, cabang maupun komisariat.
2. Iklim Komunikasi Organisasi
Setelah penulis melakukan penelitian di Presidium GMNI Periode
2013-2015, penulis menemukan Iklim Komunikasi Organisasi dalam
Presidium GMNI yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi
ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan faktor penting yang harus ditanamkan oleh
sebuah hubungan atau suatu organisasi. Jika tidak adanya kepercayaan maka
suatu organisasi tidak akan berjalan lancar dan adanya kecurigaan satu sama
lain.
Berdasarkan hasil penelitian, Presidium GMNI Periode 2013-2015,
Ketua Presidium memberikan kepercayaan penuh terhadap para anggota
kepengurusannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan pekerjaan dalam komitenya. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua
Umum Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“modal awal pada kepengurusan tentu saya harus percaya, saya mengetahui para pengurus dulu trek rekornya di cabang bagaimana, terus waktu kita sebagai satu tim di kongres bagai mana dan dia kalau mau
80
masuk pengurus kira – kira visinya untuk apa, kita ketemu di visinya dan misinya, itulah yang menjadi faktor kepercayaan.”33
Presidium GMNI memiliki 15 orang pengurus yang terdiri dari Ketua
Presidium, Sekjend, Bendahara, serta Komite-Komite. Mereka itulah yang
memiliki tanggung jawab penuh atas berjalannya roda organisasi GMNI
secara nasional, oleh karena itu faktor kepercayaan antara sesama pengurus
menjadi sangat penting agar roda organisasi dapat berjalan baik. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Elvis
Zaidmas Watubun :
“saya percaya dengan ketua dan pengurus lain kalau tidak percaya itu organisasinya mati dong, setiap anggota harus memberikan kesempatan kepada sesama, kalau kita memberikan kesempatan pada sesama itu yaa pasti akan terbangun sebuah kepercayaan, sinergi kerja dan lain – lain.”34
Pada tingkatan Cabang juga percaya bahwa Ketua beserta jajaran
pengurus Presidium mampu mengemban tugasnya dengan baik. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ketua GMNI Cabang Tangsel Angga Yusuf :
“Ketua beserta jajaran pengurus presidium terpilih tentu bukan orang sembarangan, pasti mereka adalah orang yang sudah berpengalaman yang mampu mengemban amanah dan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.”35
Hal itu telah menunjukkan bahwa dalam Presidium GMNI terdapat
sebuah kepercayaan terhadap satu dengan yang lainnya dalam tingkatan
pengurus Presidium GMNI maupun tingkatan bawahnya.
33 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
34 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
35 Hasil wawancara dengan Angga Yusuf, Ketua GMNI Cabang Tangsel Periode 2014-2015, 15 Desember 2014.
81
b. Pembuatan Keputusan Bersama
Adapun pembuatan keputusan bersama adalah keterlibatan seluruh
elemen atau anggota dalam proses pembuatan sebuah keputusan dan
penentuan tujuan dalam organisasi. Keputusan dan kebijakan dalam
Presidium GMNI dilakukan bersama dengan musyawarah mufakat melalui
rapat yang diadakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Presidium
GMNI Twedy Noviady Ginting :
“saya mentradisikan dari periode pertama sampai periode kedua ini, pengambilan keputusan itu musyawarah mufakat, semua keputusan presidium GMNI itu selalu musyawarah mufakat, kita kan ada rapat rutin setiap minggu, kita mengambil keputusan – keputusan melalui rapat presidium seperti rapat pleno.”36
Setiap keputusan dalam Presidium GMNI dilaksanakan dengan
musyawarh mufakat, Ketua selalu terbuka persoalan apapun kepada pengurus
presidium. Sebagaimana diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan Daerah
Kepulauan Elvis Zaidmas Watubun :
“kalau tradisi atau pola yang sering di lakukan di presidium itu mengacu pada landasan organisasi konstitusi yakni musyawarah mufakat, apapun kebujakan dan keputusan kalau dia menjiwai roh gerakan maka akan diputuskan, tidak ada yang namanya foting dan lain sebagainya. Ketua kami selalu terbuka, seribu rupiah saja dia terbuka apa lagi yang lain – lain.”37
c. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah
Anggota organisasi harus relatif lebih mudah memperoleh informasi
yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang
36 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
37 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
82
mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan
mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang
berhubungan luas dengan organisasinya.
Ketua Presidium GMNI selalu terbuka dalam melakukan komunikasi
terhadap pengurus presidium dan tingkatan bawah seperti Korda dan Cabang.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Presidium GMNI Twedy
Noviady Ginting :
“Saya selalu berkomunikasi kepada pengurus presidium seputar organisasi dan seputar di luar organisasi biasanya menyangkut hal pribadi. Pengurus presidium sering juga komunikasi dengan korda dan cabang dan itu biasanya kita biasakan dengan masing – masing regional, contohnya bung Elpis, dia wilayah Maluku, maka dia menjadi jembatan komunikasi disana, kita membagi semua pengurus presidium itu perwilayah, mereka yang intens berkomunikasi. Kita terbuka dalam meminformasikan kegiatan dan kebijakan dalam presidium kepada Korda dan Cabang.”38
Ketua Presidium GMNI selalu terbuka dalam berkomunikasi kepada
para pengurus Presidium GMNI, selain itu para Pengurus Presidium juga
selalu terbuka dalam berkomunikasi kepada tingkatan di bawahnya seperti
Korda dan Cabang terkait kegiatan yang diadakan oleh Presidium.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Presidium GMNI Twedy
Noviady Ginting :
“Presidium selalu memberikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan kepada Korda dan Cabang, kita menggunakan BBM, atau, telepon, SMS, kadang – kadang lewat WEB juga, kadang – kadang by email, kita mentradisikan di GMNI juga untuk melakukan surat elektronik, karena rentan kendali jauh, kita pake pos ke Papua mungkin butuh waktu 3 hari – 4 hari, dan kita pake email aja detik itu juga
38 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
83
tersampaikan, kita menggunakan teknologi untuk menunjang kinerja organisasi.”39
d. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
Ketua Presidium GMNI adalah orang yang memiliki otoritas tertinggi
dalam Presidium GMNI, beliau sangat terbuka dan menerima setiap kritik dan
saran yang diberikan oleh para pengurus Presidium. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Komite perbatasan dan daerah kepulauan Elvis Zaidmas
Watubun :
“Dalam sebuah organisasi itu kritik itu penting, bahwa jangan dianggap kritik itu sebagai sebuah kejahatan, tapi saya kira kritik itu bisa jadi bersifat membangun untuk keberlangsungan sebuah organisasi. Ketua kami itu dia terbuka, apapun yang menjadi pendapat dari mayoritas pengurus disetujui oleh dia.”40
Para pengurus Presidium selalu menerima dan merespon dengan baik
ketika ada kritik maupun saran yang diberikan oleh tingkatan di bawahnya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua GMNI Cabang Tangsel Angga
Yusuf :
“selama ini saya intens berkomunikasi dengan pengurus presidium khusunya bung yusri, saya sering kasih kritik ketika presidium lambat bergeraknya, lalu memberikan saran kepada presidium terkait situasi nasional, pengurus presidium selalu menerima apa yang menjadi kritik dan sering langsung direspon oleh mereka, biasanya dengan melakukan evaluasi disana.”41
39 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
40 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
41 Hasil wawancara dengan Angga Yusuf, Ketua GMNI Cabang Tangsel Periode 2014-2015, 15 Desember 2014.
84
Ketua Presidium GMNI selalu menerima dengan baik setiap kritik
maupun saran yang diberikan oleh pengurus Presidium. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“ketika ada kritik ya saya terimakasih dong hehehe, karena saya menkonstruksikan untuk kita saling terbuka satu sama lain, asalkan kritikan yang penting konstruktif dan punya argumentasi.”42
Ketua Presidium selalu menerima kritik maupun sarang yang
diberikan oleh Pengurus asalkan kritik tersebut konstruktif dan memiliki
argumentasi yang baik, begitupun para Pengurus Presidium sangat terbuka
ketika ada krtik dan saran dari tingkatan di bawahnya dan mengadakan
evaluasi untuk membahas kritik dan saran yang diberikan oleh tingkatan
dibawah agar roda organisasi dapat berjalan lebih baik.
e. Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi
Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu
komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas
tinggi, demikian pula menunjukan perhatian besar pada anggota organisasi
lainnya. Ketua Presidium selalu menanyakan tentang progres dari para
pengurus dan mengawasi kinerja kepengurusan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting :
“saya pasti dong melakukan hal itu, apabila komite kurang efektif kita akan membawa itu ke rapat, kita persilakan kepada penanggung jawab atau komite yang bersangkutan untuk menyampaikan progresnya sejauh mana perkembangan, kendalanya apa dan segala macam dan itu nanti pasti akan direspon oleh teman-teman semua pengurus tidak hanya saya, semuanya akan merespon sampai nanti ohh
42 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
85
ternyata persoalanya ini, lalu kita harus mengambil langkahnya bagaimana dan biasanya rekomendasi itu bersifat musyawarah mufakat, kita mentradisikan itu di GMNI.”43
Ketua Presidium paham dalam membaca situasi dalam kepengurusan
sehingga mengerti langkah solutif apa yang akan diambil. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Elvis Zaidmas
watubun :
“ketua presidium pasti dia peka terhadap situasi, dan apapun situasinya walaupun dia stabil ataupun tidak dia tetap bertanya “bung kira – kira apa yang nantinya dicanangkan kedepan di komitenya”, itulah yang kemudian sampai setiap satu minggu sekali ada rapat, berarti tensi pertumbuhannya kan dia sangat tau, dan tidak putus. Dan pola pengambilan keputusan itu kalau kami tidak musyawarah ga quorum tidak bisa.”44
Ketua Presidium sebagai penangung jawab penuh terhadap
kepengurusan Presidium dan memiliki otoritas tertinggi telah menjalnkan
tugasnya dengan baik dalam berjalannya roda organisasi Presidium GMNI.
C. Perbandingan Aliran Infomasi dan Iklim Komunikasi Organisasi antara PB HMI
dengan Presidium GMNI Periode 2013-2015
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode 2013-2015
terdapat 150 orang pengurus yang berasal dari seluruh cabang di Indonesia dengan
syarat telah mengikuti Latihan Kader III dalam Himpunan Mahasiswa Islam. Para
pengurus dalam PB HMI memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Hal itu berbeda dengan Presidium GMNI yang
43 Hasil wawancara dengan Twedy Noviady Ginting, Ketua Presidium GMNI Periode 203-2015, 29 November 2014.
44 Hasil wawancara dengan Elvis Zaidmas Watubun, Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Periode 2013-2015, 05 Januari 2015.
86
menerapkan sistem kabinet dalam pimpinan pusat, pengurus Presidium hanya
berjumlah 15 orang masing-masing mewakili wilayahnya dengan syarat telah
menyelesaikan Kaderisasi Tingkat Pelopor yang telah diatur dalam Silabus Kaderisasi
GMNI.
Pola aliran informasi pada PB HMI menggunakan pola roda yang
mengarahkan segala informasi pada orang posisi sentral lalu infromasi tersebut
diarahkan pada orang di bawahnya, berbeda dengan Presidium GMNI yang
menggunakan pola lingkaran yaitu segala informasi dari presidium GMNI itu
didistribusikan oleh pengurus sesuai dengan wilayahnya, jadi Ketua Presidium
berkomunikasi kepada pengurus dari wilayah Maluku misalnya, dan Pengurus dari
wilayah Maluku tersebut yang melakukan komunikasi secara langsung kepada Korda
atau Cabang wilayah Maluku.
Arah aliran informasi dalam PB HMI dan Presidium GMNI sama-sama
terdapat komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, serta komunikasi horizontal.
Komunikasi ke bawah dilakukan Ketua Umum PB HMI kepada pengurus, serta
komunikasi Ketua Umum dan para pengurus kepada tingkatan di bawah PB HMI
seperti Cabang. Komunikasi ke atas dilakukan oleh para pengurus kepada Ketua
umum juga tingkatan Cabang kepada PB HMI. Komunikasi horizontal terjadi antara
para pengurus yang memiliki jabatan selevel, seperti Ketua Bidang Pembinaan
Anggota dengan ketua bidang yang lain.
Komuikasi ke bawah pada Presidium GMNI dilakukan oleh Ketua Presidium
kepada pengurus Presidium serta pengurus Presidium kepada tingkatan bawahnya
87
seperti Korda dan Cabang. Komunikasi ke atas pada Presidium GMNI dilakukan oleh
pengurus Presidium kepada Ketua Presidium juga tingkatan Korda dan Cabang
kepada pengurus Presidium. Komunikasi horizontal terjadi antara pengurus yang
selevel dalam Presidium seperti Komite Perbatasan dan Daerah kepulauan kepada
Komite Kaderisasi dengan tujuan mensinergiskan kegiatan.
Iklim komunikasi organisasi pada PB HMI dan Presidium GMNI cukup baik
karena penulis menemukan adanya sebuah kepercayaan antara sesama pengurus PB
HMI maupun Presidium GMNI, dalam pengambilan keputusan di PB HMI maupun
Presidium GMNI itu dilakukan secara bersama oleh semua pengurus dengan melalui
mekanisme rapat yang telah diatur. Dalam berkomunikasi pengurus PB HMI selalu
terbuka kepada tingkatan di bawahnya seperti Cabang, tidak ada hal yang
dirahasiakan, begitupun ketua umum PB HMI selalu terbuka dalam berkomunikasi
kepada pengurus baik secara formal maupun informal. Pada Presidium GMNI
melakukan komunikasi kepada tingkatan di bawahnya seperti Cabang selalu
memberikan informasi apapun secara terbuka tanpa ada hal yang dirahasiakan, selain
itu Ketua Presidium juga selalu terbuka dalam berkomunikasi kepada para pengurus
apalagi semua pengurus tinggal di Sekretariat. Ketua Umum PB HMI dan Ketua
Presidium GMNI sangat terbuka dan mendengarkan apa yang menjadi kritik maupun
saran dari para pengurus maupun tingkatan bawahnya dengan catatan kritik yang
diberikan memiliki landasan argumentasi yang dapat di pertanggungjawabkan. Selain
itu, Ketua Umum PB HMI dan ketua Presidium GMNI telah menjalankan tugasnya
dengan baik, mereka selalu bertanya apa yang menjadi progres dalam kepengurusan
dan mengontrol kinerja para pengurusnya.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Dalam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode
2013-2015 Pola aliran komunikasi organisasi yang digunakan adalah
Pola Roda. Sedangkan arah aliran komunikasi formal yang digunakan
dalam menjalankan komunikasi organisasi di PB HMI adalah
komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan komunikasi horizontal.
