Upload
ve-vina-veryna
View
1.328
Download
51
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan ini membahas tentang identifikasi senyawa karbon
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Disusun Oleh :
Nama : Veryna Septiany
NPM : E1G014054
Kelompok : 3
Hari, Jam : Kamis, 14.00 – 15.40 WIB
Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung
Lestari Nike Situngkir
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2015
Dosen : Dra. Devi Silsia, M.Si
Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : IDENTIFIKASI SENYAWA
HIDROKARBON TIDAK JENUH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan
karbon disebut hidrokarbon. Hidrokarbon terbagi menjadi dua yaitu
hidrokrbon alifatik dan hidrokarbon siklik. Hidrokarbon alifatik dan siklik
juga dibagi lagi dalam beberapa bagian. Hidrokarbon alifatik terbagi
menjadi dua yaitu alifatik jenuh (senyawa alkana) dan alifatik tak jenuh
(senyawa alkena dan alkuna), sedangkan hidrokarbon siklik terbagi menjadi
tiga yaitu siklik jenuh (sikloalkana), siklik tak jenuh (sikloalkena), dan
siklik aromatik (benzena).
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non
polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur
dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya hidrokarbon dapat
bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon tetra
klorida (CCl4). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh jenis
ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagian besar
pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami
reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya.
Didasari dengan teori pada praktikum, penulis memperoleh
pembelajaran yang dibenarkan oleh dasar dari teori. Untuk itulah dengan
adanya teori dan praktikum tersebut penulis dapat lebih yakin dan
membenarkan akan dasar teori tersebut. Oleh karena penulis telah menerima
dan membenarkan dasar teori dari identifikasi senyawa karbon melalui
kegiatan praktikum identifikasi senyawa hidrokarbon tidak jenuh.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa-senyawa hidrokarbon
tidak jenuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom
karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai
karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut.
Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih
terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan
sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6.
Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2) (Nurul,
2009).
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu
hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon
merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan
karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana
berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas
alam (Wilbraham, 1992).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan
karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang
mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan
dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga
dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Perbedaan antara senyawa karbon dan hidrokarbon yaitu, untuk
senyawa karbon yaitu senyawa yang tidak hanya mengandung unsur C dan
H, tetapi juga unsur lain seperti O, N, S, P atau halogen contohnya pada
senyawa karbon yaitu alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, alkanoat
dan alkil alkanoat. Sedangkan senyawa hidrokarbon yaitu senyawa yang
mengandung hanya C dan H saja contohnya alkana, alkena dan alkuna
(April, 2002).
2.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon ini dapat diklasifikasi atau digolongkan untuk
mempermudah dalam pengenalannya. Penggolongan pertama berdasarkan
jenis ikatan antar atom karbonnya yaitu, Hidrokarbon jenuh yaitu senyawa
hidrokarbon yang ikatan antar atom karbonnya merupakan ikatan tunggal
dan hidrokarbon tak jenuh, yaitu senyawa hidrokarbon yang memiliki 1
ikatan rangkap dua (alkena) atau lebih dari 1 ikatan rangkap dua atau ikatan
rangkap tiga (alkuna). Sedangkan Penggolongan kedua berdasarkan bentuk
rantai karbonnya yaitu hidrokarbon alifatik (senyawa hidrokarbon dengan
rantai terbuka jenuh atau ikatan tunggal maupun tidak jenuh atau ikatan
rangkap), hidrokarbon alisiklik (senyawa hidrokarbon dengan rantai
melingkar atau tertutup atau cincin), dan hidrokarbon aromatik (senyawa
hidrokarbon dengan rantai melingkar /cincin yang mempunyai ikatan antar
atom C tunggal dan rangkap secara selang-seling/bergantian (Miranda,
2002).
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon
yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan
senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon.
Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana berupa
gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam.
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan
karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang
mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan
dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga
dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga
kelompok besar yaitu:
1. Hidrogen Alifatik
Terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik.
Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau
hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu :
C2H6 (etana) alkana
CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana) alkana
C3H6 (propena) alkena
C4H6 (butuna) alkuna
Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan
hidrokarbon aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan
aromatik mempunyai tiga sifat umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih
ringan dibanding air dan terbakar di udara (Wilbraham, 1992).
1) Alkana, adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki jumlah atom
hydrogen maksimum. Rumus umumnya CnH2n+2. Sifat-sifatnya
antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam
pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.
2) Alkena, adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki kekurangan 2
atom H dan mempunyai ikatan rangkap 2 pada atom C=C. alkena
memiliki rumus umum CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon
tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan sikloalkana.
Sifat-sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organic, lebih reaktif dari alkana, dll.
3) Alkuna, adalah senyawa hidrokarbon rangkap tiga dengan rumus
umum CnH2n-2. Alkuna berisomer dengan alkena yang memiliki 2
ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang memiliki 1 ikatan
rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah
mengalami reaksi adisi seperti alkena, dapat mengalami reaksi
oksidasi, dll.
2. Hidrokarbon Alisiklik atau Hidrokarbon
Siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar
atau lebih.
3. Hidrokarbon Aromatik
Merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya
digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan
rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari
hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang
khas (Syukri, 1999).
2.3 Sifat Senyawa Hidrokarbon
Adapun sifat-sifat senyawa hidrokarbon dalam alkana, yaitu pada
suhu C1–C4 berwujud gas, C5–C17 berwujud cair, dan di atas 17 berwujud
padat, Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah
akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus
mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang
dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin
rendah, alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam
air dan senyawa alkana mumpunyai rantai panjang dapat mengalami reaksi
eliminasi an alkana juga dapat bereaksi subsitusi dengan halogen. dan sifa-
sifat alkena yaitu Titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah
jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air.
Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2).
Adisi alkena dengan H2.contoh: CH2=CH2 + H2 → CH3–CH3. Sedangkan
untuk sifat-sifat alkuna yaitu titik didih alkuna mirip dengan alkuna dan
alkena semakin bertambah jumlah atom C harga M, makin besar maka titik
didihnya makin tinggi.alkuna juga dapat beraksi adisi dengan H2, halogen
dan asam halide (Nurul, 2009).
2.4 Reaksi-reaksi pada Hidrokarbon
Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi pada hidrokarbon:
1. Reaksi Pembakaran
Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan
H2O.Sebagaimana reaksinya adalah sebagai berikut:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
2. Reaksi dengan Bromin
Hidrokarbon tak jenuh bereaksi cepat dengan bromin dalam
larutan CCl4. Reaksi yang terjadi adalah adisi bromin pada ikatan
rangkap. Larutan bromin berwarna merah kecoklatan sedangkan
hasilnya adalah tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai
dengan ilangnya warna larutan bromin. Alkana yang tidak memiliki
ikatan rangkap, tidak bereaksi dengan bromin (warna merah kecoklatan
bromin tetap ada). Sedangkan senyawa aromatik dapat mengalami
reaksi substitusi dengan bromin dengan adanya kjatalis Fe atau AlCl3.
Reaksi substitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.
3. Reaksi dengan H2SO4 Pekat
Hidrokarbon tak jenuh akan mengalami reaksi adisi dengan
H2SO4 pekat dingin. Produksi yang dihasilkan adalah asam alkil
sulfonat yang larut dalam H2SO4. Hidrokarbon tak jenuh dengan
H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik
bereaksi lambat.
4. Reaksi dengan KMnO4 (Uji Bayer)
Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkana dan
senyawa aromatik umumnya tidak reaktif dengan KMnO4.Terjadinya
reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan
terbentuknya endapan coklat MnO2. Produk yang dihasilkan adalah
suatu glikol atau 1,2-diol.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Botol semprot
2. Gelas piala 100 ml
3. Gelas ukur 100 ml dan 25 ml
4. Pipet tetes
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Tabung reaksi dan rak
7. Penjepit tabung reaksi
8. Pipet volume 5 ml
3.1.2 Bahan
1. KMnO4
2. Gabus
3. CaC2 (Karbit)
4. Pipa kaca atau slang plastik
5. Aquades
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Reaksi Oksidasi Alkena (Uji Bayer)
1. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 25 ml.
2. Ditambahkan larutan KMnO4 1% tetes demi tetes ke dalam
tabung reaksi sampai terjadi perubahan warna.
3. Perubahan warna sampel menjadi jernih yang menandakan
sampel mengandung senyawa karbom yang tidak jenuh.
3.2.2 Reaksi Pembentukan Asetilen
1. Dimasukkan karbid (CaC2) sebesar jagung ke dalam erlenmayer
bervolume 250 ml yang sebelumnya telah diisi dengan 100 ml
aquades.
2. Selanjutnya di tutup dengan karet atau gabung yang telah
dilubangi.
3. Dimasukkan pipa kaca panjang atau slang ke dalam erlenmayer
yang telah ditutupi gabus tadi.
4. Dialirkan ujung pipa kaca atau slang ke dalam erlenmeyer lain
yang telah berisi larutan KMnO4 1%.
5. Warna KMnO4 hilang berarti mengandung gas asetilen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No. Percobaan Hasil Pengamatan Keterangan
1.
Percobaan 3.2.1
Reaksi Oksidasi
Alkena (Uji Bayer)
Sampel reaktif dengan
KMnO4 yang ditandai
perubahan warna dari
KMnO4 yang bewarna
ungu menjadi jernih.
Mengandung
senyawa alkena.
2.
Percobaan 3.2.2
Reaksi Pembentukan
Asitilen
KMnO4 yang semula
berwarna ungu
berubah menjadi
coklat setelah CaC2
(karbit) dan aquades
direaksikan.
Mengandung
gas asitilen.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada praktikum yang telah penulis lakukan untuk
percobaan pertama pada reaksi oksidasi alkena (uji bayer). Dimana uji bayer
merupakan suatu uji untuk menunjukkan suatu kereaktifan dari alkena
terhadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada percobaan ini
sampel yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml yang
kemudian dicampurkan dengan KMnO4 sebanyak 1% ke dalam tabung
reaksi tersebut. Setelah diteteskan dengan KMnO4 terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu. Namun, hasil yang seharusnya terjadi adalah
hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan MnO2. Hasil
percobaan ini ternyata tidak memberikan keefektifan dari uji bayer yang
dilakukan. Hal itu terjadi karena sampel percobaan yang tergolong alkena
tidak memiliki ikatan rangkap sehingga dari hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa percobaan pada oksidasi alkena itu jenuh atau
mengandung senyawa alkana. Namun, ketika sampel tergolong dengan
larutan asam, maka warna dari larutan KMnO4 menjadi jernih. Hal itu
dikarenakan adanya reaksi antara senyawa alkena yang terjadi dengan
larutan KMnO4 ditambah asam.
Kemudian, untuk percobaan kedua pada reaksi pembentukan asetilen.
Percobaan dimulai saat erlenmayer pertama dimasukkan larutan KMnO4
1%. Kemudian pada erlenmayer kedua dimasukkan karbid (CaC2) sebesar
jagung kedalam erlenmeyer yang bervolume 250 ml yang sebelumnya telah
diisi dengan 100 ml aquades. Kemudian terjadi reaksi yang ditandai dengan
munculnya gelembung-gelembung gas, selain itu terjadi perubahan oleh
aquades karena aquades berubah menjadi keruh. Hal itu dikarenakan
terbentuknya gas yang berasal dari hasil percampuran antara karbit (CaC2)
dengan aquades. Kemudian dengan cepat kedua tabung erlenmayer ditutup
karet atau gabus yang telah dilubangi dan dimasukan pipa kaca panjang atau
slang kedalam erlenmeyer yang telah ditutupi gabus atau karet. Dari slang
tersebut mengalirlah gas hasil reaksi dari aquades dengan CaC2 (karbit),
yaitu gas yang disebut gas asetilen. Pada erlenmayer pertama, yang berisi
larutan KMnO4, dimana larutan tersebut bewarna ungu. Namun ketika gas
hasil reaksi dari aquades dengan CaC2 (karbit), warna ungu dari larutan
KMnO4 berubah menjadi warna coklat. Hal ini menunjukan bahwa hasil
reaksi dari aquades dengan CaC2 (karbit) yang berbentuk gas asetilen, yang
menguap dan masuk kedalam erlenmayer pertama, kemudian bereaksi
dengan larutan KMnO4 sehingga larutan KMnO4 mengalami perubahan
warna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling
sederhana. Cara untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa hidrokarbon ini
bertujuan untuk menyelidiki sifat-sifat fisik, kelarutan dan massa jenis
senyawa hidrokarbon. Dan identifikasi senyawa hidrokarbon ini dapat
dilakukan melalui reaksi oksidasi alkena (uji bayer) yang ditandai dengan
menunjukkan suatu kereaktifan dari alkena terhadap oksidator yang
merupakan katalis. Kemudian melalui reaksi pembentukan asetilen dengan
terbentuknya endapan bewarna coklat dari gas hasil reaksi aquades dengan
karbid (CaC2).
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan tidak bermain-main dengan alat-alat yang ada
dilaboraturium.
2. Sebaiknya praktikan serius pada saat sedang melakukan percobaan agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Sebaiknya praktikan tidak ribut saat berada di dalam laboratorium.
4. Sebaiknya alat-alat laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat agar
saat praktikan melakukan percobaan alat-alat dapat digunakan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Identifikasi Hidrokoarbon. http://kimorg7.blogspot.com/2012/11/
identifikasi-hidrokarbon.html. 21 Maret 2015
Fushie, Annisan. 2008. Hidrokarbon.https://annisanfushie.wordpress.com/2008/
12/16/hidrokarbon/.21 Maret 2015
Hermanto. 2013. Identifikasi Senyawa Hidrokarbon dan Senyawa Organik Jenuh
dan Tidak Jenuh. http://hermanto-laporan.blogspot.com/2013/04/identifikasi-
senyawa-hidrokarbon-dan.html. 21 Maret 2015
Pettruci. 1987.Hidrokarbon di Alam.http://hidrokarbon-di-alam-blogspot.com. 21
Maret 2015
Universitas Bengkulu. 2013. Buku Penuntun Praktikum Kimia
LAMPIRAN
Gambar 1
Larutan KMnO4 yang bewarna ungu
Gambar 2
Aquades yang berubah menjadi keruh karena telah ditambahkan dengan CaC2
(karbid) dan juga terdapat gelembung-gelembung gas yanag menandakan bahwa
terdapat gas asetilen
Gambar 3
Tabung erlenmayer ditutup karet atau gabus yang telah dilubangi dan dimasukan
pipa kaca panjang atau slang kedalam erlenmeyer yang telah ditutupi gabus atau
karet.
Gambar 4
CaC2 (karbid) yang pada awalnya bewarna ungu berubah menjadi coklat karena
CaC2 (karbid) bereaksi dengan gas yang berasal dari hasil reaksi dari aquades
dengan CaC2 (karbit).