37
LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding I. Tujuan Percobaan 1. Membangkitkan sinyal PCM encoder. 2. Proses decoder PCM data. 3. Proses encoding dan decoding suara. II. Alat – alat yang digunakan 1. Emona Telecoms-Trainer 101 2. Osiloskop Dua channel 20MHz 3. Dua kabel untuk Emona Telecoms-Trainers 101 ke osiloskop 4. Assorted Emona Telecoms-Trainer 101 patch leads 5. 1 set Headphone stereo III. Teori Dasar Modulasi Kode Pulsa/Pulse Code Modulation (PCM), merupakan salah satu teknik memproses suatu sinyal analog menjadi sinyal digital yang ekivalen. Proses-proses utama pada sistem PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), Coding (Pengkodean), Decoding (Pengkodean Kembali). Dapat dilihat pada Gambar A dibawah ini. 1

LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ini berisi tentang laporan praktikum mata kuliah Sistem Transmisi Komunikasi

Citation preview

Page 1: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI

PCM Encoding dan Decoding

I. Tujuan Percobaan

1. Membangkitkan sinyal PCM encoder.

2. Proses decoder PCM data.

3. Proses encoding dan decoding suara.

II. Alat – alat yang digunakan

1. Emona Telecoms-Trainer 101

2. Osiloskop Dua channel 20MHz

3. Dua kabel untuk Emona Telecoms-Trainers 101 ke osiloskop

4. Assorted Emona Telecoms-Trainer 101 patch leads

5. 1 set Headphone stereo

III. Teori Dasar

Modulasi Kode Pulsa/Pulse Code Modulation (PCM), merupakan salah satu teknik

memproses suatu sinyal analog menjadi sinyal digital yang ekivalen. Proses-proses utama

pada sistem PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi),

Coding (Pengkodean), Decoding (Pengkodean Kembali). Dapat dilihat pada Gambar A

dibawah ini.

a. Percobaan 12 - PCM encoding

Seperti yang Anda ketahui, sistem transmisi digital yang terus menggantikan sistem

analog dalam aplikasi komunikasi komersial. Hal ini terutama berlaku di bidang

telekomunikasi. Itulah yang terjadi, pemahaman tentang sistem transmisi digital sangatlah

penting bagi orang-orang teknis dalam komunikasi dan industri telekomunikasi. Percobaan

selanjutnya dalam bab ini menggunakan Emona Telecoms-Trainer 101 untuk

1

Page 2: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

memperkenalkan pada anda beberapa sistem yang dimulai dengan modulasi kode pulsa

(PCM).

PCM adalah sistem untuk mengkonversi sinyal pesan analog ke aliran serial 0s dan

1s. Proses konversi ini disebut encoding. Sederhananya encoding melibatkan :

Sampling tegangan sinyal analog secara berkala menggunakan skema sampel-dan-

kontinu (ditunjukkan dalam Eksperimen 13).

Membandingkan setiap sampel untuk satu set tegangan referensi yang disebut tingkat

kuantisasi.

Memutuskan tingkat kuantisasi yang sampel tegangan terdekat.

Menghasilkan bilangan biner untuk tingkat kuantisasi.

Keluaran bilangan biner satu bit pada satu waktu (yaitu, dalam bentuk serial).

Mengambil sampel berikutnya dan mengulangi proses.

Sebuah hal yang sangat penting untuk kinerja sistem PCM adalah frekuensi clock

encoder. Clock menunjukan PCM encoder kapan melakukan sampel dan, menunjukan

percobaan sebelumnya, ini harus minimal dua kali frekuensi pesan untuk menghindari

aliasing (atau, jika pesan berisi lebih dari satu gelombang sinus, setidaknya dua kali frekuensi

tertinggi).

Hal lain kinerja PCM penting berhubungan dengan perbedaan antara tegangan sampel

dan tingkat kuantisasi yang dibandingkan juga. Untuk menjelaskan , tegangan sampel yang

paling tidak akan sama dengan salah satu level kuantisasi . Seperti disebutkan di atas,

Encoder PCM memberikan sampel pada tingkat kuantisasi yang paling dekat dengannya.

Namun, dalam proses nilai sampel asli akan hilang dan perbedaan ini biasa dikenal sebagai

kesalahan kuantisasi, kesalahan itu terjadi ketika data PCM dikodekan oleh penerima, ini

disebabkan karena tidak ada jalur bagi penerima untuk mengetahui apakah tegangan sampel

itu asli. Ukuran kesalahan dipengaruhi oleh jumlah tingkat kuantisasi . Semakin banyak

tingkat kuantisasinya (untuk memberikan jarak dari tegangan sampel) maka akan semakin

rapat proses samplingnya. Ini berarti bahwa perbedaan antara tingkat kuantisasi dan sampel

lebih rapat sehingga kesalahan yang terjadi lebih rendah.