Arah aliran komunikasi lainya adalah bersifat komunikasi informal.
2. Pola aliran komunikasi organisasi yang digunakan Presidium GMNI
adalah Pola Lingkaran. Sedangkan arah aliran komunikasi formal yang
digunakan dalam menjalankan komunikasi organisasi di Presidium
GMNI adalah komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, dan
komunikasi horizontal, arah aliran komunikasi lainnya adalah
komunikasi yang bersifat informal dan cenderung melibatkan
komunikasi antarpribadi.
3. Dalam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-
2015, Ketua Umum memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para
pengurus PB HMI merupakan orang-orang yang memiliki kapasitas
dalam mengemban amanah dan tanggung jawabnya, begitupun para
pengurus PB HMI mempercayai bahwa Ketua Umum mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Tingkatan
Cabang juga memiliki kepercayaan penuh terhadap Pengurus Besar
88
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) mampu mengemban amanah
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing meskipun
banyak kendala dalam perjalanan organisasi. Setiap pengambilan
keputusan dalam PB HMI selalu melibatkan seluruh elemen dalam
kepengurusan serta selalu meminta pendapat tingkatan bawah yang
berada dalam naungan PB HMI. Dalam komunikasi ke bawah PB HMI
selalu terbuka dalam menyampaikan informasi kepada tingkatan di
bawahnya terkait persoalan apapun dalam PB HMI serta bawahan
menginformasikan atau mengkomunikasikan saran-saran atau laporan-
laporan masalah dalam organisasi. Informasi dalam bawahan
dipandang cukup penting untuk dilaksanakan jika tidak berlawanan
dengan tujuan organisasi. Informasi dari bawahan dipandang cukup
penting untuk dilaksanakan jika tidak berlawanan dengan tujuan
organisasi dan komitmen terhadap kinerja yang tinggi.
4. Dalam Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium
GMNI) Periode 2013-2015) Ketua Presidium memberikan
kepercayaan sepenuhnya kepada para pengurus Presidium GMNI
mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam tingkatan pengurus
Presidium juga memberikan kepercayaan penuh bahwa Ketua
Presidium mampu menjadi pemimpin yang baik dalam perjalanan roda
organisasi Presidium GMNI, serta tingkatan dibawah Presidium GMNI
seperti Cabang juga percaya bahwa Presidium GMNI mempunyai
komitmen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
pengurus Presidium GMNI. Proses pengambilan keputusan dalam
Presidium GMNI melibatkan seluruh elemen pengurus melalui
mekanisme rapat setiap minggu dengan catatan harus quorum yaitu
harus diikuti setngah lebih satu dari total jumlah pengurus, serta
mendengarkan pendapat elemen di bawahnya seperti cabang sebelum
mengambil kepuusan. Setiap informasi dalam Presidium GMNI selalu
dikomunikasikan kepada tingkatan bawah seperti Cabang serta selalu
mendengarkan saran-saran dan laporan-laporan masalah dalam
organisasi dari tingkatan bawah. Secara umum kepengurusan dalam
Presidium GMNI sudah melakukan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik, meskipun masih ada beberapa Komite yang kurang
produktif.
B. Saran. Berdasarkan kesimpulan sebelumnya, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode
2013-2015 merupakan sebuah wadah kerja sama dalam mencapai
tujuan bersama dalam organisasi dan juga sebuah sistem terstruktur
yang terdapat koordinasi kegiatan. Anggota organisasi memiliki
ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada yang merasa
penting dan tidak penting. Semua anggota organisasi PB HMI
memiliki andil dalam tujuan dan kemajuan organisasi PB HMI Periode
2013-2015.
2. Kemajuan organisasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB
HMI) dan Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(Presidium GMNI) Periode 2013-2015 merupakan tanggung jawab
bersama. Pendapat-pendapat yang diberikan oleh anggota organisasi
justru akan sangat membantu dalam kesuksesan organisasi. Informasi
yang diperoleh baik itu dari atasan maupun bawahan harus diterima
dan dianggap penting selama informasi itu untuk kebijakan organisasi
dan tidak bertentangan dengan tujuan dan aturan organisasi.
3. Untuk memudahkan perkembangan organisasi Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (Presidium GMNI) Periode 2013-2015
semua anggota organisasi dan elemen organisasi dibawahnya harus
mudah memperoleh informasi mengenai kedudukan atau yang
berhubungan dengan tugas mereka, dan kebijakan serta kegiatan yang
akan dilakukan.
4. Atasan dalam hal ini Ketua Umum harus selalu mendengarkan
permasalahan-permasalahan yang dikeluhkan oleh para pengurus serta
elemen dibawahnya terkait masalah organisasi secara umum. Maka
organisasi akan mengalami perkembangan yang signifikan
dikarenakan adanya evaluasi dan controling dalam PB HMI dan
Presidium GMNI.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.
Cevich, John M. Ivan. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: PT: Gelora Aksara Pratama, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka, 2002.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Cet. Ke-1.
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah,2007.
Masmuh, Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang:PT Universitas Muhammadiyah Malang, 2008.
Morissan, Teori Komunikasi. Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2009.
Muhammad, Arini. Komunikasi Organisasi,. Jakarta:Bumi Aksara, 2005
Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatiif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999, Cet. Ke-10.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, Cet- Ke-3.
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, september 2006, Cet-Ke-6.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Prenhallindo, 2001, Cet. Ke-8. Romli, Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT. Grasindo,
anggota Ikapi, 2011. Rosyidi, T.A Latief. Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan informasi. Medan, 1985.
Robbin, James G. Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 1995. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007.
Siregar, Efendi M, Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil. Jakarta, 2000.
Sitompul, Agus Salim. Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam 1963-1966. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Soemirat, Soleh. Komunikasi Organisasional. Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997,
Widjaja, H.A.W Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Hasil-Hasil Kongres HMI XXVII di Depok 05-10 November 2010. Sinergi Hmi Untuk Indonesia Bermartabat. Penerbit: PT. Erdino Mutiara Agung.
Hakim, Masykur. Pergolakan Refornasi dan Strategi HMI. Jakarta : Penerbit Alghazaly, 2001.
Modul LK 1 (Basic Training) HMI Cabang Ciputat Periode 2011-2012
Salam, Syamsir & Jaenal Arifin.. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006.
Pedoman Wawancara Nama : Arief Rosyid Hasan Jabatan : Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015 Hari / Tanggal : Senin, 22 September 2014 Waktu wawancara : 14.00 WIB Tempat wawancara : Sekretariat PB HMI
Tanya : Bagaimana anda memilih orang-orang yang ada di kepengurusan? Jawab : Anggaran Dasar HMI menentukan bahwa pengurus besar HMI harus
menyelesaikan jenjang perkadern hingga Advance Training. Kriteria tersebut menjadi prioritas saat memilih pengurus.
Tanya : Apakah anda sepenuhnya percaya bahwa orang-orang yang anda pilih dapat menjalankan tugas dengan baik dan maksimal?
