16
KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG (KASUS PRAKTEK LOKAL MASYARAKAT DI PERAIRAN SENGGARANG) HENDRA HASIHOLAN SIANJUNTAK Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] ARIEF PRATOMO Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] FADHLIYAH IDRIS Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Simanjuntak, Hendra Hasiholan., 2017. Konfirmasi Kila Sebagai Atraktan Gonggong (Kasus Praktek Lokal Masyarakat Di Perairan Senggarang), Skripsi.Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, ST, M.Si. Pembimbing II: Fadhliyah Idris, S.Pi, M.Si. Perairan Senggarang merupakan salah satu daerah yang merupakan pemasok komoditi gonggong di Tanjungpinang. Nelayan lokal mendapatkan gonggong dengan cara menangkap langsung pada saat surut jauh dan juga menyelam. Namun terdapat praktek lokal yang cukup unik digunakan untuk memancing munculnya gonggong dari dalam substrat yakni dengan menggunakan hewan gastropoda lainnya atau nelayan lokal menyebutnya “Kila”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila merupakan faktor munculnya gonggong dari dalam subtrat. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Unit percobaan yang diberikan adalah variabel kontrol, variabel perlakuan kontrol (Air laut dan Lumpur berair) dan variabel perlakuan (Kila) dengan tujuan untuk melihat probabilitas munculnya gonggong berdasarkan perbedaan perlakuan. Hasil pengamatan diuji dengan menggunakan Uji T 2 variabel dan Uji One Way Anova (Analysis of Variance). Hasil yang diperoleh di perairan Senggarang yaitu jenis kila yang digunakan adalah Cymbiola nobilis. Variabel kontrol dan variabel perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh dengan jumlah gonggong muncul masing-masing 0 ind/m 2 . Variabel kila yang memberikan pengaruh dengan jumlah gonggong muncul yaitu 22 individu atau rata-rata 3 ind/m 2 . Jenis dan jumlah gonggong yang didapat yakni 19 jenis Strombus urceus, 1 jenis Strombus canarium dan 1 jenis Strombus turturella. Dari hasil analisis uji t 2 variabel menunjukkan bahwa kila merupakan variabel yang independent. Selanjutnya dari hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas (P-value) 1,06E-06 < selang kepercayaan () 0,01 sehingga membuktikan diterimanya H 1 dan penolakan terhadap H 0 dan H 2 . Kata kunci : Cymbiola nobilis, Atraktan, Praktek Lokal, Strombus sp. , Perairan Senggarang

KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG (KASUS PRAKTEK

LOKAL MASYARAKAT DI PERAIRAN SENGGARANG)

HENDRA HASIHOLAN SIANJUNTAK

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ARIEF PRATOMO

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

FADHLIYAH IDRIS

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Simanjuntak, Hendra Hasiholan., 2017. Konfirmasi Kila Sebagai Atraktan Gonggong (Kasus

Praktek Lokal Masyarakat Di Perairan Senggarang), Skripsi.Tanjungpinang: Jurusan Ilmu

Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Pembimbing I: Arief Pratomo, ST, M.Si. Pembimbing II: Fadhliyah Idris, S.Pi, M.Si.

Perairan Senggarang merupakan salah satu daerah yang merupakan pemasok komoditi

gonggong di Tanjungpinang. Nelayan lokal mendapatkan gonggong dengan cara menangkap

langsung pada saat surut jauh dan juga menyelam. Namun terdapat praktek lokal yang cukup unik

digunakan untuk memancing munculnya gonggong dari dalam substrat yakni dengan

menggunakan hewan gastropoda lainnya atau nelayan lokal menyebutnya “Kila”. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila merupakan faktor munculnya

gonggong dari dalam subtrat. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Unit percobaan yang diberikan adalah variabel kontrol, variabel perlakuan kontrol (Air laut dan

Lumpur berair) dan variabel perlakuan (Kila) dengan tujuan untuk melihat probabilitas munculnya

gonggong berdasarkan perbedaan perlakuan. Hasil pengamatan diuji dengan menggunakan Uji T 2

variabel dan Uji One Way Anova (Analysis of Variance).

Hasil yang diperoleh di perairan Senggarang yaitu jenis kila yang digunakan adalah

Cymbiola nobilis. Variabel kontrol dan variabel perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh

dengan jumlah gonggong muncul masing-masing 0 ind/m2. Variabel kila yang memberikan

pengaruh dengan jumlah gonggong muncul yaitu 22 individu atau rata-rata 3 ind/m2. Jenis dan

jumlah gonggong yang didapat yakni 19 jenis Strombus urceus, 1 jenis Strombus canarium dan 1

jenis Strombus turturella. Dari hasil analisis uji t 2 variabel menunjukkan bahwa kila merupakan

variabel yang independent. Selanjutnya dari hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai

probabilitas (P-value) 1,06E-06 < selang kepercayaan ( ) 0,01 sehingga membuktikan diterimanya

H1 dan penolakan terhadap H0 dan H2.

Kata kunci : Cymbiola nobilis, Atraktan, Praktek Lokal, Strombus sp. , Perairan Senggarang

Page 2: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

KILA CONFIRMATION AS GONGGONG ATTRACTANT (LOCAL PUBLIC

CASE PRACTICES IN THE WATERS OF SENGGARANG)

HENDRA HASIHOLAN SIANJUNTAK

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ARIEF PRATOMO

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

FADHLIYAH IDRIS

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRACT

Simanjuntak, Hendra Hasiholan., 2017. Kila Confirmation As Gonggong Attractant (Local Public

Case Practices In The Waters Of Senggarang). Thesis.Tanjungpinang. Departemen of

Marine Science. Faculty of Marine Sciences and Fisheries.University Maritime Raja Ali

Haji. Advisor: Arief Pratomo, ST, M.Si, Co-advisor: Fadhliyah Idris, S.Pi, M.Si

Senggarang waters is an one area of gonggong commodity supplier in Tanjungpinang.

Local fishermen get gonggong by capturing directly at the time ebbing away and also diving. But

there are enough unique local practices used to lure out the gonggong of the substrate by using the

other gastropods animals or local fishermen call it "Kila". This research was conducted with the

aim to confirm whether it is true that Kila is a factor in the emergence of gonggong from the

substrate. The method used is Complete Random Design (RAL). Unit given trial is the control

variable, the variable control treatment (sea water and mud watery) and variable treatment (Kila)

with the aim to see the probability of a barking based treatment differences. The observation was

tested using the 2 variable t-test and One Way ANOVA Test (Analysis of Variance).

