KORAN KRIDA (edisi2)

  • Upload
    lp3yorg

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 KORAN KRIDA (edisi2)

    1/4

    NOMOR 2, TAHUN I EDISI DESEMBER 2010

    MEDIA INFORMASI-KOMUNIKASI AKTIVITAS PEREMPUAN LIMA DESA DI BANTUL

    DARI REDAKSI

    Bagus. Kertasnya bagus. De-ngan adanya Krida jadi bisa tahukegiatan di desa lain dan untukperbandingan. Tapi sayang, kokcuma selembar.

    Itu komentar seorang pembaca

    di Gilangharjo, Pandak, atas edisiperdana Krida.

    Kami berharap kehadiranKrida memang bisa memberikanmanfaat bagi warga.

    Tentang Krida yang cumaselembar, ini hanya langkah awal.Tergantung dukungan warga danseberapa besar kemanfaatan me-dia ini bagi warga.

    Pembaca, kami hadir takhanya membawa kabar tentangaktivitas warga, khususnya pe-

    rempuan.Kabar yang kami hadirkandisertai harapan semoga itu taksekadar jadi pengetahuan. Kamiberharap, yang kami wartakan

    juga bisa menginspirasi warga.Melalui cerita tentang Ibu

    Aida, penjahit di Kadisoro, misal-nya, Krida edisi ini ingin menun-

    jukkan bahwa keberhasilanusaha tak cukup hanya karenaberbekal ketekunan dan keuletan.

    Dan dari kaki Merapi, Kridatak lupa menyampaikan selamat

    merayakan Hari Natal 2010 bagipembaca yang beragama Nas-rani dan Selamat Tahun Baru2011 bagi seluruh pembaca,warga di lima desa.

    Salam.

    LAPORAN EMY CAYARANI &

    UMI NARSIH

    Kadisoro, Gilangharjo, Pandak

    Bermodal satu mesin jahit,Aida Srimiyati (55), warga DagenRT 06 Kadisoro, Gilangharjo,Pandak, Bantul, membukausahanya tahun 1976.

    Ditemui di rumahnya, ibu duaanak lulusan SMKK/SKKAGamping, Sleman, ini berceritabahwa awalnya ia menjahit untukpribadi. Karena banyak tetanggayang berminat, ia pun menerima

    jahitan.Lambat laun, dari hasil

    menjahit ini ia bisa menambahmesin satu demi satu. Bermodalawal sebuah mesin jahit darisuami, sekarang ia sudahmemiliki 12 mesin jahit komplit. Di

    tempat usaha berukuran 9mX12m yang diberi namaModiste Aida, kini tersedia takhanya mesin jahit. Ada mesinobras, bordir, mesin pasangkancing, mesin wolsum danmesin itik-itik.

    Menjahit, yang kini jadipenghidupan, sudah dicita-citakan Aida sejak muda. Untukitulah ia masuk ke SKKA(sekarang SMKK) jurusanmenjahit. Setelah menikah olehsuaminya ia dibelikan sebuahmesin jahit untuk usaha dirumah. Dari tahun 1976 usahamenjahit di lakukan dan

    digelutinya dengan tekun,terlebih karena suaminyameninggal (1986).

    Buka Lapangan Kerja

    Tak hanya bisa menambahmesin jahit, dari usahanya itu

    Aida mampu menghidupi danm e n y e k o l a h k a n k e d u aanaknya, Linda Andriyani (33)dan Dewi Angraeni (29) hinggalulus perguruan tinggi.

    Anak pertamanya lulus UMY(Universitas MuhammadiyahYogyakarta), anak kedua lulusUGM (Universitas GadjahMada). Sekarang keduanyatelah berumahtangga.

