41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi lapangan merupakan mata kuliah yang sangat fundamental dalam pengembangan dasar–dasar ilmu geologi. Senua data yang diperlukan oleh seorang ahli geologi terdapat di lapangan yang akan diteliti. Dengan pengambilan data yang baik dan benar, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di tempat itu pada beberapa juta tahun yang lalu. Dengan begitu kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu, sesuai dengan semboyan “the present is the key to the past”. Seluruh pengambilan data yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk memetakan kondisi geologi yang ada di daerah penelitian, seperti kondisi geomorfologi, stratigrafi dan struktur yang ada di daerah tersebut. Hasil akhir dari suatu pemetaan ini adalah dengan membuat suatu peta geologi. Peta ini merupakan peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi, artinya hingga dimana peta tersebut dapat digunakan, tergantung dari ketelitian pada waktu pengamatan di lapangan. Pemetaan yang dilakukan ialah berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu 1 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Laporan Karsam Yogi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Karsam Yogi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi lapangan merupakan mata kuliah yang sangat fundamental dalam

pengembangan dasar–dasar ilmu geologi. Senua data yang diperlukan oleh seorang ahli

geologi terdapat di lapangan yang akan diteliti. Dengan pengambilan data yang baik dan

benar, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di tempat itu pada

beberapa juta tahun yang lalu. Dengan begitu kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya

terjadi di masa lalu, sesuai dengan semboyan “the present is the key to the past”.

Seluruh pengambilan data yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk memetakan

kondisi geologi yang ada di daerah penelitian, seperti kondisi geomorfologi, stratigrafi dan

struktur yang ada di daerah tersebut. Hasil akhir dari suatu pemetaan ini adalah dengan

membuat suatu peta geologi. Peta ini merupakan peta yang memberikan gambaran mengenai

seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau

simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan

dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi,

artinya hingga dimana peta tersebut dapat digunakan, tergantung dari ketelitian pada waktu

pengamatan di lapangan.

Pemetaan yang dilakukan ialah berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten

Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Tengah dikenal

sebagai salah satu tempat tersingkap batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo

yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk dari

proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua

Asia Tenggara (Asikin, 1974). Satuan batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Paleogen,

yang terdiri dari Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini

terdiri dari batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah-bongkah batuan asing yang

tercampur di dalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Di bagian atas dari sedimen

Paleogen ini juga diendapkan sedimen Neogen yaitu Formasi Waturanda, Formasi Penosogan

dan Formasi Halang.

Litologi yang beragam disertai struktur yang mengontrol menyebabkan di daerah ini

memiliki proses geologi yang cukup kompleks. Pada laporan ini akan dibahas mengenai

1Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 2: Laporan Karsam Yogi

geologi Daerah Cantel dan sekitarnya, mencakup kondisi geomorfologi, penyebaran satuan

batuan, struktur-struktur geologi, dan sejarah geologi dari daerah ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Pemetaan ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan tugas Kuliah Lapangan

Karangsambung 2012 yang merupakan mata kuliah di Prodi Teknik Geologi, Fakultas Sains

dan Teknik, Universitas Jendral Soedirman. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan

daerah Cantel, Karangsambung dengan memaparkan kondisi geomorfologi, ciri litologi,

stratigrafi, penyebaran satuan batuan, struktur geologi, dan sejarah geologinya.

1.3 Lokasi, dan Kesampaian Daerah

Pada laporan ini, yang menjadi lingkup kajian daerah pemetaan ialah pada Daerah

Waturanda dan sekitarnya. Luas daerah penelitian 30 km2. Daerah penelitian secara

administratif termasuk Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Tengah. Daerah ini dapat dicapai dengan kendaraan beroda empat. Sedangkan untuk

memperoleh singkapan-singkapan batuan yang baik, diperlukan penjelajahan dengan berjalan

kaki.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian

2Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 3: Laporan Karsam Yogi

1.4 Geografi Daerah Penelitian

Seperti yang telah kita ketahui, Daerah Karangsambung merupakan daerah cagar alam

geologi. Desa Karangsambung yang berada dan menjadi titik pusat di dalam kawasan ini

terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen.

Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur

Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga

perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520

m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau

dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-

April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena

di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan

produksi (jati dan pinus).

Sebagian besar penduduk di daerah Karangsambung beragama Islam. Pada umumnya

penduduk bekerja sebagai petani (mengolah sawah, berkebun, berladang, menyadap getah

pinus). Mereka biasa menyelingi pekerjaan bertani dengan menambang kerikil dan pasir di

sungai, atau membuat batu bata. Sebagian kecil bekerja sebagai pedagang, pegawai

pemerintahan atau merantau ke luar daerah. Hasil pertanian selain padi adalah, tembakau, ubi

kayu, petai, kelapa, jagung, pisang dan sedikit sayur-mayur. Sebagian penduduk memelihara

ternak seperti ayam, kambing atau sapi. Makanan utama penduduk adalah nasi dan sebagian

kecil lainnya mengkonsumsi oyek yang terbuat dari ubi kayu. Jumlah penduduk khususnya di

daerah Karangsambung menurut data statistik dari BPS Kabupaten Kebumen tahun 2002

adalah 39.543 jiwa.

Fasilitas pendidikan formal yang ada di daerah Karangsambung dan sekitarnya

terbatas hanya sampai pada jenjang setingkat SLTP. Di daerah ini terdapat 7 sekolah

setingkat SLTP yang setiap tahunnya meluluskan sekitar 600 siswa. Dari jumlah itu sebagian

kecil saja yang melanjutkan ke jenjang SLTA di kota Kebumen. Bagi siswa yang tinggal di

desa-desa di Kecamatan Sadang, mereka sedikitnya menempuh perjalanan sejauh 30 km ke

Kebumen. Walaupun pendidikan adalah salah satu masalah di daerah Karangsambung, bagi

mereka yang berkesempatan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, tercatat

beberapa oang putra daerah Karangsambung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1.

Masyarakat Karangsambung menggunakan bahasa jawa dengan dialek yang khas

(Banyumasan), namun pada umumnya mereka mengerti bahasa Indonesia.

3Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 4: Laporan Karsam Yogi

1.5 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik identifikasi masalah yaitu :

1. Bagaimana mengenai geomorfologi Daerah Cantel dan sekitarnya?

2. Bagaimana stratigrafi Daerah Cantel dan sekitarnya?

3. Bagaimana kondisi struktur geologi yang berkembang di Daerah Cantel dan

sekitarnya?

4. Bagaimana sejarah geologi dari Daerah Cantel dan sekitarnya?

1.6 Metode Penelitian

Metoda penelitian terdiri dari empat tahap yaitu studi pendahuluan, penelitian lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian berskala 1:12.500.

a) Studi Pendahuluan

• Analisis peta topografi, foto udara, dan citra

b) Penelitian Lapangan

• Observasi singkapan

• Pengukuran unsur struktur geologi yang ada.

• Melakukan lintasan geologi terukur pada lintasan terpilih

c) Pengolahan Data

• Pembuatan peta lintasan, peta geomorfologi, peta geologi, serta penampang geologi detil.

d) Penyusunan Laporan

Hasil akhir dari seluruh rangkaian pemetaan adalah penyusunan laporan berupa laporan pemetaan Daerah Waturanda, Karangsambung, Kebumen.

BAB II

4Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 5: Laporan Karsam Yogi

GEOLOGI REGIONAL DAERAH

KARANGSAMBUNG

2.1. Fisiografi Regional Jawa Tengah

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama

(Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara

Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah

timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian

yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan

sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu

Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat

dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang

merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.

Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh

Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung

Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Gambar 2: fisiografi jawa tengah

2.2 Tatanan Tektonik Pulau Jawa

5Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 6: Laporan Karsam Yogi

a. Tektonik Regional

Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi

dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang

teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,

pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda

dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut

–Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola

Sunda dan arah Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang

berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala

Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang

sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan

tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah

sekitarnya.

Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah

terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang

Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati,

“Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi

Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak

lebih dominan terekspresikan di bagian timur. Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian

barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.

Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri,

Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur

regangan. Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar

Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar

yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh

arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Dari data stratigrafi dan tektonik

diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk

dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun

Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini

teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari pola

Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar

yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan

pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya

6Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 7: Laporan Karsam Yogi

(Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-

timur masih aktif hingga sekarang.

Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran

tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang

stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan

bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan

Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa. Kelompok cekungan

Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri memanjang relatif utara-selatan dengan

batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah utara selatan dan timur-barat. Sedangkan

cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian Timur umumnya

mempunyai geometri memanjang timur-barat dengan peran struktur yang berarah timur-barat

lebih dominan. Pada Akhir Cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah

Karangsambung menerus hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk

struktur kerangka struktur geologi yang berarah timurlaut-baratdaya. Kemudian selama

tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa.

Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-barat. Tumbukkan antara lempeng Asia

dengan lempeng Australia menghasilkan gaya utama kompresi utara-selatan. Gaya ini

membentuk pola sesar geser (oblique wrench fault) dengan arah baratlaut-tenggara, yang

kurang lebih searah dengan pola pegunungan akhir Cretasisus. Pada periode Pliosen-

Pleistosen arah tegasan utama masih sama, utara-selatan. Aktifitas tektonik periode ini

menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat yang dapat dikenali di

Zona Kendeng.

2.3 Geomorfologi Karangsambung

7Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 8: Laporan Karsam Yogi

Secara geografis, daerah Karangsambung terletak pada koordinat 7034’00”LS

- 7036’30” LS dan 109037’00”BT - 109044’00” BT. Secara administratif, daerah

penelitian Karangsambung termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung,

Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Karangsambung terletak di bagian

selatan zona Pegunungan Serayu (Van Bemmelen,1949 op.cit.Sucipta,2006).

Gambar 3. Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)

Karangsambung terletak sekitar 20 km ke arah utara dari Kebumen dengan

elevasi ± 111 mdpl. Di daerah ini terdiri dari beberapa gunung di antaranya yaitu

Gunung Paras (510 mdpl), Gunung Brujul (428 mdpl), Gunung Gedog (312 mdpl),

Gunung Sigeong, Gunung Waturanda dan masih banyak lagi.

Van Bemmelen (1949) membagi Jawa tengah atas enam satuan, yaitu Satuan

Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-

Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan

Selatan. Berdasarkan pembagian fisiografi di atas, daerah Karangsambung termasuk

ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan (lihat gambar 1).

8Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 9: Laporan Karsam Yogi

Topografi bagian utara dan selatan dari daerah ini didominasi oleh daerah

perbukitan Litologi di daerah bagian utara didominasi oleh batuan metamorf (filit,

sekis, marmer), batuan beku (basalt, diabas, dll) dan batuan sedimen keras (breksi,

batupasir kasar, dll) sedangkan bagian selatan didominasi oleh batuan sedimen keras

(breksi, batupasir kasar, dll). Di bagian timur merupakan daerah lembah dimana

morfologi ini dihasilkan oleh litologi lunak (batulempung) di bagian tengah yang

tererosi dan litologi kasar (breksi) di bagian utara dan selatan yang tahan terhadap

erosi. Di bagian barat sampai ke bagian tengah lebih di dominasi oleh dataran karena

litologi bagian ini adalah batulempung.

Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai utama yaitu sungai Luk Ulo yang

berarah utara-selatan yang merupakan tipe sungai dewasa yang dicirikan oleh bentuk

sungainya yang sudah bermeander. Berdasarkan analisa foto udara daerah ini

merupakan sebuah antiklin yang bagian tengahnya sudah tererosi sehingga secara

litologi akan berulang sama di utara dan selatan dan telah berkembangnya banyak

struktur geologi.

2.4 Stratigrafi Daerah Karangsambung

Stratigrafi daerah Karangsambung berdasarkan Asikin, et al., 1992 op. cit.

Sucipta, 2006 yaitu Kompleks Melange Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi

Totogan, Formasi Waturanda, Formasi Penosogan, Formasi Halang dan endapan

alluvial (lihat gambar 3).

9Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 10: Laporan Karsam Yogi

Gambar 4. Kolom Stratigrafi Umum Daerah Karangsambung ( modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 )

Kompleks Melange Luk Ulo berumur Kapur Atas hingga Paleosen. Fragmen-

fragmen batuan yang terdapat dalam Kompleks Melange Luk Ulo dapat dibedakan

menjadi bongkah-bongkah selingkungan (native blocks) dan bongkah-bongkah asing

(exotic blocks). Pada umumnya terdiri dari batuan seperti sekis, rijang dan

batugamping merah, basalt, serpentinit, amfibolit, gabbro, peridotit, serta batuan

metamorf tekanan tinggi yaitu sekis biru dan eklogit dalam massadasar serpih dan

batulempung hitam.

Satuan Melange Luk Ulo dapat dibagi menjadi dua, yaitu Satuan Seboro dan

Satuan Jatisamit. Satuan Seboro dicirikan oleh lebih banyaknya bongkah-bongkah

asing dibandingkan dengan masadasarnya. Sedangkan Satuan Jatisamit dicirikan oleh

lebih banyaknya masadasar dibandingkan dengan bongkah-bongkah asingnya. Di atas

Kompleks Melange Luk Ulo diendapkan secara tidak selaras Formasi

Karangsambung dengan batas tektonik.

10Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 11: Laporan Karsam Yogi

Formasi Karangsambung berumur Eosen. Formasi ini berupa batulempung

bersisik (scaly clay), berwarna hitam mengkilap, berselingan dengan batupasir dan

batulanau. Terdapat bongkah-bongkah konglomerat, batugamping numulites, basalt,

batupasir. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Totogan secara selaras.

Formasi Totogan berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Formasi ini berupa

breksi bewarna kelabu dengan fragmen batulempung, lava basalt, batupasir dan

batugamping dengan masadasar batulempung. Di atas formasi ini diendapkan Formasi

Waturanda secara selaras.

Formasi Waturanda berumur Miosen Awal. Formasi ini berupa breksi

vulkanik dan batupasir greywacke. Diendapkan secara “gravity mass flow” atau

dengan arus turbidit. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Panosogan secara

selaras.

Formasi Penosogan berumur berumur Miosen Tengah. Formasi ini berupa

perselingan batupasir, batulempung, tuff, napal dan batugamping kalkarenit. Formasi

ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian bawah dicirikan oleh perlapisan

batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan batulanau

tufaan dengan sisipan kalkarenit, sedangkan bagian atas lebih bersifat gampingan,

berukuran lebih halus terdiri dari napal tufaan dan tuf. Pada formasi ini ditemukan

struktur sedimen load cast, flute cast, parallel lamination, cross lamination dan

graded bedding. Bagian atas dari Formasi Penosogan diendapkan Formasi Halang

secara selaras.

Formasi Halang berumur Miosen Atas hingga Pliosen. Formasi ini berupa

perselingan batupasir, batulempung, napal, tuff dengan sisipan breksi. Bagian bawah

didominasi oleh breksi dengan sisipan batupasir dan napal. Di bagian atas terdapat

sisipan batupasir, perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan

tuff makin dominan. Struktur longsoran (slump) merupakan ciri khas yang

menunjukkan sifat pengendapan pada cekungan yang menurun dengan cepat. Bagian

atas dari stratigrafi ini yaitu aluvial yang berumur Holosen.

11Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 12: Laporan Karsam Yogi

2.4 Struktur Geologi Daerah Karangsambung

Daerah Karangsambung memiliki struktur geologi yang terbentuk akibat

adanya proses tektonik pada Zaman Kapur Akhir hingga Paleosen dan adanya

orogenesa pada Zaman Tersier (Asikin, 1987). Gaya yang bekerja pada Kapur Akhir,

mempunyai arah hampir Barat Laut-Tenggara (N350ºE - N170ºE). Sedangkan gaya

berikutnya mempunyai arah Utara-Selatan. Perbedaan sifat fisik, yaitu plastisitas,

elastisitas, kelembaman, dan kegetasan batuan terhadap gaya yang bekerja, maka

masing-masing batuan yang ada di daerah ini mengekspresikan deformasi yang

berlainan. Sehingga ketika tegangan tektonik bertambah dan kemudian terhenti,

terjadilah semacam penyesuaian diri kembali massa batuan tersebut, sambil

mempengaruhi satu sama lain.

Struktur-struktur geologi seperti lipatan, kekar, dan sesar-sesar di daerah

Karangsambung mempunyai dua macam arah umum. Poros struktur yang berumur

pra-Tersier adalah hampir Timurlaut-Baratdaya. Sedangkan poros lipatan Tersier di

Pegunungan Serayu Selatan adalah Barat-Timur. Selain kekar, sesar, dan lipatan, di

daerah Luk Ulo dijumpai pula struktur-struktur deformasi lainnya seperti boudine.

Struktur-struktur demikian terjadi akibat adanya rentang-aliran searah gerakan

tektonik dan hanya terjadi pada batuan yang lebih keras. Sumbu terpanjang boudine

(potongan batuan yang mengalami rentang-aliran tersebut, dilihat dari penampang,

akan sejajar arah aliran. Arah rentang-aliran pada umumnya tegak lurus terhadap

gerak tektonik, jadi sejajar sumbu lipatan.

12Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Gambar 5. Foto Udara Daerah Karangsambung

Page 13: Laporan Karsam Yogi

Di daerah Karangsambung, boudine-boudine tersebut terkepung dalam

masadasar batulempung. Kepungan-kepungan ini mempunyai ukuran bervariasi,

mulai dari kecil hingga sebesar bukit. Kepungan-kepungan boudine di

Karangsambung terbentuk sebagai akibat adanya tektonik kuat yang menyebabkan

penyampuradukan dan deformasi pada batuan.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Formasi Karangsambung (Asikin, 1974) telah mengundang banyak peneliti

untuk mendiskusikannya. Peneliti-peneliti terdahulu antara lain adalah Harloff (1933),

Tjia (1966), Asikin (1974, 1992), Harsolumakso et al. (1995), Kapid dan

Harsolumakso (1996), Harsolumakso dan Noeradi (1996).

Tjia (1966) memakai istilah sedimen Eosen untuk endapan sedimen Tersier di

daerah Luk Ulo yang disimpulkan sebagai material pelumas dalam proses diatrofisme

Tersier dan diendapkan sebagai seri transgresif di lingkungan neritik dan paralis.

Sedimen Eosen terdiri dari konglomerat polimik, perselingan serpih (shale) dengan

batupasir; batugamping, serpih, argilite, dan napal yang mempunyai kedudukan tidak

selaras terhadap satuan pra-Tersier. Sedimen Eosen tersebut memiliki perpotongan

lineasi antara bidang fracture cleavage dan bidang perlapisan pada perselingan serpih

dengan batupasir sebagai akibat gaya kompresi yang tegak lurus dari sumbu panjang

pulau Jawa.

Asikin (1974) mendefinisikan kembali Endapan Tersier tersebut sebagai

olistostrom, yaitu gejala penyampuran yang merupakan proses sedimentasi, sebagai

hasil dari proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah

lempeng benua Asia. Penulis ini membagai satuan endapan olistostrom menjadi dua

formasi yaitu Formasi Karangsambung dan Totogan yang dicirikan oleh sifat yang

tergerus (sheared), perlapisan yang tidak teratur, dan hadirnya bongkah asing

(olistolit) yang beragam. Keadaan demikian ditafsirkan sebagai proses sedimentasi

pelongsoran akibat gaya berat, di bawah permukaan air, pada suatu cekungan aktif

secara tektonik.

Harsolumakso et al. (1995) menggunakan tahapan deskripsi dengan

menganggap keseluruhan kedua satuan batuan (Formasi Karangsambung dan Formasi

Totogan ) di dalam “Kompleks Lempung dan Breksi Lempung”. Batas antara kedua

satuan ini sulit ditentukan secara pasti mengingat batas ini tidak teratur dan

kedudukan lapisan yang ada tidak dapat dipakai sebagai pedoman untuk memetakan

13Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 14: Laporan Karsam Yogi

batasnya. Penulis ini menafsirkan adanya mekanisme longsoran, slump, dan turbidit

pada endapan olistostrom dan kemudian campuran tersebut terlibat dalam deformasi

tektonik yang kuat.

14Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 15: Laporan Karsam Yogi

.BAB III

GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. Geomorfologi Daerah Penelitian

1. Ulasan geomorfologi

Satuan geomorfologi pada peta karangsambung dibagi menjadi 8 satuan

geomorfologi, yaitu satuan blok sesar bukit Pagerbako, satuan nelange gunung

Parang,satuan punggungan sinklin gunung Paras, satuan lembah antiklin

Karangsambung, satuan perbukitan homoklin waturanda, satuan blok sesar gunung

watugolong, satuan perbukitan lipatan gunung Cantel dan satuan dataran aluvial.

