118

KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id
Page 2: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

KONSEP DAN PENGEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

Page 3: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak

Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang

pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Page 4: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

KONSEP DAN PENGEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

Sayu Ketut Sutrisna Dewi, S.E., M.M., Ak.

Page 5: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

KONSEP DAN PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

Sayu Ketut Sutrisna Dewi

Proofreader : Dodit Setiawan Santoso

Desain Cover : Dwi Noviiantoko Tata Letak Isi : Haris Ari Susanto

Sumber Gambar : https://www.vecteezy.com/ vector-art/133250-free-business-seminar-vector-illustration

Cetakan Pertama: Maret 2017

Hak Cipta 2017, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2017 by Deepublish Publisher All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012)

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com

E-mail: [email protected]

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

DEWI, Sayu Ketut Sutrisna

Konsep Dan Pengembangan Kewirausahaan Di Indonesia/oleh Sayu Ketut Sutrisna Dewi.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Maret 2017.

viii, 108 hlm.; Uk:15.5x23 cm ISBN 978-Nomor ISBN

1. Ekonomi I. Judul

338.04

Page 6: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha

Esa, karena berkat rahmatNya buku Konsep dan Pengembangan

Kewirausahaan di Indonesia ini dapat hadir di tengah-tengah

pembaca. Kehadiran buku ini didorong oleh keinginan penulis

untuk memberikan sumbangsih dalam memajukan dunia

kewirausahaan Indonesia yang masih membutuhkan dukungan

semua lapisan masyarakat.

Buku ini berisi 6 bab yang menguraikan konsep dasar

kewirausahaan dan alternatif pengembangan kewirausahaan di

Indonesia. Pembahasan ditekankan pada konsep dan alasan

mendasar mengenai pentingnya pengembangan budaya

kewirausahaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman, perhatian, dan mendorong partisipasi

aktif masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa

melalui program kewirausahaan.

Selain itu alternatif strategi pengembangan kewirausahaan di

Indonesia juga diungkapkan agar dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan oleh berbagai pihak yang ingin mengembangkan

program kewirausahaan secara konsisten dan berkelanjutan di

lingkungannya.

Secara khusus buku ini dirancang pula untuk membantu

pembaca, terutama dari kalangan guru, dosen, dan mahasiswa

untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran kewirausahaan di

sekolah maupun perguruan tinggi. Bagi wirausaha muda, buku ini

diharapkan lebih memantapkan lagi pilihannya untuk

berwirausaha dan mampu meningkatkan daya serap terhadap

tenaga kerja.

Page 7: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

vi

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan saat penulis dapat

berkesempatan menyampaikan terima kasih kepada suami, I Gusti

Bagus Mahendra, dan anak-anak, I Gusti Ayu Cahya Maharani, I

Gusti Ayu Chandra Maheswari, dan I Gusti Ngurah Anom

Mahaputra yang dengan penuh kesabaran dan pengertian

memberikan dukungan moril bagi terselesaikannya buku ini. Selain

itu terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada

Penerbit Deepublish – Yogyakarta atas kesediaannya menerbitkan

buku ini. Terima kasih pula kepada Sdr. Dwi Noviantoko atas

desain cover buku ini dan Sdr. Haris Ari Susanto yang telah

mengatur tata letak isi buku ini, serta seluruh karyawan dan

karyawati Penerbit Deepublish yang telah membantu proses

penerbitan buku ini hingga dapat hadir di tengah-tengah pembaca.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon

kritik, saran, dan tanggapan dari segenap pembaca, baik dari para

guru, dosen, mahasiswa, wirausaha, pendamping wirausaha serta

para pemerhati lainnya untuk penyempurnaan buku ini di

kemudian hari.

Semoga buku ini memberi manfaat dan dapat memenuhi

harapan pembaca.

Denpasar, Maret 2017

Sayu Ketut Sutrisna Dewi, S.E., M.M., Ak.

Page 8: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

1. WIRAUSAHA DAN KEWIRAUSAHAAN .......................................... 1

1.1 Pengertian Wirausaha Dan Kewirausahaan................................... 1

1.2 Pengusaha, Wirausaha, Penemu, Dan Manajer ............................. 6

1.3 Wirausaha Dilahirkan Atau Dibentuk? ............................................. 7

1.4 Jenis-Jenis Wirausaha ................................................................................ 9

1.5 Proses Kewirausahaan ........................................................................... 12

1.6 Startup Company........................................................................................ 16

1.7 Manfaat Mempelajari Kewirausahaan............................................ 17

2. MOTIVASI BERWIRAUSAHA ......................................................... 21

2.1 Pengertian Motivasi ................................................................................. 21

2.2 Teori Motivasi ............................................................................................. 22

3. PERAN WIRAUSAHA ....................................................................... 28

3.1 Wirausaha Dan Kekayaan ..................................................................... 28

3.2 Wirausaha Dan Kesejahteraan ........................................................... 29

3.3 Wirausaha Dan Pengangguran ........................................................... 31

3.4 Wirausaha Dan Pembangunan Ekonomi ...................................... 33

4. ILMU DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN ............................. 37

4.1 Ilmu Kewirausahaan ................................................................................ 37

4.2 Teori Dasar Kewirausahaan ................................................................ 41

5. PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA ............. 46

5.1 Dasar Hukum Kewirausahaan ............................................................ 46

5.2 Kerangka Pengembangan Kewirausahaan .................................. 47

5.3 Pendidikan Kewirausahaan Di Sekolah ......................................... 50

5.4 Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi .................... 63

Page 9: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

viii

5.5 Pengembangan Kewirausahaan Melalui Inkubator

Wirausaha ..................................................................................................... 76

5.6 Penyebab Kegagalan Pendidikan Kewirausahaan ................... 82

6. SINERGITAS DALAM PENGEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN ...........................................................................85

6.1 Pengertian Sinergi..................................................................................... 85

6.2 Sinergi Triple Helix .................................................................................... 88

6.3 Sinergi BIGFaCoM...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 106

PROFIL ..................................................................................................... 108

Page 10: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

1

KONSEP DAN PENGEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

1. WIRAUSAHA DAN KEWIRAUSAHAAN

1.1 Pengertian Wirausaha dan Kewirausahaan

Wirausaha merupakan terjemahan dari entrepreneur ke dalam bahasa

Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

wirausaha sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan

operasinya. Entrepreneur menurut Kamus Merriam Webster berasal dari

bahasa Perancis “entreprendre” yang dalam Bahasa Inggris berarti “to

undertake”, yaitu orang yang memulai bisnis dan bersedia mengambil risiko kehilangan dalam rangka menciptakan uang. Entrepreneur adalah

sebutan bagi seseorang yang mahir melahirkan satu usaha baru. Bahkan,

Merriam Webster menyebut wirausaha sebagai “economic leader”, karena berada di garda terdepan dan terawal bagi satu proses bisnis. Seorang

entrepreneur mahir menggabungkan dan mengupayakan berbagai elemen

terkait.

Wirausaha secara historis sudah diperkenalkan oleh Richard Cantillon

pada tahun 1755, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad

20. Di Belanda wirausaha dikenal dengan ondernemer dan di Jerman

dikenal dengan unternehmer. Kata entrepreneur muncul sebagai salah satu

kosakata yang mulai populer di dalam Bahasa Inggris di sekitar tahun 1852

di saat para pemilik modal dan pelaku ekonomi di Eropa sedang berjuang

keras menemukan berbagai usaha baru, baik sistem produksi baru, pasar

baru, maupun sumber daya baru untuk mengatasi kejenuhan berbagai

usaha yang telah ada.

Sebenarnya, penemuan-penemuan usaha baru sudah berlangsung

sepanjang zaman, namun belum diistilahkan. Penemuan usaha baru

memerlukan daya kreatif yang tinggi untuk meracik semua unsur yang

Page 11: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

2

diperlukan, baik sumber daya manusia, modal, maupun bahan-bahan.

Penemuan usaha baru memerlukan kecermatan yang memadai untuk

mengetahui target pasar dan ancaman para pesaing. Penemuan usaha baru

memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk membujuk para pemilik

modal, penguasa, pekerja, dan semua pihak yang akan terlibat.

Siapa saja yang dapat digolongkan sebagai wirausaha? Menurut

Schumpeter yang dapat digolongkan sebagai seorang wirausaha adalah

seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai kenalurian untuk

melihat benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar

mempunyai semangat, kemampuan, dan pikiran untuk menaklukkan cara

berpikir lamban dan malas. Hanya seseorang yang sedang melakukan

inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi

melakukan inovasi, walaupun pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai

wirausaha. Wirausaha bukanlah jabatan, melainkan suatu peran.

Pengertian wirausaha dari berbagai sudut pandang adalah sebagai

berikut (Suryana, 2013):

1. Pandangan pemodal, wirausaha adalah seorang yang menciptakan

kesejahteraan buat orang lain, menemukan cara-cara baru untuk

menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka

lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.

2. Pandangan ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang

mengkombinasikan faktor-faktor produksi, seperti sumber daya alam,

tenaga kerja/sumber daya manusia (SDM), material, dan peralatan

lainnya untuk meningkatkan nilai.

3. Pandangan ahli manajemen, wirausaha adalah seseorang yang

memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengombinasikan

sumber daya, seperti keuangan (money), bahan mentah (materials),

tenaga kerja (labors), keterampilan (skill), dan informasi

(information), untuk menghasilkan produk baru, proses produksi baru,

bisnis baru, dan organisasi usaha baru. (Marzuki Usman, 1997: 3).

4. Pandangan psikolog, wirausaha adalah seseorang yang memiliki

dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka

Page 12: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

3

mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya

di luar kekuasaan orang lain.

Dari uraian tersebut diambil suatu kesimpulan bahwa wirausaha itu

adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai

peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan

guna mengambil keuntungan dan tindakan yang tepat guna memastikan

kesuksesan.

Kemahiran yang dimiliki seorang wirausaha (entrepreneur) disebut

kewirausahaan (entrepreneurship). Menurut KBBI, kewirausahaan berasal

dari kata dasar wirausaha diberi awalan ke dan akhiran an yang bersifat

membuat kata benda wirausaha mempunyai pengertian abstrak, yaitu hal-

hal yang bersangkutan dengan wirausaha. Lebih lanjut jika wira diartikan

sebagai berani dan usaha diartikan sebagai kegiatan bisnis yang komersial

maupun nonbisnis dan nonkomersial, maka kewirausahaan dapat diartikan

sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan keberanian seseorang untuk

melaksanakan sesuatu kegiatan secara mandiri, baik bisnis maupun

nonbisnis. Entrepreneurship adalah kemampuan dan kemauan nyata

seorang individu, yang berasal dari diri mereka sendiri, dalam tim di dalam

maupun luar organisasi yang ada, untuk menemukan dan menciptakan

peluang ekonomi baru (Wennekers dan Thurik, 1999). Selanjutnya Thurik,

dkk. (2002) menyebutkan bahwa entrepreneurship merupakan manifestasi

kemampuan dan kemauan individual, baik sendiri, dalam tim, di dalam

ataupun di luar organisasi untuk menciptakan peluang baru, dan

mengenalkan ide mereka ke pasar, dalam upaya menghadapi

ketidakpastian dan keterbatasan, melalui pengambilan keputusan lokasi,

bentuk dan penggunaan sumber daya dan lembaga.

Menurut John J.Kao berkewirausahaan adalah usaha untuk

menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen

pengambilan risiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi

untuk memobilisasi seseorang, manusia, uang dan bahan-bahan baku atau

sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya

terlaksana dengan baik. Sementara itu menurut Hisrich, berkewirausahaan

adalah proses dinamis atau penciptaan tambahan kekayaan-kekayaan oleh

Page 13: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

4

individu yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat

kewajaran, waktu, dan komitmen karier.

Instruksi Presiden RI No.4 Tahun 1995, menyatakan bahwa

“Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan

seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada

upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk

baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan

yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar”. Entrepreneurial merujuk pada aktivitas dalam menjalankan usaha.

Entrepreneurial action atau tindakan kewirausahaan mengacu pada

perilaku dalam pengambilan keputusan atas ketidakpastian tentang

kemungkinan kesempatan untuk memperoleh laba (Hisrich, 2011: 6).

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar

melalui proses pengombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan

berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996: 51), nilai tambah

tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. pengembangan teknologi baru (developing new technology),

2. penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),

3. perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving

existing products or services),

4. penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan

jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit

(finding different ways of providing more goods and services with

fewer resources).

Dengan demikian, hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku

yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,

proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).

2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai

sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).

3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang

baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam

memberikan nilai lebih.

Page 14: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

5

4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru dan berbeda (Drucker, 1959).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk

memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996).

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

untuk memenangkan persaingan.

7. Kewirausahaan dapat terjadi pada semua bidang (Hisrich, Peter, dan

Shepherd, 2005).

Karena wirausaha dapat ditemukan pada berbagai bidang/profesi,

maka seseorang yang memiliki perilaku wirausaha dapat berada pada

perusahaan yang didirikan dan dikelola sendiri, sebagai entrepreneur,

atau pada perusahaan/organisasi lainnya, sebagai intrapreneur.

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo (1999), memberikan ciri-ciri

seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1)

percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko,

(4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.

Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang

harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan

watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan,

atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan

pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha

adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam

berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the

new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan

kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan

kemauan untuk memulai usaha (startup), kemampuan untuk mengerjakan

sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari

peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung

risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan

meramu sumber daya.

Page 15: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

6

1.2 Pengusaha, wirausaha, penemu, dan manajer

Tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Sebagai contoh seseorang yang

karena ia memiliki saham di suatu perusahaan dan memiliki koneksi

tertentu dengan pejabat pemerintah, sehingga ia memperoleh fasilitas-

fasilitas istimewa baik dalam memenangkan tender maupun kemudahan

dalam perizinan, bukanlah seorang wirausaha. Orang tersebut tidak lebih

hanyalah seorang pengusaha atau pedagang. Contoh lainnya, pengusaha air

minum dalam kemasan dengan merek Aqua, Bapak Tirto Utomo. Dia

dapat dikatakan seorang wirausaha, karena ia melakukan terobosan dalam

usaha baru air minum dalam kemasan yang pada saat itu dikuasai oleh

minuman bersoda dan beralkohol. Pada awal berdirinya perusahaan Aqua

banyak orang mempertanyakan mengapa air tawar diperjualbelikan yang

biasanya di Indonesia dapat diminta dengan gratis, tetapi usaha tersebut

ternyata berhasil bahkan kini banyak perusahaan lain yang mengikutinya.

Wirausaha berbeda dengan penemu (inventor), yaitu orang yang

menemukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya

Thomas Alpha Edison menemukan listrik. Einstein menemukan atom, dan

lainnya. Mereka tidak dapat disebut wirausaha jika penemuannya tersebut

tidak ditransformasikan oleh mereka sendiri ke dalam dunia usaha.

Wirausaha adalah orang yang memanfaatkan penemuan tersebut ke dalam

dunia usaha.

Wirausaha berbeda dengan manajer. Meskipun demikian, tugas dan

perannya dapat saling melengkapi. Seorang wirausaha yang membuka

suatu perusahaan harus menggunakan keahlian manajerial (managerial

skills) untuk mengimplementasikan visinya. Di lain pihak seorang manajer

harus menggunakan keahlian wirausaha (entrepreneurial skill) untuk

mengelola perubahan dan inovasi.

Menurut Kao (1989), secara umum posisi wirausaha adalah

menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari

perusahaan yang dibangunnya (venture). Wirausaha memiliki risiko atas

finansialnya sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya

dalam memulai sesuatu. Ia juga harus menanggung risiko atas keteledoran

dan kegagalan usahanya. Sebaliknya manajer lebih termotivasi oleh tujuan

Page 16: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

7

yang dibebankan dan kompensasi (gaji dan benefit lainnya) yang akan

diterimanya. Seorang manajer tidak toleran terhadap sesuatu yang tidak

pasti dan membingungkan serta kurang berorientasi terhadap risiko

dibandingkan dengan wirausaha. Manajer lebih memilih gaji dan posisi

yang relatif aman dalam bekerja. Wirausaha lebih memiliki keahlian

intuisi dalam mempertimbangkan suatu kemungkinan atau kelayakan dan

perasaan dalam mengajukan sesuatu kepada orang lain. Di lain pihak,

manajer memiliki keahlian yang rasional dan orientasi yang terperinci

(rational and detailed-oriented skills).

1.3 Wirausaha dilahirkan atau dibentuk?

Perdebatan yang sangat klasik adalah perdebatan mengenai apakah

wirausaha itu dilahirkan (is borned) yang menyebabkan seseorang

mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausaha atau sebaliknya

wirausaha itu dibentuk atau dicetak (is made). Sebagian pakar berpendapat

bahwa wirausaha itu dilahirkan dan sebagian pendapat mengatakan bahwa

wirausaha itu dapat dibentuk dengan berbagai contoh dan argumentasinya.

Misalnya A adalah seseorang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi,

tetapi kini dia menjadi pengusaha besar nasional. Di lain pihak kini banyak

pemimpin/pemilik perusahaan yang berpendidikan tinggi, tetapi

reputasinya belum melebihi A. Pendapat lain adalah wirausaha itu dapat

dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan kewirausahaan.

Contohnya, setelah Perang Dunia ke-2 beberapa veteran perang di

Amerika belajar berwirausaha. Mereka belajar berwirausaha melalui suatu

pendidikan atau pelatihan baik pendidikan/pelatihan singkat maupun

pendidikan/pelatihan yang berjenjang. Dengan modal pengetahuan dan

fasilitas lainnya mereka berwirausaha. Samuel Whalton pendiri Walmart

yang kini menjadi retailer terbesar dunia adalah veteran yang memulai

usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri Texas Instrument yang

pernah mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dari partai independen

juga seorang veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausaha. Ada yang

mengatakan bahwa seseorang menjadi wirausaha itu karena lingkungan.

Page 17: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

8

Misalnya, banyak orang WNI keturunan menjadi wirausaha sukses karena

mereka hidup di lingkungan para wirausaha atau pelaku usaha.

Apakah wirausaha itu dilahirkan yang menyebabkan seseorang

mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausaha atau sebaliknya

wirausaha itu dibentuk atau dicetak, pada dasarnya berkaitan dengan

perkembangan cara pendekatan, yakni pendekatan klasikal dan event

studies. Pendekatan bersifat klasikal menjelaskan bahwa wirausaha dan

ciri-ciri pembawaan atau karakter seseorang yang merupakan pembawaan

sejak lahir (innate) dan untuk menjadi wirausahawan tidak dapat

dipelajari. Sedangkan pendekatan event studies menjelaskan bahwa faktor-

faktor lingkungan yang menghasilkan wirausaha atau dengan kata lain

wirausaha dapat diciptakan atau dibentuk. Sifat wirausaha merupakan

bawaan lahir sebagaimana pendapat pakar yang menggunakan pendekatan

klasikal sebenarnya sudah lazim diterima sejak lama. Namun, saat ini

pengakuan tentang kewirausahaan sebagai suatu disiplin telah mendobrak

mitos tersebut dan membenarkan pendapat yang menggunakan pendekatan

event studies.

Seperti juga disiplin-disiplin lainnya, kewirausahaan memiliki suatu

pola dan proses. Terlepas dari kedua pendapat dengan pendekatan yang

berbeda tersebut, pendapat yang lebih moderat adalah tidak

mempertentangkannya. Menjadi wirausaha sebenarnya tidaklah cukup

hanya karena bakat (dilahirkan) ataupun hanya karena

dibentuk. Wirausaha yang akan berhasil adalah wirausaha yang memiliki

bakat dan selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan, pelatihan atau

bergaul dalam komunitas dunia usaha. Tidak semua orang yang memiliki

bakat berwirausaha mampu untuk menjadi seorang wirausaha tanpa

adanya tempaan melalui suatu pendidikan/pelatihan. Kompleksnya

permasalahan-permasalahan dunia usaha saat ini, menuntut seseorang yang

ingin menjadi wirausaha tidak cukup bermodalkan bakat saja. Ada orang

yang belum menyadari bahwa dia memiliki bakat sebagai wirausaha,

namun setelah mengikuti pendidikan, pelatihan ataupun bergaul dengan di

lingkungan wirausaha pada akhirnya menyadari dan mencoba

memanfaatkan bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, wajar jika ada

yang berpendapat bahwa bila ingin belajar berwirausaha tidak perlu

Page 18: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

9

mengandalkan bakat, namun yang terpenting adalah memiliki kemauan

dan motivasi kuat untuk mulai belajar berwirausaha.

1.4 Jenis-jenis wirausaha

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan

pada peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha juga

dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter

kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,

pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.

Menurut Zimmerer (1996), wirausaha dibedakan atas empat hal yaitu:

1. Part Time Enterpreneur, yaitu kelompok wirausaha yang melakukan

usahanya hanya sebagian waktu saja atau hobi, atau bersifat

sampingan.

2. Home Base New Ventures, yaitu kelompok wirausaha yang merintis

kegiatan usahanya berdasarkan asal tempat tinggalnya.

3. Family – Owned Business, yaitu kelompok wirausaha yang

pengelolaan usahanya dilakukan oleh beberapa anggota secara turun

menurun.

4. Copreneur, yaitu kelompok wirausaha yang kegiatan usahanya

dilakukan oleh dua orang atau lebih. Wirausaha bekerja sama sebagai

pemilik bersama. Dalam bentuk corpreneur ini dikenal sebagai

wirausaha sejati, yaitu wirausaha yang dilakukan oleh pasangan suami

dan istri.

Menurut Ir. Ciputra, secara garis besar terdapat 4 kelompok

entrepreneur, yaitu:

Business Entrepreneur

Kelompok ini terbagi menjadi dua yaitu owner entrepreneur dan

professional entrepreneur. Owner entrepreneur adalah para pencipta

dan pemilik bisnis. Professional Entrepreneur adalah orang-orang

yang memiliki daya wirausaha akan tetapi mempraktikkannya pada

perusahaan orang lain. Value-creation activities dari business

entrepreneur adalah penciptaan laba. Lebih lanjut business

entrepreneur dikembangkan menurut bidang usaha yang ditekuni,

Page 19: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

10

misalnya entrepreneur di bidang teknologi disebut technopreneur, di

bidang teknologi digital sering disebut digipreneur, khusus wirausaha

wanita disebut womanpreneur, yang bergerak di bidang pertanian

disebut agripreneur, dan seterusnya.

Government Entrepreneur

Bedanya dengan entitas bisnis adalah bahwa dalam entitas bisnis,

value-creation activities adalah penciptaan laba, sementara kalau

organisasi pemerintahan adalah penciptaan kemakmuran dan

peningkatan kualitas hidup masyarakatnya, seperti peningkatan

pendapatan per kapita, standar kesehatan, pendidikan, dan seterusnya.

Government entrepreneur adalah pemimpin pemerintahan yang

mampu mengelola dan menumbuhkan jiwa dan kecakapan wirausaha

penduduknya. Contoh Government Entrepreneur yang sukses adalah

pemimpin negara Singapura Lee Kuan Yew.

Social Entrepreneur

Termasuk dalam kelompok ini adalah para pendiri organisasi-

organisasi sosial yang berhasil menghimpun dana masyarakat untuk

melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini. Contohnya adalah

Mohammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian tahun 2006 serta

pendiri Grameen Bank.

Academic Entrepreneur

Kelompok ini terdiri dari akademisi yang mengajar atau mengelola

lembaga pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap

menjaga tujuan mulia pendidikan. Universitas Harvard dan Stanford

merupakan beberapa universitas terkemuka yang mengelola dunia

pendidikan dengan gaya entrepreneur.

Forum Universitas Ciputra Entrepreneurship Online atau “UCEO” juga mengelompokkan entrepreneur ke dalam jenis-jenis sebagai berikut:

Necessity Entrepreneur, yaitu wirausaha yang ditekuni karena

terpaksa dan adanya desakan kebutuhan hidup. Bila bukan karena

terpaksa atau terdesak oleh kebutuhan hidup, mungkin tidak akan

memilih sebagai entrepreneur. Contoh, ada banyak orang yang

memiliki usaha sendiri, namun misalnya ketika dia diterima jadi

Page 20: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

11

pegawai negeri atau dapat tawaran bekerja di perusahaan, maka dia

lebih memilih jadi pegawai lalu meninggalkan usahanya.

Replicative Entrepreneur, yaitu wirausaha yang cenderung meniru-

niru bisnis yang sedang menjadi tren, sehingga rawan terhadap

persaingan dan berpotensi besar menghadapi kegagalan. Contohnya di

antara tren iPad, ia mendirikan sebuah usaha jual beli atau servis iPad.

Redistributive Entrepreneur, yaitu orang menempatkan dirinya

diantara pemilik proyek dengan pelaksana proyek (kontraktor). Ia

dapat berada di sana karena relasi atau hubungan kedekatan yang lain.

Sesungguhnya Redistributive Entrepreneur tidak memiliki keahliaan

teknis melaksanakan proyek sehingga kehadirannya hanya

menimbulkan biaya tambahan bagi pelaksana proyek (kontraktor).

Innovative Entrepreneur, wirausaha inovatif yang terus berpikir

kreatif dalam melihat peluang dan meningkatkannya.

Ada dua pola wirausaha yang disarankan oleh Norman R. Smith

dalam Longenecker (2001), yaitu:

Wirausaha artisan

Wirausaha Artisan adalah seseorang yang memulai bisnisnya dengan

keahlian teknis sebagai modal utama dan sedikit pengetahuan bisnis.

Karakteristik dari seorang wirausaha artisan, antara lain:

o Bersikap kekeluargaan, mereka memimpin bisnisnya seperti

memimpin keluarganya.

o Enggan mendelegasikan wewenang.

o Menggunakan sedikit (satu atau dua) sumber modal dalam

mendirikan perusahaannya.

o Membatasi strategi pemasaran pada komponen harga secara

tradisional, kualitas, dan reputasi perusahaan.

o Usaha penjualannya dilakukan secara tradisional.

o Orientasi waktu mereka singkat dengan sedikit perencanaan

untuk pertumbuhan atau perubahan di masa mendatang.

Wirausaha oportunistis

Dalam pergaulan atau di tempat kerja, kata oportunistik sering

diasosiasikan sebagai sikap yang negatif. Saat ada kawan menghadapi

Page 21: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

12

bermasalah dengan jabatannya, dia pun kasak-kusuk untuk mengisi

posisi kawan itu. Dia melihat permasalahan itu sebagai peluang atau

kesempatan untuk mengisi posisi kawan yang tengah dililit masalah.

Mengambil kesempatan dalam kesempitan, begitu kira-kira bahasa

ungkapannya. Namun, semangat itu, sekali lagi semangat

oportunistik, justru harus dimiliki oleh para calon entrepreneur.

Wirausaha Oportunistis memulai bisnisnya dengan keahlian

manajemen yang rumit dan pengetahuan teknis memadai.

1.5 Proses Kewirausahaan

Salah satu pembahasan penting dalam kewirausahaan adalah proses

kewirausahaan, yaitu suatu proses yang melibatkan seluruh fungsi,

tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan peluang dan penciptaan

organisasi (Bygrave, 2004). Proses kewirausahaan merupakan proses

penciptaan usaha baru yang sangat kompleks dalam konteks

kewirausahaan (Hisrich 2005: 39; Baron, 2004: 169). Fungsi ini mencakup

pengembangan produk atau jasa, memperoleh sumber daya, merancang

organisasi dan pengembangan strategi untuk mengeksploitasi kesempatan

(Shane, 2003).

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses

kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam maupun

dari luar diri pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan

dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk “locus of control”, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang

kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal,

keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu,

seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman.

Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi seperti

model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang

menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi

lingkungan, organisasi, dan keluarga.

Page 22: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

13

Mengutip Bygrave (2004), Nassif (2010) menjelaskan proses

kewirausahaan (entrepreneurship process) sebagai suatu rangkaian

tahapan dan peristiwa (events) yang saling mengikuti satu dengan yang

lain. Tahapan tersebut adalah:

Pertama: Inovasi atau Ide/konsepsi usaha (the idea or conception of

the business).

Kedua: Peristiwa yang memicu operasi (the event that triggers the

operations).

Ketiga: Implementasi (implementation).

Keempat: Pertumbuhan (growth).

Proses kewirausahaan tersebut dan faktor-faktor yang

memengaruhinya disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Proses Kewirausahaan

Page 23: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

14

(2) Sifat penasaran.

(3) Kesanggupan menanggung risiko.

(4) Nilai pribadi.

(5) Pendidikan.

(6) Pengalaman.

(7) Pengakuan kesempatan.

Faktor lingkungan yang mendorong inovasi adalah:

(1) Adanya peluang.

(2) Pengalaman.

(3) Kreativitas.

2) Triggering Event (Pemicu)

Beberapa faktor personal yang menjadi pemicu atau yang memaksa

seseorang untuk terjun ke dunia bisnis adalah:

(1) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.

(2) Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

(3) Tidak ada pekerjaan lain.

(4) Dorongan karena faktor usia.

(5) Keberanian menanggung risiko.

(6) Komitmen dan minat tinggi terhadap bisnis.

Faktor- faktor lingkungan yang menjadi pemicu bisnis adalah:

(1) Sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya tabungan,

modal, warisan, memiliki bangunan yang strategis.

(2) Mengikuti latihan-latihan atau kursus bisnis.

3) Implementation (pelaksanaan)

Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah

bisnis adalah sebagai berikut:

(1) Siap mental secara total.

(2) Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan atau pembantu

utama.

(3) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.

(4) Adanya visi atau pandangan yang jauh ke depan guna mencapai

keberhasilan.

Page 24: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

15

4) Growth (Proses Pertumbuhan)

(1) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga

semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.

(2) Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang

kompak.

(3) Adanya produk yang dibanggakan, atau keistimewaan yang

dimiliki misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen,

personalia, dsb.

(4) Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu.

(5) Adanya pihak investor yang memberikan fasilitas keuangan

adanya kebijaksanaan pemerintahan yang menunjang berupa

peraturan bidang ekonomi yang menguntungkan.

Sementara menurut Leech dan Melicher (2012), proses kewirausahaan

meliputi: mengembangkan peluang, mengumpulkan sumber daya,

mengelola dan membangun operasi, semua dengan tujuan menciptakan

nilai. Gambar 2 memberikan suatu gambaran grafis dari proses ini.

Gambar 2. Model Proses Kewirausahaan

Page 25: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

16

ditempatkan sebagai komponen dan persimpangan dari ekonomi, hukum,

dan sosial lingkungan.

1.6 Startup Company

Startup Company atau sering juga disebut Startup business adalah

perusahaan yang baru didirikan oleh wirausaha. Kata startup sendiri

merupakan serapan dari Bahasa Inggris yang berarti tindakan atau proses

memulai sebuah organisasi baru atau usaha bisnis. Menurut Wikipedia,

startup merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi.

Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang

baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk

menemukan pasar yang tepat. Definisi lebih konkrit dijelaskan oleh David

McClure bahwa startup adalah perusahaan yang belum menemukan target

konsumen, produk dan cara menjualnya. Inilah yang membedakan startup

dari perusahaan atau korporasi yang sudah lama berdiri. Startup company

sering juga disebut dengan istilah new venture.

Tidak ada lembaga atau ketentuan yang mengatur sebuah perusahaan

bisa disebut sebagai startup atau bukan, tetapi ada literatur (pendapat)

yang bisa dijadikan landasan untuk melakukan identifikasi. Rama

Mamuaya, founder DailySocial.net dalam Tekno Jurnal menyebutkan ciri-

ciri startup adalah:

1) Beroperasi (umur) kurang dari tiga tahun.

2) Memiliki kurang dari 20 karyawan.

3) Memiliki pendapatan kurang dari $100.000 per tahun.

Jika dikorelasikan dengan definisi yang dijabarkan oleh David

McClure, maka perusahaan tidak lagi disebut startup jika telah:

1) Selesai merancang produknya.

2) Menemukan target konsumennya.

3) Mampu menjual produk tersebut kepada target konsumen.

Page 26: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

17

1.7 Manfaat mempelajari kewirausahaan

Mempelajari pengetahuan dan praktik kewirausahaan mempunyai

beberapa manfaat. Manfaat tersebut akan memberikan pilihan karier untuk

berperan menjadi:

1. Wirausaha (entrepreneurs).

2. Wiramanajer (intrapreneurs).

3. Wirakaryawan (innopreneurs).

4. Ultramanajer (ultrapreneur).

5. Pendidik/pemikir.

Wirausaha adalah orang yang menjalankan usahanya sendiri,

wiramanajer adalah orang yang memiliki kemampuan sebagai wirausaha,

tetapi tidak menjalankan usaha sendiri melainkan menjalankan usaha atau

memimpin usaha orang lain. Wiramanajer adalah manajer yang meng-

implementasikan ide-ide wirausaha menjadi sesuatu yang menguntungkan

bagi organisasi/perusahaan (Pinchott III, 1985). Tanri Abeng yang pernah

menjadi manajer Bakri Group dan PT Multi Bintang adalah contoh

seorang wiramanajer yang berhasil. Wirakaryawan adalah para karyawan

yang memiliki kemampuan sebagai wirausaha tetapi, karena sebab-sebab

tertentu mereka memilih untuk bekerja di suatu perusahaan/organisasi.

Mereka adalah karyawan dari segala lapisan manajemen yang dapat

mengimplementasikan ide-ide yang inovatif di dalam struktur perusahaan

yang ada. Ultramanajer adalah orang-orang yang memiliki kemampuan

untuk membuka bidang usaha baru di berbagai tempat dengan pendekatan

yang inovatif. Belajar kewirausahaan dapat pula dimanfaatkan untuk

menjadi pendidik atau pemikir dalam kewirausahaan. Mereka adalah

orang-orang yang mempelajari kewirausahaan, tetapi bukan bermaksud

untuk menjadi pelaku yang berhubungan dengan kewirausahaan,

melainkan untuk kepentingan pendidikan atau menganalisis sesuatu yang

membutuhkan pengetahuan tentang kewirausahaan.

Thomas W Zimmerer et. al. (2005) merumuskan manfaat

kewirausahaan adalah sebagai berikut:

Page 27: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

18

1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.

2. Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi

pebisnis untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba

memenangkan hidup mereka dan memungkinkan mereka untuk

memanfaatkan bisnisnya guna mewujudkan cita-citanya.

3. Memberi peluang melakukan perubahan.

4. Semakin banyak wirausaha yang memulai usahanya, karena mereka

dapat menangkap peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang

menurut mereka sangat penting. Mungkin berupa penyediaan

perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai, dan mendirikan

daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang

terbatas. Pebisnis kini menemukan cara untuk mengombinasikan

wujud kepedulian mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dengan

sosial dengan harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.

5. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.

6. Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan

seringkali membosankan, kurang menantang, dan tidak ada daya tarik.

Hal ini tentu tidak berlaku bagi seorang wirausaha, bagi mereka tidak

banyak perbedaan antara bekerja atau menyalurkan hobi atau

bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh

wirausaha merupakan alat untuk menyatakan aktualisasi diri.

Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh

kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha

atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka,

kebangkitan spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya

sendiri.

7. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan.

8. Walaupun pada tahap awal, uang bukan daya tarik utama bagi

wirausaha, keuntungan berwirausaha merupakan faktor motivasi yang

penting untuk mendirikan usaha sendiri. Kebanyakan pebisnis tidak

ingin menjadi kaya raya, tetapi kebanyakan diantara mereka yang

menang menjadi berkecukupan. Hampir 75% yang termasuk dalam

daftar orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan wirausaha generasi

pertama. Menurut hasil penelitian, Thomas Stanley dan William

Page 28: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

19

Danko, pemilik perusahaan sendiri mencapai 2/3 dari jutawan

Amerika Serikat. Orang-orang yang bekerja memiliki perusahaan

sendiri empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan daripada orang-

orang yang bekerja untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).

9. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan

mendapatkan pengakuan atas usahanya.

10. Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga

masyarakat yang paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis

berdasarkan kepercayaan dan saling menghormati adalah ciri

pengusaha kecil. Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan yang

diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selama

bertahun-tahun. Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis di

lingkungan setempat serta kesadaran bahwa kerja memilki dampak

nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan ekonomi nasional adalah

merupakan imbalan bagi manajer perusahaan kecil.

11. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan

menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan.

12. Kebanyakan wirausaha yang berhasil memilih masuk dalam suatu

bisnis tertentu karena memang tertarik dan menyukai pekerjaan

tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau kegemaran untuk dijadikan

pekerjaan dan mereka senang melakukannya. Wirausaha harus

mengikuti nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan

dirikan usaha yang Anda sukai dan Anda tidak akan pernah terpaksa

harus bekerja sehari pun dalam hidup Anda”. Meraih penghargaan

terbesar bagi pebisnis/wirausaha bukan tujuannya, melainkan lebih

kepada proses atau perjalanannya.

Jadi, sebenarnya kewirausahaan adalah modal hidup setiap manusia.

Bila kewirausahaan dipelajari sejak dini, banyak hal yang dapat diasah

sebagai bekal hidup kelak, di antaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup atau tujuan usaha. Dalam

merumuskan tujuan hidup dan tujuan usaha diperlukan perenungan

dan koreksi yang berulang-ulang.

Page 29: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

20

2. Kemampuan untuk memotivasi diri. Hal ini dilakukan dalam rangka

melahirkan semangat yang menyala-nyala. Kemampuan tersebut

dijelaskan menjadi tiga hal: memanfaatkan kekuatan, peluang, dan

menutup kelemahan (need of achievement, need of affiliation, dan

need of power).

3. Kemampuan berinisiatif atau kebiasaan berinisiatif.

4. Kemampuan berinovasi, yaitu kemampuan untuk berkarya dan

berdaya cipta.

5. Kemampuan membentuk modal, baik berupa modal sosial dan modal

materiil.

6. Kebiasaan mengatur waktu atau disiplin waktu.

7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

8. Kebiasaan diri dalam mengambil hikmah.

Page 30: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

21

2. MOTIVASI BERWIRAUSAHA

2.1 Pengertian Motivasi

Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata “motivasi” (motivation)

atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish),

dan dorongan (drive). Istilah motivasi, berasal dari bahasa Inggris,

motivation. Sedangkan istilah “motivation” berasal dari bahasa Latin, “movere” yang berarti “menggerakkan” (“to move”), sehingga menurut Kamus Webster (1983), motivasi didefinisikan sebagai “kekuatan (force),

rangsangan (stimulus) atau pengaruh (influence). Motivasi biasanya

dikaitkan dengan konsep lain seperti dorongan (drive), keinginan (want),

hasrat (desire), kepentingan (interest), niat (intention) harapan

(expectation) dan kebutuhan (need). Dalam hal ini akan digunakan istilah

motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi menunjuk kepada sebab, arah,

dan persistensi perilaku.

Motivasi adalah suatu dorongan psikologis yang mengarahkan

seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi yang ada pada setiap orang

berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu, diperlukan

pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan

tehnik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi atau dorongan

bagi mereka untuk berbuat dan berperilaku sesuai apa yang dikehendaki

oleh individu lain atau organisasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai tujuan (Handoko, 2003). Sementara Stevenson (2001)

mendefinisikan motivasi sebagai insentif, dorongan, atau stimulus untuk

bertindak di mana motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis

yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons.

Page 31: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

22

2.2 Teori motivasi

Motivasi sangat diperlukan oleh seseorang untuk mencapai apa yang

diinginkan. Untuk menjadi sukses banyak sekali rintangan dan halangan

yang menghadang di depan. Tapi, dengan berbekal motivasi dan inspirasi

yang besar, seseorang bisa terus maju ke depan. Maju untuk sukses dan

mendapatkan apa yang diinginkan.

Motivasi berbeda dengan motif. Motivasi adalah kemauan untuk

berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan,

impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif

dengan kekuatan sangat besar menentukan perilaku seseorang.

Suatu organisme (manusia atau hewan) yang dimotivasi akan terjun

ke dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada tanpa

motivasi. Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung

mengarahkan perilaku (orang yang lapar dimotivasi untuk mencari

makanan untuk dimakan, orang yang haus untuk minum, orang yang

kesakitan untuk melepaskan diri dari stimulus atau rangsangan yang

menyakitkan. (Atkinson & Hilgard, 1983).

Sampai abad 17 dan 18, para pakar filsafat masih berkeyakinan bahwa

konsepsi rasionalisme merupakan konsep satu-satunya yang dapat

menerangkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia. Konsep ini

menerangkan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan intelek yang

menentukan tujuan dan melakukan tindakannya sendiri secara bebas

berdasarkan nalar atau akalnya. Baik buruknya tindakan yang dilakukan

oleh seseorang sangat tergantung dari tingkat intelektual orang tersebut.

Pada masa-masa berikutnya, munculnya pandangan mekanistik yang

beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia timbul dari

adanya kekuatan internal dan eksternal, di luar kontrol manusia itu sendiri.

Hobbes (abad ke-17) mengemukakan doktrin hedonismenya yang

menyatakan bahwa apapun yang diberikan oleh seseorang atas

perilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah

adanya kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari

kesusahan.

Page 32: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

23

Teori motivasi yang sangat populer adalah Teori Hierarki Kebutuhan

yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini mampu menjelaskan

motivasi orang melakukan kegiatan usaha. Maslow membagi tingkatan

motivasi ke dalam hierarki kebutuhan dari kebutuhan yang rendah sampai

yang berprioritas tinggi yang dapat mendorong orang untuk melakukan

kegiatan usaha. Ada lima tingkat atau hierarki kebutuhan tersebut, yaitu:

1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus,

istirahat dan sex;

2. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata,

akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;

3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs);

4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya

tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan

5. aktualisasi diri (self-actualization), dalam arti tersedianya kesempatan

bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam

dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Bila satu tingkat kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan muncul

tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Namun ini tidak berarti tingkat

kebutuhan yang lebih rendah harus terpenuhi semuanya secara

memuaskan. Bisa saja kebutuhan lebih rendah belum dapat memuaskan

sama sekali, tetapi sudah muncul tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi.

Dari setiap jalannya menuju pemenuhan kebutuhannya masing-masing,

manusia memilih jalannya masing-masing, ada yang menjalani

profesionalisme menurut gelar akademisnya masing-masing seperti dokter,

ilmuwan, guru dan lain-lain, ada juga yang memilih bekerja pada orang

lain atau dalam sebuah instansi seperti kantor atau instansi. Namun yang

paling unik adalah pemenuhan kebutuhan lewat jalan wirausaha.

Kebanyakan orang berwirausaha karena tidak suka bekerja di bawah

sistem yang mengikat dan ingin menjalani bisnis di tangan sendiri. Namun

yang menarik seringkali wirausaha diawali dengan kesenangan pribadi

terhadap suatu produk baik barang atau jasa. Misalnya seorang wirausaha

berbisnis umpan untuk memancing, berangkat dari kesenangannya

memancing. Atau pengusaha sepatu lukis beranjak dari kegemarannya

Page 33: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

24

melukis dan menggambar. Ini bukan sekadar mencari uang, namun lebih

ke arah mencari kepuasan pribadi dan aktualisasi diri si pelaku wirausaha,

di mana di dalamnya manusia akan melakukan terapan Teori Hierarki

Kebutuhan. Didorong oleh kebutuhan memenuhi fisiologis dan rasa aman,

manusia akan menjalin relasi networking dan afiliasi sosial untuk

membangun jaringan bisnis. Tujuan utamanya adalah uang, namun

kepuasan dan proses beraktualisasi diri menjadi pembahasan unik tentang

mengapa seseorang berwirausaha. Jadi dari begitu banyak motivasi

seseorang tentang keinginan mendirikan suatu usaha, alasan-alasan

kesempatan untuk menentukan nasib sendiri, kesempatan untuk

mengaktualisasikan potensi diri, kesempatan meraih manfaat finansial,

kesempatan memberikan kontribusi kepada masyarakat, dimanfaatkan

untuk meraih pengakuan dari masyarakat.

Teori Kebutuhan McClelland (McClelland‟s Theory of needs) dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini

berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan pencapaian (need for

achievement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan

hubungan (need for affiliation). Seseorang melakukan kegiatan usaha

dimotivasi oleh:

1. Motif berprestasi (need for achievement)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan

mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga maupun

masyarakat.

2. Motif berafiliasi (need for affiliation)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan

untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.

3. Motif kekuasaan (need for power)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan

mendapatkan kekuasaan atas sumber daya yang ada. Peningkatan

kekayaan, pengusahaan pasar sering menjadi pendorong utama

wirausaha melakukan kegiatan usaha.

Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui motivasi manusia

untuk berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini ada, karena orang-orang

Page 34: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

25

memiliki dorongan kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi

pribadi ketimbang imbalan terhadap keberhasilannya. Mereka bergairah

untuk melakukan sesuatu secara lebih baik dan lebih efisien dibandingkan

sebelumnya.

Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) diakui telah memberikan

kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang

dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu:

1. Faktor motivasional

Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong seseorang untuk

berprestasi yang sifatnya intrinsik, bersumber dalam diri seseorang,

seperti pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan

bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan orang lain.

2. Faktor hygiene atau “pemeliharaan”

Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan

perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Faktor ekstrinsik

mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan

seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan

rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para

penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,

kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori

Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih

berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat

intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Menurut Davis dan Newstrom (1996), seseorang melakukan sesuatu

karena dorongan-dorongan prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan.

1. Motivasi prestasi (achievement motivation), adalah dorongan dalam

diri seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam

mencapai tujuan. Entrepreneur berorientasi dan bekerja keras apabila

mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan

Page 35: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

26

pribadi atas upaya mereka, hanya terdapat sedikit risiko gagal, dan

memperoleh balikan (return) spesifik tentang prestasi di waktu lalu.

2. Motivasi afiliasi (affiliation motivation), adalah dorongan untuk

berhubungan dengan orang-orang atas dasar sosial. Orang-orang yang

bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena

sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan.

3. Motivasi kompetensi (competence motivation), adalah dorongan

untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan keterampilan dalam

memecahkan masalah, dan berusaha keras untuk inovatif. Umumnya,

mereka cenderung melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan

batin yang mereka rasakan dari melakukan pekerjaan itu karena

penghargaan yang diperoleh dari orang lain.

4. Motivasi kekuasaan (power motivation), adalah dorongan untuk

memengaruhi orang-orang dan mengubah situasi. Orang-orang yang

bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan dampak dan mau memikul

risiko untuk melakukan hal itu.

Dari pendapat Davis dan Newstrom dapat ditarik kesimpulan bahwa

motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia maupun dari

dorongan dari pihak luar untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Dalam “Entrepreneurs Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994: 8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang

berwirausaha, yakni:

1. Keuangan.

2. Sosial.

3. Pelayanan.

4. Pemenuhan diri.

Menurut Zimmerer (1996), ada beberapa peluang yang dijadikan

motivasi yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:

1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri,

2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh,

3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial,

4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk

menghargai usaha-usaha seseorang.

Page 36: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

27

Sujuti Jahja (1977) menambahkan ada empat nilai motivasi

kewirausahaan dengan ciri masing-masing, sebagai berikut:

1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi,

ciri-cirinya pengambil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan

mengutamakan materi.

2. Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan, tetapi bukan untuk

mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa

tanggung jawab, pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.

3. Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada

kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan

kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran Fengshui) supaya

berhasil.

4. Wirausaha berorientasi pada nonmateri, dengan bekerja berdasarkan

kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada

pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik, paham

etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang

berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan. Adanya risiko yang cukup besar,

banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan tidak menurunkan semangat

munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausaha termotivasi

untuk melakukan kegiatan usaha dengan berbagai alasan:

1. Independensi.

2. Pengembangan diri.

3. Pekerjaan yang tidak memuaskan.

4. Penghasilan.

5. Keamanan.

Page 37: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

28

3. PERAN WIRAUSAHA

3.1 Wirausaha dan Kekayaan

Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya

merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang

berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin

mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha

yang sudah sangat sukses dan kaya, tetapi tidak pernah menampilkan diri

sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya

belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan

pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.

Terkait kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu.

Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan

yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak

peduli betapapun piawainya seseorang. Ilmu kewirausahaan hanya

menggariskan bahwa seorang wirausaha yang baik adalah sosok

pengusaha yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat

jatuh.

Tidak ada satu suku kata pun dari kata “wirausaha” yang menunjukkan arti ke arah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata

wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial,

golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung

abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikatakan baru saja diterima oleh

masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan

penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai

latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup di alam

penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam

dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme,

priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya

adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai

negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).

Page 38: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

29

3.2 Wirausaha dan Kesejahteraan

Dr. David McClelland, seorang sosiolog terkenal dari Harvard dalam

bukunya “The Achieving Society” (Van Nostrand, 1961), menyatakan bahwa negara bisa makmur apabila minimal 2 persen dari jumlah

penduduknya menjadi pengusaha. Peran entrepreneur dalam menentukan

kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju

seperti Amerika, Jepang, plus tetangga terdekat Indonesia yaitu Singapura

dan Malaysia. Di Amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen

penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir

entrepreneur baru dan data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat

langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan Amerika

sebagai negara adi kuasa dan super power. Selanjutnya Jepang, lebih dari

10 persen penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan

Jepang berskala kecil, menengah dan besar bercokol di bumi Indonesia.

Padahal Jepang mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan sumber

daya alam yang kurang mendukung (kurang subur), namun dengan

semangat dan jiwa entrepreneurship-nya menjadikan Jepang sebagai

negara terkaya di Asia.

Mengintip jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun

dengan Indonesia, yaitu Singapura dan Malaysia, fakta menyebutkan lebih

dari 7.2 persen pengusaha Singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha

Malaysia menjadikan pertumbuhan ekonomi negaranya melaju semakin

jauh meninggalkan Indonesia.

Untuk Indonesia, jumlah 2 persen dari 250 juta penduduk berarti 5

juta pengusaha. Indonesia ternyata masih belum mencapai jumlah

minimal, karena jumlah pengusaha Indonesia pada tahun 2016 “hanya” 1.65 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Selain itu kebanyakan usaha

yang ada di Indonesia masih bersifat mikro (kecil), sehingga memberikan

peluang relatif terbatas bagi terbukanya lapangan pekerjaan. Indonesia

lebih dikenal sebagai negara pengirim tenaga kerja ke luar negeri (baca

TKI), karena sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri.

Kita tidak bisa menyalahkan negara asing yang menguasai dan

mengeksploitasi banyak sumber daya alam di Indonesia. Logika ekonomi

Page 39: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

30

berlaku dari zaman dahulu hingga sekarang, bahwa negara yang kaya,

maju dan kuat akan menguasai aset-aset negara yang lemah. Indonesia

perlu segera melakukan introspeksi dan mengembangkan diri agar aset

sumber daya yang begitu kaya mampu kita kembalikan lagi untuk

kemakmuran rakyat.

Logika bahwa negara akan makmur dengan minimal 2 persen

pengusaha adalah apabila dari seratus penduduk sebuah negara, terdapat 2

orang menjadi pengusaha yang masing-masing memiliki 25 orang pekerja,

maka dari semua penduduk yang ada akan mendapat lapangan pekerjaan.

Apabila setiap orang sudah menanggung kehidupan istrinya (asumsi

istrinya tidak bekerja), maka hampir rata-rata setiap rumah tangga akan

memperoleh peluang kerja.

Pengusaha seringkali merupakan orang-orang yang tekun, ulet, kreatif

dan selalu berpikiran ke depan, serta memiliki tujuan yang jelas untuk

dirinya maupun orang lain. Rata-rata pengusaha adalah orang yang mampu

memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya dan potensi yang ada di

lingkungan sekitarnya, dari yang kurang bermanfaat menjadi sesuatu yang

bisa diolah dan dijual. Mengubah sesuatu yang tidak bernilai, bahkan

sampah (limbah) menjadi bernilai. Oleh karena itu, pengusaha akan

mendorong kemakmuran sebuah negara.

Sama dengan bidang kehidupan manusia yang lainnya, tidak semua

pengusaha kaya adalah pengusaha baik dan pendukung kemakmuran

negara. Dalam dunia bisnis, selalu ada pengusaha yang layak disebut

sebagai pahlawan, namun ada juga pengusaha yang layak disebut

pecundang, pengkhianat, penipu bahkan perampok uang negara atau

pengeksploitasi sumber daya alam tanpa bertanggung jawab. Mereka

memang kaya dari hasil bisnisnya, namun cara mereka mendapatkannya

dengan menghalalkan segala cara. Mereka (baca: para pengusaha hitam)

bukanlah orang-orang sukses, karena mereka hanya mementingkan dirinya

sendiri dan tidak peduli pada nasib orang lain bahkan suka menindas. Cara

untuk membatasi pengusaha hitam adalah dengan memperbanyak

pengusaha yang dilandasi dengan prinsip kebaikan.

Menurut Peter Drucker, rata-rata pengusaha yang sukses

membutuhkan 5 sampai 7 tahun untuk proses belajar yang harus dilalui

Page 40: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

31

dengan kesabaran, ketekunan dan keuletan. Sebanyak 80 persen orang

yang memulai bisnis gagal pada 2 tahun pertama. Sebesar 15 sampai 17

persen gagal dan berhenti bisnis pada tahun ke 4. Yang sanggup bertahan,

sebagian besar hanya sekadar bertahan menjadi pengusaha kecil

(pengusaha yang tidak punya sistem bisnis) dan hanya sedikit yang jadi

pengusaha besar. Maka semangat, kesabaran dan keuletan para pengusaha

adalah sesuatu yang layak dihargai, karena semangat pengorbanan dan

perjuangannya.

Indonesia membutuhkan upaya dan dorongan yang terus-menerus dan

berkelanjutan agar memiliki banyak pengusaha. Semakin banyak orang

yang memiliki jiwa wirausaha akan mampu melahirkan banyak pengusaha.

Semakin banyak pengusaha akan semakin banyak lapangan pekerjaan.

Semakin banyaknya lapangan pekerjaan, memudahkan rakyat memilih

pekerjaan yang paling disukai dan cocok dengan keahliannya, juga

memilih perusahaan yang mampu memberikan pelayanan dan

kesejahteraan yang terbaik. Indonesia membutuhkan upaya dan dorongan

yang terus-menerus dan berkelanjutan agar memiliki banyak pengusaha,

karena seseorang yang menjadi pengusaha pada dasarnya membutuhkan

semangat dan tekad yang besar.

3.3 Wirausaha dan Pengangguran

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlimpah merupakan salah satu aset

paling berharga bagi suatu negara. Keberhasilan dan kemajuan suatu

negara sangat erat hubungannya dengan jumlah penduduk dan tentunya

bukan sekadar kuantitas penduduk yang besar saja, tetapi juga kualitas.

Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan penduduk yang

relatif banyak. Dengan jumlah total penduduk sekitar 250 juta orang,

Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah

Cina, India dan Amerika Serikat). Selanjutnya, Indonesia juga memiliki

populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk

Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut

digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan

tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi

Page 41: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

32

ke depan. Oleh karena itu, kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja

sangat penting diupayakan di Indonesia.

Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia

yaitu mulai dari penduduknya yang miskin, tingkat pengangguran tinggi,

rendahnya tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, mahalnya

harga pangan, mahalnya biaya pendidikan, jaminan kesehatan untuk

masyarakat di desa-desa terpencil masih sangat kurang, dan masih banyak

juga masalah-masalah lainnya. Angka pengangguran tertinggi yang

dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi

dari angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru

lulus dari universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah

mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional.

Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya

memiliki ijazah sekolah dasar saja. Semakin tinggi pendidikannya,

semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2010-2016.

dalam juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tenaga Kerja 116.5 119.4 120.3 120.2 121.9 122.4 127.8

- Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8 120.8

- Menganggur 8.3 8.1 7.3 7.4 7.2 7.6 7.0

Sumber: BPS, 2016.

Terjunnya jutaan penduduk Indonesia ke dunia kerja setiap tahun

merupakan tantangan besar bagi pemerintah untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru agar dapat menyerap para pencari kerja.

Pengangguran muda adalah salah satu kekhawatiran yang membutuhkan

tindakan cepat. Indonesia harus bekerja keras dan kreatif jika

ingin survive dan menang dalam persaingan yang kini sudah memasuki

peradaban kreatif, yaitu peradaban yang menempatkan kreativitas dan

inovasi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif

terhadap tantangan yang ada. Setiap individu harus berusaha untuk

menjadi produktif, memiliki kemandirian yang tinggi, mampu melihat

Page 42: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

33

peluang dan tantangan yang ada, mampu memiliki kemampuan dalam

pengambilan keputusan, mampu memahami dan mengimplementasikan

manajemen bisnis, serta berguna dan memberikan manfaat baik untuk

dirinya maupun untuk orang lain, organisasi, masyarakat, dan negara.

Wirausaha adalah individu yang berpikir, mempunyai alasan kuat dan

melakukan tindakan untuk mengonversi ide menjadi peluang dan

menciptakan nilai (Leech & Melicher, 2012: 7). Menambah jumlah

wirausaha (entrepreneur) untuk membangun lapangan kerja baru demi

mengurangi tingkat pengangguran merupakan salah satu upaya

memenangkan persaingan.

Peran wirausaha dalam mengatasi pengangguran dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Terciptanya lapangan pekerjaan

Dengan adanya lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh para

wirausaha tentunya dapat membantu perekonomian masyarakat

melalui penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan hal ini

akan dapat mengurangi tingkat kriminalitas yang ada di masyarakat.

2. Mengurangi tingkat pengangguran masyarakat.

Dengan adanya usaha yang didirikan oleh para wirausaha tentunya

dapat membantu masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan dengan

cara menyerap tenaga kerja mereka untuk membantu kelangsungan

atau proses dari usaha yang didirikan oleh wirausaha tersebut.

Wirausaha pemula pada umumnya tergolong usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM). UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99 persen dari

total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76 juta unit

dan memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja sebesar 97,3 persen dari

total angkatan kerja yang bekerja (BPS, 2009).

3.4 Wirausaha dan Pembangunan Ekonomi

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menunjukkan bahwa UMKM

terbukti berkontribusi sebesar 56,92 persen dari total Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia atau setara dengan Rp. 1.213,25 Triliun. Selain itu,

UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap investasi di

Page 43: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

34

Indonesia yaitu sebesar Rp. 222,74 Triliun atau 51,80 persen dari total

investasi pada tahun 2008.

Tanpa wirausaha pembangunan ekonomi dapat terhambat, karena

wirausahalah yang menggerakkan dan mengombinasikan faktor produksi

alam, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan barang dan jasa yang

sangat dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian, wirausaha memiliki

peran yang sangat penting dalam perekonomian. Peran wirausaha dalam

pembangunan ekonomi bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan investasi

Dengan adanya usaha yang dimiliki oleh para wirausaha tentunya

dapat menarik investor asing untuk berinvestasi atau menanamkan

modalnya di Indonesia. Adanya investasi asing akan dapat menambah

devisa negara dan membantu perekonomian masyarakat Indonesia.

2. Meningkatkan jumlah UKM

Wirausaha juga tidak terlepas dari usaha kecil. Wirausaha seringkali

dikaitkan dengan situasi kegiatan bisnis seseorang yang dimulai

dalam skala usaha kecil dan umumnya dikelola sendiri. UKM selalu

digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting dalam

pembangunan perekonomian di Indonesia. Industri kecil

menyumbang pembangunan dengan berbagai jalan, menciptakan

kesempatan kerja, untuk perluasan angkatan kerja, urbanisasi, dan

menyediakan fleksibilitas kebutuhan serta inovasi dalam

perekonomian secara keseluruhan. Pemberdayaan usaha kecil

merupakan kunci bagi kelangsungan hidup sebagian besar masyarakat

Indonesia. Usaha kecil dapat digunakan sebagai penggerak utama

dalam mempercepat pemulihan perekonomian Indonesia dan

berfungsi sebagai kunci pemacu ekspor serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Banyaknya wirausaha yang bermunculan di Indonesia tentunya dapat

meningkatkan produktivitas dari berbagai produk yang diciptakan

oleh para wirausaha. Produk-produk tersebut nantinya dapat

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Sehingga para wirausaha

yang melihat peluang tersebut dapat berlomba-lomba untuk mencari

Page 44: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

35

inovasi yang lebih baru lagi. Oleh karena itu, wirausaha mampu

meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila PDB

meningkat berarti pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Selain itu

produk yang bernilai tambah atau inovasi-inovasi yang baru dapat

menjadikan masyarakat lebih kreatif dalam menyampaikan ide-ide

dan kreasinya. Mereka bisa menciptakan barang yang dirasa perlu dan

penting untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri sehingga tidak

perlu mengimpor dari luar negeri.

4. Meningkatkan pendapatan per kapita

Apabila wirausaha mampu meningkatkan PDB dengan persentase

peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan persentase peningkatan

jumlah penduduk, maka pendapatan per kapita meningkat. Jika

pendapatan per kapita meningkat, maka kesejahteraan masyarakat

atau taraf hidup masyarakat juga meningkat. Apabila wirausaha yang

ada di Indonesia dapat bertambah dari tahun ke tahun, maka

kemiskinan dan pengangguran dapat berkurang, dan kehidupan

masyarakat pun menjadi sejahtera.

5. Memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup

Berbagai inovasi dan kreasi wirausaha dalam menciptakan produk-

produk baru mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup

bagi manusia. Mesin Cuci, AC, Televisi, Handphone, Kamera, Kapal

Pesiar, Jasa Titipan Kilat, Jasa Salon Kecantikan adalah contoh-

contoh barang dan jasa yang memberikan kemudahan dan

kenyamanan hidup.

6. Mendorong kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Setiap perusahaan besar umumnya memiliki divisi R & D (Research

& Development), yakni divisi penelitian dan divisi pengembangan.

Divisi ini akan merekrut dan membiayai penelitian yang dilakukan

ilmuwan, pakar dan sejumlah ahli tertentu untuk mengembangkan

produk perusahaan. Sebagai bukti, dulu handphone hanya bisa

digunakan untuk menelepon. Sekarang dengan ukuran yang lebih

kecil, handphone bisa memberikan berbagai layanan, seperti kirim

dan terima pesan, kirim dan terima gambar, merekam gambar, radio,

dan lain-lain.

Page 45: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

36

7. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak

Pada umumnya wirausaha akan membayar pajak penghasilan, pajak

perseroan (bila perusahaannya berbentuk PT), pajak ekspor (bila

wirausaha mampu mengekspor produknya), pajak penjualan (PPN),

serta pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Apabila

pengusaha dan orang-orang yang makmur semakin banyak, maka

pendapatan pajak yang diperoleh pemerintah akan semakin

meningkat. Untuk sekarang ini, masih sedikit warga Negara Indonesia

yang memiliki NPWP atau orang-orang yang layak membayar pajak

pribadi. Pada tahun 2015, dari total 250 juta jiwa penduduk Indonesia,

tercatat baru 11% atau 27 juta jiwa yang memiliki NPWP. Dari 27

juta jiwa tersebut diketahui hanya 10 juta yang menyampaikan Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) ke Ditjen Pajak.

Mengingat pentingnya peran wirausaha dalam pembangunan

ekonomi, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan jumlah wirausaha.

Pemerintah telah merencanakan untuk membentuk kurang lebih tujuh juta

pengusaha kecil yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Serta

meningkatkan status 50.000 pengusaha kecil menjadi pengusaha

menengah.

Page 46: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

37

4. ILMU DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

4.1 Ilmu Kewirausahaan

Pada awal-awal kewirausahaan dikenalkan kepada masyarakat dan dunia

pendidikan, terdapat pandangan berbeda-beda tentang kewirausahaan,

antara lain:

1. Kewirausahaan adalah ilmu pengetahuan (knowledge)

Kewirausahaan adalah sebuah pengetahuan yang merupakan hasil uji

coba di lapangan, dikumpulkan, diteliti, dan dirangkai sebagai sumber

informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya,

sehingga kewirausahaan bisa dimasukkan kedalam disiplin ilmu baik

itu yang bersifat teori ataupun yang bersifat empiris (hasil uji

lapangan).

2. Kewirausahaan adalah suatu bentuk kepribadian atau sikap

Unsur yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan adalah

sikap positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi

contoh bagi yang lain dan tidak mudah puas diri. Jadi kewirausahaan

dipandang sebagai sebuah kepribadian atau sikap, namun banyak

orang berkata bahwa kewirausahaan itu adalah sebuah filosofi.

3. Kewirausahaan adalah sebuah filosofi

Kita tahu, hidup adalah sebuah pilihan dan sukses adalah akumulasi

dari pilihan-pilihan kita yang tepat dalam menuju kesatu arah yaitu

mimpi. Fondasi kesuksesan untuk menjadi wirausaha yang cerdas

adalah filosofi hidup dan bekerja. Oleh karena itu, kewirausahaan bisa

digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam

meniti karier guna meraih kesuksesan.

4. Kewirausahaan adalah skill atau keterampilan

Dikarenakan kewirausahaan adalah penggabungan dua konsep

penting, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang dirasakan serta

dilakukan melalui jatuh-bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya

menjadi sebuah keahlian dalam menjalankan roda bisnis. Seperti

seorang samurai dengan pedangnya (Katana), keduanya tidak

terpisahkan antara pengetahuan tentang menggunakan pedang,

materialnya, dan latihan yang terus-menerus diperbaiki sehingga

Page 47: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

38

mencapai sebuah kesempurnaan hingga disebut ahli pedang. Untuk

itu, kewirausahaan juga merupakan sebuah keterampilan.

5. Kewirausahaan adalah seni (art)

Tepat sekali, dalam menemukan ide, inspirasi, dan peluang bisnis

Anda maka dibutuhkan imajinasi, visualisasi, dan pemikiran yang

terkadang harus berlawanan dengan logika. Berpikir berbeda untuk

menentukan ide-ide brilian. Semua itu membutuhkan kreativitas,

inovasi yang benar-benar baru sehingga unsur dan kekuatan seni

untuk menemukan ide dalam cara mengatasi kesulitan,

mengendalikan sumber daya manusia (SDM) juga pelanggan

sehingga sangat besar pengaruh kekuatan seni dalam ilmu

kewirausahaan. Layaknya seorang samurai yang tanpa seni bela diri

maka ia akan sulit menang.

6. Kewirausahaan adalah sebuah profesi

Telah dibahas sebelumnya bahwa setelah lulus sekolah atau kuliah

adalah mencari kerja (job seeker) atau menciptakan lapangan kerja

(job creator). Baik menjadi pekerja (employee) atau berwirausaha

harus bersikap profesional. Untuk itu, menjadi wirausaha juga

merupakan sebuah profesi sebagai pilihan hidup yang harus dilakukan

secara profesional (profesional dalam arti jujur, terbuka, komitmen,

konsisten, tepat janji, tanggung jawab, tahu batas hak-haknya,

mengerti etika profesi dan berdisiplin).

7. Kewirausahaan adalah naluri

Banyak orang ingin menjadi wirausahawan yang sukses, tetapi tidak

banyak yang berhasil, karena kewirausahaan itu membutuhkan naluri

untuk menemukan sebuah peluang dan ide bisnis yang akhirnya

menjadi sebuah bisnis yang sukses. Oleh karena itu, bisa dikatakan

bahwa wirausahawan yang sukses pasti mempunyai naluri yang kuat

tentang bagaimana menemukan inspirasi, ide dan peluang-peluang

baru.

8. Kewirausahaan adalah mimpi

Bahkan cita-cita yang terpendam sejak ia masih remaja atau dewasa

seperti Bill Gates yang bermimpi ingin mendapatkan uang atau

Page 48: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

39

penghasilan 1 juta $ di usia 25 tahun dan mimpi itu benar-benar

terwujud setelah ia memilih menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup.

9. Kewirausahaan adalah pilihan hidup

Tujuan hidup seseorang dalam menghidupi keluarganya adalah

menjadi karyawan (pekerja) atau menjadi pengusaha (wirausaha),

sehingga tidak salah jika orang memilih menjadi wirausaha sebagai

pilihan hidup. Terbukti bahwa setelah ia selesai bekerja atau pensiun

banyak yang memilih menjadi wirausaha dalam mengisi hari tuanya.

Saat itu kalangan akademisi terutama menyangsikan bahwa

kewirausahaan adalah ilmu. Oleh karena itu, kehadiran kewirausahaan

sebagai mata kuliah atau konsentrasi atau jurusan sangat lamban di respons

oleh beberapa lembaga pendidikan formal, bahkan di beberapa tempat

sempat diwarnai penolakan. Setelah melalui perdebatan dan penelusuran

yang panjang, perlahan-lahan kewirausahaan dapat diterima sebagai ilmu.

Kewirausahaan sejatinya merupakan suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai (value), kemampuan (ability), dan perilaku

(behavior) seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk

memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.

Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996),

kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan

kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di

pasar.

Dahulu, kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di

lapangan. Sebab itu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir,

sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang

kewirausahaan dipahami bukan hanya sebagai bakat bawaan sejak lahir

atau urusan lapangan, tapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.

Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma

pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut

adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini sedang

terjadi perubahan paradigma pendidikan. Menurut Soeharto

Prawirokusuma (1997), Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai

suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena:

Page 49: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

40

1. Kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang

lengkap.

2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start-up” dan “venture-growth”, ini tidak jelas masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen

dan kepemilikan usaha.

3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek

tersendiri.

4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan

berusaha dan pemerataan pendapatan.

Disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami

evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan hanya pada dunia usaha

semata, melainkan juga pada berbagai bidang seperti bidang industri,

perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi- institusi lainnya,

misalnya birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan swadaya lainnya.

Pada mulanya, kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan.

Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi

inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan.

Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis

jangka pendek, tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum yang

berjangka panjang untuk menciptakan peluang.

Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan

seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut

Soemahamidjaja (1997: 14-15), kemampuan seseorang yang menjadi

objek kewirausahaan, meliputi:

1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.

2. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan

yang menyala-nyala.

3. Kemampuan untuk berinisiatif.

4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta)

setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.

5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal.

Page 50: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

41

6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk

selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang

selalu tidak menunda pekerjaan.

7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

4.2 Teori Dasar Kewirausahaan

Teori digunakan untuk menjelaskan sebuah fenomena. Fenomena yang

dimaksud di sini adalah kehadiran entrepreneurship yang mempunyai

kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari

konsep dan konstruk. Teori adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan” yang menunjukkan pandangan sistematis terhadap sebuah fenomena dengan merinci hubungan

antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan memprediksi

fenomena.

Beberapa teori yang menjelaskan dan memprediksi fenomena

mengenai kewirausahaan adalah sebagai berikut:

1. Neo Klasik

Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, di

mana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan

penerimaan perusahaan dan sekadar melakukan kalkulasi matematis

untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Pendekatan

neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai

kewirausahaan. Grebel menyatakan, “There is no space for an

entrepreneur in neoclassical theory”. Lalu di mana letak teori

kewirausahaan? Tapi sebagai titik awal, Neo Klasik masih mengakui

keberadaan pihak manajemen atau individu-individu yang nantinya

berperan sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang akan

dijelaskan pada teori-teori selanjutnya.

2. Sc

Page 51: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

42

keseimbangan diperlukan tindakan dan keputusan aktor (pelaku)

ekonomi yang harus berulang-ulang dengan “cara yang sama” sampai mencapai keseimbangan. Jadi kata kuncinya “berulang dengan cara yang sama”, yang menurut Schumpeter disebut “situasi statis”, dan situasi tersebut tidak akan membawa perubahan. Schumpeter

berupaya melakukan investigasi terhadap dinamika di balik perubahan

ekonomi yang diamatinya secara empiris dan akhirnya menemukan

unsur explanatory-nya yang disebut “inovasi“. Aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur

adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang akan membuat perubahan.

3. Austrian School

Austrian School adalah sekolah ekonomi yang pemikirannya

didasarkan pada konsep metodologi individualisme. Bahwa fenomena

sosial merupakan hasil dari motivasi dan tindakan individu. Masalah

ekonomi mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan yang

tersembunyi (belum diketahui umum) yang terfragmentasi dan

tersebar melalui interaksi dari kegiatan para entrepreneur yang

bersaing (Adaman dan Devine, 2000). Ada dua konsep utama, yaitu

(1) pengetahuan tersembunyi (orang lain belum tahu) yang dikaji oleh

Hayek; dan (2) kewirausahaan yang dikaji oleh Mises. Intinya

mobilisasi sosial dari pengetahuan terjadi melalui tindakan

entrepreneurial. Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya

untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mereka

mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin mereka lakukan.

Pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk

memperoleh keuntungan. Penemuan pengetahuan tersembunyi

merupakan proses perubahan yang berkelanjutan dan proses inilah

yang merupakan titik awal dari pendekatan Austrian terhadap

kewirausahaan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut

kadang mengalami sukses dan gagal. Namun seorang entrepreneur

selalu berusaha memperbaiki kesalahannya.

4. Kirzerian Entrepreneur

Teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletannya,

keseriusannya, kesungguhannya, untuk swa (mandiri), dalam

Page 52: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

43

berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada

upaya dan keuletan sang pengusaha. Kirzer memakai pandangan

Misesian tentang “human action” dalam menganalisis peranan entrepreneurial. Menurut Kirzer, dengan memanfaatkan pengetahuan

yang superior, seorang entrepreneur bisa menghasilkan keuntungan.

Kirzer juga mengatakan, “This insight is simply that for any

entrepreneurial discovery creativity is never enough: it is necessary

to recognize one‟s own creativity”.

Pandangan berbagai disiplin ilmu terhadap kewirausahaan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan

karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan

melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan

keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan

melahirkan berbagai macam inovasi. Menurut Cantilon,

wirausahawan adalah orang yang mengambil risiko dengan jalan

membeli barang sekarang dan menjualnya kemudian dengan harga

yang tidak pasti. Jadi, wirausahawan adalah penanggung risiko. Bila

kewirausahaan kita pahami menurut teori yang mengutamakan

peluang usaha, maka mengembangkan wirausaha bisa berwujud

tindakan-tindakan sebagai berikut:

o Secara sengaja menciptakan peluang ekonomi.

o Menyebarkan informasi tentang peluang ekonomi.

o Menawarkan insentif agar orang mau menanggung risiko,

menjadi innovator dan membangun organisasi.

2. Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-

nilai sosial di suatu masyarakat, yang akan berdampak pada

kemampuannya menanggapi peluang usaha dan mengolah usaha. Para

ahli sosiologi mencoba menerangkan mengapa berbagai kelompok

sosial (kelompok ras, suku, agama, dan kelas sosial) menunjukkan

tanggapan yang berbeda-beda atas peluang usaha. Mereka meneliti

faktor-faktor sosial budaya yang menerangkan perbedaan

kewirausahaan antara berbagai kelompok itu. Hagen mengemukakan

Page 53: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

44

teori bahwa dalam kelompok itu orang didorong menjadi wirausaha

karena sebagai kelompok mereka dipandang rendah oleh kelompok

elite dalam masyarakatnya. Kelompok yang makin direndahkan

kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan kewirausahaannya.

3. Teori psikologi lebih menekankan pada motif individu yang

melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil

ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang

individu lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang

diperolehnya. Perintis teori psikologi adalah David McCleland, ia

menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan

kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau nAch).

Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi positif antara

kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk

pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk

Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini. Namun

motif berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.

4. Teori perilaku, mempelajari bagaimana seorang wirausahawan harus

memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha,

mengelola keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan

memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai

bergaul untuk memajukan suatu usaha. Wesper memandang perilaku

wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan

seseorang wirausaha tergantung pada:

a. Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wirausaha.

b. Pilihan bidang usahanya, kerja sama dengan orang lain.

c. Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat.

Ducker memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan sebagai

sifat kepribadian. Kewirausahaan adalah praktik kerja yang bertumpu

pada konsep dan teori, bukan intuisi. Karena itu kewirausahaan dapat

dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Ia

menyarankan tiga macam unsur perilaku untuk mendukung

berhasilnya praktik kewirausahaan:

Page 54: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

45

a. Inovasi bertujuan.

b. Manajemen-wirausaha.

c. Strategi-wirausaha.

Menurut Ducker dasar pengetahuan kewirausahaan adalah inovasi,

artinya cara baru memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan

kekayaan. Untuk membuahkan inovasi kita memperhatikan

perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita secara sistematis. Ini

menyangkut kepekaan dan keterampilan diagnostik, dua macam

kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.

Teori perilaku beda dengan teori-teori yang dibicarakan sebelumnya,

karena mengutamakan kemampuan yang bisa dipelajari dan dikuasai

sendiri oleh orang yang mau menjadi wirausaha. Ini berarti bahwa

berhasil atau tidaknya seorang wirausaha tidak terutama

ditentukan oleh faktor-faktor di luar kuasa dirinya, tetapi sebagian

besar ditentukan sendiri olehnya. Berpangkal dari teori perilaku, kita

bisa berupaya mengembangkan wirausaha dengan keyakinan bahwa

kewirausahaan bisa dipelajari dan dikuasai. Kewirausahaan adalah

pilihan kerja, pilihan karier. Jadi, untuk mengembangkan wirausaha

kita bisa menciptakan peluang ekonomi dan peluang belajar

kewirausahaan secara sengaja dan terencana.

Page 55: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

46

5. PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI

INDONESIA

5.1 Dasar Hukum Kewirausahaan

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap

penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subjek hukum baik orang

perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa

norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang

menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-

undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam

hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan. Bentuk yang

disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang

biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat

keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu.

Pelaksanaan pengembangan kewirausahaan di Indonesia, tentu harus

dilakukan dengan berlandaskan pada norma hukum atau ketentuan-

ketentuan yang relevan agar dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa

produk hukum yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam

pengembangan kewirausahaan antara lain:

1. Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakat-

kan dan Membudayakan Kewirausahaan.

2. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

3. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.

4. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Kecil.

5. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.

6. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha yang

Dicadangkan untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang

Terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar dengan Syarat Kemitraan.

7. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha

Kecil dan Menengah.

Page 56: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

47

8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan

Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan.

9. Pengaturan usaha berskala mikro dan kecil diatur dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2011

Tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda,

serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013

Tentang Susunan Organisasi, Personalia, Dan Mekanisme Kerja

Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda.

13. Perpres 27 Tahun 2013 tentang Inkubator Wirausaha.

5.2 Kerangka Pengembangan Kewirausahaan

Kerangka pengembangan kewirausahaan di Indonesia dapat dilakukan

dengan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Memperbaiki pendidikan kewirausahaan, yaitu sistem pendidikan

kewirausahaan yang menyebar dari sekolah dasar sampai ke

perguruan tinggi dan melakukan kerja sama dengan dunia industri

melalui kegiatan magang kewirausahaan.

2. Menyediakan infrastruktur (prasarana) yang tidak terbatas hanya pada

transportasi dan komunikasi, melainkan juga infrastruktur pendidikan,

baik formal maupun nonformal.

3. Menyediakan informasi seluas-luasnya bagi wirausahawan yang

berada pada tahapan start-up melalui layanan internet.

4. Membuka akses selebar-lebarnya dalam pendanaan terutama bagi

UKM.

5. Membuat program komunikasi dan inisiatif bagi kewirausahaan.

Program-program untuk member penyuluhan kewirausahaan melalui

media massa diikuti oleh program insentif sebagai penghargaan.

Page 57: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

48

6. Menetapkan bidang-bidang yang mudah dimasuki oleh wirausawan

baru (khususnya di bidang perdagangan dan kerajinan) serta

mendorong wirausahawan yang sukses di bidang industri manufaktur.

Ada pula yang mengelompokkan strategi pengembangan

kewirausahaan ke dalam 3 (tiga) langkah strategis yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan

Untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan dilakukan melalui

langkah-langkah:

a. Mengembangkan kewirausahaan bagi para pengusaha dan calon

pengusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan terutama

melalui peningkatan etos kerja, kreativitas dan inovasi,

produktivitas, kemampuan membuat keputusan dan mengambil

risiko, serta kerja sama yang saling menguntungkan dan dengan

menerapkan etika bisnis.

b. Meningkatkan kinerja perusahaan yang bermanfaat bagi

masyarakat dan perekonomian nasional terutama melalui;

penciptaan lapangan kerja baru, penciptaan barang dan jasa yang

lebih bermutu dan atau lebih beragam, peningkatan daya saing

perusahaan, baik di pasar dalam negeri ataupun di pasar

Internasional.

c. Mengembangkan kewirausahaan masyarakat luas yang

diharapkan akan mendorong peningkatan kegiatan dan kinerja

usaha dan ekonomi masyarakat melalui peningkatan etos kerja,

disiplin efisiensi, dan produktivitas nasional.

d. Menyebarluaskan asas pokok kewirausahaan sebagai pedoman

praktis bagi semua pihak yang berminat dan terkait dengan

pengembangan kewirausahaan serta bagi yang ingin mengetahui,

menghayati lebih mendalam dianjurkan untuk mengikuti

kegiatan pembudayaan kewirausahaan.

2. Membudayakan kewirausahaan

Membudayakan kewirausahaan ialah mengarahkan wirausaha

terutama kepada kegiatan ekonomi yang rasional, menguntungkan,

Page 58: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

49

berkelanjutan, dan dapat ditiru oleh masyarakat. Langkah untuk

pencapaiannya dilakukan melalui:

1. Kegiatan ekonomi yang rasional terutama kegiatan-kegiatan yang

ditangani atau diorganisasikan dalam perusahaan. Dengan

demikian, sifat rasional dari kegiatan tersebut dapat diukur

dengan ukuran kinerja yang lazim.

2. Menawarkan kegiatan pada masyarakat yang menguntungkan

bagi peserta program dan masyarakat pada umumnya.

3. Menawarkan kegiatan yang berkelanjutan dan dapat ditiru oleh

masyarakat. Di samping itu membudayakan kewirausahaan harus

secara intensif, komprehensif, dan terpadu, yang pencapaiannya

dilakukan melalui:

(1) Skala prioritas sasaran

Persiapan dan perencanaan yang baik, dengan

memperhatikan efektivitas dari berbagai kegiatan.

(2) Kegiatan secara komprehensif dan terpadu, mencakup

kegiatan prapelatihan, pelatihan, bimbingan dan konsultasi,

magang dan studi banding, promosi dan temu usaha, serta

peningkatan akses pasar dan pemberian bantuan perkuatan

secara selektif.

(3) Penekanan pada kesesuaian kondisi dinamis masing-masing

peserta atau kelompok peserta program yang dibina.

(4) Kegiatan peningkatan semangat, sikap dan perilaku

kewirausahaan.

3. Memberdayakan sumber daya

Mendayagunakan sumber daya adalah menggunakan sumber daya

yang tersedia, baik yang ada pada Departemen maupun Instansi yang

terkait dan masyarakat serta teknologi informasi.

Langkah-langkah yang dilakukan:

(1) Sumber daya yang tersedia di berbagai Departemen/Instansi

Pemerintah berupa aparat pembina (termasuk penyuluh,

konsultan dan widyaiswara), sarana dan prasarana, serta

anggaran perlu dikerahkan dan didayagunakan dengan baik

untuk melaksanakan dan menunjang pengembangan

Page 59: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

50

kewirausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(2) Sumber daya utama untuk membudayakan kewirausahaan pada

para pengusaha kecil dan koperasi pada khususnya adalah para

pengusaha itu sendiri melalui upaya pengembangan diri sambil

melaksanakan kegiatan usaha atau learning by doing. Dalam

upaya mempermudah akses calon wirausaha baru terhadap

sumber-sumber permodalan untuk modal kerja, sebaiknya

lembaga keuangan mikro dan koperasi simpan pinjam

diberdayakan. Dengan tersebarnya koperasi-koperasi diharapkan

kesulitan permodalan yang dihadapi oleh wirausaha. Oleh karena

itu, lembaga keuangan mikro perlu diberdayakan agar lebih

mampu melayani calon anggota, dan anggotanya.

5.3 Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2016), tingkat pengangguran

terbuka di Indonesia ada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5

persen. Kontribusi lulusan perguruan tinggi terhadap pengangguran pada

tahun 2016 meningkat dari 5,34 persen menjadi 6,22 persen. Indonesia

adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah.

Memang ironis menyaksikan dunia ketenagakerjaan di Indonesia. Banyak

lulusan pendidikan tinggi menenteng ijazahnya ke sana-ke mari melamar

pekerjaan, tetapi mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Sebaliknya bisa

disaksikan seseorang yang dengan pendidikan formal minim, tetapi bisa

sukses luar biasa dalam pekerjaannya. Ambil contoh Andre Wongso, yang

mengaku SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat), sekarang sukses sebagai

pakar motivasi yang andal dan ternama di Indonesia. Begitu juga Bob

Sadino yang pendidikan formalnya terbatas, tetapi sukses dalam usaha

agrobisnisnya. Kemudian fenomena lainnya, di tengah-tengah tingkat

pengangguran yang tinggi, banyak perusahaan justru kesulitan mencari

tenaga kerja.

Lalu, mengapa begitu banyak pengangguran di negara yang kaya

sumber daya alam dan keramahan iklim ini, serta di tengah kesulitan

Page 60: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

51

perusahaan mendapatkan tenaga kerja? Adakah yang salah dengan

pendidikan formal kita? Atau bahkan, seperti dinyatakan Ivan Illich dalam

bukunya Deschooling Society (1972), pendidikan formal terlalu banyak

menyerap biaya, hasilnya kurang optimal, dan lebih parah lagi banyak

menghasilkan tenaga pemalas yang tidak terampil dan hanya menjurus

kepada pekerjaan formal, tanpa mau tahu dengan kondisi riil di lapangan.

Mestinya pendidikan seperti dinyatakan Paulo Freire dalam

bukunya Pedagogy of the Oppressed (1972) merupakan ajang pembebasan

kesadaran atau dialogika yang memancing mereka untuk berdialog,

membiarkan mereka mengucapkan sendiri perkataannya, mendorong

mereka untuk menamai dan dengan demikian untuk mengubah dunia.

Konsep pendidikan yang ada pada kita sekarang ini cenderung berbentuk

institusi bank menurut konsep Freire, di mana pihak pendidik secara searah

memberikan pengetahuannya kepada peserta didik sehingga bisa

terkumpul segepok ilmu.

Bercermin dari kenyataan itu, tentu ada yang salah dengan pendidikan

kita sekarang ini. Pendidikan formal yang diberikan di bangku sekolah

maupun perguruan tinggi hanya terpaku pada penguasaan hard skills.

Bahkan sangatlah kurang dengan mengaitkan kenyataan yang terjadi di

dunia realitas. Penelitian menunjukkan, keberhasilan seseorang bukan

ditentukan oleh kepandaian yang dipunyai, tetapi oleh faktor lainnya yang

sangat penting. Tingkat kecerdasan cuma menyumbang sekitar 20-30

persen keberhasilan, selebihnya ditentukan soft skills. Penelitian National

Association of Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2005

menunjukkan hal itu, di mana pengguna tenaga kerja membutuhkan

keahlian kerja berupa 82 persen soft skills dan 18 persen hard skills.

Soft skills, menurut Berthall (dalam Diknas, 2008), adalah tingkah

laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan

memaksimalkan kinerja seseorang manusia (misal pelatihan,

pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan, dan lain-

lain). Dengan demikian, kemampuan soft skills tercermin dalam perilaku

seseorang yang memiliki kepribadian, sikap, dan perilaku yang dapat

diterima dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 61: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

52

Selaras dengan kemampuan soft skills, maka para peserta didik perlu

dibekali dengan pendidikan kemampuan kewirausahaan

(entrepreneurship) yang andal. Dengan dibekali pengetahuan

kewirausahaan yang memadai, disertai segi-segi praktisnya, para lulusan

mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai, sehingga tidak

merasa kebingungan ketika harus memasuki pasaran kerja.

Freire menekankan, dalam pendidikan perlu dipakai prinsip

konsientisasi yang merujuk pada penguasaan problem diri sendiri dan

situasi di mana peserta didik hidup serta tumbuh kesadaran dalam

menentukan kedudukan, nilai-nilai dan harapan hidup peserta didik

terhadap relasinya dengan dan bersama dunia. Tujuan penerapan prinsip

konsientisasi adalah agar peserta didik tidak menjadi manusia yang

terasing dan terkucilkan dari diri sekaligus lingkungan hidupnya.

Berdasarkan pemikiran Freire tersebut, maka agar pendidikan bisa

lekat dengan masyarakat dan lingkungannya, dapat mempersiapkan

seseorang menuju dunia kerja yang makin sulit, keras, serta membutuhkan

berbagai keahlian yang mendukung, perlu diberikan pendidikan

kewirausahaan.

Mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan perlu diberikan

kepada semua peserta didik dari TK sampai perguruan tinggi. Pelajaran

kewirausahaan harus disajikan secara sistematis dan terstruktur, serta

disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan usia peserta didik. Kemasan

pelajaran haruslah dapat menarik minat peserta didik, dan bukan sekadar

hafalan yang diperlukan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan.

Para wirausaha dapat diundang ke sekolah untuk menerangkan dan

menceritakan kiat-kiat sukses usahanya, yang tentunya memerlukan

perjuangan dan pengorbanan sangat besar. Semangat kerja dan kegigihan

dalam meraih sukses, tentunya merupakan teladan untuk memacu kerja

keras dan mengeliminasi budaya santai yang masih lekat menghinggapi

mayoritas masyarakat.

Kegiatan magang kerja di suatu usaha sangatlah penting untuk

mengerti dunia riil wiraswasta. Para peserta didik bisa melihat langsung

bagaimana praksis dari teori-teori yang telah diperolehnya (mulai aspek

produksi, akuntansi, pemasaran, hingga sumber daya manusia) bisa

Page 62: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

53

diterapkan dalam kegiatan riil. Deviasi antara teori dan praksis tentunya

merupakan kekayaan yang tidak ternilai, dalam kaitannya untuk

pengembangan intelektual dan kematangan memasuki dunia kerja.

Alangkah menariknya jika pendidikan kewirausahaan ditindaklanjuti

dengan praktik di tempat menuntut ilmu. Berbagai gerai perlu didirikan

seperti penjual makanan, simpan pinjam, jasa tiket transportasi, perbankan,

kursus bahasa asing, dan sebagainya. Para peserta didik secara bergantian

mendapat tugas berpraktik di situ, dengan target-target yang telah

ditentukan. Belum lagi, dengan adanya klinik kewirausahaan, para peserta

didik bisa melihat permasalahan yang muncul dan solusi pemecahannya

yang tepat.

Pendidikan kewirausahaan dengan model konsientiasi yang bergerak

dari tataran teoretis dan praktis, tentunya membutuhkan dana yang relatif

besar, juga membutuhkan peran serta para stakeholders. Tentunya sudah

waktunya pihak pemerintah, swasta, dan dunia perbankan turut serta

memajukan dunia pendidikan di Indonesia, agar masyarakat makin cerdas.

Yang lebih penting, bisa mempersiapkan peserta didik memasuki dunia

kerja dengan kualitas prima.

Menurut Prof. Lester C. Thurow dalam bukunya Building Wealth,

tidak ada institusi yang dapat menggantikan peran individu para

entrepreneur sebagai agen-agen perubahan. Sejalan dengan itu founder

Universitas Ciputra, Ir. Ciputra menyatakan bahwa mereka yang paling

siap dan paling mudah untuk dididik dan dilatih kecakapan wirausaha

adalah mereka yang sekarang berada di bangku sekolah. Ir. Ciputra

meyakini bahwa menjadi entrepreneur dapat dipelajari (pendekatan event

studies) dan Indonesia perlu melakukan quantum leap (lompatan kuantum)

dalam mengembangkan kewirausahaan.

Terdapat 3 (tiga) gagasan lompatan kuantum, yaitu:

1. Pada level pendidikan dasar dan menengah harus terdapat kurikulum

yang mengajarkan tentang kewirausahaan.

2. Entrepreneur harus diciptakan dan dikembangkan pada level

pendidikan tinggi.

Page 63: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

54

3. Harus terdapat Gerakan Nasional Kewirausahaan yang dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat agar gerakan ini dapat menjangkau

masyarakat di luar bangku sekolah.

Pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan permintaan ekspor dan

efisiensi industri telah banyak didiskusikan. Potensi yang belum tergarap

adalah kekuatan internal kewirausahaan dan inovasi yang dilandasi

IPTEK. Inovasi diibaratkan bahan bakar, sementara kewirausahaan adalah

mesin. Keduanya menjadi sumber kesempatan kerja, pendapatan dan

kesejahteraan. Kebutuhan pendidikan kewirausahaan semakin relevan

dengan perubahan lingkungan global yang menuntut adanya keunggulan,

pemerataan, dan persaingan. Peranan perguruan tinggi dalam

melaksanakan pembelajaran kewirausahaan menjadi sangat penting.

Dahulu, pola pembelajaran kewirausahaan tidak secara formal

dilembagakan. Bekal motivasi dan sikap mental entrepreneur terbangun

secara alamiah, lahir dari keterbatasan dan semangat survival disertai

keteladanan kerja keras dari dosen atau model contoh. Mahasiswa yang

terlatih tempaan secara fisik dan mental melalui pembiasaan dalam

kehidupan sehari-hari, akan menjadi tangguh untuk mengambil keputusan

dan memecahkan masalah. Peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang ke

tepian, dijiwai benar. Mahasiswa menjadi terlatih melihat sisi positif suatu

sumber daya dan ditransformasikan menjadi manfaat yang nyata.

Pola pengembangan kewirausahaan masa lalu dianggap tidak

sistematik menghasilkan entrepreneur. Entrepreneur lebih ditentukan oleh

bakat atau karakter individu, atau bawaan lahir, tidak atas proses yang

direncanakan. Fenomena sekarang menunjukkan bahwa kewirausahaan

adalah suatu disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Menurut

Ciputra, kompetensi kewirausahaan bukanlah ilmu magic.

Sudah disepakati bahwa wirausaha dapat dibentuk oleh lingkungan

melalui pendidikan dan pelatihan. Bagaimana peran pendidikan dalam

proses pembentukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai

pertanyaan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya

dalam memahami dunia wirausaha, namun ada pendapat yang mengatakan

bahwa seorang wirausaha lebih memiliki street-smart daripada book-

Page 64: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

55

smart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk

belajar dari pengalaman (street-smart) dibandingkan dengan belajar dari

buku dan pendidikan formal (book-smart). Pandangan ini masih perlu

dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar, maka secara tidak

langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa

kewirausahaan melalui jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk

berhasil.

Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini,

menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan

wirausaha. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang

wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada

pendidikan. Namun dia juga tidak menganggap remeh arti pengalaman

bagi seorang wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika

seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman

lapangan. Oleh karena itu, perpaduan antara pendidikan dan pengalaman

adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan wirausaha.

Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa

negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak

universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha

kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat

memberikan pendidikan kewirausahaan. Kebijakan pemerintah Indonesia

yang berpihak pada pengembangan budaya kewirausahaan sudah dimulai

sejak tahun 1995 dan terus berkembang hingga kini. Di awal kebijakan

tersebut Presiden RI saat itu menginstruksikan kepada seluruh masyarakat

dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program

kewirausahaan. Sejak saat itu gerakan pendidikan kewirausahaan mulai

diprogramkan oleh berbagai organisasi, baik organisasi bidang pendidikan

dasar, menengah dan pendidikan tinggi, serta organisasi pemerintah dan

swasta. Melalui gerakan ini diharapkan budaya kewirausahaan dapat

menjadi bagian etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, yang pada

akhirnya dapat dilahirkan wirausaha-wirausaha baru yang andal, tangguh

dan mandiri.

Pendidikan kewirausahaan diawali dengan pembentukan pola pikir

wirausaha dilanjutkan dengan pembentukan perilaku kreatif dan inovatif

Page 65: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

56

agar dapat berkreasi. Kreasi-kreasi yang dapat dihasilkan wirausaha

meliputi creation of wealth, enterprise, innovation, change, employment,

value, dan growth (Morris, Lewis dan Sexton, 1994: 22). Melalui

kemampuan menghasilkan kreasi-kreasi tersebut, maka seseorang dapat

disebut sebagai wirausaha dalam bidang apapun. Sebagai contoh, seorang

business entrepreneur dituntut untuk mampu menciptakan creation of

wealth, enterprise, innovation, employment, value dan growth; sedangkan

seorang intrapreneur sebaiknya memiliki kemampuan creation of

innovation, change, value yang secara tidak langsung akan menumbuhkan

creation of wealth, enterprise, innovation, change, employment, value, dan

growth bagi organisasi di mana seseorang tersebut bergabung/bekerja.

Bagaimana pentingnya pengembangan kewirausahaan dan pendidikan

kewirausahaan bagi bangsa Indonesia kiranya dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Indonesia di awal abad 21 dilihat dari segi jumlah penduduk telah

menjadi negara terbesar kelima di dunia, dengan sebagian besar

penduduknya adalah angkatan kerja, dan sebagian dari jumlah itu

adalah tenaga muda alumni Perguruan Tinggi. Jumlah penduduk yang

besar tersebut bisa saja merupakan potensi apabila berkualitas baik,

tetapi apabila tidak jumlah penduduk yang besar itu akan menambah

bertanya beban pembangunan.

2. Menurut penelitian, terdapat korelasi antara jumlah penduduk yang

berkewirausahaan dan tingkat kemakmuran suatu masyarakat.

3. Telah terbukti tingkat kemajuan dan keterbelakangan suatu negara

tidak terletak pada jumlah penduduk, kekayaan alam, luas wilayah,

warna kulit atau suku bangsa, atau lamanya kemerdekaan yang telah

dialami, tetapi terletak pada kualitas manusianya.

4. Dalam usaha mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa dibutuhkan

wirausaha-wirausaha yang tidak hanya berpendidikan dan

berpengetahuan luas serta menguasai teknologi (Intellectual

Quotient), namun juga perlu memiliki EQ (Emotional Quotient) dan

SQ (Spiritual Quotient).

Page 66: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

57

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia

secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman

dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan

kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-

kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan

dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),

peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan.

Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara

mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan

pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat

diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

1. Pendidikan kewirausahaan terintegrasi dalam seluruh mata

pelajaran

Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di

dalam proses pembelajaran adalah internalisasi nilai-nilai

kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya

diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya

karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke

dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses

pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas

pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran,

selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi)

yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan

peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi

nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini

dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke

dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.

Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan

materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem

penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak

nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-

Page 67: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

58

nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang

sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut

menjadi sangat berat. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai

kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih

sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-

nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan

pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, setiap mata pelajaran

memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling

dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.

Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua

mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok, yaitu:

mandiri,

kreatif,

pengambil risiko,

kepemimpinan,

orientasi pada tindakan,

kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran

dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan,

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang agar

muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk

mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus

yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan

mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu

kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang

akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyusun RPP yang terintegrasi

dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi

RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-

langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai

kewirausahaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan

pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik

Page 68: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

59

mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik

mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya

melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan

pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan

keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui

proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan

kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP

dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah

tercakup di dalamnya.

Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum

di dalam SK dan KD ke dalam silabus.

Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang

memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan

integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.

Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-

nilai kewirausahaan ke dalam RPP.

2. Pendidikan kewirausahaan yang terpadu dalam kegiatan ekstra

kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat

mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh

pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan

berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler

adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta

tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna

untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler

adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat

mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan

Page 69: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

60

kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui

kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Pendidikan kewirausahaan melalui pengembangan diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.

Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter

termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang

dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan

masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan

pengembangan karier, serta kegiatan ekstra kurikuler. Pengembangan

diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan

kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta

didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang

pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat,

kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan

kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar,

wawasan dan perencanaan karier, kemampuan pemecahan masalah,

dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram

dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara

khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara

langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah

yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan

diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat

dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari

sekolah misalnya kegiatan „business day‟ (bazar, karya peserta didik,

dll.).

Page 70: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

61

4. Perubahan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dari teori

ke praktik

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada

pencapaian tiga kompetensi yang meliputi: penanaman karakter

wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih

besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan

dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada

mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait

langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata

pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung

(eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf

tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-

nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan

yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat

dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan ke dalam

bahan/buku ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling

berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses

pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata

mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)

yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan

adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan

dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi,

tugas maupun evaluasi.

6. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melalui kultur

sekolah

Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah di mana

peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru,

konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya,

dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan

nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah

mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,

konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta

Page 71: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

62

didik dan menggunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung

jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan

sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di

lingkungan sekolah).

7. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melalui muatan lokal

Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk

mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah

yang bersangkutan. Oleh karena itu, mata pelajaran muatan lokal

harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai

luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan

lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik

dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan

sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang

berada di lingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi

lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang

memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu

menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan. Integrasi

pendidikan kewirausahaan di dalam MULOK, hampir sama dengan

integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata

pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Cara

menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai

kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi RPP MULOK yang

sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah

pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip

pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan

menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan

bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan

mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan

selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir,

bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk

Page 72: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

63

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan

kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

5.4 Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Bukti nyata kebijakan pemerintah terkait kewirausahaan adalah dengan

memasukkan mata kuliah Kewirausahaan dalam kurikulum pembelajaran,

khususnya di tingkat perguruan tinggi negeri, di mana tingkatan ini

merupakan tahap akhir sebelum para mahasiswa memasuki dunia kerja

yang sebenarnya. Banyaknya pengangguran serta kurangnya minat

berwirausaha menjadi auto kritik terhadap peran perguruan tinggi.

Perguruan tinggi memiliki peran yang besar dan memiliki peluang untuk

menanamkan sikap mental kewirausahaan, sehingga lulusannya tidak

hanya ahli pada suatu bidang akademi namun juga mampu melahirkan

wirausahawan-wirausahawan baru yang siap menjadi pahlawan ekonomi.

Selama ini muncul kritik bahwa perguruan tinggi hanya memberikan ilmu

dan keterampilan tertentu untuk diaplikasikan di sebuah perusahaan yang

sudah mapan. Perguruan tinggi mendidik mahasiswanya untuk menjadi

pencari kerja, lolos seleksi dan wawancara serta bekerja dengan baik di

perusahaan besar dan mendapatkan karier puncak di perusahaan tersebut.

Ketika daya serap perusahaan itu sudah tidak mencukupi untuk

menampung seluruh lulusan perguruan tinggi, maka pengangguran tidak

bisa terelakkan karena para lulusan tidak memiliki pengetahuan untuk

menciptakan lapangan kerja baru. Mahasiswa hanya bisa menciptakan

inovasi-inovasi baru atau pengembangan sebuah produk, namun belum

mampu menjadikannya bernilai secara ekonomi dan bisa dijual di pasar

dalam bentuk produk-produk yang kreatif yang diminati oleh konsumen.

Penting sepertinya kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di

Amerika yaitu MIT (Massachusetts Institute Technology) di mana dalam

kurun waktu tahun 1980-1996 di tengah pengangguran terdidik yang

semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil,

MIT mengubah arah kebijakan perguruan tingginya dari High Learning

Institute and Research University menjadi Entrepreneurial

University. Meskipun banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut

Page 73: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

64

namun selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan

lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan

menyedot 1.1 juta tenaga kerja dan omzet sebesar 232 miliar dolar per

tahun. Sungguh prestasi yang amat sangat spektakuler, sehingga mengubah

kondisi Amerika menjadi negara super power. Kebijakan inilah yang

selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi sukses di dunia.

Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti Amerika dan Eropa

yang hampir seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi

entrepreneurship di setiap mata kuliahnya. Negara-negara di Asia seperti

Jepang, Singapura dan Malaysia juga menerapkan materi-materi

entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-

negara tetangga Indonesia tersebut lebih maju dan melakukan lompatan

panjang dalam kesuksesan pembangunan negaranya.

Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera

mengubah arah kebijakan perguruan tingginya dari High Learning

University and Research University menjadi Entrepreneurial

University atau menyeimbangkan kedua arah kebijakan tersebut, sehingga

arah kebijakan keduanya tercapai, baik yang bersifat High Learning

University and Research University maupun yang bersifat Entrepreneurial

University. Dengan paradigm change tersebut pada akhirnya akan

melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses layaknya ”pahlawan-

pahlawan muda” yang akan mampu membangkitkan bangsa ini dari

berbagai keterpurukan.

Dalam konteks pendidikan kewirausahaan, tampaknya partisipasi

mahasiswa dan kemampuan perguruan tinggi perlu disinergikan, agar

menyediakan layanan sebaik-baiknya dalam pembentukan student

entrepreneur. Dengan demikian, melalui pendidikan dapat direncanakan

kebutuhan jumlah maupun kualitas entrepreneur.

Menurut Eels (1984) dam Mas‟oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain, tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil

menjadi seorang wirausaha, karena memiliki kemampuan penalaran yang

telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana

juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua

sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk

Page 74: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

65

menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan

yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya

kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang

diperlukan berupa pengetahuan keilmuan lengkap.

Perguruan Tinggi sebagai penghasil sumber daya manusia berkualitas,

dituntut untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa dan negara dengan

membentuk manusia-manusia yang cerdas dan berjiwa entrepreneur

mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga bisa menang

dalam persaingan global. Pendidikan kewirausahaan harus dipandang

secara luas dalam teknologi keterampilan yang dapat di ajarkan dan

karakteristik yang dapat membangkitkan motivasi para mahasiswa,

sehingga dapat menolong mereka untuk mengembangkan rencana baru dan

rencana inovatif sebuah usaha bisnis baru.

Bagaimana implementasi pengembangan kewirausahaan di

perguruan tinggi di Indonesia? Program pendidikan kewirausahaan ini

dimasukkan dalam kurikulum dengan kisaran bobot per semester antara 2

sampai 3 SKS, dengan pertemuan/sesi tatap muka di kelas 3 jam per

minggu, sementara dalam sistem politeknik bisa berarti 2 kali 3 jam

pertemuan kelas dalam satu minggu. Pelaksanaan kuliah pun tidak akan

jauh berbeda dengan pengajaran mata kuliah lainnya yaitu dalam bentuk

klasikal pengajaran teori di dalam kelas di mana mahasiswa umumnya

merupakan peserta yang pasif. Padahal dalam setiap proses pembelajaran

supaya efektif, peserta didik atau mahasiswa harus terlibat di dalam

pengalaman belajarnya (American Assembly College of International

Business, dikutip oleh Lawrence dkk., 2005). Selain jumlah jam pertemuan

per minggu yang terbatas yang perlu dipertanyakan, apakah tujuan

pengajaran/pendidikan telah dirumuskan sesuai dengan karakteristik

kewirausahaan yang dijadikan salah satu mata kuliah, sesuaikah dengan

kaidah dari konsep tujuan pendidikan yang dianut? Bagaimanakah

rancangan bentuk kegiatan pembelajarannya, serta evaluasi pengajaran

yang akan diterapkan? Di samping itu bagaimana komitmen perguruan

tinggi yang bersangkutan untuk mengembangkan pendidikan kewirausaha-

an ini? Terakhir bagaimana keterlibatan pemerintah dalam upaya ini serta

program apa saja yang telah dilakukan? Banyak pertanyaan dapat diajukan

Page 75: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

66

dari berbagai sudut penilaian, namun akan dibatasi pada pembahasan

masalah yang berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan, rancangan

serta kandungan aktivitas pembelajaran dari pendidikan kewirausahaan.

Pendidikan tinggi, perlu mengajarkan tiga kompetensi kepada

mahasiswanya, yakni:

menciptakan kesempatan (opportunity creator),

menciptakan ide-ide baru yang orisinal (inovator), dan

berani mengambil risiko dan mampu menghitungnya (calculated risk

taker).

Peran yang dilakukan perguruan tinggi adalah (Vallini and Simoni, 2007):

internalisasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam kurikulum,

peningkatan keterampilan (transfer knowledge) dalam bisnis,

manajemen, dan teknologi,

dukungan berwirausaha (business setup).

Menurut ASHE Higher Education Report (2007), keberhasilan studi

mahasiswa ditentukan oleh dua ukuran, yakni:

jumlah waktu dan upaya mahasiswa terlibat dalam proses

pembelajaran, dan

kemampuan perguruan tinggi menyediakan layanan sumber daya,

kurikulum, fasilitas dan program aktivitas yang menarik partisipasi

mahasiswa untuk meningkatkan aktualisasi, kepuasan dan

keterampilan.

Karakter keilmuan kewirausahaan didesain untuk mengetahui (to

know), melakukan (to do), dan menjadi (to be) entrepreneur. Tujuan

pendidikan to know dan to do terintegrasi di dalam kurikulum program

studi, terdistribusi di dalam matakuliah keilmuan. Integrasi dimaksudkan

untuk internalisasi nilai-nilai kewirausahaan. Dalam tahapan ini, perguruan

tinggi menyediakan matakuliah kewirausahaan yang ditujukan untuk bekal

motivasi dan pembentukan sikap mental entrepreneur. Sementara itu

tujuan to be entrepreneur diberikan dalam pelatihan keterampilan bisnis

praktis. Mahasiswa dilatih merealisasikan inovasi teknologi ke dalam

praktik bisnis.

Page 76: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

67

Gambar 3. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan.

