Upload
sryrahayu-arismawaty-ningsih
View
14
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
(lapsus)
Citation preview
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT
PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF LAINNYA DENGAN INTOKSIKASI AKUT
DISERTAI DELIRIUM (F19.03)
Disusun Oleh:
Sri Rahayu Arismawati Ningsih
10542 0330 11
Pembimbing
dr.Hj. Novry Renny Hasan B.,Sp.KJ MARS
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
1
LAPORAN KASUS
OKTOBER 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Sri Rahayu Arismawati Ningsih
NIM : 10542 0330 11
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Oktober 2015
Pembimbing
dr.Hj. Novry Renny Hasan B.,Sp.KJ MARS
2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Tanggal Masuk : 01-10-2015
Tanggal Pemeriksaan : 16-10-2015
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ferdi
TTL : 25 – 10 - 2000
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Asrama Wipayono, Pampang
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Status perkawinan : Belum kawin
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis yang
diperoleh dari:
Nama : Ny.Hajra
Umur : 34 tahun
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
A. Keluhan Utama
Kesadaran menurun
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien 15 tahun masuk RS TK II Pelamonia untuk pertama kalinya
diantar oleh pihak sekolah beserta ibu kandungnya dengan keluhan
kesadaran menurun dan tampak linglung/bingung. Keluhan kesadaran
menurun dan tampak linglung disertai juga dengan keluar busa dari mulut
hingga kejang. Pasien juga bahkan tidak mengenal orang-orang
terdekatnya terutama ibunya. Keluhan ini baru pertama kali dialaminya.
3
Ditemukan juga pembungkus obat di saku pasien yang diduga
dikonsumsinya. Pasien menyatakan obat tersebut adalah Trihexyphenidyl
yang pasien sebut “THD”. Diduga pasien juga mengonsumsi Tramadol
menurut keterangan ibunya. Keluhan yang dialami ini muncul saat
beberapa jam setelah ujian dimulai. Pasien mengaku mengonsumsi obat
THD (Trihexyphenidyl) sebanyak 3 biji sekaligus di sekolah. Kemudian
saat ujian berlangsung, pasien merasa pusing dan lembar soal didepannya
terasa berbayang. Setelah itu, pasien tidak lagi mengingat apa yang terjadi
setelahnya. Menurut Ibunya, pasien juga bicara sendiri dan tidak lama
setelah itu pasien mulai menurun kesadarannya selama disekolah. Pihak
sekolah pun memanggil pihak keluarga ke sekolah. Namun pasien tidak
mengenal ibunya. Guru pasien menemukan sebuah pembungkus obat di
saku pasien. Pasien mengaku membelinya sendiri dari teman. Dengan
keluhan dan temuan tersebut, pasien kemudian dilarikan ke UGD RS TK
II Pelamonia dan kemudian mendapat perawatan di seruni.
Hari pertama perawatan di seruni, pasien masih bicara sendiri dan
tidak mengenali ibunya. Pasien juga marah besar jika ditentang
perkataannya atau kemauannya. Pasien merasa melihat temannya dan
mengajak berbicara juga mendengar suara – suara temannya. Setelah
mengonsumsi obat tersebut pasien juga merasa enak serta tidak merasakan
apa – apa. Dihari pertama perawatan, pasien juga tidak bisa tidur 1 hari 1
malam.
Hari kedua perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah
bisa tidur namun masih berbicara sendiri. Hari ketiga perawatan pasien
sudah mengenali ibunya yang sebelumnya tidak dikenalnya.
Ibu pasien tidak merasa anaknya mengalami perubahan perilaku
sebelumnya seperti mengurung diri, menarik diri, tidak mau terlibat
dengan orang- orang yang ada di masyarakat. Hanya saja pasien memang
adalah sosok yang diketahuinya agak tertutup terhadap orang lain dan
pendiam. Sebelumnya pasien adalah sosok yang pendiam, jarang meminta
sesuatu pada orang tuanya, sabar dan tidak pernah bermasalah disekolah.
4
Sehingga guru dan ibu pasien merasa sedih dan kaget ketika mengetahui
bahwa anaknya mengonsumsi obat yang disalahgunakan.
Pasien juga mengaku merokok sejak kelas 6 SD ( kurang lebih 4
tahun yang lalu) sebanyak 3 batang/hari tanpa diketahui orang tuanya.