    Selain itu, Aida bisamembuka lapangan pekerjaanbagi tetangga. Sedikitnya ada12 tenaga penjahit yang bekerja

    di modistenya dan sejumlahtenaga yang bekerja di rumahmasing-masing. Karyawan

    Berawal Satu MesinJahit Dari Suami

    TERBIT BULANANGRATIS DICETAK 15OO EKS

    ALBUM WARGAPULANG HAJI:

    Ibu Suharni dan Bpk Sastro Pri-yoyo, Ploso RT 04, Wonolelo, Pleret,Kamis Pon,16 Desember 2010.

    KHITAN:

    Bima Yuana Aldi Andrean,Bojong RT 04, Wonolelo, Pleret,Sabtu Kliwon, 18 Desember 2010.

    ... yang terpenting menjagakualitas agar pelanggan tidak

    kecewa... Aida Srimiyati, pemilik Modiste

    Aida, Kadisoro, Gilangharjo,Pandak

    FOTO ISMAY PRIHASTUTI /LP3Y

    Aida Srimiyati (berkalung meteran), pemilik Modiste Aida, Kadisoro, Gilangharjo, Pandak, diwawancaraiKrida

    KRIDA

    BERSAMBUNG KE HAL 2

  • 8/3/2019 KORAN KRIDA (edisi2)

    2/4

    Selain melayani pembuatan seragam anak-anak sekolah, ia juga melayani pesananseragam kantor, misalnya dari FakultasPertanian UGM, UNY, Bank Permata Yogya,mahasiswa UGM dan BRI Bantul. Ketikamenjelang kampanye pemilihan bupatiBantul, ia pun menerima pesanan seragamuntuk tim sukses Ibu Idham Samawi.

    Soal ongkos jahit, ujar Aida, ditentukanmodel (tingkat kesulitan), penggunaan bordiratau payet.Sampai Sumatera

    Untuk mengelola usahanya, Aida dibantusalah satu anaknya, Linda. Lindamempromosikan usaha jasa ini melaluiinternet.

    Tidaklah mengherankankan jikapelanggan ada yang dari Kulonprogo,bahkan Sumatera. Selain mempromosikan,Linda mencari mode yang up to date lewatinternet dan buku-buku fashion.

    Linda tak hanya membantu promosi danmencari contoh-contoh desain. Ia jugamengusahakan semua kebutuhan menjahit

    seperti benang, jarum, gunting, ritsleting,kancing dan perlengkapan menjahit. Selainitu, mengantar pesanan dan mengukuranak-anak sekolah dan organisasi karenatidak mungkin datang ke rumahnya(modiste).

    Untuk pengadaan bahan seragam, kata Aida, sekiranya bahan kurang ia tinggalmenelepon ke Niagara (los kain di PasarBeringharjo) dan biasanya pesanan bahanlangsung diantar ke rumah.

    Menurut Aida, modistenya juga seringdigunakan untuk PKL (Praktek KerjaLapangan) siswa SMK (Sekolah Menengah

    Kejuruan). Banyak sekolah yang telahmempercayai modiste ini untuk dijadikantempat praktek. Artinya, modiste ini selainm e n g u n t u n g k a n t e t a n g g a j u g amenguntungkan bagi dunia pendidikan.

    Kendala dan PrinsipBerbicara masalah usaha,

    selain mengenai keuntungan juga

    tentang kendala.Kendala yang dihadapi Aida

    adalah jika ada pesanan barangsudah jadi tapi tidak diambil, atauada juga jahitan atau daganganyang sudah diambil tapi belumdibayar, dihutang, pelunasanterlalu lama padahal banyakpesanan lain yang diterima danharus diselesaikan. Jadi untukmodal kadang pas, ada orderantapi cuma memberi uang mukasedikit, begitu katanya.

    Dengan terus berpromosi danterus menghasilkan model yangmengikuti jaman, Aida mengaku

    tak takut menghadapi persaingan. Dulu,katanya, pesaing usaha menjahit tidakbanyak seperti sekarang, sehinggausahanya semakin cepat berkembang.

    Buktinya, meskipun kini usaha serupamakin banyak, order ke Modiste Aida taksurut. Bahkan makin ramai. Kata Aida akhirSeptember lalu, ini terutama berkaitandengan adanya kebijakan pemerintah dalamupaya melestarikan batik.

