Upload
ichsan-adhi-chrisna
View
253
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1 Menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun pengamatan
1.1.2 Mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi, keadaan
geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan
1.1.3 Mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan Lapangan
dengan benar
1.2 Tujuan
1.2.1 Dapat menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun
pengamatan
1.2.2 Dapat mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi,
keadaan geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan
1.2.3 Mampu mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan
Lapangan dengan benar
1.3 Waktu dan Lokasi Pengamatan Praktikum
Hari, tanggal : Sabtu, 28 April 2012
Pukul : 14.15 WIB – selesai
Tempat :
STA 1 : Kaligarang
STA 2 : Kaligribik
STA 3 : Kalialang
STA 4 : Kaligribik
STA 5 : Sampangan
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 1
BAB II
DASAR TEORI
Pengamatan lapangan merupakan suatu proses pekerjaan melihat secara
seksama, teliti dan menyeluruh dari gejala geologi di lapangan. Pengamatan
singkapan mempunyai sasaran yang yang cukup luas dan penting dalam lingkup
kegiatan geologi lapangan, yaitu untuk mengetahui keadaan geologi suatu daerah
atau wilayah, dimana hasil pengamatan dituangkan dalam :
Peta geologi
Penampang geologi
Menyusun laporan
2.1 Dasar Catatan Lapangan
Agar pengamatan menjadi effektif, dalam proses pengamatan perlu
diingat dan dicari jawaban dari beberapa pertanyaan dasar yaitu : dimana, ada
apa, dalam keadaan bagaimana, tersusun oleh apa, seberapa, kapan, dan apa
potensinya.
a. Dimana dilakukan pengamatan : pertanyaan ini harus dijawab dengan
dengan pemerian lokasi yang tepat dan teliti, misalnya :
di tebing sebelah barat pertemuan Sungai Muncar dan Sungai Jenggo.
Pada galian penambanga batugamping di selatan desa Dowo, sebelah
timur jalan setapak Dowo-Pedaan, N450 E dari bukit brujul.
Di kaki selatan perbukitan Jiwo Timur N 240 E dari puncak Baturagung
dan N 3260 E dari puncak Gunung Gambar.
Pemerian lokasi juga bisa dituliskan suatu hal yang dapat mengingat-ingat
lokasi, misalnya :
Di pinggir Kali Pengkol dekat pohon beringin besar, dsb.
b. Apa yang diamati : gambaran garis besar dari obyek geologi utama yang
ada di tempat itu, misalnya :
Sinkapan batupasir masif tak berlapis.
Suatu perbukitan memanjang dengan pegunungan dan puncak yang
tumpul.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 2
Sesar yang memotong lapisan batupasir dengan breksi.
c. Dalam Keadaan Bagaimana obyek yang diamati tersebut, misalnya :
Batuan sebagian masih dalam kondisi segar berlapis baik.
Batuan beku lapuk yang menjadi soil berwarna coklat.
Batuan segar berwarna abu-abu terkekarkan.
Singkapan batuan sebagian segar dan sebagian lapuk berwarna coklat,
dsb.
d. Tersusun Oleh Apa obyek tersebut : pertnyaan tersebut menyangkut
tentang komponen batuan atau obyek geologi lain, misalnya : struktur,
tekstur, kemas, dsb. Misalnya :
Tersusun oleh kuarsa dan ortoklas (holokristalin).
Tersusun oleh fragmen andesit yang membundar tanggung.
e. Seberapa : pertanyaan ini menyangkut segi kuantitatip komponen batuan
atau obyek geologi lain, misalnya :
Kuarsa 75%, mika 25%.
Leber singkapan 60m, sedangkan keebalan batuan 45m.
Tebal perlapisan batupasir di bagian bawah rata-rata 45cm, semakin
keatas menebal menjadi rat-rata 95 cm.
Lereng dari perbukitan kerucut berkisar antara 350 , semakin kebarat
semakin curam hingga 500.
f. Kapan : pertanyaan ini menyangkut tentang waktu atau umur terjadinya
obyek geologi tersebut, misalnya :
Breksi menumpang secara tidak selaras di atas napal.
Batupasir menumpang selaras di atas batulempung.
Batupasir tufan diterobos oleh tubuh diorit porfir, dsb.
g. Apa Potensinya, pertanyaan ini menyangkut potensi positif dan negatif
dari lokasi dilakukan pengamatan.
Potensi positif :
Intrusi andesit yang ada di stasiun pengamatan gunung turun
dapat ditambang dan digunakan segagai bahan bangunan.
Potensi negatif :
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 3
Bagian atas tebing di selatan desa Sukamaju tersusun oleh breksi
yang lapuk lanjut menjadi soil dengan ketebalan 5meter sampai 7
meter, tanpa tanaman pelindung pada saat hujan sangat mudah longsor.
