34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari kimia ada yang dikenal dengan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan baik dan benar. Larutan standar dapat dibuat dilaboratorium kimia. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Dalam pembuatan larutan standar dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Kesalahan pembuatan larutan standar akan berakibat pada kesalahan pengukuran sampel yang dicari konsentrasinya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan ataupun hal yang tidak diinginkan dalam melakukan pengukuran larutan standar maka perlu menguasai ilmu yang berhubungan dengan larutan standar sehingga hasil yang didapatkan dalam pengukuran maksimal. Pada praktikum kali ini akan membahas tentang bagaimana cara membuat karutan stadar dengan benar, tepat, dan teliti. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Selain berfokus pada pembuatan larutan standar kali ini juga praktikan dikenalkan pada beberapa alat laboratorium seperti spektrofotometer yang menjadi alat bantu pada praktikum ini untuk menukur nilai absorbansi pada larutan standar. Praktikum ini perlu dilakukan agar mahasiswa tidak salah melakukan pengukuran untuk pembuatan larutan standar.

Laporan Kanal Modul 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari kimia ada yang dikenal dengan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan baik dan benar. Larutan standar dapat dibuat dilaboratorium kimia. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Dalam pembuatan larutan standar dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Kesalahan pembuatan larutan standar akan berakibat pada kesalahan pengukuran sampel yang dicari konsentrasinya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan ataupun hal yang tidak diinginkan dalam melakukan pengukuran larutan standar maka perlu menguasai ilmu yang berhubungan dengan larutan standar sehingga hasil yang didapatkan dalam pengukuran maksimal.

Pada praktikum kali ini akan membahas tentang bagaimana cara membuat karutan stadar dengan benar, tepat, dan teliti. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Selain berfokus pada pembuatan larutan standar kali ini juga praktikan dikenalkan pada beberapa alat laboratorium seperti spektrofotometer yang menjadi alat bantu pada praktikum ini untuk menukur nilai absorbansi pada larutan standar. Praktikum ini perlu dilakukan agar mahasiswa tidak salah melakukan pengukuran untuk pembuatan larutan standar.1.2 Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan dapat membuat larutan kimia dengan berbagai konsentrasi untuk keperluan analisa dengan benar, tepat, dan teliti.

2. Mahasiswa diharapkan terampil menggunakan peralatan (glass ware) sesuai dengan fungsinya untuk keperluan analisa secara benar dan tepat.

3. Mahasiswa diharapkan mampu mengenali sifat-sifat senyawa kimia yang digunakan dalam praktikum.

4. Mahasiswa dapat mengantisipasi resiko yang terjadi pada saat praktikum menggunakan senyawa kimia.1.3 Lokasi dan Waktu penelitianHari / Tanggal: Minggu, 06 Oktober 2013

Waktu

: 11.00 13.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Kimia (Gedung E) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengenalan Alat2.1.1 Desikator

Desikator adalah sebutan lain dari Eksikator. Merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca berbentuk panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering seperti silika gel sehingga pengaruh uap air selama pengeringan dapat diserap oleh silika gel tersebut. Karena terbuat dari kaca yang tebal, maka Desikator tergolong peralatan laboratorium yang berbobot. Terutama karena penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi Vaseline (Hery, 2013)Fungsi Desikator, desikator berfungsi sebagai : Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air

Mengeringkan dan mendinginkan sample yang akan di gunakan untuk uji kadar air (Hery, 2013).

Cara menggunakan Desikator/eksikator: Cara membuka tutup desikator adalah dengan menggesernya ke samping. Letakkan sampel yang baru keluar dari oven atau yang akan di keringkan dan didinginkan.

Lalu tutup kembali dengan cara yang sama dengan cara membukanya tadi yaitu di geser kesamping. Perhatikan Silika gel yang berfungsi sebagai penyerap uang air. Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru (Basset, 1994).

Gambar 1. Gambar Desikator

2.1.2 Vacum PumpVacum pump atau yang lebih dikenal dengan pompa vakummerupakan perangkat yang menghilangkan molekul gas dari volume disegel dalam rangka untuk meninggalkan sebuah parsial vakum. Pompa vakum pertama kali ditemukan pada tahun 1650 oleh Otto von Guericke. Dan didahului dengan adanya pompa hisap akan tetapi telah tanggal pada jaman dahulu (Donald, 1996).

