26
DIURETIKA I. Tujuan Melihat sediaan uji yang mempunyai aktivitas diuretik dengan melihat volume urin yang diekskresikan oleh tikus setelah diberi Lasix (Furosemide) dan Aquabidest. II. Dasar Teori Diuretika merupakan suatu jenis obat yang berfungsi untuk menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, yang pertama diuresis menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua diuresis menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama dari diuretika adalah untuk memobilisasi cairan oedema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal (Permadi, 2009). Obat diuretika bekerja pada segmen tubulus ginjal yang berbeda-beda, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. 1

Laporan Diuretika Kita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fartok

Citation preview

DIURETIKAI. TujuanMelihat sediaan uji yang mempunyai aktivitas diuretik dengan melihat volume urin yang diekskresikan oleh tikus setelah diberi Lasix (Furosemide) dan Aquabidest.II. Dasar TeoriDiuretika merupakan suatu jenis obat yang berfungsi untuk menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, yang pertama diuresis menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua diuresis menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama dari diuretika adalah untuk memobilisasi cairan oedema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal (Permadi, 2009).Obat diuretika bekerja pada segmen tubulus ginjal yang berbeda-beda, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tempat Kerja Berbagai Obat Diuretika Pada Tubulus Ginjal (Katzung, dkk., 2009)

Berdasarkan tempat kerjanya, diuretik dibagi menjadi 5 golongan, yaitu

1. Diuretika osmotik

Tubulus proksimal dan loop Henle descending adalah bebas permeabel ke air. Agen osmotik aktif yang disaring oleh glomerulus tetapi tidak diserap menyebabkan air harus dipertahankan pada bagian ini dan mempromosikan diuresis air dan dapat digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan untuk mempromosikan penghapusan cepat racun pada ginjal. Salah satu jenis dari obat ini adalah manitol. Manitol sulit diserap oleh saluran pencernaan, dan apabila diberikan secara oral dapat menyebabkan diare osmotik. Untuk efek sistemik, manitol harus diberikan secara parenteral. Manitol tidak dimetabolisme dan diekskresikan oleh filtrasi glomerulus dalam waktu 30-60 menit. Diuretika osmotik memiliki pengaruh besar pada tubulus proksimal dan loop Henle descending. Melalui efek osmotik, mereka juga melawan aksi ADH di tubulus pengumpul . Kehadiran zat terlarut tetapi tidak dapat direabsorpsi seperti manitol dapat mencegah penyerapan air. Akibatnya, volume urin meningkat (Katzung, dkk., 2009).2. Diuretika golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Karbonat anhidrase banyak terdapat pada nefron, tetapi lokasi utama dari enzim ini adalah membran luminal PCT di mana akan mengkatalisis dehidrasi H2CO3. Dengan menghalangi enzim karbonat anhidrase, inhibitor akan memblok reabsorpsi NaHCO3 dan menyebabkan diuresis.Penghambat anhidrase karbonat diserap dengan baik pada pemberian oral. Peningkatan pH urine dari HCO3 yang jelas dalam waktu 30 menit, dan maksimal pada 2 jam, dan berlangsung selama 12 jam setelah dosis tunggal. Salah satu contoh dari obat ini adalah asetazolamid (Katzung, dkk., 2009).

3. Diuretika golongan tiazid

Diuretika golongan tiazid muncul dari upaya untuk mensintesis lebih kuat dari inhibitor karbonat anhidrase. Diuretika jenis tiazid akan menghambat transportasi NaCl terutama di tubulus kontortus distal. Namun, beberapa anggota kelompok ini mempertahankan aktivitas penghambatan karbonat anhidrase. Salah satu jenis obat golongan ini adalah hydrochlorothiazide (HCT). Semua diuretik golongan tiazid dapat diberikan secara oral, tetapi terdapat perbedaan dalam proses metabolisme. Chlorothiazide sangat tidak larut dalam lemak dan harus diberikan dalam dosis yang relatif besar sehingga diberikan secara parenteral. Semua diuretika golongan tiazid disekresikan oleh sistem sekresi asam organik dalam tubulus proksimal dan bersaing dengan sekresi asam urat, sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat serum (Katzung, dkk., 2009).4. Diuretika Hemat Kalium

Diuretika hemat kalium mencegah sekresi K+ oleh efek antagonis aldosteron pada distal akhir dan tubulus pengumpul. Penghambatan dapat terjadi oleh reseptor antagonis langsung mineralokortikoid (spironolakton, eplerenone) atau dengan menghambat masuknya Na+ melalui saluran ion pada membran luminal (amilorid, triamterene). Diuretika hemat kalium mengurangi penyerapan Na+ dalam tubulus pengumpul dan saluran. penyerapan Na+ dan sekresi K+ di tempat ini diatur oleh aldosteron. Antagonis aldosteron mengganggu proses ini. Efek yang sama diamati dengan penanganan H+ oleh sel-sel yang diselingi dari tubulus pengumpul, dan sebagian menjelaskan terjadinya asidosis metabolik (Katzung, dkk., 2009).5. Diuretika Loop