    Dari perajin batik orderan diterimanya

    dan setiap hari harus ada pakaian jadi yangdisetor ke perajin batik lagi. Jadi, jikasebelumnya pemesan adalah perorangan,sekolah dan organisasi, kini ditambahperajin batik.

    Menurut Aida, berapapun pakaian batik jadi yang disetor, perajin batikmenerimanya.Senang kalau bisa banyakyang disetor, kata Aida menirukan perajinbatik.

    Apakah hanya karena terus berpromosi(melalui internet) dan mengikuti jamanusaha Aida bisa bertahan, bahkanpelanggan terus berdatangan meski tempat

    usahanya di pelosok desa?Selain itu, saya percaya rejeki

    datangnya dari Allah, katanya tegas.Masih ada lagi. Dalam berbisnis, Aida

    punya prinsip. Asal kita kerjanya benar danharga yang dipathok standar, saya tidaktakut kehilangan pelanggan. Dan yangterpenting menjaga kualitas agar pelanggantidak kecewa, katanya.

    Dengan keuletan kerja, terus berpromosi,mengikuti jaman, dan teguh pada prinsipberbisnis, itulah Aida bisa mempertahankanusaha dan mempertahankan pelanggan.

    Pelanggan tetap mendatangi Modiste Aida, meskipun tempat usaha ini jauh dipelosok desa dan ...tanpa papan nama! (*)

    FOTO BAWAH: salah satu koleksi Modiste AidaFOTO-FOTO:: ISMAY PRIHASTUTI/LP3Y

    diupah Rp 25.000 Rp 30.000

    p e r h a r i s e s u a i t i n g k a tkepandaian. Sedangkan untuk

    pembuatan seragam karyawandiupah dengan sistem borongan,yaitu berkisar antara Rp 3.500 Rp 4.000 per potong.

    Bisa menjahit dengan bagusmerupakan syarat terpenting jadikaryawan Aida. Untuk itukaryawan harus sudah mahir danterampil.

    Suasana kerja di modiste initidak memandang karyawan dan

    juragan tapi berdasarkankekeluargaan dan kebersamaan.Suasana kerja seperti ini membuatke-12 karyawannya betah.

    A ida akan menambahkaryawan sementara jika order meningkat.Biasanya ini terjadi pada saat menjelangBulan Puasa, mendekati lebaran atau padawaktu tahun ajaran baru.LKP Sangat Membantu

    Dalam memperbesar usaha, kata Aida,adanya Lembaga Keuangan Perempuan(LKP) di Kadisoro sangat membantu.

    Dengan menjadi anggota LKP yangdibentuk 2007, ia bisa mendapatkanpinjaman modal. Sebelum ada LKP Aidameminjam uang ke bank.

    Pinjam ke LKP mudah, tidak pakaiagunan. Sejak ada LKP tidak pinjam kebank lagi, katanya.

    Usaha yang dirintisnya ini sekarangselain menerima jahitan juga menyediakan

    kain untuk seragammaupun batik. Kain

    seragam didapatd a r i P a s a r B e r i n g h a r j osedangkan kainbatik dibeli dari

    W i j i r e j o ,P a n d a k ,B a n t u l .

    Sekarang, yangpaling laris bajubatik jadi. Setiaphari ia setor ketoko denganharga perpotonga n t a r a R p1 0 0 . 0 0 0 -Rp120.000.

    Pelanggantak hanya dari

    d e s a n y a .B a n y a kp e l a n g g a n

    seragam untukTK, SD dan TPA.

    Berawal Satu Mesin SAMBUNGAN HAL 1

    2 KRIDA NOMOR 2 , TAHUN I EDIS I DESEMBER 2010

    Ruang Usaha Modiste Aida Srimiyati.

  • 8/3/2019 KORAN KRIDA (edisi2)

    3/4

    Kongres Wanita Indonesia (Kowani), yangdihadiri 30 organisasi perempuan dari 12kota di Jawa dan Sumatera. Acara diadakan

    di kota Yogyakarta,di gedung yang sekarangdikenal dengan nama Mandala BhaktiWanitatama.