The results obtained in the Senggarang waters there is the type of Kila used is Cymbiola

nobilis. Control variables and variable control treatment did not affect the amount of gonggong

appears each 0 ind / m2. Kila variables that influence the amount of gonggong appears that 22

individual or an average of 3 ind / m2. The type and amount of gonggong obtained namely 19 of

Strombus urceus, 1 species of Strombus Canarium and 1 species of Strombus turturella. From the

analysis of the t test showed that kila are the independent variables. Furthermore, from the results

of One Way Anova test shows the probability value (P-value) 1,06E-06 < the confidence interval

(α) 0.01 proving the acceptance of H1 and reject the H0 and H2.

Key Word : Cymbiola nobilis, Attractant, Lokal Practices, Strombus sp. , Senggarang waters

Page 3: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu potensi sumberdaya

perikanan di Kota Tanjungpinang adalah

siput gonggong. Gonggong termasuk sejenis

siput laut (Strombus sp. L.1758), merupakan

salah satu hewan lunak (Mollusca), banyak

hidup di pantai Pulau Bintan dan sekitarnya,

seperti Pulau Dompak, Pulau Lobam, Pulau

Mantang, Senggarang, dan Tanjung Uban

(Amini 1984 dalam Viruly, 2011). Hewan

ini menjadi makanan ciri khas di Kota

Tanjungpinang yang digemari oleh

masyarakat lokal dan wisatawan. Selain

gonggong juga terdapat jenis-jenis moluska

yang cukup digemari seperti kerang, ranga,

kila dan lain-lain. Menurut Soeharmoko

(2010) hasil identifikasi kekerangan yang

menjadi sumber bahan pangan masyarakat

Kepulauan Riau terdiri dari dua klas yaitu

kelas gastropoda dan bivalva. Pada kelas

gastropoda ditemukan 4 ordo, 9 famili, 15

genus dan 26 spesies.

Perairan Senggarang merupakan

salah satu daerah yang merupakan pemasok

komoditi gonggong. Masyarakat setempat

menangkap langsung gonggong pada saat air

surut jauh dan ada juga yang menyelam.

Namun ada cara lokal atau tradisional yang

cukup menarik di daerah ini, yakni dengan

menggunakan jenis organisme kerang

tertentu sebagai media penarik gonggong

untuk muncul dari dalam substrat tempat ia

bersembunyi. Masyarakat setempat

menyebutnya “Kila”.

Kila (Cymbiola nobilis) memiliki

perbedaan genus dan ukuran dengan

gonggong. Hewan ini hidup di perairan yang

tidak pernah surut atau masyarakat

menyebutnya “alur”. Hewan ini banyak

ditemukan di subtrat berpasir dan lumpur

berpasir. Biasanya hewan ini menguburkan

dirinya dalam gundukan pasir. Namun ketika

ia makan, ia keluar dari pasir tersebut. Para

nelayan biasa menangkapnya dengan cara

berjalan di alur kemudian sambil melihat ke

dasar perairan atau merabanya dengan

menggunakan kaki.

Berdasarkan wawancara awal, cara

penangkapan menggunakan “Kila” sudah

lama dilakukan dan masih berlangsung

hingga saat ini. Masyarakat berpendapat,

dengan menggunakan kila, cara tangkap

gonggong menjadi lebih mudah dan hasil

tangkapan lebih meningkat. Keberadaan dan

ketersediaan kila di perairan Senggarang

masih tergolong mudah ditemukan. Walau

begitu, penulis belum menemukan penelitian

atau jurnal yang membahas tentang metode

penangkapan yang dapat dikatakan unik ini.

Maka dari itu penulis tertarik untuk

mengkonfirmasi secara ilmiah bahwa

keluarnya gonggong dari tempat

persembunyiannya karena faktor biota

“Kila”.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Belum adanya literatur ilmiah yang

meneliti tentang metode penangkapan

gonggong dengan menggunakan kila

sehingga menyebabkan minimnya

informasi dan sumber awal dalam

melakukan pembuktikan secara

ilmiah

2. Apakah kila dapat merangsang

keluarnya gonggong dari dalam

substrat dan apakah kila merupakan

satu-satunya faktor tersebut ?

3. Apakah terdapat kemungkinan faktor

selain kila? Dalam penelitian ini

menggunakan faktor percikan air laut

dan substrat atau lumpur.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan konfirmasi “Kila Sebagai

Atraktan Gonggong” melalui

rancangan percobaan dengan

hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada pengaruh kila

terhadap keluarnya gonggong

(Strombus sp) dari dalam

substrat

H1 : Ada pengaruh kila dan

sebagai satu-satunya faktor

keluarnya gonggong (Strombus

sp) dari dalam substrat

H2 : Ada pengaruh kila tetapi

bukan satu-satunya faktor

terhadap keluarnya gonggong

(Strombus sp) dari dalam

substrat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Page 4: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

1. Memberikan informasi dan sebagai

bahan dasar ilmiah untuk isolasi lebih

lanjut pada substansi aktif terutama

pada gonggong

2. Menghasilkan atraktan untuk

penangkapan gonggong (Strombus

sp)

3. Konfirmasi ilmiah praktek dan

pengetahuan lokal masyarakat

Senggarang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Lokal

Dalam pengertian kamus, kearifan

lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata

yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local).

Dalam Kamus Inggris Indonesia John M.

Echols dan Hassan Syadily, local berarti

setempat, sedangkan wisdom (kearifan)

sama dengan kebijaksanaan. Secara umum

maka local wisdom (kearifan setempat)

dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan

setempat (local) yang bersifat bijaksana,

penuh kearifan. Definisi lain tentang

kearifan lokal menyebutkan (Nurma Ali

Ridwan, 2007) bahwa kearifan lokal atau

sering disebut local wisdom dapat dipahami

sebagai usaha manusia dengan

menggunakan akal budinya (kognisi) untuk

bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,

objek atau peristiwa yang terjadi dalam

ruang tertentu.

Pemahaman budaya fisik secara steril

memang akan memunculkan suatu kesan

upaya untuk mempusakakan suatu warisan

(Prijitomo, 2009). Akan lebih bijaksana

apabila kita mampu menggali pengetahuan

lokal (indigenous knowledge), sehingga

esensi desain akan lebih membuka peluang

terhadap upaya- upaya inovasi desain yang

lebih kaya. Dalam hal ini diperlukan suatu

perubahan mind set atau cara pandang

penggalian potensi kearifan lokal.

B. Aspek Gonggong

1. Biologi Gonggong

Berdasarkan penelitian kekerangan

(Soeharmoko, 2010) yang disebutkan dalam

latar belakang, hasil identifikasi kekerangan

gastropoda ditemukan 4 ordo, 9 famili, 15

genus dan 26 spesies. Gonggong termasuk

sejenis siput laut (Strombus canarium

L.1758), merupakan salah satu hewan lunak

(Mollusca), banyak hidup di pantai Pulau

Bintan dan sekitarnya, seperti Pulau

Dompak, Pulau Lobam, Pulau Mantang,

Senggarang, dan Tanjung Uban (Amini 1984

dalam Viruly, 2011). Gonggong merupakan

Mollusca yang termasuk kelas Gastropoda

dengan spesies Strombus sp.

Gambar 1. Strombus sp.

(Sumber : www.marinespecies.org)

Gastropoda adalah hewan

berukuran relative besar yang menarik.

Namanya berarti kaki perut (gaster = perut ;

pous = kaki) (Romimohtarto dan Juwana,

2001). Cangkang asimetri biasanya

menggulung seperti ulir memutar kekanan.

Hewan ini menggendong cangkang,

kakinya besar dan lebar untuk merayap

dibantu untuk mengeduk pasir atau lumpur

(Nybakken, 1988). Seperti halnya dengan

kelas Gastropoda lainnya, ciri-ciri

gonggong ialah memiliki cangkang

berbentuk asimetri seperti kerucut, terdiri

dari tiga lapisan periostraktum, lapisan

prismatik yang terdiri dari kristal kalsium

karbonat dan lapisan nakre (lapisan

mutiara).

Cangkang siput gonggong lebih

berfungsi sebagai alat gerak pengeruk

substrat dan bela diri atau mempertahankan

diri daripada sebagai tutup cangkang, karena

tidak menutup seluruh daerah mulut

cangkang (Yonge, 1976 dalam Utami,

Page 5: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

2012). Pertumbuhan cangkang moluska

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan-

bahan pembentuk cangkang, seperti kalsium

karbonat sebagai unsur makro, magnesium

karbonat, silikat, fosfat, asam amino, seperti

asam asparatik, serine, alanine dan lainnya

sebagai unsur mikro (Bevelander et al., 1981

dalam Utami, 2012).

Habitat siput gonggong umumnya

adalah substrat lumpur berpasir yang banyak

ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun

dan makro algae, mulai dari batas surut

terendah hingga kedalaman ± 6 meter.

Pemilihan habitat ini mengikuti ketersediaan

makanan berupa detritus dan makro algae

serta kondisi lingkungan yang terlindung

dari gerakan massa air (Nybakken, 1992).

C. Aspek Biologi Kila

Berdasarkan survey awal bersama

para nelayan, penulis menemukan salah satu

jenis kila yang biasa dipakai untuk menabur.

Jenis kila ini merupakan family dari

Volutidae.

Gambar 3. Cymbiola nobilis

(Sumber : www.gastropods.com)

Menurut Lightfoot (1786) dalam

penelitiannya di Universitas Kebangsaan

Malaysia gambar diatas merupakan spesies

dari Cymbiola nobilis. C.nobilis adalah

gastropoda moluska yang menghuni laut

dangkal dan secara tradisional dipanen oleh

penduduk setempat untuk makanan dan

karenanya mengambil nilai pasar yang tinggi

dan menjadi makanan untuk lokal. Spesies

ini tersebar luas di Asia Tenggara dari

Taiwan ke Vietnam, Semenanjung Malaysia,

Indonesia, Singapura dan Filipina. Mereka

makan ganggang dan memiliki operkulum

berbentuk cakar.

Cangkang Cymbiola nobilis dapat

mencapai panjang 50-222 mm dengan

ukuran rata-rata 6 cm). Ukuran tubuh betina

cenderung lebih besar daripada ukuran

jantan. Ukuran rata-rata laki-laki memang

lebih kecil dari pada wanita. Panjang

maksimum cangkang laki-laki adalah 99 mm

dan betina 156 mm

(http://dpc.uba.uva.nl/cgi/t/text/get-

pdf?idno=m7701a03;c=ctz, Diakses pada 03

Oktober 2016). Mereka memiliki berbagai

macam pola. Warna kerang mungkin orange

atau kuning dengan pola merah atau coklat

zig-zag. Kadang-kadang cangkang ini benar-

benar berwarna hitam. Daging siput

berwarna hitam dengan bintik-bintik kuning

atau oranye terang. Sel-sel pigmen yang

memproduksi warna menginfeksi sel-sel di

dekatnya sehingga mereka juga

memproduksi pigmen. Akibatnya, warna

cangkang siput membentuk pola yang khas.

Spesies ini hidup di lingkungan laut dan

dapat ditemukan di rataan terumbu berpasir

dan daerah berlumpur di ekosistem lamun.

Pada reproduksinya,Cymbiola nobilis

memiliki jenis yang hermaprodit dan jenis

kelamin yang terpisah. Pada jenis kelamin

yang terpisah, siput ini mereproduksi

melalui reproduksi seksual. Hewan betina

dibuahi oleh jantan secara internal,

kemudian sang betina merespon dengan

mendepositokan telur yang dibuahi. Kapsul

telur diletakkan oleh betina yang berisi

beberapa embrio. Dibutuhkan sekitar tujuh

hari untuk telur menetas menjadi larva.

Embrio berkembang dan berenang bebas

sebagai larva planktonik laut (trocophore)

dan kemudian bertumbuh menjadi remaja.

Secara keseluruhan, siput melewati delapan

tahap perkembangan sebelum menjadi siput

penuh. C. nobilis memangsa hewan-hewan

kecil seperti bivalvia, moluska,

echinodermata dan lainnya

(https://www.revolvy.com/main/index.php?s

=Cymbiola%20nobilis, diakses pada 03

Oktober 2016)

Page 6: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Namun saat ini status Cymbiola

nobilis dianggap rentan. Jumlahnya telah

sangat berkurang oleh kerusakan ekosistem

dan koleksi sebagai makanan dan untuk

perdagangan. Siput ini pernah umumnya

ditemukan di terumbu sekitar Singapura,

tetapi mereka telah menjadi jauh lebih

langka. Pemerintah Singapura telah

menyatakan bahwa undang-undang yang

diperlukan untuk membatasi koleksi fauna

liar seperti Cymbiola nobilis.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Agustus-November 2016. Penulis

mengambil studi kasus penelitian ini di

perairan Senggarang Kota Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi tersebut

merupakan salah satu daerah pemasok

komoditi gonggong di daerah

Tanjungpinang dan dianggap mewakili

keberadaan gonggong di daerah lain.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di

bawah ini :

No. Alat dan Bahan Keterngan

1. Siput Gonggong Sebagai

sampel yang

akan di teliti

2. Siput Kila Sebagai

sampel

percobaan

3. Kuisioner Untuk

pengumpulan

data sekunder

4. Kertas label Pelabelan

gonggong hasil

tangkapan

5. Alat Tulis Mencatat Hasil

6. Kamera Dokumentasi

Penelitian

7. GPS Menentukan

titik koordinat

sampling

8. Kantong Plastik Tempat

penyimpanan

gonggong hasil

tangkapan

Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan

Sumber : Data Primer

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, peneliti

hendaknya memilih metode dan

mengumpulkan data yang tepat dan relevan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh

secara langsung dari informan melalui

wawancara praktek lokal pada masyarakat

atau nelayan setempat dan juga pengamatan

langsung pada lokasi penelitian berupa

identifikasi dan perhitungan jenis gonggong

hasil percobaan dengan menggunakan kila di

perairan Senggarang. Dalam menetapkan

informan menggunakan teknik snowball

sampling. Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan bantuan key-

informan, dan dari key informan inilah akan

berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal

ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria

sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel

(Subagyo,2006:31).