Merokok pertama kalinya diakui karena ditawari oleh temannya. Pertama
kali mencoba rokok ia merasa tidak nyaman namun mencoba lagi untuk
yang kesekian kalinya hingga ketagihan. Ayah pasien meninggal karena
kanker otak pada saat pasien berumur 10 tahun. Diduga karena hal
tersebutlah yang menjadi stressor pasien tersebut yang membuatnya
mencoba rokok, namun pasien adalah sosok yang pendiam.
Menurut keterangan ibunya, pasien adalah sosok yang tidak suka
keluar rumah, aktivitas dirumah hanya mendengar musik, main game dan
menelpon dengan teman dekatnya, namun patuh dan sering membantu
orang tuanya dirumah. Pasien jarang bergaul atau berkumpul dengan
teman atau tetangganya di rumah atau di sekitar rumah. Pasien lebih
banyak menghabiskan waktu dirumah.
- Hendaya/disfungsi :
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (+)
- Faktor stressor psikososial :
Tidak jelas karena pasien hanya mengatakan mengonsumsi obat ini
hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang terkait
dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula dengan rokok
yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan akhirnya
ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang tuanya
serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun dengan
teman. Ayah pasien meninggal karena kanker otak saat pasien
berumur 10 tahun, dan diduga karena hal tersebut sebagai
kompensasi sehingga pasien berfikir untuk mencoba mengonsumsi
rokok namun pasien mengelak hal tersebut.
5
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat penyakit dulu :
Infeksi (-)
Trauma (-)
Kejang (-)
2. Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif :
Merokok (+) 3 batang/hari di sekolah
Alkohol (-)
Obat-obatan terlarang (-)
Obat – obat lain (+) trihexyphendyl sejak 2 minggu yang lalu
sebanyak 3 biji sekaligus, menurut pasien, ini baru pertama kalinya
mengonsumsi obat tersebut.
D. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya :
Tidak ada
E. Riwayat kelahiran pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Lahir normal di RS TK II Pelamonia ditolong oleh dokter
Pasien merupakan anak yang diinginkan.
Ibu pasien tidak mengalami masalah selama pasien dikandung
2. Riwayat Masa Kanak Awal-Pertengahan
a. Usia 1 – 3 tahun
Pasien mendapat ASI hingga umur 2 tahun
Toilet training dilakukan dengan baik
Pertumbuhan dan perkembangan baik dan sesuai usianya
b. Usia 3 – 5 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya.
c. Usia 6 – 11 tahun
Mampu bergaul dan bekerja sama dengan teman sebayanya di
sekolah
Menurut keluarga, pasien adalah anak yang pendiam ,jarang
meminta sesuatu kepada orang tuanya, dan sabar.
6
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya
3. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Prestasi belajar biasa – biasa saja
Hubungan dengan keluarga baik
Hobi mendengar musik dan bermain game online
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dibanding di luar
rumah kecuali kegiatan sekolah
Pasien dimasukkan di SMK kartika oleh keluarganya karena sekolah
tersebut tergolong disiplin dan ketat sehingga pasien tidak perlu
merasa khawatir dengan pergaulan bebas.
4. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Riwayat pendidikan sekarang SMA ( SMK Kartika). Sekarang
pasien kelas 1 SMA (sementra bersekolah) tapi ijin sakit beberapa
hari tidak masuk sekolah selama dirawat dirumah sakit.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan siswa
c. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer
d. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
e. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara (♂,♀,♂)
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya
Hubungan dengan saudara kurang baik terutama dengan adik
perempuannya. Pasien sering berkelahi dengan saudaranya tersebut.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
f. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan dengan teman – teman lingkungan sekitar diakui baik
namun jarang berkumpul kecuali di sekolah
7
g. Riwayat agama
Pasien menganut ajaran agama islam dan beribadah dengan baik tapi
masih tidak teratur dan tepat waktu.
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama dengan orang tuanya dan saudara –
saudaranya.
Keluarga tercukupi secara finansial
i. Riwayat Kriminalitas
Pasien tidak pernah menjadi korban, pelaku, ataupun saksi pada
suatu kasus kriminal
j. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien menyadari mengonsumsi obat – obatan, merokok itu tidak
baik, dan pasien ingin sembuh.
k. Riwayat Psikoseksual
Tidak ditemukan gangguan
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada hari terakhir perawatan
kemudian dilanjutkan pada saat kontrol di poli jiwa kurang lebih 10 hari
setelah perawatan.