2.2 Tempat yang Layak Untuk Melakukan Pengamatan
Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan
teliti dari daerah yang diteliti. Untuk itu setiap stasiun pengamatn harus
dipilih secara tepat dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tempat dimana dijumpai kontak antara dua macam/jenis batuan.
b. Tempat dimana dijumpai perubahan morfologi yang mendadak ; tempat
seperti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan batuan (intrusi)
atau adanya struktur sesar pada daerah perubahan morfologi.
c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jelas, misalnya : kekar,
sesar, lipatan, dsb.
d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walaupun tidak ada
kontak, perubahan morfologi atau struktur geologi.
e. Tempat dimana dijumpai proses alam atau kegiatan manusia yang
bersangkutan dengan potensi geologi.
f. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang alam
sekitar, tempat seperti ini misalya di puncak bukit dimana justru tidak ada
singkapan batuan maupun struktur tetapi justru dari situ bisa dibuat sketsa
morfologi daerah sekitar.
2.3 Prosedur Kerja di suatu Tempat Pengamatan
a. Penetapan tempat yang akan diamati
Tentukan lokasi pengamatan di lapangan berdasar kenampakan
yang ada di sekitarnya dan cari lokasi tesebut letaknya di peta.
b. Pastikan bahwa calon titik pengamatan tersebut memenuhi satu atau lebih
dari 7 kriteria kelayakan suatu titik pengamatan.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 4
c. Dakati calon titik pengamatan tersebut , amati segala unsur , gejala, dan
proses geologi yang ada di tempat itu. Periksa apa yang ada di
sekelilingnya untk melihat kemungkinan pelamparan gejla yang ada.
d. Jauhi calon titik pengamatan, kalau mungkin katempat yang lebih tinggi
agar pandangan ke arah titik tersebut serta daerah sekitarnya menjadi lebih
jelas.
e. Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi
prosedur menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga
memeperoleh gambaran yang lengkap tentang apa yang dihadapi.
f. Dalam melakukan pengamatan, amati semua fakta geologi yang ada, mulai
dari gejala yang bersidat makro (umum dan besar), kemudian secara
berangsur menuju bbagian yang bersifat mikro (detail). Amati pertautan
antara kondisi makro dan mikro yang terlihat dan periksa apakah kondisi
tersebut terjadi di seluruh bagian dari tempat pengamatan ataukah terjadi
perubahan-perubahan ke salah satu arah.
g. Pergunakan semua peralatan yang berkaitan dengan obyek yang diamati,
lakukan pengetesan, pengukuran serta pengambilan sample yang
diperlukan.
h. Buat catatan yang cermat namun singkat tentang apa yang dihadapi secara
menyeluruh. Usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan
(meskipun sifatnya sementara , umpamanya meliputi :
nama batuan ( klasifikasi lapangan )
lingkungan pembentuknya
i. Karena dalam melakkukan pengamatan membutuhkan ketelitian,
sebaiknya letakkan dulu hal yang mengganggu (tas ransel yang berat).
Mencatat apa yang diamati dengan tenang sambil duduk. Lakukan tanpa
tergesa – gesa, karena ini dapat menimbulkan adanya bagian – bagian
yang terlewati.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 5
j. Pemerian lokasi titik pengamatan : lokasi yang sudah dipilih di lapangan
harus segera diperiksa dengan teliti. Pemerian ini berguna untuki beberapa
hal :
Untuk pengecekan kembali apakah pengeplotan di peta sudah tepat.
Untuk melakukan pengeplotan kembali di peta baru/peta pindahan (peta
arsip yang disimpan di base camp dan tidak dibawa ke lapangan.
Untuk menemukan kembali titik pengamatan tersebut di lapangan
apabila diperlukan data tambahan.
Penetapan lokasi di lapangan sedapat mungkin dikaitkan dengan
unsur-unsur alami misalnya sungai, puncak bukit, maupun unsur buatan
manusia yang teramati baik di lapangan maupun di peta topografi, misalnya
jalan raya, jembatan dsb.
2.4 Pencatatan Dan Pengukuran Data Lapangan
Pada pekerjaan lapangan geologi salah satu hal yang penting dari
proses pengumpulan data adalah pembuatan catatan lapangan. Catatan
lapangan ini nantinya akan menjadi sumber informasi serta sumber inspirasi
setelah pemeta kembali ke pangkalan kerja atau kantor dan mulai memilih ,
memproses serta menfsirkan apa yang diamati dan diperoleh di lapangan.
Oleh karena itu pembuatan catatan yang lengkap, menyeluruh, tepat serta
terorganisir dengan baik merupakan suatu keharusan. Maksud yang
sesungguhnya dari pembuatan catatan lapangan yang baik adalah agar dalam
penelaahan data lapangan yang penting pemeta tidak sekedar mengandalkan
ingatannya saja. Macam-macam informasi geologi yang perlu dicatat antara
lain :
a. Lokasi yang tepat dari singkapan yang diamati, sehingga dengan catatan
itu lokasi tersebut akan mudah ditemukan di peta topografi yang menjadi
dasar kerja lapangan.
b. Kondisi geomorfologi tempat pencatatan lapngan.
c. Keadaan umum dari batuan yang terdapat di tempat tersebut menyangkut
tentang macam batuan, tingkat homogenitas (masif, selanng-seling,
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 6
bersisipan, dsb), kedudukan batuan, tingkat pelapukan, warna, tekstur,
kemas, komposisi, struktur dan aspek petrologi lainnya.
d. Dimensi singkapan secara parsial maupun total.
e. Kemungkinan adanya indikasi proses diagenesis, alterasi, mineralisasi
pada bagian batuan atau seluruhnya yang tersingkap.
f. Macam dan kedudukan dari indikator arus purba (berkaitan dengan
struktur sedimen).
g. Macam , kedudukan unsur struktur geologi (kekar, sesar, lipatan,
ketidakselaran, dsb).
h. Sketsa singkapan atau bagian yang penting, denah lapangan, kolom dan
skema atau diagram lain yang bersifat tabulatif, disertai dengan
perbandingan atau skala yang memadai.
Semua hasil observasi, bahkan yang membingunkan dan tidak masuk
akal, tetap harus dicatat secara teliti dan menyeluruh. Seringkali di kemudian
hari data-data yang aneh inilah yang justru dapat membantu memperbaiki dan
meningkatkan penafsiran. Beberapa petunjuk membuat catatan yang baik.
a. Biasakan untuk memulai pada halaman baru pada setiap pergantian hari.
Tiap hari selalu memulai dengan halaman baru, dengan mencantumkan :
Tanggal/hari :
Keadaan cuaca pada hari itu :
Daerah atau lintasan yang akan di tempuh :
Nama – nama pengamat dan pembantunya :
b. Untuk setiap pengamat diberikan nomor ( sesuai dengan nomor lokasi
pengamatan ( LP ) yang dicantumkan di dalam peta). Nomor – nomor
lokasi pengamatan sebaiknya merupakan nomor urut. Cara penulisan
sebaiknya singkat tetapi jelas,dan sebaiknya pula menggunakan singkatan
– singkatan yang umum dipakai.
c. Dalam melakukan pencatatan gunakan pensil yang tebal dan jelas (2B).
Dalam kondisi hujan pencatatn lapangan dapat dilakukan di mika bening
dan alat tulis berupa spidol marker (dalam kondisi darurat).
d. Buat catatan secara rapi.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 7
e. Buat sketsa sederhana, jelas dan sistematik. Sketsa yang dibuat harus
memiliki skala dan sedapat mungkin menunjukkan kedudukan dari
struktur atau gejala lain yang ditunjukkan, serta arah yang dihadapi pada
waktu pembuatan sketsa.
2.5 Buku Lapangan
Buku lapangan dengan isinya merupakan dokumen yang sangat
penting dan harus dilestarikan,dijaga,dan diamankan.Buku tersebut memuat
semua hasil pengamatan,analisa, dan penafsiran sementara berdasarkan data
lapangan, dan kadang – kadang juga pemecahan masalah lapangan yang
dilandasi oleh hipotesis – hipotesis, yang merupakan hasil kerja selama
beberapa hari,minggu atau bahkan bulan,dan telah menyita waktu, tenaga dan
pikiran, serta mungkin juga biaya yang sangat besar ( apabila pekerjaan
penelitian itu melibatkan sejumlah tenaga seperti halnya suatu
ekspedisi).Dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila benda yang berharga
itu kemudian hilang, rusak atau keadaannya sedemikian tidak terawat
sehingga tidak dapat dibaca.
Buku lapangan bukan saja milik pribadi pemeta, tetapi milik instansi
yang memberi pekerjaan dan juga ahli – ahli geologi lainnya yang mungkin
berminat atau harus melanjutkan penelitian anda. Karena itu sebuah buku
lapangan bukan saja harus mudah dibaca oleh pembuatnya tetapi juga orang
lain,juga bahasanya harus mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir terhadap apa yang sudah dimuat.
Dengan demikian, dianjurkan untuk menulis dengan huruf cetak dan
mempergunakan alat tulis yang tidak akan hilang atau luntur dimakan hari
atau air ( tinta akan hilang terkena air). Untuk lebih memperjelas kata – kata,
dianjurkan agar dilengkapi dengan sketsa sketsa pada halaman yang
disediakan. Bentuk dari buku lapangan dapat berbeda – beda tergantung dari
selera instansi yang menggunakan. Tetapi,pada dasarnya mempunyai
persamaan – persamaan umum, antara lain:
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 8
dibuat atau dilengkapai dengan bahan yang tahan terhadap kerusakan
(butir 1)
terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu bagian kiri dipergunakan untuk membuat
sketsa ( dengan pola garis tegak lurus seperti kertas mm), sedangkan
bagian kanan bergaris biasa untuk menulis catatan.
Mempunyai tanda pengenal yang jelas, antara lain:
instansi atau badan yang menggunakan (Undip,Lembaga Geologi dan
Pertambangan Nasional, Caltex,dsb.)
Nama pemeta
Hari dan tanggal pelaksanaan pekerjaan
Daerah dimana pekerjaan lapangan dilapangan
Dengan demikian apabila buku tersebut hilang, akan dapat
dikembalikan kepada yang berhak.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 9
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat tulis (pensil, penggaris, busur dll)
Buku Catatan Lapangan (BCL)
Clipboard
Kompas geologi
Palu geologi
Peta topografi
3.2 Langkah Kerja
Mempersiapkan seluruh alat dan bahan perlengkapan praktikum yang
dibutuhkan.
Mencari lokasi pengamamatan ( STA )
Melakukan pengamatan dan pendeskripsian unsur-unsur dalam STA
( Litologi, struktur geologi, geomorfologi )
Melakukan pengukuran yang diperlukan ( Strike Dip perlapisan,
pengukuran struktur dll )
Melakukan sketsa dan dokumentasi ( foto )
Melakukan plotting lokasi pengamatan dalam peta
Mencatat semua data dalam Buku Catatan Lapangan
3.3 Diagram Alir
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 10
Persiapan alat dan bahan praktikum
Pengamatan, pendeskripsian, dan pengukuran di lokasi pengamatan
Mulai
BAB IV
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 11
Plotting lokasi pengamatan pada peta
Pembuatan sketsa dan dokumentasi lapangan
Pencatatan semua data pada buku catatan lapangan
Selesai
DATA LAPANGAN
4.1 Catatan Lapangan
4.1.1 STA I (Kaligarang)
Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.05 WIB
Lokasi : Kaligarang
Cuaca : Cerah
Gambar 4.1.1 STA I Sungai Kaligarang (kiri atas), struktur kekar pada STA I
(kanan)
Kesampaian daerah : 20 menit dari kampus Tembalang, ± 7 km
Bentang alam : Fluvial
Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua
Meander sudah terbentuk
Arus sungai tidak lagi begitu deras
Erosi sungai secara lateral
Kelerengan sungai landai
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 12
Kekar
Arah Arus Sungai
Terbentuk gosong sungai (Pointbar)
Dimensi singkapan : p = ± 15 m, l = ±1 m, t = ±2 m
Jenis singkapan : Struktur geologi
Litologi :
Batuan beku insitu : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kehitaman, struktur masif
Batulempung : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kehitaman.
Struktur : Kekar
Struktur geologi berupa kekar gerus, kedudukannya adalah :
N 116o E/86o
N 85o E/92o
N 89o E/166o
N 75o E/147o
N 89o E/121o
Potensi : (+) PLTA, irigasi
(-) banjir, tanah longsor
Vegetasi : Pohon dan tanaman liar
4.1.2 STA 2 (Kaligribik)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 13
Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.20 WIB
Lokasi : Kaligribik
Cuaca : Cerah
Gambar 4.1.2 STA 2 Perlapisan miring (atas), endapan fosil pelecypoda (bawah)
Kesampaian daerah : 15 menit STA 2, ± 5 km
Bentang alam : Fluvial
Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua
Meander sudah terbentuk
Arus sungai tidak lagi begitu deras
Erosi sungai secara lateral
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 14
Perlapisan Miring
Fosil Pelecypoda
Kelerengan sungai landai
Terbentuk gosong sungai (Pointbar)
Dimensi singkapan : p = ± 10 m, l = ±2 m, t = ±3 m
Jenis singkapan : Struktur geologi dan sedimen
Litologi :
Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk hijau
kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16
pelapukkan sedang, ukuran butir (1-2 mm)
Batulempung : Warna segar coklat, warna lapuk hijau
kehitaman, ukuran butir (<1/256 mm)
Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kehitaman, ukuran 1/8-1/4
Struktur : perlapisan
Kontak batuan :
N 85o E/ 45o antara batulempung dan batupasir halus
N 83o E/ 31o antara batupasir halus dan batulanau
N 78o E/ 43o antara batulanau dan batupasir halus
N 80o E/ 45o antara batupasir halus dan batulempung
Potensi : (+) pengairan, tambang batu dan pasir
(-) banjir, tanah longsor
Vegetasi : Pohon pisang, ilalang
4.1.3 STA 3 (Kalialang)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 15
Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.20 WIB
Lokasi : Kalialang
Cuaca : Cerah
Gambar 4.1.3 Bidang Perlapisan pada STA 3
Kesampaian daerah : 15 menit dari STA 3 ± 6 km
Morfologi : Kelerengan 10o
Dimensi singkapan : p = ± 50 m, l = ±15 m
Struktur : Perlapisan
Jenis singkapan : Struktur sedimen berupa perlapisan,
kedudukannya adalah N 103o E/5o.