Snowball sampling adalah suatu

pendekatan untuk menemukan informan-

informan kunci yang memiliki banyak

informasi. Dengan menggunakan

pendekatan ini, beberapa responden yang

potensial dihubungi dan ditanya apakah

mereka mengetahui orang yang lain dengan

karakteristik seperti yang dimaksud untuk

keperluan penelitian. Kontak awal akan

membantu mendapatkan responden lainnya

melalui rekomendasi. Untuk mencapai

tujuan penelitian, maka teknik ini didukung

juga dengan teknik wawancara dan survey

lapangan.

Data sekunder untuk penyusunan

proposal penelitian diperoleh dari berbagai

sumber referensi baik berupa jurnal, skripsi,

buku pustaka, website ilmu pengetahuan

untuk mendapatkan informasi yang sesuai

dalam melaksanakan penelitian ini.

Page 7: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan

data primer.

D. Prosedur Penelitian

1. Penggalian Pengetahuan dan

Praktek Lokal

Wawancara ini dilakukakan dengan

menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

alternatif untuk melihat quisioner yang telah

di siapkan untuk mengetahui pengetahuan

dan praktek lokal para nelayan dalam

menangkap siput kila dan siput gonggong

yang nantinya akan menjadi bahan

penelitian (Lampiran 2)

Penggalian pengetahuan dan praktek

lokal dalam aspek hubungan gonggong

dengan kila memiliki beberapa tahapan

sebagai berikut :

a. Klasifikasi ahli lokal yaitu :

1. Mencari dan mengidentifikasi

informan dan pelaku

Informan : Seseorang yang

memberikan informasi tentang

pengetahuan dan praktek lokal

dalam mencari gonggong

menggunakan kila

Pelaku : Seseorang yang

melakukan praktek lokal dalam

mencari gonggong

menggunakan kila

(Dalam penelitian ini informan juga

berperan sebagai pelaku praktek lokal)

2. Kriteria Ahli Lokal

Penduduk Asli Lokal

Pengalaman ≥ 5 tahun untuk

praktek lokal yang sedang digali

Masih melakukan praktek lokal

tersebut hingga saat ini

3. Ahli lokal didukung secara

independen oleh penduduk sekitar

lainnya dengan cara :

Melakukan quisioner terhadap

responden

Syarat responden yaitu

merupakan penduduk setempat

Responden ditentukan secara

acak dengan jumlah minimal 10

orang

2. Penentuan stasiun penelitian

Penentuan stasiun penelitian

didasarkan pada Facrul (2007) yaitu dengan

menggunakan metode purposive sampling

atau penentuan lokasi sampling yang

didasarkan pada tujuan tertentu. Adapun

kriteria yang ditetapkan dalam penentuan

lokasi penelitian adalah :

1. Berdasarkan keberadaan gonggong

yang dipandu oleh ahli lokal

2. Berada pada pantai dengan substrat

berlumpur dan lumpur berpasir

Berdasarkan kriteria tersebut dan

setelah dilakukan survey pendahuluan maka

penulis memilih studi kasus pada perairan

Senggarang Kota Tanjungpinang.

3. Variabel

Variabel sampling yang diberikan

terbagi atas 2 jenis yaitu:

Variabel Bebas : Kila

Variabel Kontrol :Air dan Lumpur

(Perlakuan)

Variabel Terikat :Jumlah

gonggong yang setelah perlakuan

4. Metode Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode percobaan Rancangan

Acak Lengkap (RAL). Metode ini digunakan

dalam menentukan tata letak unit percobaan

dan urutan percobaan.

5. Ulangan

Berdasarkan variabel {(Kila, Air dan

Lumpur)+ Kontrol} maka jumlah unit

percobaannya adalah 4 unit percobaan.

Dalam metode ini penulis menggunakan

transek kuadran (Transsect Quadran)

dimana pada setiap transek terdapat 5

plotyang akan diberikan perlakuan (unit

percobaan) kecuali pada variabel kontrol.

Dalam satu transek terdapat 5 plot

yang akan diberi perlakuan (percobaan). Plot

Page 8: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

yang digunakan berukuran 0,5x0,5 meter.

Maka jumlah unit percobaan yang akan

dilakukan adalah :

Penentuan transek diambil

berdasarkan lokasi yang umum didatangi

nelayan dalam menangkap gonggong.

Panjang satu transek adalah 2,5 meter. Hal

ini disesuaikan dengan panjang jarak

penaburan dengan jumlah plot yang ada

pada satu transek. Jarak antara satu transek

dengan transek lain adalah 10 meter. Ini

dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang

tindih perlakuan pada lokasi penaburan.

Pada setiap transek juga dilakukan tiga kali

ulangan dengan tujuan untuk melihat

perbedaan pengaruh antara variabel kontrol,

kila, lumpur dan air murni untuk

mengkonfirmasi bahwa kila merupakan

faktor tunggal yang mempengaruhi

gonggong keluar dari dalam substratnya.

Dalam ulangan percobaan ini, penulis

menetapkannya secara acak namun tetap

melihat kondisi yang sesuai dengan variabel

sampling perlakuan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut,

penulis melakukan survey peninjauan lokasi

penelitian. Selanjutnya penulis menentukan

lokasi penelitian dengan menggunakan GPS

(Global Positioning System) untuk

mendapatkan koordinat lokasi penelitian

yang lebih akurat.

Adapun letak lokasi pengamatan

yang telah ditetapkan dapat dilihat pada

gambar 6 berikut :

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Perairan

Senggarang Kota Tanjungpinang

Sumber : Data Primer

6. Pelaksanaan Percobaan

Kontrol

Pada variabel kontrol tidak diberikan

perlakuan apapun. Hal ini bertujuan untuk

melihat perbandingan antara daerah yang

diberikan perlakuan dengan yang tidak

diberikan perlakuan.

Kila

Pada variabel ini, kila digunakan

sebagai alat percobaan untuk memancing

gonggong keluar dari dalam substrat. Hal ini

dilakukan dengan cara mengayunkannya

pada air dan subtrat yang berada diantara

kedua kaki dengan arah tegak lurus dengan

plot.

Air Laut

Pada variabel ini, air laut digunakan

sebagai alat percobaan untuk memancing

gonggong keluar dari dalam substrat. Hal ini

dilakukan dengan cara mengambil air laut

yang diperlukan dan menempatkannya

dalam satu wadah kosong. Kemudian air

dipercikkan dengan arah tegak lurus dengan

plot.

Lumpur

Pada variabel ini, air laut digunakan

sebagai alat percobaan untuk memancing

gonggong keluar dari dalam substrat dengan

cara mengambil substrat lumpur dan sedikit

air laut dan menempatkannya dalam satu

wadah kosong. Kemudian lumpur dan air

Perlakuan x Plot x Ulangan = ........

4 x 5 x 3 = 60 unit

Page 9: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

laut dilemparkan dengan arah tegak lurus

dengan plot.

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Metode analisis data

Sebelum melakukan percobaan,

penulis akan mengamati keberadaan

gonggong dalam plot yang diletakkan pada

tiap transek. Jumlah gonggong tersebut

dinyatakan sebagai (X0) atau jumlah

gonggong mula-mula sebelum diberikan

perlakuan. Setelah data X0 diperoleh,

kemudian percobaan dilakukan dengan

memberikan perlakuan pada masing-masing

sampling pada setiap transek. Proses ini

membutuhkan waktu kurang lebih 20 detik

untuk melihat apakah ada reaksi yang

muncul akibat perlakuan tersebut. Jumlah

gonggong yang berada di dalam plot setelah

diberikan perlakuan dinyatakan sebagai (X1)

dan yang keluar dari dalam plot setelah

diberikan perlakuan dinyatakan sebagai (X2)

Keterangan :

X0 : Jumlah gonggong dalam plot

sebelum diberikan perlakuan

X1 : Jumlah gonggong dalam plot setelah

diberikan perlakuan

X2 : Jumlah gonggong yang keluar dari

dalam plot setelah diberikan

perlakuan

Dan dari hasil tersebut maka

selanjutya akan dilakukan pembuktian

ilmiah dengan melakukan uji hipotesis uji t

dan uji F. Dalam uji ini, nilai X diperoleh

dengan menghitung nilai X0, X1 dan X2

dengan rumus :

X = ( X1+X2) – X0

Berikut adalah model uji hipotesis

tersebut :

1. Jika kila punya pengaruh tunggal dan

satu satunya faktor maka :

Xc = Xa = Xl = 0

Xk ≠ 0 p ≤ 0,01

2. Jika kila punya pengaruh (maka

antara xc, xa, xl tidak

akan berbeda nyata sedangkan xk

satu-satunya yang berbeda nyata

terhadap xc, xa, xl

Dimana :

xc

xk > xa

xl

Jika t hitung < t tabel, maka Ho

ditolak dan H1 diterima, artinya kila bukan

merupakan faktor yang mempengaruhi

gonggong keluar dari dalam substrat. Namun

jika T hitung > T tabel, maka Ho ditolak dan

Ha diterima yang artinya kila merupakan

faktor yang mempengaruhi gonggong keluar

dari dalam substrat.

Uji t dan uji F dilakukan setelah

sebaran data x diuji normalitas dan

homogenitasnya agar pembuktian datanya

valid.

Analisis deskriptif dilakukan untuk

membandingkan antara hasil data quisioner

dari nelayan dan hasil observasi dilapangan.

Hasil tersebut nantinya digunakan untuk

penarikan kesimpulan apakah benar kila

berpengaruh terhadap keluarnya siput

gonggong dari dalam substrat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Lokal Masyarakat

Senggarang Tentang Gonggong

dan Kila

Pembuktian menggunakaan uji T 1

Variabel Independent pada 𝛼 : 0,01

Pembuktiannya dengan menggunakan

uji F (Anova One Way pada 𝛼 : 0,01)

Page 10: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Berdasarkan hasil wawancara,

terdapat beberapa jenis gonggong yang

lazim ditangkap oleh para nelayan setempat,

yakni :

Gonggong Cangkang Tipis {Strombus

(Dolomena) marginatus marginatus} ;

(Linnaeus, 1758)

Gonggong Cangkang Garis Hitam

{Strombus urceus} ; (Linnaeus, 1758)

Gonggong Cangkang Tebal Berwarna

Merah {Strombus canarium} ;

(Linnaeus, 1758)

Gonggong Cangkang Tebal Berwarna

Putih {Strombus (Laevistrombus)

turturella} ; Roeding,1798

Gonggong bercangkang tipis

(Strombus (Dolomena) marginatus

marginatus) biasanya hidup di berbagai

substrat, seperti pada lumpur, pasir, lumpur

berpasir. Dan ia juga terdapat pada beberapa

ekosistem yakni ekosistem karang dan

ekosistem lamun.

Gonggong bercangkang tebal

memiliki 2 warna. Hal ini disebabkan oleh

habitat gonggong bercangkang tebal

berwarna putih (Strombus turturella)

biasanya hidup pada substrat pasir dan

lumpur berpasir. Sedangkan untuk gonggong

bercangkang tebal berwarna merah

(Strombus canarium) hanya hidup pada

substrat lumpur. Hewan ini dapat hidup pada

lumpur yang dalamnya sekitar 30-50 cm.

Dengan dalamnya substrat ini sedikit

menyulitkan nelayan untuk menangkapnya.

Gonggong mulai keluar ketika air

mulai pasang kira-kira setinggi 1m atau

lebih. Untuk menangkapnya biasanya para

nelayan menyelam sampai dasar perairan.

Biasanya cara ini dilakukan pada siang hari.

Hal ini disebabkan karena masih dapat

terlihat oleh mata. Apabila dilakukan pada

malam hari biasanya menyulitkan nelayan

karena tidak adanya cahaya. Apabila

didukung oleh cahaya seperti senter juga

dapat membahayakan keselamatan nelayan

karena ada beberapa jenis ikan yang

mengejar cahaya seperti ikan hiu, ikan

selayar dan lain-lain.

Kila menyerupai gonggong. Namun

sebenarnya mereka adalah jenis yang

berbeda. Hewan ini hidup di perairan yang

tidak pernah surut atau masyarakat lokal

menyebutnya “alur”. Hewan ini banyak

ditemukan di subtrat berpasir dan lumpur

berpasir. Biasanya hewan ini menguburkan

dirinya dalam gundukan pasir. Namun ketika

ia makan, ia keluar dari pasir tersebut.

Setelah mendapatkan makanan kemudian

hewan ini menguburkan dirinya kembali.

Bentuk kila hampir menyerupai gonggong

namun memiliki ukuran yang lebih besar.

Para nelayan biasa menangkapnya dengan

cara berjalan di alur kemudian sambil

melihat ke dasar perairan atau merabanya

dengan menggunakan kaki. Bentuk yang

umum dijumpai adalah seperti bola dan

cangkang luarnya bersifat licin. Apabila kita

menemukannya, yang pertama dilakukan

adalah mengecek apakah hewan tersebut

masih hidup atau tidak. Cara mengetahuinya

adalah dengan cara mengetuknya dengan

jari. Apabila bunyinya keras maka itu

menandakan bahwa masih ada kila di

dalamnya. Kila terbagi atas 2 jenis, yaitu

kila bercangkang tipis dan bercangkang

tebal.

Menurut para nelayan setempat, umur

dari kila dan gonggong dapat dilihat dari

spiral-spiral yang terbentuk di bagian atas

cangkang. Semakin banyak spiral yang ada,

maka umur hewan tersebut dapat dikatakan

pada usia yang cukup lama.

Tidak hanya digunakan untuk

menangkap gonggong, kila juga dapat

menjadi predator dari gonggong tersebut.

Namun gonggong bukanlah makanan

utamanya melainkan kerang seperti kerang

lidah, kerang darah atau remis. Cara

memakan kila tergolong unik, yakni dengan

mengeluarkan bagian tubuh yang lunak

untuk menyelimuti kerang tersebut dan

menekan kulit luar dari kerang sehingga

Page 11: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

hancur dan terbuka. Kemudian kila

mengeluarkan alat pencernaan berbentuk

selang lalu memakan dagingnya sampai

habis dan hanya menyisakan cangkang

kerang yang telah hancur tersebut. Kila juga

bersifat kanibalisme. Bahkan kila juga dapat

memakan kila lain yang ukurannya lebih

besar dari dirinya sendiri.

Menurut nelayan lokal terdapat

perbedaan struktur luar cangkang pada

masing-masing kila yang dijumpai. Kila

yang memiliki permukaan cangkang

berlumut atau berlendir tergolong sebagai

kila yang bersifat pasif. Sedangkan kila

yang memiliki permukaan cangkang

cangkang nya bersih tergolong sebagai kila

aktif. Hal ini dikarenakan kila aktif sering

menggerakkan cangkangnya sehingga

lumpur atau sedimen jarang menempel.

B. Praktek Lokal Penangkapan

Gonggong Dengan Menggunakan

Kila

Praktek lokal merupakan bagian dari

pengetahuan atau kearifan lokal. Dalam

kajian penangkapan gonggong ini setiap

daerah pasti memiliki pengetahuan dan

praktek lokal yang berbeda-beda. Untuk itu

diperlukan informasi yang akurat dari

seorang ahli lokal atau narasumber. Dalam

menentukan ahli lokal diperlukan informasi

yang relevan dari masyarakat setempat.

Dengan menggunakan metode snowball

penulis menggali informasi yang lengkap

berdasarkan kriteria ahli lokal yang telah

ditentukan. Metode ini didukung dengan

adanya penyebaran kuisioner kepada

masyarakat setempat secara random atau

acak (Data hasil kuisioner dapat dilihat pada

Lampiran 1.) Dari metode tersebut penulis

berhasil mendapatkan seorang informan

yang sekaligus merupakan ahli lokal dalam

praktek lokal penangkapan gonggong

dengan kila.

Berdasarkan wawancara penulis

mengenai praktek lokal penangkapan

gonggong pada ahli lokal terdapat dua cara

yang lazim dilakukan. Pertama, yakni para

nelayan menangkap gonggong dengan cara

melihat langsung dan menangkapnya dengan

menggunakan tangan kosong. Kedua, para

nelayan menangkap gonggong dengan

menggunakan kila sebagai media

pengumpan. Para nelayan menangkap

gonggong ini ketika air surut semata kaki

atau sekitar sepuluh sentimeter dari dasar

perairan. Hal ini disebabkan ketika

ketinggian air sudah melewati batas sepuluh

sentimeter maka efek dari lendir kila tidak

terlalu kuat lagi dan mengakibatkan hasil

tangkapan tidak banyak.

Menurut nelayan, cairan yang keluar

dari kila dapat memancing gonggong keluar.

Cairan ini dianggap sebagai faktor untuk

membuat gonggong keluar dari tempat

persembunyiannya. Alasan nelayan

menganggapnya demikian adalah karena

ketika kila digunakan untuk menabur,

gonggong muncul dari dalam substrat.

Jenis kila yang paling sering

digunakan adalah kila yang bercangkang

tebal. Faktor cangkang yang keras dan

mudah untuk digenggam membuatnya

menjadi kegemaran para nelayan. Dari

percobaan awal penulis bersama nelayan

mendapatkan jenis kila yang biasa

digunakan untuk “menabur” yakni jenis

Cymbiola nobilis. Metode yang digunakan

yaitu dengan memegang mulut cangkang

kila, kemudian mengambil air laut dengan

cara mengayunkannya dari bawah kaki lalu

diangkat dan dilemparkan ke depan.

Kemudian cairan yang ada dalam tubuh kila

menyebar sesuai dengan arah yang

dikucurkan.

Sementara itu waktu pasang surut

juga merupakan parameter yang dianggap

sangat berpengaruh pada penelitian ini.

Penangkapan ini biasanya dilakukan pada

siklus tertentu seperti surut jauh dan pasang

besar. Masyarakat setempat biasa

menyebutnya “tohor”. Perlu diperhatikan

juga ketika menabur hendaknya melihat arah

arus dan angin terlebih dahulu, kemudian

Page 12: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

mengikuti arah arus yang tepat yakni searah

dengan arus sehingga memudahkan kita

untuk membaca pergerakan cairan yang

akan disebar. Selain itu, juga harus melihat

apakah daerah tujuan tangkapan sudah ada

yang “menabur” atau belum. Apabila daerah

tersebut sudah sering ditabur, maka

gonggong biasanya tidak akan keluar lagi.

Umur pakai kila yang digunakan

untuk menabur berkisar antara 1-2 hari.

Nelayan lebih banyak memakai jenis kila

yang besar dan masih hidup. Namun tidak

jarang nelayan juga menggunakan kila yang

sudah mati. Caranya adalah setelah kila

dipakai untuk menabur, nelayan menaruhnya

kembali ke dalam kulkas untuk kemudian

dipakai lagi. Dalam hal ini para nelayan

tidak menemukan perbedaan yang nyata

pada hasil tangkapan berdasarkan kondisi

kila tersebut.