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang anak laki – laki, rambut hitam cepak,
wajah sesuai umur, kulit sawo matang, perawakan tinggi,
memakai baju kaos kotak – kotak cokelat abu – abu dengan jaket
semijeans biru, memakai headset dan celana panjang jeans
cokelat dan memakai sepatu warna krem.
2. Kesadaran :
Kesadaran baik saat dilakukan wawancara
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor :
Pasien tampak tenang saat wawancara
4. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
8
b. Keadaan Afektif
1. Mood : eutimik
2. Afek : luas
3. Serasi : serasi
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan
c. Pembicaraan : Gaya bicara tidak spontan
d. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : auditorik (pasien kerap kali mendengar suara-suara
temannya mengajak bicara setelah mengonsumsi
obat tersebut)
2. Ilusi : (+) pasien menganggap seolah-olah orang yang ada
disekitarnya itu adalah teman-temannya pada saat itu.
3.Depersonalisasi: (-)
4.Derealisasi: (-)
e. Pikiran :
1. Bentuk pikir : Dereisme
2. Arus Pikiran : Irrelevan
3. Isi pikiran :
Gangguan isi pikir (-)
f. Fungsi Intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai
tingkat pendidikan
2. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
*awalnya pasien mengalami disorientasi setelah beberapa jam
hingga 1 hari setelah mengonsumsi obat tersebut.
3. Daya Ingat:
a. Jangka panjang : Baik
b. Jangka sedang : Baik
9
c. Jangka pendek : Baik
d. Jangka segera : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
5. Kapasitas berbahasa, membaca dan menulis: baik, hendaya
berbahasa (-)
6. Pikiran abstrak : Cukup
7. Bakat kreatif : tidak ada
8. Kemampuan menolong diri sendiri : kurang (pasien sering
berkelahi dengan saudaranya yang lawan jenis; usia 5 tahun)
g. Pengendalian Impuls : Terganggu
h. Daya nilai & tilikan :
Norma sosial : kurang
Uji daya nilai : kurang
Penilaian realitas : kurang
Tilikan : derajat 6 (sadar dirinya sakit dan perlu
pengobatan)
i. Taraf dapat dipercaya : cukup
IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS
Status Internus : KU baik
Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg S : 36,2 oC
N : 84 x/m P : 18 x/m
Status Neurologis
GCS : E4M6V5 (compos mentis)
kaku kuduk (-)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien 15 tahun masuk RS TK II Pelamonia untuk pertama kalinya
diantar oleh pihak sekolah beserta ibu kandungnya dengan keluhan
kesadaran menurun dan linglung/bingung. Keluhan kesadaran menurun
10
dan tampak linglung disertai juga dengan keluar busa dari mulut hingga
kejang. Pasien juga bahkan tidak mengenal orang-orang terdekatnya
terutama ibunya. Keluhan ini baru pertama kali dialaminya. Ditemukan
juga pembungkus obat yang diduga dikonsumsi pasien sebelumnya.
Pasien menyatakan obat tersebut adalah Trihexyphenidyl yang pasien
sebut “THD”. Keluhan yang dialami ini muncul saat beberapa jam setelah
ujian dimulai. Pasien mengaku mengonsumsi obat THD (Trihexyphenidyl)
sebanyak 3 biji sekaligus disekolah. Diduga pasien juga mengonsumsi
Tramadol menurut keterangan ibunya. Kemudian saat ujian berlangsung,
pasien merasa pusing dan lembar soal didepannya terasa berbayang.
Setelah itu, pasien tidak lagi mengingat apa yang terjadi setelahnya.
Menurut Ibunya, pasien juga bicara sendiri dan tidak lama setelah itu
pasien mulai menurun kesadarannya selama disekolah. Pihak sekolah pun
memanggil pihak keluarga ke sekolah. Namun pasien tidak mengenal
ibunya. Guru pasien menemukan sebuah pembungkus obat di saku pasien.
Pasien mengaku membelinya sendiri dari teman. Dengan keluhan dan
temuan tersebut, pasien kemudian dilarikan ke UGD RS TK II Pelamonia
dan kemudian mendapat perawatan di seruni.
