45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila adalah ideologi sekaligus dasar negara Republik Indonesia. Pancasila mengandung semangat luhur dalam membangun bangsa Indonesia, membina toleransi antar umat beragama dan suku bangsa, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan. Pancasila merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain, karena setiap sila dalam pancasila mengandung nilai dari empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Realita yang terjadi sekarang, di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya telah melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh, dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia, sehingga bukan ideologi yang diciptakan oleh bangsa lain. 1

Makalah Bab II Dan Bab III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pancasila

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi sekaligus dasar negara Republik Indonesia. Pancasila mengandung semangat luhur dalam membangun bangsa Indonesia, membina toleransi antar umat beragama dan suku bangsa, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Pancasila merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain, karena setiap sila dalam pancasila mengandung nilai dari empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan.

Realita yang terjadi sekarang, di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya telah melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh, dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia, sehingga bukan ideologi yang diciptakan oleh bangsa lain. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peranan Ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat?2. Apa perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain yang ada di dunia?C. Tujuan

1. Mengetahui hakikat Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia2. Mengetahui peranan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

3. Mengetahui dan membandingkan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain yang ada di duniaBAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Ideologi PancasilaIdeologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, ciri-ciri dan logos yang berarti ilmu. Secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau paham. Pada hakekatnya dasar dan cita-cita itu dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan kerena ada cita-cita yang ingin dicapai.

Sebaliknya cita-cita ditetapkan berdasarkan suatu landasan, asas, atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian-pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita. Pancasila adalah istilah yang dipakai untuk nama Dasar Negara atau Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia tetapi Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan, dan nilai religiusitas yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk suatu negara. Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri sehingga bangsa Indonesia merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh pendiri bangsa kita, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa Indonesia, dan bukan mengambil budaya dan ideologi dari bangsa lain. Kristalisasi dari nilai-nilai historis yang dimiliki bangsa kita menjadi modal dalam memperkokoh pandangan hidup dan falsafah hidup sebagai bangsa yang memiliki jati diri dengan ciri-ciri khas, sifat dan karakter yang dapat dibedakan dengan bangsa lain. Istilah Pancasila sebenarnya sudah ada sejak jaman Majapahit abat XIV yaitu dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila di samping mempunyai arti berbatu sendi lima (kata PANCA berasal sari bahasa sanksekerta yang berarti lima). Ketuhanan YME berada di urutan pertama karena ketuhanan yang menjadi dasar utama di negara ini. Karena pancasila terdiri dr 5 nilai yang sudah ada dalam masyarakat sejak dulu, maka ketika perumusan Pancasila dibuat beberapa tokoh mengusulkan nilai-nilai tersebut. Para tokoh tersebut salah satunya adalah Ir. soekarno yang menyatakan bahwa ada 5 nilai yang beliau ajukan dan beliau sebut dengan Pancasila yang kemudian dapat diperas menjadi Trisila dan Trisila tersebut dapat diperas lagi menjadi Ekasila yaitu gotong royong. Kemudian usulan-usulan tersebut dimusyawarahkan dalam sidang PPKI. Namun terdapat suatu ketidaksepakatan karena adanya sila pertama pancasila, pro kontra antara golongan islam dan golongan nasionalis. Tetapi pada akhirnya ditetapkan juga sila pertama yaitu ketuhanan YME dan dicantumkan dalam UUD '45 karena merupakan dasar filosofi negara RI, meskipun sila pertama tersebut berbeda dengan yang tercantum dalam piagam Jakarta. Sila ketuhanan YME dipilih sebagai dasar bahwa RI merupakan negara yg mengakui adanya Tuhan YME (monotheisme) dan menghargai kebebasan beragama yang tidak menyalahi aturan yg berlaku.

Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang ada pada pita yang dicengkram oleh burung garuda, berasal dari Kitab Negarakertagama yang dikarang oleh Empu Prapanca pada zaman kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada satu kalimat yang termuat mengandung istilah "Bhinneka Tunggal Ika", yang kalimatnya seperti ini: "Bhinneka tunggal Ika, tanhana dharma mangrwa. " Sedangkan istilah Pancasila dimuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular yang berisikan sejarah kerajaan bersaudara Singhasari dan Majapahit. Istilah Pancasila ini muncul sebagai Pancasila Karma, yang isinya berupa lima larangan sebagai berikut:

1. Melakukan tindak kekerasan

2. Mencuri

3. Berjiwa dengki

4. Berbohong

5. Mabuk

Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:

1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab3. Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia

4. Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dari bahasa sansekerta, juga mempunyai arti lima pelaksanaan kesusilaan (Pancasila Karma), yaitu:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan.

2. Tidak boleh mencuri.

3. Tidak boleh berjiwa dengki.

4. Tidak boleh bohong.

5. Tidak boleh mabuk minuman keras. Perjalanan sejarah lahirnya Pancasila memang tidaklah mudah. Jepang yang harus menerima kekalahan dari sekutu telah menjanjikan kepada pejuang Indonesia sebuah kemerdekan. Dan pada tanggal 29 april 1945 jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang Ketuanya adalah dr. Radjiman Wedyodiningrat didampingi 2 wakil ketua, dan jumlah anggotanya 60 orang, yang telah melaksanakan 2 kali persidangan, yaitu masa sidang pertama mulai tanggal 29 mei 1945 s/d 1 juni 1945, dan masa sidang kedua mulai tanggal 10 juli 1945 s/d 17 juli 1945. Pada sidang pertama itu ada 3 tokoh sentral yang memiliki pandangan ideologis yang menyampaikan pandangan mereka terkait dasar negara Indonesia. Mereka adalah Mr. Moh. Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno Pada masa sidang pertama tanggal 29 Mei 1945 Mr. Moh. Yamin mengatakan dalam pidatonya 5 azas atau dasar untuk Indonesia dengan tinjauan berdasarkan Histori-Kultural artinya tinjauan atau pendekatan azas/dasar negara berdasarkan sejarah dan kebudayan bangsa Indonesia berabad-abad lamanya. Tanggal 31 mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan pidato tentang dasar negara Indonesia merdeka dari segi sosiologi dan politik, artinya bagaimana struktur asli masyarakat Indonesia itu sendiri, bagaimana struktur masyarakat, pemerintahan, kekuasaan, kedaulatan yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang asli. Beliau juga mengemukakan syarat-syarat berdirinya Negara (daerah, warga Negara, dan pemerintah yang berdaulat menurut hukum internasional). Tentang persoalan hubungan antara agama dengan negara, apakah republik atau monarki. Istilah Pancasila diangkat kembali kepermukaan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada akhir masa persidangan pertama yaitu pada tanggal 1 Juni 1945, dalam pidatonya beliau mengemukakan tentang dasar negara merdeka dengan peninjauan dari segi politik dan praktis, artinya ditekankan pada segi politik tetapi yang sudah diterima atau dipahami orang. Mengenai dasar Indonesia merdeka atau falsafah Negara (Filosfisehegrondslag Weltanschauung) Ir. Soekarno mengusulkan lima prinsip dasar, yaitu:

1) Kebangsaan Indonesia,

2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan,

3) Mufakat atau Demokrasi,

4) Kesejahteraan Sosial,

5) Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Setelah masa sidang pertama selesai maka dibentuk panitia kecil dengan ketuanya adalah Ir. Soekarno, terdiri dari 8 orang, yang bertugas menampung dan membahas semua usul yang masuk dalam sidang pertama tentang dasar negara. Atas inisiatif Soekarno, panitia 8 orang ini mengundang anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta untuk mengadakan pertemuan untuk membahas dasar negara Indonesia. Jumlah keseluruhan yang hadir pada pertemuan itu adalah 38 orang (disebut Panitia 38), dari hasil pertemuan ini, dan atas inisiatif Ir. Soekarno dibentuk panitia kecil yang berjumlah 9 orang. Tugas panitia 9 adalah merumuskan dasar negara Indonesia merdeka. Hasi Panitia 9 ini adalah suatu naskah yang diberi nama Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Didalam Piagam Jakarta ini terdapat 5 dasar negara Indonesia merdeka, yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya;

2) Kemanusian yang adil dan beradab;

3) Persatuan Indonesia;

4)Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada awal sidang kedua Ir. Soekarno berdasarkan permintaan Ketua BPUPKI, Radjiman, telah menyampaikan perkembangan dan usaha panitia 8 yaitu adanya Panitia 38, kemudian dibentuknya Panitia 9 yang hasilnya adalah rumusan yang dinamai Piagam Jakarta 22 juni 1945. Dalam masa sidang kedua ini telah berhasil di bentuk 3 Panitia yaitu:

1) Panitia Perancang UUD, Ketuanya Ir. Soekarno,

2) Panitia Perekonomian dan Keuangan, Ketuanya Moh. Hatta,

3) Panitia Pembela Tanah Air, Ketuanya Abikusno Tjokrosujoso.Panitia Perancang UUD dalam rapat pada tanggal 11 Juli 1945 dibawah pimpinan Ketua Soekarno telah membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari Ketua : Supomo, Anggota: Wongsonegoro, Subardjo, Maramis, Singgih, Agus Salim dan Sukiman. Tugas Panitia Kecil ini adalah merancang UUD dengan memperhatikan pendapat-pendapat yang dikemukakan baik dalam pandangan umum di rapat pleno maupun dalam Rapat Panitia Perancang UUD.Untuk melanjutukan pekerjaan BPUPKI maka pada awal bulan agustus 1945, Pemerintah Jepang di Tokyo membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang terdiri atas Ketua: Ir. Soekarno, Wakil Ketua: Moh. Hatta, dan Anggota: 19 Orang. Akhirnya dengan perjuangan yang melelahkan rakyat Indonesia bisa mendapatkan kemerdekaan yang di Prokamasikan pada tanggal 17 agustus 1945. Sehari setelah kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan, PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai UUD Indonesia sekaligus Pancasila sebagai ideologi negara. Namun satu hal yang perlu dikemukakan ialah catatan sejarah menunjukan bahwa setelah selesai Proklamasi 17 Agustus 1945 telah datang utusan golongan minoritas kepada Ir. Soekarno dan Moh. Hatta yang menyampaikan keberatannya terhadap anak kalimat dalam sila-1 yaitu dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya dan Presiden Republik Indonesia ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam. Untuk membahas usul golongan minoritas tersebut, maka Moh. Hatta bersama K.H. A. Wahid Hasyim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, H. Teuku Mohamad Hasan, dan Kasman Singodimedjo mengadakan rapat menjelang pembukaan sidang PPKI 18 Agustus 1945. Dalam rapat tersebut disepakati anak kalimat yang terdiri dari 7 kata dalam sila-1 dan kata yang beragama Islam dalam kalimat Presiden RI orang Indonesia asli di hilangkan. B. Sejarah Lahirnya Pancasila Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila yang terdiri dari dua suku kata, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sehingga pancasila secara bahasa berarti lima dasar. Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib ditaati dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia untuk menuju kehidupan yang sejahtera, tenteram, aman, dan sentosa. Pancasila :

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara jo Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah Perjanjian Luhur bangsa Indonesia.

Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam perjalanan ketata negaraan Indonesia dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila.BAB IIIPEMBAHASAN

1Peranan Ideologi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

Sebagaimana diuraikan di muka, ideologi mengandung nilai-nilai dasar, norma-norma dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Oleh karena itu, ideologi memiliki peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. a. Sebagai Dasar

Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fondasi di atas semua kegiatan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara dibangun dan dasar tersebut umumnya berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu sendiri (dimensi realitas).

b. Sebagai Pengarah

Artinya sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah untuk mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang (dimensi normalitas). Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah dan pengendali di dalam setiap gerak tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah ditunjukkannya pada kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Sebagai Tujuan

Artinya semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional akan memberikan motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan bangsa secara adil dan seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (dimensi idealitas).

2 Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lainnya

a. Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila : memandang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Monodualisme ini adalah kodrati, maka manusia tidak dapat hidup sendirian, ia selalu membutuhkan yang lain. Menurut konsep Pancasila, yakni manusia dalam hidup saling tergantung antar manusia, saling menerina dan memberi antarmanusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Saling tergantung dan saling memberi merupakan pasangan pokok dan ciri khas persatuan serta menjadi inti isi dari nilai kekeluargaan. Ideologi Pancasila, baik setiap silanya maupun paduan dari kelima sila-silanya, mengajarkan dan menerapkan sekaligus mengehendaki persatuan. Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali atau dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bung Karno, 1 Juni 1945). Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia. Nilai ini berfungsi sebagai kekuatan mental, spiritual, dan landasan etik dalam ketahanan nasional, maka atheisme tidak berhak hidup di bumi Indonesia dalam kerukunan dan kedamaian hidup beragama.

Sila Kemanusioann Yang Adil dan Beradab, tersimpul nilai satu derajat, sama kewajiban dan hak, saling mencintai, hormat menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi dan nilai gotong royong.

Sila Persatuan Indonesia. mengandung nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara.

Sila kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat (demokrasi) yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar. Nilai ini mengutamakan kepentingan Negara / bangsa dengan tetap menghargai kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat dan menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai kebenaran dan keadilan.Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai sikap adil, menghormati hak orang dan sikap gotong royong, yang menjamin kemakmnuran masyarakat secara menyeluruh dan adil.

b. Ideologi Liberal :

Ideologi liberal memandang bahwa sejak manusia dilahirkan bebas dan dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, yaitu hak hidup, hak kebebasan, hak kesamaan, dan hak kebahagiaan, maka nilai kebebasan itulah yang utama. Metode berfikir ideologi ini ialah liberalistik yang berwatak individualistik. Aliran pikiran perseorangan atau individualistik diajarkan oleh Thomas Hoobbes, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J. Laski. Aliran pikiran ini mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hokum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang (individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurutnya kepentingan harkat dan martabat manusia (individu) dijunjung tinggi, sehingga masyarakat merupakan jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak dan kebebasan orang seorang hanya dibatasi oleh hak yang sama dimiliki orang lain bukan oleh kepentingan masyarakat seluruhnya. Faham liberalisme mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individual secara mutlak yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan material yang melimpah dan dicapai dengan bebas.

c. Ideologi Komunis :

Ideologi Komunistik mendasarkan diri pada premis bahwa semua materi berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses dialetik. Ciri konsep dialetik tentang manusia, yaitu tidak terdapat sifat permanen pada diri manusia, namun ada keteraturan ialah kontradiksi terhadap lingkungan selalu menghasilkan perkembangan dialetik dari manusia, maka sejarah pun berkembang secara dialetik. Sehubungan dengan itu, metode berpikirnya materialisme dialetik dan jika diterapkan pada sejarah dan kehidupan sosial disebut materialisme-historik. Aliran pikiran golongan (das theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels, dan Lenin bermula merupakan kritik Karl Marx atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran pikiran golongan (das theory) beranggapan bahwa negara ialah susunan golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) lain. Kelas ekonomi kuat menindas ekonomi lemah, golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum golongan karya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara. Aliran pikiran ini sangat menonjolkan adanya kelas/revolusi dan perebutan kekuasaan negara. Pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, dengan pikiran Lenin terutama dalam pengorganisasian dan operasionalisasinya menjadi landasaan paham komunis.

d. Liberalisme

Tampilnya ideologi liberalisme dilatarbelakangi oleh situasi di Eropa sebelum abad ke-18 yang diwarnai oleh perang agama, feodalisme, dominasi kelompok aristokrasi, dan bentuk pemerintahan yang bercorak monarki absolut. Dalam situasi demikian, ide-ide liberal yang mencerminkan aspirasi kelas menengah (terdiri atas kelompok industrialis dan pedagang) mulai diterima. Selanjutnya, dengan dukungan pemikir-pemikir liberal klasik seperti John Locke, J.S. Mill, Herbert Spencer, Adam Smith, dan David Hume, ide-ide liberal tersebut mulai tersistematisasi dan mewujud dalam pemikiran ekonomi, politik maupun sosial, dan akhirnya, perkembangan liberalism sebagai ideologi politik, semakin mantap seiring dengan terjadinya Revolusi Inggris (1688), Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789). Ketiga Revolusi tersebut mengukuhkan dua prinsip hukum yang mendasari politik liberal, yaitu pernyataan tentang hak asasi manusia (HAM), dan adanya konstitusi yang menetapkan tatanan politik. Di tingkat praksis, kedua prinsip tersebut menjiwai pedoman-pedoman dalam kehidupan bernegara. Pedoman-pedoman tersebut antara lain ialah

(1) adanya hukum yang tidak memihak dan berlaku umum (tidak ada keistimewaan bagi kelompok ningrat, agamawan, atau golongan terpandang lainnya) dan

(2) hukum dibuat untuk menjamin sebesar mungkin hak yang sama bagi tiap individu agar mereka dapat mengejar tujuan hidupnya (Eatwell dan Wright (ed.), 2001: 33). Baik prinsip hukum maupun pedoman dalam tatanan politik tersebut dengan tegas membuat perbedaan antara negara dan masyarakat sipil. Negara tidak lagi diperkenankan untuk mengambil alih inisiatif individu. Capaian dalam hal ini tentu saja terkait erat dengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi liberalisme, yaitu individualisme, kebebasan, keadilan dan kesetaraan, serta utilitarianisme (Vincent 1995: 321, 50, dan Heywood, 1998:2728).

1) Individualisme

Individualisme merupakan inti pemikiran liberal yang menjiwai seluruh basis moral, ekonomi, politik, dan budaya. Individualisme sendiri dapat didefinisikan sebagai pemikiran yang menjunjung keberadaan individu, dan masyarakat hanya dipandang sebagai sekumpulan individu semata.

2) Kebebasan

Kebebasan dalam liberalisme dipandang sebagai hak yang dimiliki tiap orang (Heywood, 1998:29). Hak ini yang memungkinkan tiap individu mendapat kesempatan yang sama untuk mengejar kepentingannya. Dari perspektif liberalisme, kebebasan tidak hanya dipandang sebagai hak melainkan juga sebagai kondisi yang memungkinkan tiap-tiap individu dapat mengembangkan bakat dan keterampilannya. Pemikiran Liberalisme klasik memberi tempat kepada kebebasan negatif, yaitu tidak adanya batasan-batasan eksternal terhadap individu sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan kehendaknya. Tetapi dalam pemikiran liberalisme modern ditekankan bahwa terhadap kebebasan individu haruslah seminimal mungkin untuk mencegah kerugian di pihak lain. Pengertian ini kemudian dikenal dengan kebebasan positif.

3) Keadilan dan kesetaraan

Nilai keadilan yang dijunjung kaum liberal dilandasi oleh komitmen terhadap nilai kesetaraan. Tekanan liberalisme di sini adalah keyakinan bahwa secara universal manusia memiliki hak yang sama, dan secara moral kedudukan manusia adalah setara. Dengan demikian, tiap-tiap individu memiliki hak dan kesempatan yang setara untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya. Walaupun tiap orang terlahir dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, berkat kerja keras mereka akan mendapat reward. Tiap individu yang bekerja keras mengembangkan kemampuannya berhak untuk mengakumulasi kekayaan. Oleh sebab itu, menurut kaum liberal, kesetaraan kesempatan harus terbuka bagi tiap individu agar mereka dapat menikmati hak-hak dan penghormatan yang sama. Kaum liberal tidak melihat bahwa ide kesetaraan kesempatan akan mengarah pada ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.4) Utilitarianisme

Prinsip utilitas atau manfaat adalah prinsip yang memungkinkan tiap-tiap individu dapat mengkalkulasi apa yang secara moral baik dengan menjumlahkan keuntungan/kenikmatan yang diperoleh dari setiap aspek tindakan yang dipilih. Di tingkat masyarakat pun, prinsip ini dapat dijadikan pedoman untuk pengambilan keputusan yang menguntungkan masyarakat banyak, yang kemudian dikenal sebagai prinsip the greatest happiness for the greatest number. Pandangan utilitarianisme ini berakar dari keyakinan bahwa tindakan individu selalu termotivasi oleh kepentingankepentingan pribadi yang dapat didefinisikan sebagai keinginan untuk mendapatkan keuntungan/kenikmatan dengan menghindari hal-hal yang merugikan. Dengan demikian, pilihan tindakan individu selalu didasarkan pada perhitungan jumlah keuntungan yang diperoleh ketimbang kerugiannya. Inilah yang dimaksud dengan prinsip utilitas. Liberalisme dapat dikatakan sebagai ideologi yang begitu menyatu dalam kehidupan masyarakat Barat, namun tidak lepas dari kritik. Pada abad ke-20, bahkan hingga awal abad ke-21 ini, telah banyak pihak yang mulai mempertanyakan prinsip-prinsip dasar liberalisme klasik seiring dengan munculnya dampak industri modern. Hal ini disebabkan kelompok liberal terlalu membesar-besarkan nilai kebebasan dan kesetaraan kesempatan bagi individu, sementara dalam realitas, kesempatan dalam bentuk peluang kerja tidak tersedia secara merata di masyarakat. Sebagai upaya untuk menanggapi tantangan terhadap liberalisme klasik tersebut, dikembangkanlah liberalism modern yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat modern oleh tokohtokoh seperti T.H. Green, L.T. Hobhouse, J.M. Keynes, John Rawls, dan Robert Nozick.

e. Sosialisme

Sosialisme sebagai ideologi politik lahir pada abad ke-19. Ideologi ini berkembang sebagai reaksi terhadap kehidupan sosialekonomi yang dibangun di bawah sistem kapitalisme Eropa pada masa itu. Industrialisasi dan penerapan doktrin laissez faire yang dipraktikkan oleh negara-negara kapitalis Eropa telah melahirkan kelas buruh yang hidup miskin. Sementara itu, belum ada undang-undang yang mengatur tentang upah, jam kerja, dan perlindungan terhadap buruh, anak, dan perempuan. Pendek kata, buruh bekerja dalam kondisi pabrik-pabrik yang tidak manusiawi. Tekanan terhadap buruh semakin meningkat dengan adanya ancaman pengangguran di mana-mana. Kelas buruh yang baru tumbuh ini pun belum memiliki orientasi untuk menghadapi para majikan yang sangat berkuasa dalam menentukan tingkat upah maupun kondisi pabrik. Baru pada akhir abad ke-19 sosialisme berhasil ditransformasikan ke dalam serikat-serikat pekerja dan partai buruh. Kedua kelompok ini berhasil menekan para pengusaha sehingga terjadi perbaikan-perbaikan kondisi kehidupan kelas buruh. Sosialisme yang lahir di abad ke-19 ini sangat beragam karena di dalamnya terdapat buah pemikiran tokoh-tokoh seperti Owen, Saint Simon, Fourier, Proudhon, dan Karl Marx. Pemikiran mereka berbeda satu sama lain, namun terdapat beberapa nilai dasar yang melandasinya (Heywood, 1998: 106113).1) Komunitas