Litologi :
Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk coklat
kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16 mm
Konglomerat : Warna segar coklat, warna coklat
kehitaman, ukuran butir 4-64 mm
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 16
Perlapisan
Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,
ukuran 1/2-1 mm
Potensi : (+) tambang batu dan pasir
(-) tanah longsor
Vegetasi : Ilalang
4.1.4 STA 4 (Kaligribik)
Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.59 WIB
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 17
Lokasi : Kaligribik
Cuaca : Cerah
Gambar 4.1.4 STA 3 Perlapisan
Kesampaian daerah : 15 menit STA 3, ± 5 km
Bentang alam : Fluvial
Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua
Meander sudah terbentuk
Arus sungai tidak lagi begitu deras
Erosi sungai secara lateral
Kelerengan sungai landai
Terbentuk gosong sungai (Pointbar)
Dimensi singkapan : p = ± 10 m, l = ±2 m, t = ±3 m
Jenis singkapan : Struktur Geologi
Litologi :
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 18
Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk hijau
kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16
pelapukkan sedang, ukuran butir (1-2 mm)
Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kehitaman, ukuran 1/8-1/4
Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,
ukuran 1/2-1 mm
Struktur : perlapisan
Kontak batuan :
N 265o E/ 52o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus
N 270o E/ 45o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus
N 280o E/ 50o antara batulanau dan batupasir halus
Potensi : (+) pengairan, tambang batu dan pasir
(-) banjir, tanah longsor
Vegetasi : Pohon pisang, ilalang
4.1.5 STA 5 (Sampangan)
Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 15.40 WIB
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 19
Lokasi : Sampangan
Cuaca : Cerah
Gambar 4.1.5 Kontak batuan pada STA 5
Kesampaian daerah : 20 menit dari STA 4 ± 7 km
Dimensi singkapan : p = ± 50 m, l = ±15 m
Struktur : Perlapisan
Jenis singkapan : Struktur geologi
Litologi :
Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kehitaman, ukuran 1/8-1/4
Konglomerat : Warna segar coklat, warna coklat
kehitaman, ukuran butir 4-64 mm
Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,
ukuran 1/2-1 mm
Kontak batuan :
N 175o E/ 25o antara batupasir halus dan batupasir kasar
N 325o E/ 30o antara batupasir halus dan batupasir kasar
N 310o E/ 25o antara batupasir kasar dan konglomerat
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 20
Potensi : (+) tambang batu dan pasir
(-) tanah longsor
Vegetasi : Ilalang
4.2 Sketsa Lapangan
4.2.1 STA I (Kaligarang)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 21
Gambar 4.2.1 Sketsa STA I (Kaligarang)
4.2.2 STA II (Kaligribik)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 22
Gambar 4.2.2 Sketsa STA II (Kaligaribik)
4.2.3 STA III (Kalialang)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 23
Gambar 4.2.3 Sketsa STA III (Kalialang)
4.2.4 STA IV (Kaligribik)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 24
Gambar 4.2.4 Sketsa STA IV (Kaligribik)
4.2.5 STA V (Sampangan)
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 25
Gambar 4.2.4 Sketsa STA V (Sampangan)
BAB V
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 26
PEMBAHASAN
5.1 Metode Penulisan
Dalam melaukan pencatatan / penulisan dalam buku catatan lapangan
ada beberapa hal yang harus dicatat antara lain :
a. Lokasi
Lokasi merupakan daerah dimana lokasi tempat kita melakukan
pengamatan. Penulisan lokasi seharunya dilakukan dengan lengkap, agar
apabila ada suatu keadaan dimana kita harus kembali lagi tidak bingung
di mana lokasi tersebut
b. Waktu
Waktu meliputi jam, hari, dan tanggal dilakukannya pengamatan.
c. Cuaca
Cuaca pada saat dilakukan pengamatan. Karena cuaca merupakan salah
satu faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengamatan, oleh karena
itu cuaca juga harus dicantumkan.
d. Morfologi dan Bentang Alam
Morfologi merupakan bentukan bentang alam dalam skala yang lebih
besar. Sedangkan bentang alam merupakan keadaan alam disekitar
lokasi, contohnya adalah bentang alam fluvial, bentang alam struktural
dll. Bentang alam ini dapat digunakan untuk interpretasi genesa dari
singkapan yang kita amati.
e. Deskripsi Litologi dan Struktur Geologi
Deskripsi litologi dilakukan selengkap mungkin, meliputi karateristik
dari masing-masing variasi litologi seperti struktur, tekstur, dan
komposisi. Semua data yang teramati dicatat, karena semakin banyak
data semakin baik. Seadngkan struktur geologi yang terbentuk pada
singkapan juga harus dicatat jenis strukturnya apa, apakah struktur
primer ataupun struktur sekunder.
f. Hasil Pengukuran
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 27
Hasil pengukuran dengan menggunakan kompas geologi meliputi banyak
hal seperti arah pelamparan batuan (Strike Dip), pengukuran struktur
geologi seperti bidang sesar, gores garis, sumbu lipatan, sayap lipatan
dan lain-lain. Data tersebut nantinya akan mendukung dalam interpretasi
genesa dari singkapan dan gaya pembentuknya.
g. Hasil Plotting
Hasil plotting juga harus dicatat dalam buku catatan lapangan. Plotting
tersebut menentukan posisi lokasi pengamatan dalam peta. Selain dicatat
pada BCL juga harus dicantumkan dalam peta.
h. Portensi Positif dan Negatif
Potensi positif merupakan potensi yang menguntungkan dari keberadaan
singkapan tersebut. Sedangkan potensi negatif sebaliknya, kerugian yang
dapat ditimbulkan dari adanya singkapan tersebut. Hal tersebut perlu
dicatat untuk mengetahui manfaat, manfaat dapat menjadi keuntungan.
Sedangkan kerugian, dapat dicari cara penanggulangannya.
5.2 Kesampaian Daerah
Untuk mencapai lokasi pengamatan masing-masing memiliki waktu
tempuh dan lokasi yang berbeda-beda, berikut ini adalah rinciannya :
a. STA 1, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan
estimasi waktu kira-kira sekitar 25 menit dari kampus Undip, Tembalang
ke lokasi STA I yang berada di daerah sungai Kaligarang, Segarbencah,
Semarang.
b. STA 2, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan
estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 1. Lokasi STA
2 ini berada di Kaligribik, Semarang.
c. STA 3, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan
estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 3. Lokasi STA
3 ini berada di Kalialang, Semarang.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 28
d. STA 4, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan
estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 3. Lokasi STA
4 ini berada di Kaligribik, Semarang.
e. STA 5, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan
estimasi waktu kira-kira sekitar 25 menit dari lokasi STA 4. Lokasi STA
5 ini berada di Sampangan, Semarang.
5.3 Kondisi Singkapan dan Litologi
Pada saat pengamatan, kondisi singkapan tidak sama. Hal yang
membedakan antara lain keadaan singkapan, variasi litologi, dan keberadaan
struktur geologi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing STA :
a. STA 1, Kondisi singkapan pada STA I ini sudah mulai mengalami
pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak
segar lagi, dan kondisi struktur geologi yang berupa kekar yang sudah
mulai tidak terlihat. Pelapukan kemungkinan dikarenakan terkikis oleh
arus sungai, sehingga tererosi kemudian mengalami pelapukan.
Pelapukan juga dapat disebabkan oleh perbedaan suhu, misalnya bagian
yang saat debit sungai meningkat terendam oleh air, kemudian ketika
debit sungai menurun langsung terkena paparan sinar matahari. Hal
tersebut juga dapat menyebabkan pelapukan pada singkapan tersebut.
Pada STA ini juga terdapt struktur geologi berupa kekar. Kekar
merupakan retakan pada batuan yang sisinya yang retak belum
mengalami pergeseran. Hasil pengukuran dari struktur kekar tersebut
adalah sebagi berikut : N 116o E/86o, N 85o E/92o, N 89o E/166o ,N 75o
E/147o, dan N 89o E/121o .
Litologi yang terdapat pada STA ini adalah batuan beku insitu,
dan batulempung. Batuan beku memiliki warna abu-abu, struktur
massif. Sedangkan batulempung memiliki warna abu-abu, tekstur
ukuran butir (<1/256 mm), kemas tertutup, bentuk butir rounded, sortasi
baik.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 29
b. STA 2, Kondisi singkapan pada STA 2 ini sudah mulai mengalami
pelapukan sama seperti yang ada pada STA 1. Hal tersebut terlihat dari
warna litologi yang sudah tidak segar lagi. Pelapukan kemungkinan
dikarenakan terkikis oleh arus sungai, sehingga tererosi kemudian
mengalami pelapukan. Pelapukan juga dapat disebabkan oleh perbedaan
suhu, misalnya bagian yang saat debit sungai meningkat terendam oleh
air, kemudian ketika debit sungai menurun langsung terkena paparan
sinar matahari. Hal tersebut juga dapat menyebabkan pelapukan pada
singkapan tersebut. Pada STA ini terdapat perlapisan miring yang masih
cukup jelas untuk diamati. Pada salah satu bidang perlapisan ditemukan
fosil dari foraminifera. Kemungkinan lingkungan pengendapan dari
batuan ini adalah di daerah transisi yang dekat dengan laut.
Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batulanau dengan warna
segar coklat, warna lapuk hijau kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16
mm, bentuk butir well rounded, kemas tertutup, sotasi baik, kemudain
terdapt batulempung dengan warna segar coklat, warna lapuk hijau
kehitaman, ukuran butir (<1/256 mm), bentuk butir rounded, kemas
tertutup, sortasi baik, dan yang terakhir adalah batupasir halus dengan
warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran 1/8-1/4,
bentuk butir rounded, kemas tertutup, sortasi baik. Pada saat
pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak batuan antara variasi
litologi tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut kedudukan N 85o
E/ 45o antara batulempung dan batupasir halus N 83o E/ 31o antara
batupasir halus dan batulanau N 78o E/ 43o antara batulanau dan
batupasir halus N 80o E/ 45o antara batupasir halus dan batulempung.
c. STA 3, Kondisi singkapan pada STA 3 ini sudah mulai mengalami
pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak
segar lagi, bahkan ada sebagian yang sudah menjadi soil / tanah.
Pelapukan dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor
mekanik, kimiawi dan biologis. Faktor mekanik mungkin disebabkan
oleh cuaca, maupun suhu pada lokasi tersebut. Batuan apabila terus-
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 30
menerus mengalami perubahan suhu dari panas ke dingin dan sebaliknya
lama-kelamaan akan mengalami pelapukan. Untuk pelapukan biologis
kemungkinan dikarenakan vegetasi di lokasi tersebut. Vegetasi tersebut
akarnya dapat masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan, yang
tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kekompakan dan struktur
dalam batuan tersebut. Perubahan tersebut juga dapat memicu terjadinya
pelapukan. Sedangkan untuk pelapukan kimiawi biasanya jarang
ditemui, karena harus dalam kondisi tertentu agar pelapukan tersebut
dapat terjadi.
Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batulanau dengan
warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/256 sampai
1/16 mm, bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup, kemudian
terdapat konglomerat dengan kondisi warna segar coklat, warna coklat
kehitaman, ukuran butir 4-64 mm, bentuk butir sub rounded, sortasi
buruk, kemas terbuka, yang terakhir adalah batupasir kasar, warna segar
coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/2-1 mm, bentuk butir
rounded, sortasi baik, kemas tertutup.
d. STA 4, Kondisi singkapan pada STA 4 ini sudah mulai mengalami
pelapukan sama seperti yang ada pada STA sebelumnya. Hal tersebut
terlihat dari warna litologi yang sudah tidak segar lagi. Pelapukan
kemungkinan dikarenakan terkikis oleh arus sungai, sehingga tererosi
kemudian mengalami pelapukan. Pelapukan juga dapat disebabkan oleh
perbedaan suhu, misalnya bagian yang saat debit sungai meningkat
terendam oleh air, kemudian ketika debit sungai menurun langsung
terkena paparan sinar matahari. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
pelapukan pada singkapan tersebut. Pada STA ini terdapat perlapisan di
sekitar sungai yang masih cukup jelas untuk diamati.
Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu b atulanau dengan
warna segar coklat, warna lapuk hijau kehitaman, ukuran 1/256 sampai
1/16 pelapukkan sedang, bentuk butir well rounded, kemas tertutup,
sortasi baik, kemudian terdapat lapisan batupasir halus dengan warna
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 31
segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran 1/8-1/4 mm
bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup, yang terakhir adalah
batupasir kasar dengan warna segar coklat, warna lapuk coklat
kehitaman, ukuran 1/2-1 mm, bentuk butir rounded, kemas tertutup,
sortasi baik. Pada saat pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak
batuan antara variasi litologi tersebut dan hasilnya adalah sebagai
berikut N 265o E/ 52o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus,
N 270o E/ 45o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus, N 280o
E/ 50o antara batulanau dan batupasir halus.
e. STA 5, Kondisi singkapan pada STA 5 ini sudah mulai mengalami
pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak
segar lagi, bahkan ada sebagian yang sudah menjadi soil / tanah.
Pelapukan dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor
mekanik, kimiawi dan biologis. Faktor mekanik mungkin disebabkan
oleh cuaca, maupun suhu pada lokasi tersebut. Batuan apabila terus-
menerus mengalami perubahan suhu dari panas ke dingin dan sebaliknya
lama-kelamaan akan mengalami pelapukan. Untuk pelapukan biologis
kemungkinan dikarenakan vegetasi di lokasi tersebut. Vegetasi tersebut
akarnya dapat masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan, yang
tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kekompakan dan struktur
dalam batuan tersebut. Perubahan tersebut juga dapat memicu terjadinya
pelapukan. Sedangkan untuk pelapukan kimiawi biasanya jarang
ditemui, karena harus dalam kondisi tertentu agar pelapukan tersebut
dapat terjadi.
Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batupasir halus
dengan warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran
1/8-1/4, bentuk butir well rounded, sortasi baik, kemas tertutup,
kemudian terdapat konglomerat dengan warna segar coklat, warna
coklat kehitaman, ukuran butir 4-64 mm, bentuk butir rounded, sortasi
buruk, kemas terbuka, yang terakhir adalah batupasir kasar dengan
warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/2-1 mm,
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 32
bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup. Pada saat
pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak antar variasi litologi
tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut N 175o E/ 25o antara
batupasir halus dan batupasir kasar, N 325o E/ 30o antara batupasir halus
dan batupasir kasar, N 310o E/ 25o antara batupasir kasar dan
konglomerat.
5.4 Morfologi
Morofologi dan bentang alam pada masing-masing lokasi pengamatan
berbeda-beda. Hal tersebut berkaitan dengan genesa pembentukan
singkapan. Penjelasan morfologi dan bentang alam dari masing-masing STA
sebagai berikut :
a. STA 1, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya
berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan
perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air
permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan
sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa
menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah
mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong
sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.
b. STA 2, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya
berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan
perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air
permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan
sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa
menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah
mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong
sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.
c. STA 3, STA ini termasuk bentang alam strukutral, dengan morfologi
sekitar berupa perbukitan. Bentang alam struktural merupakan bentang
alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi di
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 33
daerah tersebut. Struktur geologi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu struktur
primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk
bersamaan dengan proses pembentukan batuan, sedangkan struktur
sekunder terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk. Pada STA ini
terdapat struktur primer berupa perlapisan batuan , sedangkan untuk
struktur sekundernya yaitu terdapat kekar-kekar pada bidang perlapisan.
Pada saat pengamatan tidak dapat dilakukan pengukuran secara
maksimal, dikarenakan kondisi singkapan yang cukup tinggi dan lebar,
jadi hanya diperoleh satu hasil pengukuran kedudukan perlapisan yaitu
N 103o E/5o.
d. STA 4, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya
berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan
perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air
permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan
sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa
menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah
mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong
sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.
e. STA 5, STA ini termasuk bentang alam strukutral, dengan morfologi
sekitar berupa perbukitan. Bentang alam struktural merupakan bentang
alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi di
daerah tersebut. Struktur geologi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu struktur
primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk
bersamaan dengan proses pembentukan batuan, sedangkan struktur
sekunder terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk. Pada STA ini
terdapat struktur primer berupa perlapisan batuan. Perlapisan terbentuk
karena akumulasi dari material-meterial batuan yang terendapkan secara
lateral / horisontal pada suatu lokasi.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 34
5.5 Potensi
Masing-masing dari lokasi pengamatan memiliki potensi, baik potensi
positif dan potensi negatif yang berbeda-beda. Potensi positif dapat diambil
manfaatnya, sedangkan untuk potensi negatif dapat dilakukan
pencegahannya. Berikut ini adalah penjelasan potensi dari masing-masing
STA :
a. STA 1, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /
ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit
air yang lumayan banyak sehingga cocok unutk pengairan. Untuk
potensi negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi
lebar sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga
dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /
tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.
b. STA 2, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /
ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit
air yang lumayan banyak sehingga cocok untuk pengairan. Selain itu
sungai ini dapat dimanfaatkan juga sebagi tambang pasir. Untuk potensi
negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi lebar
sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga
dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /
tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.
c. STA 3, STA ini memiliki potensi positif yaitu dapat digunakan sebagai
lokasi tambang batu. Karena geometri dari singkapan yang cukup lebar,
sehingga banyak batuan yang tersingkap. Untuk potensi negatifnya
adalah longsor, mengingat kondisi singkapan yang sudah mulai lapuk,
dan memiliki kelerengan yang cukup curam.
d. STA 4, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /
ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit
air yang lumayan banyak sehingga cocok untuk pengairan. Selain itu
sungai ini dapat dimanfaatkan juga sebagi tambang pasir. Untuk potensi
negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi lebar
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 35
sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga
dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /
tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.
e. STA 5, STA ini memiliki potensi positif yaitu dapat digunakan sebagai
lokasi tambang batu. Untuk potensi negatifnya adalah longsor,
mengingat kondisi singkapan yang sudah mulai lapuk dan mudah untuk
hancur.
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 36
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada 5 STA yang berbeda diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
STA 1, berada di daerah Kaligarang, memiliki litologi batuan beku
insitu dan batulempung, dengan kondisi singkapan yang sudah mulai
lapuk, terdapat struktur berupa kekar, termasuk ke dalam bentang alam
fluvial dengan morfologi sekitar perbukitan.
STA 2, berada di daerah Kaligribik, memiliki litologi batulempung,
batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang sudah
mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan miring, termasuk ke
dalam bentang alam fluvial dengan morfologi perbukitan.
STA 3, berada di daerah Kalialang, memiliki litologi batupasir kasar,
konglomerat, batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan
yang sudah mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan, termasuk
ke dalam bentang alam struktural dengan morfologi perbukitan.
STA 4, berada di Kaligribik, memiliki litologi batupasir kasar,
batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang sudah
mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan, termasuk ke dalam
bentang alam fluvial dengan morfologi perbukitan.
STA 5, berada di daerah Sampangan, memiliki litologi batupasir kasar,
konglomerat, dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang
sudah mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan batuan, termasuk
ke dalam bentang alam struktural dengan morfologi perbukitan
6.2 Saran
1. Dalam pengamatan di lapangan dilakukan dengan teliti dan
menyeluruh, sehingga diperoleh data yang lengkap
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 37
DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten Praktikum Geomorfolgi. 2011. Buku Panduan Praktikum Geomorfologi.
Semarang: Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 38