Hari pertama perawatan di seruni, pasien masih bicara sendiri dan
tidak mengenali ibunya. Pasien juga marah besar jika ditentang
perkataannya atau kemauannya. Pasien merasa melihat temannya dan
mengajak berbicara juga mendengar suara – suara temannya. Setelah
mengonsumsi obat tersebut pasien juga merasa enak serta tidak merasakan
apa – apa. Dihari pertama perawatan, pasien juga tidak bisa tidur 1 hari 1
malam.
Hari kedua perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah
bisa tidur namun masih berbicara sendiri. Hari ketiga perawatan pasien
sudah mengenali ibunya yang sebelumnya tidak dikenalnya.
Ibu pasien tidak merasa anaknya mengalami perubahan perilaku
sebelumnya seperti mengurung diri, menarik diri, tidak mau terlibat
dengan orang- orang yang ada di masyarakat. Hanya saja pasien memang
11
adalah sosok yang diketahuinya agak tertutup terhadap orang lain dan
pendiam. Sebelumnya pasien adalah sosok yang pendiam, jarang meminta
sesuatu kepada orang tuanya, sabar dan tidak pernah bermasalah
disekolah. Sehingga guru dan ibu pasien merasa sedih dan kaget ketika
mengetahui bahwa anaknya mengonsumsi obat yang disalahgunakan.
Pasien juga mengaku merokok sejak kelas 6 SD ( kurang lebih 4
tahun yang lalu) sebanyak 3 batang/hari tanpa diketahui orang tuanya.
Merokok pertama kalinya diakui karena ditawari oleh temannya. Pertama
kali mencoba rokok ia merasa tidak nyaman namun mencoba lagi untuk
yang kesekian kalinya hingga ketagihan. Diduga karena hal tersebutlah
yang menjadi stressor pasien tersebut yang membuatnya mencoba rokok,
namun pasien adalah sosok yang pendiam.
Menurut keterangan ibunya, pasien adalah sosok yang tidak suka
keluar rumah, aktivitas dirumah hanya mendengar musik, main game dan
menelpon dengan teman dekatnya, namun patuh dan sering membantu
orang tuanya dirumah. Pasien jarang bergaul atau berkumpul dengan
teman atau tetangganya di rumah atau di sekitar rumah. Pasien lebih
banyak menghabiskan waktu dirumah.
- Hendaya/disfungsi :
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (+)
- Faktor stressor psikososial :
Tidak jelas karena pasien hanya mengatakan konsumsi obat ini
hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang terkait
dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula dengan rokok
yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan akhirnya
ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang tuanya
serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun dengan
teman. Ayah pasien meninggal karena kanker otak saat pasien
berumur 10 tahun, dan diduga karena hal tersebut sebagai
12
kompensasi sehingga pasien berfikir untuk mencoba mengonsumsi
rokok namun pasien mengelak hal tersebut.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan Seorang
anak laki – laki, rambut hitam cepak, wajah sesuai umur, kulit sawo
matang, perawakan tinggi, memakai baju kaos kotak – kotak cokelat abu –
abu dengan jaket semijeans biru, memakai headset dan celana panjang
jeans cokelat dan memakai sepatu warna krem. Kesadaran baik, perilaku
dan aktivitas motorik pasien tenang saat dilakukan wawancara. Ditemukan
mood yang eutimik dengan afek terbatas dan serasi, serta empati tidak
dapat dirabarasakan. Gaya bicara tidak spontan (hanya menjawab atau
berbicara jika ditanya, tidak pernah memulai pembicaraan dan bersifat
terbuka untuk bercerita seputar keluhan dan kehidupannya), terdapat
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan juga terdapat ilusi
sesaat setelah mengonsumsi obat tersebut. Tidak terdapat gangguan
pikiran baik dari segi bentu, arus, maupun isi pikiran. Taraf pendidikan
sesuai, tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat. Pasien tampak penuh
konsentrasi dan perhatian, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri
sendiri baik. Tidak ada gangguan daya nilai, dan tilikan derajat 6 yakni
pasien merasa dirinya sakit dan perlu pengobatan.
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (Berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV
yang dikaitkan dengan ICD-10)
Aksis I: Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan adanya penggunaan obat yang tidak
sesuai anjuran (tingkat dosis obat yang digunakan) serta konsumsi
zat adiktif sejak lama, tidak ada sindrom ketergantungan, adanya
kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan zat psikoaktif
(rokok yang terkait nikotin) dan obat sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, perilaku, atau fungsi dan
respon psikofisiologis pada pasien ini sehingga menurut PPDGJ III
13
dan DSM IV pasien ini tergolong mengalami gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya dengan intoksikasi akut disertai delirium
(F19.03)
Aksis II : Dari hasil alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental, didapatkan ciri kepribadian yang mengarah ke kepribadian
dependen. Pasien jarang meminta sesuatu kepada orang tuanya,
dan sebagian besar keputusan ada pada orang tuanya (data ini
didapatkan dari alloanamnesis)
Aksis III : Intoksikasi akut karena penggunaan obat yang tidak sesuai
anjuran (terkait dosis obat yang digunakan)
Aksis IV: Tidak jelas (karena pasien hanya mengatakan mengonsumsi obat
ini hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang
terkait dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula
dengan rokok yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan
akhirnya ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang
tuanya serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun
dengan teman. Namun, ayah pasien meninggal karena kanker otak
pada saat pasien berumur 10 tahun dan diduga hal tersebut lah yang
memicu pasien (sebagai kompensasi) untuk mencoba rokok namun
pasien mengelak hal tersebut)
Aksis V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor pendukung:
- Tidak ditemukan adanya riwayat keluarga (herediter) yang mengalami
gangguan jiwa
- Tidak ada kelainan organik dan neurologik
- Keluarga mendukung kesembuhan pasien
14
- Onset yang masih tergolong akut
Faktor penghambat:
- Lingkungan pasien yakni teman-teman sepergaulan pasien yang
kemungkinan menghasut/mengajak pasien menggunakan obat tersebut
atau obat lainnya lagi.
VIII. RENCANA TERAPI
1) Farmakoterapi
Risperidone 2 mg 2x1
2) Psikoterapi
Ventilasi
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan pasien menjadi lega
Konseling
Memberikan masukan dan penjelasan kepada keluarga pasien
dan orang-orang terdekat pasien serta lingkungannya tentang
keadaan yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan
sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan
berkala.
*terapi yang diutamakan pada pasien ini yaitu psikoterapi.
IX. DISKUSI
Otak manusia terbagia atas 3 bagian besar yaitu neokortex atau kortex
cerebri, sistem limbik, dan batang otak, yang bekerja secara simbiosis. Cortex
cerebri berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa. Sistem limbik
berfungsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak
mengatur fungsi vegetatif tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah,
kemampuan gerak atau motorik. Ketiganya bekerja bersama saling
mendukung dalam waktu yang bersamaan tetapi juga dapat juga bekerja
secara terpisah. Otak terbentuk dari 2 jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia
15
berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron
membawa informasi dalam bentuk aksi potensial. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter paling
mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang antara lain serotonin,
asetil kolin, dopamin, epinefrin, dan norepinefrin.
Obat (“drug atau farmakon”) didefinisi oleh WHO sebagai “semua zat
yang bila dimasukkan ke dalam tubuh suatu makhluk, akan mengubah atau
memengaruhi satu atau lebih fungsi faali makhluk tersebut.
Trihexyphenidyl merupakan golongan antikolinergik. Antikolinergik
merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan parkinsonisme. Dasar
kerja obat ini adalah mengurangi aktivitas antikolinergik yang berlebihan di
ganglia basalis. Antiparkinson golongan antikolinergik menimbulkan efek
samping sentral dan perifer. Efek samping sentral dapat berupa gangguan
neurologik yaitu ataksia, disartria, hipertermia; gangguan mental: pikiran
kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen dan koma. Obat antikolinergik
khususnya bermanfaat terhadap parkinsonimsme akibat obat, misalnya oleh
neuroleptik. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin
endogen dan eksogen, menghambat reuptake dopamine pada ujung saraf pre
sinaptik di otak. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang
pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Trihexyphenidyl
menunjukkan inhibisi pada sistem saraf simpatetik, serta mempunyai efek
merelaksasi otot polos, secara langsung memberikan efek kepada otot dan
secara tidak langsung melalui sistem parasimpatetik.
Trihexyphenidyl (THD) ini bersifat antikolinergik yang merupakan
obat alternatif dopamin yang mekanisme kerjanya sebagai obat dopaminergik
sentral. Obat ini secara tidak langsung melepaskan dopamin ke dalam otak
yang sangat bermanfaat untuk mengobati parkinson, tapi dalam waktu yang
bersamaan obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang
berkaitan dengan yang lainnya. Neurotransmitter lain (asetilkolin) ditekan
16
sehingga terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh sekelompok
neuron yang menyekresikan dopamin yang badan selnya terletak di
tegmentum ventral dari mesensefalon, di sebelah medial dan anterior dari
sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior
dan sebagian lobus pre frontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku
sehingga terjadilah perubahan perilaku pada pasien. Obat ini mencapai kadar
puncak setelah 1-2 jam, sedangkan waktu paruh obat ini yakni 10-12 jam.
Tembakau adalah bentuk nikotin yang paling banyak ditemukan.
Tingkat pencapaian pendidikan berkorelasi dengan penggunaan tembakau.
Secara perilaku, efek stimulatorik nikotin menimbulkan peningkatan atensi,
pembelajaran, waktu reaksi, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Hasil
studi tentang efek nikotin pada aliran darah otak menemukan bahwa pajanan
nikotin jangka pendek meningkatkan aliran darah otak tanpa mengubah
metabolisme oksigen otak, tetapi pajanan jangka panjang menurunkan aliran
darah otak. Bertentangan dengan efek stimulatorik terhadap SSP, nikotin
bekerja sebagai relaksan otot skeletal. Nikotin adalah alkaloid yang sangat
toksik. Dosis 60 mg pada dewasa bersifat fatal sekunder terhadap paralisis
respiratorik; dosis 0,5 mg didapatkan melalui merokok kretek biasa. Pada
dosis rendah, tanda dan gejala toksisitas nikotin meliputi mual, muntah,
salivasi, pucat, pusing, sakit kepala, peningkatan tekanan darah. Toksisitas
juga menyatakan ketidakmampuan konsentrasi. Pasien ini juga mengonsumsi
rokok sejak kelas 6 SD (sejak usia 11 tahun), dengan kata lain konsumsi rokok
sudah berlangsung selama 3 tahun. Awal pasien mengonsumsi rokok, terdapat
gejala mual akibat toksisitas dari nikotin. Dan efek sekarang yang dirasakan
pasien akibat nikotin adalah penurunan konsentrasi serta fungsi kognitif yang
terganggu.
Terapi yang diberikan pada pasien ini yakni antipsikotik golongan
atypical atau generasi II. Disebut atipikal karena obat ini hampir tidak
menimbulkan efek ekstrapiramidal. Mekanisme kerja obat psikotik atipikal,
disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Reseptor, juga terhadap
17
serotonin 5 HT2 Reseptor. Antipsikotik atipikal juga diketahui dapat
mengatasi gejala positif maupun negatif. Ini bermanfaat untuk pasien dengan
gejala positif berupa bicara sendiri dan halusinasi, serta gejala negatif dari
pasien.
18
AUTOANAMNESIS
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16-10-2015 saat pasien
berkunjung ke poli jiwa untuk kontrol.
DM : Assalamualaikum, boleh saya minta waktunya sebentar?
Saya mau tanya-tanya seputar keluhan dan kehidupan nya adek.
P : waalaikumsalam. Iya dok silahkan
DM : perkenalkan, saya Dokter Muda Ayu. Namanya siapa dek?
P : Ferdi dok
DM : tinggal dimana ferdi?
P : di pampang dok
DM : Ferdi umurnya berapa?
P : 15 tahun dok
DM : oh berarti masih sekolah ya?
P : SMA kelas 1 dok
DM : sekolah dimana?
P : SMK kartika
DM : kalau tidak salah, ferdi pernah dirawat disini ya?
P : iya dok
DM : bisa diceritakan bagaimana kronologisnya sampai dibawa
kesini apa keluhannya? Mulai dari masuk disini itu hari apa?
P : masuk disini hari kamis
19
DM : apa keluhannya sampai dibawa kesini?
P : pusing kayak tidak bisa jalan, katanya sempat pingsan
juga dok. Setelah itu saya sudah tidak ingat
DM : iya saya sudah dengar dari ibunya Ferdi kalau awal
kejadiannya itu di sekolah, adek pingsan sampai keluar busa dari mulut.
Setelah itu di bawa ke UGD sini. Ibu juga bilang kalau adek minum obat
tramadol makanya begitu, dan didapat juga di sakunya adek pembungkus
obatnya, isinya sudah tidak ada. Benar?
P : bukan tramadol
DM : lantas apa?
P : THD dok?
DM : sejak kapan pertama kali diminum obat itu?
P : itu pertama kalinya dok
DM : belum pernah sebelumnya? atau mungkin obat selain THD
?
P : tidak pernah dok. Ini pertama kalinya
DM : adek tau tidak, itu obat apa?
P : yang jelas temanku bilang kalau obat itu bisa buat tidak
merasakan apa-apa dan bisa buat rileks
DM : pas di sekolah? pas jam istirahat?
P : iya di sekolah. Jam istirahat sebelum ujian
DM : berapa banyak yang diminum?
P : 3 biji
20
DM : Cuma 3 biji? Bukan 1 papan?
P : iya 3 biji dok
DM : setelah diminum apa yang adek rasa?
P : pertamanya sih tidak adadok. Tapi pas mulai ujian, itu
kertas soal ku seperti berbayang dan saya mulai pusing saat itu. Terus pas
habis ujian guru dapat pembungkus obat di kantong saya. Terus saya
dibawa ka ke ruang BK. Setelah itu tidak ingat lagi apa yang terjadi
DM : selain itu, apalagi efek-efek yang ferdi rasa? Selama di
perawatan mungkin? Karena Ibunya ferdi sempat bilang juga kalau ferdi
tidak ingat wajahnya orang-orang. Sering juga bicara sendiri dan
berhalusinasi. Betul?
P : iya dok. Katanya saya tidak ingat ibuku waktu disini
DM : terus berhalusinasi seperti apa waktu itu? Ferdi dengar
suara-suara? Atau liat orang yang sebetulnya orang lain tidak bisa liat?
P : saya dengar suaranya teman-teman ajak bicara. Saya kira
ada temanku saat itu tapi orang-orang bilang kalau temanku tidak ada saat
itu. Yang ada hanya ibuku dan suster.
DM : jadi Ibu juga dikira temannya?
P : iya dok
DM : alasan minum itu obat memang karena mau ji coba-coba?
atau ada masalah mungkin? Masalah sama teman misalnya, atau sama
saudara atau orangtua?
P : tidak ada, memang mau coba-coba saja karena sering
ditawari sama teman
DM : teman yang lain banyak yang minum itu obat?
21
P : iya lumayan dok
DM : ada teman dekatnya adek juga yang minum obat itu?
sudah berapa lama dia minum? Dia minum THD juga?
P : kalau teman-temanku, banyak dok
DM : banyak apa maksudnya? banyak macam atau apa?
P : iya, bukan Cuma THD, tramadol juga mungkin
DM : berapa banyak mereka minum dalam sekali minum?
P : banyak, karena mereka sudah lama.
DM : mereka sering minum obat itu?
P : sering sekali. Mungkin sudah ketergantungan
DM : jangan-jangan ferdi juga sudah lama? Karena kan ada
teman dekatnya juga yang sudah lama minum ?
P : tidak dok, barupi satu kali ini saya coba. Memang sering
ditawari teman tapi baru kali ini punya keberanian coba
DM : terus obat itu dibeli dimana?
P : beli di teman dok
DM : temannya beli dimana?
P : di apotek dok
DM : ferdi tau kalau obat itu tidak bisa dipakai sembarangan?
Semua obat itu ada indikasi dan dosis tertentu nya.
P : iya dok tapi saya tidak tau
DM : terus masih mau diminum lagi itu obat? Menyesal minum
obat itu atau tidak?
22
P : tidak mau lagi dok. Saya menyesal dok
DM : iya, jangan langsung minum obat tanpa anjuran dokter
apalagi kalau hanya teman yang kasih begitu saja. Ferdi juga sudah tau
kalau banyak kerugian dari pemakaian obat itu.
P : iya dok
DM : Ferdi juga merokok ?
P : iya dok
DM : sejak kapan?
P : sejak kelas 6 SD
DM : siapa yang pertama kali mengenalkan rokok ke ferdi?
P : teman dok
DM : pertama coba, apa yang ferdi rasakan?
P : tidak enak, rasa mau muntah dok
DM : terus dicoba lagi atau berhenti sampai disitu?