    Masalah yang diusung dalam Konggrestersebut antara lain memajukan nasibperempuan untuk dapat sejajar dengan laki-laki yaitu ikut berjuang bersama laki-lakimewujudkan kemerdekaan, peran sertaperempuan dalam berbagai aspekpembangunan peningkatan gizi anak-anak,kepedulian perempuan terhadap jual-belianak-anak, pernikahan muda perempuanIndonesia, dan lain-lain, jelas Rusmartini.

    Lebih lanjut ia memaparkan, penetapan

    tanggal 22 Desember sebagai Hari ibu adalahkesepakatan pejuang-pejuang perempuanIndonesia pada konggres ke-3 di Bandung,22 Desember 1938.

    Penetapan tersebut bertujuan menjagasemangat kebangkitan perempuan Indonesiasecara terorganisir dan bergerak sejajardengan kaum laki-laki. Mengingat pentingnyamakna Hari Ibu tersebut, Presiden Sukarnomengeluarkan Dekrit No 316 tahun 1959 yangmenetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional.

    Setelah kita membaca dan mengetahuimakna hari ibu yang sesungguhnya, kitapatut bertanya: sudah tepatkah kegiatan-kegiatan yang kita lakukan untukmengenang dan meneladani momenttersebut? Benarkah mengenang Hari Ibudengan memanjakan ibu-ibu kita seharian,memberi kue dan sebagainya?(*)

    LAPORAN KHULIL KHASANAHPloso, Wonolelo,Pleret

    WONOLELO,KRIDA

    Setiap tanggal 22Desember di berbagai wilayah penjuru tanahair selalu diadakan acara meriah untukmemperingati Hari Ibu. Begitupula di DesaWonolelo,Pleret,,Bantul.

    Diorganisasi FKKP (Forum KomunikasiKader Posyandu) dan TP PKK Desa Wonolelo,mulai 16 Desember 2010 setiap hari ibu-ibuanggota FKKP dan PKK Desa berkumpul dilapangan Balai Desa Wonolelo untukmempersiapkan perayaan hari istimewatersebut.

    Untuk peringatan kali ini diadakan upacarabendera, Gebyar Posyandu meliputi Posko

    Kesehatan, konsel ing KesehatanReproduksi, penimbangan Balita-Lansiaserta senam untuk anak-anak PAUD danLansia. Selain itu adaPentas Seni di lapan-gan Desa Wonolelo, Jumat(24/12). Acaradigelar mulai pukul 07.00. Hadir pada acaraini Ibu-ibu PKK Dusun, Lansia-Balita se DesaWonolelo, Pamong, Muspika, dokter dantenaga medis dari Puskesmas Pleret, LSMIDEA, YP2SU dan dari LP3Y.

    Kegiatan memperingati Hari Ibu diWonolelo tidak dilakukan pada 22 Desember,karena kesepakatan bersama, supaya semuaperempuan Wonolelo hadir dalam perayaantersebut.

    Berbeda dengan sebelumnya, kegiatankali ini bertema Tapak Tilas Hari Ibu. Inibertujuan supaya masyarakat mengetahuimakna Hari Ibu yang sesungguhnya. Jadi,bukan sekadar meramaikan Hari Ibu.

    T etapi bagaimana masyarakatkhususnya perempuan desa betul-betulmengetahui sejarah mengapa tanggal 22Desember menjadi Hari Nasional, kata IbuRusmartini, Ketua TP PKK Desa Wonolelodalam amanat Pembina Upacara padaupacara di lapangan Wonolelo, Jumat pagi.Untuk Cita-cita Besar

    Pada 22 Desember 1928, katanya,diadakan kongres perempuan untukpertama kalinya di Indonesia. Tujuannyauntuk mewujudkan cita-cita besar merekayaitu memajukan nasib perempuan agartidak tertinggal dari kaum laki-laki.

    Kongres itu,lanjut Rusmartini, dinamai

    Ibu-Ibu Gilangharjo Sekolah Lewat Gugus Belajar

    Meluruskan Peringatan Hari Ibu di Wonolelo3KRIDANOMOR 2 , TAHUN I EDIS I DESEMBER 2010

    tanggal 22. Sebab, Jumat minggu kedua bersamaan acara desa.Pada pertemuan Desember, yang dihadiri 20 orang ibu perwakilan 15

    dusun, topik yang dibicarakan yaitu Membangun Kapasitas Diri. Darimateri itu diharapkan peserta bisa mengetahui, memahami,menganalisis, merekomendasi dan mengambil keputusan untukseterusnya diwujudkan tindakan. Dengan demikian, proses belajar adamanfaatnya.

    Selain membicarakan topik tersebut, peserta membahas konsep/program Desa Gilangharjo yakni " Pertanian dan Seni".

    Peserta gugus belajar tak hanya berdiskusi. Pada 13-14 Desember2010, 18 peserta mengikuti pelatihan pengolahan limbah rumah tanggadi Dusun Kadekrowo. Adapun narasumber pelatihan yakni IbuSekargambir Kartini, dari Desa Klajoran, Godean, Sleman.

    Hasil pelatihan itu berupa tas, sajadah, dompet dan lampion dariplastik bungkus mie.

    Tak hanya itu, pada pelatihan tersebut terbentuk sebuah kelompokpengrajin beranggotakan 12 orang dari Dusun Kadekrowo. Kelompok inidiketuai ibu Siwi (istri Kepala Dusun Kadekrowo), Sekretaris Ibu Darmini,Humas Ibu Triatmi dan Bank Sampah ibu Parjiyem. Untuk pemasarandiserahkan kepada Ibu Dwi Khasanah karena berpengalaman. (*)

    LAPORAN UMI NARSIHKadisoro, Gilangharjo, Pandak

    GILANGHARJO,KRIDA Sekolah merupakan sarana untuk mencariilmu selagi mampu, dan ada keinginan. Namun ilmu dapat diperolehbukan saja lewat sekolah, bisa juga lewat pengalaman dan pelatihanseperti yang dilakukan oleh ibu-ibu di Desa Gilangharjo, Pandak.

    Demi mewujudkan taraf hidup dan perekonomian yang lebih baik ,ibu-ibu di Gilangharjo mengadakan sekolah lewat gugus belajar. Gugusbelajar ini berfungsi juga untuk sarana bertemu/berkumpulnya ibu-ibu ditingkat kelurahan.

    Cara belajar di gugus ini tidak jauh berbeda dengan di sekolah padaumumnya. Dibentuk pula kepala sekolah (ibu Endah, dari DusunKarangasem), bendahara (Ibu Sri Poningsih, Dusun Bongsren),Sekretaris(Sumarsih, DusunDepok). Sedangkan gurunya, Ibu Rubiyem

    dari Kasongan.Kegiatan bulanan ini telah berjalan tiga kali sejak Oktober sampaibulan Desember 2010. Penyelenggaraannya tiap Jum'at minggukedua,pukul 14.00 WIB, di Balai Desa Gilangharjo.

    Namun untuk Desember, pertemuan gugus belajar diadakan Rabu

    Upacara bendera Hari Ibu di Wonolelo, Jumat (24/12/2010)

    FOTO:KHULIL KHASANAH/ KRIDA

  • 8/3/2019 KORAN KRIDA (edisi2)

    4/4

    DARI PEMBACA

    Perempuan Perlu Media Informasi untuk BerinovasiDi era kemajuan jaman dan teknologi sekarang ini, media informasi sangat penting.

    Keberadaan media informasi baik di desa maupun di kota merupakan hal mutlak yang harusada, selain kebutuhan pokok. Sebab, media informasi merupakan sarana belajar untukmenambah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang dunia luar.

    Media informasi bisa radio, televisi, internet ataupun koran. Dengan media informasi ini

    diharapkan masyarakat bisa berinovasi dan kreatif mengikuti perkembangan zaman.Koran Krida yang sebagian besar pengelolanya perempuan diharapkan bisa membangkitkan

    semangat perempuan untuk berinovasi dan lebih kreatif untuk menciptakan hal-hal positif.Sehingga dengan adanya Krida perempuan terinspirasi untuk meningkatkan perekonomian

    keluarga, sehingga perempuan bisa mandiri.EmyDagen RT 07, Kadisoro, Gilangharjo, Pandak, Bantul

    Menarik dan MembanggakanMenarik dan membanggakan. Itulah reaksi pertama saya seusai membaca Krida. Inilah

    media untuk pemberdayaan perempuan desa.Sangat jarang aktivitas perempuan diungkap, terlebih diberi ruang untuk disampaikan kepada

    khalayak. Kegiatan perempuan dianggap sebagai hal biasa dan wajar bahkan tidak punya dayatarik untuk ditulis. Ini langkah maju para perempuan di 5 desa untuk saling menguatkan

    mencapai kesetaraan.Semoga Krida bisa menginspirasi perempuan-perempuan di desa lain. Saatnya perempuan

    bangga mengungkap dan menghargai aktivitas mereka. Majulah perempuan Bantul!WeningPulutan, Pendowoharjo, Sewon,Bantul

    DITERBITKAN OLEH LP3Y (LEMBAGA PENELITIAN PENDIDIKANDAN PENERBITAN YOGYA) SEBAGAI MEDIA INFORMASI DANKOMUNIKASI AKTIVITAS PEREMPUAN LIMA DESA DI BANTUL.

    PENERBITAN DIDUKUNG THE FORD FOUNDATION.TERBIT PERDANA NOVEMBER 2010

    PENANGGUNGJAWAB:PROGRAM OFFICER PROGRAM WARGA BERMEDIA LP3Y-FF

    REDAKSI:KARTINAH RATMANTA, DWI HARYATI (Joho, Jambidan, Banguntapan)UMI NARSIH, EMY CAYARANI (Kadisoro, Gilangharjo, Pandak)KHULILKHASANAH, ENI AROFAH, NUR AROFAH (Wonolelo, Pleret) V MEIDIANA, ISTRIYANTI (Warungpring, Mulyodadi, Bambanglipuro) SRIRAHAYU, DWI PUJI ASTUTI (Klisat, Srihardono, Pundong)AGOESWIDHARTONO, DEDI H PURWADI

    ALAMAT REDAKSI:LP3Y, JL KALIURANG KM 13,7, NGEMPLAK, SLEMAN

    YOGYAKARTATELP: 0274-896016

    E-MAIL: [email protected] REDAKSI: 0813-2878-2156

    SEBAGIAN BESAR REPORTASE/ARTIKEL MERUPAKAN KARYAWARGA DI LIMA DESA DI BANTUL

    BERITA KEGIATAN, SURAT, BISA DIKIRIM LANGSUNG KEREDAKSI, via E-MAIL ATAU PERWAKILAN REDAKSI DI

    MASING-MASING DESA. NASKAH BOLEH DITULISTANGAN, PANJANG MAKSIMAL 1,5 HALAMAN KUARTO .

    NASKAH DISERTAI NAMA, ALAMAT, TELEPON

    yang diperolehnya sepenuhnya menjadibagiannya. Mending sendiri karena hasilnyautuh buat sendiri, kalau berdua harus bagihasil,kata Ibu Warsini, kepada Krida, dirumahnya, Sabtu (18/12).

    Bagi pembuat emping di Warungpringbahan baku dan pemasaran tak sulit. Bahanbaku berupa biji mlinjo pun mudah didapat.Yaitu dari pasar. Kehadiran teknologi komuni-kasi turut mempermudah. Memesan bahanbaku cukup lewat handphone,mlinjolangsungdiantar. Hanya kadang bahan baku mlinjosulit didapat ketika tidak musim. Kalaupunada, harganya mahal. Untuk pemasaran, adabakuldari luar desa yang mendatangi mereka.

