Upload
andi-surya-abdi
View
488
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE
A. PENGERTIAN
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae ( Sylvia,1995 )
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )
Macam tumor mammae
1.Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan
2.Tumor ganas
Kangker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak
B. ETIOLOGI
Tak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetic berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetic masih belum diketahui.perubahan genetic ini termaksud perubahan
atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium mempunyai peran penting dalam kanker. Dua hormone utama-estradiol dan
progesterone-mengalami perubahan dalam lingkungan selular, yang dapat
mempengaruhi factor pertumbuhan bagi kanker payudara.
Factor resiko tinggi antara lain :
1. Menstruasi dini,menofause lebih awal / lambat2. Melahirkan anak pertama dengan usia 30 th keatas3. Kontrasepsi oral4. Status social ekonomi tinggi5. Factor genetika6. Obesitas7. Diet tinggi masukan lemak8. Stress fisiologi kronis
( Susan martin,1999 )
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan
biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium
lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara.
Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan / massa di payudara, ada rasa
sakit dapat juga tanpa rasa sakit, keluar cairan yang abnormal dari puting susu
(biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),
timbul kelainan kulit berupa perubahan warna atau tekstur kulit (dimpling,
kemerahan, ulserasi, peau d'orange) pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu) dan luka yang tidak sembuh
dalam waktu yang lama. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan
atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, kulit di sekitar puting
susu bersisik atau ada lekukan pada kulit, puting susu tertarik ke dalam (retraksi
puting susu) atau terasa gatal atau pembengkakan salah satu payudara. Konsistensi
payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran
kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di
luar payudara.Pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh. Pada
stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan
atau ulserasi kulit. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum kita
buktikan tidak ganas.
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya
kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang
berubah dengan ciri : proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti
pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu
fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi
perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas diantara sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:
1. Fase induksi 15 – 30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
2. Fase insitu: 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di
payudara.
3. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke
jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa
4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain
E. PATHWAY
Sel menjadi abnormal
tumor Payudara
hormonal
Perubahan penampilan
Mastektomi
Tidak adekuat pertahanan sistem imun
Kerusakan integritas kulit
Luka Operasi (trauma jaringan)
Gangguan konsep diri
Cemas
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara
Kurang Pengetahuan
Nyeri
Radiasi
Kurang Informasi
Perubahan genetik dalam sel
Resti infeksiKelemahanEmosional distress
(ketidakmampuan mengontrol nyeri)
Kehilangan selera makan
F. TANDA DAN GEJALA
Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan
ditemukan jika sudah teraba oleh pasien.
Tanda – tandanya:
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang
disertai darah
7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker
yang tak teraba atau tomur yang terjadi pada tahap awal.
2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras kedalam aliran duktus.
3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari
mamografi.
4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
5. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai “titik panas”
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur
masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi.
7. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin
dan tidak untuk mamografi.
8. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan seleksi terapi
yang tepat
9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan,
reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel.
Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor
estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon
menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan
kehidupan.
10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang: dilakukan
untuk mengkaji adanya metastase.
H. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura,
tulang dan hati.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran
knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi
hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
- Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative
tomoorektomi + diseksi aksila
- Terapi ajuvan, :
Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate
40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan
flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide
500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan
flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-
2 tahun
- Terapi bantuan, roboransia,
- Terapi sekunder bila perlu
- Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan
(fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :
a. Terapi utama
- pramenopause, bilateral ovariedektomi
- pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan 2)
hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
- operable (mastektomi simple)
- inoperable (radioterapi)
kanker mamae inoperative :
tumor melekat pada dinding thoraks
odema lengan
nodul satelit yang luas
mastitis karsionamtosa
c. Terapi bantuan ; roboransia
d. Terapi komplikasi , bila ada :
- patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah
- odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi
omentum atau kondoleon,
- Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30 mg
dan teramisin 1000 mg, intra pleura
- Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3) mitramisin
¼-1/2 mg/kg BB IV
- NYeri, terapi nyeri sesuai WHO
- Borok,perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada
J. PROGNOSIS
Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup ,
tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini
dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu
tercapai.
K. PROSES KEPERAWATAN PASIEN TUMOR MAMMAE
1. PENGKAJIAN
a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)
b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak
kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah
diberikan), faktro etiologi/resiko.
c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker
mamma.
d. Pemeriksaan klinis ;
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone
antara lain estrogen dan progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi
+ 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke
samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang sama
tinggi.
1) Inspeksi
Simetri mamma kiri-kanan
Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu,
kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan
lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan
diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor di bawah
kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling
dan lain-lain.
2) Palpasi
Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata
atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan
operabilitas.
Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)
Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)
Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu
Galktografi
Tulang-tulang
USG abdomen
Bone scan
CT scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- rutin, darah lengkap, urine
- duyla darah puasa dan 2 jpp
- enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear
c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan pleura effusion
- Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi Vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
2. Dignosa Keperawatan
PRA OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan,
kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak
adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
POST OPERASI
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,
penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasive pembedahan
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,
efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan
anemia.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.