P : coba lagi besoknya dok. Terus lama-kelamaan sudah tidak
ada lagi perasaan mau muntah, perasaan juga sudah enak dok.
DM : jadi Ferdi merokok sampai sekarang?
P : iya dok
DM : berapa batang per hari?
P : 3 batang saja dok
DM : orang tua tau kalau Ferdi merokok?
P : tidak dok
23
DM : apa alasan adek ferdi merokok? Menghilangkan stress,
selesaikan masalah, atau untuk menghadapi ujian mungkin?
P : tidak dok. Pertama hanya coba-coba juga kemudian
ketagihan hingga sekarang.
DM : selama lepas perawatan, masih ada keluhan yang ferdi
rasa dirumah? Susah tidur misalnya, gelisah, kejang, dll
P : tidak ada dok
DM : apakah obatnya diminum teratur?
P : iya dok
DM : oke, sekarang saya mau bertanya lagi seputar kehidupan
pribadi. Ferdi anak ke berapa dari berapa bersaudara?
P : anak pertama dari 3 bersaudara dok.
DM : bagaimana hubungan dengan adek-adeknya? Apakah tidak
sering bertengkar?
P : sering dok
DM : sering bertengkar dengan adik yang perempuan atau yang
laki-laki?
P : yang perempuan dok
DM : berkelahinya sampai pukul-pukul?
P : tidak dok
DM : kalau hubungannya dengan orang tua dirumah
bagaimana?
P : baik dok
24
DM : kalau hubungan dengan teman-temannya bagaimana?
P : baik juga dok
DM : banyak teman dekatnya di sekolah? Sering teman-teman
ke rumah main-main?
P : banyak dok disekolah. Kalau dirumah, saya jarang keluar
rumah, teman-teman juga jarang ke rumah.
DM : jadi kalau dirumah bikin apa saja?kata Ibu, Ferdi kemana-
mana bawa headset. Entah dengar musik atau menelfon.
P : iya dok. Kalau dirumah paling sering dengar musik, main
game online, menelfon juga
DM : telfonan dengan siapa?
P : (Senyum) teman dok
DM : waktu dirawat disini, ada teman yang kunjungi?
P : iya ada dok
DM : sekarang saya mau lakukan pemeriksaan daya ingat dll
dengan pertanyaan-pertanyaan yah dik
P : iya dok
DM : sekarang hari apa ferdi? Siang atau malam?
P : jumat dok. Siang
DM : ferdi tau lagi dimana sekarang
P : Rumah sakit
DM : siapa orang yang disampingnya Ferdi sekarang?
(menunjuk ke arah ibu pasien)
25
P : (senyum) Ibu saya
DM : masih ingat SD dimana?
P : masih dok. Di kolaka
DM : tadi dirumah, Ferdi makan apa saja dirumah?
P : nasi goreng
DM : coba eja dari belakang kata yang saya sebut ya,
“SEMBUH”
P : “H-U-B-M-E-S”
DM : di sekolah belajar peribahasa. apa artinya ada udang di
balik batu?
P : hmmmm ada maksud yang tersembunyi mungkin
DM : apa bakat ferdi? Menyanyi kah? Main basket kah?
P : tidak ada
DM : dirumah, Ferdi sudah bisa mandiri? Makan sendiri,
rapikan barang-barang sendiri
P : iya dok
DM : kalau liat ada orang yang jatuh dompetnya di dijalan,
diapakan dompet itu?
P : beri tahu orang itu kalau dompetnya jatuh atau dompetnya
langsung di kembalikan ke pemiliknya
DM : Ferdi paling suka pelajaran apa disekolah?
P : Matematika mungkin?
DM : tidak dok. Saya paling lemah di matematika
26
P : lantas dari semua pelajaran, pelajaran apa yang ferdi
paling senangi
DM : hmmmmm (berpikir)
P : tidak ada dok
DM : Baiklah. Terimakasih banyak sudah mau sempatkan
waktunya untuk saya tanya-tanya dek. Jangan lupa diminum obatnya.
Semoga cepat sembuh dan semoga sekolahnya lancar. Saya minta maaf
kalau ada salah-salah kata atau perkataan yang tidak berkenan nah.
P : iye sama-sama. Terimakasih dok.
DM : iya dek. Assalamualaikum
P : Waalaikumsalam
27