Teknik Kerja Pompa Vakum. Pompa vakum yang dikombinasikan dengan ruang dan prosedur operasional menjadi berbagai macam sistem vakum.Kadang-kadang lebih dari satu pompa akan digunakan (dalamseriatau paralel) dalam satu aplikasi.Sebuah vakum parsial, atau vakum kasar, dapat dibuat dengan menggunakan pompa perpindahan positif yang mengangkut beban gas dari port inlet ke outlet (knalpot) pelabuhan.Karena keterbatasan mekanik mereka, pompa tersebut hanya dapat mencapai vakum rendah.Untuk mencapai vakum tinggi, teknik lain kemudian harus digunakan, biasanya dalam seri (biasanya mengikuti pompa cepat awal turun dengan pompa perpindahan positif).Beberapa contoh mungkin penggunaan minyak disegel pompa rotary vane (yang paling umum pompa perpindahan positif) mendukung sebuah pompa difusi, atau pompa gulir kering mendukung sebuah pompa turbomolecular.Ada kombinasi lain tergantung pada tingkat vakum yang dicari (Donald, 1991).Beberapa jenis pompa dapat digunakan secara berurutan atau paralel.Dalam urutan pumpdown khas, pompa perpindahan positif akan digunakan untuk menghapus sebagian besar gas dari kamar, mulai dari atmosfer (760Torr, 101 kPa) sampai 25 Torr (3 kPa).Kemudian pompa penyerapan akan digunakan untuk membawa tekanan ke 10-4Torr (10 MPa).Sebuah cryopump atau pompa turbomolecular akan digunakan untuk membawa tekanan lebih lanjut ke 10-8Torr (1 Pa).Sebuah pompa ion tambahan dapat dimulai di bawah 10-6Torr untuk menghilangkan gas yang tidak ditangani dengan baik oleh pompa cryopump atau turbo, sepertiheliumatauhidrogen. Vakum ultra tinggiumumnya memerlukan peralatan custom-built, prosedur operasional yang ketat, dan cukup banyak trial-and-error.Sistem vakum ultra-tinggi biasanya terbuat daristainless steeldengan logam-gasketed ConFlat flensa.Sistem ini biasanya dipanggang, sebaiknya di bawah vakum, untuk menaikkan sementara tekanan uap semua bahan outgassing dalam sistem dan menggodok mereka off.Jika perlu, outgassing sistem ini juga dapat dilakukan pada suhu kamar, tapi ini membutuhkan lebih banyak waktu.Setelah sebagian besar bahan outgassing tersebut direbus off dan dievakuasi, sistem dapat didinginkan untuk menurunkan tekanan uap untuk meminimalkan outgassing sisa selama operasi yang sebenarnya.Beberapa sistem yang didinginkan di bawah suhu kamar dengannitrogen cairuntuk menutup outgassing sisa dan sekaligus cryopump sistem (Donald, 1991).

Gambar 2. Gambar Vacum Pump2.1.3 Filter HolderFilter holder adalah alat yang digunakan untuk menyaring contoh dengan bantuan pompa vakuum. Filter Holder dirancang untuk berbagai aplikasi laboratorium termasuk filtrasi steril, tumpukan sampling, sampel produk, dan klarifikasi dari cairan atau gas. Biasanya Filter Holder didesain dalam-line atau dalam desain wajah terbuka. Garis luar pada Filter Holder memiliki berbagai inlet dan outlet sambungan, dan digunakan dalam sistem filtrasi tertutup dengan menggunakan tekanan tertentu atau sumber vakum.Filter In-line yang ideal untuk pengukuran kontaminasi air umpan.Mereka mudah untuk membuka dan menutup, dan menyediakan positif, segel kebocoran-bukti.Ventilasi hulu, tersedia pada beberapa pemegang filter, memungkinkan untuk pelepasan gas yang terperangkap selama filtrasi cairan (Anonim, 2009). Pemegang wajah terbuka yang biasanya digunakan untuk mengambil sampel kebersihan industri.Pemegang ini mudah melekat pada pompa pengambilan sampel pribadi melalui tabung, dengan permukaan inlet terbuka untuk impaksi kontaminasi udara. Penahan filter SolVac memiliki desain serbaguna paling cocok melakukan botol HPLC, termos, dan kontainer, dan menghilangkan langkah-langkah tambahan mencuci botol dan cincin mentransfer Pelarut fase gerak dari termos ke waduk. Pada kubah inletnya terdapat distribusi sampel yang seragam pada filternya (Anonim, 2009).