2. Satuan geomorfologi

Satuan Perbukitan Homoklin

Satuan perbukitan homoklin ini terletak di bagian utara dan

memanjang dari arah barat ke timur menempati 25% peta. Satuan ini meliputi

Gunung Bulukuning dan Bukit Selaranda. Satuan ini dicirikan oleh kontur

yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif sama yaitu ke

arah selatan. Morfometri dari satuan ini adalah perbukitan yang

litologinya tersusun oleh batuan keras yang relatif tahan terhadap pelapukan.

Perbukitan homoklin ini adalah bagian selatan dari lembah sinklin raksasa

karangsambung

Gambar 6. Pemandangan dari salah satu bukit di satuan perbukitan homoklin ke arah utara

15Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 16: Laporan Karsam Yogi

Satuan Perbukitan Lipatan

Satuan perbukitan sinklin (warna kuning pada peta geomorfologi) ini terletak

di bagian tengah hingga selatan dan memanjang dari barat sampai ke timur,

menempati 65% peta.. Satuan ini dicirikan oleh arah kemiringan lereng yang

berlawanan arah (saling bertemu), pada bagian utaranya arah kemiringannya

ke selatan sedangkan pada tengah arah kemiringannya ke utara, dan pada

bagian selatan kemiringan mengarah ke utara, Berdasarkan arah kemiringan

tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa satuan ini berupa lipatan yang

memanjang ke arah barat-timur.

Gambar 7. Pemandangan perbukitan lipatan

Satuan dataran Alluvial

Alluvial (warna abu-abu pada peta geomorfologi) dicirikan dengan kontur

yang sangat renggang penyebaran di daerah sekitar sungai dengan distribusi

lateral yang tidak terlalu luas, tekstur dalam foto udara halus, menempati

10% peta. Satuan ini terletak di bagian barat laut. Satuan ini terletak di

sepanjang aliran Sungai Luk Ulo. Litologi penyusunnya berupa material

lepas yang merupakan endapan hasil rombakan batuan sebelumnya yang

tertransport oleh aliran sungai. Material penyusunnya berukuran mulai dari

pasir hingga kerakal.

Gambar 8. Morfologi Sungai Luk Ulo dilihat dari puncak Gunung Brujul

16Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 17: Laporan Karsam Yogi

3. Pola aliran sungai

A. aliran sungai pada perbukitan homoklin adalah sungai tipe trellis

dengan karakteristik tahapan sungai sungai muda.

B. Tipe sungai pada satuan perbukitan lipatan ini adalah sungai tipe

paralel dan annular yang mengalir dari barat ke timur dengan

karakteristik tahapan sungai sungai muda.

C. Sungai lok ulo adalah sungai yang memiliki karakteristik tahapan

sungai tua dengan tingkat pelapukan yang sudah tinggi dan terdapat

endapan aluvial pada tepianya.

4. Jenjang geomorfik

Bentang alam daerah penelitian dipengaruhi oleh struktur perlipatan yang

dicirikan oleh bentuk pegunungan lipatan. Struktur perlipatan mengakibatkan

tersingkapnya berbagai jenis batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan

17Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 18: Laporan Karsam Yogi

mempengaruhi ekspresi topografi daerah penelitian. Akibat perbedaan ketahanan

batuan terhadap proses erosi maka terbentuklah morfologi lembah antiklin

(Thornbury, 1954) dengan bagian punggungan didominasi oleh batuan yang keras

(breksi volkanik dan Kompleks Melange) sedangkan bagian lembah didominasi

oleh batuan yang lunak (lempung). Hal tersebut mengakibatkan pola aliran sungai

trelis pada bagian lembah antiklin dengan pola annular mengikuti kelurusan sumbu

lipatan. Berdasarkan dari proses erosi yang cukup intensif sepanjang lembah

antiklin dan proses pengerosian oleh sungai dengan tahapan dewasa (Sungai Luk

Ulo), dicirikan oleh dataran banjir yang luas, gosong pasir, dengan bentuk berkelok

(meander), yang memotong pegunungan lipatan maka penulis menyimpulkan

tahapan geomorfik di daerah penelitian adalah dewasa.

B. Stratigrafi daerah penelitian

Berdasarkan data yang didapat pada saat pemetaan di lapangan, stratigrafi

daerah penelitian pada daerah Cantel terdiri dari 4 satuan batuan. Berikut adalah

urutan stratigrafi daerah Cantel dari tua ke muda :

a. Satuan breksi perselingan batupasir

Satuan ini terdiri dari lapisan breksi yang berselingan dengan batupasir Warna

breksi kehitaman dan merupakan breksi polimik (fragmennya lebih dari 1 jenis

batuan). Breksi ini termasuk ke dalam breksi vulkanik karena matriks penyusunnya

non karbonatan berupa material vulkanik yang berukuran pasir.

Gambar 9. Singkapan breksi

Fragmen yang terdapat di dalam breksinya antara lain adalah basalt, andesit,

dan rijang. Ukuran fragmen-fragmen tersebut berkisar dari kerikil hingga berangkal,

dengan ukuran maksimum 80 cm dan berbentuk menyudut. Semen/matriks

penyusun breksi bersifat nonkarbonatan, kemas terbuka, pemilahan sangat buruk,

porositas sedang, kekompakan kompak, dan massif.

18Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 19: Laporan Karsam Yogi

Batupasirnya berwarna hitam, ukuran butir pasir kasar, bentuk membundar

tanggung, kemas tertutup, pemilahan baik, semen/matriks non-karbonatan,

kekompakan kurang kompak, struktur sedimen paralel laminasi dan cross bedding.

Lingkungan pengendapan dari satuan batuan ini adalah di bagian slope laut

dalam.

b. Satuan Batupasir perselingan Batulempung

Satuan ini merupakan perselingan antara batupasir dengan batulempung

dengan warna dominan abu-abu, yang diendapkan selaras di atas satuan peselingan

breksi dan batupasir.

Batupasirnya berwarna abu-abu dengan ukuran butir halus-sedang, pemilahan

baik, kemas tertutup, porositas sedang-baik, kekompakan kompak, semen/matriks

karbonatan, struktur sedimen paralel laminasi, cross laminasi, load cast, dan ripple,

dan tebal rata-rata 5 cm -1 meter.

Gambar 10. Singkapan batupasir-batulempung

Batulempungnya berwarna abu-abu, semen/matriks karbonatan ada pula yang

non karbonat, dan tebal rata-rata 10 cm - 1 meter.

Satuan ini diendapkan di lingkungan laut dalam dengan arus tenang hingga

mendekati laut dangkal.

c. Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan

Tufa

Satuan ini merupakan perselingan antara batugamping dengan batupasir,

batulempung, batulanau yang warnanya abu-abu terang dan terdapat sisipan tufa.

Batugampingnya berwarna putih keabuan, dengan ukuran butir pasir halus, kemas

tertutup, pemilahan baik, porositas sedang-buruk, butirannya merupakan kristal

kalsit, kekompakan sangat kompak, struktur sedimen berupa paralel laminasi dan

cross laminasi, dan tebal rata-rata ±35 cm.

19Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 20: Laporan Karsam Yogi

Gambar 11. Singkapan batugamping

Batupasirnya berwarna abu-abu terang, butiranya halus, bentur butir

membundar semen non karbonatan ada juga yang karbonat, matriks lempung, kemas

tertutup, sorting baik, parlam.

Batulempungnya berwarna abu-abu, dengan semen/matriks karbonatan, dan

tebal rata-rata 10-15 cm. Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan, dengan

ukuran butir debu halus, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik,

semen/matriks karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5 cm.

Tufa berwarna putih, kekompakan sangan kompak, karbonat lemah, butiranya

halus & bentuknya membundar, kemas tertutup.

Lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah di lingkungan laut dangkal.

d. Satuan endapan Aluvial

Satuan aluvial merupakan satuan termuda yang terdapat di daerah pemetaan.

Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Satuan Batugamping

perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa.

Satuan aluvial tersebar di daerah sekitar Sungai Luk Ulo. Fragmen-fragmen

batuan yang ditemukan di dalam satuan ini antara lain adalah dasit, andesit, basalt,

batupasir, konglomerat, rijang,dan kristal kuarsa dan plagioklas. Ukuran

fragmennya berkisar dari pasir hingga berangkal dan merupakan material lepas

hasil rombakan batuan sebelumnya lalu kemudian tertransport oleh aliran sungai

dan terendapkan di daerah sekitar belokan dari sungainya. Tebal satuan ini berkisar

antara 1,5-2 m.

Lingkungan pengendapan dari endapan aluvial berada di sepanjang aliran

sungai lok ulo.

20Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 21: Laporan Karsam Yogi

Gambar 12. Endapan alluvial di tepi Sungai Luk Ulo

21Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 22: Laporan Karsam Yogi

kolom stratigrafi daerah cantel

SATUAN

BATUANTEBAL DESKRIPSI LINGKUNGAN

PENGENDAPAN

SE

DIM

EN

Endapan Aluvial

<15

endapan lluvial, abu terang, butir lempung - > 20 cm, angular-subrounded, fragmen batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf.

Sungai

Satuan

Batugamping

perselingan

Batupasir,

Batulempung,

Batulanau, dan

Tufa

- - --

v v vv v v

_ _

Batugamping berwarna putih keabuan, dengan ukuran butir pasir halus, kemas tertutup, pemilahan baik, kekompakan sangat kompak, struktur sedimen berupa paralel laminasi dan cross laminasi.Batupasir berwarna abu-abu terang,

butiranya halus, bentur butir

membundar semen non karbonatan ada

juga yang karbonat, matriks lempung,

kemas tertutup, sorting baik, parlam.

Batulempung berwarna abu-abu,

dengan semen/matriks karbonatan, dan

tebal rata-rata 10-15 cm. Sisipan

tuffnya berwarna putih kecokelatan,

dengan ukuran butir debu halus,

pemilahan baik, kemas tertutup,

porositas baik, semen/matriks

karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5

cm.

Tufa berwarna putih, kekompakan

sangan kompak, karbonat lemah,

butiranya halus & bentuknya

membundar, kemas tertutup.

Lingkungan pengendapan dari satuan

ini adalah di lingkungan laut dangkal.

Slope Laut dangkal

22Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

SIMBOL

LITOLOGI

Page 23: Laporan Karsam Yogi

Satuan

Batupasir

perselingan

Batulempung

_ _ _ _

Batupasir berwarna abu-abu terang,

butiranya halus, bentur butir membundar

semen non karbonatan ada juga yang

karbonat, matriks lempung, kemas tertutup,

sorting baik, parlam. Batulempung

berwarna abu-abu, dengan semen/matriks

karbonatan, dan tebal rata-rata 10-15 cm.

Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan,

dengan ukuran butir debu halus, pemilahan

baik, kemas tertutup, porositas baik,

semen/matriks karbonatan,

Laut Dalam – dangkal

Satuan breksi

perselingan

batupasir

breksi warna hitam, ukuran butir kerikil sampai berangkal, kemas terbuka, pemilahan sangat buruk, porositas baik, matriksnya berukuran pasir sedang-kasar, dan semen/matriks non-karbonatan

batupasir, hitam, ukuran butir pasir kasar, bentuk membundar tanggung, pemilahan sedang, semen non-karbonatan, , struktur sedimen paralel laminasi dan gradded bedding.

Laut Dalam

23Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 24: Laporan Karsam Yogi

C. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Pada daerah pemetaan Cantel, terjadi deformasi yang bersifat ductile yaitu berupa

perlipatan raksasa dan deformasi yang bersifat brittle yang menghasilkan shear fracture

berupa sesar-sesar dan extensional fracture berupa gash fracture, kekar, dan lain-lain.

a. Struktur Geologi Detail Daerah Pemetaan Cantel

Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel adalah berupa lipatan

(sinklin & antiklin) dan sesar kiri. Lipatan yang ada di daerah ini memiliki sumbu yang relatif

berarah barat-timur. Kemiringan lapisan batuan yang terdapat di Desa Tegalsari berarah ke

selatan, dan lapisan batuan yang terdapat di sekitar Gunung Cantel memiliki arah kemiringan

ke utara. Diperkirakan sumbu sinklin ini terdapat di daerah Pencil karena pada daerah ini

ditemukan kemiringan lapisan yang berlawanan arah. Selain struktur lipatan, struktur sesar

juga berkembang cukup intensif. Gejala sesar yang terjadi di daerah pemetaan ini berada di 2

lokasi, yaitu Kali Jaya, Kali Soka diperkirakan memanjang hingga Kali Kedungbener. Di

bawah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sesar-sesar tersebut.

1. Kali Soka

Sesar yang berada di daerah ini diperkirakan adalah jenis sesar mengiri. Karena tidak

ada data yang menunjang selain keberadaan adanya offset yang terjadi. Dan

diperkirakan juga memanjang hingga kali kedungbener.

.Gambar 13. Sesar yang terdapat di Kali Soka

2. Kali Jaya

Sesar yang berkembang di daerah ini adalah jenis sesar mengiri. Data yang

menunjang keberadaan sesar ini adalah adanya offset dari lapisan sejauh ±3 m.

b. Apabila dilihat dari offsite yang bergeser mengarah utara-selatan maka dapat

disimpulkan bahwa stress atau tegasan yang menyebabkannya adalah berasal dari arah

utara dan selatan, dan berada dalam rezim tektonik kompresi.

24Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 25: Laporan Karsam Yogi

D.Sejarah Geologi

Berdasarkan data stratigrafi daerah pemetaan, maka urutan satuan batuan yang

diendapkan dari tua ke muda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan

Batupasir Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung,

Batulanau, dan Tufa, dan satuan endapan aluvial. Berdasarkan urutan satuan batuan tersebut,

maka dapat dianalisis bagaimana sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan.

Pertama diawali dengan pengendapan breksi dan batupasir yang terjadi di dasar laut,

tepatnya di daerah slope, yaitu dengan mekanisme sedimentasi arus turbidit. Hal ini dapat

terlihat dari pemilahan yang sangat buruk. Kemudian diperlukan energi sedimentasi yang

besar untuk mentransport fragmen-fragmen batuan yang dimensinya sangat besar, sehingga

kemungkinan energi tersebut dipengaruhi oleh adanya gravity mass flow. Satuan batuan ini

terbentuk dalam kondisi magmatisme bawah laut yang aktif. Hal tersebut ditandai dengan

terdapatnya fragmen rijang di dalamnya. Rijang yang terbentuk tersebut kemungkinan berasal

dari larutan silika yang dikeluarkan selama aktivitas megmatisme bawah laut. Kemudian

diendapkan secara selaras satuan Batupasir Batulempung di atasnya. Seiring dengan

menurunnya aktivitas magmatisme, maka energi yang berperan dalam proses sedimentasinya

relatif lebih lemah dibandingkan dengan satuan yang sebelumnya. Litologi yang menyusun

satuan batuan ini bersifat karbonatan, sehingga dapat diperkirakan bahwa disekitar

lingkungan pengendapannya berada di zona CCD dan juga terdapat sumber bahan karbonat

(CaCO3), yang kemudian bereaksi dengan batuan sekitarnya dan menyebabkan batuan

tersebut bersifat karbonatan. Satuan ini masih terendapkan di zona laut dalam.

Kemudian disusul oleh pengendapan satuan Batugamping Batulempung di atasnya

secara selaras. Satuan ini ditandai oleh terbentuknya batuan dengan ukuran butir yang sangat

halus, yang menandakan bahwa energi yang dibutuhkan untuk mengendapkannya relatif

lemah dan sistem pengendapan yang berperan saat itu adalah suspensi. Satuan ini terbentuk

dalam kondisi magmatisme yang sangat lemah dikarenakan terbentuknya batugamping,

karena salah satu syarat terbentuknya batugamping tersebut adalah dalam lingkungan yang

arusnya tenang. Lalu disusul oleh pengendapan Tuff. Pada saat satuan batuan terbentuk

kemungkinan pada saat aktivitas magmatisme aktif kembali, karena adanya lapisan tuff. Di

dalam satuan batuan ini terdapat diantara batugamping. Pada saat tertentu, terjadi letusan

gunungapi yang menghasilkan debu-debu vulkanik yang kemudian diendapkan di daerah

sekitar sumber letusan tersebut. Di saat yang berikutnya, yaitu saat tidak terjadi letusan, yang

diendapkan adalah batugamping. Kemudian terjadi lagi letusan, dan berulang lagi seperti

25Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 26: Laporan Karsam Yogi

yang sebelumnya. Oleh karena itu, terbentuklah tuff yang diantara batugamping. Setelah Tuff

terbentuk, kemudian terjadi pengendapan satuan batuan berikutnya,

Setelah satuan-satuan batuan terbentuk, terjadi proses tektonik, dalam rezim

kompresi, dalam arah relatif utara-selatan. Kegiatan tektonik tersebut mengakibatkan

terbentuknya lipatan berupa sinklin dan antiklin yang sumbunya memiliki arah relatif barat-

timur dan menunjam ke arah barat. Selain sinklin, terbentuk pula struktur berupa sesar-sesar

yang diakibatkan oleh tegasan yang sama, yaitu yang berarah utara-selatan. Sesar-sesar

tersebut merupakan jenis sesar strike-slip, dengan arah relatif utara-selatan. Sesar tersebut

menimbulkan zona lemah yang kemudian dialiri oleh air dan membentuk sungai-sungai yang

memiliki kelurusan, yang arahnya sesuai dengan arah dari sesarnya itu sendiri. Berdasarkan

pada analisis dari data yang diperoleh di lapangan, maka diperkirakan lipatan terbentuk lebih

dulu daripada sesar yang berada di sepanjang Kali Kedungbener. Kemungkinan besar sesar

yang berada di daerah Kali Kedungbener tersebut adalah jenis sesar mengiri.

Setelah semua proses yang disebut di atas terjadi, maka diendapkanlah satuan batuan

yang berumur paling muda yaitu satuan endapan aluvial. Fragmen-fragmen batuan pada

aluvial tersebut terdiri dari batupasir, konglomerat, dan rijang, beku, dan sekis dan gneis,

serta kuarsa susu. Akibat terjadinya proses tektonik dan erosi yang terus berlangsung, maka

terjadinya proses transport material-material batuan tersebut di sepanjang Sungai Luk Ulo.

Batas satuan aluvial ini dengan satuan batuan di bawahnya adalah berupa batas erosional.

26Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 27: Laporan Karsam Yogi

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya di laporan ini adalah

sebagai berikut.

1. Daerah pemetaan Cantel dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu:

a. Satuan Perbukitan Homoklin.

b. Satuan Perbukitan lipatan

c. Satuan Endapan Aluvial.

2. Stratigrafi daerah pemetaan Cantel dengan urutan batuan dari yang tertua ke yang

termuda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan Batupasir

Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau,

dan Tufa, dan satuan endapan aluvial.

3. Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel berupa perlapisan,

lipatan (sinklin) dan sesar. Tegasan utama yang berperan di daerah ini memiliki arah

relatif utara-selatan. Arah sumbu sinklinnya adalah barat-timur, sedangkan arah

sesarnya adalah relatif utara-selatan.

4. Sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan Cantel dimulai dengan pengendapan

satuan Breksi perselingan batupasir, kemudian satuan batupasir perselingan

batulempung, dan satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung,

Batulanau, dan Tufa. Setelah itu, barulah diendapkan satuan batuan termuda di

atasnya, yaitu satuan endapan Aluvial. Daerah ini dikontrol oleh aktivitas

magmatisme. Pada daerah ini juga berkembang struktur-struktur berupa lipatan dan

sesar yang diakibatkan karena adanya kegiatan tektonik kompresi.

27Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 28: Laporan Karsam Yogi

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB.

Asikin S., Handoyo A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map of Kebumen Quadrangle, Java, scale 1: 100000. Geological Research and Development Center, Bandung.

Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque, Nederland.

Hadiyansyah, D., 2005. karakteristik struktur formasi karangsambungdaerah karangsambung dan sekitarnya, kecamatan karangsambung-karanggayam, kabupaten kebumen, propinsi jawa tengah. Skripsi S1. Program Studi Teknik Geologi. Bandung.

Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R., Dardji Noeradi, dan Chalid I. Abdullah, 1995, Karakteristik Satuan Melange dan Olisostrom di daerah Karangsambung, Jawa Tengah: suatu tinjauan ulang, Prosiding Hasil Penelitian Puslitbang Geoteknologi LIPI (ed. Y. Kumoro., A. M. Riyanto, dan E. Z. Gaffar), 190-215.

Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, An Introduction to Study of Landscapes. McGraw-Hill Book Co., New York.

Tjia, H. D. ,1966, Structural Analysis of the Pre-Tertiery of the Luk Ulo Area Central Java, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.

28Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Page 29: Laporan Karsam Yogi

LAMPIRAN

29Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel