Laporan Awal Ka - Simultan

Embed Size (px)

Citation preview

I.

TUJUAN 1. Membuat kurva absorbsi campuran dua zat. 2. Menentukan panjang gelombang pengukuran. 3. Menentukan absortivitas molar kedua zat pada setiap panjang gelombang pengukuran. 4. Menentukan kadar zat campuran secara simultan.

II. 2.1

DASAR TEORI Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrumental yang frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan instrumental yang banyak ditemukan dalam laboratorium kimia analisis. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UVVis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Widjaja dkk., 2008). Prinsip pengukuran dengan spektrofotometri adalah interaksi antara sumber radiasi elektromagnetik dengan analat. Semua bahan dapat menuyerap radiasi elektromagnetik karena memiliki elektron yang dapat menyebabkan transisi elektronik ke tingkat energi yang lebih tinggi. Transisi elektronik pada analat menyebabkan intensitas sumber radiasi elektromagnetik menurun. Intensitas sumber radiasi yang keluar dari analat dibaca oleh detektor sebagai transmitan dan berdasarkan hukum Lambert-Beer dirubah ke dalam bentuk absorban dan ditampilkan dalam spektrum ultraviolet. (Herlina, 2008). Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan absorban REM oleh molekul atau REM yang diteruskan. Keduanya dikenal dengan istilah absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%T) (Widjaja dkk., 2008).

Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang maksimum yang tidak berhimpit. Absorpsi larutan sampel/campurannya pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya. Kadar masing-masing zat ditentukan menggunakan metode simultan (Widjaja dkk., 2012). Bila diinginkan pengukuran 2 senyawa berbeda secara bersamasama dengan spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang dimana masing-masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang lain yang paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan memberikan kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang . Pengukuran dilakukan pada beberapa panjang gelombang sehingga nantinya didapatkan dua panjang gelombang maksimum. Pada dua panjang gelombang maksimum ini akan didapatkan dua persamaan hubungan antara dihitung. absorbansi dengan dipilih konsentrasi panjang masing-masing gelombang yang panjang mana gelombang. Akibatnya konsentrasi masing-masing komponen dapat Mula-mula perbandingan absortivitas maksimum, yaitu : (a1/a2) maksimum pada 1 dan (a2/a1) pada 2 . Hal tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah ini (Gandjar dan Rohman, 2007)

Gambar 2. 1. Spektra dua buah senyawa, senyawa I dan senyawa II (Sumber : Pescok et al, 1976)

Pengukuran campuran 2 senyawa baik pada panjang gelombang 1(1

) mapun panjang gelombang 2 (2) , oleh absorbansi pada kedua panjang

gelombang tersebut merupakan jumlah dari absorbansi senyawa1 dan absorbansi senyawa 2 (perhatikan gambar diatas yang menggambarkan spektra dua buah senyawa,senyawa I dan II), yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: A1 = (a1c 1) 1 + (a2c 2) 1 .............................................(1.5) A2 = (a1c 1) 2 + (a2c 2) 2 .............................................(1.6) Keterangan : nilai a (absorptivitas) dapat juga diganti dengan absorptivitas molar.Yang mana: c1 c2 : konsentrasi senyawa 1 : konsentrasi senyawa 2 : absorptivitas senyawa 1 pada panjang

(a1) 1

Apabila suatu REM dikenakan kepada suatu larutan dengan intensitas radiasi semula (I0), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It), dipantulkan (Ir) dan diabsorpsi (Ia), sehingga: I0 = It + Ir + Ia Harga Ir ( 4%) dapat diabaikan karena pengerjaan dengan metode Spektofotometri UV-Vis menggunakan larutan pembanding sehingga: I0 = It + Ia Bouguer, Lambert dan Beer secara matematis menghubungkan antara transmitan dan absorban dengan intensitas radiasi sehingga didapatkan:

Dimana : T = persen transmitan Io = Intensitas radiasi yang datang It = Intensitas radiasi yang diteruskan ??? absorbansi molar (L.mol-1 cm-1) = c = konsentrasi (mol.L-1) b = tebal larutan (cm) A = absorban (Widjaja, 2008).

2.2

Parasetamol Pemerian paracetamol, antara lain berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal. Titik didihnya dalam air berkisar antara 169.0 to 170.5. Paracetamol sedikit larut dalam air dingin, sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, dimetilformamide, etilene diklorida, aseton, dan etil asetat; sedikit larut dalam eter dan kloroform; serta tidak larut dalam petroleum eter, pentane dan benzene (Anonim, 1995).

Gambar 4. Rumus Struktur Paracetamol (Bogusz, 2000)

Paracetamol memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang 245 (pada suasana asam) dan 257 (pada suasana basa). Kurva absorbansi paracetamol pada larutan asam serta basa dapat dilihat pada gambar di bawah. Larutan asam encer245 (A11=668a); Larutan basa encer257 nm (A11=715a) (Anonim, 2005).

Gambar 5. Spektrum Paracetamol (Moffat et al, 2005)

2.3

Teofilin Pemerian Teofilin, yaitu serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa pahit; stabil di udara. Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H8N4O2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Teofilin sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam air panas; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995).

Gambar 2.3.1. Rumus Struktur Teofilin (Moffat et al, 2005)

Teofilin berupa serbuk kristal putih dengan titik lebur 270 274. 1 bagian teofilin terlarut dalam 120 bagian air, 80 bagian etanol dan 110 bagian kloroform; terlarut sebagian dalam eter; larut dalam asam encer, ammonia, dan larutan alkali hidroksida.

Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam Larutan asam adalah sebesar 536 a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absobansinya sebesar 650a pada max 275 nm. Kurva absorbansi teofilin pada larutan asam serta basa dapat dilihat pada gambar di bawah (Moffat et al, 2005).

Gambar 2.3.2. Spektrum Teofilin (Moffat et al, 2005)

III. 3.1 -

ALAT DAN BAHAN Alat Spektrofotometri UV-Vis Kuvet Labu takar 25 mL; 100 mL Pipet volume 1 mL; 5 mL; 10 mL Gelas viala 100 mL Pipet tetes Botol semprot Tissue Lap pel

3.2 -

Bahan Larutan stok baku parasetamol 1 mg/1 mL Larutan stok baku teofilin 1 mg/1 mL Sampel larutan parasetamol dan teofilin Aquades

IV. 4.1

PELAKSANAAN PERCOBAAN Penyiapan Larutan 4.1.1 Larutan stok baku parasetamol dan teofilin Ditimbang masing-masing 10 mg parasetamol dan 15 mg teofilin Dimasukkan masing-masing ke dalam labu takar 100 mL Dilarutkan dalam aquades dan diisi volume sampai tanda batas 4.1.2 Larutan siap ukur baku parasetamol dan teofilin Dipipet 0,1 mL larutan stok parasetamol dan 1,0 mL teofilin Dimasukkan masing-masing ke dalam labu takar 25 mL Ditambahkan aquades sampai tanda batas 4.1.3 Larutan blanko = aquades 4.2 Pengukuran 4.2.1 Menghidupkan spektrofotometer GENEYSTM 10 Dihidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF (1 = ON;

0=OFF) 4.2.2 Pengukuran larutan blanko dan larutan sampel Diukur absorban larutan baku tunggal pada rentang panjang gelombang 300 nm

Ditentukan panjang gelombang maksimum parasetamol dan teofilin Diukur absorban larutan sampel pada kedua panjang gelombang maksimumnya DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI Anonim. 2005. Clarkes Analysis of Drug and Poison. London: Pharmaceutical Press Bogusz, MJ. 2000. Handbook of Analytical Separation. Netherlands: Elsevier Science Gholib Gandjar I. & Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Herlina, Satria. 2008. Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B1, B2, dan B4 dengan Teknik Spektroskopi UV-Vis melalui Pendekatan Kalibrasi Multivariat. Available at : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle /123456789/50329/G08she.pdf?sequence=1 Opened at : 31 Maret 2012 Moffat, A.C., Osselton, D.M., Clarke, E.G.C. and Widdop, B. 2005. Clarkes Analysis of Drugs and Poisons. 3rd Edition. Michigan: Pharmaceutical Press Widjaja, INK. K.W. Astuti., N.M.P. Susanti., & I.M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku Ajar Kimia Analisis. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Widjaja, INK. Ni Made Pitri Susanti. Ni Putu Linda Lasmiani. Kadek Duwi Cahyadi. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran : Udayana University Press