Upload
azkaparobi
View
1.028
Download
145
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kepaniteraan klinik anak
Citation preview
Presentasi kasus
MARASMUS
Penyaji :
Ibrahim MuhammadChristine JulianaKarolina Chandra
Pembimbing:dr. HM. Nazir, Sp.AK
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang2012
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus yang berjudul
Marasmus
Oleh :
Ibrahim MuhammadChristine JulianaKarolina Chandra
sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang
/ Fakultas Kedokteran Unsri.
Palembang, 19 Juli 2012Pembimbing,
dr. HM. Nazir, Sp.AK
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Tuhan YME karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul ”Marasmus” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. HM. Nazir, Sp.AK sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Palembang, Juli 2012
Penulis
BAB ILAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : By. Fariz M. Ilham
Umur : 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Berat badan : 3570 gram
Tinggi badan : 53,5 cm
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Naskah Sukakarya, Palembang
MRS : 6 Juli 2012
II. ANAMNESIS(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 8 Juli 2012)
Keluhan utama : BAB cair dan muntah
Keluhan tambahan : BB turun
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan
frekuensi ± 10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas,
tidak berlendir, darah pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu,
dengan frekuensi ± 10x/hari, volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS
mengalami demam naik turun, tetapi tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal,
sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan tertinggi 5200 gram pada saat OS
usia 4 bulan.
B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
GPA : G1P0A 0
Masa kehamilan : AtermPartus : Spontan
Penolong : DokterTanggal : 11 Februari 2012Berat badan lahir : 2400 kgPanjang badan : 35 cmKeadaan saat lahir : bayi langsung menangis, warna kemerahan, gerak
aktif
2. Riwayat MakananAsi : -Susu Formula : 0 – sekarang (susu formula terkahir : Bebelac dengan
takaran 6 sendok makan + 120 cc air.
3. Riwayat Imunisasio BCG : (+) o Polio : (+) (1 dan 2)o DPT : (+) (1 dan 2)o Hepatitis B : (+) (1 dan 2)o Campak : (-)
4. Riwayat KeluargaAyah Ibu
Nama : Roni DwiUmur : 22 Tahun 21 tahunAgama : Islam IslamPerkawinan : Pertama PertamaPendidikan : SMA SMPPekerjaan : Tukang parkir IRT
Penyakit yang pernah diderita:
o Riwayat muntah dalam keluarga disangkal
o Riwayat BAB cair dalam keluarga disangkal
5. Riwayat Perkembangan FisikGigi Pertama : -Berbalik : 4 bulanTengkurap : 4 bulanDuduk : -Merangkak : - Berdiri dan Berjalan : -
Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal
6. Status GiziBB/U = 3,57/7,7 = 46%TB/U = 57/65 = 87,7%%BB/TB = 3,57/4,5 = 79,3%Kesan : Gizi Buruk(<-3SD)
7. Riwayat penyakit yang pernah dideritaRiwayat batuk pilek sebelumnya disangkal
Riwayat bronkopneumonia ± 2 bulan yang lalu
Riwayat telinga keluar cairan ± 1 bulan yang lalu
8. Riwayat Sosial EkonomiSecara ekonomi, keluarga penderita tergolong kurang mampu.
III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : tampak rewelKesadaran : compos mentisBB : 3,570 gramTB : 53,5 cmGizi : Gizi burukEdema umum : tidak adaSianosis : tidak adaDyspnoe : tidak adaAnemis : tidak adaIkterus : tidak adaPernapasan : 54 kali/ menitTipe pernafasan : abdomino-thoracalTurgor : kembali lambatTekanan Darah : tidak diukurNadi : 140 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, regulerSuhu : 36,4 oC
Keadaan SpesifikKulit Anemis (-), kulit keriput dan kendor, baggy pants (+)
Kepala Bentuk : bulat, simetris, mikrosefali
UUB : datarLingkar kepala : 36 cmRambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : mata cekung (+)PalpebraKonjungtiva : konjungtiva anemis (-), edema (-) Sklera : ikterik (-) Pupil : d= ¢ 1,5 mm, refleks cahaya +/+, pupil bulat, isokor
Mulut-BibirBentuk : tidak ada kelainanWarna : sianosis sirkumoral tidak adaGIGI dan MULUT : dalam batas normal
FARING TONSIL : dinding faring hiperemis, T1-T1 LEHER : perbesaran KGB tidak ada
Hidung : sekret tidak ada, NCH tidak adaTelinga : sekret tidak ada
Thorax Depan dan ParuParu-paruInspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi tidak ada, pernapasan
torakoabdominal, iga manggembung (+)Palpasi : stremfremitus kanan = kiri Perkusi : sonor pada kedua lapangan paruAuskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-). Jantung Inspeksi : pulsasi, iktus cordis dan voussure cardiaque tidak terlihatPalpasi : thrill tidak terabaPerkusi : jantung dalam batas normalAuskultasi : HR= 140 kali/ menit, irama reguler, murmur dan gallop tidak
ada Bunyi Jantung I dan II normal
AbdomenInspeksi : datarPalpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarPerkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, Baggy pants (+)
EkstremitasAkral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
Pemeriksaan NeurologisFungsi Motorik :
PemeriksaanTungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan kiriGerakan Segala arah Segala arah Segala arah Segala arahKekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni EutoniKlonus - - - -
Refleks fisiologis + N + N + N + NRefleks patologis - - - -
Fungsi sensorik : dalam batas normalFungsi nervi kraniales : dalam batas normalDejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig
sign (-)
IV. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM (6 Juli 2012) Hematologi
Hb : 7,9 g/dlHt : 26 vol%Leukosit : 21.200 /mm3
Trombosit : 200.000/mm3 Diff count : 0/0/1/35/48/15Rt : 4,1 jt/mm3
MCH : 19MCV : 62MCHC : 31LED : 78 mm/jam
Gambaran Darah TepiE : mikrositik, hipokromikL : meningkat, bentuk normalT : cukup, bentuk normalK: gambaran anemia normositik
normokromik disertai leukosit
Kimia KlinikBSS : 94mg/dlKolestrol total: 91 mg/dlAsam urat : 5,3 mg/dlUreum : 50 mg/dlKreatinin : 0,5 mg/dlProtein total : 7,8 g/dlAlbumin : 3,1 g/dl
Globulin : 4,7 g/dlSGOT : 125 u/lSGPT : 176 u/lNa : 152 mmol/lK : 3,9 mmol/lCa : 1,7 mmol/lCl : 127 mmol/l
V. PEMERIKSAAN ANJURAN- Cek ulang darah rutin
- Cek ulang gula darah sewaktu
- Cek ulang elektrolit
VI. DIAGNOSIS KERJAMarasmus kondisi III
VII. PENATALAKSANAAN
- Berikan kehangatan selimuti anak
Fase stabilisasi awal :
- Glukosa 10% 50 ml PO
- 2 jam pertama : Resomal 5 ml/kg BB 17,5 cc per 30 menit NGT
- 10 jam berikutnya : Resomal 5-10 ml/kgBB 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam
dengan F75 35 cc.
Fase stabilisasi lanjutan :
- Setelah diare atau muntah berkurang, dan F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 55
cc per3 jam
- Setelah tidak ada diare dan muntah, serta F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 75
cc per 4 jam
- Evaluasi denyut nadi, laju nafas dan suhu.
- Elekmin 1 cc untuk koreksi elektrolit
- Vit B complex 1x1 cth
- As folat 1x1 mg
- Vit C 1x1 tab
- Ampisilin 50 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 2 hari
- Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari 1x/hari selama 7 hari
Fase transisi:
- Bila F-75 dapat dihabiskan lanjutkan ke fase transisi
- F-75 diganti dengan F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (75ml per 4 jam) dan
pertahankan selama 2 hari
- Catat nadi, frekuensi napas dan asupan F-100 setiap 4 jam
- Pada hari ke-3, F-100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai BB (90-130ml per 4 jam)
- Pada 4 jam berikutnya dosis F100 dinaikkan 10 cc hingga anak tidak dapat
menghabiskan jumlah F100 yang diberikan.
- Pada hari ke-4, F-100 90-130ml per 4 jam dipertahankan sampai hari ke 7-14 sesuai
kondisi anak.