Jawab : Sepanjang kepengurusan ini, terbukti bahwa kinerja bidang-bidang di kepengurusan PB HMI telah berjalan dengan baik. Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan selalu berjalan lancar danp berkualitas. Hal tersebut tentu karena setiap bidang dikelola oleh para fungsionaris yang memiliki komitmen dan tanggung jawab yang baik.
Tanya : Apakah dalam menyelesaikan permasalahan di PB HMI, anda melibatkan pengurus yang lain ? contohnya ?
Jawab : Setiap persoalan organisasi HMI di tingkat nasional, berkaitan dengan regulasi dan kebijakan umum, selalu dibicarakan secara bersama oleh presidium pengurus. Keterlibatan pengurus lain tentu dibutuhkan dan begitu penting untuk mendapatkan berbagai peandangan yang lebih kaya.
Tanya : Bagaimana jika pengurus yang anda pilih, tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik ? apakah ada punishment ? seperti apa ?
Jawab : Pengelolaan kepengurusan di PB HMI didasarkan pada kemampuan dan komitmen. Sepanjang berjalannya kepengurusan, tentu selalu ada evaluasi. Jika kinerja pengurus tidak memadai, apapun idang yang dikelola, tentu akan dievakuasi, jika perlu digantikan dengan fungsionaris lain.
Tanya : Apakah ada penghargaan khusus bagi para pengurus yang dianggap sukses melakukan proses kaderisasi ?
Jawab : Tidak ada mekanisme semacam itu.
Tanya : Media komunikasi apa yang anda gunakandalam menyampaikan informasi kepada tingkatan bawah ? mengapa anda memilih media tersebut ?
Jawab : Media yang digunakan berbagai macam. Terutama saluran seluler, dan media sosial. Dengan dua media tersebut, dapat menjangkau kader-kader
secara individu maupun masif. Dapat dikomunikasikan juga apa yang sedang terjadi dan seperti apa penyelesaian masalahnya.
Tanya : Apakah dalam organisasi yang anda pimpin, ada pembagian tugas dan wewenang yang jelas ?
Jawab : Pembagian tugas dan wewenang di kepengurusan PB HMI sangat jelas. Setiap pengurus mengelola bidang masing-masing sesuai dengan tingkat jabatan, wewenang dan tanggung jawabnya.
Tanya : Sejauh ini, adakah gesekan atau polemik antar pengurus ? Jawab : Ketika setiap pengurus diberi kebebasan untuk menyatakan kebenaran
menurut pendapat masing-masing, sangat mungkin untuk muncul perbedaan pendapat dan kepentingan. Dinamika antar pengurus dan polemik pendapat adalah sesuatu yang berharga untuk menjadi modal kemajuan dan perbaikan. Namun keduanya dijalankan dan dikelola secara sehat dalam jalur yang sesuai peraturan organisasi, agar tak berakibat kontr-produktif terhadap kondisi organisasi.
Tanya : Bagaimana cara anda menyelesaikan polemik yang terjadi di kepengurusan anda ?
Jawab :Membuka forum dialog, menjalin komunikasi intens, dan memberi kemungkinan kompromi, sehingga setiap pihak terpuaskan.
Tanya : Apakah anda merasa nyaman dengan kepengurusan saat ini ? Jawab : Sangat merasa nyaman.
Tanya : Bagaimana cara anda menyampaikan informasi kepada para pengurus PB HMI?
Jawab : Saya menyampaikan informasi terkait persoalan PB HMI kepada Sekretaris Umum,Bendahara Umum, dan Ketua-ketua Bidang. Mereka itulah yang nantinya akan memberikan infromasi kepada para anggota dibawahnya mereka.
Tanya : Bagimana pola penyampaian informasi yang anda gunakan dalam
kepengurusan? Jawab : informasi terkait kepentingan dengan PB HMI selalu saya informasikan
kepada bidang yang berhubungan, biasanya saya informasikan kepada ketua bidang. Informasi saya sampaikan baik melalui tatap muka langsung atau melalui telepon selular, dan ketika rapat kita akan bahas bersama semua pengurus. Selain itu informasi terkait kegiatan dan kebijakan PB HMI kami informasikan kepada Badko, Cabang, dan Lembaga Profesi baik melalui surat resmi atau telepon selular dan jejaring sosial agar informasi dapat tersampaikan dengan cepat dan mudah.
Tanya : Bagaimana struktur dalam PB HMI? Jawab : Dalam struktur PB HMI itu terdapat ketua-ketua dalam setiap bidang yang
ada, ketua bidang bertanggung jawab penuh atas kegiatan dalam bidangnya dengan koordinasi oleh ketua umum. Selain itu, dalam setiap bidang juga terdapat sekretaris dan bendahara, serta anggota departemen masing-masing bidangnya yang bertugas membantu ketua bidang dalam menjalankan program kerja masing-masing bidang, sekretaris bidang berkoordinasi langsung dengan sekretaris jenderal sedangkan bendahara bidang berkoordinasi langsung dengan bendahara umum.
Nama : Arif Maulana Jabatan : Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2013-2015 Hari / Tanggal : Senin, 14 September 2014 Waktu wawancara : 13.00 WIB Tempat wawancara : Sekretariat PB HMI Tanya : Apakah anda percaya ketua umum dan rekan-rekan pengurus PB HMI
mampu mengemban amanah dan menjalankan tugasnya dengan baik? Jawab : Saya selalu percaya bahwa kawan-kawan yang diberikan amanah untuk
menjalankan proses kaderisasi dan pembinaannya akan bekerja dengan baik, hal itu bukan hanya dikarenakan faktor integritas antar pengurus, melainkan prinsip untuk mengkader merupakan tugas utama organisasi HMI, sehingga orang-orang yang diamanahkan dalam bidang kaderisasi adalah orang-orang yang pada dasarnya telah mendedikasikan dirinya untuk kaderisasi. optimisme yang saya maksudkan tentunya memiliki berbagai cara untuk dapat mengoptimalisasi kerja-kerja pengurus, yang dalam hal ini integritas, transparansi dan kebebasan untuk mengeksplorasi ide dan gagasan merupakan aspek fundamental yang mesti diterapkan.
Tanya : Permasalahan dalam kaderisasi biasanya seperti apa? Jawab : Permasalahan terkait dengan kaderisasi dapat ditinjau dari 2 sisi: pertama,
dari sisi konsep, kedua dari sisi pelaksanaan. pada sisi konsep, tentunya ini jarang sekali terjadi karena pedoman perkaderan HMI diperuntukan minimal untuk 10 tahun kedepan semenjak ditetapkan dari hasil lokakarya dan kongres. sehingga problematika yang biasanya muncul adalah pada aspek pelaksanaan (teknis, penerapan), maka jika pada aspek penerapan yang mempunyai masalah, maka kami akan langsung menghubungi serta memberikan pendampingan pada Cabang/badko terkait. kasus ini biasanya terjadi dari sisi penerapan kurikulum pada training formal dan pola pembinaan pasca training formal. namun secara umum relatif tidak selalu mempunyai masalah yang sangat signifikan.
Tanya : Bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut? Jawab : Dalam proses penyelesaiannya, kami senantiasa melakukan diskusi-diskusi
bersama anggota bidang, dan jika terkait dengan pengelolaan training maka kami akan mendiskusikannya bersama badan pengelola latihan (BPL).
Tanya : Pola komunikasi seperti apa yang anda bangun untuk menciptakan proses g
baik ? Jawab :Tentunya komunakasi yang intensif, terbuka dan demokratis. agar tiap-tiap
pengurus mendaptkan penghargaan dan rasa yang sama sehingga membentuk kenyamanan. selain komunakasi yang berbentuk structural
Tanya : Apa hambatan terbesar yang anda rasakan dalam proses kaderisasi ?
Jawab : Hambatan terbesar adalah dari sisi penerapan pedoman perkaderan pada masing-masing cabang, sebab sebagian masih banyak yang berdasarkan pada pendekatan tradisi dan kebiasaan. maka dari itu pada periode ini kami akan melakukan lokakarya perkaderan,guna memberikan perspektif, arah dan tantangan kaderisasi ke depan, selain itu dari kegiatan ini pun sebagai jawaban bagi hambatan yang dimaksud di atas.
Tanya : Media komunikasi apa yang anda gunakan terkait proses kaderisasi di
tingkatan bawah ? mengapa anda memilih media tersebut ? Jawab : Terkait dengan media komunaksi, kami seringkali langsung tatap muka
melalui kegiatan-kegitan yang diselenggarakan cabang, selain itu untuk mengoptimalisasikannya kami melakukannya lewat berbagai media-media social, sepert; HP, BBM dan email. serta tidak kalah penting melalui blog resmi PB HMI sebagai media informasi bagi para kader.
Tanya : Apakah ketua umum sebagai atasan anda intens berkomunikasi dengan anda
dan semua pengurus? Jawab : Iya ketua umum selalu berkomunikasi baik secara formal maupun non
formal. Tanya : Apakah anda dan pengurus PB HMI intens berkomunikasi dengan ketua
umum? Jawab : Iya, untuk secara formal ketua bidang lah yang lebih inten berkomunikasi
khususnya terkait arah kegiatan dan program yang dibuat. Tanya : Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam PB HMI? Jawab : Posisi ketua umum menjadi sentral dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan di PB HMI. Di bawah kepemimpinan ketua umum itu-lah roda organisasi PB HMI berjalan, suatu pengambilan kebijakan dan keputusan yang akan di ambil harus di putuskan atau di sahkan oleh ketua umum, keputusan dan kebijakan itu di ambil dengan bermusyawarah.
Tanya : Proses pengambilan keputusan dalam PB HMI melalui mekanisme apa? Jawab : Pengambilan keputusan di PB HMI sangat selektif, dapt di lihat dari proses
yang diambilnya, yaitu rapat harian sebagai forum tertinggi pengambilan keputusan setelah pleno dan kongres.
Tanya : Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan PB HMI kepada tingkatan
bawah semisal cabang? Jawab : Ketua umum sering memberikan informasi kepada tingkatan Badko dan a
ada kegiatan dalam PB HMI dan kebijakan-kebijakan dalam PB HMI. Khusus untuk permasalahan kaderisasi Ketua Umum intens melakukan komunikasi dengan cabang. Kondisi kaderisasi di tingkat cabang adalah titik utama konsentrasi kaderisasi HMI. Sehingga segala permasalahan selalu
dibicarakan dengan pengurus cabang, melalui koordinasi dan komunikasi yang intens.
Tanya : Apakah anda pernah meberikan kritik maupun saran kepada ketua umum? Jawab : Dalam rapat harian dan rapat presidium semua pengurus memberikan saran
dan pendapatnya terkait kegiatan dan kaderisasi. Semua pengurus secara khusus juga memberikan saran tentang arah organisasi dan apa yang harus dilakukan Ketua Umum dalam perjalanan roda organisasi.
Tanya : Kalau pernah, bagaimana respon ketua umum? Jawab : Jika kritiknya membangun dan objektif maka ketua umum menerima.
Tanya : Biasanya anda berkomunikasi tentang apa dengan pengurus yang selevel atau
setingkat? Jawab : Sering saya komunikasi dengan ketua bidang yang lain tentang kerjasama
program yang bisa disinergikan, kemudian tentang ide ide yang bersifat membangun. Selain itu, supaya tidak terjadi bentrok dalam hal waktu dalam melaksanakan kegiatan disetiap bidang.
Nama : Eko Arisandi Jabatan : Wasekjend Internal PB HMI Periode 2013-2015 Hari / Tanggal : Jumat, 02 Januari 2015 Waktu wawancara : 16.00 WIB Tempat wawancara : Ciputat Tanya : Apakah anda percaya ketua umum dan rekan-rekan pengurus PB HMI
mampu mengemban amanah dan menjalankan tugasnya dengan baik? Jawab : Ya Tanya : Kalau anda percaya, jelaskan apa yang membuat percaya? Kalau tidak
percaya, jelaskan apa yang membuat anda tidak percaya? Jawab : Saya percaya karena para pengurus apalagi ketua umum, telah melewati
proses perkaderan baik jenjang trainging dari LK1, LK2, LK3 dan sebagainya, maupun proses-proses aktivisme sebagai proses seleksi. Sehingga pengurus-pengurus PB HMI bisa dibilang adalah orang-orang yang dianggap memiliki kapasitas, daya juang dalam berproses/aktivisme yang telah teruji.
Tanya : Bagaimana proses pengambilan keputusan apapun di PB HMI? Jawab : Secara formal, pengambilan keputusan organisasi di HMI, dari tingkat
Komisariat, Cabang, sampai PB HMI, diatur dalam mekanisme musyawarah atau rapat antara lain: rapat harian, presidium, rapat pleno, dalam kepengurusan. Demikian juga untuk pengambilan kebijakan organisasi tertinggi tediri dari rapat anggota komisaria, konferensi cabang, dan kongres untuk PB HMI. Dan, semua itu diatur dalam AD dan ART HMI.
Tanya : Apakah anda dan semua pengurus dilibatkan dalam pengambilan keputusan
apapun di PB HMI? Kalau iya bagaimana tekhnisnya? Jawab : Iya, dengan ikut dalam rapat-rapat tersebut. Karena diatur secara formal,
keputusan/keabsahan dari kebijakan yang diambil mengharuskan kehadiran pengurus dalam jumlah yang telah ditentukan. Dengan kata lain, keputusan harus diambil dengan keterlibatan sekurang-kurangnya separuh lebih dari jumlah pengurus.
Tanya : Apakah ketua umum sebagai atasan anda intens berkomunikasi dengan anda
dan semua pengurus? Jawab : Komunikasi dilakukan ketua umum cukup intens. Tanya : Kalau iya, biasanya apa yang dikomunikasikan? Jawab : Lebih banyak persoalan-persoalan kebijakan, program dan kegiatan
organisasi. Di samping itu sering mendiskusikan berbagai perkembangan terkait dunia kemahasiswaan berkenaan dengan issu nasional dan internasional serta langkah-langkah apa yang akan dilakukan HMI untuk merespon hal tersebut.
Tanya : Apakah anda dan semua pengurus PB HMI intens berkomunikasi dengan ketua umum anda?
Jawab : Cukup intens. Tanya : Kalau iya, apa yang biasa di komunikasikan? Jawab : Mengkonsultasikan berbagai persoalan terkait dengan kebijakan organisasi,
langkah teknis program dan kegiatan organisasi, serta mendiskusikan persoalan akademik dan isu nasional dan internasional.
Tanya : Apakah anda pernah memberikan kritik maupun saran kepada ketua umum
tentang berjalannya roda organisasi PB HMI? Jawab : Pernah. Tanya : Kalau pernah, apa yang menjadi kritik maupun saran anda kepada ketua
umum? Jawab :PB HMI perlu menggagas langkah-langkah mendasar dalam upaya
mengkatualisasikan intelektualisme dalam perkaderan HMI. Tanya : Lalu, bagaimana respon ketua umum? Jawab : Menyambut baik dan menyarankan langkah tindaklanjutnya. Tanya : Apakah ketua umum pernah menanyakan tentang tugas anda dan mengawasi
kinerja anda dan pengurus yang lain? Jawab : Pernah. Tanya : Kalau pernah, apa yang biasa ditanyakan dan diawasi oleh ketua umum? Jawab : Progres program dan kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan. Tanya : Apakah anda intens berkomunikasi dengan sesama pengurus yang selevel
dengan jabatan anda? Jawab : Cukup intens Tanya : Biasanya anda berkomunikasi tentang apa dengan pengurus yang selevel atau
setingkat dengan anda? Jawab : Diskusi-diskusi akademik dan perkembangan teraktual nasional dan
internasional, serta program dan kegitan organisasi yang sedang dan akan dilaksanakan.
Nama : Dani Ramdhany Jabatan : Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 Hari / Tanggal : Senin, 22 Desember 2015 Waktu wawancara : 20.00 WIB Tempat wawancara : Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Tanya : Apakah anda percaya ketua umum dan semua pengurus PB HMI mampu mengemban amanah dan menjalankan tugasnya dengan baik?
Jawab : Menurut saya sangat mungkin semua personalia PB HMI mampu untuk mengemban amanah organisasi dengan baik dan benar. Meskipun memang pada nyatanya, pelbagai macam kendala senantiasa menyertai segala bentuk niatan dan maksud baik yang ada.
Tanya : Apakah cabang pernah dilibatkan dalam Proses pengambilan keputusan apapun di PB HMI?
Jawab : Sejauh ini belum ada keterlibatan cabang secara langsung dalam menentukan keputusan dan kebijakan strategis PB HMI.
Tanya : Apakah ketua umum PB HMI sebagai atasan anda intens berkomunikasi dengan anda?
Jawab : Ya, dapat dibilang cukup intens dalam berkomunikasi. Terkadang memang PB HMI menginformasikan beberapa hal yang menyangkut dengan program kerjanya.
Tanya : Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan ketua umum dan pengurus PB HMI terhadap cabang? Apakah secara langsung atau menggunakan media?
Jawab : Jika tidak dalam keadaan jumpa muka, kita biasanya komunikasi via media sosial, seperti BBM, Facebook, Twitter dan Line.
Tanya : Media apa yang digunakan PB HMI dalam berkomunikasi dengam cabang? Jawab : Biasanya, untuk menginformasikan sesuatu, PB HMI menggunakan
telekomunikasi dan surat resmi secara tertulis.
Tanya : Apakah ketua umum PB HMI pernah berdiskusi dengan anda tentang persoalan di PB HMI?
Jawab : Ya pernah. Dalam hal ini biasanya saya berdiskusi tentang persoalan perkaderan.
Tanya : Apakah anda pernah berkomunikasi dengan ketua umum atau pengurus PB HMI tentang kegiatan dan permasalahan dalam cabang?
Jawab : Ya pernah. Biasanya PB HMI dijadikan sebagai patner diskusi dan dimintai pandangan tentang kegiatan yang dilakukan cabang.
Tanya : Bagaimana proses komunikasi anda dengan PB HMI? Apakah secara langsung atau dengan media komunikasi?
Jawab : kadang langsung, kadang via media sosial.
Tanya : Media apa yang anda gunakan dalam berkomunikasi dengan PB HMI? Jawab : Dalam melalukan komnikasi organisasi, surat tertulis secara resmi
merupakan medium penyampai antara PB HMI dan Cabang-cabang yang ada. Akan tetapi, untuk mengefesiensikannya, PB HMI tak jarang menginformasikan sesuatu hal via telekomunikasi dan media sosial, seperti BBM, SMS, Twitter, FB, dan Line.
Tanya : Apakah anda pernah memberikan kritik dan saran kepada ketua umum PB HMI tentang berjalannya roda organisasi PB HMI?
Jawab : Ya pernah. Terutama kritikan atas beberapa kebijakan PB HMI terkait pada aspek perkaderan dan dalam menyikapi isu-isu nasional.
Tanya : Kalau pernah, bagaimana respons ketua umum dan pengurus? Jawab : Ketua Umum.PB sangat terbuka dalam menerima masukan dan kritik dari
cabang.
Tanya : Apakah ketua umum dan para pengurus PB HMI pernah menanyakan tentang permasalahan dalam cabang dan mengawasi kinerja cabang?
Jawab : Tentu saja pernah. Karena hal tersebut untuk membangun sinergitas antara PB HMI dan HMI Cabang.
Tanya : Apakah cabang selalu diinformasikan terkait kegiatan dan kebijakan dalam PB HMI?
Jawab : Selama informasi itu tersampaikan ke Cabang dari PB HMI, tentu sudah menjadi kewajiban Cabang untuk mendistribusikan informasi tersebut ke segenap kader-kader yang ada di cabang.
Tanya :Apabila cabang sedang ada permasalahan apakah PB HMI membantu menyelesaikan masalah tersebut?
Jawab : Khusus cabang ciputat, sejauh ini belum ada. Tapi jika melihat kasus pemerasan salah satu oknum kader HMI di salah satu cabang di Jakarta, yang diciduk polisi, PB HMI turun tangan untuk menyelesaikannnya.
Nama : Twedy Noviady Ginting Jabatan : Ketua Presidium GMNI Periode 2013-2015 Hari / Tanggal : Sabtu, 29 November 2014 Waktu wawancara : 15.00 WIB Tempat wawancara : Wisma Trisakti Tanya : Bagaimana anda memilih pengurus-pengurus didalam presidium GMNI? Jawab : Kalau di GMNI itu relatif mudah, dalam artian bahwa yang akan masuk
dalam struktur kepengurusan presidium itu adalah orang-orang yang mempunyai komitmen dari awal, komitmenya adalah kita stu tim, didalam kongres kita menjadi satu bagian dari tim yang solit, sehingga kita pilih. Frase ke-duanya adalah tim yang tadi mempunyai cabang dan cabang itu nanti kita minta surat rekomendasi untuk nama yang bersangkutan.
Tanya : Apakah anda percaya sepenuhnya sama pengurus yang sudah dipilih? Jawab : Iya, itu adalah modal awal harus percaya itu. Tanya : Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam presidium GMNI? Apakah
melibatkan semua pengurus? Jawab : Saya mentradisikan dari periode pertama sampai periode kedua ini,
pengambilan keputusan itu musyawarah mufakat, semua keputusan presidium GMNI itu selalu musyawarah mufakat
Tanya : Teknisnya seperti apa? Jawab : Kita dimeja rapat, kita kan ada rapat rutin setiap minggu, kita mengambil
keputusan – keputusan melalui rapat presidium seperti rapat pleno. Tanya : Apakah anda intens berkomunikasi dengan pengurus Presidium, dan
biasanya berkomunikasinya seputar apa? Jawab : Iya, seputar organisasi dan seputar diluat organisasi juga ada, menyangkut
pribadi. Tanya : Apakah pengurus sering berkomunikasi dengan anda? Jawab : Ya pasti, harus ada hubungan 2 arah. Tanya : apakah andan intens berkomunikasi dengan tingkatan di bawah Presidium
GMNI? Jawab : Ya, dan itu biasanya kita biasakan dengan masing – masing regional,
contohnya bung Elpis, dia wilayah Maluku, maka dia menjadi jembatan komunikasi disana, kita membagi semua pengurus presidium itu perwilayah, mereka yang intens berkomunikasi.
Tanya : Itu biasanya komunikasinya terkait soal apa? Jawab : Organisasi Tanya : Apakah Korda dan Cabang intens berkomunikasi dengan Presidium GMNI? Jawab : Ya, tetap 2 arah. Tanya : Apakah pengurus Presidium pernah memberikan kritik maupun saran kepada
anda? Jawab : Kita mentradisikan itu, jadi kita ada rapat evaluasi setiap 1 semester, dan
kita akan gelar rapat, apa kelemahannya, apa kira – kira potensi yang kita kembangkan baik itu perporma organisasi maupun kapasitas dari setiap pengurus dan kita bisa mengisi satu dengan yang lainnya.
Tanya : Kalau pernah, bagaimana respon anda? Jawab : Ya terimakasih, karena saya menkontruksikan untuk kita saling terbuka satu
sama lain, kritikan yang penting konstruktif dan punya argumentasi. Tanya : Apakah Korda dan Cabang pernah memberikan kritik maupun saran kepada
Presidium? Jawab : Ya pasti ada, sama kita juga dari Jakarta akan memberikan masukan
kedaerah. Tanya : Kalau pernah, biasanya tentang apa? Jawab : Soal situasi politik, karena persepsi dan pemahaman teman-teman di daerah
membaca soal konstalasi nasional itu kan tidak sekonferhensi kami melihatnya, maksudnya begini, untuk menyikapi sebuah situasi politik di Jakarta, dilema presidium itu kan tidak bisa secara aktif sekedar menyikapinya, kita akan menganalisa segala macamnya, sampai kepada detail-detailnya baru kita bersikap berbeda kalau persepsinya teman daerah inginnya langsung saja, kita faham itu sifat yang mau cepat untuk menyikapi itu biasanya teman–teman kritiknya disitu, “kenapa belum disikapi?”padahal kita sedang lagi proses menyikapi cuma kita butuh waktu tidak mungkin naik satu berita apa gitu, contoh naik BBM, naik BBM mungkin teman – teman daerah langsung tolak kenaikan BBM, kalau di level presidium kan tidak bolah hanya sekedar bunyi menolak kenaikan BBM, kita menganalisa membenahnya, contoh kemarin terakhir, kenapa akhinya persidium GMNI menolak kenaikan BBM, kita membenahi dari 9 aspek, ada punya argumentasi untuk menilai sebuah kebijakan itu kita terima atau kita tolak, itu yang kadang – kadang miss nya di situ.
Tanya : Biasanya anda berkomunikasi dengan pengurus Presidium serta ke Cabang
dan Korda langsung atau via media? Jawab : Langsung, dan kita sudah membagi per regional, untuk memudahkan jalur
komunikasi.
Tanya : media komunikasi apa yang anda gunakan dalam melakukan komunikasi? Jawab : Ya, kita menggunakan BBM, telepon, SMS, kadang-kadang melalui WEB
juga, kadang-kadang via email, kita mentradisikan di GMNI juga untuk melakukan surat elektronik, karena rentan kendali jauh kita pake pos ke Papua mungkin butuh waktu 3 hari-4 hari, kalau kita pake email detik itu juga tersampaikan, kita menggunakan teknologi untuk menunjang kinerja organisasi.
Tanya : Kalau misalkan di Cabang ada permasalahan, apakah Presidium membangtu
secara langsung? Jawab : Tergantung, kita akan cek level persoalan itu, ada level yang kita ukur
bahwa ini cukup untuk diselesaikan di daerah, atau nanti dilevel provinsi yang memecahkan,atau nanti dilevel presidium kita bagi skalanya.
Tanya : Apakah anda pernah menanyakan dan mengawasi kinerja para pengurus? Jawab : Iya pasti saya selalu melakukan itu. Tanya : Misalkan ada program kerja dalam suatu Komite belum berjalan, kira-kira
apa yang anda lakukan? Jawab : Kita akan membawa itu ke rapat, kita persilahkan kepada penanggung jawab
atau komite yang bersangkutan untuk menyampaikan progresnya sejauh mana perkembangan, kendalanya apa dan segala macamnya, itu nanti pasti akan direspon oleh teman-teman semua pengurus tidak hanya saya, semuanya akan merespon sampai nanti diketahui ternyata persoalanya ini, lalu kita harus mengambil langkahnya dan biasanya rekomendasi itu bersifat musyawarah mufakat kita mentradisikan itu di GMNI.
Nama : Elvis Zaidmas Watubun Jabatan : Komite Perbatasan dan Daerah Kepulauan Presidium GMNI Hari / Tanggal : Senin, 05 Januari 2015 Waktu wawancara : 16.00 WIB Tempat wawancara : Wisma Trisakti Tanya : Apakah anda bung percaya sepenuhnya Ketua Umum dan rekan-rekan
pengurus dapat mengemban amanah? Jawab : Iya percaya, kalau kita tidak percaya itu organisasinya mati. Tanya : Indikator bisa percayanya itu kenapa? Jawab : Artinya bahwa setiap anggota harus memberikan kesempatan kepada
sesama, kalau kita memberikan kesempatan pada sesama itu yaa pasti akan terbangun sebuah sinergi kerja.
Tanya : Bagaimana proses pengambilan keputusan di Presidium GMNI? Apakah
semua pengurus telibat? Jawab : Kalau tradisi atau pola yang sering di lakukan di Presidium itu sama,
pertama dia tetap mengacu pada landasan organisasi konstitusi yakni musyawarah mufakat, apapun kebijakan dan keputusan kalau dia menjiwa roh gerakan maka akan diputuskan, tidak ada yang namanya voting dan lain sebagainya.
Tanya : Artinya bahwa Ketua Umum itu terbuka dengan pengurus? Jawab : Iya, Ketua Umum terbuka, seribu rupiah saja dia terbuka apa lagi yang
lain-lain. Tanya : Apakah Ketua Umum intens berkomunikasi dengan anda? Jawab : Oh sangat, yang pertama bahwa ketika saya dipercayakan untuk menjadi
pengurus, maka itu salah satu syarat umum, komunikasi itu harus dan tanpa komunikasi nanti ada kesenjangan dalam membangun organisasi.
Tanya : Biasanya yang dikomunikasikan seputar apa? Jawab : Yang pasti urusan-urusan organisasi, baik itu persoalan-persoalan
organisasi di level Daerah maupun di level Nasional. Tanya : Apakah anda intens berkomunikasi dengan Ketua Umum? Jawab : Ya, saya berkomunikasi manakala ada proses di Daerah yang membutuhkan,
misalnya ada urusan-urusan di Daerah masalah organisasi, masalah kaderisasi maupun masalah penyikapan situasi nasional yang butuh sinergi Pusat dan Daerah, maka itu kewajiban saya untuk berkomunikasi, artinya bahwa kita tidak boleh putus komunikasi apa yang menjadi kebijakan nasional dia harus seiring dan dia harus berjalan.
Tanya : Apakah anda pernah memberikan kritik maupun saran kepada Ketua Presidium?
Jawab : Dalam sebuah organisasi itu kritik itu penting, bahwa jangan dianggap kritik itu sebagai sebuah kejahatan, tapi saya kira kritik itu bisa jadi bersifat membangun baik untuk keberlangsungan sebuah organisasi maka harus dilakukan. Ketua kami itu dia terbuka, apapun yang menjadi pendapat dari pada mayoritas ataupun lainnya, jadi terlepas itu kritik maupun masukan harus ditampung dan akan dikaji.
Tanya : Biasanya apa yang menjadi kritik maupun saran dari anda? Jawab : Ya, yang tadi seputar masalah-masalah organisasi, masalah-masalah situasi
Nasional dan lainnya. Tanya : Apakah anda intens berkomunikasi dengan Komite yang lain? Jawab : Oh sering, karena kami dalam keputusan awal itu ada keputusan yang
kemudian dia melahirkan rapat, namanya rapat rutin yang dilakukan setiap hari selasa seminggu sekali dan ada juga rapat yang bersifat mendesak, apabila yang bersifat insiden maka akan dirapatkan, jadi sintetis sifatnya.
Tanya : Apakah anda pernah berkordinasi terkait program dengan Komite lain? Jawab : Kalau ada sinergi antara komite satu dengan yang lain maka harus ada
komunikasi, itu tetap terbangun sembari ada komunikasi-komunikasi yang bersifatnya personal dan lain-lain yang menyangkut pergulan, tetapi kalau komunikasi menyangkut perkembangan organisasi itu wajib dan sering kita lakukan.
Tanya : apakah anda sebagai pengurus Presidium sering berkomunikasi dengan
Korda maupun Cabang? Jawab : Pola yang kami terapkan di GMNI itu ada yang kami sebut dengan
komunikasi perwilayah itu regional, jadi mengingat kepengurusan kami itu dia sangat kurus, maka kami membagi yang lebih diutamakan itu per wilayah, misalnya saya dari komite wilayah timur Maluku, maka saya tetap membangun komunikasi intens sembari ada penugasan untuk berkomunikasi dengan cabang-cabang lain di luar Maluku, dan itu berlangsung walaupun tidak setiap hari tapi biasanya ada laporan perkembangan.
Tanya : apakah Ketua Umum pernah menanyakan dan mengawasi kinerja anda? Jawab : Sering, Ketua Presidium peka terhadap situasi, dan apapun situasinya
walaupun dia stabil ataupun tidak dia tetap bertanya “bung kira-kira apa yang nantinya dicanangkan ke depan di komitenya”, itulah yang kemudian sampai setiap satu minggu satu kali ada rapat berarti tensi pertumbuhannya kan dia sangat tau dan tidak putus. Dan pola pengambilan keputusan itu kalau kami tidak musyawarah tidak quorum tidak bisa.
Nama : Angga Yusuf Jabatan : Ketua GMNI Cabang Tangsel Periode 2014-2015 Hari / Tanggal : Senin, 15 Desember 2014 Waktu wawancara : 17.00 WIB Tempat wawancara : Wisma Trisakti
Tanya : Apakah anda percaya Ketua dan para pengurus Presidium GMNI mampu mengemban amanah dan menjalankan tugasnya dengan baik?
Jawab : Ketua beserta jajaran pengurus presidium terpilih tentu bukan orang sembarangan, pasti mereka adalah orang yang sudah berpengalaman yang mampu mengemban amanah dan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.
Tanya : Apakah cabang pernah dilibatkan dalam Proses pengambilan keputusan apapun di Presidium GMNI?
Jawab : Kalau persoalan itu ranahnya Presidium, pihak Cabang hanya diinformasikan oelh Presidium tentang kebijakan yang ada di sana.
Tanya : Apakah Ketua Presidium sebagai atasan anda intens berkomunikasi dengan anda?
Jawab : Ya, cukup intens tapi yang lebih intens berkomunikasi dengan saya adalah bung Yusri karena beliau berasal dari Cabang yang sama.
Tanya : Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan Ketua Presidium dan pengurus terhadap cabang? Apakah secara langsung atau menggunakan media?
Jawab : Biasanya setiap sebulan sekali ada pengurus Presidium yang datang ke Cabang menanyakan tentang perkembangan Cabang, namun pengurus Presidium sering komunikasi via telepon atau media sosial.
Tanya : Media apa yang digunakan Presidium GMNI dalam berkomunikasi dengam Cabang?
Jawab : Presidium biasanya menggunakan media sosial seperti facebook dan mengirim email kepada Cabang.
Tanya : Apakah anda pernah berkomunikasi dengan Ketua Presidium atau pengurus tentang kegiatan dan permasalahan dalam cabang?
Jawab : Pernah, saya selalu mengabarkan dan mengundang Presidium ketika ada acara yang dilaksanakan dan selalu sharing ketika di Cabang ada suatu masalah.
Tanya : Apakah anda pernah memberikan kritik dan saran kepada Ketua Presidium tentang berjalannya roda organisasi?
Jawab : Selama ini saya intens berkomunikasi dengan pengurus presidium khusunya bung Yusri, saya sering kasih kritik ketika presidium lambat bergeraknya, lalu memberikan saran kepada presidium terkait situasi nasional, pengurus presidium selalu menerima apa yang menjadi kritik dan sering langsung direspon oleh mereka, biasanya dengan melakukan evaluasi disana.
Tanya : Apakah Ketua Presidium dan para pengurus Presidium GMNI pernah menanyakan tentang permasalahan dalam cabang dan mengawasi kinerja cabang?
Jawab : Tentu pernah bahkan sering Presidium menanyakan tentang keadaan Cabang, kegiatan yang dilakukan Cabang dan permasalahan yang terjadi di dalam Cabang.
Tanya : Apakah Cabang selalu diinformasikan terkait kegiatan dan kebijakan dalam Presidium GMNI?
Jawab : Kegiatan apapun di Presidium kita selalu diberikan informasi dan diajak berpartisipasi dalam mensukseskan kegiatan yang dilaksanakan.
Lampiran Foto
Sekjend PB HMI saat rapat berlangsung Ketua Umum PB HMI saat acara seminar
Konferensi Pers PB HMI Salah satu kegiatan milad HMI 2013
Bersama Kabid PA PB HMI Acara seminar PB HMI
Kegiatan Latihan Kader II HMI
Kabid PA dan Wasekjend Internal PB HMI Kegiatan Seminar Presidium GMNI
Ketua Presidium GMNI Kegiatan seminar Presidium GMNI
Kegiatan Rakornas Presidium GMNI Bersama Ketua Presidium GMNI
Pemberitahuan kegiatan Rakornas Presidium GMNI
Aksi BBM yang dilakukan Presidium GMNI Kegiatan diskusi Presidium GMNI
Bersama Elvis Zaidam Watubun