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi telah difasilitasi oleh

Dikti sejak tahun 1997 dengan adanya program pengembangan

kewirausahaan di perguruan tinggi yang menawarkan berbagai kegiatan

yaitu Kuliah Kewirausahaan (KWU), Magang Kewirausahaan (MKU),

Kuliah Kerja Usaha (KKU), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja

(KBPK), dan Inkubator Wirausaha Baru (INWUB). Dalam

perkembangannya Dikti menawarkan program yang dikemas sebagai

program kreativitas mahasiswa (PKM) yang memfasilitasi mahasiswa

untuk berkreasi dalam berbagai bidang meliputi bidang penelitian,

pengabdian kepada masyarakat, penerapan teknologi, artikel ilmiah,

gagasan tertulis, karsa cipta, dan kewirausahaan.

Sejak tahun 2009 Dikti menyediakan skim bagi mahasiswa yang

berminat sebagai job creator melalui Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW). PMW menjembatani para mahasiswa memasuki dunia bisnis riil

melalui fasilitasi start-up business. Sungguh menarik melihat kemauan

pemerintah yang menyediakan dana sebesar Rp. 110 miliar pada tahun

2009 untuk mengembangkan pendidikan kewirausahaan di perguruan

tinggi. Dengan pendidikan kewirausahaan tersebut, diharapkan para

lulusan perguruan tinggi tidak hanya mencari kerja, tetapi bisa sebagai

pencipta lapangan kerja. Kebijakan tersebut dilaksanakan dalam upaya

meningkatkan kualitas lulusan pendidikan tinggi dengan mengimplemen-

Page 77: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

68

tasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerja

sama tim maupun mengembangkan kemandirian dan mengembangkan

usaha melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni. Hal

ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 yang

menyatakan bahwa tujuan pendidikan tinggi antara lain adalah membentuk

insan yang kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berjiwa

wirausaha.

Di lain sisi, aktivitas ekstra kurikuler mahasiswa yang sistematik juga

dapat membangun motivasi dan sikap mental entrepreneur. Pembinaan

mahasiswa dalam berbagai kegiatan minat dan bakat, keilmuan,

kesejahteraan atau keorganisasian lainnya mampu memberikan

keterampilan untuk berwirausaha, dalam pengertian wirausaha bisnis,

wirausaha sosial maupun wirausaha corporate (atau intrapreneur).

Sebagian para tokoh politik, CEO atau komisaris perusahaan besar

dulunya adalah para aktivis mahasiswa. Mahasiswa yang aktif dalam unit

pers (atau koran kampus) juga sukses menjadi wirausaha dalam industri

penerbitan. Mahasiswa tim robotika menjadi tim kreatif jasa industri

permesinan. Mahasiswa teknik informatika menjadi wirausaha software

house. Mahasiswa dalam forum kajian agama menjadi pendakwah.

Mahasiswa pecinta alam menjadi wirausaha jasa outbound.

Perguruan tinggi pada umumnya terdiri dari beberapa fakultas atau

himpunan sumber daya pendukung, yang dapat dikelompokkan menurut

jurusan, yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan akademik,

vokasi, atau profesi dalam satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan/atau olah raga (PP No. 17, 2010). Setiap fakultas atau

jurusan dapat menghasilkan lulusan yang dapat menekuni berbagai profesi

sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari. Profesi yang dihasilkan

perguruan tinggi antara lain guru, dosen, peneliti, akuntan, bankir, ahli

ekonomi, ahli hukum, ahli telekomunikasi, pengacara, teknokrat, arsitek,

dokter, psikolog, dan profesi-profesi lainnya. Saat ini beberapa perguruan

tinggi, menyediakan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib

yang harus diikuti oleh semua mahasiswa dari semua fakultas yang ada di

universitas. Tentunya universitas menyadari bahwa lulusan dari setiap

jurusan/fakultas akan memiliki profesi yang sangat bervariasi. Namun

Page 78: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

69

demikian, semua mahasiswa diwajibkan menempuh mata kuliah

kewirausahaan apapun bidang ilmu yang ditekuninya. Perguruan tinggi

yang demikian itu memiliki pemahaman bahwa pendidikan kewirausahaan

bukanlah pendidikan usaha, sehingga dapat dipelajari oleh semua

mahasiswa dari berbagai bidang ilmu.

Pendidikan kewirausahaan merupakan pendidikan dan pelatihan yang

memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan dan menggunakan

kreativitas mereka, mengambil inisiatif, tanggung jawab dan risiko.

Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan bukan pendidikan usaha

(enterprise education), sehingga pendidikan kewirausahaan tidak hanya

berfokus pada bisnis (UNESCO, 2008). Pendidikan kewirausahaan di

Perguruan Tinggi bukan berarti pendidikan untuk membuka usaha (bisnis),

melainkan harus dimaknai sebagai pendidikan untuk membangun karakter

wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku wirausaha. Luaran

pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat menjadi entrepreneur

atau business entrepreneur dan intrapreneur sebagai academic

entrepreneur, corporate entrepreneur maupun social entrepreneur.

Pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi juga dilakukan

melalui program ekstra kurikuler kompetensi kewirausahaan kepada

mahasiswa. Mahasiswa peserta memperoleh fasilitas materi pelatihan,

magang hingga penyediaan modal untuk praktik bisnis. Aktivitas ekstra

kurikuler mahasiswa yang sistematik juga dapat membangun motivasi dan

sikap mental entrepreneur. Perguruan tinggi dapat mendirikan program

vokasional yang memberikan keterampilan wirausaha, setara diploma atau

kursus. Ada pula program ekstensi yang memberi peluang para wirausaha

untuk kuliah.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha

yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan

pendidikan untuk menunjang kegiatan serta mau belajar untuk

meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh

wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan di sini berarti

pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori

sebagai landasan berpikir.

Page 79: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

70

Perguruan tinggi berperan serta dalam menyejahterakan bangsa,

membangun ekonomi yang kini masih terpuruk. Berdasarkan kondisi

objektif masyarakat, khususnya Perguruan Tinggi sebagai penghasil

sumber daya manusia berkualitas, ternyata masih belum mampu

menghasilkan lulusan yang siap untuk berusaha secara mandiri memulai

usahanya sendiri dan bukan hanya menunggu “diberi pekerjaan” oleh industri. Hal ini di tandai dengan adanya:

angka pengangguran lulusan PT yang cukup tinggi,

kesulitan mencari kerja dengan masa tunggu yang cukup lama,

over supplied lulusan secara kuantitas tetapi under supplied lulusan

secara kualitas,

perilaku jiwa kewirausahaan lulusan masih rendah,

relevansi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja masih kurang,

kecakapan hidup rendah ditandai dengan lemahnya komunikasi verbal

dan memalui media tulis, lemahnya penguasaan bahasa asing dan

lemahnya penggunaan teknologi informasi,

kurang mampu bersaing dengan global,

masih lemahnya jalinan kemitraan dengan dunia industri.

Menurut data Direktorat Jendral Pemuda dan Pendidikan Luar

Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75.3 juta pemuda

Indonesia, 6,6 persen yang lulus sarjana. Dari jumlah tersebut 82 persen

nya bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18

persen yang berusaha sendiri atau menjadi wirausahawan. Padahal

semakin banyak lulusan PT yang menjadi wirausahawan akan dapat

mempercepat pemulihan ekonomi.

Melihat kondisi tersebut, maka perguruan tinggi sudah selayaknya

mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang

mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional

maupun internasional. Maka diperlukan pendidikan berbasis

kewirausahaan yaitu pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan

metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill)

mahasiswanya melalui kurikulum yang terintegrasi. Pendidikan yang

demikian berorientasi pada pembentukan jiwa kewirausahaan

Page 80: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

71

(entrepreneurship) yaitu jiwa keberanian dan kemauan menghadapi

permasalahan hidup dan kehidupan secara wajar, berjiwa mandiri, tangguh

dan berdaya saing, dan berjiwa kreatif untuk mencari solusi dalam

mengatasi permasalahan tersebut.

Keterpaduan yang sinergik antara penguasaan ilmu dan teknologi

(termasuk kejelian menerapkannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat),

keahlian pemasaran (termasuk komersialisasi hasil penelitian dan

pengembangan), keuangan (financial cost) dan manajemen produksi akan

meningkatkan penciptaan dan pertumbuhan wirausaha-wirausaha baru.

Selama ini para akademisi, ilmuwan, perencana maupun peneliti Indonesia

yang terlalu sedikit yang menaruh minat dalam bidang kewirausahaan,

sehingga mengakibatkan sebagian besar dari hasil-hasil penelitian dan

pengembangan hanya bernilai akademis saja dan hanya beberapa produk

penelitian yang bisa dikomersialkan dan dapat Pengembangan memberikan

kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Pengembangan budaya kewirausahaan di Perguruan Tinggi

dilaksanakan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada para

mahasiswa dan juga staf pengajar serta diharapkan menjadi wahana

pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi

dengan jiwa kewirausahaan. Tumbuh kembangnya budaya kewirausahaan

di Perguruan Tinggi diharapkan bahwa hasil-hasil penelitian dan

pengembangan selain bernilai akademis, juga mempunyai nilai tambah

(added value) bagi kemandirian perekonomian daerah maupun nasional.

Demikian pula para lulusan Perguruan Tinggi tidak hanya berorientasi dan

mampu menjadi pekerja saja, tapi juga berorientasi dan mampu bekerja

mandiri, menciptakan usaha baru (startup company) dan mengelola

perusahaan atau industri sendiri, yang tidak tertutup kemungkinannya

menjadi industri atau perusahaan besar. Situasi ini akan membuka peluang

lebih besar bagi terwujudnya Industrial Park yang telah sejak lama

menjadi cita-cita di banyak Perguruan Tinggi. Dengan demikian,

hubungan sinergik antara pengembangan sains dan teknologi dengan

penerapannya untuk kemandirian bangsa Indonesia dalam bidang

teknologi dan ekonomi akan terwujud dengan dukungan penuh Perguruan

Tinggi.

Page 81: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

72

Pengembangan konsep atau ide-ide yang didasarkan pada

pengetahuan baru, metode-metode, desain produk dan produk-produk yang

bisa dikomersialisasikan dapat dilakukan melalui suatu wadah yang

dinamakan inkubator bisnis perguruan tinggi. Jadi Inkubator bisnis

perguruan tinggi merupakan suatu institusi atau tempat untuk

menumbuhkembangkan usaha baru (start-up company) menjadi usaha

kecil dan menengah (UKM) yang berdaya saing, tangguh dan mandiri. Jika

usaha baru tersebut berbasis inovasi/teknologi maka inkubatornya disebut

inkubator teknologi.

Di Indonesia, usaha-usaha untuk menanamkan jiwa dan semangat

kewirausahaan di perguruan tinggi terus digalakkan dan ditingkatkan,

tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa

tertarik untuk berwirausaha. Pada umumnya perguruan tinggi di Indonesia

melakukan hal-hal berikut ini untuk mengembangkan kewirausahaan:

a. Mendirikan Pusat Pengembangan Kewirausahaan, Inkubator

Bisnis, atau UKM Center

Berbagai kampus telah mendirikan unit kerja khusus untuk

pengembangan kewirausahaan dengan berbagai sebutan, seperti

Entrepreneurship Development Center (EDC) dan Inkubator Bisnis di

Universitas Udayana, BSI Entrepreneruship Center (BEC) di Bina

Sarana Informatika Bandung, Pusat Inkubator Bisnis ITB, Koperasi

kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) ITB, Community Business

and Entrepreneurship Development (CDED) di STMB Telkom,

Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, Center for

Entrepreneur Development and Studies (CEDS) di UI, UKM Center

di FEUI, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector

(CECT) di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center

(BEC) di Binus, dan lain-lain. Melalui pusat kewirausahaan

dilaksanakan berbagai program kewirausahaan, baik untuk tujuan

pembenihan, pembinaan, maupun pengembangan usaha.

Page 82: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

73

b. Menyusun kurikulum kewirausahaan

Lembaga pendidikan formal di Indonesia, sekali pun sekolah bisnis,

masih belum berorientasi mencetak wirausaha baru atau membuka

usaha sendiri. Sekolah bisnis yang ada di Indonesia, terlebih pada

tingkat S-2, lebih mengarah pada intrapreneurship daripada

entrepreneurship. Di Indonesia sebetulnya banyak mahasiswa yang

menghasilkan inovasi baru, tapi sayangnya inovasi tersebut tidak

berlanjut menjadi suatu produk atau jasa yang dapat dipasarkan

dengan baik. Ini suatu indikasi belum adanya integrated link serta

belum adanya jiwa dan semangat entrepreneurship pada

penyelenggara perguruan tinggi. Mindset pengelola penyelenggara

pendidikan yang demikian tentu tidak sejalan dengan semangat

penumbuhan kewirausahaan. Kurikulum yang kurang terintegrasi

misalnya bisa dilihat dari kurikulum yang lebih menonjolkan aspek

pengetahuan (cognitive) daripada sikap maupun keterampilan

berwirausaha (attitude). Kondisi yang demikian mengakibatkan

lulusan perguruan tinggi hanya mengerti usaha pada tataran teori.

Kurangnya integrated link antara penyelenggara perguruan tinggi dan

lembaga pembiayaan serta pemasaran menjadikan pengembangan

semangat serta kemampuan berwirausaha lebih sulit.

Mesikpun ketinggalan, perguruan tinggi harus mulai sadar akan

pentingnya kewirausahaan di kampus dan menjadikan mata kuliah

kewirausahaan sebagai hal terpenting yang harus diberikan kepada

mahasiswa. Perguruan tinggi seperti UI, UNDIP, ITB, UNPAD, IPB,

UGM, STT dan STMB Telkom, President University, UKSW,

Paramadina, UNPAR, USU, Univ. Semarang, BSI, BINUS, Tri Sakti,

UNUD dan yang lainnya memberikan materi kewirausahaan tidak

sebatas formalitas belaka. Dalam merumuskan sistem/metode

pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan, perguruan tinggi harus

dengan sungguh-sungguh merancang mata kuliah kewirausahaan

untuk mahasiswanya, dimulai dari pembuatan silabus, satuan acara

pengajaran (SAP), slide presentasi, modul teori, modul praktikum/

praktik, pembuatan buku panduan, dan sebagainya. Rumusan itu

tentunya harus dikerjakan oleh sebuah tim yang benar-benar ahli dan

Page 83: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

74

berpengalaman di berbagai bidang keilmuan. Namun pada umumnya

perguruan tinggi belum melibatkan praktisi/pelaku usaha serta

motivator entrepreneurship sebagai tim penyusun pembelajaran

kewirausahaan, sehingga mata kuliah/materi yang diberikan masih

cenderung kurang aplikatif.

c. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar

jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), dan kebanyakan materinya

di luar materi intrakurikuler yang fungsi utamanya untuk

menyalurkan dan mengembangkan minat dan kemampuan mahasiswa

dalam berwirausaha. Kegiatan ini dapat meliputi tahap motivasi

kewirausahaan, penyusunan business plan, kompetisi business plan,

dan pendampingan usaha untuk perluasan akses pasar dan

permodalan, pameran dan festival wirausaha, dan sebagainya.

d. Membentuk unit usaha mahasiswa

Salah satu kesungguhan perguruan tinggi dalam mewujudkan

mahasiswanya untuk menjadi seorang entrepreneur adalah perlu

membentuk beberapa unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa,

apapun jenis usahanya tentunya harus sesuai dengan kesepakatan

antara mahasiswa dengan institusi kampus. Unit-unit usaha yang

dibentuk ini dapat dijadikan sebagai salah satu pengalaman berharga

bagi mahasiswa sebelum terjun membuka usaha secara mandiri.

e. Meningkatkan kapasitas dosen

Setidaknya perguruan tinggi harus mempersiapkan dosen agar

memiliki kemampuan sebagai berikut:

Mampu memberikan paradigma baru tentang pentingnya

kewirausahaan.

Mampu mengubah/mengarahkan mindset mahasiswa menjadi

seorang yang memiliki jiwa entrepreneurship.

Mampu menginspirasi dan memotivasi mahasiswa agar mandiri.

Mampu memberikan contoh karya nyata kewirausahaan dan

menyuguhkan success story.

Page 84: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

75

Mampu menghasilkan lulusan menjadi entrepreneur atau

intrapreneur sukses.

Program peningkatan kapasitas dosen ini dapat melalui berbagai cara

diantaranya melalui program sebagai berikut:

Program Short course entrepreneurship (program pelatihan

kewirausahaan untuk dosen).

Program seminar/workshop/lokakarya/TOT entrepreneurship.

Program pemagangan dosen di dunia usaha.

Program sarasehan dengan mitra usaha/dunia usaha.

Program pembinaan/pendampingan dosen baru.

f. Membangun sinergi dengan pihak lain

Hal ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi dalam rangka tiga

tujuan, yakni: (1) meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa;

(2) membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa; (3)

membuka peluang kerja sama usaha khususnya untuk mahasiswa/

alumni. Dengan sinergi ini diharapkan mahasiswa terutama dapat

menganalisa dan mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai

gambaran ketika kelak berwirausaha. Untuk mewujudkan mahasiswa/

alumninya sebagai seorang entrepreneur, perguruan tinggi ber-

kewajiban memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam

membuka usaha, salah satunya adalah dengan cara menjadi fasilitator

dan mediator antara mahasiswa dengan dunia keuangan (perbankan/

non-perbankan) dalam hal kemudahan kredit usaha bagi mahasiswa.

Kerja sama ini dapat menjadi trigger bagi mahasiswa untuk

menjadi entrepreneur muda. Tidak sedikit dari mahasiswa

berkeinginan untuk berwirausaha namun terkendala dengan modal

(dana). Kerja sama inilah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi.

g. Entrepreneurship Award

Salah satu pemicu meningkatnya semangat kewirausahaan dari

mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin perlombaan/kejuaraan

kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan

memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu

langkah perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha

Page 85: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

76

mahasiswa. Perlombaan ini dapat berupa business plan atau

entrepreneurial expo.

5.5 Pengembangan Kewirausahaan Melalui Inkubator Wirausaha

Inkubator Wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan

proses inkubasi atau suatu proses pembinaan, pendampingan, dan

pengembangan yang diberikan kepada wirausaha atau calon wirausaha

yang bersedia. Istilah “inkubator” dikenal sebagai suatu alat untuk

membantu bayi yang lahir prematur sehingga bisa hidup normal.

Pemerintah berpandangan bahwa inkubator wirausaha merupakan suatu

wahana yang dapat secara efektif untuk menumbuhkembangkan jiwa

kewirausahaan, kemampuan, jejaring (network), dan wawasan berusaha.

Hal ini sehubungan dengan perlu dikembangkannya wirausaha baru

yang tangguh, kreatif dan profesional untuk meningkatkan daya saing

nasional, karena wirausaha yang seperti itu akan memilki kemampuan

daya saing dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu bahwa selama ini pada

umumnya wirausaha yang ada masih berorientasi lokal dan belum

sepenuhnya mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi

entrepreneurship serta belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi tepat

guna.

Di beberapa negara termasuk negara maju sekalipun, Jepang, Korea

dan China sistem Inkubator Wirausaha (sering juga disebut inkubator

bisnis) telah dianggap berhasil dan sangat dirasakan manfaatnya oleh

pemerintah dengan naiknya jumlah dan nilai komoditas ekspor dan

semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Bahkan di Jepang,

Inkubator Wirausaha melakukan pembimbingan dan pembinaan dalam

continuous improvement atau Kaizen sehingga para wirausahawan dapat

berkembang lebih dinamis dan memiliki kemampuan untuk mengatasi

berbagai permasalahan yang dihadapi. Di Jepang dan Korea telah terbukti

bahwa dengan sistem Inkubator Wirausaha dapat menumbuhkan wirausaha

baru dan mampu menyerap tenaga kerja yang signifikan.

Di Korea, pemerintahnya memberikan dukungan kebijakan dalam 3

program untuk menumbuhkan Inkubator Wirausaha; yaitu di bidang

Page 86: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

77

Lokasi, Pendanaan, serta Teknologi dan SDM. Sebagai contoh program di

bidang Lokasi, diluncurkannya kebijakan deregulasi batas lokasi serta

pengecualian pajak lokasi, di bidang Pendanaan diluncurkannya kebijakan

diversifikasi sumber pendanaan, serta di bidang Teknologi dan SDM

diberikannya pendanaan terhadap pengembangan teknologi.

Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengikuti jejak

keberhasilan negara-negara yang mengembangkan inkubator wirausaha

dengan diterbitkannya Peraturan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2013

tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha tertanggal 11 April 2013.

Dengan dikeluarkannya kebijakan seperti itu, maka sebenarnya sudah

terbuka peluang bagi para ahli, praktisi, serta akademisi untuk berperan

aktif serta mengambil manfaat bagi pengembangan wirausaha maupun

pengembangan bagi para penyelenggara itu sendiri. Selain itu bagi para

penyelenggara terbuka lebar kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak

asing (luar negeri). Dalam perkembangannya akan tumbuh keyakinan

bahwa nantinya bangsa Indonesia akan memilki kemampuan untuk

bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam

penciptaan pengembangan wirausaha baru melalui inkubator wirausaha:

1. Tujuan

Tujuan inkubator wirausaha adalah menciptakan dan mengembangkan

usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi

serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik

dalam menggerakkan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Sasaran

Sasaran inkubator wirausaha adalah:

a) penumbuhan wirausaha baru dan penguatan kapasitas wirausaha

pemula (start-up) yang berdaya saing tinggi;

b) penciptaan dan penumbuhan usaha baru yang mempunyai nilai

ekonomi dan berdaya saing tinggi;

c) peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Page 87: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

78

d) peningkatan aksesibilitas wirausahawan atau calon wirausaha-

wan untuk mengikuti program Inkubasi;

e) peningkatan kemampuan dan keahlian pengelola Inkubator

Wirausaha untuk memperkuat kompetensi Inkubator Wirausaha;

dan

f) pengembangan jejaring untuk memperkuat akses sumber daya

manusia, kelembagaan, permodalan, pasar, informasi, dan

teknologi.

3. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, inkubator wirausaha diharapkan mampu

memfasilitasi dan memberikan pelayanan dalam hal: penyediaan

ruang, sarana dan prasarana, bimbingan dan konsultasi, penelitian,

pengembangan usaha serta akses penggunaan teknologi, pelatihan dan

peningkatan keterampilan, akses pendanaan, penciptaan jaringan

(network) dan kerja sama, serta manajemen HAKI (Hak Kekayaan

Intelektual). Para wirausaha dan calon wirausaha memilki kesempatan

untuk mendapatkan bimbingan, pembinaan, pelatihan, penggunaan

teknologi, serta kemudahan lain dari para ahli, praktisi, serta

akademisi.

4. Penyelenggara

Pihak Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan/atau

masyarakat dapat menjadi penyelenggara Inkubator Wirausaha. Hal

ini juga memungkinkannya pihak institusi pendidikan dalam format

pengabdian pada masyarakat untuk menjadi Inkubator Wirausaha

yang menerapkan latar belakang keilmuannya untuk pengembangan

wirausaha. Pengembangan wirausaha di Indonesia saat ini lebih

banyak dilaksanakan oleh Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi.

Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha oleh dunia usaha atau

masyarakat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Berbentuk badan usaha.

b) Memiliki sumber daya manusia pengelola yang memadai.

c) Mempunyai sumber pendanaan yang jelas dan berkelanjutan.

d) Memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

Page 88: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

79

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendirian Inkubator

Wirausaha di mana Inkubator Wirausaha dalam penyelenggaraan

program Inkubasi, memfasilitasi dan memberikan pelayanan berupa:

a) Penyediaan ruang kerja.

b) Dukungan fasilitas perkantoran.

c) Bimbingan dan konsultasi usaha.

d) Bantuan penelitian dan pengembangan usaha serta akses

penggunaan teknologi.

e) Pelatihan dan pengembangan keterampilan.

f) Akses pendanaan.

g) Penciptaan jaringan usaha dan kerja sama.

h) Manajemen atas Hak Kekayaan Intelektual.

5. Peserta

Perorangan atau Badan Usaha dapat menjadi Peserta Inkubasi

(Tenant), dan untuk dapat mengikuti seleksi calon Peserta Inkubasi

(Tenant) yang berasal dari perseorangan, paling kurang memenuhi

persyaratan sebagai berikut: memiliki proposal bisnis yang prospektif;

dan memiliki potensi dan kemampuan kewirausahaan. Sedangkan

untuk dapat mengikuti seleksi calon Peserta Inkubasi (Tenant) yang

berasal dari Badan Usaha, paling kurang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a) Memiliki proposal bisnis yang prospektif.

b) Memiliki potensi dan kemampuan kewirausahaan.

Calon Peserta Inkubasi (Tenant) yang lulus seleksi untuk mengikuti

program Inkubasi, menandatangani surat perjanjian Inkubasi dengan

penyelenggara Inkubator Wirausaha. Kemudian Program Inkubasi

diutamakan bagi perseorangan dan/atau badan usaha yang sedang

memulai usaha (startup). Jangka waktu program Inkubasi Peserta

Inkubasi (Tenant) paling lama 3 (tiga) tahun. Jangka waktu program

Inkubasi dapat diperpanjang oleh penyelenggara Inkubator Wirausaha

paling lama 1 (satu) tahun dengan mempertimbangkan sifat (nature)

dan prospek bisnis yang diinkubasi.

Page 89: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

80

6. Pendanaan

Pendanaan untuk penyelenggaraan Inkubator Wirausaha dapat

diperoleh dari: calon peserta inkubasi (tenant); Inkubator Wirausaha

yang bersangkutan; masyarakat; Pemerintah pusat; Pemerintah

Daerah; dan/ atau sumber lain yang sah menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan.

7. Koordinator

Pelaksanaan pengembangan Inkubator Wirausaha, dikoordinasikan

oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Untuk membantu

pelaksanaan koordinasi, dapat dibentuk Kelompok Kerja yang

susunan keanggotaan dan tugasnya ditetapkan oleh Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian.

Gambar 4. Pengembangan Kewirausahaan Melalui Inkubator

Wirausaha.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak adalah

tentang evaluasi hasil dari proses pelaksanaan inkubator wirausaha, yang

nantinya menggambarkan tentang keberhasilan pelaksanaan dan

keberhasilan wirausaha itu sendiri, bahwa perlu dilakukan monitoring

terhadap aspek PQCDSME (Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety,

Moral, dan Environment) sebelum dan sesudah pelaksanaan inkubasi. Hal

ini belum tersirat secara detail di dalam kebijakan pemerintah tersebut,

sehingga pihak Kementerian Koperasi dan UKM yang memiliki tanggung

Page 90: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

81

jawab dalam penetapan norma, standar, prosedur, serta kriteria dalam

penyelenggaraan Inkubator Wirausaha perlu mengembangkan perangkatan

untuk evaluasi hasil.

Berbagai kementerian dan lembaga di Indonesia menyediakan

program insentif kepada pengusaha pemula melalui inkubator wirausaha,

seperti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian

Koperasi dan UKM, Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Kementerian

Koordinator Perekonomian, Kementerian Tenaga Kerja, Bank Indonesia,

dan sebagainya.

Pada gambar berikut ini disajikan contoh pengelolaan program

pendidikan dan pengembangan kewirausahaan di Universitas Udayana

Denpasar.

Gambar 5. Manajemen Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan

di Universitas Udayana Denpasar.

Dari Gambar 5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa Universitas

Udayana menyiapkan dua unit kerja untuk menangani program

kewirausahaan, yaitu Entrepreneurship Development Center (EDC) untuk

tahap pembenihan dan penempaan. EDC berada dibawah pengawasan

Wakil Rektor III (bidang Kemahasiswaan). Selanjutnya mahasiswa

wirausaha dan alumni yang produknya telah memasuki pasar, dibina lebih

Page 91: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

82

lanjut di Inkubator Bisnis untuk tahap pengembangan usaha. Inkubator

Bisnis merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah Lembaga

Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM).

5.6 Penyebab Kegagalan Pendidikan Kewirausahaan

Seperti diketahui, gerakan kewirausahaan sudah dilakukan pemerintah

sejak 12 tahun lalu. Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun

1995 mencanangkan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan

Membudayakan Kewirausahaan. Tujuannya untuk menumbuhkan budaya

kreatif, inovatif, di masyarakat, baik di kalangan dunia usaha, pendidikan,

maupun aparatur pemerintah. Namun, dalam perjalanannya, gerakan

tersebut kurang mendapat dukungan. Program yang dijalankan pemerintah

dalam mengimplementasikan Inpres tersebut malah salah arah. Contohnya

program Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3) dari

Departemen Pendidikan Nasional; serta Tenaga Kerja Pemuda Mandiri

Profesional (TKPMP) dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Banyak sarjana peserta program TKPMP ataupun SP3 setelah proyek

selesai, tidak menjadi wirausaha, tetapi kembali menjadi pencari kerja.

Setidaknya terdapat tiga hal yang menghambat perkembangan minat

lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha, yaitu: Pertama,

persoalan mindset (pola pikir). Banyak sarjana yang masih berpikir sebagai

pencari kerja, bukan pencipta kerja. Kedua, persoalan kurikulum

kewirausahaan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas. Hal

tersebut terlihat dari kurang banyaknya perguruan tinggi yang

menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan. Jika ada, kurikulumnya

belum terintegrasi dengan baik. Kurikulum yang kurang terintegrasi

misalnya bisa dilihat dari kurikulum yang lebih menonjolkan aspek

pengetahuan (cognitive) daripada sikap maupun keterampilan

berwirausaha (attitude). Kondisi demikian mengakibatkan lulusan

perguruan tinggi hanya mengerti usaha pada tataran teori.

Kurangnya integrated link antara penyelenggara perguruan tinggi dan

lembaga pembiayaan serta pemasaran menjadikan pengembangan

semangat serta kemampuan berwirausaha lebih sulit. Lebih ironis lagi,

Page 92: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

83

sekolah bisnis di Indonesia belum berorientasi mencetak wirausaha baru

atau membuka usaha sendiri. Sekolah bisnis yang ada di Indonesia,

terlebih pada tingkat S-2, lebih mengarah pada intrapreneurship dari pada

entrepreneurship. Hal ini dapat dilihat misalnya mayoritas mahasiswa

sekolah bisnis berasal dari karyawan perusahaan besar. Artinya, target

pasar sekolah bisnis masih pada karyawan perusahaan besar dan bukan

individu yang ingin menjadi pengusaha. Mindset pengelola penyelenggara

pendidikan yang demikian tentu tidak sejalan dengan semangat

penumbuhan kewirausahaan.

Jika dibandingkan, kurikulum kewirausahaan di perguruan tinggi

Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan universitas-universitas

terkemuka di Kanada, Amerika, dan Jepang. Di Jepang, misalnya, hasil

kreasi mahasiswa tentang suatu produk dikembangkan dan didorong oleh

penyelenggara perguruan tinggi dengan menghubungkannya pada lembaga

keuangan (modal ventura) serta pasar yang akan menerima produk

tersebut. Di Indonesia sebetulnya banyak mahasiswa yang menghasilkan

inovasi baru, tapi sayangnya inovasi tersebut tidak berlanjut menjadi suatu

produk atau jasa yang dapat dipasarkan dengan baik. Ini suatu indikasi

belum adanya integrated link serta belum adanya jiwa dan

semangat entrepreneurship pada penyelenggara perguruan tinggi.

Faktor ketiga yang menghambat perkembangan minat lulusan

perguruan tinggi untuk berwirausaha adalah kurangnya kesungguhan dari

pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam menciptakan wirausaha dari

kalangan mahasiswa. Hal ini terlihat dari masih rendahnya dorongan bagi

sarjana agar berwirausaha, serta terbatasnya dukungan permodalan dan

peluang pasar bagi wirausaha baru.

Pengembangan kewirausahaan bagi generalis muda (mahasiswa dan

sarjana) memerlukan dukungan yang lebih serius dan berkelanjutan dari

lembaga pendidikan dan para pemangku kepentingan.

Page 93: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

84

Gambar 6. Dukungan Pemangku Kepentingan.

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi berkaitan dengan

membangun karakter wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku

wirausaha yang selalu kreatif dan inovatif, menciptakan nilai tambah atau

nilai-nilai baik (values), memanfaatkan peluang dan berani mengambil

risiko. Untuk menghadapi tantangan masa depan yang sangat kompetitif,

diperlukan perilaku kewirausahaan pada semua bidang pekerjaan atau

profesi. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan dapat dilaksanakan di

perguruan tinggi dan diberlakukan kepada semua mahasiswa tanpa

memandang bidang ilmu yang dipelajari, karena pendidikan

kewirausahaan bukan pendidikan bisnis.

Page 94: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

85

6. SINERGITAS DALAM PENGEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN

6.1 Pengertian Sinergi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sinergi” bisa didefinisikan sebagai kegiatan atau operasi gabungan. Sinergi juga bisa dimaknai

sebagai bentuk kerja sama yang dihasilkan melalui kolaborasi masing-

masing pihak tanpa adanya perasaan kalah. Merujuk pada definisi tersebut,

ciri khas sinergi adalah keragaman atau perbedaan, bukan keseragaman.

Mengingat bermodalkan keragaman atau perbedaan, maka sinergi adalah

saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil yang lebih

besar daripada jumlah per bagian. Sinergi membangun dan memastikan

hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang

harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya

yang bermanfaat dan berkualitas. Tujuan Sinergi adalah memengaruhi

perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan,

melalui dialog dengan semua golongan, di mana persepsi, sikap dan opini

sangat penting bagi tercapainya kesuksesan.

Konsep bersinergi diantaranya berorientasi pada hasil dan positif,

perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigma, saling kerja

sama dan tujuan sama serta adanya kesepakatan, dan diusahakan seefektif

mungkin serta merupakan suatu proses. Bersinergi juga berarti saling

menghargai perbedaan ide, pendapat, dan bersedia saling berbagi. Dengan

demikian, bersinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir

menang-menang dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa

dirugikan. Pada akhirnya, bersinergi bertujuan memadukan bagian-bagian

yang terpisah. Sinergi membutuhkan proses, sehingga tidak bisa dilakukan

secara instan.

Meski menyatukan perbedaan yang ada, sinergi berbeda dengan

kompromi. Kompromi adalah model dalam mencari jalan keluar dengan

masing-masing pihak menurunkan egonya. Meski sama-sama menang dan

tidak ada yang kalah, namun harga tawarnya menjadi berkurang.

Sementara, sinergi lebih membicarakan jalan keluar yang baik bagi semua

pihak tanpa merugikan harga.

Page 95: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

86

Sinergitas berasal dari kata sinergi, dapat disebut pula dengan

sinergisme ataupun sinergisitas. Covey mengartikan sinergisitas sebagai:

“Kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar daripada dikerjakan sendiri sendiri”. Selain itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang

lebih unggul. Oleh sebab itu, sinergisitas dalam pembangunan berarti

keterpaduan berbagai unsur pembangunan yang dapat menghasilkan

keluaran lebih baik dan lebih besar. Covey menambahkan sinergisitas akan

mudah terjadi bila komponen-komponen yang ada mampu berpikir sinergi,

terjadi kesamaan pandang dan saling menghargai.

Sinergitas merupakan proses memadukan beberapa aktivitas dalam

rangka mencapai satu hasil yang berlipat. Sinergitas memang banyak

digunakan, namun ada pula yang menyebutnya dengan Sinergisme. Untuk

menggambarkan kelipatan hasil dari sinergitas, kita gunakan pendekatan

matematika. Jika masing-masing aktivitas secara terpisah memberikan

output masing-masing 1 hasil, sehingga secara total menghasilkan 2 hasil,

maka ketika Aktivitas I + Aktivitas II dilakukan terpadu dan dapat

mengeluarkan output > 2 hasil, misalnya menjadi 3 hasil atau 4 hasil.

Aktivitas terpadu tersebut disebut bersinergi. Keterpaduan 2 aktivitas

tersebut tentunya tidak selalu dikerjakan bersamaan, tetapi sangat

tergantung karakteristik dari masing-masing aktivitas. Apabila 2 aktivitas

tersebut bersifat komplementer, maka memang harus dilakukan

bersamaan, karena keduanya saling isi-mengisi. Tetapi apabila 2 aktivitas

tersebut bersifat substitusi, maka aktivitasnya tidak harus bersamaan, tetapi

dapat saling menggantikan, atau bergiliran.

Sebuah produk akhir yang dilakukan dengan model ban berjalan,

aktivitas masing-masing disinergikan oleh ban berjalan, dan aktivitas

keseluruhannya dapat digolongkan berkarakter komplementer. Sementara

itu, apabila produk akhirnya dikerjakan di tempat yang statis, tetapi justru

pekerjanya yang saling berganti dalam periode waktu tertentu, katakanlah

setiap 2 jam, maka aktivitas masing-masing pekerja disinergikan oleh

periode waktu, dan aktivitas keseluruhan dapat digolongkan berkarakter

substitusi.

Page 96: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

87

Contoh sinergitas beberapa aktivitas yang berkarakter komplementer

ditemukan antara lain pada industri mobil, industri makanan/minuman,

serta industri elektronik. Masing-masing pekerja berada di suatu tempat

tertentu untuk mengerjakan satu komponen tertentu masing-masing yang

terhubung oleh ban berjalan. Di ujung awal ban berjalan dikerjakan

komponen awal, sementara di ujung akhir ban berjalan dikerjakan

komponen akhir, yang berarti produk secara utuh terselesaikan di ujung

akhir ban berjalan ini.

Kunci untuk tercapainya sinergitas adalah koordinasi dan kerja sama,

sebab tanpa koordinasi dan kerja sama pasti berat sekali untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan. Koordinasi berasal dari kata bahasa

Inggris coordination yang berarti being co-ordinate, yaitu adanya

koordinat yang bersamaan dari dua garis dalam bidang datar yang dapat

diartikan bahwa dua garis yang berpotongan pada koordinat tertentu.

Koordinasi adalah penyerasian yang teratur usaha-usaha untuk

menyiapkan jumlah yang cocok menurut mestinya, waktu dan pengarahan

pelaksanaan hingga menghasilkan tindakan-tindakan harmonis dan terpadu

menuju sasaran yang telah ditentukan (George R. Terry). Sebagaimana

pengertian sinergi, koordinasi itu juga kata yang mudah diucapkan, tetapi

sulit diterapkan. Oleh karena itu, dari pengertian sinergi dan koordinasi,

kiranya dapat dijelaskan bahwa bagian-bagian atau kegiatan-kegiatan yang

secara kooperatif berinteraksi, bermakna integrasi, sedangkan produktif

bermakna efektif dan efisien. Dengan demikian, sinergi memberi makna

atau arti yang relatif dianggap sama dengan koordinasi. Jadi tidak salah

apabila koordinasi = sinergi.

Dari beberapa pengertian sinergi tersebut dapat diketahui orientasi

konsep bersinergi antara lain:

Berorientasi pada hasil dan positif.

Perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigm

kebersamaan.

Saling bekerja sama dan bertujuan yang sama.

Melalui sinergi, kerja sama dari paradigma yang berbeda akan

mewujudkan hasil lebih besar dan efektif sehubungan proses yang dijalani

Page 97: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

88

menunjukkan tujuan yang sama. Bersinergi berarti saling menghargai

perbedaan ide, pendapat dan bersedia saling berbagi. Bersinergi tidak

mementingkan diri sendiri, namun berpikir menang-menang dan tidak ada

pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan. Bersinergi bertujuan

memadukan bagian-bagian yang terpisah.

6.2 Sinergi Triple Helix

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa data BPS menunjukkan masih

terjadi gap yang cukup besar antara pencari kerja terdaftar usia produktif

dengan penempatan atau pemenuhan tenaga kerja. Fenomena ini muncul

karena masyarakat Indonesia, khususnya usia produktif belum mampu

mengubah paradigma berpikir dari orientasi sebagai job seeker (pencari

kerja) menjadi job creator (pencipta lapangan kerja). Jumlah penduduk

Indonesia yang begitu besar serta usia produktif yang banyak merupakan

suatu potensi lahirnya wirausaha-wirausaha muda dengan dukungan dari

berbagai pihak.

Pemerintah lewat Perguruan Tinggi memiliki peran sentral untuk

memberikan pendidikan dan bekal ilmu yang tidak hanya semata bersifat

teoritik, tetapi juga sangat diperlukan dukungan spirit kewirausahaan,

selain juga memberikan gambaran peta perekonomian yang up to date.

Dari gambaran tersebut, dapat diartikan bahwa keberadaan kewirausahaan

sebagai sebuah spirit menjadi suatu hal yang mendesak di Indonesia,

terkait dengan fenomena hyper competition (persaingan yang semakin

kompetitif) di lingkungan bisnis dan perubahannya yang tidak pasti. Di sisi

lain, masih tingginya angka pengangguran terbuka di Indonesia termasuk

oleh mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi menjadi perhatian

serius dari para pemangku kepentingan dalam hal ini: Pemerintah, pelaku

industri dan akademisi Perguruan Tinggi yang kemudian disebut sebagai

sistem Triple Helix. Karena terdiri dari unsur Academic, Business and

Government, sinergi ini sering disebut sinergi ABG. Ada pendapat yang

mengatakan bahwa bukan hanya akademisi saja yang berperan dalam

pengembangan kewirausahaan, melainkan juga kaum intelektual yang

tidak hanya terdapat di perguruan tinggi tetapi juga di seluruh lapisan

Page 98: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

89

masyarakat. Oleh karena itu, sebagian orang menyebutnya sebagai sinergi

BIG (Business, Intellectual, dan Government).

Upaya pengembangan budaya kewirausahaan diharapkan tidak saja

mampu mengubah paradigma berpikir dari job seeker ke job creator,

melainkan juga memperbaiki kualitas pelaku ekonomi Indonesia yang

mengedepankan kreativitas dan inovasi. Tugas ini tidak dapat dibebankan

pada salah satu unsur saja, melainkan memerlukan sinergitas dari multi

pihak. Kolaborasi Triple Helix diharapkan mampu berperan sebagai

penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang

vital bagi proses pengembangan budaya kewirausahaan yang saling

bersinergi.

Gambar 7. Triple Helix - ICT Technology Network. Sumber: ICT Technology Network.

Teori mengenai Triple Helix pada awalnya dipopulerkan oleh

Etzkowitz dan Leydersdorff sebagai metode pembangunan kebijakan

berbasis inovasi. Teori ini menekankan pentingnya penciptaan sinergi tiga

kutub yaitu intelektual, bisnis dan pemerintah. Tujuan dari teori ini adalah

Page 99: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

90

pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan. Dari

sinergi ini diharapkan terjadi sirkulasi ilmu pengetahuan berujung pada

inovasi yang memiliki potensi ekonomi atau kapitalisasi ilmu pengetahuan

(knowledge capital).

Triple Helix sebagai aktor utama harus selalu bergerak melakukan

sirkulasi untuk membentuk knowledge spaces, consensus space, dan

innovation spaces. Sirkulasi ini selalu berusaha menciptakan kebaruan

(inovasi) dan inovasi sering mengubah struktur yang telah ada, atau

Destruksi Kreatif (Joseph Schumpeter, 1934) yang berarti, munculnya

inovasi baru di dalam industri akan menggusur industri-industri lama yang

tidak kreatif dan tergantikan dengan industri yang lebih kreatif.

Gambar 8. Triple Helix

Page 100: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

91

1. Ruang Ilmu Pengetahuan (knowledge space)

Di sini individu-individu dari berbagai disiplin ilmu mulai

terkonsentrasi dan berpartisipasi dalam pertukaran informasi, ide-ide

dan gagasan-gagasan. Wacana-wacana dan konsepsi tumbuh subur

dan senantiasa dimantapkan.

2. Ruang Konsensus (consensus space)

Di sini mulai terjadi bentukan-bentukan komitmen yang mengarah

pada inisiatif tertentu dan proyek-proyek, pembentukan perusahaan-

perusahaan baru. Diperkuat pula oleh sirkulasi informasi yang

kredibel dan netral sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan

individu-individu yang bersangkutan hingga menjadi dukungan-

dukungan terhadap konsensus.