Penangkapan gonggong juga

dilakukan pada musim tertentu. Biasanya

penangkapan dilakukan pada pertengahan

tahun yakni kisaran bulan Mei-September.

Hal ini didukung oleh penelitian

sebelumnya, dimana menurut Amini (1986)

penelitian tentang penangkapan siput

gonggong belum banyak dilakukan baik di

daerah tropis maupun sub-tropis. Musim

penangkapan siput gonggong di perairan

Pulau Bintan Kepulauan Riau mencapai

puncaknya pada bulan Mei hingga Oktober.

C. Identifikasi Jenis Gonggong Hasil

Penelitian

Berdasarkan identifikasi gonggong

yang ditemukan pada lokasi penelitian

terdapat 3 jenis gonggong yang ditemui

yaitu gonggong cangkang garis hitam

(Strombus urceus), gonggong cangkang

tebal berwarna merah (Strombus canarium)

dan gonggong cangkang tebal berwarna

putih (Strombus (Laevistrombus) turturella.

Jenis gastropoda yang banyak ditemukan

adalah gonggong cangkang garis hitam

(Strombus urcens).

Berikut tabel jenis gonggong yang

ditemui di perairan Senggarang beserta

jumlah individunya

Tabel 8. Jenis Gonggong yang ditemui

No Spesies Jumlah

1 Strombus urceus 19

2 Strombus canarium 3

3 Strombus turturella 2

Sumber : Data Primer

Jenis gonggong tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Gonggong Cangkang Garis Hitam

(Strombus urceus)

Gambar 7. Strombus urceus

Gambar 8. Strombus urceus

(Sumber : (G.7) Data Primer ; (G.8)

www.marinespecies.org)

2. Gonggong Cangkang Tebal Berwarna

Putih ( Laevistrombus turturella)

Page 13: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Gambar 9. Strombus turturella

Gambar 10. Strombus turturella

(Sumber : (G.9) Data Primer ; (G.10)

www.marinespecies.org)

3. Gonggong Cangkang Tebal Berwarna Merah

(Strombus canarium)

Gambar 11. Strombus canarium

Gambar 12. Strombus turturella

(Sumber : (G.11) Data Primer ; (G.12)

www.marinespecies.org)

Selain itu jenis Kila yang ditemui dan

digunakan dalam penelitian ini adalah

spesies Cymbiola nobilis.

Gambar 13. Cymbiola nobilis

Gambar 14. Cymbiola nobilis

(Sumber : (G.13) Data Primer ; (G.14)

www.marinespecies.org

Page 14: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

D. Hasil Eksperimen

1. Uji One Way Anova

Berdasarkan penelitian di perairan

Senggarang terdapat 60 plot yang diberikan

perlakuan. Dari hasil yang diperoleh

selanjutnya dicari nilai X untuk dapat diuji

lanjut dengan rumus { X = ( X1+X2)– X0} .

Dari hasil perhitungan x diatas

perlakuan kila merupakan satu-satunya

variabel yang memberikan kontribusi

terhadap jumlah gonggong yang muncul

dengan total nilai 22 individu dan rata-rata 3

individu/m2. Jumlah yang paling banyak

terdapat pada plot 11 dengan jumlah 5

individu dengan jenis Strombus urceus dan

Strombus canarium. Selanjutnya yang paling

sedikit terdapat pada plot 3,10,14 dan 15

dimana masing-masing dengan jumlah 1

individu dengan jenis Strombus urceus dan

Strombus canarium. Jika dipresentasikan

maka Strombus urceus memiliki nilai

tertinggi dengan nilai persentase 86,36364%

atau 86 %. Hal ini didukung dengan jumlah

gonggong yang muncul adalah dominan

yakni 19 individu. Strombus canarium dan

Strombus turturella memiliki nilai

persentase yang seimbang yakni 4,54545 %

atau 4% dengan gonggong yang muncul

yaitu 1 individu.

Namun selain itu juga terdapat plot

yang kosong. Diduga hal ini disebabkan oleh

tidak meratanya penyebaran siput gonggong

atau sebelumnya wilayah tersebut sudah ada

yang menabur sehingga tidak ada reaksi

pada siput gonggong. Grafik hasil

perhitungan x dapat dilihat pada gambar

15.

Berdasarkan jumlah gonggong yang

telah diperoleh, maka selanjutnya peneliti

melakukan uji One Way Anova untuk

menarik kesimpulan diterima atau

ditolaknya hipotesis pada penelitian ini.

Hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada

tabel 11.

Tabel.11 Hasil Uji One Way Anova

Sumber : Data Primer

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di

perairan Senggarang terdapat 60 plot yang

telah diberikan percobaan yang terdiri dari

Plot Kontrol, Plot Perlakuan Kontrol (Air

laut dan Lumpur+Air laut) dan Perlakuan

Kila. Dari 60 plot tersebut masing-masing

diberi perlakuan sesuai dengan tata letak dan

urutan percobaan yang telah ditentukan pada

metode penelitan. Hal ini dimaksudkan

untuk mencegah munculnya hasil yang bias

akibat ketidaksesuain rancangan dengan

praktik di lapangan. Hasilnya dari 60 plot,

12 diantaranya ditemukan biota gonggong

dan sisa 48 plot lain ditemukan kosong.

Dari 12 plot tersebut, 2 plot berasal dari plot

kontrol dan 10 lainnya adalah plot perlakuan

kila. Berdasarkan hasil pengamatan dan

identifikasi ditemukan 3 dari 4 jenis

gonggong yang lazim ditangkap oleh para

nelayan lokal yaitu Strombus urceus,

Strombus canarium dan Strombus turturella.

Jenis yang tidak ditemukan adalah Strombus

(Dolomena) marginatus marginatus.

0

2

4

6

1 3 5 7 9 11 13 15

KONTROL

PERLAKUA

N

KONTROL

AIR LAUT

ANOVA

Source

of

Variati

on SS df MS F

P-

value

F

crit

Betwee

n

Groups

24,

2 3

8,0

7

13,3

9

1,06

E-06

2,7

7

Within

Groups

33,

7

5

6

0,6

0

Total

57,

9

5

9

Page 15: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Pada plot kontrol ditemukan 2 biota

gonggong dengan masing-masing 1individu

Strombus turturella dan 1 individu Strombus

canarium. Biota gonggong yang ditemukan

bukan merupakan gonggong yang bereaksi

akibat adanya perlakuan namun hanya

merupakan gonggong hasil amatan yang

sudah berada dalam plot yang diletakkan

sebelumnya. Hal ini cukup jelas bahwa

dengan adanya variabel kontrol maka hasil

analisis lebih menjelaskan fenomena dengan

optimal karena variabel-variabel lain selain

variabel bebas yang juga mempengaruhi

variabel terikat pengaruhnya menjadi

terputus.. Kemudian analisis akan memiliki

kekuatan statistik (power) yang lebih tinggi

(http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Analisi

s%20Data%20dengan%20Menggunakan%2

0Variabel%20Kontrol.pdf.Diakses pada 20

Januari 2017).