Gambar 3. Gambar Filter Holder

2.2Larutan Standar

Larutan standar atau yang lebih sering disebut dengan larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas (jumlah mol zat terlarut dalam satu liter) dan normalitas (jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dappat memudahkan perhitungan (Basset, 1994)

Ada 2 jenis larutan baku, yaitu :

1. Larutan baku primerLarutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu (Basset, 1994).Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.Syarat-syarat larutan baku primer :- Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)- Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.- Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.- Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.- Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.- Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung (Basset, 1994).2.Larutan baku sekunder Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder :- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.-

Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan.- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan (Basset, 1994).2.3 Spektrofotometer Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk.

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektorfototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampakitu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 380 nm), daerahvisible(380 700 nm), daerah inframerah (700 3000 nm) (Khopkar 1990).

Gambar 4. Gambar Skema Kerja Spektrofotometer

Menurut Cairns (2009), Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :

a. Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 2200 nanometer (nm).

b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu

(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).

c. Cuvet

Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.

Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel(I),dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel(Io).Rasio disebuttransmittance,dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002). Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

a)Spektrofotometer ultraviolet

b)Spektrofotometer sinar tampak

c)Spektrofotometer infra merah

d) Spektrofotometer serapan atom (Hadi 2009).

Prosedur kerja dari Spektrofotometer yaitu :

Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan, 1992).

Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan peningkatan intensitas (Hart, 2003).

Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (Aisyah 2009).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009)

Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Cahyanto, 2008).

Gambar 5. Gambar Spektrofotometer

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Alat dan BahanTabel 1. Alat dan BahanNAMAGAMBARKEGUNAAN

Pipet gondok 10 ml, 5 ml, 2 ml, 1mlUntuk mengambil larutan dengan volume tertentu

Gelas beker 50 mlUntuk menempatkan larutan setelah dihomegenisasi

Labu ukur 100 ml ( 2)Wadah larutan sekaligus tempat untuk dilakukannya homogenisasi

Kertas Sebagai alas kuvet agar tidak tertukar dengan konsentarsi yang lain

Cuvet ( 5)Wadah larutan, yang kemduian untuk diuji didalam spektofoto- meter

SpektofotometerAlat untuk menguji absorbansi dari suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda- beda

Tabung ( 3)Wadah larutan sebelum dipindahkan ke kuvet

Aquades Sebagai pengencer larutan dan untuk mencuci alat yang telah digunakan agar steril kembali

Pewarna makanan Sebagai pemberi warna dalam larutan

3.2 Metode

1. Membuat Kalibrasi Kurve

a. Mengambil 2 atau 3 labu ukur 100ml.b. Mengencerkan larutan standar (larutan pewarna) pada labu ukur pertama yang dengan menggunakan aquades hingga batas tera labu.

c. Menggojok standar yang telah diencerkan sampai homogen dan mengulanginya secara bergantian untuk volume larutan standar 0,1,3 ml.d. Menuangkan larutan standar yang telah diencerkan ke dalam botol sampel yang telah diberi label.

e. Menuangkan masing-masing larutan ke dalam cuvet untuk diukur nilai absorbansinya.

f. Mengulangi langkah b sampai e untuk volume larutan standar 5 ml dengan menggunakan labu ukur kedua dan 10 ml menggunakan labu ukur ketiga.2. Membuat larutan standar 10 ml, 5 ml, 3 ml, 1 mla. Mengambil 10 ml pewarna makanan dengan pipet gondok, kemudian masukkan ke dalam labu ukurb. Menuangkan 100 ml aquades ke dalam labu ukur dan lakukan homogenisasic. Menuangkan larutan standart 10 ml larutan ke dalam gelas bekerd. Menuangkan larutan 10 ml dari gelas beker ke dalam cuvete. Lakukan langkah seperti di atas untuk membuat larutan 5 ml, 3 ml, 1 ml dengan mengganti volume pewarna yang dimasukkan sesuai konsentrasi yang dibutuhkan untuk diuji absorbansinya.

3.3. Diagram Alir Praktikum

1. Membuat larutan blank

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

2. Membuat larutan standar 10 ml, 5 ml, 3 ml, 1 ml

Membuat larutan standar 10 ml

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Membuat larutan standart 5 ml

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Membuat larutan standart 3 ml

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Membuat larutan standart 1 ml

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Hasil PengamatanBerdasarkan prak tikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:Tabel 2. Data pengamatan nilai absorbansi

No.Larutan yang diamatiNilai AbsorbansiPanjang GelombangKonsentrasi

1.Larutan blank05430

2.Larutan standar 10,0085430.6 mol

3.Larutan standar 20,0075431.8 mol

4.Larutan standar 30,0135433 mol

5.Larutan standar 40,0305436 mol

6.Larutan sampel__________________________

7. = 0,9424

8.Persamaan garis regresi : y = 0,0028 x + 0.0011

4.1.2 Perhitungan Konsentrasi Larutan

1. Konsentrasi larutan 0 ml

Dik : - V1 = 0 ml

N1 = 60 mol = 60 x 10-6 mol V2 = 100 ml

Dit : - N2

Jb : V1 . N1

= V2 . N2

0 . 60 x 10-6

= 100. N2

0

= 100 N2

N2

= 0

2. Konsentrasi larutan 1 ml

Dik : - V1 = 1 ml

N1 = 60 mol = 60 x 10-6 mol V2 = 100 ml

Dit : - N2

Jb : V1 . N1

= V2 . N2

1 . 60 x 10-6

= 100. N2

60 x 10-6

= 100 N2

N2

= 6 x 10-7

3. Konsentrasi larutan 3 ml

Dik : - V1 = 3 ml

N1 = 60 mol = 60 x 10-6 mol V2 = 100 ml

Dit : - N2

Jb : V1 . N1

= V2 . N2

3 . 60 x 10-6

= 100. N2

180 x 10-6

= 100 N2

N2

= 18 x 10-7 4. Konsentrasi larutan 5 ml

Dik : - V1 = 5 ml

N1 = 60 mol = 60 x 10-6 mol V2 = 100 ml

Dit : - N2

Jb : V1 . N1

= V2 . N2

5 . 60 x 10-6

= 100. N2

300 x 10-6

= 100 N2

N2

= 3 x 10-6

5. Konsentrasi larutan 10 ml

Dik : - V1 = 10 ml

N1 = 60 mol = 6 x 10-6 mol V2 = 100 ml

Dit : - N2

Jb : V1 . N1

= V2 . N2

10 . 60 x 10-6= 100. N2

600 x 10-6

= 100 N2

N2 = 6 x 10-6 4.1.3 Gambar Scatter Grafik Grafik 1. Grafik Absorbansi

4.2 PembahasanPraktikum Kimia Analitik modul 1 tentang pembuatan larutan standar, praktikan diminta untuk membuat larutan standar dengan volume 1ml, 3ml, 5ml, dan 10ml. Larutan yang digunakan sebelumnya sudah disiapkan yaitu larutan pewarna. Setelah larutan pewarna disiapkan melakukan proses pengenceran dengan menambahkan aquades pada setiap sampel dengan volume tertentu lalu lakukan homogenisasi dengan cara menggojognya. Setelah proses itu praktikan akan menghitung nilai absorbansi pada masing-masing larutan standar dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan bantuan asisten. Prinsip kerja dari spektrofotometer menggunakan cahaya tampak yang kemudian akan menampilkan nilai absorbansi dari larutan standar, nilai absorbansi sebanding lurus dengan konsentrasi suatu larutan. Hasil yang didapat yaitu pada volume 0 ml, 1 ml, 3 ml, 5 ml, dan 10 ml mempunyai nilai absorbansi sebesar 0, 0.008, 0.007, 0.013, 0.03. Menurut hasil yang diperoleh sebenarnya sudah ada perubahan. Dapat dilihat bahwa nilai absorbansi yang paling besar terdapat pada volume yang paling besar pula yaitu 10 ml dengan nilai absorbansi 0.03 dan untuk larutan blank didapatkan hasil 0 untuk nilai absorbansinya. Pengukuran dilakukan dengan menetapkan panjang gelombang terlebih dahulu pada spektrofotometer, panjang gelombangnya sebesar 543 untuk warna merah. Pada hasil pengukuran nilai absorbansi diketahui bahwa nilai absorbansi pada larutan standar 1 dan laruan standar 2 didapatkan bahwa larutan standar 1 mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi. Hal ini berlawanan dengan teori yang ada, seharusnya larutan standar 1 hasil pengukuran absorbansinya lebih kecil dibandingkan dengan larutan standar 2 karena volume larutan standar 2 lebih tinggi. Hal ini terjadi dimungkinkan akibat kesalahan dari praktikan dalam menjaga kebersihan seperti ketika memegang cuvet justru yang terpegang adalah bagian beningnya karena seharusnya yang dipegang adalah bagian buramnya saja. Selain itu dapat juga terjadi akibat larutan standar yang terkontaminasi seperti terdapat kotoran (tissue) didalam larutan.