Beberapa informasi tentang modul PCM Encoder pada Emona Telecoms-Trainer 101

Modul PCM Encoder menggunakan encoding dan decoding PCM Chip (disebut

codec) untuk mengkonversi tegangan analog antara -2V dan +2 V ke bilangan biner 8-bit.

Dengan delapan bit, mungkin untuk memproduksi 256 nomor yang berbeda antara 00000000

2

Page 3: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

dan 11111111 inklusif. Ini pada gilirannya berarti ada 256 tingkat kuantisasi (satu untuk

setiap nomor).

Setiap bilangan biner ditransmisikan dalam bentuk serial pada sebuah frame. Bit

nomor yang paling signifikan (disebut bit-7) dikirim pertama, bit-6 dikirim berikutnya dan

seterusnya ke bit paling terakhir (bit-0). PCM Modul Encoder juga mengeluarkan sinyal

Sinkronisasi frame terpisah (FS) yang berlangsung tinggi pada saat yang sama bahwa bit-0

dikeluarkan. Sinyal FS telah dimasukkan untuk membantu dengan PCM decoding (dibahas

dalam pembahasan awal Percobaan 13) tetapi juga dapat digunakan untuk membantu

mengatur scope ketika terlihat sinyal PCM Encoder.

Gambar 1 dibawah menunjukkan contoh tiga frame dari PCM Encoder modul output

data (setiap bit yang ditampilkan baik sebagai 0 dan 1 karena bisa terjadi salah satunya)

bersamaan dengan memasukan clock

Gambar 1

b. Percobaan 13 - PCM decoding

Percobaan sebelumnya memperkenalkan Anda ke dasar-dasar modulasi kode pulsa

(PCM) yang akan Anda ingat adalah sistem untuk mengkonversi sinyal pesan ke serial

streaming terus menerus bilangan biner (en coding). Memulihkan pesan dari aliran serial

bilangan biner disebut decoding. Sederhananya, decoding melibatkan :

Mengidentifikasi setiap frame baru dalam aliran data.

Ekstrak bilangan biner dari setiap frame.

Membangkitkan tegangan yang sebanding dengan jumlah biner.

Menahan tegangan pada output sampai frame berikutnya telah diterjemahkan

(membentuk pulsa modulasi amplitudo (PAM) dalam bentuk sinyal pesan yang

asli).

Merekonstruksi pesan dengan mengirimkan sinyal PAM melalui low-pass filter.

3

Page 4: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Frekuensi clock PCM decoder sangat penting untuk memperbaiki dari sistem

decoding sederhana. Jika itu tidak sama dengan frekuensi encoder clock, beberapa bit yang di

transmisikan akan dibaca dua kali sedangkan pada bagian yang lainnya hilang. Hasil ini

dalam beberapa bagian yang telah ditransmisikan akan salah menafsirkan atau salah

diinterpretasikan, yang pada gilirannya menyebabkan output PCM decoder mengeluarkan

tegangan yang salah. Kesalahan (error) akan terdengar jika terjadi cukup sering. Beberapa

decoder mampu mengelola masalah ini dengan "Self-Clock".

Hal itu merupakan salah satu persoalan yang sangat penting pada PCM decoding.

Decoder harus mampu mendeteksi bagian awal setiap frame. Jika hal ini tidak dilakukan

dengan benar, setiap bagian akan salah ditafsirkan. Sinkronisasi frame dapat dikelola dalam

satu dari dua cara. PCM encoder dapat menghasilkan sinyal sinkronisasi frame khusus yang

dapat digunakan oleh decoder meskipun ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan sinyal

tambahan yang akan dikirim. Jika tidak, kode sinkronisasi frame dapat tertanam pada aliran

serial data yang digunakan oleh decoder untuk bekerja keluar ketika frame dimulai.

Beberapa informasi tentang modul TIMS PCM Decoder

Seperti modul PCM Encoder pada Emona Telecoms-Trainer 101, modul PCM

Decoder bekerja dengan bilangan biner 8-bit. Untuk 00000000 PCM Decoder modul output -

2V dan 11111111 itu output +2 V. Angka pada output menunjukan tegangan yang

proporsional antara +2 V. Sebagai contoh, nomor 10000000 adalah berada diantara 00000000

dan 11111111 dan sebagainya untuk masukan ini modul output 0V (yang berada diantara +2

V dan-2V).

Modul PCM decoder itu tidak memiliki clock sendiri sehingga perlu sinyal digital

pada input CLK agar beroperasi. Yang terpenting, untuk modul PCM decoding agar benar

decode PCM data yang dihasilkan oleh modul PCM encoder, ia harus memiliki sinyal clock

yang sama. Dengan kata lain, clock pada decoder harus mengambil dari encoder.

Sama halnya, modul PCM Decoder tidak dapat mendeteksi sendiri setiap awal frame baru

sehingga harus memiliki frame sinyal sinkronisasi pada masukan (input) FS untuk melakukan

hal ini.

4

Page 5: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

IV. Langkah Percobaan

1. Percobaan 12 - PCM encoding

Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan modul PCM Encoder pada Emona

Telecoms-Trainer 101 untuk mengkonversi PCM sebagai berikut: tegangan DC tetap,

variabel tegangan DC dan sinyal yang berubah secara kontinu. Dalam proses ini, Anda akan

menguji pengoperasian PCM encoding dan menyelidiki sedikit kesalahan kuantisasi.

Bagian A - Pengantar PCM encoding menggunakan tegangan DC statis

1. Mengumpulkan satu set peralatan yang tercantum di atas.

2. Mengatur scopes sesuai petunjuk dalam Percobaan 1. Pastikan bahwa:

a. Kontrol Sumber Pemicu diatur ke posisi CH1 (atau INT).

b. Kontrol Mode ditetapkan ke posisi CH1.

3. Letakan modul Encoder PCM dan atur saklar mode atau Mode switch pada posisi PCM.

4. Hubungkan sesuai yang ditunjukan pada gambar 2.

Catatan: Masukan kabel hitam dari osiloskop pada soket ground (GND).

Gambar 2

Blok diagram pada Gambar 2 dapat diwakili atau dijelaskan oleh diagram blok pada

Gambar 3 di bawah ini. PCM Modul Encoder di clock oleh modul Master Signal dengan

keluaran DIGITAL 8KHz. Analog input yang terhubung ke 0V DC.

5

Page 6: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar 3

5. Sesuaikan Time Division pada osiloskop, untuk melihat keluaran (output) tiga pulsa

PCM Encoder modul FS.

6. Atur kontrol scope's Slope pada posisi "-"

Mengatur Slope pada posisi "-" akan membuat osiloskop memulai memanjang ke atas

di seluruh layar ketika sinyal FS beranjak dari tinggi ke rendah daripada rendah ke tinggi.

Anda dapat benar-benar melihat perbedaan antara dua pengaturan jika Anda memutar kontrol

Slope lingkup bolak-balik. Jika Anda melakukan ini, pastikan bahwa kontrol Slope selesai

pada posisi "-".

7. Sesuaikan kontrol scope Posisi Horizontal

sehingga bentuk gelombang akan memulai pada

awal jejak sejajar dengan garis paling kiri vertikal

pada layar.

8. Atur kontrol scope’s Time Base pada posisi

0.1ms/div.

9. Sesuaikan scope kontrol Variable Sweep sampai

sinyal FS tampak seperti sinyal pada Gambar 4.

Menyesuaikan scope kontrol dengan cara ini akan membuat lebih mudah bagi anda

untuk menggambarkan bentuk gelombang jika anda meminta secara singkat. Namun, Anda

harus menyadari bahwa layar divisi horisontal tidak lagi sama dengan Timebase kontrol

pengaturan. Dengan kata lain, scope Timebase harus dikalibrasi lagi. Ini adalah masalah

ketika mengukur periode sinyal dan sehingga Anda harus mengembalikan kontrol ke posisi

terkunci pada akhir percobaan.

6

Page 7: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

10. Atur kontrol Scope Mode ke posisi DUAL untuk melihat modul PCM Encoder dengan

masukan CLK dan keluaran FS-nya.

11. Gambarkan dua bentuk gelombang untuk skala di tempat yang disediakan pada halaman

12-8 memberikan ruangan yang cukup untuk sinyal digital ketiga.

Catatan: Untuk menggambarkan sinyal clock yaitu di ketiga atas kertas grafik dan sinyal

FS di sepertiga tengah.

12. Hubungkan Scope’s input Channel 2 ke output Encoder modul PCM seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini.

Catatan: Garis putus-putus menunjukkan kabel sudah ada di tempat.

Gambar 5

Set-up ini dapat diwakili atau dijelaskan oleh blok diagram pada Gambar 6 di bawah

ini. Channel 2 sekarang akan menampilkan 10 bit data output Encoder modul PCM. 8 bit

pertama termasuk frame kesatu dan dua bit terakhir termasuk pada frame berikutnya.

Gambar 6

13. Gambarlah bentuk gelombang ini untuk skala dalam ruang yang tersisa pada kertas

grafik.

Catatan: Jika Anda mengalami kesulitan memicu CRO aturlah Pemicu Sumber kontrol

Coupling pada posisi HF REJ.

7

Page 8: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Bagian B - PCM encoding dari variabel tegangan DC

Sejauh ini, Anda telah menggunakan modul Encoder PCM untuk mengkonversi

tegangan DC tetap (0V) ke PCM. Bagian selanjutnya dari percobaan, memungkinkan anda

melihat apa yang terjadi ketika anda memvariasikan tegangan DC.

14. Atur scope’s kontrol Mode ke posisi CH1.

15. Atur scope’s kontrol Trigger Source ke posisi EXT.

16. Atur scope’s kontrol Trigger Source Coupling ke posisi HJ REJ.

17. Modifikasi set-up seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 di bawah ini.

Catatan: Perhatikan bahwa input ketiga pada scope’s yang digunakan. Masukan ini

biasanya berlabel EXT atau EKSTERNAL namun posisinya bervariasi dari satu scope’s

ke scope’s yang lain. Jika Anda tidak dapat menemukan itu, memintalah bantuan pada

instruktur.

Gambar 7

Pengaturan ini dapat diwakili atau dijelaskan oleh diagram blok pada Gambar 8 di

halaman berikutnya. Variabel Modul DCV digunakan untuk mengubah tegangan DC pada

input modul PCM Encoder. Input scope’s pemicu eksternal yaitu yang digunakan sehingga

anda dapat melihat tegangan DC di input Channel 1 sebagai tampilan yang stabil.

Gambar 8

8

Page 9: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

18. Mengatur Scope’s Channel 1 Redaman Vertikal ke posisi 1V/div.

19. Mengatur Scope’s Channel 1 Input kontrol Coupling ke posisi GND.

20. Gunakan kontrol Scope’s Channel 1 Posisi Vertikal untuk meluruskan Channel 1 dengan

mengikuti jejak salah satu garis horizontal pada layar Scop’s.

Catatan: Baris pada layar Scop’s ini yaitu nol volt, kini sebagai referensi anda yang

dapat anda gunakan untuk melihat apakah variabel DCV modul output positif atau

negatif.

21. Mengatur Scope’s Channel 1 dan Channel 2 kontrol Input Coupling ke posisi DC.

22. Mengatur Scope’s kontrol Mode ke posisi DUAL.

23. Sesuaikan Variabel DC Unit kontrol pada modul variabel DCV dengan modul PCM

Encoder output kode yang Anda gambarkan sebelumnya.

24. Gunakan Scope’s untuk mengukur tegangan output DCV modul variabel.

Catatan: Ini harus sangat mendekati 0V.

25. Putar kontrol Variabel DC pada modul Variabel DCV searah jarum jam sambil melihat

layar Scope’s.

26. Lanjutkan untuk memutar kontrol Variabel DC pada modul Variabel DCV searah jarum

jam dan berhenti saat output Encoder modul PCM adalah 11111111.

27. Gunakan Scope’s untuk mengukur tegangan output pada modul variable DCV. Lalu catat

hasil pengukuran dalam tabel 1 pada halaman berikutnya.

28. Kembalikan outpu dari modul PCM encoder untuk 0 Volt.

29. Putar kontrol Variabel DC pada modul Variabel DCV kearah berlawanan jarum jam

sambil melihat layar Scope’s.

30. Lanjutkan untuk memutar kontrol Variabel DC pada modul Variabel DCV kearah

berlawanan jarum jam dan berhenti saat output Encoder modul PCM 00000000.

31. Ukur dan catat tegangan output modul variabel DCV.

Table 1

PCM Encoder's output code PCM Encoder's input voltage

11111111

00000000

9

Page 10: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Bagian C – Kuantisasi

Ini bagian selanjutnya dari percobaan yang memungkinkan anda dapat meneliti kuantisasi.

32. Putar kembali kontrol Variabel DC pada modul Variabel DCV disekitar pertengahan atau

dibagian tengah.

33. Lihat jika Anda dapat melakukan variasi kontrol Variabel DC ke kiri dan kanan tanpa

menyebabkan kode keluaran (output) berubah.

Contoh tegangan dapat diubah tanpa menyebabkan kode keluaran (output) berubah

karena itu dapat dibandingkan dengan mengatur tingkat kuantisasi, tetapi jumlahnya terbatas.

Ini berarti bahwa, dalam prakteknya, ada berbagai sampel tegangan untuk setiap tingkat

kuantisasi.

Bagian D - PCM Encoding dengan Perubahan Tegangan secara Kontinu

Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi ketika PCM encoder digunakan untuk

mengkonversi sinyal yang terus berubah seperti gelombang sinus.

34. Kembalikan scope’s kontrol Trigger Sourch ke posisi CH1 (atau INT).

35. Kembalikan scope’s kontrol Trigger Sourch Coupling ke posisi AC.

36. Mengatur scope’s Channel 1 dan Channel 2 pada kontrol Vertikal Attenuation ke posisi

2v/div.

37. Tempatkan modul VCO dan atur kontrol jarak pada posisi HI.

38. Putar kontrol Frequency Adjust pada modul VCO sepenuhnya kearah berlawanan jarum

jam.

Catatan: modul VCO akan digunakan untuk memberikan modul PCM Encoder dengan

50 KHz.

39. Lepaskan semua susunan pada percobaan sebelumnya.

40. Hubungkan dengan susunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 di bawah.

10

Page 11: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar 9

41. Atur scope’s kontrol Timebase ke posisi 50μs /¿.

42. perhatikan modul PCM encoder PCM DATA output pada layar Scope’s.

2. Percobaan 13- PCM Decoding

Bagian A - Menyiapkan encoder PCM

Untuk percobaan dengan PCM decoding Anda perlu PCM data. Bagian pertama dari

percobaan membuat Anda untuk membuat sebuah encoder PCM.

1. Mengumpulkan satu set peralatan yang tercantum di atas.

2. Mengatur scopes sesuai petunjuk dalam Percobaan 1. Pastikan bahwa:

a. Kontrol Sumber Pemicu diatur ke posisi CH1 (atau INT).

b. Kontrol Mode ditetapkan ke posisi CH1.

3. Tempatkan modul Encoder PCM dan atur saklar mode atau Mode switch pada posisi

PCM.

4. Hubungkan sesuai yang ditunjukan pada Gambar 2.

Catatan: Masukan kabel hitam dari osiloskop pada soket ground (GND).

11

Page 12: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar 1

Susunan diatas dapat diwakili atau dijelaskan oleh blok diagram pada Gambar 2 di

bawah ini. PCM Modul Encoder clock oleh 100KHz keluaran DIGITAL Master Sinyal

modul. Analog input adalah Variable DC output modul VDC.

Gambar 2

5. Atur kontrol scope's Slope pada posisi "-"

6. Sesuaikan scope’s Timebase untuk melihat keluaran (output) tiga pulsa PCM Encoder

modul FS.

Catatan: 10μs/div Pengaturan yang terbaik untuk digunakan.

7. Atur kontrol variable DC pada modul variable VDC pada bagian tengah-tengah.

8. Atur kontrol Scope’s Mode ke posisi DUAL untuk melihat PCM Encoder modul PCM

DATA keluaran serta keluaran FS nya.

9. Variasikan kontrol modul variable DCV ke kiri dan ke kanan.

Jika susunan yang kita rangkai sudah bekerja dengan benar, langkah terakhir ini harus

menyebabkan nomor pada PCM Encoder modul PCM DATA output turun dan naik. Jika

itu bekerja dengan baik, maka melanjutkan ke langkah berikutnya. Jika tidak, periksa

susunan kabel atau meminta bantuan instruktur.

12

Page 13: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

10. Lepaskan steker ke variabel DCV output modul VDC.

11. Temukan modul VCO dan ubah Frekuensinya, dengan memutar sepenuhnya kearah

berlawanan searah jarum jam.

12. Atur Range kontrol modul VCO pada posisi LO.

13. Memodifikasi susunannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 pada halaman

berikutnya.

Catatan: Garis putus-putus menunjukkan kabel sudah ada di tempat.

Gambar 3

Susunan ini dapat diwakili atau dijelaskan oleh blok diagram pada Gambar 4 di

bawah ini. Perhatikan bahwa PCM Encoder modul masukan sekarang modul keluaran SINE

VCO.

Gambar 4

Sebagai input Encoder modul PCM adalah gelombang sinus. Tegangan input modul

terus berubah. Ini berarti bahwa Anda harus melihat PCM DATA keluaran berubah terus

menerus juga.

13

Page 14: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Bagian B - Decoding data PCM

14. Mengembalikan kontrol kemiringan Scope’s pada posisi +.

15. Atur Scope’s kontrol Mode ke posisi CH1.

16. Memodifikasi susunannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5

Seluruh susunan dapat diwakili atau dijelaskan oleh blok diagram pada Gambar 6

dibawah. Perhatikan bahwa clock pada decoder dan informasi blok sinkronisasi mengambil

dari encoder.

Gambar 6

17. Sesuaikan kontrol Scope’s Timebase untuk melihat dua atau lebih siklus sinyal.

18. Atur kontrol scope’s Mode ke posisi DUAL untuk melihat modul PCM Decoder output

berupa pesan sinyal.

Sinyal output PCM Decoder modul terlihat sangat mirip dengan pesan. Namun,

mereka tidak sama. Ingat bahwa "sampel" pesan berisi banyak sinewaves di samping pesan.

Hal ini dapat lebih dihargai jika Anda membandingkan pesan dan PCM decoder modul

output dengan mendengarkan mereka.

14

Page 15: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

19. Tambahkan modul Buffer ke susunan rancangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 7

merubah kebawah scope’s koneksi.

Gambar 7

20. Putar penyangga modul kontrol Gain sepenuhnya kearah berlawanan jarum jam.

21. Sebelum memasang headphone, hubungkan rangkaian sebelumnya ke dalam modul

Buffer pada bagian soket headphone.

22. Pasang headphone.

23. Putar Buffer module Gain control searah jarum jam sampai anda dapat mendengar dengan

baik hasil keluaran modul PCM Decoder.

24. Lepaskan kabel pada modul Buffer yang terpasang dengan output modul PCM Decoder.

25. Modifikasi kembali susunannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 di bawah ini,

biarkan kabel yang terhubung sesuai dengan yang sebelumnya.

Gambar 8

26. Bandingkan suara yang dihasilkan dari kedua sinyal tersebut. Anda harus menyadari

bahwa suara tersebut mirip tetapi jelas berbeda.

15

Page 16: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Bagian C – Suara Encoding dan Decoding

Sejauh ini, percobaan ini telah dikodekan dan diterjemahkan gelombang sinus untuk

pesan. Bagian selanjutnya dari percobaan memungkinkan anda melakukan hal yang sama

dengan menggunakan Speech.

27. Lepaskan semua susunan kabel yang terhubung ke modul Buffer sementara sisanya

dibiarkan sesuai dengan tempat sebelumnya.

28. Lepaskan kabel yang menghubungkan ke Sine output pada modul VCO.

29. Memodifikasi kembali susunannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9

30. Bicara, bernyanyi atau bersenandung sambil memperhatikan layar osiloskop.

Bagian D - Memulihkan pesan

Seperti disebutkan sebelumnya, pesan dapat direkonstruksi dari Decoder modul sinyal

output PCM menggunakan low-pass filter. Pada bagian ini, kita akan melakukan

percobaannya.

31. Temukan modul Tuneable Low-pass Filter dan atur pada bagian kontrol Gain dibagian

tengah.

32. Putar modul Tuneable Low-pass Filter pada bagian frekuensi Cut-off dengan mengatur

sepenuhnya kearah berlawanan jarum jam.

33. Lepaskan kabel yang terhubung ke modul output Speech.

34. kembali susunannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 di bawah ini.

16

Page 17: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar 10

Seluruh susunan diatas dapat diwakili atau dijelaskan oleh blok diagram pada Gambar

11 pada halaman berikutnya. The Tuneable Modul Low-pass Filter digunakan untuk

merekonstruksi pesan asli dari PCM Decoder modul PAM output.

Gambar 11

35. putar secara perlahan Cut-off Frequency control pada bagian modul Tunable Low-pass

Filter searah jarum jam dan berhenti pada saat pesan sinyal memulihkan kedalam bentuk

semula (mengabaikan pergeseran fasa).

Terdapat dua signal yang jelas sama jadi mari kita lihat apa yang dapat kita pelajari.

36. Tambahkan modul Buffer ke susunan seperti yang ditunjukan oleh gambar 12 dengan

membiarkan kabel sebelumnya terpasang.

17

Page 18: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar 12

37. Putar Buffer modul kontrol Gain dengan lembut sepenuhnya berlawanan arah jarum jam.

38. Pasang headphone.

39. Putar modul Amplifier gain kontrol searah jarum jam sampai Anda dapat mendengar

dengan nyaman hasil keluaran modul Low-pass Filter.

40. Lepaskan kabel modul Amplifier yang menghubungkan output modul PCM Decoder dan

hubungkan kabel tersebut ke output modul VCO (seperti yang Anda lakukan pengkabelan

pada Gambar 8).

41. Bandingkan suara dari kedua sinyal. Anda akan menemukan suara tersebut sangat mirip.

V. Hasil Percobaan dan Analisa

1. PCM encoding menggunakan tegangan DC

Dapat dilihat hasil percobaan PCM encoding menggunakan tegangan DC, pada

channel 1 merupakan sinyal frekuensi sinkronisasi dan channel 2 adalah clock untuk PCM

sehingga bentuk sinyalnya seperti pulsa-pulsa. Clock pada PCM juga yang menjadi sinyal

carriernya, karena berperan sebagai sinyal carrier maka frekuensinya pun lebih besar

dibanding frekuensi sinkronisasinya. (Fs = 1,042 KHz sedangkan Fcarrier = 8,333 KHz).

18

Page 19: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

2. Output PCM Encoding pada channel 2 di Osiloskop

Dapat dilihat pada hasil percobaan PCM encoding, pada channel 2 di osiloskop

merupakan hasil modulasi PCM, dengan nilai frekuensi sinkronisasi dan nilai frekuensi hasil

modulasi PCM memiliki nilai frekuensi yang sama yaitu sekitar 1,042 KHz.

3. PCM encoding variable tegangan DC

Dari hasil percobaan PCM Encoding dengan menggunakan variabel tegangan DC,

pada channel 1 di osiloskop merupakan VCC di blok variable DC, sehingga sinyal

keluarannya berbentuk sinyal DC yaitu flat (lurus) dengan nilai tegangan sebesar 400 mV.

Kemudian pada channel 2 adalah hasil modulasi PCM dengan nilai frekuensinya sebesar

2,778 KHz. Hal ini dikarenakan frekuensi sinkronisasi diberikan sumber control dari trigger

pada osiloskop dengan mengatur sumber coupling ke posisi HF REJ (High Frequency)

sehingga frekuensi pada output PCM naik 2X yaitu sekitar 2,778 KHz.

19

Page 20: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

4. PCM encoding menggunakan tegangan AC

Dari hasil percobaan PCM encoding menggunakan tegangan AC pada channel 1

merupakan frekuensi sinkronisasi sebesar 6,757 KHz sedangkan pada channel 2 yang

merupakan output PCM data menghasilkan frekuensi 2,778 KHz. Yang berbeda adalah

inputan yang diberikan merupakan pada frekuensi sinkronisasi didapat dari Master Signal

sebesar 2 KHz Sine, sehingga untuk nilai frekuensi sinkronisasi cukup besar dibandingkan

yang menggunakan tegangan DC yaitu sebesar Fs(DC) = 1,042 KHz dan Fs(AC) = 6,757

KHz.

5. PCM Encoder

Untuk memulai PCM decoding dilakukan terlebih dahulu PCM encoding, Dilihat

pada gambar hasil percobaan PCM Encoder yang channel 1 merupakan frekuensi sinkronisasi

sebesar 1,042 KHz dan pada channel 2 adalah output dari PCM encoder memiliki nilai

frekuensi yang sama yaitu sebesar 1,042 KHz.

20

Page 21: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

6. PCM Encoder pada channel 1 merupakan output dari Fs (Frekuensi Sinkronisasi)

Pada hasil percobaan PCM encoder dengan memberikan input dari VCO yang diatur

pada LO Sine, pada channel 1 merupakan sinyal frekuensi sinkronisasi dengan nilai frekuensi

sebesar 12,50 KHz dan pada channel 2 adalah PCM data. Lalu pada PCM encoder input yang

diberikan dari VCO dan diatur pada LO Sine. Maka pada channel 2 menghasilkan frekuensi

sebesar 20,08 KHz.

7. PCM Decoding

Dari hasil percobaan diatas channel 1 merupakan input dari VCO yang diatur pada

LO Sine dengan frekuensi sebesar 12,53 KHz dan channel 2 merupakan hasil dari PCM

decoding dengan frekuensi sebesar 32,89 KHz. Proses encoder merupakan proses perubahan

dari deret pulsa menjadi code sedangkan decoding sebaliknya yaitu proses perubahan dari

kode menjadi deret pulsa. Untuk proses decoding, sinyal clock dan frekuensi sinkronisasinya

mengambil dari proses encoder, jadi menggunakan sinyal clock dan frekuensi sinkronisasi

yang sama dari proses encoder.

21

Page 22: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

8. Output PCM Decoding

Hasil percobaan output PCM decoding menunjukan pada channel 1 adalah sinyal

informasi yang dibangkitkan berupa sinus (analog) dengan frekuensi sebesar 1,179KHz dan

pada channel 2 merupakan output PCM decoding dengan frekuensi sebesar 1,249 KHz

berupa sinyal sinus, namun sinus yang masih terdapat noise dikarenakan masih adanya sinyal

dengan frekuensi yang tinggi, karena sinyal dengan frekuensi tinggi rentan akan noise.

9. PCM Decoding mengggunakan LPF

Hasil percobaan PCM decoding dengan menggunakan Tuneable LPF pada channel 1

merupaka sinyal informasi dengan frekuensi sebesar 1,190 KHz yang berupa sinyal sinus

(analog), sedangkan pada channel 2 merupakan output PCM decoding yang telah melewati

filter LPF dengan frekuensi sebesar 1,199 KHz berupa sinyal sinus (analog) yang sama persis

dengan sinyal informasinya. Hal ini dikarenakan adanya LPF yang berperan untuk

memperbaiki sinyal output, atau dapat dikatakan LPF merupakan filter yang membuang

sinyal berfrekuensi tinggi sehingga output pada PCM decoding akan sama dengan sinyal

informasinya.

22

Page 23: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

10. Output PCM Decoding dengan mendengarkan outputnya menggunakan Headphone

Pada hasil percobaan ini sama halnya dengan percobaan no.9 namun dengan

menambahkan Noise Generator agar dapat mendengarkan sinyal suara yang dihasilkan oleh

input PCM encoding dan output PCM decoding. Dengan mengatur gain pada Buffer dan

suara yang dikeluarkan pada output Noise Generator dengan menggunakan Headphone akan

terdengar perbedaannya. Misal jika kita mendengarkan pada sinyal input encoder dan

mengatur gainnya juga pada output decoding dan juga mengatur gainnya akan terdengar

sama, namun pasti terdapat perbedaanya. Sinyal suara yang me”ngiang” yang dikeluarkan

pada input encoding lebih kecil dari pada sinyal suara yang dikeluarkan pada output

decoding.

VI. Tugas Akhir

o Gambarkan blok diagram PCM (Encoder dan Decoder) juga jelaskan prosesnya!

Jawab :

Modulasi Kode Pulsa/Pulse Code Modulation (PCM) merupakan salah satu teknik

memproses suatu sinyal analog menjadi sinyal digital yang ekivalen. Proses-proses utama

pada sistem PCM, diantaranya adalah Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing

(Kuantisasi), Coding (Pengkodean), Decoding (Pengkodean Kembali).

23

Page 24: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar A

Pada Gambar A ditunjukkan diagram blok proses pengiriman pada PCM diantaranya:

Filter (LPF), Sampler, Quantizer dan Coder. Pada tahap pertama, sinyal input (analog)

dengan frekuensi fm masih bercampur dengan noise atau sinyal lain yang berfrekuensi lebih

tinggi. Untuk menghilangkan sinyal-sinyal yang tidak di inginkan atau biasa disebut noise,

maka digunakan LPF (low pass filter) seperti yang ditunjukkan Gambar B.

.

Gambar B

Setelah sinyal di filter, selanjutnya adalah pengambilan sample seperti yang

ditunjukkan pada Gambar A dan C. Frekuensi sampling (fs) harus lebih besar atau sama

dengan dua kali frekuensi sinyal informasi (fs ≥ 2fm). sesuai dengan Theorema Nyquist.

Sinyal output sampler disebut sinyal PAM (Pulse Amplitudo Modulation).

Gambar C

Sinyal PAM yang ditunjukan pada Gambar C tersebut yang merupakan potongan dari

sinyal aslinya kemudian diberi nilai (level) sesuai dengan amplitudo dari masing-masing

sample sinyal. Jumlah pembagian level sinyal yang digunakan disesuaikan dengan jumlah bit

yang di inginkan untuk mengkodekan satu sample sinyal PAM berdasarkan persamaan

berikut : N=2n

24

Page 25: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

N adalah jumlah level sample yang di ambil dan n adalah jumlah bit yang digunakan

untuk mengkodekan satu sinyal PAM. Misalkan sinyal-sinyal PAM tersebut akan dikodekan

menjadi 4 bit maka jumlah level yang akan diperoleh adalah , N=24=16.

Gambar D

Selanjutya, setiap sample yang telah terkuantisasi masuk ke dalam blok CODER.

Pada tahapan ini , sample sinyal yang masih berbentuk analog dirubah menjadi biner dengan

urutan serial. CODER sendiri terdiri dari dua blok utama yaitu, A/D Converter yang 

berfungsi untuk merubah sinyal analog menjadi biner, akan tetapi keluarannya masih dalam

bentuk parallel seperti yang di tunjukkan Gambar D, karenanya dibutuhkan blok kedua

berupa P/S Converter agar deretan biner menjadi serial.

 

Gambar E

Pada penerima, yang ditunjukan pada Gambar E, adalah sinyal yang masuk telah

mengalami peredaman dan kembali bercampur dengan berbagai sinyal lain yang tidak di

inginkan (noise) selama proses pengiriman, hal ini merusak sinyal informasi sehingga akan

lebih sulit untuk di proses. Karenanya, sinyal harus diperbaiki terlebih dahulu dengan

menggunakan “Regenerative Repeater” seperti yang ditunjukkan pada Gambar E dan F.

25

Page 26: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

Gambar F

Selanjutnya dengan menggunakan prinsip yang sama, deretan sinyal biner yang telah

diperbaiki tersebut dirubah kembali menjadi bentuk analog  melalui proses DECODER.

Sinyal yang masih merupakan deretan seri dirubah menjadi parallel dan dikonversikan ke

analog, sehingga output DECODER merupakan sinyal PAM seperti yang terlihat pada

Gambar E dan G. Sinyal PAM ini kemudian difilter dengan menggunakn LPF untuk

mengembalikannya menjadi sinyal informasi yang di inginkan.

Gambar G

VII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. PCM merupakan salah satu teknik memproses suatu sinyal analog menjadi sinyal

digital yang ekivalen. Proses-proses utama pada sistem PCM, diantaranya adalah

Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), Coding (Pengkodean),

Decoding (Pengkodean Kembali).

26

Page 27: LAPORAN SISTEM TRANSMISI KOMUNIKASI PCM Encoding dan Decoding

2. PCM coding merupakan proses perubahan dari sinyal input berupa sinyal pulsa

menjadi kode, sedangkan PCM decoding sebaliknya yaitu, proses perubahan kode

menjadi deretan sinyal pulsa.

3. Proses encoding dan decoding menggunakan sinyal clock dan frekuensi sinkronisasi

yang sama.

4. Untuk mencapai sinyal output yang sama dengan sinyal informasinya, pada proses

decoding harus melalui LPF terlebih dahulu. Karena LPF berperan untuk

memperbaiki sinyal output yang masih terdapat noisenya atau LPF adalah filter yang

membuang sinyal berfrekuensi tinggi dimana sinyal tersebut rentan akan noise.

Sehingga jika menggunakan LPF sinyal output akan sama dengan sinyal informasi.

VIII. Daftar Pustaka

1) Modul Praktikum sistem Transmisi Komunikasi, Laboraturium Telekomunikasi,

ITENAS.

2) Diktat Kuliah Sistem Komunikasi Digital, Bpk. Slameta. Polban. 2012

27