41
DAFTAR ISI 1

Makalah 5 For

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah 5 For

DAFTAR ISI

1

Page 2: Makalah 5 For

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma kolon (Ca. Colon) merupakan jenis kanker yang banyak dijumpai di

klinik dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Penderita yang mengalami Ca.

Colon membutuhkan perawatan profesional   dan dukungan keluarga yang adekuat.

Penderita memerlukan tindakan pembedahan berupa  laparotomi (pembukaan dinding

abdomen ) dan kolostomi (pembuatan lubang melalui dinding abdomen ke dalam 

kolon iliaka untuk mengeluarkan feces ) dilakukan untuk mengatasi masalah

eliminasi.

Di Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda seperti yang dikeluarkan oleh

Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan bekerjasama dengan

Perhimpunan Patologik Anatomi Indonesia bahwa kanker kolorektal cenderung

terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan dari laporan negara Barat.  Data yang

didapatkan dari bagian Anatomi FK UI bahwa pasien yang berusia di bawah 40 tahun

adalah 35, 26%.

Semakin tingginya angka mortalitas, masyarakat pun semakin kritis dalam

memandang masalah yang ada, termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang

kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau suatu instansi

kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tidak  jarang

masyarakat merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang ada dan tidak

tertutupkemungkinan seorang dokter akan dituntut di muka pengadilan.Untuk

menghindari hal-hal di atas, jelaslah bahwa profesi kedokteran

membutuhkanpedoman sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang dokter.

Pedoman yang demikian dikenal dengan nama Kode Etik Kedokteran. Untuk

menjalankan danmengamalkan kode etik tersebut seorang dokter juga harus sudah

dibekali dengan wawasan keagamaan yang kuat karena dalam ilmu agama sudah tercakup

pengetahuan mengenai moraldan akhlak yang baik antara sesama manusia.

2

Page 3: Makalah 5 For

Seorang dokter harus menghayati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran

dalammenjalankan profesinya. Dengan berpedoman pada kode etik tersebut

diharapkan seorangdokter dapat menjalankan profesinya dengan baik sehingga

martabat profesi kedokteran dapatl lebih terjaga.

3

Page 4: Makalah 5 For

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pasien berumur 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma

kolon yang telah terminal. Pasien masih cukup sadar, berpendidikan cukup tinggi.

Ia memahami benar posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu

kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya

menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam

tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang

penderitaannya saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila dia

mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa

antibiotika,tanpa peralatan ICU, dan lain-lain), dan ia ingin mati dengan tenang

dan wajar.Namun, ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang

rasa sakit bila memang dibutuhkan.

4

Page 5: Makalah 5 For

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

ASPEK ETIKA

Bioetika adalah salah satu cabang dari etik normatif. Bioetik atau biomedical

ethics adalah etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian

dibidang biomedis.

Didalam menentukan tindakan dibidang kesehatan atau kedokteran, selain

mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar manusia, keputusan hendaknya juga

mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan

mengakibatkan juga pelanggaran atas kebutuhan dasar manusia, terutama kebutuhan

kreatif dan spiritual pasien.

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu

sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Penilaian baik buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan

pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya.

Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke

suatukeputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa

rulesdibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah :

1.Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama

hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian

melahirkan doktrin informed consent 

2.Princip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukanke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk

kebaikansaja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar

daripada sisiburuknya (mudharat)

5

Page 6: Makalah 5 For

3.Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan

yangmemperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai "primum non nocere"

atau "above all do no harm".

4.Prinsip justice , yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan

dalambersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity, (berbicara benar, jujur dan terbuka), privacy

(menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien) dan

fidelity (loyalitas dan promise keeping).

Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman dalam

mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi

sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku (code of ethical conduct ). Nilai-nilai

dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran.

Sumpah dokter berisikan suatu "kontrak moral" antara dokter dengan Tuhan sang

penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan "kontrak kewajiban

moral"antara dokter dengan peer-group-nya, yaitu masyarakat profesinya.

Baik sumpah dokter maupun kode etik kedokteran berisikan sejumlah kewajiban moral yang melekat

kepada para dokter. Meskipun kewajiban tersebit bukanlah kewajiban hukum sehingga tidak dapat

dipaksakan secara hukum, namun kewajiban moral tersebut haruslah menjadi “pemimpin” dari

kewajiban dalam hukum kedokteran. Hukum kedokteran yang baik haruslah merupakan hukum yang

etis. 1

ASPEK DAN DAMPAK HUKUM

1. UU No. 29 tahun 2004: praktik kedokteran dokter dan dokter gigi memiliki hak

untuk memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur profesional, hak untuk memberikan layanan

medis menurut standar profesi dan standar prosedur profesional, hak memperoleh

informasi yang lengkap dan jujur dari pasien maupun keluarganya dan hak menerima

imbalan jasa. Disisi lain dokter dan dokter gigi berkewajiban memberikan pelayanan

medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur profesional serta kebutuhan

medis pasien, merujuk pasien bila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

6

Page 7: Makalah 5 For

pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan

juga setelah pasien itu meninggal dunia, melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya, dan menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

2. UU Praktik Kedokteran Pasal 45 Ayat 3: hak pasien meminta pendapat dokter

lain, mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan

mendapatkan isi rekam medis. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi

diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan,

alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan

prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan. 1

Dalam praktek kedokteran dikenal dua macam euthanasia yaitu:

a. Euthanasia aktif: Ialah tindakan dokter mempercepat kematian pasien

denganmemberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Alasan yang

lazimdikemukakan dokter ialah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akanmemperpanjang

penderitaan pasien, tidak mengurangi keadaan sakitnya yangmemang sudah parah.

b. Euthanasia pasif:

-Tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit

keras,yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan.

Penghentianpemberian obat ini berakibat mempercepat kematian pasien. Alasan yang

lazimdikemukakan ialah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara danayang

dibutuhkan untuk biaya pengobatan cukup tinggi, sedangkan fungsipengobatan

menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi.

-Tindakan upaya dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang

menurutpenelitian medis masih mungkin bisa sembuh. Umumnya alasannya

adalahketidakmampuan pasien dari segi ekonomi padahal biaya pengobatannya

yangdibutuhkan sangat tinggi.

7

Page 8: Makalah 5 For

Secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di Indonesia hanya dikenal

satubentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau

korban itusendiri (voluntary euthanasia).

3. Pasal 344 KUHP. Yang menyatakan : “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas

permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan

pidana penjara palinglama dua belas tahun”. Maka disimpulkan, bahwapembunuhan

atas permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya.

Dengandemikian, dalam konteks hukum positif di Indonesia euthanasia tetap

dianggap sebagai perbuatan yang dilarang dan tidak dimungkinkan dilakukan

“pengakhiran hidup seseorang” sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan

tersebut tetap dikualifikasi sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang

diancam dengan pidana bagi siapa yangmelanggar larangan tersebut. Dalam ketentuan

Pasal 338 KUHP secara tegas dinyatakan, “Barang siapa sengaja merampas nyawa

orang lain diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima

belas tahun”.

PROSEDUR MEDIKOLEGAL

Persetujuan tindakan medic

 Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan

tindakan medis

Pasal 1. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

a.Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang

diberikan olehpasien atau keluarganya atas adsar penjelasan mengenai tindakan medik

yang akandilakukan terhadap pasien tersebut;

b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

berupa diagnostik atau terapeutik;

c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat

mempengaruhikeutuhan jaringan tubuh;

8

Page 9: Makalah 5 For

d. Dokter adalh dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis

yang bekerjadi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau praktek perorangan atau

bersama.

Pasal 2. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1.Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus

mendapatpersetujuan.

2.Persetujuan dapat diberi secara bertulis atau lisan

3. Persetujuan sebagaiman dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang

bersangkutan sertarisiko yang dapat ditimbulkannya.

4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat

pendidikan serta kondisi dan situasi pasien

Pasal 3. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Setiap tindakan medis yang berisiko tinggi harus dengan persetujuan

bertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan

Pasal 4. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Informasi tentang tindakan medik harus diberi kepada pasien, baik diminta

maupun tidak diminta.

2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila

dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan

kesehatan pasien ataupasien menolak diberikan informasi.

 Pasal 5. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989

1. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan

medik yang kan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik 

2.Informasi diberikan secara lisan

9

Page 10: Makalah 5 For

3.Informasi harus diberiakn jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa

hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien,

4. Dalam hal dimaksud dalam ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat

memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien. 2

PROSEDUR TINDAKAN MEDIS

INFORMED CONSENT

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang

efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan

dan apa yang tidak akan dilakakukan terhadap pasien.

Informed consent memiliki tiga elemen :

1. threshold elements

elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena

sifatnya lebih kearah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang

kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat

keputusan (medis).