3. Perencanaan
PRE OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan,
kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak
adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit
yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang
prognosis secara akurat.
c. Beri kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi. Beri
informasi dengan emosi wajar
dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan
efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif
seperti kurang interaksi sosial,
ketidak berdayaan dll.
f. Anjurkan untuk
mengembangkan interaksi
a. Data-data mengenai pengalaman
klien sebelumnya akan memberikan
dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat
membantu klien dalam memahami
proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan
klien.
d. Membantu klien dalam memahami
kebutuhan untuk pengobatan dan efek
sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola
koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi
dalam upaya meningkatkan kekuatan
dengan support system.
g. Berikan lingkungan yang tenang
dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan sentuhlah
dengan wajar.
dalam mengatasi kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan
dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien
untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai
dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak
akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan
pada tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan
mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien
tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada
klien tentang pengalaman klien
lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara
spesifik, hindarkan informasi
a. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
b. Memungkinkan dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta kesalahan
pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy
yang lama, komplikasi. Jujurlah
pada klien.
e. Anjurkan klien untuk
memberikan umpan balik verbal
dan mengkoreksi miskonsepsi
tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang
optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya
secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
d. Membantu klien dan keluarga
dalam membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-
proses penyembuhan dan tanda-tanda
infeksi serta masalah dengan kesehatan
mulut yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.
POST OPERASI
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
Tujuan :
- Tampak rileks
- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
- Mengekspresikan penurunan nyeri
INTERVENSI
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala
0-10)
b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
c. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
d. Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
e. Sokong dada saat latihan nafas dalam
f. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri
berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan
g. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi
d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi
stabil
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan
orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya
secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kontak dengan klien
sering dan perlakukan klien
dengan hangat dan sikap positif.
b. Berikan dorongan pada
klien untuk mengekpresikan
a. Perasaan empatik
dan perhatian untuk siap membantu
klien dalam mengatasi permasalahan
yang ada.
b. Perasaan yang
perasaan dan pikiran tentang
kondisi, kemajuan, prognose,
sisem pendukung dan pengobatan.
c. Berikan informasi yang
dapat dipercaya dan klarifikasi
setiap mispersepsi tentang
penyakitnya.
d. Bantu klien
mengidentifikasi potensial
kesempatan untuk hidup mandiri
melewati hidup dengan kanker,
meliputi hubungan interpersonal,
peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan pengertian
serta perkembangan spiritual dan
moral.
e. Kaji respon negatif
terhadap perubahan penampilan
(menyangkal perubahan,
penurunan kemampuan merawat
diri, isolasi sosial, penolakan
untuk mendiskusikan masa depan.
f. Bantu dalam
penatalaksanaan alopesia sesuai
dengan kebutuhan.
g. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain yang terkait untuk
tindakan konseling secara
profesional.
diungkapakan pada orang yang
dipercaya akan membuat perasaan lega
dan tidak tekanan batin.
c. Informasi yang
akurat memberikan masukan dan
instropeksi diri dalam menerima
dirinya.
d. Ektulisasi diri
dibutuhkan bagi klien dengan kaneker.
e. Respon klien yang
negatfi diperlukan bantuan baik fisik
mapun psikis-moral untuk memenuhi
kebutuhan sejhri-sehari.
f. Dampak dari pada
chemoterapi perlu adanya penjelasan
dan perawatan rambut.
g. Konseling
kesehatan secara bersama akan lebih
lebih efektif.
e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak
ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap
hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
ukuran triceps serta amati
penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka
yang lambat dan pembesaran
kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan
seperti bau busuk atau bising.
Hindarkan makanan yang terlalu
manis, berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi,
visualisasi, latihan moderate
a. Memberikan informasi tentang
status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang
penambahan dan penurunan berat
badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien
sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu makan
serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada
dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia yang
dialami klien.
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium
seperti total limposit, serum
transferin dan albumin
j. Berikan pengobatan sesuai
indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6,
antacida
k. Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makanan secara
enteral, imbangi dengan infus.
makan/membangkitkan selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-
sama (dengan ahli gizi, perawat dan
klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi
akibat perjalanan penyakit, pengobatan
dan perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala
penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan
minuman dengan hasil yang maksimal
dan tepat sesuai kebutuhan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasive pembedahan.
Tujuan :
Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman,
mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan
intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
INTERVENSI
a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
b. Awasi vital sign
c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari
e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
g. Kolaborasi, pemberian antibiotik
h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk
melihat adanya efek samping
therapi kanker, amati
penyembuhan luka.
b. Anjurkan klien untuk tidak
menggaruk bagian yang gatal.
c. Ubah posisi klien secara
teratur.
d. Berikan advise pada klien
untuk menghindari pemakaian
cream kulit, minyak, bedak tanpa
rekomendasi dokter.
a. Memberikan informasi untuk
perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal
terhadap perubahan integritas kulit.
b. Menghindari perlukaan yang dapat
menimbulkan infeksi.
c. Menghindari penekanan yang terus
menerus pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada
kulit dan produk yang kontra indikatif
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI RASIONAL
a. Rencanakan periode istirahat yang
cukup
b. Berikan latihan aktivitas secara
bertahap.
c. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan sesuai kebutuhan.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji
respons pasien.
a. mengurangi aktivitas yang tidak
diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya
secar optimal.
b. tahapan-tahapan yang diberikan
membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini.
c. mengurangi pemakaian energi
sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d. menjaga kemungkinan adanya
respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. EGC : Jakarta.
Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan).
Bandung.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6. EGC : Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih
bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
dr. Budi Harapan Siregar,Sp.B. Catatan Kuliah Bedah Jilid 2. Makassar. Bursa
Aesculapius.
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Price, Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses Penyakit Edisi 4 buku 2 : Jakarta EGC