Laporan Pendahuluan Ckd Hipokalemia

Embed Size (px)

Citation preview

CRONIC KIDNEY DESEASES

(CKD) DENGAN HIPOKALEMIA + HD

Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisiten dan irreversible (Mansjoer, dkk, 2000).

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal tahap akhir yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer dan Bare, 2002).

Klasifikasi

Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :

Stadium I

Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG nya yang masih normal yaitu > 90 ml/menit/1,72 m3

Stadium II

Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89 ml/menit/1,73 m3

Stadium III

Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73 m3

Stadium IV

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73 m3

Stadium V

Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur) x berat badan (kg)72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0, 85

Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) penyebab dari gagal ginjal kronik adalah:

Diabetus mellitusGlumerulonefritis kronisPielonefritisHipertensi tak terkontrolObstruksi saluran kemihPenyakit ginjal polikistikGangguan vaskulerLesi herediterAgen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

Tanda Dan Gejala

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah:

KardiovaskulerHipertensiPitting edemaEdema periorbitalPembesaran vena leherFriction rub perikardialPulmoner

KrekelSNafas dangkalKusmaulSputum kental dan liatGastrointestinal

Anoreksia, mual dan muntahPerdarahan saluran GIUlserasi dan perdarahan pada mulutKonstipasi / diareNafas berbau amoniaMuskuloskeletal

Kram ototKehilangan kekuatan ototFraktur tulang Foot dropIntegumen

Warna kulit abu-abu mengkilatKulit kering, bersisikPruritusEkimosisKuku tipis dan rapuhRambut tipis dan kasar

Reproduksi

AmenoreAtrofi testis

Fatofisiologi

Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.

Gangguan klirens renal. Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).

Retensi cairan dan natrium. Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

Penyakit tulang uremik(osteodistrofi). Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

( Smeltzer dan Bare, 2002).

Pemeriksaan Penunjang

1.Radiologi. Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.

2.Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.

3.IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.

4.USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.

5.Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.

6.Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.

7.Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.

8.Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.

9.Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.

10.EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

11.Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

Penatalaksanaan Medis

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) penatalaksanaan gagal ginjal kronik adalah:

DialisisObat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemidDiit rendah uremi

Komplikasi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) komplikasi klinik gagal ginjal kronik adalah:

HiperkalemiaPerikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantungHipertensiAnemiaPenyakit tulang

HIPOKALEMIAPengertian

Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan kalium total. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5mEq/L. (Price & Wilson, 2006).

B.Etiologi

Asupan kalium dari makanan yang menurun.Kehilangan melalui saluran cerna.Kehilangan melalui ginjal.Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas.Perpindahan kalium kedalam sel.(Price & Wilson, 2006).Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang, diare kronik, hilang melalui kemih mineralkortikoid berlebihan obat-obat diuretik). (Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209)

C. Patofisiologi

Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutamadalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalammenahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipunhanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalamfungsi neuromuskular.

Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran selpada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF akanmengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio inisecara bermakna.

Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat dikurangikegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium adalahsuatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolic. Hemoestasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran.

Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin dan variabel asam-basa.Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (lebih kecil dari20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme yangpenting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya menurun.

Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsipada tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan yang terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi distribusi kalium antaraECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik. (Price & Wilson, edisi 6, hal 341).

D. Manifestasi klinis

CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.Ginjal; poliuria,nokturia.(Price & Wilson, 2006, hal 344)

E. Pemeriksaan Diagnostik

Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.Glukosa serum : agak tinggi.Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.Osmolalitas urine : menurun.* GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).(Doenges 2002, hal 1049).

HEMODIALISA

Pengertian

Hemodialysis adalah bentuk dialysis yang menggunakan mesin (alat dialysis ginjal) untuk membuang kelebihan cairan, bahan kimia dan produk sisa dari darah. (Litin, 2009)

Hemodialysis adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, dan gagal ginjal terminal melalui mesin. Hemodialysis termasuk jenis membrane dialysis selain cangkok ginjal. Kelebihan dengan hemodialysis adalah pasien hanya datang ke rumah sakit minimal 2 kali perminggu sedangkan cangkok ginjal hanya dapat digantikan dengan ginjal asli yang diberikan oleh donor ginjal. (Rizal, 2011)

Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tingkat tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah suatu terapi pengganti ginjal yang menggunakan mesin ginjal buatan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dalam tubuh kita, dimana menggantikan ginjal yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik lagi.

Tujuan Hemodialisa

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :

Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.Membuang kelebihan air.Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.Memperbaiki status kesehatan penderita.Proses Hemodialisa

Mekanisme proses pada mesin hemodialisa, darah dipompa dari tubuh masuk kedalam mesin dialysis lalu dibersihkan pada dialyzer (ginjal buatan), lalu darah pasien yang sudah bersih dipompakan kembali ke tubuh pasien.

Mesin dialysis yang paling baru telah dilengkapi oleh system komputerisasi dan secara terus menerus memonitor array safty-critical parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate, tekanan darah, tingkat detak jantung, daya konduksi, pH dan lain-lain. Bila ada yang tidak normal, alarm akan berbunyi. Dalam hemodialysis memerlukan akses vascular (pembuluh darah) hemodialysis (AVH) yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah sebesar 200 300 ml/menit secara kontinyu selama hemodialysis 4 5 jam.

AVH dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah vena di leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang peramanen dibuat hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino fistula. Kemudian darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin hemodialysis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang outlet/venous (dari mesin ke tubuh), kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusuk ke pembuluh darah pasien. Darah setelah melalui selang inlet masuk ke dialisar. Jumlah darah yang menempati sirkulasi darah di mesin berkisar 200 ml. Dalam dialiser darah dibersihkan, sampah-sampah secara kontinyu menembus membrane dan menyeberang ke kompartemen dialisat, di pihak lain cairan dialisat mengalir dalam mesin hemodialysis dengan kecepatan 500 ml/menit masuk ke dalam dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolit dan glukosa, cairan ini dipompa masuk ke mesin sambil dicampur dengan air bersih yang telah mengalami proses pembersihan yang rumit (water treatment). Selama proses hemodialysis, darah pasien diberi heparin agar tidak membeku bila berada di luar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin.

Prinsip hemodialysis sama seperti metoda dialysis. Melibatkan difusi zat terlarut ke sembarang suatu selaput semipermeable. Prinsip pemisahan menggunakan membran ini terjadi pada dialyzer. Darah yang mengandung sisa-sisa metabolisme dengan konsentrasi yang tinggi dilewatkan pada membrane semipermeable yang terdapat dalam dialyzer, dimana dalam dialyzer tersebut dialirkan dialysate dengan arah yang berlawanan (counter current).

Driving force yang digunakan adalah perbedaan konsentrasi zat yang terlarut berupa racun seperti partikel-parttikel kecil, seperti urea, kalium, asam urea, fosfat dan kelebihan khlorida pada darah dan dialysate. Semakin besar konsentrasi racun tersebut di dalam darah dan dialisat maka proses difusi semakin cepat. Berlawanan dengan peritoneal dialysis, dimana pengangkutan adalah antar kompartemen cairan yang statis, hemodialysis bersandar pada pengangkutan konvektif dan menggunakan konter mengalir, dimana bila dialysate mengalir ke dalam berlawanan arah dengan mengalir axtracorporeal sirkuit. Metode ini dapat meningkatkan efektifitas dialysis.

Dialysate yang digunakan adalah larutan ion mineral yang sudah disterilkan, urea dan sisa metabolisme lainnya, seperti kalium dan fosfat, berdifusi ke dalam dialysate. Selain itu untuk memisahkan yang terlarut dalam darah digunakan prinsip ultrafiltrasi. Driving force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialyzer memaksa air melewati membrane. Jika tekanan dari dialyzer diturunkan maka kecepatan ultrafiltrasi air dan darah akan meningkat.

Jika kedua proses ini digabungkan, maka akan didapatkan darah yang bersih setelah dilewatkan melalui dialyzer. Prinsip inilah yang digunakan pada mesin hemodialysis modern, sehingga keefektifannnya dalam menggantikan peran ginjal sangat tinggi. (Rizal, 2011).

Alasan dilakukan Hemodialisa

Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)Perikarditis (peradangan kantong jantung)Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatanGagal jantungHiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah)

Frekuensi Hemodialisa

Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dalisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :

Penderita kembali menjalani hidup normalPenderita kembali menjalani diet yang normalJumlah sel darah merah sulit ditoleransiTekanan darah normalTidak terdapat kerusakan saraf yang progresif

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

Komplikasi Hemodialisa

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :

Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

Hipotensi

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialysate natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan cairan.

Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradient osmotic diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradient osmotic ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan edema serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.

Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

Perdarahan

Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Pengguanaan heparin selama hemodialisa juga merupakan factor resiko terjadinya perdarahan.

Gangguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemi. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

Pembekuan darah

Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatanKelebihan volume cairannutrisi kurang dari kebutuhan tubuhIntoleransi aktifitasGangguan harga diriKurang pengetahuan tentang kondisi dan penangananData yang perlu dikaji

a.Biodata

Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

b.Keluhan utama

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.

c.Riwayat penyakitSekarang

Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.

Dahulu

Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.

Keluarga

Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

d.Tanda vital

Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.

e.Pemeriksaan Fisik :Pernafasan (B 1 : Breathing)

Gejala:

Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak.

Tanda

Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum.

Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Gejala

Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.

Tanda

Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.

Persyarafan (B 3 : Brain)

Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.

Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)

Gejala :

Penurunan frekuensi urine (Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing), oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda :

Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.

Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare

Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Gejala :

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.

Tanda :

Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.

f.Pola aktivitas sehari-hariPola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

Pola nutrisi dan metabolism

Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia), Penggunaan diuretic, Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.

Pola Eliminasi

Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi, Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.

Pola tidur dan Istirahat

Gelisah, cemas, gangguan tidur.

Pola Aktivitas dan latihan

Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

Pola hubungan dan peran

Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).

Pola sensori dan kognitif

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.

Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

Diagnosa Keperawatan

Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natriumPerubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulutIntoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat, retensi produk sampah dan prosedur dialysisGangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran, citra tubuh dan disfungsi seksualKurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

Intervensi

Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natriumTujuan

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Hasil yang diharapkanMenunjukken perubahan-perubahan berat badan yang lambatMempertahankan pembatasan diet dan cairanmenunjukakan turgor kulit normal tanpa edemamenunjukkan tanda-tanda vital normamenunjukkan tidak adanya distensi vena lehermelaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas pendekmelakukan hygiene oral dengan seringmelaporkan penurunan rasa hausmelaporkan berkurangnya kekeringan pada membrane mukosa mulut

Rencana tindakanKaji status cairanTimbang BB harianKeseimabngan masukan dan haluaranTurgor kulit dan adanya edemaDistensi vena leherTekanan darah, denyaut dan irama nadi

Rasional:

Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

Batasi masukan cairan

Rasional:

Pembatasan cairan akan menentukn berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respons terhadap terapi

Identifikasi sumber potensial cairan

Rasional:

Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi

Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan

Rasional:

Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

Rasional:

Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet

Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering

Rasional:

Hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut

Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.Tujuan

Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Hasil yang diharapkanMengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggiMemilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan dietMengkonsumsi makana tinggi kalori dalam batasan dietMematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyangMenjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dengan hubungannya dengan kadar kreatinin dan ureaMengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima Melaporkan peningkatan nafsu makanan Menunjukkan tidak adanya pertambahan atau penurunan berat badan yang cepat Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema ,kadar albumin plsma dapat diterima Rencana tindakanKaji status nutrisiPerubahan berat badanPengukuran antropometrikNilai laboratorium (elektrolit serum, BUN,kreatinin,dan kadar besi)

Rasional:

Menyediakan data dassar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

Kaji pola diet nutrisRiwayat dietakanan kesukaan Hitung kalori

Rasional:

Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu

Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisiAnoreksia,mual,atau muntahDiet yang tidak menyenangkan bagi pasienDepresiKurang memahami pembatasan dietStomatitis

Rasional:

Menyediakan informasi mengenai factor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet

Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet

Rasional:

Mendorong peningkatan masukan diet

Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi ,telur ,produk susu,daging

Rasional:

Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan

Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan

Rasonal:

Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energy,membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan

Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan

Rasional:

Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang

Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin

Rasional:

Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet,urea,kadar kreatinin dengan penyakit renal

Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natriun atau kalium

Rasional:

Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasn diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dappat digunakan di rumah

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan

Rasional:

Faktqor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan

Timbang berat badan harian

Rasional:

Untuk memantau status cairan dan nutrisi

Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuatPembentukan edema Penyembuhan yang lambatPenurunan kadar albumin serum

Rasional:

Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain,pembentukam edema, dan perlambatan penyembuhan

Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat, retensi produk sampah dan prosedur dialysisTujuan

Berpartisifasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi

Hasil yang diharapkanBerpartisipsi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihanMelaporkan peningkatan rasa sejahteraMelakukan istirahat dan aktivitas secara bergantianBerpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

Rencana tindakan Kaji factor yang menimbulkan keletihanAnemiaKetidakseimbangan cairan dan elektrolitRetensi produk sampahDepresi

Rasional:

Menyediakn informasi tentang indikasi tingkat keletihan

Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi; bantu jika keleetihan terjadi

Rasional:

Meningkatkan aktivitas ringan/sdang dan memperbaiki harga diri

Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat

Rasional:

Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat

Anjurkan untuk beristirahat setalah dialysis

Rasional:

Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis,yang bagi banyak pasien sangat melelahkan

Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran, citra tubuh dan disfungsi seksual

a Tujuan

memperbaiki konsep diri

b hasil yang diharapkan

Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alcohol dan obat-obatan ;penggunaan tenaga yang berlebihan)Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukanMencari konseling professional, jika perlu, untuk menghadapi pperubahan akibat gagal ginjalMeelaporkan kepuasan dengan metode okspresi seksual

C Rencana tindakan

Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan

Rasional:

Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam hidup

Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat

Rasionall:

Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi

Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga

Rasional:

Pola koping yang telah efektif di masa lalu mungkin potensial destruksif ketika memandang pembatassan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan

Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penangananPerubshsn persnPerubshsn gsys hidupPerubshsn dslsm pekerjssn Perubshsn seksualKetergantungan pada tim tenaga kesehatan

Rasional:

pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapinya

Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual

Rasional:

Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima

Diskusikan peran memberi dan menerima cinta,kehangatan dan kemesraan

Rasional:

Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu tergantung pada tahap maturitasnya

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

a Tujuan

meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan

b hasil yang diharapkan

Menyatakan hubungan antara penyebab gagal ginjal dan konsekuensinyaMenjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjalMenyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiriMenanyakan tentang pilihan terapi;yang merupakan petunjuk kesiapn belajarMenyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan

c Rencana tindakan

Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,konsekuensinya,dan penanganannyaPenyebab gagal ginjal pasien Pengertian gagal ginjalPemahaman mengenai fungsi renal Hubungan antara cairan,pembatasam diet dengan gagal ginjalRasional penanganan (hemodialiss,dialysis peritoneal,transplantasi)

Rasional:

merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut

Jelaskan fungus renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar

Rasional;

Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal untuk penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensi

Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara untuk memahhami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya

Rasional;

Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit

Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentangFungsi dan kegagalan renalPembatasan cairan dan dietMedikasiMelaporkan masalah,tanda dan gejalaJadwal tindak lanjutSumber di komunitasPilian tetap

Rasional:

pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer dan Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawaatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Egc: Jakarta

Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aeusculapius FKUI: Jakarta