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaitu disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman), yang berisikan informasi sedemikian rupa agar

pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa

“baik” informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3 standar,

yaitu:

1. standar praktek profesi

2. standar subjektif

3. standar pada reasonable person

3.Consent elements

10

Page 11: Makalah 5 For

elemen ini juga terdiri dari 2 bagian, yaitu voluntariness (kesukarelaan,

kebebasan) dan authorization (persetujuan). Consent dapat diberikan dengan

dinyatakan (expressed) dan tidak dinyatakan (implied).1

PROSEDUR TERAPI

Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi

akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan

kankerstadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada

stadium yang lanjut,atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka

kemungkinan sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.

Klasifikasi kanker usus :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

Tujuan pengobatan kanker ada dua, yaitu kuratif dan paliatif. Pengobatan

kuratif merupakan upaya yang ditujukan untuk mencapai kesembuhan penyakit kanker.

Sementarapengobatan paliatif ditujukan pada penderita kanker yang sudah tidak

memungkinkankembali dicapainya kesembuhan.

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, pilihan operasi masih

mendudukiperingkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi

(mungkindiperlukan).

Palliatif : pain killer

REKAM MEDIS

Dalam pelayanan kedokteran/kesehatan, terutama yang dilakukan para dokter

baik dirumah sakit maupun praktik pribadi, peran pencatatan rekam medis (RM)

sangat penting dansangat melekat dengan kegiatan pelayanan tersebut. Dengan

11

Page 12: Makalah 5 For

demikian, ada ungkapan bahwarekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter

menerima pasien. Hal tersebut dapatdipahami karena catatan demikian akan berguna

untuk merekam keadaan pasien, hasilpemeriksaan serta tindakan pengobatan yang

diberikan pada waktu itu. Catatan atau rekamanitu menjadi sangat berguna untuk

mengingatkan kembali dokter tentang keadaan, hasilpemeriksaan, dan pengobatan

yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobatulang setelah beberapa

hari, beberapa bulan, bahkan setelah beberapa tahun kemudian.Dengan adanya rekam

medis, ia bisa mengingat atau mengenali keadaan pasien saat diperiksasehingga lebih

mudah melanjutkan strategi pengobatan dan perawatannya. Namun, kini makin

dipahami bahwa peran rekam medis tidak terbatas pada asumsi yang dikemukakan

diatas, tetapi jauh lebih luas. Oleh karena itu, para tenaga kesehatan masa kini harus

memahamidengan baik hal-hal yang berkaitan dengan rekam medis.

Dalam Undang-undang Kesehatan, walaupun tidak ada bab yang mengatur

tentangrekam medis secara khusus, secara implisit Undang-undang ini jelas

membutuhkan adanyarekam medis yang bermutu sebagai bukti pelaksanaan

pelayanan kedokteran/ kesehatan yang berkualitas.

Kewajiban dokter untruk membuat rekam medis dalam pelayanan

kesehatandipertegas dalam UUPK seperti terdapat pada pasal 46: (1). Setiap dokter

atau dokter gigidalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

(2) Rekam medissebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

pasien selesai menerimapelayanan kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus

dibubuhi nama, waktu, dan tandatangan petugas yang memberikan pelayanan atau

tindakan. Selanjutnya dalam pasal 79diingatkan tentang sanksi hukum yang cukup berat, yaitu

denda paling banyak Rp.50.000.000,- bila dokter terbukti sengaja tidak membuat rekam

medis.Dalam Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM, disebut

pengertian RM adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan,pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana

pelayanan kesehatan.

Isi RM

12

Page 13: Makalah 5 For

Di rumah sakit didapat dua jenis RM, yaitu:

•RM untuk pasien rawat jalan

•RM untuk pasien rawat inap

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, RM memiliki

informasipasien, antara lain:

a. Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

b. Riwayat penyakit (anamnesis) tentang :

•keluhan utama

•riwayat sekarang

•riwayat penyakit yang pernah diderita

•riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan

c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,

scanning,MRI, dan lain lain.

d. Diagnosis dan/atau diagnosis banding

e. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan

yangberwenang.Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang

terdapat dalam rawat jalan, dengan tambahan :

Persetujuan tindakan medik 

• Catatan konsultasi

• Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

• Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

• Resume akhir dan evaluasi pengobatan ,(tanggal masuk-keluar)

Secara umum kegunaan RM adalah:

1.Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut

ambilbagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien. Dengan

13

Page 14: Makalah 5 For

membaca RM, dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam merawat

pasien (misalnya,pada pasien rawat bersama atau dalam konsultasi) dapat mengetahui

penyakit,perkembangan penyakit, terapi yang diberikan, dan lain-lain tanpa harus

berjumpa satusama lain. Ini tentu merupa-kan sarana komunikasi yang efisien.

2.Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepadapasien.

Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter ditulis agarrencana

pengobatan dan perawatan dapat dilaksanakan.

3.Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. Bila suatu waktu

diperlukan buktibahwa pasien pernah dirawat atau jenis pelayanan yang diberikan

serta perkembangan penyakit selama dirawat, tentu data dari RM dapat

mengungkapkan dengan jelas.

4.Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan

kepadapasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin dari catatan yang ditulis ataudata

yang didapati dalam RM. Hal ini tentu dapat dipakai sebagai bahan studi

ataupunevaluasi dari pelayanan yang diberikan.

5.Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga

kesehatan lainnya. Bila timbul permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada dokter

maupun rumah sakit, data dan keterangan yang diambil dari RM tentu dapat diterima

semua pihak. Di sinilah akan terungkap aspek hukum dari RM tersebut. Bila catatan

dan data terisi lengkap, RM akan menolong semua yang terlibat. Sebaliknya, bila

catatan yang ada hanya sekedarnya saja, apalagi kosong pasti akan merugikan dokter dan rumah

sakit. Penjelasan yang bagaimanapun baiknya tanpa bukti tertulis, pasti sulit

dipercaya.

6.Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan

pendidikan. Setiap penelitian yang melibatkan data klinik pasien hanya dapat

dipergunakan bila telah direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu, RM di rumah

sakit pendidikan biasanya tersusun lebih rinci karena sering digunakan untuk bahan

penelitian.

14

Page 15: Makalah 5 For

7.Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien. Bila

pasien mau dipulangkan, bagian administrasi keuangan cukup melihat RM, dan segala

biaya yang harus dibayar pasien/keluarga dapat ditentukan.

8.Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan.Data dan infomasi yang didapat dari RM sebagai

bahan dokumentasi, bila diperlukandapat digunakan sebagai dasar untuk

pertanggungjawaban atau laporan kepada pihak yang memerlukan masa mendatang.

15

Page 16: Makalah 5 For

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fungsi colon 4

Colon, kurang lebih mempunyai panjang 3-5 kaki (1,5m), berjalan dari ileum

terminale sampai ke rektum. Ileum terminal berlanjut ke cecum di batas

posteromedial pada katup ileocecal. Cecum terletak pada awal dari colon ascenden

dan merupakan kantung kosong tanpa mesenterium. Diameter cecum kurang lebih 7.5

sampai 8.5 cm dan merupakan bagian terlebar dari colon. Colon berjalan semakin

mengecil ke bagian distal sampai ke colon sigmoid yang merupakan bagian tersempit

dengan diameter kira-kira 2.5 cm. Perbedaan ukuran ini menunjukkan bahwa tumor

cecal dapat tumbuh sangat besar sebelum onset gejala muncul, sedangkan tumor

sigmoid lebih kecil ukurannya dan asymptomatic. Cecum, juga karena diameternya

yang relatif besar, juga merupakan tempat yang sering mengalami rupture yang

disebabkan oleh obstruksi distal. Colon ascending, colon descending, dan fleksura

hepaticus dan fleksura splenicus biasanya retroperitoneal, sedangkan cecum, colon

transversum, dan colon sigmoid berlokasi ntraperitoneal. Meskipun volvulus sering

terjadi pada colon sigmoid, cecum dan, jarang colon transversum juga dapat terlilit

dengan mesenteriumnya karena lokasi bagian-bagian colon tersebut berlokasi di

intraperitoneal dan tidak terfiksasi dangan baik.

16

Page 17: Makalah 5 For

Gambar 1. Anatomi colon

Suplai darah kecolon proximal dan distal secara berurut diperoleh dari arteri

mesenteric superior (SMA) dan arteri mesenteric inferior (IMA). Pembuluh darah

mesenteric inferior lewat tegak lurus dalam retroperitoneum dan bergabung dengan

pembuluh darah splenikus, dalam perjalanan ke pintu gerbang sistem pembuluh darah.

Saluran getah bening parallel ke distribusi IMA. Cabang - cabangnya dibagi lagi ke

dalam empat kelompok: epicolic, paracolic, intermediate, dan cabang utama, dengan

epicolic tepat pada dinding colon dan cabang utama pada mesenteric inferior atau

mesenteric yang superior. Colon juga dikelilingi oleh saluran limfe yang berlokasi di

submukosa dan muskularis mukosa. Mukosa kaya akan vascular tetapi tidak

mempunyai saluran limfe. Karena alas an ini, kanker superficial yang tidak

berpenetrasi ke muskularis mukosa tidak dapat bermetastase melalui jalur limfe.

Pembuluh limfe mengikuti suplai arteri ke colon.

Usus besar atau colon terutama bertanggung jawab untuk menmyimpan sisa-sisa

metabolisme, menyerap air, menjaga keseimbangan air, dan mengabsorbsi beberapa

vitamin, sperti vitamin K. Saat kimus (bentuk makanan yang telah diolah oleh GIT di

atasnya), hampir semua nutrien dan 90% air diabsorbsi di sini untuk tubuh. Di colon

17

Page 18: Makalah 5 For

beberapa elektrolit, seperti natrium (Na), magnesium (Mg), klorida (Cl) tidak dicerna

seperti serat. Setelah kimus bergerak melalui colon, banyak air diabsorbsi, kemudian

kimus bercampur dengan mukus dan bakteri usus, dan menjadi feses. Bakteri

menghancurkan serat untuk nutrisi mereka dan membentuk asetat, propionat, dan

butirat sebagai produk sisa, yang akan berguna bagi keutuhan sel colon. Ini

merupakan hubungan simbiosis dan menyediakan 100 kalori bagi tubuh setiap hari.

Colon tidak menghasilkan enzim digestif karena pencernaan enzimatik telah

berlangsung dengan komplit sebelum kimus sampai ke colon. pH kolon bervariasi

antara 5.5-7. 5

Gambar 2. Vaskularisasi colon

18

Page 19: Makalah 5 For

Gambar 3. Kelenjar limfe colon.

(1)lnn.iliocolica(2)lnn.colica sinistra(3)lnn.mesenterica inferior(4)lnn.superior

rectum(5)lnnn.retrocecal(6)lnn.prececal(7)lnn.paracolica

MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan karsinoma kolon mempunyai gejala klinis yang cukup

bervariasi yang dapat diklasifikasikan menurut lokasi anatomi primernya. Tumor pada

cecum dan colon bagian kanan ditemukan sekitar 20% dari karsinoma usus besar,

70% terjadi di bagian distal sampai fleksura splenikus, dan sekitar 45 % di bawah

rectosigmoid junction. Karsinoma colon kanan terjadi lebih sering pada wanita, dan

umumnya mempunyai gejala yang silent atau asymptomatik.

Karsinoma cecum dan colon kanan

Seperti yang telah disebutkan, tumor colon kanan seringkali silent dan banyak

pasien tampak dengan gejala dan tanda dari anemia defisiensi besi (Fe) yang berasal

dari kehilangan darah secara samar yang lama (occult blood loss). Jarang, kehilangan

darah dalam jumlah banyak, terutama pada pasien yang mendapat antikoagulan. Feses

masuk ke cecum dalam bentuk liquid / cair dan obstruksi biasanya terjadi relatif

lambat. Karena lumen usus menjadi lebih sempit pasien biasanya mengeluh nyeri

kolik yang intermitten, di sentral atau di fossa iliaca kanan, dimana sering timbul

setelah makan, distimulasi oleh refleks gastrocolic. Nyeri sering diikuti oleh onset

diare intermitten, kemungkinan karena fermentasi feses dan akumulasi toksin bakteri

di dalam lumen usus besar. Obstruksi ileum distal dapat terjadi bila tumor menutup

katup ileocecal, atau jika katup ileocecal menjadi inkompeten karena obstruksi

komplit cecal. Gelombang dari kolik abdomen sentral dapat terjadi, dengan distensi

abdominal sentral progresif dan borborygmus. Peristaltis usus mungkin dapat terlihat,

muntah feses, dan dehidrasi merupakan menifestasi lambat yang dapat muncul..

Jarang massa yang dapat dipalpasi sebagai keluhan utama.

19

Page 20: Makalah 5 For

Pasien kadang-kadang tampak dengan gejala dan tanda dari apendisitis akut jika

karsinoma menutup orificium apendicular dan menghasilkan inflamasi akut, atau dari

perforasi karsinoma. Diagnosis mungkin tidak jelas pada saat apendiks diangkat dan

harus dilihat dengan barium enema atau dengan colonoscopy. Tumor dapat

berpenetrasi ke dinding posterior colon, menimbulkan perforasi dan abses di

musculus psoas. Pasien demikian tampak dengan gejala dan tanda infeksi dengan

massa yang nyeri pada fossa iliaca kanan. Nyeri dapat menjalar ke bawah menuju

tungkai atau panggul. Nyeri juga dapat menjalar ke belakang jika abses mengiritasi

otot-otot lumbal. Terkadang tumor anterior dapat menyebabkan perforasi

menimbulkan peritonitis akut dengan nyeri seluruh abdomen yang berat, bising usus

dapat menghilang, dan dapat ditemukan defans muskular serta nyeri ketok.

Terkadang, karsinoma colon kanan tampak dengan gejala umum malaise atau

perasaan tidak enak badan, kadang dengan demam yang tidak diketahui asalnya.

Gejala-gejala ini muncul karena abses kecil yang samar atau karena masalah tumor itu

sendiri. Gejala dan tanda metastase sangat bervariasi, tetapi biasanya disertai dengan

nyeri dan pembesaran hati, dimana merupakan tempat metastasis yang sering. Gejala-

gejala ini disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dari metastasis ke kapsula hati.

Metastasis juga dapat tumbuh aliran darah sendiri, sebagian infark dan mengalami

nekrosis. Demam yang disebabkan nekrosis tumor biasanya berhubungan dengan

peningkatan serum lactic dehydrogenase.

Karsinoma colon kiri dan sigmoid

Feses kehilangan air dan menjadi keras ketika sampai dan melewati colon kiri

untuk disimpan di rectosigmoid sebelum defekasi. Pasien dengan karsinoma colon

kiri umumnya tampak dengan perubahan kebiasaan pola defekasi, sering konstipasi

kadang diselingi diare, biasanya disertai kolik abdomen bawah, mungkin mengalami

distensi, dan keinginan untuk defekasi. Gejala-gejala cenderung menjadi progresif

memberat, dan ini mungkin dapat membedakan antara karsinoma dengan penyakit

divertikular atau iritasi kolon. Irritable bowel syndrome biasanya pada dewasa muda;

Jika pasien usia setengah baya atau lebih tua dengan gejala perubahan kebiasaan pola

defekasi sebaiknya diasumsikan sebagai kanker kolon sampai terbukti bukan

20

Page 21: Makalah 5 For

Perubahan pola defekasi sering dengan buang air besar disertai darah segar, dan

kadang mukus atau lendir di feses atau permukaannya, khususnya pada tumor di distal

sigmoid. Konstipasi progresif dan diare merupakan perubahan pola defekasi yang

lebih jarang.

Beberapa pasien datang dengan nyeri atau massa di fossa iliaca kiri, dan massa

sering terpalpasi di abdomen pada pemeriksaan fisik. Palpasi karsinoma pad fleksura

splenikus harus dibedakan dari pembesaran lien / spleen atau ginjal.

Beberapa pasien, mempunyai gejala asymptomatic hingga mereka datang dengan

distensi abdomen massive karena obstrukis komplit dari usus besar. Pada keadaan ini

cecum menjadi sangat distensi. Kecuali distensi dikenali dan diterapi dengan cepat,

atau kecuali katup ileocecal menjadi inkompeten, perforasi cecal dapat terjadi dan

menyebabkan peritonitis fecal. Terkadang tumor itu sendiri mengalami perforasi,

menyebabkan nyeri mendadak akut abdominal dan peritonitis. Lebih sering tumor

melekat dengan organ didekatnya dan menginvasinya. Kanker sigmoid dapat

menginvasi dinding abdomen lateral dan membentuk abses, atau menginvasi usus

kecil dan menhasilkan fistula ileocolic dengan diare berat atau obstruksi usus kecil.

Kanker di fleksura splenikus atau colon descending dapat menginvasi jejunum,

kadang tampak dengan perdarahan usus berat. Kanker sigmoid umumnya menginvasi

uterus, ovarium, atau vesica urinaria. Kanker colon adalah penyebab terbanyak kedua

fistula colovesical setelah penyakit divertikular, dan psien biasanya tampak dengan

hematuria dan infeksi saluran kemih berulang, dan akhirnya dapat kencing disertai

udara (pneumaturia) atau feses (fecaluria). Kanker sigmoid terfiksasi di pelvis dan

dapat menimbulkan fistula ke vagina menghasilkan bau tidak sedap (malodorous),

dan discharge.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

-Carcinoembryonic Antigen (CEA)

-Lab darah rutin dan urinalisa

-Pemeriksaan radiologis

21

Page 22: Makalah 5 For

-Colonoscopy

-Colon in loop

-Sigmoidoscopy fleksibel

-Histopatologi

STAGING

Dua klasifikasi yang digunakan berdasarkan tumor primer dan metastasenya

(sistem TNM) serta yang berdasarkan Dukes. 8

Table 1. TNM Staging System for Colon Cancer

Stage Tumor Primer (T)Metastase

KGB (N)

Metastase

Jauh (M)

Stage 0 Karsinoma in situ N0 M0

Stage I

Tumor menginvasi submukosa

(T1) atau muskularis propria

(T2).

N0 M0

Stage

II

Tumor menginvasi muskularis

(T3) atau jaringan perirektal

(T4).

N0 M0

Stage

IIIAT1-4 N1 M0

Stage

IIIBT1-4 N2-3 M0

22

Page 23: Makalah 5 For

Stage

IVT1-4 N1-3 M1

Table 2. Dukes Classification

Stage Characteristics

Dukes stage

A

Karsinoma in situ terbatas pada mukosa atau submukosa (T1,

N0, M0)

Dukes stage

B

Kanker meluas ke muskularis (B1), masuk atau menembus

serosa (B2)

Dukes stage

CKanker meluas ke KGB (T1-4, N1, M0)

Dukes stage

D

Kanker telah nermetastase ke tempat yang jauh (T1-4, N1-3,

M1)

Terdapat hubungan yang erat antara stadium dan angka bertahan hidup 5 tahun

(5-year survival rate) pada pasien kanker colorectal. Untuk stadium I atau Dukes A, 5-

year survival rate setelah operasi reseksi mencapai 90%. Untuk stadium II atau Dukes

B, 5-year survival rate sekitar 70-85% setelah reseksi, dengan atau tanpa terapi

adjuvant (terapi tambahan). Untuk stadium III atau Dukes C, 5-year survival rate

adalah 30-60% setelah reseksi dan kemoterapi. Untuk stadium IV atau Dukes D, 5-

year survival rate sangat buruk (kira-kira 5%). 8

SKRINING DAN PENCEGAHAN

Skrining

National Cancer Institute (NCI) dan American cancer society (ACS)

merekomendasikan pasien asymptomatic dengan usia 50 tahun atau lebih untuk

23

Page 24: Makalah 5 For

dilakukan pemeriksaan sigmoidoscopy setiao 3 sampai 5 tahun sekali. Rectal touché

dan pemeriksaan fecal occult blood (FOB) dianjurkan setiap tahun sekali pada pasien

usia 50 tahun atau lebih, tetapi argument untuk praktik ini tidak terlalu substansial .

Skrining dengan colonoscopy pada pasien dengan riwayat keluarga kanker colorectal

pada generasi pertama sebelumnya tetapi tidak jelas bukti FAP atau HNPPC

sebaiknya dimulai pada usia 40 tahun. Nilai pemeriksaan skrining FOB masih

kontroversial. Di USA, dilaporkan pemeriksaan tahunan FOB berhubungan dengan

menurunnya risiko kematian oleh kanker colorectal hingga 33.4%. 9

Pencegahan

Sigmoidoscopy secara periodic dapat mengidentifikasi dan mengangkat lesi

pre-kanker (polip) dan mengurangi insidensi kanker colorectal pada pasien yang

menjalani colonoscopic polypectomy. Terdeteksinya polip kecil rectosigmoid

sebaiknya dilanjutkan dengan colonoscopy karena diasumsikan adanya polip yang

tidak tercapai dengan sigmoidoscope. Diet tinggi serat dan rendah lemak juga

diketahui dapat mencegah polip menjadi progresif kanker. Selain itu, berdasarkan

penelitian terhadap penggunaan NSAID secara rutin dapat mengurangi pembentukan,

pertambahan jumlah dan ukuran polip colorectal dan mengurangi insidensi kanker

colorectal. Efek protektif ini dapat dicapai dengan dosis minimal 650 mg aspirin per-

hari. 7

PENATALAKSANAAN

Satu-satunya terapi kuratif ialah dengan tindakan bedah. Tujuan utama tindakan

bedah ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif ataupun non-kuratif.

Radioterapi dan kemoterapi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat paliatif. 10

Persiapan preoperatif 7

Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat

infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian

mekanis dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat

24

Page 25: Makalah 5 For

infeksi/peradangan luka hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung

parenteral, tingkat infeksi dapat lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.

Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan.

Sehari sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon

Golytely untuk mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam

hingga sempurna. Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan

anaerobic secara bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.

Tindakan Operatif 7,10

Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf

regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan

maksud mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri.

Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya,

khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan

sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus

preternaturalis.

Goresan di tengah abdominal mengijinkan explorasi penuh dan perluasan lebih

lanjut untuk kebutuhan tambahan. Tingkat reseksi ditentukan oleh lokasi kanker

kolon tama, seperti halnya ada atau tidaknya invasi ke dalam struktur yang

bersebelahan dan metastasis yang jauh. Walaupun tidak adanya invasi kolon ke dalam

organ atau metastasis, reseksi kolon adalah perawatan yang utama.

Laparoskopi intervensi pembedahan pada kanker kolon adalah suatu

pengembangan terbaru di dalam perawatan. Tingkat kematian operatif untuk

pembedahan kanker kolon pada kasus tertentu adalah 5% atau kurang. Reseksi kolon

dengan tujuan sembuh membawa tingkat kematian lebih rendah dari pada reseksi

paliatif.

Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi khusus ialah fulgerasi

(koagulasi listrik). Pada cara ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik.

Cara ini kadang digunakan pada penderita yang beresiko tinggi untuk pembedahan.

25

Page 26: Makalah 5 For

Koagulasi dengan laser digunakan sebagal terapi palilatif, Sedangkan radioterapi,

kemoterapi, dan imunoterapi digunakan sebagal terapi adjuvan.

Pengobatan paliatif 7,10

Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi

atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor

tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada

metastasis hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul dapat dipertimbangkan eksisi

metastasis. Pemberian sitostatik melalui a.hepatika, yaitu perfusi secara selektif,

kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil penghambatan pertumbuhan sel

ganas.

Selain menghindari makanan kaya zat karsinogeniK juga harus mengkonsumsi

makanan bersifat antikarsinogen untuk mengurangi resiko terkena kanker kolon.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu k1asifikasi

tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus

tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup lima tahun adalah 80%, yang

menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan

dengan metastasis jauh satu persen. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk,

prognosisnya sangat buruk.7

26

Page 27: Makalah 5 For

BAB V

KESIMPULAN

Seorang dokter harus selalu melakukan tindakan dengan sentiasa menerapkan

etika profesi kedokteran yang berlandaskan konsep dasar moral yaitu prinsip otonomi,

prinsip beneficence, prinsip non-maleficence, dan prinsip justice. Euthanasia dari segi

hukum yang antaranya dibahas pada Pasal 338, dan 344 tetap dianggap sebagai

perbuatan yang dilarang dan tidak dimungkinkan dilakukan “pengakhiran hidup

seseorang” sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap

dikualifikasi sebagai tindak pidana,yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan

pidana bagi siapa yang melanggar larangantersebut Beberapa pasal KUHP yang

berkaitan dengan euthanasia.

27

Page 28: Makalah 5 For

DAFTAR PUSTAKA

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja T. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:

Bagian Kedokteran Forensik FKUI ; 2005.

2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-

Undangan Bidang Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

FKUI; 1994.p.20-1

3. Lippincott, William, Wilkins. Cancer, principles and practice. Edisi 6. 2001

4. Appleton & Lange, Maingot’s Abdominal Operation, Tenth Edition, Zinner

Vol I, Chapter 42, Tumor Of The Colon; page 1281 – 1300.

5. Morris. Oxford Textbook of Surgery. Edisi 2. Oxford Press. London. 2000

6. M. Copeland III E, M.D. & I. Bland K, M.D., Buku Ajar Bedah Sobiston,

Bagian I, Penerbit GEC, Jakarta 1995, Hal.: 37 – 40

7. http :// www. medicinenet.com/colon_cancer/article.htm. Colon Cancer

Information on Causes, Symptoms, Test to Detect of the Colon and Rectum,

Diakses 21 Juni 2008

8. http :// www.emedicine.com. Colon cancer. Diakses 21 Juni 2008

9. Casciato, Lowitz. Manual of Clinical Oncology. 2000

10. R. Sjamsuhidajat & Wim De Jong, Buku ajar ilmu bedah, Edisi revisi,

Penerbit EGC, Jakarta 1997, Hal.: 646 – 663

28

Page 29: Makalah 5 For

29