24
LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE 2 Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Cryptogamae yang dibina oleh Rizal Maulana Hasby Disusun oleh : Murni Rahayu 1211702057 Kelompok III Biologi IV B Tanggal Praktikum: 09 Maret 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan : 23 Maret 2013

LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

LAPORAN PRAKTIKUM

CRYPTOGAMAE 2

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Cryptogamae

yang dibina oleh Rizal Maulana Hasby

Disusun oleh :

Murni Rahayu 1211702057

Kelompok III

Biologi IV B

Tanggal Praktikum: 09 Maret 2013

Tanggal Pengumpulan Laporan : 23 Maret 2013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

I. Judul Praktikum

Menghitung Jumlah Sel Mikroalga Coelastrum sp dan Pengukuran Kadar Klorofil

Mikroalga

II. Pendahuluan

II.1 Tujuan Praktikum

Mengetahui pengaruh media terhadap jumlah sel Coelastrum sp

Mengetahui struktur tubuh (bentuk) Coelastrum sp

Memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga

Mengetahui pengaruh media terhadap kandungan klorofil mikroalga

Memiliki keterampilan menghitung jumlah sel mikroalga

II.2 Teori Dasar

Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang

berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam

alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin,

mineral, dan juga senyawa bioaktif (Lakitan, 1993).

Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau

berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti

tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b

lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit (Bold, 1985).

Alga hijau merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam

karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari

klorofil a dan b yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil

tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae; U-karoten, dan berbagai

karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam

kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti

mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti

pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin (Salisbury, 1995).

Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga

yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak

aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau,

pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau

Page 3: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. Beberapa anggota atau

bagian yang bergabung dalam divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen,

tempat penyimpanan dan susunan kloroplas. Pigmen-pigmen fotosintesis alga

hijau berklarofil a dan b dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat

penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa pati (Krebs, 1989).

Salah satu anggota dari divisi chlorophyta yaitu Coelastrum sp.

Coelastrum sp merupakan organism uniseluler, hidup secara berkoloni,

mempunyai klorofil, hidup secara autotrof, tidak berflagel sehingga tidak bisa

bergerak, merupakan produsen primer, penyedia oksigen nomer 1 (Magurran,

1988).

Klorofil merupakan pigmen yang terdapat dalam kloroplast (butir hijau

daun) yang fungsinya menangkap cahaya matahari pada panjang gelombang

tertentu. Klorofil sangat berperan dalam proses fotosintesis. Klorofil disintesis

atau dibentuk di dalam kloroplas. Terbentuknya klorofil sangat bergantung pada

kondisi nutrisi yang terkandung dalam tumbuhan. Unsur Mg merupakan salah

unsur yang terpenting dalam pembentukan klorofil, karena Mg merupakan inti

dari klorofil itu sendiri. Bahan dasar pembentukan klorofil antara lain adalah : N,

H, C,O dan Mg (Basset, 1994).

Kandungan klorofil suatu organisme bisa dihitung menggunakan alat

spektrofotrometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari

spectrum dengan panjang gelombang tertentu. Prinsip dari spektrofotometer

adalah bagaimana molekul-molekul di dalam suatu larutan dapat menyerap

cahaya. Semakin banyak molekul di dalam larutan, berarti juga konsentrasi

larutan tersebut tinggi, maka semakin banyak cahaya yang akan diserap dan

absorbansi akan semakin tinggi. Berlaku pula sebaliknya. Kuvet adalah alat yang

digunakan untuk menempatkan larutan sampel ke dalamnya. Ekstrak dimasukkan

dalam kuvet dan diukur kandungan klorofilnya dengan spektrofotometer

(Khopkar, 1998).

Page 4: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

III. Metode

III.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Rak kultur

2. Botol kultur 2 buah

3. Selang

4. Aerator

5. Lampu TL 40 watt

6. Haemocytometer

7. Lux meter

8. Pipet tetes

9. Spektrofotometer

10. Centrifuge

11. Tabung centrifuge 2 buah

12. Gelas ukur

13. Tabung reaksi

14. Glass bead

15. Kuvet 2 buah

1. Isolat Coelastrum sp.

2. Media basal bold (MBB)

3. Kultur mikroalga

4. Etanol 96%

III.2 Prosedur Kerja

Penghitungan jumlah sel mikroalga jenis Coelastrum sp.

Dibuat media basal bold sesuai dengan panduan Bischoft 1963.

Diatur pencahayaan lampu TL maksimal 5000 lux.

Dipasang selang kultur pada aerator kemudian dimasukkan pada botol kultur.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Pengukuran kadar klorofil mikroalga

Diinokulasikan 10% Coelastrum sp. pada media.

Coelastrum sp. tersebut diisolat selama 1

minggu.

Dihitung pertambahan jumlah sel/hari menggunakan haemocytometer di bawah

mikroskop.

Diambil 8 ml sampel kultur mikroalga.

Sampel tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.

Supernatan dibuang dan diambil endapannya.

Ditambahkan etanol 90% sehingga volum akhir menjadi 10 ml.

Dimasukkan beberapa butir glass bead, kemudian divorteks selama 10 menit dan

disentrifugasi kembali.

Supernatan diukur, lalu diukur menggunakan spektrofometer pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm.

Dihitung kadar klorofil tersebut dengan menggunakan rumus berdasarkan Arnon (1979).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Pertumbuhan Sel Coelastrum

Rumus Kerapatan = N x104.

Ket : N = Jumlah sel

Hari ke-

Jumlah Pertumbuhan

SelKerapatan

Aerator Kontrol Aerator Kontrol

1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 137 73 K = 1370000 sel/ml K = 730000 sel/ml

5 165 29 K = 1650000 sel/ml K = 290000 sel/ml

6 418 255 K = 4180000 sel/ml K= 2550000 sel/ml

Page 7: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Tabel 2. Kandungan Klorofil Coelastrum sp.

Rumus = Klorofil A = (12,7 A663) – (2,7 A645) Klorofil B = ( 22,9 A663) – (4,7 A645) Klorofil total (A + B) = (20,2 A645) + ( 8,0 A633)

Aerator

I645 = 0,315

663 = 0,583

A = (12,7 x 0, 583) – (2,7 x 0,315) = 7,4 – 0,85 = 6,55

A = A 1+ A 2

2=6,55+8,36

2=14,91

2=¿7,45 mg/l

B = (22,9 x 0,583) – (4,7 x 0,315) = 13,35 – 1,48 = 11,87

T = ( 20,2 x 0,315) + (8,0 x 0,583) = 6,36 + 4,66 = 11,02

B = B 1+B 2

2=11,87+15,12

2=27

2 = 13,5 mg/l

II645 = 0,348

663 = 0,732

A = (12,7 x 0,732) – ( 2,7 x 0,348) = 9,3 – 0,94 = 8,36

B = (22,9 x 0,732) – ( 4,7 x 0,348) = 16,76 – 1,64 = 15,12 T=T 1+T 272

=¿ 11,02+12,88

2=¿

24,082

=¿ 12,04

mg/lT = (20,2 x 0,348) + ( 8,0 x 0,732) = 7,03 + 5,85 = 12,88

Kontrol

I645 = 0,206

663 = 0,93

A = (12,7 x 0,93) – (2,7 x 0,206) = 11,81 – 0,55 = 11,26A =

A 1+ A 22

=11,26+1,962

=13,222

=¿ 6,61 mg/lB = (22,9 x 0,93) – (4,7 x 0,206) = 21,3 – 0.96 = 20,34

T = ( 20,2 x 0,206) + (8,0 x 0,93) = 4,16 + 7,44 = 11,6B =

B 1+B 22

=20,34+3,582

=¿ 23,92

2= 11,96 mg/l

II645 = 0,29

663 = 0,216

A = (12,7 x 0,216) – ( 2,7 x 0,29) = 2,74 – 0,78 = 1,96

B = (22,9 x 0,216) – (4,7 x 0,29) = 4,94 – 1,36 = 3,58T =

T 1+T 22

=11,6+7,5782

=¿ 19,17

2=¿9,59 mg/l

T = (20,2 x 0,29 + ( 8,0 x 0,216) = 5,85 + 1,728 = 7,578

Page 8: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Praktikum kali ini yaitu tentang penghitungan jumlah dan pengukuran

kadar klorofil dari jenis mikroalga Coelastrum sp. Pertumbuhan mikroalga pada

umumnya membutuhkan 3 faktor yaitu sinar matahari, nutrisi, dan CO2. Adapun

upaya untuk meningkatkan produksi biomasa mikroalga dapat dilakukan dengan

memanipulasi faktor lingkungan seperti bentuk wadah kultur dan media. Media

yang umum digunakan yaitu media sintetik dan alami. Media sintetik terdiri dari

senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan jumlahnya sudah ditentukan. Salah

satunya dengan Medium basal bold (MBB), medium inilah yang digunakan pada

praktikum ini. MBB merupakan medium sintetik yang umum digunakan pada

kultur mikroalga.

Pada praktikum ini dibuat 2 perlakuan yaitu dengan aerator dan tanpa

aerator (kontrol). Untuk aerator dipasang selang kultur yang kemudian

dimasukkan ke dalam botol kultur. Selanjutnya pencahayaan diatur maksimal

5000 lux. Kemudian diinokulasikan Coelastrum sp. pada kedua media tersebut

(kontrol dan aerator), dan dikultur selama 1 minggu. Selanjutnnya dilakukan

perhitungan terhadap jumlah selnya dengan menggunakan haemocytometer yaitu

dengan cara meneteskan kultur sel Coelastrum sp. yang akan dihitung jumlah

selnya sebanyak 1 tetes ke masing-masing dua bagian haemocytometer. Tutup

dengan menggunakan cover glass. Kemudian dilihat di bawah mikroskop dan

difokuskan hingga terlihat kisi-kisi tempat perhitungan sel. Adapun penghitungan

jumlah selnya hanya dilihat pada 4 kotak besar.

Berdasarka hasil pengamatan diperoleh pertumbuhan sel Coelastrum sp.

pada hari ke-4 yaitu sebanyak 73 untuk kontrol dan 137 untuk aerator. Hari ke-5

diperoleh jumlah sel sebanyak 165 untuk aerator dan 29 untuk kontrol. Sedangkan

pada hari terakhir diperoleh sel sebanyak 418 untuk aerator dan 255 untuk

kontrol. Angka-angka tersebut merupakan jumlah dari keempat kotak yang

diamati. Sehingga diperoleh nilai kerapatan untuk masing-masing perlakuan yaitu

hari ke-4 diperoleh nilai kerapatan sebesar 1370000 sel/ml untuk aerator dan

730000 sel/ml untuk kontrol. Hari ke-5 diperoleh nilai kerapatan sebesar 1650000

sel/ml untuk aerator dan 290000 sel/ml untuk kontrol. Hari ke-6 diperoleh nilai

kerapatan sebesar 4180000 sel/ml untuk aerator dan 550000 sel/ml untuk kontrol.

Nilai kerapatan ini menunjukkan populasi sel per satuan luas. Kepadatan sel

Page 9: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

dipengaruhi oleh beberapa fakor yaitu temperatur, aerasi, cahaya, dan pH (Boyd,

2004).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan dengan aerator dihasilkan

jumlah sel lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan aerator

ini berfungsi untuk menggerakkan air di dalam labu erlenmeyer yang berisi kultur

alga sehingga akan menambah luas permukaan gas CO2 dengan air. Dengan cara

ini diharapkan semakin banyak gas CO2 yang akan terserap oleh air sehingga

pertumbuahn mikroalga di dalamnya akan lebih maksimal. Penggunaan

karbondioksida pada kultivasi mikroalga memberikan pengaruh yang baik bagi

pertumbuhan dan kelimpahan sel mikroalga. Hal ini dapat dilihat dari kelimpahan

sel mikroalga pada setiap harinya yang selalu mengalami kelimpahan tertinggi

bila dibandingkan dengan kultivasi tanpa aerasi (kontrol).

Menurut Benemann (1997), penggunaan karbondioksida pada kultivasi

mikroalga memiliki beberapa keuntungan yaitu mikroalga dapat tumbuh sangat

cepat dan mikroalga tidak membutuhkan tempat atau lahan yang sangat luas untuk

tumbuh. Untuk organisme seperti mikroalga, karbondioksida merupakan faktor

yang penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroalga

Selain CO2 faktor lainnya yaitu cahaya, nutrien, salinitas dan suhu. Faktor faktor

tersebut merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroalga khususnya

untuk proses fotosintesis.

Berikut adalah kurva pertumbuahn sel mikroalga Coelastrum sp.

1 2 3 4 5 60

50000010000001500000200000025000003000000350000040000004500000

Pertumbuhan Sel Coelastrum sp.

Aerator

Kontrol

Umur kultivasi ( hari )

Kep

adat

an s

el (

sel/m

l)

Page 10: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat fase pertumbuhan dari mikroalga.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa pertumbuhan mikroalga Coelastrum sp.

tergolong cepat. Pada praktikum ini hanya teramati dari mulai hari ke-3,

sedangkan hari ke-1 dan ke-2 tidak teramati. Hal ini disebabkan karena pada hari

tersebut hanya terlihat sel- sel mikroalganya saja dengan jumlah yang sedikit dan

tidak terlihat adanya kisi-kisi tempat perhitungan sel sehingga kami sulit untuk

menghitungnya.

Berdasarkan literatur bahwa terdapat lima fase pertumbuhan mikroalga

yang terdiri dari fase lag (adaptasi atau istirahat), fase eksponensial, fase

penurunan kecepatan pertumbuhan (deklinasi), fase stationer dan fase kematian.

Fase lag merupakan fase adaptasi. Pada fase ini mikroalga masih mengalami

proses adaptasi sehingga belum terjadi proses pembalahan sel. Karena Fase

eksponensial merupakan fase dimana fase ini dimulai dengan pembelahan sel

dengan laju pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi kultivasi

optimum maka laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimum.

Fase deklinasi merupakan fase yang ditandai oleh pembelahan sel tetap terjadi,

namun tidak seintensif pada fase sebelumnya sehingga laju pertumbuhannya pun

menjadi menurun dibandingkan fase sebelumnya. Fase stasioner merupakan fase

yang ditandai oleh laju reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga

peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi atau tetap sama dengan sebelumnya

(stasioner). Fase kematian merupakan fase yang ditandai dengan angka kematian

yang lebih besar dari pada angka pertumbuhannya sehingga terjadilah penurunan

jumlah kelimpahan sel dalam wadah kultivasi (Kabinawa, 2001).

Berdasarkan literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hari ke-1 –

ke-3 termasuk fase lag, dengan adanya jumlah sel mikrolaga yang sangat sedikit

menunjukkan bahwa pada hari itu sel mikroalga masih beradaptasi dengan

lingkungannya, sehingga jumlahnya sedikit. Sedangkan pada hari ke-4 – ke-6

merupakan fase eksponensial, karena dari hari ke-4 hingga hari ke-6 terjadi

peningkatan jumlah sel yang signifikan. Dimana sel-sel mengalami pertumbuhan

2 kali lipat, karena sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan. Pada fase ini terjadi

aktivitas fotosintesis yang sangat tinggi yang berguna untuk pembentukan protein

dan komponen-komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan dalam

Page 11: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

pertumbuhan. Meningkatnya aktivitas fotosintesis menyebabkan meningkatnya

kandungan klorofil dalam sel.

Setelah dilakukan penghitungan jumlah sel, selanjutnya yaitu pengukuran

kadar klorofil. Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil,

yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Dalam proses

fotosintesis ini terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi

matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar

energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Pengukuran klorofil ini berfungsi

untuk mengetahui ukuran kelimpahan atau ketersediaan mikroalga dan ukuran

fotosintesis suatu perairan.

Pada pengukuran kadar klorofil ini digunakan beberapa alat yaitu

spektrofotometer, centrifuge, gelas ukur, tabung reaksi dan glass bead. Sedangkan

bahan yang digunakan yaitu masih dari kultur mikroalga yang sama yaitu

Coelastrum sp. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu, mikroalga yang

telah ditumbuhkan sebelumnya masing-masing (aerator dan kontrol) diambil

sebanyak 8 ml ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian sampel tersebut

disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000rpm. Lalu dibuang

supernatannya dan diambil endapannya. Kemudian ditambahkan etanol 90%

hingga volum akhir menjadi 10 ml. Dimasukkan beberapa butir glass bead

(diambil dari bubuk cover glas) dan dikocok selama 10 menit sebagai pengganti

dari vorteks, lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan dan waktu yang sama.

Kemudian supernatan diukur lalu dimasukkan ke dalam kuvet untuk diukur

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645 dan 663 nm. Setiap

sampel dilakukan dua pengukuran, sehingga didapat 4 hasil yaitu dua untuk

kontrol dan dua lagi untuk aerator.

Berdasarkaan hasil pengukuran diperoleh hasil untuk masing-masing- yaitu

aerator 1, diperoleh 0,315 pada panjang gelombang cahaya 645 dan 0,583 pada

panjang gelombang 663. Aerator 2 diperoleh hasil 0,348 pada gelombang cahaya

645 dan 0,732 pada gelombang cahaya 663. Sedangkan untuk kontrol diperoleh

kontrol 1 dengan hasil 0,206 pada gelombang cahaya 645 dan 0,93 pada

gelombang cahaya 663. Kontrol 2 diperoleh hasil 0,29 pada gelombang cahaya

645 dan 0,216 pada delombang cahaya 663. Dari ke-4 sampel tersebut, masing-

Page 12: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

masing dihitung kadar klorofilnya dengan menggunakan rumus untuk klorofil A,

klorofil B dan total (A dan B). Hasil yang didapat dirata-ratakan sesuai dengan

jenis klorofilnya, sehingga diperoleh hasil rata-rata dari masing-masing klorofil

untuk kedua perlakuan yaitu kontrol dan aerator. Diperoleh hasil akhir untuk

aerator yaitu klorofil A = 7,45, klorofil B = 13,5, dan klorofil total (A dan B) =

12,04. Sedangkan untuk kontrol diperoleh klorofil A = 6,61, klorofil B = 11,96,

dan klorofil total = 9,59. Berikut adalah grafik pengaruh media terhadap kadar

klorofil mikroalga Coelastrum sp.

9.59

12.04

Pengaruh Media terhadap Kadar Klorofil Coelastrum sp.

Kontrol Aerator2

Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan aerator

diperoleh jumlah klorofil yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, baik

itu klorofil A, klorofil B, maupun klorofil total. Hal ini juga menunjukkan bahwa

semakin banyak jumlah sel didalam kultur tersebut maka kandungan klorofil akan

semakin meningkat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring

dengan kenaikan jumlah sel maka akan meningkatkan aktivitas fotosintesis

sehingga menyebabkan meningkatnya kandungan klorofil dalam sel. Sedangkan

klorofil jenis B selalu diperoleh jumlah terbanyak dari kedua jenis perlakuan

tersebut. Artinya bahwa klorofil B mendominasi sel coelastrum sp. sebagaimana

literatur bahwa klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan

tumbuhan darat dengan rumus kimianya C55 H70 O6 N4 Mg. Pendapat APHA

(1982) juga menyatakan bahwa dalam proses fotosintesis ada beberapa jenis

klorofil yang berperan. Klorofil pada alga planktonik (fitoplankton) dan juga

terdapat di beberapa alga yang hidup di dalam tanah terbagi dalam tiga jenis yaitu

Page 13: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

klorofil -a, klorofil -b dan klorofil -c. Klorofil a dan klorofil b paling kuat

menyerap cahaya bagian merah dan ungu spektrum. Grafiktersebut hanya

menunjukkan klorofil total, karena bisa mewakili secara keseluruhan.

V. Simpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa

Coelastrum sp. merupakan anggota dari divisi chlorophyta, dimana anggotanya

mempunyai klorofil atau zat hijau daun sehingga dapat berfotosintesis.

Coelastrum sp merupakan organism uniseluler, hidup secara berkoloni,

mempunyai klorofil, hidup secara autotrof, tidak berflagel sehingga tidak bisa

bergerak, merupakan produsen primer, penyedia oksigen nomer 1.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

Media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga ini. MBB

merupakan salah satu media sintetik yang umum digunakan pada kultur

mikroalga. Pada pertumbuhannya mikroalga umumnya membu tuhkan 3

faktor yaitu matahari, nutrisi dan CO2. Perlakuan dengan aerator dapat

memperluas permukaan gas CO2 dengan air, sehingga pertumbuahn mikroalga di

dalamnya akan lebih maksimal. seiring dengan kenaikan jumlah sel maka akan

meningkatkan aktivitas fotosintesis sehingga menyebabkan meningkatnya

kandungan klorofil dalam sel.

Pertumbuhan sel Coelastrum sp. terus mengalami peningkatan dari hari

ke-4 sampai ke -6 (Fase ekponensial), dan jumlah sel terbanyak diperoleh pada

kondisi aerator. Klorofil terbanyak juga diperoleh pada kondisi aerator dengan

jumlah klorofil total yaitu 12,04 mg/l, sedangkan pada kontrol diperoleh klorofil

dengan jumlah 9,59 mg/l.

DAFTAR PUSTAKA

A.E. Magurran. 1998. Ecological diversity and its measurement. Princeton

University Press, New Jersey.

APHA, AWWA, and WPC. 1982. Standard Methods of the Examination of Water

and Wastewater. American Public Health Association inc, New York.

Basset, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia

Analisis Kuantitatif Anorganik. Ed. 4. Jakarta: EGC

Boyd, J. 2004. Oceanography, Water, Seawater Ocean Circulation and Dinamics.

Chemical week, June 29. Pub Ink USA

Page 15: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA

C.J. Krebs. 1989. Ecological methodology, Harper Collins Publisher, New York

H.C. Bold, M.J. Wynne. 1985. Introduction to the algae structure and

reproduction, 2nd ed. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Kabinawa, I.N.K. 2001. Mikroalga sebagai Sumber Daya Hayati (SDH) Perairan

dalam Perspektif Bioteknologi. Bogor: Puslitbang Bioteknologi Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Khopkar, S.M. 1998. Basic Concepts of Analytical Chemistry. Ed. 2. USA: New

Age International. pp. 63–76

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo

Persada.  Jakarta

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi   

Keempat. ITB-Press, Bandung

Page 16: LAPORAN PRAKTIKU MIKROALGA