Upload
imam-seski
View
47
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan pelaksanaan survey geolistrik 2d dan refraksi pada daerah kebon kopi.
Citation preview
Progress Kegiatan Survei
Resistivity and Seismik Bias
November, 2014
2
DAFTAR ISI
1 Survey Resistivity 2D ........................................................................................................................ 4
1.1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
1.2 METODOLOGI .......................................................................................................................... 5
1.3 PERALATAN .............................................................................................................................. 7
1.4 Dokumentasi Kegiatan ............................................................................................................. 8
2 SURVEY Seismik BiAS ....................................................................................................................... 9
2.1 Metodologi dan Teknik Akuisisi Data ........................................................................................ 9
2.2 SPESIFIKASI PERALATAN YANG DIPERGUNAKAN ..................................................................... 12
2.2.1 Seismic recorder model Seistronix RAS-24 ...................................................................... 12
2.2.2 Geophone model: OYO GEOSPACE ................................................................................ 12
2.2.3 Take out cable ................................................................................................................ 12
2.3 Langkah-langkah akuisisi seismik bias ..................................................................................... 13
2.4 Dokumentasi Kegiatan ........................................................................................................... 13
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konfigurasi pengukuran tahanan jenis 2-D .................................................................5
Gambar 2. Konfigurasi elektroda pengukuran resistivitas tanah dengan konfigurasi Wenner .......6
Gambar 3. Sistem Automatic Resistivity GH ...............................................................................7
Gambar 4. Besi elektroda dan kabel multicore panjang >200 m ...................................................7
Gambar 5. Akuisisi lapangan ..................................................................................................... 10
Gambar 6. Kurva waktu tempuh dari pukulan di permukaan...................................................... 11
Gambar 7. Pembacaan waktu tempuh pertama dari rekaman data seismik bias .......................... 11
Gambar 8. Unit perekam Seistronix RAS-24 ............................................................................. 12
Gambar 9. Flow chart akuisisi seismik bias ............................................................................... 13
4
1 SURVEY RESISTIVITY 2D
SALUBAI – KEBUN KOPI, KAB. DONGGALA, PROVINSI SULAWESI TENGAH
1.1 PENDAHULUAN
Eksplorasi resistivity bawah permukaan di daerah Salubai-Kebun Kopi, Kab. Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan dengan menggunakan teknik 2-D. Tahapan pekerjaan yang
dilakukan dalam eksplorasi ini adalah :
Tahap Persiapan
Akuisisi Data
Pengolahan Data dan Interpretasi
Pelaporan
Pada tahap persiapan dilakukan desk study meliputi studi data primer yang ada, kemudian
penentuan lintasan, target kedalaman yang diinginkan, spasi dan bentangan elektroda sesuai
dengan target kedalaman. Kemudian melakukan perhitungan stackingchart untuk masing-masing
elektroda dan datum poin sesuai dengan rencana lapangan yang dibuat.
Pada tahap ini juga dilakukan persiapan alat dan perlengkapan survey, serta tes dan kalibrasi
alat yang digunakan.
Tahap akuisisi data adalah tahap pengambilan data lapangan secara langsung sesuai dengan
rencana lapangan yang telah ditentukan sebelumnya. Data yang didapatkan ialah data nilai
resistivity semu dan topografi dari masing-masing titik pengukuran.
Tahap pengolahan data dan interpretasi adalah tahap pengolahan data lapangan dengan
menggunakan software resistivity, kemudian dilakukan analisis dari hasil pengolahan data untuk
mendapatkan interpretasi sebaik-baiknya.Hasil akhir survey resisitivity 2-D ditulis dalam laporan
akhir..
5
1.2 METODOLOGI
Pengukuran geolistrik multielektroda atau geolistrik 2-D menggunakan banyak elektroda
(multielektroda). Meskipun demikian, pengukuran tahanan jenis dilakukan untuk setiap 4
elektroda seperti halnya geolistrik 1-D, dengan posisi ke empat elektroda divariasikan sepanjang
garis pengukuran. Konfigurasi dan urutan pengukuran dilapangan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Konfigurasi pengukuran tahanan jenis 2-D
Pada Gambar 1, C adalah elektroda arus dan P adalah elektroda potensial. Fungsi suatu
elektroda bisa berubah dari elektroda arus ke elektroda potensial sesuai dengan urutan
pengukuran. Setiap pengukuran pada suatu titik selalu menggunakan 4 elektroda C1, P1, P2 dan
C2. Tidak kedalaman yang diperoleh dari satu pengukuran ini disebut titik datum. Distribusi
titik-titik datum ini harus di rancang dahulu sebelum pengukuran lapangan seperti pada Gambar
1. Pola distribusi harga tahanan jenis terukur pada titik-titik datum ini disebut pseudosection.
Untuk menentukan profil tahanan jenis sebenarnya (true resistivity) dari tanah dibawah garis
pengukuran digunakan software finite element dan finite difference yang memproses data
pseudosection tsb menjadi profil tahanan jenis sebenarnya. Software yang akan dipergunakan
6
adalah RES2DINV.Dengan metoda tahanan jenis 2-D ini kita dapat memperoleh citra tahanan
jenis secara lebih baik.