    Untuk permodalan, kini pembuat empingtak terlalu risau. Terutama setelah adanyaLKP(Lembaga Keuangan Perempuan) Sida

    Makmur yang berdiri 2007.Lembaga keuangan ini dirasakan mem-

    bantu mengembangkan usaha mereka.Dibanding dulu tahun 2006 dan sebelumgempa, ya sekarang usaha saya semakin

    LAPORAN ISTRIYANTIWarungpring, Mulyodadi, Bambanglipuro

    MULYODADI, KRIDA Dusun Warungpring,Mulyodadi, Bambanglipuro, tak hanya identikdengan reog, jathilan dan VCO (Virgin Coco-nut Oil). Dusun ini juga kondang dengan em-ping mlinjo.

    Di Warungpring, sedikitnya ada 20 kelom-pok pembuat emping. Dua kelompok di anta-ranya, yaitu di tempat milik Ibu Mardiati (37)dan Ibu Warsini (38) termasuk yang sudahberkembang.

    Para pembuat emping ini memiliki usahausaha sendiri sejak tahun 2000, namun belajarngemping (membuat emping) sejak tahun1990-an.

    Cukup banyaknya pembuat emping di

    dusun ini karena emping memang diminati iburumah tangga di Warungpring. Dalam tiapsuguhan, bisa dikatakan selalu ada emping.

    Selain itu, produksi emping menjadi peker-jaan pokok sebagian warga dan dikerjakan jikatidak ada acara. Di samping bisa untuk men-cukupi kebutuhan sehari-hari, pekerjaan mem-buat emping bisa disambipekerjaan lain.

    Ibu Warsini, misalnya, sebulan bisa men-jual emping sekitar 3,5 kuintal. Dengan untungRp 1.000 per kilogram, ia bisa mendapat keun-tungan bersih Rp 350.000 per bulan. Jumlahproduksi yang sama juga dicapai Ibu Mardiati.Ia bisa memproduksi rata-rata 10 kilogram per

    hari.Jika Mardiati memproduksi berdua, Warsini

    memilih sendiri. Dengan demikian, keuntungan

    berkembang dan lancar karena dapattambahan modal dari LKP, ujar Warsini, pro-dusen yang menaungi empat kelompok pem-buat emping.

    Sejak ada LKP, kata Warsini,omsetnya punmeningkat. Dulu Rp 112.000/hari, sekarangbisa Rp 160.000/hari. Dia bisa meningkatkanproduksi karena tersedia modal yang didapatdari LKP dengan syarat ringan dan bunga ren-

    dah.Meski begitu, bagi Mardiati usaha emping

    bukan tanpa masalah. Ada kecenderunganminat makan emping menurun. Banyak yangbilang jika makan emping bisa kena asam urat.Banyak yang mengeluh asam urat. Jadi agakmenurun, Mbak, kata Ibu Mardiati di rumah-nya, Sabtu (18/12).

    Menyiasati hal itu dan menambah minatpembeli, pembuat emping memproduksi emp-ing berbagai macam rasa: gurih, manis, manispedas, pedas gurih dan rasaterasi! Empingberbagai rasa ini pun menyesuaikan selera

    pemesan.Tapi jumlah peminat pun tetap saja naikturun, terutama pada waktu-waktu tertentu. Dibulan Sura,pembeli merosot. Akan naik kembalidi seputar Lebaran dan musim hajatan. (*)

    Emping Warungpring Terbantu LKP

    PERENCANAAN EDISI 2

    Rapat perencanaan Krida edisi2, Minggu (19/12), di Warung-

    pring, Mulyodadi, Bam-banglipuro. Searah jarumjam: Istriyanti, Diana,Umi

    Narsih, Emy Cayarani, Nur

    Arofah dan Khulil Khasanah.

    FOTO DEDI H PURWADI

    KRIDA