Pada saat pengukuran nilai absorbansi telah selesai lalu catat hasil pengukurannya lalu melakukan perhitungan untuk nilai regresi dan membuat scatter grafik. Nilai regresi yang ideal adalah mendekati 1. Apabila nilai regresinya (R2) lebih besar dari 1 (terlalu besar) maka larutan sampel yang digunakan harus diencerkan, sedangkan bila nilai regresinya (R2) jauh dari 1 (terlalu rendah) maka larutan sampel yang digunakan perlu dibuat ulang atau diencerkan kembali. Hasil yang didapat untuk pengukuran nilai regresi adalah sebesar 0,9424 dengan persamaan garis regresinya adalah y = 0,0028 x + 0.0011. hasil yang didapatkan belum mendekati 1 dapat dikarenakan akibat kesalahan pada pengukuran nilai absorbansi larutan standar 1 dan larutan standar 2. Untuk mendapatkan nilai regresi yang baik, maka pada saat membuat larutan sampel yang akan diuji harus hati-hati dan tepat mengencerkannya, dalam artian volume pada saat proses pengenceran harus sangan akurat, selain itu saat menambahan larutan pengencer (aquades) juga harus tepat.

BAB V

KESIMPULAN1) Mahasiswa telah mampu membuat larutan standar dengan konsentrasi tertentu dari satu laturan sampel dengan volume yang berbeda yakni 0 ml, 1 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml.2) Mahasiswa sudah mengetahui prinsip kerja peralatan yang terdapat pada laboratorium sesuai dengan fungsinya.3) Mahasiswa telah mampu mengenali dengan baik dan benar sifat-sifat senyawa kimia yang digunakan dalam praktikum, yakni larutan pewarna dengan konsentrasi 60 mol.4) Mahasiswa telah mampu mengantisipasi resiko yang terjadi pada saat praktikum menggunakan senyawa kimia larutan pewarna dengan konsentrasi 60 mol.5) Mahasiswa mampu menghitung nilai absorbansi, regresi, dan persamaan garis regresi pada masing-masing larutan standar.DAFTAR PUSTAKAAisyah. 2009. Spektrofotometer, Farmasi UNHASAnonim. 2009. http://www.pall.de. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 20.00 WIBBasset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke-4. Jakarta: EGC.

Cairns D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Penerjemah : Puspita Rini.Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga.Herry. 2013. Desikator. http://heryanalis.blogspot.com/2013/02/desikator.html Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2013 pukul 19.10 WIB

Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

RB, Donald. 1991. Teknik Mesin di Abad Pertengahan. Amerika.

RB, Donald. 1996. A History of Engineering in Classical and Medieval Times. Amerika.Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta. Penerbit Erlangga.

PEMBUATAN LARUTAN STANDARTOleh:

SATRIO SRIJATI26020212140090

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO2013LAMPIRAN

Mulai

Aquades dimasukkan kedalam labu ukur sebayak 100ml

Tuangkan 50 ml aquades dari labu ukur ke gelas beker

Tuangkan aquades yang berada pada labu ukur ke tabung

Pindahkan aquades yang didalam tabung ke cuvet

Selesai

Mulai

Ambil 10 ml pewarna makanan dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Tuangkan 100ml aquades ke labu ukur

Lakukan homogenisasi

Tuang larutan yg telah dihomogenisasi pada tabung

Pindahkan larutan dari tabung ke kuvet

Selesai

Mulai

Ambil 5 ml pewarna makanan dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Tuangkan 100ml aquades ke labu ukur

Lakukan homogenisasi

Tuang larutan yg telah dihomogenisasi pada tabung

Pindahkan larutan dari tabung ke kuvet

Selesai

Mulai

Ambil 3 ml pewarna makanan dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Tuangkan 100ml aquades ke labu ukur

Lakukan homogenisasi

Tuang larutan yg telah dihomogenisasi pada tabung

Pindahkan larutan dari tabung ke kuvet

Selesai

Mulai

Ambil 1 ml pewarna makanan dengan pipet gondok

Masukkan dalam labu ukur

Tuangkan 100ml aquades ke labu ukur

Lakukan homogenisasi

Tuang larutan yg telah dihomogenisasi pada tabung

Pindahkan larutan dari tabung ke kuvet

Jika sudah masukan masing-masing larutan ke dalam spektrofotometer

Maka nilai absorbansinya akan diketahui

Selesai