Fase rehabilitasi :
- Makanan terus diberikan sampai tercapai BB/TB-PB
> - 2 SD
I. BB < 7 Kg
• F-100
• Makanan bayi/lumat
• Sari buah
II. BB > 7 Kg
• F-100
• Makanan anak/lunak
• Buah
Fase tindak lanjut di rumah :
1. Makan lebih sering
2. Kontrol teratur
Bulan pertama, tiap minggu
Bulan kedua, tiap 2 minggu
Bulan ketiga, tiap bulan
3. Imunisasi
Campak setelah fase rehabilitasi
Booster imunisasi dasar (BCG, Polio, DPT, Hepatitis B)
4. Vitamin A setiap 6 bulan
IX. PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
Tanggal6 Juli 2012 S : muntah, diare, demam (39,2oC)
O : BB = 3450 gram Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (+)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (+)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (+), turgor lambat
A : fase stabilisasi kondisi IIIP : - Glukosa 50 ml PO
- Resomal 17,5 cc per 30 menit NGT 20.00-22.00 WIB
- Resomal 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam dengan F75 35 cc. 22.00 – 08.00 WIB
7 Juli 2012 S : muntah (-), diare (-), demam (-)O : BB : 3570 gramKepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (+), turgor lambat
A : perbaikanP : - susu F75 12 x 35 cc + elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Cotrimoxazol 2x2 cc
8 Juli 2012 S : muntah (-), diare (-), demam (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (+), turgor lambat
A : tetapP : - susu F75 12 x 35 cc + elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Cotrimoxazol 2x2cc
9 Juli 2012 S : muntah (-), diare (+), sesak napasO : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)
A :P : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO
Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (+), turgor lambat
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- Resomal 50 ml bila
muntah / diare
10 Juli 2012
S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (-), turgor cepat
A : Perbaikan marasmus kondisi VP : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- IVFD D5 + ¼ NS gtt 6
mikro
11 Juli 2012
S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (-), turgor cepat
A : Perbaikan marasmus kondisi VP : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- IVFD D5 + ¼ NS gtt 6
mikro
12 Juli 2012
S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
A : Perbaikan marasmus kondisi VP : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- IVFD D5 + ¼ NS gtt 6
mikro
membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (-), turgor cepat
13 Juli 2012
S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (-), turgor cepat
A : Perbaikan marasmus kondisi VP : - susu F75 8 x 60 cc
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- IVFD D5 + ¼ NS gtt 6
mikro
14 Juli 2012
S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-)O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-)Mata : Konjungtiva anemis (-)Hidung : NCH (-)Mulut : bibir kering (-), terpasang NGTThorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : BJ I dan II N, bising (-)Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesarEkstremitas : akral hangatBaggy pants (-), turgor cepat
A : tetapP : - susu F75 8 x 75 cc
- Vit B complex 1x1 cth- As folat 1x1 mg- Vit C 1x1 tab- Ampisilin 3 x 120 mg- Gentamisin 2 x 8,5 mg- IVFD D5 + ¼ NS gtt 6
mikro
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami defisiensi energi dan
protein. Ini merupakan salah satu dari tiga bentuk serius kekurangan energi
protein (KEP).
Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan
umur.Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat
dengan menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS (Depkes RI 1999).
a. KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning, atau BB/U 70% - 80% baku median WHO-NCHS
b. KEP Sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis
merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% baku median WHO-NCHS
c. KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS.
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
• Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut
jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati,
otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
• Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
• Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
II. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi,
malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun,
keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
III. EPIDEMIOLOGI
Marasmus adalah masalah serius seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50
juta anak berusia kurang dari 5 tahun. Menurut WHO 49% dari 10,4 juta kematian
pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara-negara berkembang berkaitan
dengan PEM.
Di Indonesia, sebanyak 72% penderita gizi kurang ditemukan di daerah-daerah
kabupaten Indonesia dengan 2 – 4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
IV. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu:
- Kelaparan yang berkepanjangan
- Terpajan air yang terkontaminasi
- Kekurangan vit lain (vit A, E, K)
- Diet yang buruk, tidak seimbang dalam buah, sayur-sayuran, biji-bijian.
Secara garis besar penyebab marasmus, antara lain:
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
V. MANIFESTASI KLINIS
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok
adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak
lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi,
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit
dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya
longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu
tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Lethargi
4. Irritable
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (pakai celana longgar-baggy pants)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang
8. Malaise
9. Kelaparan
10. Apatis
11. Perut umumnya cekung
12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”)
13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
14. Diare persisten
VI. PATOGENESIS
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolik esensial lainnya asam amino untuk kepentingan
homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup
albumin.
v
Anorexia, diare
Sosial ekonomi Malabsorbsi, infeksi, anorexia
Kegagalan melakukan sintesis kalori dan protein
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Daya tahan tubuh Asam amino esensial menurun dan produksi albumin menurun
Hilangnya lemak di bantalan
Turgor kulit menurun dan keriput
Kerusakan integritas kulit
Keadaan umum
Resiko infeksi
Resiko infeksi saluran pencernaan
Atrofi / pengecilan otot
Keterlambatan pertumbuhan dan
VII. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Anamnesis (penyakit & gizi)
o anamnesis awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda
penting:
syok/renjatan
letargis
muntah dan atau diare atau dehidrasi
o anamnesis lanjutan Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya
gizi buruk:
riwayat kehamilan & kelahiran
riwayat pemberian makan
riwayat imunisasi & pemberian vit A
riwayat penyakit penyerta/penyulit
riwayat tumbuh kembang
penyebab kematian pada saudara kandung
status sosial, ekonomi dan budaya keluarga
Pemeriksaan fisik (klinis dan antropometri)
o pemeriksaan fisik awal untuk mengetahui adanya kedaruratan medis
gangguan sirkulasi/syok
gangguan kesadaran
dehidrasi
hipoglikemi
hipotermi
o pemeriksaan fisik lanjutan
Pengukuran dan penilaian antropometri
BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut
umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut
tinggi badan.
Tanda klinis gizi buruk
Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak
subkutan dan pengecilan otot. Kulit tampak xerotik, keriput, dan longgar.
Hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan ini.
Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis klinis. Namun, temuan tidak
konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu,
dan fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada
dalam fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari
normal. Kadang-kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai pertumbuhan
rambut lanugo dicatat.
Tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain
Tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/penyulit
Pemeriksaan laboratorium/radiologi
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium
berikut:
Glukosa darah
Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung
Hemoglobin
Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur
Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
Elektrolit
Hasil
Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia
(10-25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam amino esensial,
lipoprotein), dan hipoglikemia.
Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi
insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit,
terutama kalium dan magnesium, yang habis.
Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat
lipid beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan
penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam kedua
kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik
yang hadir.
Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya
pertumbuhan dan penyembuhan luka.
Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan otot
dan dapat dilihat di marasmus.
Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan
hasil negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk
secara akurat menilai untuk TB.
Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
Analisis diet dan makanan
Riwayat diet rinci kuantitas asupan makanan (Food recall) dan kualitas asupan
makanan (Food frequency)
Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan fisik lengkap
ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-usia atau berat badan-untuk-
tinggi pengukuran kurang dari 95% dan 90% dari yang diharapkan atau lebih besar
dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2
tahun, pertumbuhan kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.
Klasifikasi :
KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
KEP berat : ≤ 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).
VIII. PENATALAKSANAAN
Tetapkan Kondisi
Kondisi 1 Tanda Renjatan / Syok + Letargis/tidak sadar + muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 2 Letargis/tidak sadar + Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 3 Muntah dan atau diare/dehidrasi
Kondisi 4 Letargis/tidak sadar
Kondisi 5 Jika tidak ditemukan tanda renjatan / syok + letargis/tidak sadar +
muntah/diare/dehidrasi
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Fasilitasi tumbuh kejar
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Melakukan stimulasi sensorik dan
perbaikan mental
Perencanaan tindak lanjut setelah
sembuh
Tatalaksana Khusus
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu apabila kadar
glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena itu, setiap anak gizi buruk harus
segera diberi makan atau larutan glukosa/ gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit.
Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila
fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera ditangani sesuai
panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan
kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC. Tatalaksananya :
• Segera beri makan F-75, apabila diperlukan, lakukan rehidrasi terlebih dahulu
• Pastikan bahwa anak berpakaian, termasuk kepalanya. Tutup dengan selimut
hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di
dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau perut ibunya. Apabila menggunakan
lampu listrik, letakan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak
• Beri antibiotik sesuai pedoman
3. Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan
mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal tersebut disebabkan oleh
sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, yaitu
hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, apabila
gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksananya :
• Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan
syok
• Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
• Beri 5 mL/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
• Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar,
dan apakah anak muntah
• Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
• Apabila anak masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare
• Usia <1 tahunà 50-100 ml setiap BAB
• Usia ≥1tahun 100-200 ml setiap BAB
4. Gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Selain itu, pada
anak dengan gizi buruk dapat terjadi kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar
natrium dalam serum mungkin rendah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
edema. Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium yang berlebihan dapat
menyebabkan kematian. Tatalaksananya :
• Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium yang seudah
terkandung di dalam larutan mineral mix yang ditambahkan dalam F-75, F-100 atau
ReSoMal
• Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
• Siapkan makanan tanpa menambah garam (NaCl)
5. Infeksi
Pada anak dengan gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam, seringkali tidak ada. Padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi
pada gizi buruk. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami
infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Tanda adanya infeksi berat adalah adanya hipoglikemia dan hipotermia.
Tatalaksananya :
- Antibiotik spektrum luas
• Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg
SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
• Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat, maka berikan:
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan dengan
Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau ampisilin oral
(50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika
anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari
- Vaksin campak jika berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya,
atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9
bulan. Tunda imunisasi bila syok.
6. Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering
ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal. Tunggu sampai anak mempunyai
nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu
kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi. Berikan setiap
hari selama 2 minggu:
- Multivitamin
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selnjutnya 1 mg/ hari)
- Seng (2 mg Zn elemenatal/ kgBB/ hari)
- Tembaga (0,3 mg Cu/ kgBB/ hari)
- Ferosulfat 3 mg/ kgBB/ hari setelah berat badan naik (mulai fase rehibilitasi)
- Vitamin A diberikan secara oral pada hari pertama (kecuali apabila telah
diberikan sebelum dirujuk) dengan dosis:
• Anak < 6 bulan: 50.000 IU ( ½ kapsul biru)
• Anak 6-12 bulan: 100.000 IU (1 kapsul biru)
• Anak 1-5 tahun: 200.000 IU (1 Kapsul merah)
Pemberian makanan awal
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makanan awal adalah:
• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah
laktosa
• Diberikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
• Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus terpenuhi
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Tanda yang menunjukan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
• Kembalinya nafsu makan
• Edema minimal atau hilang
Tatalaksana :
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke Formula tumbuh kejar
(F-100) (fase transisi) :
- Ganti F-75 dengan F-100, dan berikan F 100 dalam jumlah yang sama dengan
F-75 selam 2 hari berturut-turut
- Selanjutnya naikan jumlah F-100 sebanyak 10 mL setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal
tersebut terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 mL/kgBB/hari. Dapat
pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi
sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100
- Setelah transisi bertahap, selanjutnya beri anak :
• Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai
kemampuan anak)
• Energi: 150-220 kkal/ kgBB/ hari
• Protein: 4-6 g/ kgBB/ hari
Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan, karena ASI tidak mengandung
cukup energi untuk menunjang tumbuh kejar. Makanan-terpeutik-siap-saji (ready to
use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/ sachet 92
g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
7. Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan
mendapat F-100:
- Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
- Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/ kgBB/ hari
• Apabila kenaikan berat badan:
- Kurang (< 5g/kgBB/hari)à anak membutuhkan penilaian ulang secara lengkap
- Sedang (5-10g/kgBB/hari)à periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi
- Baik (>10g/kgBB/hari)
8. Stimulasi sensorik dan emosional
Untuk memberikan stimulasi sensorik dan emosional, lakukan beberapa tindakan
berikut:
- Ungkapan kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
- Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya: menghibur, memberi makan,
memandikan, bermain)
Mempersiapkan pulang dan tindak lanjut di rumah
Apabila telah tercapai BB/TB>-2SD (setara dengan >80%), maka dapat dianggap
anak telah sembuh. Anak mungkin masih memiliki BB/U rendah karena anak
berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah.
Berikan contoh kepada orang tua :
- Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi
pemberian makan yang sering
- Terapi bermain dan terstruktur
Selain itu juga sarankan ibu untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan serta
mengikuti program pemberian vitamin A.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur kenaikan berat badan anak. Kenaikan berat
badan yang diharapkan adalah >50g/kgBB/minggu. Penyebab peningkatan berat
badan yang buruk antara lain:
• Pemberian makanan yang tidak adekuat, periksa :
• Bilamana pemberian makanan sudah benar
• Bilamana target intake energi dan protein tercapai
• Teknik pemberian makanan
• Kualitas perawatan
• Semua aspek penyediaan makanan
• Defisiensi nutrien spesifik, periksa :
• Keadekuatan komposisi mutivitamin
• Penyediaan elektrolit/mineral solution, dan apakah hal ini diresepkan dan dikelola
dengan benar
• Infeksi yang tidak diatasi
• Ulangi urinalisis untuk sel darah putih
• Periksa tinja
• Bila memungkinkan, lakukan X-ray dada
• HIV/AIDS
Selain memantau berat badan, perlu dilihat pula kondisi anak setelah pemberian
makanan, apakah terjadirefeeding syndrome atau tidak. Tanda refeeding syndrome adalah
timbulnya hipofosfatemia berat setelah uptake fosfat oleh sel selama minggu pertama mulai
refeed. Kadar fosfat dalam serum sebanyak ≤0,5 mmol/mL dapat menimbulkan kelemahan,
rabdomiolisis, disfungsi neutrofil, kegagalan kardiorespirasi, arritmia, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, atau kematian mendadak. Kadar fosfat harus dipantau selama refeeding,
dan jika rendah, fosfat harus diberikan selama refeeding untuk menangani hipofosfatemia
berat.
IX. KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
Diare kronis
Tuberkulosis
BAB III
ANALISIS KASUS
Nama : By. Fariz M. Ilham
Umur : 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Berat badan : 3570 gram
Keluhan utama : BAB cair dan muntah
Keluhan tambahan : BB turun
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi ±
10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir, darah
pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi ± 10x/hari,
volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik turun, tetapi
tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan
tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan.
- Kesadaran : Komposmentis
- Denyut Nadi: 140 x/menit
- Laju Pernapasan : 54 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Kulit : Anemis (-), kulit kendor, baggy pants (+), turgor lambat kembali, sianosis
(-), ikterik (-).
- Kepala : Mikrosefali, UUB datar.
- Mata : Anemis (-), ikterik (-), produksi air mata cukup, mata cekung
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-)
- Toraks / paru : Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga menggembung (+)
- Jantung : S1 = S2 tunggal, bising (-)
- Abdomen : Datar, lemas H/L tidak teraba membesar
- Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), sianosis (-)
- Genital, anus : ♂, DBN
- Pemeriksaan neurologis : DBN
Pada kasus ini, anak mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan pernafasannya,
di mana anak sering muntah, diare dan mengalami demam yang turun naik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel, adanya tanda-tanda gizi buruk yaitu anak
tampak sangat kurus tanpa edema, kulit keriput, turgor kembali lambat, mata cekung, iga
menggambang (piano sign), adanya baggy pants. Dan pada pemeriksaan antoprometri
didapatkan :
BB/U = 3,57/7,4 = 48,2% KEP Berat
TB/U = 57/65 = 87,7%%
BB/TB = 3,57/5 = 71,4% (z-score <-3SD) Kesan : Gizi Buruk
Pada pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium didapatkan Hb yang menurun dan
peningkatan leukosit yang merupakan tanda terjadinya anemia dan infeksi yang memang
rentan terjadi pada anak dengan gizi buruk. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, perhitungan
status gizi, dan pemeriksaan penunjang mengarah pada gizi buruk jenis marasmus.
Penderita mengalami diare dan muntah, tetapi tidak mengalami syok ataupun letargi,
sehingga dimasukkan ke dalam kondisi 3. Sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan gizi
buruk kondisi 3 dalam 10 langkah tatalaksana gizi buruk dari Direktorat Bina Gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Arisman, Dr. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC.
Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK UI.
Direktorat Bina Gizi.2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1, cetakan keenam.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
WHO.2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia.