Makalah Agama Kerukunan Umat

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    1/21

    MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA

    DIBIMBING OLEH NURCHANIFAH, S.Pd.I, M.Pd.I

    Anggota Kelompok 5:

    Agung Pribadi W. 125061100111014

    Borneo Satria P. 125061100111044

    Evi handayani 125061100111004

    Triananda Maulana 125061100111034

    PROGAM STUDI TEKNIK KIMIA

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2012

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    2/21

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat

    menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Konsep Akhlak dalam Islam ini tepat

    pada waktunya.

    Ucapan terima kasih disampaikan :

    1. Ibu NURCHANIFAH, S.Pd.I, M.Pd.I selaku dosen pengajar

    2. Teman-teman yanag telah memberi gagasan menyelesaikan makalah ini.

    3. Pihak-pihak lain yang telah menyediakan media informasi yang berkaitan dengan

    Konsep kerukunan hidup antar umat beragama

    Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi baca umumnya dan khusuanya

    bagi penulis.

    Malang, Oktober 2012

    Penulis

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    3/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural karena terdiri dari

    berbagai macam suku bangsa, ras, bahasa, budaya maupun agama. Dalam makalah saya ini

    akan membicarakan tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang umumnya

    agama masyarakat Indonesia sangat beragam, yaitu terdiri dari dari agama islam, katolik,

    protestan, hindu, budha dan kong hu chu.

    Penyebab beraneka ragamnya agama yang di anut masyarakat Indonesia tidaklah

    lepas dari sejarah. Dimana Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia yang menyebabkan

    para pedagang yang singgah di berbagai wilayah pesisir di Indonesia mulai menetap danmengajarkan agama serta kebudayaan para pedagang tersebut kepada masyarakat Indonesia

    yang waktu itu belum beragama dan masih menganut kepercayaan animisme maupun

    dinamisme.

    Masuknya agama di Indonesia yang tidak merata ini menyebabkan terjadinya proses

    multikultural pada masyarakat Indonesia terutama dalam hal keagamaan. Dengan perbedaan

    agama yang dianut masyarakat Indonesia harus bisa hidup bertoleransi antar umat beragama

    karena apabila antar umat beragama saling bermusuhan maka akan terjadi konflik yang juga

    bisa merusak integrasi nasional bangsa Indonesia.

    1.2 Tujuan

    1. Untuk mengidentifikasi peranan Islam sebagai Agama rahmat bagi seluruh Alam

    2. Untuk memahami bagaimana Ukhwah Islamiyah

    3. Untuk memahami kebersamaan dalam pluralitas agama

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    4/21

    BAB II

    PERMASALAHAN

    2.1 Bagaimanakah peranan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam?

    Mendengar kata Negara Islam, yang terlintas dibenak banyak orang adalah betapa

    sadisnya hukum-hukum dunia yang diterpkan di agama Islam. Contohnya saja adlah

    hukuman rajam, potong tangan dan seterusnya.

    Ditambah lagi dengan gerakan-gerakan bidah yang berjihad tanpa ilmu, yang

    menambah rusaknya gambaran Islam di mata umat non-is lainnya. Yang akibatnya mereka

    mengira gerakan jihad identik dengan terorisme, perampokan, penjarahan, dan seterusnya.

    2.2 Bagaimanakah pengertian Ukhwah Islamiyah?

    Apabila kita peka terhadap keadaan Islam sekarang, banyak permasalahan Umat

    Islam akan mudah ditangani jika kita benar-benar mampu memahami kaidah Ukhuwah

    (persaudaraan) Islamiyah dan membina Ukhuwah Islamiyah yang sebenarnya.

    Bagaimana kita melaksanakan perintah Allah ini jika kita tidak saling mengenali

    antara satu sama lain? Dalam Islamiyah, terbinanya Ukhuwah Islamiyah mempunyai peranan

    yang penting sekali demi kejayaan dakwah.

    2.3 Bagaimanakah kebersamaan dalam pluralitas agama?

    Dalam Islam, Islam itu mengakui pluralitas, sebagaimana dalam QS. al-Hujurat dan

    ar-Ruum. Islam mengakui adanya perbedaan bangsa dan suku, etnis dan bahasa. Keragaman

    ini tidak bisa dihapus. Tapi Islam mampu mengatasi keragaman atau perbedaan ini. Yang

    pertama, Islam ditujukan bagi seluruh umat manusia. Ini menunjukkan bahwa syariat Allah

    adalah untuk seluruh umat manusia. Jadi tidak menyalahi aturan kalau Allah juga yang

    mengatur dan punya aturan terbaik. Kalau semua manusia di dunia ini mati, kembalinya juga

    kepada Allah.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    5/21

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Peranan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam

    Dewasa ini, Islampobia telah menjalar di masyarakat, bahkan orang-orang yang

    berstatus Muslim pun takut kalau hukum Islam diterapkan di Indonesia Raya ini. Padahal

    kalau kita mau melihat Islam dari sumbernya yang asli dari Quran dan Sunnah, dengan

    pemahaman generasi-generasi terbaik yang dipuji Allah dan Rasul-Nya, maka kita akan

    dapati Islam adalah rahmat dan kasih sayang untuk seluruh alam.

    Ibnu Abbas radliyallahu `anhu berkata tentang ayat ini:

    Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya

    rahmat di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-

    Nya, maka mereka pun mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari

    adzab di dunia, seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu.

    (Tafsir Ibnu Katsir 3/222)

    Oleh karena itu ketika malaikat Jibril datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa

    sallam dalam keadaan beliau terusir dari kaumnya, dilempari dengan batu di Thaif hingga

    berdarah kakinya, duduk di luar kota tanpa kawan, bermunajat kepada Allah. Malaikat itu

    berkata:

    Aku diutus Allah untuk mentaati perintah-Mu. Jika engkau menginginkan agar aku

    menimpakan gunung ini kepada mereka aku akan laksanakan. Maka Rasulullah shallallahu

    `alaihi wa sallam bersabda: Ya Allah, berilah hidayah pada mereka karena sesungguhnya

    mereka belum mengetahui. Melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berdoa seperti

    itu, Jibril mengatakan: Maha benar Allah yang menamakanmu raufur rahim. (Nurul

    Yaqin hal. 56)

    Seperti inilah Islam, inilah keadilan. Tidak akan didapati kebijaksanaan yang seperti

    ini dalam agama lain. Hanya saja orang-orang yang kurang paham dengan Islam dan para ahli

    bidah merusak gambaran yang indah ini dengan melanggarnya, atau dengan mengada-

    adakan aturan-aturan baru (bidah) dan kebijaksanaan-kebijaksanaan sendiri yang mereka

    anggap baik dengan emosi dan hawa nafsunya. Yang akhirnya justru merusak gambaran

    Islam dan membuat manusia takut kepadanya.

    3.1.1 Rahmat Islam dalam Perang

    Dalam peperangan, Agama Islam tidak lepas dari sifatnya sebagai rahmat bagi seluruh

    alam. Islam mengajarkan peraturan-peraturan dan hukum-hukum perang. Siapa yang bolehdibunuh dan siapa yang tidak. Bolehkah merusak jasad musuh atau tidak, dan seterusnya.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    6/21

    Setiap melepas suatu pasukan untuk berperang Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam selalu

    memberikan wasiat kepada mereka, yang berisi nasihat dan peraturan peperangan. Di

    dalamnya kita akan dapati rahmat dan kasih sayang. Simaklah wasiat beliau berikut ini:

    Diriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dari Aisyah radliyallahu

    `anha, ia berkata: Bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam jika mengutus

    seseorang komandan yang membawa sebuah pasukan besar atau kecil beliau mewasiatkan

    kepada pribadinya untuk bertakwa kepada Allah dan mewasiatkan untuk kaum muslimin

    dengan kebaikan.

    Kemudian bersabda:

    Berperanglah dengan nama Allah di jalan Allah! Perangilah orang yang kafir

    kepada Allah. Berperanglah tapi jangan mencuri rampasan perang, jangan ingkar janji,

    jangan merusak jasad musuh, jangan membunuh anak-anak. Jika kalian menemui musuhmudari kalangan musyrikin, maka ajaklah mereka kepada tiga perkara. Jika mereka menerima

    salah satunya, maka terimalah dan berhentilah (tidakmemerangi): Ajaklah kepada Islam.

    Kalau mereka mengikuti ajakanmu, maka terimalah dari mereka dan tahanlah peperangan.

    Ajaklah kepada Islam. Kalau mereka menyambut ajakanmu, maka terimalah dan ajaklah

    untuk pindah (hijrah) dari desa mereka ke tempat muhajirin (Madinah).

    Kalau mereka menolak, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka dianggap

    sebagai orang-orang arab gunung (nomaden) yang Muslim. Tidak ada bagi mereka bagian

    ghanimah (pampasan perang) sedikit pun kecuali jika mereka berjihad bersama kaum

    muslimin. Kalau mereka menolak (untuk masuk Islam) maka mintalah dari mereka untuk

    membayar jizyah (upeti) (sebagai orang-orang kafir yang dilindungi). Kalau mereka

    menolak, maka minta tolonglah kepada Allah untuk menghadapi mereka kemudian

    perangilah.

    Jika engkau mengepung penduduk suatu benteng, kemudian mereka menyerah ingin

    meminta jaminan Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah kau lakukan. Tetapi jadikanlah

    untuk mereka jaminanmu, karena jika kalian melanggar jaminan-jaminan kalian itu lebih

    ringan daripada kalian menyelisihi jaminan Allah. Dan jika mereka menginginkan engkau

    untuk mendudukkan mereka di atas hukum Allah, maka jangan kau lakukan. Tetapidudukkanlah mereka di atas hukummu karena engkau tidak tahu apakah engkau menepati

    hukum Allah pada mereka atau tidak. (HR. Muslim dalam Kitabul Jihad bab Tamirul Imam

    no. 1731)

    Di awal wasiatnya Beliau memperingatkan untuk jangan mencuri, jangan ingkar janji,

    jangan merusak jasad musuh, jangan membunuh anak-anak, dan seterusnya. Sebuah nasihat

    yang merupakan kasih sayang Islam kepada seluruh manusia walaupun terhadap orang kafir.

    Kemudian Beliau menganjurkan untuk memberikan pilihan kepada musuh. Apakah

    mereka akan masuk Islam atau membayar jizyah yang berarti mereka akan selamat; atau

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    7/21

    tidak mau memilih keduanya yang berarti perang. Ini merupakan kasih sayang yang sangat

    besar, memberikan kesempatan kepada musuh untuk selamat dunia dan akhirat. Kalau

    mereka memilih Islam berarti mereka selamat di dunia dan di akhirat. kalau memilih jizyah

    berarti selamat di dunia. Sedangkan kalau mereka tidak ingin selamat, maka barulah mereka

    diperangi.

    Selanjutnya Beliau menasihatkan dalam memberikan keputusan terhadap musuh tidak

    boleh mengatasnamakan Allah. Karena bisa jadi dia tidak tepat atau tidak mencocoki hukum

    Allah dalam memutuskan. Wanita juga termasuk pihak yang tidak boleh dibunuh dalam

    peperangan. Islam dengan rahmatnya tidakmembolehkan pembunuhan terhadap wanita.

    Pernah pada suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berjalan bersama

    pasukannya dalam suatu peperangan. Kemudian Beliau melihat orang-orang berkerumun

    pada sesuatu, maka beliau pun mengutus seseorang untuk melihatnya. Ternyata mereka

    mengerumuni seorang wanita yang terbunuh oleh pasukan terdepan. Waktu itu pasukanterdepan dipimpin oleh Khalid bin Walid. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam pun

    bersabda:

    Berangkatlah engkau menemui Khalid dan katakan kepadanya: Sesungguhnya

    Rasulullah melarang engkau untuk membunuh dzuriyah (wanita dan anak-anak, ed) dan

    pekerja / pegawai. (HR. Abu Dawud).

    Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

    Katakan pada Khalid jangan ia membunuh wanita dan pekerja. (HR. Ahmad, Ibnu

    Majah dan Ath-Thahawi. Lihat Ash-Shahihah oleh Syaikh Al-Albani 6 / 314).

    Dalam riwayat yang lebih shahih dikatakan:

    Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam melihat

    seorang wanita terbunuh dalam suatu peperangan. Maka beliau pun mengingkari

    pembunuhan wanita dan anak-anak. (Muttafaqun `alaihi)

    Dari riwayat-riwayat ini jelas bahwa wanita dan anak-anak tidak boleh dibunuh dalam

    peperangan. Sedangkan pegawai atau pekerja yang dimaksud adalah warga sipil yang tidak

    ikut dalam peperangan. Mereka ini juga tidak boleh dibunuh. Demikianlah peraturan Islam,

    betapa indahnya peraturan tersebut. Kaum muslimin sudah mengenal istilah warga sipil

    yang tidak boleh dibunuh sejak turunnya Al-Quran ribuan tahun yang lalu. Inilah kasih-

    sayang Islam yang datang sebagai rahmat bagi seluruh alam termasuk kepada musuhnya

    sekali pun.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    8/21

    3.1.2 Rahmat dalam Hukum Had

    Dalam hukum had dan qishas, kasih sayang Islam tidak pernah hilang. Di samping

    hukum itu sendiri memang membawa rahmat, penerapannya pun tidak sembarangan.

    Membutuhkan penyelidikan dan kepastian serta masih terkait dengan tuntutan korban atau

    maafnya.

    Seperti hukum qishas, hukum seorang yang membunuh adalah dibunuh pula. Hukum

    ini membawa rahmat kepada seluruh kaum muslimin yaitu keamanan dan ketentraman.

    Bahkan hukum yang sepintas terlihat akan membawa korban lebih banyak, ternyata bagi

    orang yang cerdas akan terlihat bahwa sesungguhnya hukum ini justru menjaga kehidupan.

    Allah berfirman :

    Sesungguhnya pada hukum qishash ada kehidupan bagi kalian wahai orang yang

    cerdas, semoga kalian bertakwa. (Al-Baqarah: 179)

    Namun hukum ini pun terkait dengan tuntutan keluarga korban. Jika mereka

    memaafkan maka tidak dilakukan hukum bunuh melainkan membayar diat, semacam uang

    denda atau tebusan senilai harga seratus ekor unta yang diberikan kepada keluarga korban. Ini

    pun merupakan rahmat dan keringanan dari Allah untuk mereka sebagaimana Allah katakan

    sendiri dalam ayat-Nya:

    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan

    orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba

    dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari

    saudaranya, hendaknya (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah

    (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik

    (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.

    Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (Al-

    Baqarah: 178)

    Ini pun kalau benar-benar terbukti ia membunuh dengan sengaja, kalau ternyata tidak

    sengaja maka tidak ada qishas yang ada adalah diat. Bahkan kalau keluarga korban akan

    menginfakkan tebusan tersebut kepada sipembunuh dan memaafkannya, berarti ia tidakperlu membayar diat.

    Walaupun yang dibunuh adalah seorang kafir muahad yang terikat perjanjian, tetap

    wajib bagi si pembunuh yang Muslim membayar diat kepada keluarga korban serta

    memerdekakan seorang budak. Tetapi tidak ada qishas baginya. Allah Subhanahu wa Ta`ala

    berfirman: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain)

    kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena

    tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar

    diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu) kecuali jika mereka (keluarga

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    9/21

    terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu padahal ia mukmin,

    (maka hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin.

    Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka

    dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

    keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa

    yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-

    turut sebagai cara bertaubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha

    Bijaksana. (An-Nisa: 92)

    Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri atau hukum cambuk (bagi penzina

    yang belum menikah) dan rajam (bagi penzina yang telah menikah) dan lain-lain merupakan

    kejahatan yang jika sudah sampai kasusnya kepada pemerintah maka harus ditegakkan

    hukum padanya. Inipun sesungguhnya merupakan rahmat bagi seluruh kaum muslimin

    bahkan seluruh manusia.

    Hukum potong tangan bagi pencuri -misalnya membawa keamanan dan ketenangan

    bagi seluruh rakyat. Hukum cambuk dan rajam bagi penzina membawa keselamatan bagi

    seluruh manusia dari berbagai penyakit-penyakit kelamin disamping menjaga keturunan dan

    nasab, agar tidak tercampur dan kacau.

    Hukum-hukum ini pun tidak begitu saja diterapkan, tetapi melalui proses dan aturan-

    aturan yang jelas. Seperti pada hukum potong tangan, tidak semua pencuri di potong

    tangannya. Jika ia mencuri di bawah tiga dirham, maka ia tidak dipotong tangannya. Berarti

    ada jumlah tertentu yang menyebabkan seorang pencuri mendapatkan hukuman potong

    tangan. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

    Jangan dipotong tangan seorang pencuri kecuali pada pencurian seperempat dinar ke

    atas. (muttafaqun alaihi. Dengan lafadh Muslim).

    Sedangkan dalam riwayat Bukhari dengan lafadh sebagai berikut:

    Dipotong tangan seorang pencuri pada pencurian seperempat dinar ke atas. (HR.

    Bukhari)

    Seperempat dinar adalah tiga dirham, karena satu dinar adalah duabelas dirham. Dalam

    riwayat lain dari Ibnu Umar yang juga dirkeluarkan oleh bukhari dan muslim disebutkan

    bahwa Rasulullah memotong tangan seorang pencuri yang mencuri sebuah tameng seharga

    tiga dirham:

    Dari Ibnu Umar radliyallahu `anhuma bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam

    memotong tangan pada pencurian sebuah tameng seharga tiga dirham. (Muttafaqun `alaihi)

    Seperti kita katakan tadi bahwa hukum ini dilaksanakan jika sudah sampai kasusnyapada pemerintah. Adapun jika belum sampai kasusnya pada pemerintah, maka dianjurkan

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    10/21

    untuk saling memaafkan dan tidak saling menuntut. Abu Majidah menceritakan: Pernah pada

    suatu hari aku duduk bersama Abdullah bin Masud radliyallahu `anhu, maka beliau pun

    berkata: Aku ingat orang pertama yang dipotong tangannya oleh Rasulullah shallallahu

    `alaihi wa sallam. Waktu itu didatangkan seorang pencuri kepada Rasulullah shallallahu

    `alaihi wa sallam. Lalu beliau pun memerintahkan untuk dipotong tangannya. Aku melihatwajah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sepertinya memendam kekecewaan. Maka

    para shahabat pun berkata: Wahai Rasulullah, sepertinya engkau tidak suka orang itu

    dipotong tangannya? Maka beliau pun bersabda:

    Apa yang menghalangiku untuk memotongnya? Kemudian beliau bersabda:

    Janganlah kalian menjadi pendukung-pendukung setan terhadap saudaramu!

    Sesungguhnya tidak pantas bagi seorang imam jika telah sampai kepadanya hukum had

    kecuali harus menegakkannya. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan cinta pada pemaaf.

    Maka saling memaafkanlah kalian dan saling memaklumi. Bukankah kalian suka kalau Allah

    mengampuni kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Baihaqi. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah oleh Syaikh Al-

    Albani rahimahullah 4 / 181).

    Demikianlah kasih sayang Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang diutus oleh

    Allah yang Maha Penyayang untuk menebarkan kasih sayang kepada seluruh alam.

    Kemudian mengenai hukum cambuk dan hukum rajam bagi para pezina.

    Pernah seorang pemuda datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam meminta ijin

    untuk berzina. Maka dengan sabar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menerangkan

    kepadanya cara berfikir yang benar:

    Bagaimana pendapatmu kalau itu terjadi pada ibumu? Anak itu menjawab: Ayah

    dan ibuku sebagai jaminan! aku tidak akan ridla. Bagaimana pendapatmu kalau itu

    terjadi pada istrimu? Anak muda itu menjawab: Ayah dan ibuku sebagai jaminan! aku

    tidak akan ridla. Demikian seterusnya Beliau menanyakan bagaimana kalau terjadi

    perzinaan itu pada keluarganya, anak perempuannya, kakak perempuannya, bibinya,

    ternyata dia tidak ridla. Maka beliaupun bersabda: Kalau begitu orang lain pun tidak ridla

    perzinaan itu terjadi pada ibu-ibu mereka, istri-istri mereka, anak-anak perempuan mereka,

    saudara-saudara perempuan mereka, atau pun bibi-bibi mereka.

    Inilah hikmah ditegakkannya hukum bagi para pezina dengan cambuk atau rajam.

    Menjaga istri-istri kita, anak-anak perempuan kita, ibu-ibu kita, saudara-saudara perempuan

    kita, bibi-bibi kita, dan seterusnya. Di samping itu juga penerapannya tidak sembarangan,

    harus didatangkan empat saksi untuk ditegakkannya hukum ini. Dan saksi-saksi itu harus

    mengetahui betul kejadiannya. Bahkan harus yakin betul kalau timba telah masuk ke dalam

    sumurnya. Adapun dugaan, prasangka, atau melihatnya berpelukan, berciuman dan lain-lain

    belum bisa diterima sebagai saksi sampai ia yakin betul bahwa timba telah masuk ke dalam

    sumurnya.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    11/21

    Empat saksi dalam keadaan yang seperti ini sangat susah didapat. Keadaan seperti ini

    tidak akan didapat kecuali pada beberapa kemungkinan:

    Kemungkinan pertama adalah seorang yang datang mengakui bahwa dirinya telah

    berzina. Ini pun Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berusaha untuk memberikan

    kesempatan kalau dia mau mencabut ucapannya kembali sebagaimana dalam riwayat berikut:

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu bahwa datang seseorang dari kaum

    Muslimin kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, sedang beliau berada di masjid.

    Orang itu memanggil Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan berkata:

    Wahai Rasulullah, aku telah berzina. Rasulullah pun memalingkan wajahnya.

    Kemudian orang itu bergeser ke hadapan muka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam

    sambil berkata kembali: Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina.

    Beliau pun berpaling kembali ke arah lain. Dan orang itu pun kembali mengikuti kehadapan muka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan mengucapkan kembali

    ucapannya, demikian sampai empat kali. Setelah empat kali orang itu mempersaksikan atas

    dirinya dengan zina, Rasulullah memanggilnya dan bersabda: Apakah engkau gila?

    Orang itu menjawab: Tidak. Beliau berkata lagi: Apakah engkau seorang yang

    muhsan ? Orang itu menjawab: Ya. Maka Nabi pun memerintahkan kepada kaum

    Muslimin: Pergilah kalian membawa orang ini dan rajamlah ia. (HR. Muttafaqun `alaih)

    Dalam riwayat Bukhari, orang tersebut ketika dirajam sempat lari. Yaitu pada saat

    mulai terasa batu-batu itu menyakiti tubuhnya.

    Namun orang-orang mengejarnya dan melanjutkan hukuman rajam sampai matinya.

    Ketika disampaikan kejadian larinya orang tersebut, Rasulullah bersabda:

    Tidakkah kalian biarkan orang itu lari. Barangkali orang itu bertaubat kepada Allah

    dan Allah menerima taubatnya. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: Mengapa kalian

    tidak membawanya kembali kemari. (HR. Abu Dawud)

    Oleh karena itu, Imam Syafii dan Imam Ahmad menyatakan:

    Bolehnya seorang yang sudah mengaku berzina mencabut kembali pernyataannya

    dan jika orang tersebut lari tidak dikejar, semoga dia mau ruju dan mencabut kembali

    ucapannya. Sekali lagi ini adalah khusus bagi yang datang mempersaksikan dirinya bahwa

    ia telah berzina. Inilah kasih sayang Islam kepada manusia. Tidak sekejam apa yang

    digambarkan oleh orang-orang kafir dan munafiqin

    Kemungkinan kedua adalah seorang yang sangat biadab, berzina di tempat terbuka dan

    menjadi tontonan manusia tanpa merasa malu apalagi merasa berdosa. Atau bahkan pemain

    dalam adegan-adegan porno didepan para penonton yang membayarnya. Sungguh fitrah kita

    pun ingin merajam orang yang seperti ini sebelum kita mengerti hukum rajam. Atau

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    12/21

    kemungkinan ketiga terbukti dengan kehamilan. Berkata Umar bin Khattab dalam

    khutbahnya:

    Sesungguhnya rajam itu adalah hak di dalam kitab Allah bagi orang yang berzina

    jika ia seorang yang muhsan, baik ia laki-laki maupun perempuan jika telah tegak bukti-

    bukti (saksi-saksi). Atau adanya kehamilan, atau ia mempersaksikan dirinya dengan zina.

    (Muttafaqun `alaih).

    3.1.3 Rahmat Kepada Hewan

    Kepada hewan sekali pun Islam tetap mengajarkan untuk memberikan kasih

    sayangnya.

    Dalam memelihara kita harus memberinya makan yang cukup. Dalam menunggangi

    kita dilarang memberikan beban yang terlalu berat. Dalam menyembelih kita harusmenggunakan pisau yang tajam dan di tempat yang langsung mematikan, yaitu di lehernya.

    Dan seterusnya.

    Pernah suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memasuki perkampungan

    kaum Anshar. Kemudian beliau masuk ke suatu tembok kebun salah seorang dari mereka.

    Tiba-tiba beliau melihat seekor unta yang kurus. Ketika melihat Rasulullah shallallahu `alaihi

    wa sallam, unta itu menangis, merintih dan meneteskan air mata. Maka beliau pun

    mendekatinya lalu mengusap perutnya sampai ke punuknya dan ekornya. Unta itu pun tenang

    kembali. Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

    Siapa penggembala unta ini? atau dalam riwayat lain beliau bersabda: Siapa

    pemilik unta ini?

    Maka datanglah seorang pemuda dari Anshar, kemudian berkata:

    Itu milikku ya Rasulullah.

    Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berkata:

    Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam memelihara ternak yang telah Allah

    berikan kepadamu itu? Sesungguhnya ia mengeluh kepadaku bahwa engkau melaparkan dan

    melelahkannya.

    Yakni beliau menegur si pemilik unta tersebut karena dia kurang dalam memberi

    makan, tetapi mempekerjakannya dengan beban yang terlalu berat. Maka beliau menegurnya

    dengan ucapan:

    Tidakkah kamu takut kepada Allah.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    13/21

    Ini mengandung ancaman bagi orang yang menyiksa hewan peliharaannya. Bukankah

    ini suatu rahmat dan kasih sayang yang besar.

    3.2 Pengertian Ukhwah Islamiyah

    3.2.1 Hakikat Ukhwah Islamiyah

    Ukhuwah Islamiyah ialah suatu ikatan yang mempunyai ciri-ciri berikut :

    1. Ia adalah nikmat Allah swt

    2. Umpama tali tasbih yang hanya diikat dengan taqwa

    3. Merupakan kehendak Rabbani

    4. Merupakan cermin kekuatan iman

    Berkenaan dengan usaha peningkatan Ukhuwah Islamiyah ini, adalah sesuatu yangmunasabah untuk kita meneliti tahapan-tahapan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah saw

    dan para sahabat dan selayaknya untuk dijadikan sebagai asas untuk kita berpijak dalam

    membina Ukhuwah Islamiyah di manapun kita berada.

    Program peneguhan ikatan Ukhuwah Islamiyah memerlukan proses yang panjang, bertahap

    dan berterusan.

    Setidak-tidaknya ada empat tahap yang mesti dilalui sebelum terciptanya Ukhuwah

    Islamiyah yang benar-benar kuat dan utuh.

    1) Tahap saling mengenal (TAARUF)

    Dalam tahap ini, seorang muslim tidak hanya mengenal begitu sahaja saudaranya; namun ia

    seharusnya pergi lebih jauh dan mencuba untuk mengenali :

    Penampilan saudaranya.

    Sifat-sifat (Syakhsiyah) saudaranya.

    Pemikiran saudaranya.

    Pengenalan dalam tahap ini mencakupi aspekjasadi(fizikal), fikri(pemikiran) dannafsi

    (kejiwaan).

    2) Tahap saling memahami (TAFAAHUM)

    Ini merupakan tahap yang penting kerana ia mencakupi berbagai proses penyatuan. Seperti

    juga dalam tahap pertama, ruang lingkup proses tafaahumini adalah lebih kurang sama.

    Perbezaannya terletak pada kekuatan pengenalan.

    Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahami :

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    14/21

    Kebiasaan saudaranya.

    Kesukaan saudaranya.

    Karakter saudaranya.

    Ciri khas individu.

    Cara berfikir saudaranya.

    Dengan yang demikian, perasaan-perasaan seperti tidak enak, tidak sesuai dan sebagainya

    dapat dihapuskan dalam rangka saling menasihati.

    Dalam tahap ini terdapat tiga bentuk proses penyatuan yang meliputi :

    A. Penyatuan hati (TALIFUL QULUB)

    Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam proses pembentukan ukhuwah

    kerana hati merupakan sumber setiap gerakan dan sikap seseorang dalam :

    1. Menilai.

    2. Memilih.

    3. Mengasingkan.

    4. Mencintai.

    5. Membenci.

    Apabila hati telah terpaut dan jiwa telah menyatu, barulah persaudaraan seseorang dengan

    yang lainnya akan berjalan lancer, bersih dan dipenuhi rasa kasih sayang.

    Hati manusia hanya mampu disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara kepada

    satu simpul ikatan yang fitrah dan simpul tali itu adalah aqidah.

    Inilah satu-satunya asas berpijak, bertemu dan menjadi pengikat yang utuh dan abadi.

    Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

    bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa

    Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu

    kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurangneraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan

    ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran : 103)

    B. Penyatuan pemikiran (TALIFUL AFKAR)

    Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sejiwa sepatutnya berhimpun bersama

    untuk mempelajari suatu sumber yang sama sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara

    berfikir) yang serupa.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    15/21

    Bahkan yang jauh lebih penting adalah bila berlaku perbezaan cara pandang, maka

    dengan titik mula cara berfikir yang sama akan dapat diselesaikan dengan segera sehingga

    mampu meningkatkan keberkesanan kerja.

    Ikatan Ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamik dalam menegakkan

    kalimah Allah swt.

    Untuk itu diperlukan tidak hanya sekadar hati yang ikhlas tetapi juga gagasan,

    pemikiran, konsep dan idealism yang cemerlang.

    Meskipun sekelompok individu telah saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun

    kerana terdapat perbezaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan taktik pun

    menjadi berserakan di mana akhirnya kerja akan membawa kepada kegagalan dan kekalahan.

    Oleh kerana itulah tahap penyatuan pemikiranini menjadi suatu kemestian dalammembentuk Ukhuwah Islamiyah.

    C. Penyatuan kerja (TALIFUL AMAL)

    Individu-individu yang telah berhimpun di atas tujuan dan pemikiran yang sama ini

    tidak boleh hanya berdiam diri sahaja atau bekerja sendiri-sendiri.

    Adalah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu yang diam atau tidak bergerak mempunyai

    kecenderungan untuk mendapat penyakit misalnya seperti air yang terkumpul dan tidak

    mengalir boleh menjadi sumber penyakit.

    Demikian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan memiliki

    setompok gagasan cemerlang akan menjadi penyakit apabila tidak ada langkah kerjanya.

    Oleh kerana itu sangat perlu adanya kerja yang nyata dalam berbagai bidang dan

    keahlian dan agar kerja itu berkesan, maka ianya hendaklah tersusun dalam suatu arus yang

    terarah.

    3) Tahap saling tolong menolong (TAAWUN)

    Dalam proses penyatuan kerja, adalah suatu yang mutlak diperlukan usaha tolong-

    menolong yang merupakan usaha lanjutan dari tahap tafaahum(saling memahami) pada

    tahap kedua di atas.

    Saling mengenal semata-mata tanpa diteruskan dengan saling memahami tidak akan

    mampu membentuk hubungan antara individu yang mampu tolong menolong, saling isi-

    mengisi dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada setiap individu.

    4) Tahap saling memikul beban (TAKAAFUL)

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    16/21

    Tahap ini merupakan akhir dari proses Ukhuwah Islamiyyah yaitu timbulnya rasa

    senasib dan sepenanggungan meliputi suka maupun duka dalam setiap langkah kerja. Apabila

    tahap takaaful ini terwujud, maka ikatan Ukhuwah Islamiyahpun terbentuk dengan utuh. Dari

    rangkuman di atas, kita dapat lihat bahwa usaha penyatuan peribadi-peribadi muslim dalam

    suatu amal Islami adalah merupakan perbuatan yang sia-sia jika tidak dimulai dengan tahapandan proses yang telah disebutkan itu.

    3.2.2 Kepentingan Ukhwah Islamiyah

    1. Di kalangan mereka sendiri, umat Islam ketika ini terpecah-pecah menjadi lebih 55

    negara di mana masing-masing bangga dengan negaranya sendiri. Seringkali negara-

    negara Islam sendiri tidak mempunyai perasaan damai antara satu dengan yang lain.

    Bahkan tidak jarang pula satu negara dengan yang lain terjadi peperangan kerana

    hanya satu masalah yang remeh misalnya batas wilayah.

    2. Umat Islam telah kehilangan satu kepimpinan dan akibatnya sering lemah dan tidakberdayA dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Ini dapat dilihat dengan jelas

    terhadap peristiwa pembantaian umat Islam yang berlaku di Palestin, Kashmir,

    Bosnia, Asia Tengah, India dan lain-lain.

    3. Hubungan di antara orang-orang Islam sendiri tidak begitu kemas di mana kita sering

    tidak memberikan hak kepada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya

    ikatan antara sesama muslim menjadi begitu lemah sekali kerana mereka hanya

    berbaik-baik jika ada keuntungan yang boleh diraih tapi jika tiada apa-apa manfaat

    keduniaan, maka agak sukar untuk mereka memikirkan akan nasib saudara mereka

    sendiri dalam Islam seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa di antara orang-orangIslam.

    3.3 Kebersamaan dalam pluralitas agama

    Sikap menghargai dan toleransi terhadap pemeluk agama lain adalah mutlak dan harus

    dijalankan. Kita harus mengakui bahwa Pluralitas memang harus ada dalam kehidupan ini

    agar tercipta masyarakat yang aman dan sejahtera. Namun bukan berarti kita beranggapan

    bahwa semua agama adalah sama, dalam arti tidak menganggap bahwa Tuhan yang kami

    sembah adalah Tuhan yang kalian sembah. Bagaimanakah seharusnya kita memahami hal

    ini?

    Al-Quran telah menyebutkan bahwa pluralitas (kemajemukan), yaitu keragaman

    keyakinan manusia, adalah rancangan Allah, atau hukum alam yang ada dan tidak akan

    hilang tanpa kehendakNya.

    Wa lau syaa'a rabbuka la'aamana man fil ardi kulluhum jami'aa, a fa anta tukrihunnaasa

    hattaa yakuunuu mu'miniin

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    17/21

    Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi

    seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-

    orang yang beriman semuanya? (QS. Yunus:99)

    Ayat di atas menerangkan bahwa jika Allah SWT. berkehendak agar seluruh manusia

    beriman kepada-Nya, maka hal itu akan terlaksana, karena hal itu adalah mudah bagi-Nya.

    Tetapi Dia tidak menghendaki hal itu. Dia berkehendak melaksanakan sunah-Nya di alam

    ciptaan-Nya ini, dan tidak seorang pun dapat merubahnya kecuali Dia sendiri yang

    menghendakinya. Di antara sunah-Nya itu ialah memberi manusia akal, pikiran dan perasaan

    yang membedakannya dengan malaikat dan makhluk-makhluk yang lain. Dengan akal,

    pikiran dan perasaannya itu manusia menjadi makhluk berbudaya, dapat membedakan mana

    yang baik dan mana yang buruk, baik untuk dirinya, untuk orang lain maupun untuk alam

    semesta ini. Kemudian manusia diberi balasan sesuai dengan perbuatan yang telah

    dilakukannya itu; perbuatan baik dibalas dengan pahala dan perbuatan jahat dan buruk

    dibalas dengan siksa.

    Wa maa kaana li nafsin an tu'mina illaa bi iznillaah, wa yaj'alur-rijsa 'alal-ladziina laa

    ya'qiluun

    Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah

    menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS.

    Yunus:100)

    Segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak Allah SWT. Tidak ada

    sesuatu pun yang terjadi di luar kehendak-Nya. Allah swt. menunjuki dan memudahkan

    seseorang beriman, bila orang itu mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat yang telah

    disampaikan kepada para Rasul-Nya dan Dia memandang hina dan mengazab setiap orang

    yang tidak mau memahami dan mengamalkan ayat-ayat-Nya.

    Wa anzalnaa ilaikal-kitaaba bil-haddi mushaddiqal limaa baina yadaihi minal kitaabi

    wa muhaiminan 'alaihi fahkum bainahum bimaa anzalallaahu wa laa tattabi' ahwaa'ahum

    'ammaa jaa'aka minal haqq, li kullin ja'alnaa minkum syir'ataw wa minhaajaa, wa lau

    syaa'allaahu la ja'alakum ummataw waahidataw wa laakil li yabluwakum fii maa aataakum

    fastabiqul khairaat, ilallaahi marji'ukum jamii'an fa yunabbi'ukum bimaa kuntum fiihi

    takhtalifun

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    18/21

    Dan Kami telah turunkan kepadamu Al quran dengan membawa kebenaran,

    membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah

    perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa

    nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap

    umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allahmenghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji

    kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

    Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa

    yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al-Maa'idah:48)

    Sekiranya Allah SWT. menghendaki, tentu Dia dapat menjadikan manusia hanya

    mempunyai satu syariat dan satu jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga

    dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan. Allah SWT. menghendaki

    manusia menjadi makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan

    berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadidewasa dst.

    Untuk itulah, Allah SWT. mengutus para Rasul untuk menjelaskan kepada manusia

    mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakukan. Manusia dengan akal, pikiran

    dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para

    Rasul itu. Tidak ada sesuatu paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya, apakah

    yang baik atau yang buruk. Islam tetap menghormati pilihan individu, mengakui kebebasan

    dalam mengambil pilihan pribadi sesuai dengan keyakinan masing-masing, yang masing-

    masing akan berbuah imbalan atau konsekuensi di akhirat nanti.

    Laa ikraaha fid-diin, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur bit-thaaguuti wa

    yu'mim billaahi fa qadistamsaka bil 'urwatil-wusqaa lanfishaama lahaa, wallaahu samii'un

    aliim

    Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan

    yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,

    maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan

    putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 256)

    Maha Bijaksana Allah yang telah menciptakan manusia, sang khalifah bumi, dengan

    hak istimewa berupa kebebasan untuk memilih sesuai dengan keyakinannya. Allah SWT.

    menghendaki dan memberikan syariat tersendiri kepada tiap-tiap umat untuk menguji sampai

    di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-

    Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya. Pada suatu waktu nanti,

    mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam

    Baqa. Di sanalah nanti Allah swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikatyang diperselisihkan mereka.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    19/21

    Fa li zaalika fad', wastaqim kamaa umirt, wa laa tattabi' ahwaa'ahum, wa qul aamantu

    bimaa anzalallaahu min kitaab, wa umirtu li a'dila bainakum, Allaahu rabbunaa wa

    rabbukum, lanaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum, laa hujjata bainanaa wa bainakum,

    Allaahu yajma'u bainanaa, wa ilaihil-mashiir.

    Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana

    diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: `Aku

    beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku

    adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan

    bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah

    mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).(Asy-Syuuraa:15)

    Begitulah Al-Quran memandang Pluralitas di antara umat manusia. Sepakat untuk

    saling berbeda tentang identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin),

    dengan batas yang jelas menyangkut akidah keimanan. Bersikap dewasa dalam perbedaan,

    dan saling menghormati pilihan. Akan tetapi, jangan sampai kita tergelincir ke dalam

    pemahaman yang salah bahwa semua agama adalah sama. Pasti ada satu pilihan terbaik, -

    pilihan yang diridhoi oleh Allah SWT di antara sekian banyak pilihan. Oleh karena itu

    seharusnya manusia menggunakan akalnya untuk memilih dan berlomba-lomba menuju jalanyang terbaik, berbuat kebaikan dan beramal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh

    Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw, syariat yang menggantikan syariat

    sebelumnya, untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    20/21

    BAB IV

    PENUTUP

    1.1 Kesimpulan

    Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa cara agar dapat menjadi

    rahmat bagi seluruh alam ialah :

    1. Menerapkan syariat Islam secara kffah dalam wadah Khilafah

    Islamiyah.

    2. Menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad.

    Jadi, terlepas dari kita mau menjalin Ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap

    kekal dan dakwah Islam akan terus berjalan, tetapi kita tidak boleh hidup tanpa

    Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah muncul sebagai penyangga kepada

    kekuatan aqidah dan merupakan nikmat yang Allah swt berikan di samping ianya juga

    adalah suatu kehendak Allah swt. Kita hanya mampu berusaha untuk sentiasa

    mempersatukan hati-hati kita, namun Allah jualah yang dapat memadukannya.

    Muslim dan Non Muslim harus diperlakukan sama sebagai warga negara Secara

    khusus malah yang wajib bagi muslim tidak wajib bagi non muslim, seperti

    membayar zakat, ini tidak wajib bagi yang beragama non Islam. Dalam kehidupan

    publik, warga non muslim mendapat perlakuan sama dengan yang muslim. Seperti

    keduanya berhak mendapat perlindungan keamanan, pendidika dan layanan kesehatan

    gratis. Jika seorang muslim tidak boleh diciderai jiwa dan kehormatannya serta

    diambil hartanya tanpa hak, maka begitu juga non muslim.

    1.2 Saran

    Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan

    masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling

    bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak

    langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.

    Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah

    dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang

    hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus

    mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:

    1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain

    2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi

    salahkan orangnya.

    3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang

    sedang beribadah.

    4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

  • 7/30/2019 Makalah Agama Kerukunan Umat

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Drs. M. Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta: Kota Kembang, 1991.

    A. Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2 : Muamalah dan Akhlaq,

    Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.

    Sumber: http://sherwintobing.com/2007/08/30/kerukunan-antar-umat-beragama-di-indonesia-

    mungkinkah/comment-page-1/ . Diakses tanggal 15 September 2012

    Sumber : http://www.misterguru.web.id/2011/08/pluralitas-agama-menurut-

    islam.html#ixzz26hcaa5t L. Diakses tanggal 15 September 2012

    Sumber : http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/14/islam-dan-pluralitas-agama/. Diakses

    tanggal 15 September 2012

    Sumber : http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/. Diakses tanggal 15September 2012

    http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/14/islam-dan-pluralitas-agama/http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/14/islam-dan-pluralitas-agama/http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/