Untuk memperdalam daya tembus survai geolistrik ini, dilakukan kombinasi dengan metoda
geolistrik 1D. Karena daya tembus berbanding dengan kira-kira 1/3 bentangan elektroda arus,
maka pada pengukuran geolistrik 1D ini jarak bentangan elektroda arus kita atur sesuai dengan
daya tembus yang diinginkan. Pada geolistrik 2D bentangan elektroda arus terbatas hanya pada
jarak elektroda arus pada kabel take-out yang panjang 165 m, sedangkan pada geolistrik 1D jarak
bentangan elektroda arus tidak terbatas.
Pengukuran geolistrik 1D dilakukan dengan memberi arus listrik melalui dua elektroda (pipa
besi) dan mengukur tegangan yang terjadi antara dua titik pengukuran di permukaan tanah.
Konfigurasi Wenner menggunakan 4 elektroda yaitu 2 elektroda sebagai elektroda untuk
mengalirkan arus listrik ke tanah dan 2 elektroda untuk mengukur potensial listrik. Jarak antara
elektroda berjarak sama. Daya yang digunakan untuk memberi arus listrik ke tanah berasal dari
akku mobil 12 V. Dengan demikian perpindahan dari satu titik pengukuran ke titik pengukuran
yang lain dapat dilakukan dengan cepat karena peralatan tidak terlalu berat. Titik tengah dari 4
elektroda tsb. disebut sebagai titik sounding (titik duga) yang merupakan titik yang ditentukan
harga tahanan jenisnya.
Gambar 2. Konfigurasi elektroda pengukuran resistivitas tanah dengan konfigurasi Wenner
Keterangan gambar:
A dan B : elektroda yang mengalirkan arus listrik ke tanah
M dan N: elektroda yang mengukur potensial listrik
S : titik sounding (titik duga)
A B M N
S
a a
a
7
Tahanan yang terukur di permukaan tanah dapat ditentukan melalui hubungan sebagai
berikut:
Dengan:
a = tahanan terukur (apparent resistivity)
V = potensial yang terukur antara elektroda M dan N
K = koefisien geometri
I = arus listrik yang mengalir ke tanah melalui elektroda A dan B
a = jarak antara elektroda
1.3 PERALATAN
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
Geoscanner 32 channel
Automatic Resistivity dan IP GH system tipe 32
Elektroda besi 32 batang
Kabel multicore panjang >200 m.
Laptop
Meteran panjang 250 m.
Gambar 3. Sistem Automatic Resistivity GH
Gambar 4. Besi elektroda dan kabel multicore panjang >200 m
1) 2I
Vaa
8
1.4 Dokumentasi Kegiatan
Dokumentasi kegiatan pengukuran survey resistivity 2D yang sudah dilakukan dapat dilihat
di Lampiran xx.
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
9
2 SURVEY SEISMIK BIAS
SALUBAI – KEBUN KOPI, KAB. DONGGALA, PROVINSI SULAWESI TENGAH
Untuk mendapatkan pola pelapisan di lokasi terowongan, maka dalam kegiatan ini digunakan
metoda seismik menggunakan prinsip perbedaan kecepatan rambat gelombang mekanik pada
medium.
2.1 Metodologi dan Teknik Akuisisi Data
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai
dalam aplikasi geoteknik. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta
resolusi yang tinggi dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Dalam
penentuan struktur geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar yaitu
seismik bias dangkal (head wave or refracted seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic).
Seismik refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal sedangkan
seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam. Dasar teknik seismik dapat digambarkan
sebagai berikut. Suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material
bumi bersifat elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam
berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian
lagi dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Di permukaan bumi, gelombang tersebut
diterima oleh serangkaian detector (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus
dengan sumber ledakan. Struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan
berdasarkan besar kecepatannya.
Berbagai anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi antara lain:
a) medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik
dengan kecepatan berbeda-beda.
b) Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi maka lapisannya makin padat.
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
10
Sedangkan anggapan yang dipakai untuk penjalaran gelombang seismik adalah:
a) Panjang gelombang seismik jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ketebalan lapisan
bumi ( h ). Hal ini memungkinkan setiap lapisan bumi akan terdeteksi.
b) Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi Hukum Snellius
dan Prinsip Huygens.
c) Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismic menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan bawahnya.
d) Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Data akuisisi seismic menggunakan alat seistronix RAS-24. Ilustrasi akuisisi data seismic
refraksi adalah sebagai berikut:
Gambar 5. Akuisisi lapangan
Shot 1 Shot 2 Shot 3
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
11
Gambar 6. Kurva waktu tempuh dari pukulan di permukaan
Gambar 7. Pembacaan waktu tempuh pertama dari rekaman data seismik bias
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
12
2.2 SPESIFIKASI PERALATAN YANG DIPERGUNAKAN
2.2.1 Seismic recorder model Seistronix RAS-24
Seistronix RAS-24
Seismic Recording system
6, 12, or 24 channels per box
24 bit A to D converter
Connect up to ten boxes in 2D or
3D configurations for up to 240
channels
Control the complete system with
your notebook computer and
Windows 95/98/XP
Built in extensive self test functions
Geophone Triaxial OYO
Gambar 8. Unit perekam Seistronix RAS-24
2.2.2 Geophone model: OYO GEOSPACE
2.2.3 Take out cable
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
13
2.3 Langkah-langkah akuisisi seismik bias
Gambar 9. Flow chart akuisisi seismik bias
2.4 Dokumentasi Kegiatan
Dokumentasi kegiatan pengukuran survey seismik bias yang sudah dilakukan dapat dilihat di
Lampiran xx.
Survey Seismik Bias, Salubai - Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
14
LAMPIRAN DOKUMENTASI