Upload
vidicodq
View
194
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurusan Kedokteran Gigi UNSOED
Citation preview
BAB II
ISI
A. Landasan Teori
Kehilangan gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan migrasi dan
rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi
temporo mandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung, kelainan bicara,
memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek
terhadap jaringan lunak mulut (Haryanto dkk., 1995). Oleh karena itu,
kehilangan gigi dapat dirawat dengan menggantinya dengan gigi tiruan yang
merupakan bidang prostodonsia. Menurut definisi ADA (American Dental
Association), prostodonsia adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian
yang padan/sesuai bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli
yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman
dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan (Haryanto dkk.,
1995). Secara garis besar, prostodonsia dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu:
1. Prostodonsia lepasan
Prostodonsia lepasan adalah ilmu geligi tiruan lepasan yang terbagi
lagi menjadi 2 macam, yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan
penuh/lengkap. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang
menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas
sendiri oleh pasien dari mulutnya. Gigi tiruan penuh/lengkap adalah gigi
tiruan lepasan yang menggantikan semua/seluruh gigi asli dan struktur
pendukungnya yang telah hilang pada rahang atas dan rahang bawah
(Bakar, 2012).
2. Prostodonsia cekat
Prostodonsia cekat adalah ilmu geligi tiruan cekat (Haryanto dkk.,
1995). Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas
dengan mudah, baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini
4
5
dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli
yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Bakar, 2012).
3. Prostetik maksilo fasial
Prostetik maksilo fasial adalah prostetik yang mengenai wajah dan
tulang rahang (Haryanto dkk., 1995).
Menurut Bakar (2012), gigi tiruan berdasarkan saat pemasangannya
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Immediate protesa: segera dipasang setelah pencabutan
2. Conventional protesa: tidak segera dipasang setelah pencabutan
Gigi tiruan yang digunakan dan dipasang, memerlukan suatu jaringan
pendukung, agar gigi tiruan nyaman digunakan dan tidak cepat lepas bila
menggunakan gigi tiruan lepasan. Jaringan pendukung untuk gigi tiruan
didapatkan dari gigi asli, mukosa ujung bebas, maupun kombinasi dari gigi asli
dan mukosa ujung bebas (Bakar, 2012). Terdapat banyak macam klasifikasi
untuk kehilangan gigi seperti klasifikasi Kennedy, Applegate Kennedy, Miller,
Swenson, Soelarko, Cummer, dan lain-lain. Namun, klasifikasi yang paling
banyak digunakan adalah klasifikasi Applegate Kennedy.
B. Pembahasan
SKENARIO PBL 1
HK, 23 tahun, seharian ini tampak bersungut-sungut pasalnya sudah
hampir 1 tahun ini ia selalu dipanggil Pak ketika ditempat umum. Padahal HK
belum juga lulus dari kuliahnya apalagi menikah dan punya anak. Semua ini
berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpanya 1,5 tahun yang lalu.
Meskipun HK tidak mengalami cedera kepala atau cedera lain yang serius,
akan tetapi kecelakaan itu mengakibatkan HK harus merelakan 5 gigi depannya
dicabut.
Diskusikanlah dengan metode seven jumps!
Gigi Sehat
Klasifikasi Gigi Hilang
Macam-macam perawatan
DirawatTidak Dirawat
Etiologi
Dampak
Gigi Hilang
Indikasi Penatalaksanaan
6
1. Step 1: Clarifying Unfamiliar Term/Klarifikasi Istilah
Tidak ditemukan istilah sulit yang perlu diklarifikasi dari skenario kasus.
2. Step 2: Problem Definition/Menguraikan Masalah
a. Perawatan apa yang sebaiknya dilakukan berdasarkan skenario kasus?
b. Apakah akibat tidak adanya perawatan dalam skenario kasus?
c. Sebutkan jenis klasifikasi kehilangan gigi dalam skenario kasus?
d. Apa alasan perlunya dilakukan perawatan dalam skenario kasus?
e. Apa saja indikasi untuk perawatan pada skenario kasus?
Gambar. Bagan Masalah
3. Step 3: Brainstorm/Curah Pendapat
a. Etiologi Gigi Hilang
1) Trauma
2) Karies
3) Penyakit Sistemik; DM (Diabetes Mellitus)
4) Fisiologis; usia
5) Anomali pertumbuhan gigi; anodonsia
7
6) Penyakit periodontal
b. Klasifikasi Kehilangan Gigi
1) Klasifikasi Kennedy
a) Bilateral gigi posterior
b) Unilateral gigi posterior
c) Salah satu rahang pada gigi antara posterior/anterior
d) Kehilangan gigi melewati garis median
Kekurangan dari klasifikasi ini adalah hanya bisa melihat giginya saja.
2) Modifikasi Applegate Kennedy
a) Kelas I : Bilateral Free End.
b) Kelas II: Unilateral Free End.
c) Kelas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang
masih ada dibagian posterior.
d) Kelas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan
melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak
ada modifikasi.
e) Kelas V: Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior
tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan
daya kunyah.
f) Kelas VI: Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi
tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan.
g) Kelas VII: Kehilangan setengah rahang tapi separuh gigi posterior
masih ada
h) Kelas VIII: Kehilangan setengah rahang tapi separuh gigi anterior
masih ada
3) Klasifikasi Swenson
a) Kelas I: Unilateral free end
b) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end
c) Kelas III: Bounded sadle
d) Kelas IV: Anterior tooth supported
8
4) Klasifikasi Miller
a) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus
berhadapan dan tegak lurus dengan median line
b) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum
melewati median line.
c) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, sehingga akan berbentuk
segitiga
d) Kelas IV: Memakai 4 klamer
5) Klasifikasi Soelarko
a) Kelas I: Bersandaran bebas
b) Kelas II: Bersandaran ganda
c) Kelas III: Modifikasi kelas 1 dan 2 dan terdiri dari 3 divisi
c. Dampak Gigi Hilang yang Tidak Dirawat
1) Processus alveolaris menyusut (kempot)
2) Pengucapan huruf tidak jelas
3) Drifting/rotasi gigi
4) Kelainan bicara
5) Temporo Mandibular Disorder pada Temporo Mandibular Joint
6) Ekstrusi gigi antagonis
7) Beban berlebih
8) Gangguan pencernaan
9) Keausan gigi
10) Banyak kalkulus karena pengunyahan satu sisi
11) Mengganggu estetika
12) Bentuk wajah turun (brachiochepali)
13) Resesi gingiva di gigi tetangga yang hilang
14) Makroglosia pada hilang gigi seluruhnya
15) Kenyamanan mengunyah berkurang
9
d. Macam-macam Perawatan
Secara umum dibagi 2, yaitu:
1) Fix/cekat
2) Removable sebagian dan penuh
a) GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)
Menggantikan gigi yang mengalami kehilangan di sebagian
gigi dan dapat dilepas sendiri oleh pasien.
Dalam skenario kasus dapat digunakan cekat (implan) dengan
syarat gigi penyangganya masih kuat. Perlu diperhatikan kenyamanan
pasien pengguna gigi tiruan.
e. Indikasi
1) GTSL
a) Kehilangan gigi sebagian
b) Tidak ada penyakit sistemik
c) Pasien kooperatif
d) Gigi yang masih ada tidak kuat menjadi penjangkar
e) Keadaan gigi di rongga mulut baik
f) Tidak alergi bahan-bahan gigi tiruan lepasan
g) Tetap perlu gigi penyangga
2) Cekat
a) Hygiene rongga mulut baik
b) Adanya gigi penjangkar
c) Tidak ada penurunan tulang alveolar
d) Pasien tidak alergi bahan-bahan gigi tiruan cekat
f. Penatalaksanaan
Dilihat pertimbangan dari gigi yang masih ada, adanya alveolar
bone, kuat menjadi penyangga apa tidak, penjangkaran juga dilihat dulu.
Tahap pembuatan gigi tiruan adalah sebagai berikut:
1) Pencetakan gigi
10
2) Pemilihan warna gigi
3) Design gigi tiruan
4) Proses; bisa dilakukan sendiri atau di lab
5) Insersi (retensi, oklusi, stabilisasi)
6) Kontrol
7) Edukasi pasien terhadap pemakaian gigi tiruan
4. Step 4: Analyzing The Problem/Menganalisa Permasalahan Detail
a. Etiologi Gigi Hilang
Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti
karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya
hidup dan faktor sosio-demografi juga berpengaruh terhadap kehilangan
gigi. Kehilangan gigi geligi meningkat seiring dengan bertambahnya usia
akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit periodontal
(repository.usu.ac.id).
1) Faktor Penyakit
Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang
paling sering terjadi pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies
merupakan penyakit infeksi pada gigi. Karies pada gigi yang tidak
dirawat dapat bertambah buruk, sehingga akan menimbulkan rasa
sakit dan berpotensial menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit
periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung
gigi yang apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi.
Penyakit periodontal dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan
resesi gingiva serta bertambah parah di usia tua (repository.usu.ac.id).
2) Faktor Bukan Penyakit
Faktor sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi jumlah kehilangan gigi. Usia lanjut mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan perubahan patologis. Secara
umum kondisi fisiologis pasien lanjut usia akan ditemui kemunduran
11
pertumbuhan tulang dan tulang rahang. Resorbsi terjadi merata pada
rahang atas dan rahang bawah. Kemampuan menjaga kebersihan
rongga mulut pun menurun (Tarigan, 2005).
Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat
pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung
memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut,
menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup
yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.
Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai status ekonomi
yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga dapat melakukan perawatan gigi dan mulut sesuai dengan
anjuran dokter gigi.
b. Klasifikasi Kehilangan Gigi
Dasar klasifikasi dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Berdasarkan sadel atau daerah yang tidak bergigi
a) Kennedy (Haryanto dkk., 1995)
(1) Kelas I: Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang
(bilateral).
(2) Kelas II: Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi
rahang (unilateral).
(3) Kelas III: Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya
berada pada salah satu sisi rahang (unilateral).
(4) Kelas IV: Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari
gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
12
b) Applegate Kennedy (Bakar, 2012)
(1) Kelas I: Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi
rahang/Bilateral Free End.
(2) Kelas II: Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi
rahang/Unilateral Free End.
(3) Kelas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang
masih ada dibagian posterior.
(4) Kelas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior
dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini
tidak ada modifikasi.
(5) Kelas V: Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli
anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak
mampu menahan daya kunyah.
(6) Kelas VI: Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi
tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus
seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang
terjadi pertama kalinya dalam mulut.
c) Swenson (Wahyuningtyas, 2012)
(1) Kelas I: Unilateral free end
(2) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end
(3) Kelas III: Bounded sadle
(4) Kelas IV: Anterior tooth supported
d) Miller (Wahyuningtyas, 2012)
(1) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus
berhadapan dan tegak lurus dengan median line.
(2) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum
melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak
lurus.
13
(3) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian
rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang
letaknya kira-kira di tengah protesa.
(4) Kelas IV: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis
membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa.
e) Klasifikasi Soelarko
(1) Kelas I: Bersandaran bebas
(2) Kelas II: Bersandaran ganda
(3) Kelas III: Modifikasi kelas 1 dan 2 dan terdiri dari 3 divisi
c. Dampak Gigi Hilang yang Tidak Dirawat
Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan
berbagai dampak, yaitu:
1) Fungsional
Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi
yang dapat menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan
sehingga mengganggu status nutrisi. Individu yang kehilangan gigi
sebagian atau seluruhnya hanya dapat memakan makanan yang lembut
sehingga nutrisi bagi tubuh menjadi terbatas. Populasi yang
mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi akan
mengubah pola konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat
seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan daging yang merupakan
sumber vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu hal yang sulit
bahkan tidak mungkin untuk dikunyah (repository usu.ac.id).
2) Sistemik
Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa
penyakit sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular (artherosclerosis). Penyebabnya adalah status gigi
yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Kurangnya konsumsi
kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah-buahan dan sayur-
sayuran akibat kehilangan gigi dapat meningkatkan resiko terjadinya
14
osteoporosis. Selain itu, penyakit kardiovaskular dapat disebabkan
bersatunya agen infeksius dalam bentuk atheroma dan faktor
predisposisi genetik terhadap penyakit periodontal dan penyakit
(repository usu.ac.id).
3) Emosional
Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang
ditunjukkan pasien sehubungan dengan status kehilangan seluruh gigi
yang dialaminya. Kehilangan gigi dapat menimbulkan reaksi seperti
merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa tua,
perubahan tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan
gigi dan tidak ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak
memakai gigi tiruan serta mengubah tingkah laku dalam
bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan bahwa hilangnya gigi dan
pemakaian gigi tiruan berdampak pada psikososial seseorang.
4) Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat
menahan beban misalnya beban pengunyahan, hal ini dapat merusak
struktur periodontal dan gigi mudah karies (Bakar, 2012).
5) Erupsi berlebih
Pada gigi yang tertinggal akan mengalami erupsi berlebih ke
arah daerah gigi yang hilang (Bakar, 2012).
6) Gangguan pada TMJ
Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabkan
berubahnya temporo mandibular joint (Bakar, 2012).
7) Terganggunya kebersihan mulut
Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga
makanan dapat masuk, lama-lama menimbulkan plak dan akhirnya
karies (Bakar, 2012).
15
8) Beban berlebih pada jaringan pendukung
Jumlah gigi yang berkurang akibat kasus kehilangan gigi
menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan sehingga
beban yang diterima jaringan pendukung semakin besar, akibatnya
membran periodontal mudah rusak dan menyebabkan gigi menjadi
goyah (Bakar, 2012).
9) Kelainan berbicara
Apabila kehilangan gigi depan, maka huruf labio dental seperti
F, V, P, H tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga dengan
huruf linguo dental (Bakar, 2012).
d. Macam-macam Perawatan
1) Gigi Tiruan Lepasan
Gigitiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan
gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).
a) Gigi Tiruan Penuh
Gigi tiruan penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang
menggantikan seluruh gigi geligi yang hilang dan jaringan
pendukungnya di rahang atas dan rahang bawah. Tujuan
pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik,
fonetik, dukungan oklusal, untuk pengunyahan, kenyamanan
dan kesehatan jaringan pendukung (Haryanto dkk., 1995).
b) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
GTSL adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian
dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh
pasien dari mulutnya (Bakar, 2012).
2) Gigi Tiruan Cekat
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut
yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan tidak
dapat dilepas dengan mudah, baik oleh pasien maupun dokter
giginya. Restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada
16
gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama
dari restorasi tersebut (Bakar, 2012)
e. Indikasi
1) GTSL (Yasin, 2012)
a) Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
(1) Usia: usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar,
panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut
dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya
memerlukan waktu yang lama.
(2) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum
Ante.
(3) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.
b) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end
saddle)
c) Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
d) Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
e) Bila membutuhkan estetik yang lebih baik
f) Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
g) Keinginan pasien
2) GTC (Yasin, 2012)
a) Menggantikan gigi yang hilang satu atau beberapa gigi
b) Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan
periodontal relatif baik
c) Pasien berumur 20-55 tahun
f. Penatalaksanaan
Dilihat pertimbangan dari gigi yang masih ada, adanya alveolar
bone, kuat menjadi penyangga apa tidak, penjangkaran juga dilihat dulu.
Menurut Bakar (2012), tahap pembuatan gigi tiruan adalah sebagai
berikut:
17
1) Pencetakan dengan teknik mukostatik
2) Pemilihan warna dan bentuk gigi
3) Pemuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan
4) Kirim ke lab atau membuat sendiri
5) Try in, cek oklusi, retensi, dan stabilisasi
6) Insersi
7) Kontrol
5. Step 5: Formulating Learning Issues/Merumuskan Tujuan Belajar
a. Analisis bagaimana gigi tiruan yang dibuat pada gigi yang baru hilang
dengan gigi yang sudah lama hilang?
b. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi!
c. Bagaimanakah beban kunyah di Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
dan Gigi Tiruan Cekat (GTC)?
d. Bagaimana edukasi yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien
pengguna gigi tiruan?
e. Sebutkan indikasi GTSL dan GTC (meliputi gigi penjangkar juga)!
f. Bagaimana penggunaan GTSL pada pasien yang memiliki penyakit
sistemik?
6. Step 6: Self Study/Belajar Mandiri
7. Step 7: Reporting/Diskusi Hasil Belajar
a. Perbedaan Gigi Tiruan yang Dibuat Pada Gigi yang Baru Hilang dengan
Gigi yang Sudah Lama Hilang
Gigi tiruan yang dibuat pada gigi yang baru hilang termasuk pada
jenis immediate protesa atau gigi tiruan sebagian yang segera dipasang
setelah pencabutan. Pada jenis ini, gigi tiruan dimasukkan 1-2 mm pada
soket gigi yang hilang tersebut (Husodo, 2013). Sedangkan pada gigi
yang sudah lama hilang, maka termasuk jenis conventional protesa atau
tidak segera dipasang setelah pencabutan. Karena dipasang dalam jangka
18
waktu lama setelah gigi hilang, maka soket pada daerah gigi yang hilang
akan tertutup, sehingga gigi tiruan tidak dimasukkan atau dibenamkan di
dalam soket. Tidak dapat langsung diberikan gigi tiruan. Lamanya waktu
kehilangan gigi menjadi pertimbangan dokter gigi, misalnya sudah lama
hilang maka akan terjadi kelainan seperti ada gigi yang mengalami rotasi
sehingga akan menentukan jenis perawatan. Kondisi tulangnya pun
diperhatikan apalagi jika berhubungan dengan trauma. Ketinggian tulang
alveolar perlu diperhatikan, setelah pencabutan ada proses selama 8
minggu untuk pemadatan tulang alveolar. Apabila pencabutan sudah
lama, maka ada resorpsi tulang alveolar, untuk rahang atas resorpsi
tulang ke arah atas sedangkan rahang bawah ke arah bawah dan dalam.
Gigi hilang yang telah lama akan memperlihatkan kerusakan karena
beban kunyah yang berlebihan. Immediate denture digunakan untuk gigi
yang hilang/ekstraksi pada saat itu dipasang dan hanya bersifat
sementara.
b. Klasifikasi Kehilangan Gigi
Dasar klasifikasi dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Berdasarkan sadel atau daerah yang tidak bergigi
a) Kennedy (Haryanto dkk., 1995)
(1) Kelas I: Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang
(bilateral)
(2) Kelas II: Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi
rahang (unilateral)
(3) Kelas III: Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya
berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)
(4) Kelas IV: Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari
gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang
19
b) Applegate Kennedy (Bakar, 2012)
(1) Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior
dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi
rahang/Bilateral Free End.
(2) Kelas II : Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior
dari gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi
rahang/Unilateral Free End.
(3) Kelas III : Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi
yang masih ada dibagian posterior.
(4) Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian
anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk
kelas ini tidak ada modifikasi.
(5) Kelas V : Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli
anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak
mampu menahan daya kunyah.
(6) Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi
tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus
seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang
terjadi pertama kalinya dalam mulut.
Terdapat beberapa ketentuan dalam klasifikasi ini, yaitu:
1) Dilakukan setelah semua pencabutan dilaksanakan
2) Bila gigi 8 hilang dan tidak akan diganti, maka tidak masuk
klasifikasi
3) Bila gigi 8 hilang da akan diganti, maka masuk klasifikasi
4) Bila gigi 7 hilang dan tidak diganti, maka tidak masuk
klasifikasi
5) Bagian tak bergigi paling posterior menentukan kelas utama
dalam klasifikasi
6) Daerah tak bergigi lain, disebut Modifikasi
7) Luas modifikasi/jumlah gigi tidak diperhitungkan
8) Kelas IV Kennedy tidak ada modifikasi
20
c) Swenson (Wahyuningtyas, 2012)
Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy, yaitu:
(1) Kelas I: Unilateral free end
(2) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end
(3) Kelas III: Bounded sadle
(4) Kelas IV: Anterior tooth supported
d) Austin Lidge (Wahyuningtyas, 2012)
Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan
wilayah daerah gigi yang hilang, yaitu:
(1) Daerah gigi yang hilang anterior: A
(2) Daerah gigi yang hilang posterior: P
Pada masing-masing daerah tersebut dibagi 2 lagi dengan batas
median line.
2) Berdasarkan pada letak retainer
a) Miller (Wahyuningtyas, 2012)
(1) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus
berhadapan dan tegak lurus dengan median line
(2) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum
melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum
tegak lurus
(3) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian
rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang
letaknya kira-kira di tengah protesa
(4) Kelas IV: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis
membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa
b) Cummer (Wahyuningtyas, 2012)
(1) Kelas I: Protesa dengan 2 retensi direct, letaknya diagonal,
berorientasi pada frame protesa
(2) Kelas II: Protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila
dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line
21
(3) Kelas III: Protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada
1 sisi/bidang
(4) Kelas IV: protesa dengan 3-4 klamer, bila dihubungkan dengan
garis membentuk segi empat dan berada di tengah protesa
c. Beban kunyah di GTSL dan GTC
1) GTSL
Prinsip dasar desain GTSL adalah memelihara atau
mempertahankan kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan sebagian
lepasan dengan memperhatikan:
a) Distribusi tekanan yang luas (melalui cengkeraman)
b) Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)
c) Physiologic basing (tekanan fisiologis pada mukosa di bawah
basis)
Bila gigi hilang gigi belakang dimana beban kunyah besar, sedangkan
gigi penjangkarnya kurang kuat untuk mendukung beban kunyah yang
besar tersebut, maka sebaiknya dibuatkan GTS gingiva.
Menurut Haryanto (1995), macam-macam gigi tiruan sebagian
menurut jaringan pendukungnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Gigi Tiruan Sebagian (GTS) paradental/tooth supported:
cengkeram yang dipakai adalah cengkeraman paradental. Gigi
penjangkar sedapat mungkin dekat dengan gigi yang hilang,
kecuali bila mengganggu estetis. Basis tidak perlu terlalu luas.
Dukungannya berupa gigi asli.
b) GTS gingival/mucosa supported: cengkeram yang dipakai adalah
ginggival, gigi penjangkar sedapat mungkin dekat dengan gigi yang
hilang, basis dibuat seluas mungkin. Dukungannya berupa mukosa
ujung bebas.
c) GTS kombinasi paradental-gingival/mucosa and tooth supported:
cengkeram yang dipakai adalah pada sisi paradental menggunakan
paradental, pada sisi gingival menggunakan cengkeram gingival.
22
Pada satu sisi tidak boleh ada cengkeram paradental dan gingival
bersama-sama. Basis pada sisi paradental tidak luas, sedangkan
pada sisi gingival luas.
Pada protesa dukungan gigi, gaya kunyah disalurkan kepada gigi
pendukung, membrana periodontal, baru kemudian kepada tulang.
Jika jaringan yang menjadi pendukung geligi tiruan, gaya kunyah
disalurkan kepada jaringan lunak lalu ke tulang.
2) GTC
Gaya kunyah pada geligi tiruan cekat disalurkan kepada gigi
pendukung, membrana periodontal, baru kemudian ke jaringan tulang
(dukungan gigi) (Haryanto dkk., 1995).
d. Edukasi yang Diberikan oleh Dokter Gigi Pada Pasien Pengguna Gigi
Tiruan
1) Pemeliharaan protesa
Plak pada gigi tiruan 50% dapat dihilangkan dengan cara
mekanik yaitu dengan cara menyikat dengan kapas/sikat bulu lembut
gigi tiruan setiap pagi dan malam, 20-30% dapat dihilangkan secara
kimiawi yaitu dengan merendam gigi tiruan dalam air, cairan cleanser
selama 5-10 menit atau larutan desinfektan pada malam hari dan 80%
dapat dihilangkan dengan kombinasi mekanik dan kimiawi.
Dianjurkan untuk membuka gigi tiruan pada malam hari atau selama
6-8 jam setiap hari untuk mengurangi berkontaknya mukosa dengan
plak gigi tiruan. Berhati-hati ketika membersihkan gigi tiruan karan
mudah fraktur (repository.usu.ac.id).
2) Pemeliharaan rongga mulut
Pasien diminta untuk menjaga oral hygiene nya. Pasien harus
tahu kekurangan GTSL, kontrol.
Untuk pasien pengguna immediate denture dapat diberikan
edukasi berupa mengunyah pada semua sisi, termasuk pada sisi yang
terdapat gigi tiruannya, tidak boleh makan makanan yang panas,
23
dikompres air dingin paska ekstraksi selama 15 menit, dan kumur-kumur
air hangat yang dicampur garam. Pada pasien yang akan mengenakan
gigi tiruan pertama kali, perubahan neuromuskular bisa memperbesar
waktu yang diperlukan untuk adaptasi gigi tiruan. Kepada pasien perlu
diajarkan bahwa masalah ini dialami oleh semua pemakai gigi tiruan.
Suruh pasien membiasakannya demi kepentingan dirinya sendiri
sehingga gigi tiruan tersebut lama kelamaan terasa menjadi bagian dari
organ rongga mulut (Tarigan, 2005)
e. Indikasi GTSL dan GTC
1) GTSL (Yasin, 2012)
a) Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
(1) Usia: usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar,
panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut
dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya
memerlukan waktu yang lama.
(2) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum
Ante.
(3) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.
b) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end
saddle)
c) Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
d) Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
e) Bila membutuhkan estetik yang lebih baik
f) Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
g) Keinginan pasien
2) GTC (Yasin, 2012)
a) Menggantikan gigi yang hilang satu atau beberapa gigi
b) Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan
periodontal relatif baik
c) Pasien berumur 20-55 tahun
24
Berikut ini adalah syarat umum gigi penjangkar, yaitu:
a) Gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan
sempurna
b) Bentuk anatomis dan besarnya normal
c) Tidak ada kerusakan atau kelainan. Misalnya tambalan yang besar,
karies, hypoplasia, konus
d) Posisi dalam lengkung gigi normal
e) Keadaan akar gigi: bentuk ukurannya normal, tertanam dalam
tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3, jaringan
periodontal sehat, tidak ada kelainan periapikal
f) Sedapat mungkin tidak goyang
f. Penggunaan GTSL pada pasien yang memiliki penyakit sistemik
1) Diabetes Mellitus (DM)
Masih dapat dilakukan GTSL dengan syarat DM nya
terkontrol. Menghindari perawatan yang menyebabkan luka. Pada
pasien DM dibuat desain gingival mengingat keadaan dari sisa gigi
yang ada sering goyang. Penderita DM biasanya mengalami
xerostomia, apabila terjadi xerostomia, maka gaya adhesi dan gaya
kohesi akan berkurang sehingga harus diberi obat namun hindari obat
yang mengandung karbohidrat, pada desain GTSL nya juga dapat
diberikan modifikasi reservoir saliva buatan. Pasien dan dokter gigi
harus kooperatif dan kontrol lebih sering, pasien juga diharapkan
berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Pemeriksaan
penunjang seperti roentgen juga diperlukan untu mengetahui kelainan
terutama pada pasien yang ingin dibuatkan gigi tiruan cekat.
2) Epilepsi
Penderita epilepsi apabila kumat, maka gigi tiruan akan
mengalami fraktur, sehingga GTSL kurang aman untuk penderita ini.
25
3) Osteoporosis
Pada penderita osteoporosis, pemakaian gigi tiruan akan
mempercepat resorpsi tulang, karena adanya tekanan dari basis.