3. Ruang Inovasi (innovation space)

Di sini inovasi yang tercipta telah terformalisasi dan bertransformasi

menjadi knowledge capital, berupa munculnya realisasi bisnis,

realisasi produk baru, partisipasi dari institusi finansial (misalnya,

Seed Capital, Angel Capital, Venture Capital) dan dukungan

pemerintah berupa insentif, penegakan hukum yang tegas terhadap

pelanggaran HKI, dan sebagainya.

Peran setiap unsur yang bersinergi dalam pengembangan

kewirausahaan (sinergia BIG), dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Business (bisnis)

Aktor bisnis merupakan pelaku usaha, investor dan pencipta

teknologi

Page 101: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

92

2. Pembentuk Komunitas dan Entrepreneur kreatif, yaitu sebagai

motor yang membentuk ruang publik tempat terjadinya sharing

pemikiran, mentoring yang dapat mengasah kreativitas dalam

melakukan bisnis di industri kreatif, business coaching atau

pelatihan manajemen pengelolaan usaha di industri kreatif.

Dalam menjalankan perannya, bisnis dituntut untuk

menggunakan kemampuan konseptual yang tinggi, mampu

menciptakan variasi baru berupa produk dan jasa, mahir

berorganisasi, bekerja sama, berdiplomasi (semangat kolaborasi

dan orkestrasi), tabah menghadapi kegagalan yang dialami,

menguasai konteks teknikal dan kemampuan perencanaan

finansial.

2. Intellectuals (Intelektual)

Intelektual di sini memiliki peran sebagai agen yang menyebarkan

dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi,

serta sebagai agen yang membentuk nilai

Page 102: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

93

semangat disipliner dan eksperimental tinggi, menghargai

pendapat yang berseberangan (empati dan etika), mampu

memecahkan masalah secara kreatif, menjalankan observasi yang

bersifat lintas sektoral, menggunakan teknologi ICT dengan

fasih, menjadi anggota forum pengayaan ilmu pengetahuan dan

seni baik secara nasional maupun internasional, formal maupun

non

Page 103: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

94

penciptaan kota kreatif (creative city), yang mampu

mengakumulasi dan mengonsentrasikan energi dari individu

Page 104: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

95

Dalam model Triple Helix I peran pemerintah mendominasi

pihak lainnya (lingkaran spiral) lain. Perkembangan sistem inovasi

dan kemitraan dan kelembagaan dikendalikan oleh pemerintah.

Pemerintah sebagai mediator dalam mengatur hubungan industri,

transfer teknologi dan peraturan institusional.

2. Triple Helix II, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 10

didefinisikan sebagai suatu sistem komunikasi yang terdiri dari

operasi pasar, inovasi teknologi yang memengaruhi perubahan di

masa depan dan kontrol antarmuka. Antarmuka fungsi-fungsi yang

berbeda ini beroperasi dalam modus terdistribusi untuk menghasilkan

bentuk-bentuk baru komunikasi seperti dalam transfer teknologi yang

berkelanjutan atau dalam undang-undang paten.

Gambar 10. Model Triple Helix II - Model Laizzes Faire.

Sumber : Taufik, 2010.

Model Triple Helix II terdiri atas tiga lingkaran kelembagaan

yang terpisah dengan garis batas yang kuat, dan hubungan antara

lingkaran tersebut sangat terbatas. “Ketegasan” peran secara “tradisional” mencirikan model ini. Misalnya, peran perguruan tinggi

adalah menyediakan SDM (melalui pendidikan tinggi secara formal)

dan lebih banyak melaksanakan riset dasar. Sementara itu peran

pemerintah dibatasi oleh “kaidah” umum intervensi menurut pandangan arus utama ekonomi (mainstream economics), yaitu

mengatasi kegagalan pasar.

Page 105: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

96

3. Model Triple Helix III

Gambar 11 mengungkapkan perkembangan pola kemitraan yang

kompleks dan dinamis antara ketiga aktor utama sistem inovasi. Para

aktor berperan dalam penciptaan infrastruktur pengetahuan dalam

bentuk lingkaran spiral yang tumpang-tindih (overlapping), di mana

setiap lingkaran mengambil peran pihak lainnya dan pada

antarmukanya berkembang organisasi-organisasi hibrida (hybrid

organization).

Gambar 11. Model Triple Helix III - Model Organisasi Hibrida. Sumber : Taufik, 2010.

Dalam Triple Helix III, kelembagaan universitas, industri, dan

pemerintah, di samping melakukan fungsi-fungsi tradisional mereka,

masing-masing juga menggunakan peran pihak lain, antara lain

dengan menggunakan jasa universitas untuk menumbuhkan industri,

atau melihat kuasi-peran pemerintah sebagai pengelola inovasi lokal

dan regional.

Beberapa fitur penting dalam model Triple Helix III adalah terutama

pada (Taufik, 2010):

Transformasi hubungan perguruan tinggi – industri – pemerintah

dalam menghasilkan pengetahuan. Peran pihak yang terlibat

Page 106: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

97

dalam hubungan ini terintegrasi dalam “aliran pengetahuan” melalui intermediaries.

Interaksi rekursif. Hubungan antarpihak lebih merupakan proses

yang terus-menerus berkembang.

Peran dan batasan yang “kabur” (fuzzy border) antara berbagai

aktor. Perguruan tinggi misalnya turut mengambil peran

pengembangan kewirausahaan (entrepreneurial), sebaliknya

swasta juga turut berperan dalam dimensi akademis.

Tingkat analisis mikro dalam konteks kelembagaan

(institusional). Kelembagaan dalam hal ini bukan saja

menyangkut “organisasi”, tetapi juga hubungan, interaksi, dan peraturan/kebijakan, serta hal lain yang memengaruhinya.

Menurut pandangan Leydesdorff dan Etzkowitz sebagaimana yang

dikutip oleh Taufik (2010), Triple Helix pada intinya merupakan suatu

model untuk menganalisis inovasi dalam suatu ekonomi berbasis

pengetahuan. Konsep atau pendekatan yang telah disampaikan dapat terus

diperluas sesuai dengan dinamika perubahan dan konteksnya. Lebih lanjut,

Taufik (2010) mengemukakan bahwa perkembangan perspektif bentuk dan

hubungan antar berbagai aktor dalam inovasi tidak terjadi begitu saja

melainkan terbentuk atau terbangun dalam evolusi sosial, teknik dan

ekonomi dari masyarakat modern yang cenderung mengubah diri mereka

dan berinteraksi di antara mereka dengan penataan ulang konfigurasi yang

pada gilirannya akan membentuk suatu tipologi kemitraan sebagai fungsi

komunikasi dan koordinasi antara lembaga-lembaga yang terkait.

Dalam konteks program pengembangan budaya kewirausahaan,

upaya bersama ini dapat tergambar pada Tim Koordinasi Nasional

Pengembangan Wirausaha Kreatif di Kementerian Koordinator

Perekonomian RI, mendorong pengembangan kewirausahaan nasional

melalui tiga jalur terpadu Tri Tunggal Kewirausahaan yaitu Pembenihan,

Penempaan dan Pengembangan, Joewono (2011):

1. Tahap Pembenihan

Pembenihan kewirausahaan dimaksudkan untuk menanamkan atau

mencangkokkan benih kewirausahaan pada target group yang

Page 107: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

98

potensial menjadi wirausaha. Pembenihan dilakukan melalui

kampanye terpadu above the line dan below the line menggunakan

media massa dan beragam pertemuan dengan audient berjumlah

banyak. Pembenihan dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan

tekad para calon wirausaha agar termotivasi untuk memulai bisnis

baru. Kegiatan pembenihan kewirausahaan yang dilakukan antara lain

penyelenggaraan Creative Entrepeneur Dialog pada bulan Desember

2010 dan Pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional pada bulan

Februari 2011 bertempat di SMESCO. KADIN dan DIKTI pada

beberapa tahun terakhir ini juga mengadakan seminar dan pelatihan

dan dosen di belasan kota untuk mengobarkan semangat berwirausaha

di kampus yang diikuti ribuan calon wirausaha baru dengan semangat

tinggi. Kalangan BUMN, perusahaan swasta dan berbagai lembaga

swadaya masyarakat telah memberi perhatian besar pada program

pembenihan kewirausahaan.

2. Tahap Penempaan

Pada kebanyakan calon wirausaha yang sudah punya tekad

berwirausaha, diperlukan program penempaan dalam bentuk pelatihan

teknis dan praktis untuk memulai bisnis baru. Para penyelenggara

pelatihan dan kursus di pemerintahan, perusahaan dan masyarakat

perlu memberi porsi lebih besar pada penyelenggaraan program

penempaan wirausaha. Kegiatan mentoring dalam bentuk konsultasi

bisnis baru, konseling dan pendampingan sangat diperlukan oleh para

calon wirausaha agar berani dan bisa memulai bisnis barunya.

3. Tahap Pengembangan

Bagi wirausaha yang sudah memulai bisnisnya dan membutuhkan,

perlu disediakan fasilitasi untuk memperlancar pengembangan

bisnisnya agar tercipta wirausaha-wirausaha baru Indonesia yang

berdaya saing global. Fasilitasi yang diberikan di tahap

pengembangan antara lain peningkatan akses permodalan,

pemanfaatan teknologi, akses pasar, dan pengembangan daya saing.

Pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong

inovasi perlu dioptimalkan dalam pengembangan kewirausahaan

Page 108: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

99

nasional, termasuk di dalamnya pengembangan lembaga dan fasilitas

inkubator bisnis dan teknologi.

Gambar 12. Tri Tunggal Kewirausahaan.

6.3 Sinergi BIGFaCoM

Telah diuraikan bahwa pengembangan budaya kewirausahaan memerlukan

sinergi berbagai pihak. Triple Helix yang dikenal dengan sinergi BIG

(Business, Intellectual, Government) merupakan salah satu sinergi yang

diterapkan dalam program kewirausahaan. Sinergi BIG juga sering disebut

sinergi ABG (Academician, Business, Government). Ketiga unsur tersebut

merupakan unsur utama dalam pengembangan kewirausahaan yang efektif.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kewirausahaan di perguruan

tinggi dihadapkan pada berbagai kondisi sebagai berikut:

1. Pengembangan wirausaha di perguruan tinggi pada umumnya

menyasar mahasiswa dan alumni berusia 18-25 tahun, baik program

diploma, S1 maupun S2. Kendali orang tua dan keluarga kepada

generasi muda kelompok usia 18-25 tahun pada umumnya masih

cukup kuat. Survei yang dilakukan kepada mahasiswa Universitas

Udayana Denpasar tahun 2010, menunjukkan hasil sebagai berikut:

(1) Sebanyak 56% responden (mahasiswa) menyatakan dirinya salah

jurusan; (2) Sebanyak 90% dari mereka mengaku salah jurusan,

karena mengikuti kemauan orang tua; (3) Sebanyak 80% responden

berminat menjadi wirausaha; dan (4) Sebanyak 70% dari responden

Page 109: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

100

mengikuti kegiatan kewirausahaan secara sembunyi-sembunyi, karena

tidak disetujui orang tua. Selain itu terdapat fakta bahwa sebesar 60%

dari wirausaha baru yang dibentuk melalui Program Wirausaha

Mahasiswa menghentikan kegiatan usahanya dan menjadi pekerja

pada tahun kedua setelah memperoleh seed capital. Sekitar 65% dari

mereka menyatakan demi memenuhi permintaan orang tua dan

sisanya karena keinginan sendiri untuk tujuan mengumpulkan modal

usaha dan mencari pengalaman. Hasil survei tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar orang tua (masyarakat) masih menghendaki

anaknya sebagai pekerja (terutama PNS) atau berorientasi job seeker.

Tidak semua orang tua rela anaknya belajar berwirausaha dan

menekuni profesi sebagai wirausaha, karena dianggap terlalu berisiko.

Bahkan orang tua masih lebih memilih menggunakan uang yang

dikumpulkannya untuk menombok agar anaknya diterima bekerja

daripada menggunakannya untuk membantu permodalan usaha

anaknya. Tidaklah mudah bagi seseorang untuk menjadi wirausaha

apabila tidak memperoleh dukungan keluarga (family).

2. Kewirausahaan tidak akan dapat berhasil dengan baik apabila hanya

mengandalkan pelajaran di dalam kelas yang lebih banyak bersifat

teoretis. Kewirausahaan didesain untuk mengetahui (to know),

melakukan (to do), dan menjadi (to be) entrepreneur. Tujuan

pendidikan to know dan to do terintegrasi di dalam kurikulum

program studi, terdistribusi di dalam matakuliah Kewirausahaan.

Learning to know masih dapat dilakukan di dalam kelas, tetapi to do

dan to be entrepreneur membutuhkan praktik nyata di lapangan dan

berinteraksi dengan para pelaku. Kewirausahaan tidak cukup hanya

berbasis hafalan. Dalam implementasinya, dibutuhkan magang

(internships) dan sharing di luar kelas dengan para wirausaha muda

lainnya atau dengan wirausaha/pengusaha sukses. Hal ini dapat

dilakukan dengan mudah dan murah apabila mahasiswa wirausaha

tergabung dalam komunitas wirausaha muda.

3. Informasi Kewirausahaan sebagai suatu sistem mencakup

pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan

penyebarluasan data dan/atau informasi tentang kewirausahaan. Data

Page 110: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

101

dan informasi kewirausahaan seyogianya disajikan secara akurat,

cepat, dan tepat guna serta mudah diakses oleh masyarakat.

Penyebarluasan data/informasi kewirausahaan sangat penting, karena

dapat menyangkut hak masyarakat untuk memperoleh informasi

terlebih lagi yang berkaitan dengan peluang pembinaan, akses

permodalan, akses pasar bagi wirausaha dan pengambilan keputuan

bagi pemangku kepentingan. Kecepatan dan kemudahan mengakses

informasi kewirausahaan dapat membantu mempercepat tercapainya

tujuan pengembangan kewirausahaan. Peningkatan arus informasi

akan mempermudah akses masyarakat terhadap informasi

kewirausahaan. Kemudahan akses informasi akan mendorong

peningkatan aktivitas kewirausahaan dan perubahan pola pikir

masyarakat dari berorientasi job seeker agar menjadi job creator. Hal

ini tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa keterlibatan media.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas dan agar pergerakan

kewirausahan dapat mencapai tujuannya secara lebih efektif, maka

dilakukan pengembangan sinergi BIG yang terdiri dari tiga unsur utama

(Business, Intellectual, Government) menjadi sinergi BIG FaCoM dengan

menambahkan 3 unsur pendukung, yaitu Family, Community, dan Media.

Sinergi BIG FaCoM dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 111: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

102

Gambar 13. Sinergi BIG FaCoM. Sumber: Sutrisna Dewi, 2015.

Peran keenam unsur tersebut dalam pengembangan kewirausahaan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

(ii) Business.

(iii) Intellectual.

(iv) Government.

(v) Family.

Keluarga terdiri dari kepala keluarga (ayah), ibu dengan anak-

anaknya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam

kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai

manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Keluarga merupakan tempat aktivitas utama kehidupan seorang

individu berlangsung, sehingga keluarga menjadi institusi pertama

dan utama pembangunan sumber daya manusia (Soerjono, 2004).

Buchari Alma (2009) menyatakan bahwa latar belakang timbulnya

minat berwirausaha adalah lingkungan keluarga, pendidikan, nilai-

Sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Page 112: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

103

nilai (values) personal, usia, dan riwayat pekerjaan. Selain itu, Wasty

Soemanto mengatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan salah

satu tempat pelaksanaan pendidikan kewirausahaan selain lingkungan

sekolah, dan masyarakat. Situasi yang dialami orang tua pada era

mereka, belum tentu sama dengan situasi yang terjadi pada era anak-

anak mereka. Oleh karena itu, dalam pengembangan kewirausahaan di

kalangan generasi muda, hendaknya keluarga turut dilibatkan agar

keluarga dapat mengetahui dan memahami tren pendidikan dan

orientasi masyarakat saat ini, sehingga terjadi persamaan persepsi.

Dengan harapan terjadi peningkatan dukungan keluarga terhadap

aktivitas kewirausahaan di kalangan generasi muda dan mempercepat

terjadinya perubahan pola pikir masyarakat dari job seeker ke job

creator.

(vi) Community.

Manusia sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya harus

berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan

kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Proses

komunikasi dalam komunikasi bisnis merupakan bagian terpenting

dalam kehidupan sosial masyarakat yang mampu menjamin eksistensi

individu maupun kelompok masyarakat (komunitas). Dimaksud

community di sini adalah komunitas, yaitu sebuah kelompok sosial

dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya

memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas

manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, dan

sejumlah kondisi serupa yang lain. Komunitas berasal dari bahasa

Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian menjadi communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Tubbs and Moss, 2013).

Peran komunitas dalam pengembangan kewirausahaan adalah

sebagai berikut: sebagai sumber informasi; wahana komunikasi dan

promosi bisnis; arena diskusi untuk pemecahan masalah dan

menghadapi persaingan; ajang berbagi rahasia sukses; dan sarana

saling memberi dukungan antaranggota.

Page 113: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

104

(vii) Mass Media

Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan

kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol

tetapi juga dalam pengertian pengembangan tatacara, mode, gaya

hidup dan norma-norma. (Mc Quail, 1987: 1). Media massa sangat

berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah

laku dari suatu masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa

dalam masyarakat sangat penting. Dengan adanya media massa,

masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi

masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena media

massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga

masyarakat yang membaca tidak hanya orang per orang tapi sudah

mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga

pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat.

Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam

masyarakat modern telah memainkan peranan yang begitu penting.

Menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories,

ada enam perspektif dalam hal melihat peran media.(McQuail, 2000:

66): Pertama, melihat media massa sebagai window on event and

experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan

khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media

merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in

society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai

peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa

adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak

“bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka

faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari

suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing

dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan

oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas

untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Ketiga, memandang

media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai

Page 114: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

105

hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu,

informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para

pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-

apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Keempat, media

massa seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau

interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas

berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam. Kelima,

melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan

berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga

memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik. Keenam,

media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat

berlalulalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang

memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Pendeknya, semua

itu ingin menunjukkan, peran media dalam kehidupan sosial bukan

sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi

dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan

dalam proses sosial.

Page 115: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

106

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/.

Bygrave, W. D. 2004. The entrepreneurial process. The portable MBA in

entrepreneurship. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.

Dewi, Sutrisna. 2015. Strategi Pengembangan Kewirausahaan Melalui

Sinergi BIG FaCoM. Makalah Seminar.

Grebel, Thomas ; Pyka, Andreas ; Hanusch, Horsch. 2003. Evolutionary

Approach to the Theory of Entrepreneurship, Industry and

Innovation, Vol. 10, No. 4, December.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapanbelas.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hisrich, R. D. 2005. Entrepreneurship. Sixth Edition. New York:

McGraw-Hill.

Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.

Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Kewirausahaan

Nasional.

Joewono, Handito. 2011. Strategi Pengembangan Kewirausahaan

Nasional Sebuah Rekomendasi Operasional, INFOKOP, Vol. 19,

Juli.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, http://www.kbbi.web.di.

Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang

Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat

Kemitraan.

Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil

dan Menengah.

Leach dan Melicher.2012. Entrepreneurial Finance. Edisi keempat. USA:

South-Western Cengage Learning. http://www.CengageBrain.com.

McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory. Fourth Edition.

London: SAGE Publications Ltd

Page 116: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

107

Nassif. 2010. Understanding the Entrepreneurial Process: a Dynamic

Approach. Brazilian Administration Review. Curitiba, v. 7, n. 2,

art. 6, pp. 213-226, Apr./June 2010. http://www.anpad.org.br/bar

BAR.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2011 tentang

Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta

Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang

Susunan Organisasi, Personalia, dan Mekanisme Kerja Lembaga

Permodalan Kewirausahaan Pemuda.

Peraturan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan

Inkubator Wirausaha.

Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan.

PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Kecil.

PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.

Shane, Scott Andrew. 2003. A General Theory of Entrepreneurship: The

Individual-opportunity Nexus. Edward Elgar Publishing.

Suryana. 2013. KEWIRAUSAHAAN Kiat dan Proses Menuju Sukses.

Jakarta Penerbit Salemba Empat.

Taufik, Tatang Ahmad. 2010. Kemitraan dalam Pemusatan Sistem Inovasi

Nasional. Jakarta: Dewan Riset Nasional.

Thurik, Wennekers dan Zoetermeer. 2002. Entrepreneurship and

Economic Performance: a Macro Perspective, SCALES-paper

N200220.

Tubbs & Moss. 2013. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar.

Bandung: Rosdakarya

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Webster, Merriam. http://www.merriam-webster.com.

Page 117: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id

108

PROFIL

Nama : Sayu Ketut Sutrisna Dewi TTL : Denpasar, 27 November 1963 Pendidikan : Sedang menyelesaikan studi

S3. Pekerjaan/Jabatan sekarang:

Dosen FEB Unud.

Ketua Inkubator Bisnis Unud.

Ketua Pusat Pengembangan Kewirausahaan Unud.

Founder Indonesia YES (Young

Entrepreneur School).

Ketua Jaringan Pengusaha Hindu Indonesia (JAPHA).

Founder PRASCITA Empowerment.

Ketua Yayasan Gatra Wirausaha. Penghargaan:

Pengelola Program Wirausaha Terbaik Nasional 2010 (Mendiknas).

Pembina Kegiatan Kemahasiswaan Terbaik 2011 (Rektor Unud).

The Best Government Public Services 2013 (Markplus).

Penggerak Wirausaha Terbaik Nasional 2013 (Menpora).

Indonesia Small Medium Business Entrepreneur Award 2014 (Majalah Wirausaha dan Keuangan).

Top 10 L‟Oreal Women of Worth Indonesia 2014.

Dosen berprestasi Universitas Udayana 2016.

Email : [email protected] HP : 087824629422 Ph/Fax : 0361 – 227056 Alamat kantor: Gedung Hiswana Migas Bali Lantai 1 – Jl. Kepundung 12 Denpasar.

Page 118: KONSEP DAN PENGEMBANGAN - erepo.unud.ac.id