Diuretika loop selektif menghambat reabsorpsi NaCl di TAL. Karena daya serap besar NaCl segmen ini dan fakta bahwa tindakan diuretik obat ini tidak dibatasi oleh. Diuretika loop adalah agen diuretik yang paling efektif digunakan. Jenis obat dalam kelompok ini adalah furosemide dan asam etakrinat. Diuretika loop cepat diserap dan dieliminasi oleh ginjal melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Penyerapan torsemide secara oral lebih cepat (1 jam) dibandingkan dengan furosemide (2-3 jam) dan hampir serupa dengan pemberian intravena. Durasi efek untuk furosemide biasanya 2-3 jam dan torsemide adalah 4-6 jam. Diuretika loop menghambat NKCC2 , luminal Na+/K+/2Cl, ransporter di TAL loop Henle . Dengan menghambat transporter ini, diuretika loop dapat mengurangi reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi potensi lumen-positif yang berasal dari reabsorpsi K+. Diuretika loop juga telah digunakan untuk menginduksi ekspresi dari salah satu cyclooxygenases (COX-2), yang berpartisipasi dalam sintesis prostaglandin dari asam arakidonat. Furosemide dapat meningkatkan aliran darah ginjal. (Katzung, dkk., 2009).Furosemida termasuk golongan diuretik loop (Kee dan Hayes, 1996). Obat-obat dalam golongan diuretik loop sangat poten dan menyebabkan penurunan jumlah air dan elektrolit dalam jumlah besar. Efek dari diuretik kuat berkorelasi dengan dosis, yaitu dengan meningkatnya dosis, efek diuretik kuat lebih berpotensi daripada tiazid dan respon obat ini juga meningkat (Kee dan Hayes, 1996).Furosemida (Lasix) dapat meningkatkan ekskresi kalsium. Obat ini digunakan secara peroral dengan dosis 20-80 mg/hari dan secara intravena 20-40 mg, disuntikkan perlahan-lahan selama 1-2 menit. Dosis maksimum dari furosemida adalah 600mg/hari. Pemakaian Furosemida adalah untuk edema paru-paru dan perifer akibat penyakit jantung koroner, hipertensi, payah ginjal tanpa anuria dan hiperkalsemia (Kee dan Hayes, 1996).

Gambar 2. Struktur Kimia Furosemide (Katzung, dkk., 2009)III. Alat dan Bahan3.1 Alat

1. Timbangan tikus atau mencit

2. Gelas ukur

3. Kandang metabolism untuk tikus atau mencit

4. Alat sonde

5. Jarum suntik

6. Alat-alat gelas lain sesuai kebutuhan

3.2 Bahan1. Lasix (furosemida). 2. Aquabidest3.3 Hewan CobaTikus putih jantan galur Wistar sehat (bobot tubuh 150-200 g) atau mencit putih jantan galur Webster sehat (bobot 18-22 g).

IV. Prosedur Percobaan1. Sebelum percobaan dimulai, tikus dipuasakan makan dan minum selama 18 jam. Pada hari percobaan, tikus diberi air sebanyak 3 mL secara oral.

2. Tikus erlakuan diinjeksikan furosemida dan tikus kontrol tidak diberikan apa-apa. p

3. Tikus diobservasi dalam kadang metabolism individual dan volume urin yang diekskresikan dicatat setiap 15 menit selama 1 jam.

V. Data Pengamatan5.1 Tabel Pengamatan Kelompok Satu

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Aquabidest----

5.2 Tabel Pengamatan Kelompok Dua

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Furosemid 0,2 mL2 tetes311

5.3 Tabel Pengamatan Kelompok Tiga

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Furosemid 0,4 mL1,51,71,40,5

5.4 Tabel Pengamatan Kelompok Empat

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Furosemid 0,6 mL3451,6

5.5 Tabel Pengamatan Kelompok Lima

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Furosemid 0,8 mL11,510,50,5

5.6 Tabel Pengamatan Kelompok Enam

ObatVolume urine yang dikeluarkan (mL)

15304560

Furosemid 0,8 mL22,12,22,52

VI. Perhitungan

6.1 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Aquabidest

(Sebagai control, tidak ada aktivitas diuretika)

6.2 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Furosemid 0,2 mL

Menit ke 15

Diketahui:

VUT = 2 tetes ~ 0,5 mL

VCB = 0,2 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 30

Diketahui:

VUT = 3 mL

VCB = 0,2 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 45

Diketahui:

VUT = 1 mL

VCB = 0,2 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 60

Diketahui:

VUT = 1 mL

VCB = 0,2 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Tabel Hubungan Aktivitas Diuretik terhadap Waktu

Waktu (menit)Aktivitas Diuretik

15250%

301500%

45500%

60500%

6.3 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Furosemid 0,4 mL

Menit ke 15

Diketahui:

VUT = 1,5 mL

VCB = 0,4 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 30

Diketahui:

VUT = 1,7 mL

VCB = 0,4 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 45

Diketahui:

VUT = 1,4 mL

VCB = 0,4 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 60

Diketahui:

VUT = 0,5 mL

VCB = 0,4 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Tabel Hubungan Aktivitas Diuretik terhadap Waktu

Waktu (menit)Aktivitas Diuretik

15375%

30425%

45350%

60125%

6.4 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Furosemid 0,6 mL

Menit ke 15

Diketahui:

VUT = 3 mL

VCB = 0,6 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 30

Diketahui:

VUT = 4 mL

VCB = 0,6 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 45

Diketahui:

VUT = 5 mL

VCB = 0,6 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 60

Diketahui:

VUT = 1,6 mL

VCB = 0,6 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Tabel Hubungan Aktivitas Diuretik terhadap Waktu

Waktu (menit)Aktivitas Diuretik

15500%

30666,67%

45833,33%

60266,67%

6.5 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Furosemid 0,8 mL1 Menit ke 15

Diketahui:

VUT = 1,5 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 30

Diketahui:

VUT = 1 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 45

Diketahui:

VUT = 0,5 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 60

Diketahui:

VUT = 0,5 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Tabel Hubungan Aktivitas Diuretik terhadap Waktu

Waktu (menit)Aktivitas Diuretik

15187,5%

30125%

4562,5%

6062,5%

6.6 Perhitungan Aktivitas Diuretik pada pemberian Furosemid 0,8 mL2 Menit ke 15

Diketahui:

VUT = 2,1 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 30

Diketahui:

VUT = 2,2 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 45

Diketahui:

VUT = 2,5 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Menit ke 60

Diketahui:

VUT = 2 mL

VCB = 0,8 mL

Ditanyakan:

Aktivitas diuretik = ?

Jawab:

Tabel Hubungan Aktivitas Diuretik terhadap Waktu

Waktu (menit)Aktivitas Diuretik

15262,5%

30275%

45312,5%

60250%

6.7 Kurva Hubungan Aktivitas Diuretika Terhadap Waktu

VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menguji aktivitas diuretik dengan melihat volume urin yang dieksresikan oleh hewan uji (tikus) setelah diberi lasix (furosemida). Sesaat sebelum disuntikkan dengan furosemid. Tujuan diberikannya air pada tikus adalah agar tikus memiliki cairan yang dapat dikeluarkan ketika diberi obat diuretik, dan untuk mencegah tikus mengalami dehidrasi setelah kehilangan cairan. Tikus perlakuan diinjeksikan furosemide dengan dosis yang bervariasi secara intraperitoneal. Volume urin yang diekskresikan oleh tikus diobservasi kemudian dicatat setiap 15 menit selama 1 jam (60 menit). Percobaan ini dilakukan pada 6 kelompok yang diberikan jenis obat sama dengan kadar yang berbeda. Pada kelompok I, tikus yang diinjeksikan aquabidest sebanyak 5 ml yang digunakan sebagai kontrol secara intraperitoneal tidak menghasilkan volume urine selama 1 jam. Jadi volume urine yang dikeluarkan adalah 0 ml. Aquabidest termasuk obat diuretik yang lemah sehingga tidak mampu mengeluarkan cairan pada tikus dalam waktu 1 jam. Percobaan yang dilakukan pada kelompok II, setelah tikus diinjeksikan dengan obat furosemide dengan konsentrasi 0,2 ml menghasilkan volume urine pada menit ke-15 sebanyak beberapa tetes, pada menit ke-30 menit sebanyak 3 ml, dan pada menit ke-45 dan ke-60 sebanyak 1 ml. Hal ini menunjukkan bahwa obat furosemid bekerja paling efektif sebagai obat diuretik pada menit ke-30. Percobaan yang dilakukan pada kelompok III, obat yang diinjeksikan pada tikus percobaan adalah furosemide dengan volume 0,4 ml menghasilkan volume urine pada menit ke-15 sebanyak 1,5 ml, pada menit ke-30 menit sebanyak 1,6 ml, dan pada menit ke-45 sebanyak 1,4 ml dan menit ke-60 sebanyak 5 ml. Jadi obat dengan volume 0,4 ml mempunyai keefektifan kerja pada menit ke-60 atau obat ini efektif dalam mengekskresikan cairan dari tikus setelah 60 menit.Pada kelompok IV, tikus yang diinjeksikan dengan 0,4 mL furosemid, pada 15 menit pertama urin yang diekskresikan sebanyak 1,5 mL, 15 menit berikutnya (30 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 1,7 mL, 15 menit berikutnya (45 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 1,4 mL, 15 menit berikutnya (60 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 0,5 mL. Total jumlah urin yang diekskresikan setelah 60 menit pada injeksi furosemid sebesar 5,1 mL. Berdasarkan data pengamatan, urin yang dikeluarkan paling banyak setelah 30 menit adalah pada pemberian injeksi furosemid. Hal ini menunjukkan bahwa obat furosemid bekerja paling efektif sebagai obat diuretik setelah 30 menit, karena furosemida termasuk golongan diuretik kuat yang bekerja pada lengkung Henle (Kee dan Hayes, 1996). Pada percobaan kelompok V, tikus yang diinjeksikan dengan furosemid dengan volume 0,8 mL (I), pada 15 menit pertama urin yang diekskresikan sebanyak 1,5 mL, 15 menit berikutnya (30 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 1,0 mL, 15 menit berikutnya (45 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 0,5 mL, 15 menit berikutnya (60 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 0,5 mL. Total jumlah urin yang diekskresikan setelah 60 menit pada injeksi furosemid 0,8 mL (I) sebesar 3,5 mL. Pada percobaan kelompok VI, tikus yang diinjeksikan dengan furosemid dengan kadar 0,8 mL (II), pada 15 menit pertama urin yang diekskresikan sebanyak 2,1 mL, 15 menit berikutnya (30 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 2,2 mL, 15 menit berikutnya (45 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 2,5 mL, 15 menit berikutnya (60 menit) urin yang diekskresikan sebanyak 2 mL. Total jumlah urin yang diekskresikan setelah 60 menit pada injeksi furosemid 0,8 mL (II) sebesar 8,8 mL.Furosemid termasuk obat diuretik kuat karena mengandung furosemida yang termasuk golongan obat yang memberikan efek diuresis kuat. Furosemida memiliki 3 target kerja, yaitu pada Loop Henle Ascendens Medula, Loop Henle Ascendens Cortex, dan Tubulus Distal Proksimal. Diuretik kuat bekerja dengan menghambat transport klorida terhadap natrium ke dalam sirkulasi (menghambat absorbsi natrium pasif). Garam natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium, kalsium dan magnesium. Obat-obat ini hanya memiliki efek sedikit terhadap gula darah, tetapi kadar asam urat meningkat. Selain itu, obat ini karena bekerja di tubulus proksimal, maka tidak terjadi absorbsi air dari urin. Sehingga lebih banyak volume cairan yang dikeluarkan (Kee dan Hayes, 1996).Obat-obat dalam golongan diuretik kuat sangat poten dan menyebabkan penurunan jumlah air dan elektrolit dalam jumlah besar. Efek dari diuretik kuat berkorelasi dengan dosis, yaitu dengan meningkatnya dosis. Pemakaian Furosemida adalah untuk oedema paru-paru dan perifer akibat penyakit jantung koroner, hipertensi, payah ginjal tanpa anuria, dan hiperkalasemia. Dimana furosemida juga dapat meningkatkan ekskresi kalsium (Kee dan Hayes, 1996). Obat diuretik diberikan pada pasien oedema paru-paru karena cairan tubuhnya berlebih sehingga perlu diekskresikan agar cairan dalam tubuh homeostatis dan menghindari gagal jantung. Selain itu, obat diuretik diberikan pada pasien hipertensi karena kandungan natrium dalam tubuh menjadi berlebihan. Maka dengan penggunaan obat diuretik, natrium yang berlebih dapat dikeluarkan melalui ekskresi urin. VIII. KesimpulanFurosemida merupakan salah satu diuretik kuat dengan aktivitas diuretik besar dilihat dari volume urin pada tikus yang diekskresikan setelah 1 jam (60 menit) adalah sebanyak 5,1 mL.DAFTAR PUSTAKAKatzung, Bertram G., Susan B. Masters dan Anthony J. Trevor. 2009. Basic and Clinical Pharmacology, 11th Edition. United States: McGraw-Hill.

Kee, Joyce L. dan Hayes, Evelin. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Permadi, Harnowo. 2009. Petunjuk Praktikum Farmakologi Veteriner II. Bogor: Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

4