Pada 10 plot yang merupakan plot

dari perlakuan kila (Cymbiola nobilis)

ditemukan total 22 gonggong dengan jumlah

masing-masing 19 jenis Strombus urceus

dan 2 jenis Strombus canarium. Hal ini

didukung berdasarkan tabel.9. yang

menegaskan bahwa jumlah gonggong yang

didapat dari perlakuan kila mutlak memiliki

perbedaan yang signifikan dibanding dengan

kontrol dan perlakuan kontrol (air laut dan

lumpur berair).

Tidak adanya gonggong yang muncul

pada perlakuan kontrol (air laut dan lumpur

berair) dapat mengkonfirmasi bahwa air laut

dan lumpur+air tidak mempunyai pengaruh

mekipun ketika menabur kedua faktor ini

ikut terlibat di dalamnya. Posisi penaburan

juga tidak dapat dijadikan faktor tidak

munculnya gonggong. Benar bahwa pada

awalnya penetuan titik sampling adalah

berdasarkan lokasi yang ditentukan oleh

nelayan lokal dimana merupakan lokasi

penangkapan gonggong. Namun letak

percobaan dan urutan percobaan dilakukan

secara random (acak) membuktikan bahwa

tidak ada faktor kesengajaan yang membuat

gonggong muncul dari dalam substrat.

Sehingga oleh karena itu benar adanya

bahwa kila menjadi faktor yang indepent.

Selanjutnya peneliti menguji jumlah

gonggong hasil penelitian dengan Uji One

Way Anova. Hasil uji one way anova

menunjukan nilai probabilitas (P-value)

1,06E-06 < ( ) 0,01. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan nyata antara variabel kontrol

dengan variabel perlakuan (kila), sehingga

dapat ditarik kesimpulan penolakan terhadap

hipotesis nol dan dua sehingga membuktikan

bahwa kila mempunyai pengaruh dan

sebagai satu-satunya faktor keluarnya

gonggong (Strombus sp) dari dalam substrat.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terjadi penolakan terhadap H0 dan H2

dan diterimanya H1. Hal ini mengkonfirmasi

bahwa kila memiliki pengaruh dan

merupakan satu-satunya faktor munculnya

gonggong dari dalam substrat.

B. Saran

Dari setiap kajian perlu dilakukan

pengujian lebih lanjut mengenai kandungan

zat yang dimiliki oleh kila untuk menarik

keberadaan gonggong. Selain itu juga perlu

dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai

hubungan kila terhadap siput gonggong.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Amini, S. 1986. Studi pendahuluan

gonggong (Strombus canarium) di

perairan pantai Pulau Bintan-Riau.

Jurnal Pen. Perikanan Laut, 36: 23-

29.

Anonim. 2006. Marinespecies.

http://www.marinespecies.org/mari

ne. Diakses pada tanggal 02 Januari

2016.

Page 16: KONFIRMASI KILA SEBAGAI ATRAKTAN GONGGONG …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi apakah benar bahwa kila

Anonim. http://dpc.uba.uva.nl/cgi/t/text/get-

pdf?idno=m7701a03;c=ctz. Diakses

pada 03 Oktober 2016

Anonim.http://eprints.undip.ac.id/40983/3/B

AB_3.pdf

Anonim.http://researchdashboard.binus.ac.id

/uploads/paper/document/publicatio

n/Proceeding/ComTech/Volume%2

05%20No%202%20Desember%20

2014/55_AR_Nina%20Nurdiani_O

K_a2t.pdf. Diakses pada 06 Januari

2017

Anonim.https://www.revolvy.com/main/inde

x.php?s=Cymbiola%20nobilis.Diak

ses pada 03 Oktober 2016

Anonim.http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/file

s/Analisis%20Data%20dengan%20

Menggunakan%20Variabel%20Ko

ntrol.pdf. Diakses pada 20 Januari

2017

Asriana & Yuliana. 2012. Produktivitas

perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Bungin,B. 2011. Metodologi Pendidikan

Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang

Indonesia I. PT. Sarana Graha.

Jakarta.

Fachrul, M.F, 2007. Metode Sampling

Bioekologi. Bumi Aksara; Jakarta.

Lightfoot.1786.https://www.researchgate.net

/publication/278396469_Developm

ent_and_Growth_of_Larvae_of_the

_Volute_Cymbiola_nobilis_Lightfo

ot. Diakses pada 12 Agustus 2016

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan

Laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta

Nybakken. J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu

Pendekatan Ekologis. PT

Gramedia. Jakarta.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2007.

Biologi Laut: Ilmu pengetahuan

tentang biota laut. Penerbit

Djambatan Jakarta.

Riniatsih dan Kushartono. 2009. Substrat

Dasar dan Parameter Oseanografi

Sebagai Penentu Keberadaan

Gastropoda dan Bivalvia di Pantai

Sluke Kabupaten Rembang. Jurnal

Universitas Diponegoro, Vol.14(1)

:50-59

Joko Subagyo, P. 2006. Metode Penelitian

Dalam Teori Dan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

Soeharmoko. 2010. Inventarisasi Jenis

Kekerangan yang Dikonsumsi

Masyarakat di Bintan.

http://riset.umrah.ac.id/wpcontent/u

ploads/2013/10/3-Inventarisasi-

Jenis-Kekerangan-yangdikonsumsi-

Masyarakat-di- Bintan.pdf.

Diakses pada tanggal 12

Agustus 2016.

Utami, D.K. 2012. Studi Bioekologi Habitat

Siput Gonggong Di Desa Bakit,

Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

Barat, Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Skripsi.Institut Pertanian

Bogor.

Virully, L. 2011. Pemanfaatan Siput Laut

Gonggong ( Strombus

canarium) Asal Pulau Bintan-

Kepulauan Riau

Menjadi Seasoning

Alami.IPB. Bogor.

Yonge CM. 1976. Living Marine

Mollusca.Megastropo ds-

burrowers and drifers.William

Collins Sons & Co Ltd.

London- Glasglow-Sydney-

Auckland-Toronto-

Johanesburg.87-96.

Zaidi et al (2009). Plant Growth Promotion

by Phosphate Solubilizing

Bacteria. Acta Microbiol.

Immunol. Hungarica 56:263-28