Sosialisme melihat realitas manusia sebagai makhluk sosial yang mampu menangani masalah-masalah sosialekonomi dengan kekuatan komunitas. Manusia dengan manusia lainnya merupakan camerad, saudara yang terikat oleh ikatan kemanusiaan. Oleh sebab itu, ikatan-ikatan sosial seperti kelas, bangsa, dan sebagainya merupakan entitas politik yang sangat bermakna.

2) Kooperasi

Kelompok sosialis meyakini bahwa hubungan yang alami antarmanusia adalah hubungan kooperasi, bukan hubungan kompetisi. Ini berbeda dengan pandangan kelompok liberal yang melihat kompetisi sebagai hal yang alami karena manusia secara alami mementingkan diri sendiri sehingga kompetisi dianggap sehat karena mendorong orang bekerja keras guna mengembangkan seluruh kemampuannya.

3) Kesetaraan

Kelompok sosialis melihat bahwa dalam kapitalisme yang dibangun oleh ekonomi yang liberal terlalu menekankan kompetisi dan kepentingan diri yang berdampak pada ketidaksetaraan yang dialami manusia yang terefleksikan dalam struktur masyarakat yang tidak setara pula. Ketidaksetaraan itu dipandang sebagai wujud dari perlakuan yang tidak setara di masyarakat dan bukan karena sesuatu yang alamiah. Dikatakan demikian karena kelompok sosialis tidak meyakini bahwa semua individu memiliki kapasitas dan keterampilan. Oleh sebab itu, sosialisme menekankan adanya kesetaraan sosial sebagai jaminan bagi tiap orang untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya.

4) Kebutuhan dan keadilan

Nilai kesetaraan sosial dalam sosialisme terkait erat dengan teori tentang distribusi kekayaan (reward) yang bercorak material di masyarakat. Jika liberalisme menetapkan reward didistribusikan sesuai dengan kemampuan individu, maka sosialisme lebih menekankan distribusi reward tersebut berdasarkan kebutuhan. Menurut kelompok sosialis, kebutuhan-kebutuhan (needs) berbeda dengan keinginan (want atau preference). Kebutuhan mencakup hal-hal pokok serta menuntut keharusan untuk segera dipenuhi (ini sering disebut kebutuhan pokok). Hal ini berbeda dengan keinginan yang diartikan sebagai keinginan personal dan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Kebutuhan pokok bersifat objektif dan universal serta dibutuhkan oleh tiap orang tanpa memandang bangsa. Kriteria kebutuhan pokok ini yang kemudian menjadi basis bagi prinsip keadilan.

5) Kepemilikan bersama atas sarana-sarana produksi

Kelompok sosialis melihat bahwa akar kompetisi dan ketidaksetaraan adalah harta milik pribadi berupa harta produktif atau kapital. Kelompok sosialis memiliki pandangan, yakni yang berikut:

(1) Harta/kekayaan berasal dari tenaga manusia yang diupayakan secara kolektif

(2) Harta milik pribadi melahirkan ketamakan dan sifat materialistis.

(3) Harta milik pribadi dapat menimbulkan konflik antara pengusaha dan pekerja, serta antara orang kaya dan yang miskin.

Dari perspektif sejarah terlihat bahwa sosialisme merupakan ideologi politik yang diadopsi oleh banyak kelompok atau negara, dari kelompok komunis revolusioner di era Uni Soviet, kelompok nasionalis di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, rejim fasis di Italia dan Jerman (sebelum P.D. II) hingga kelompok sosial demokrat di Eropa Barat. Namun demikian, sosialisme dan komunisme (terutama) tak luput dari kritik, khususnya mengenai kedudukan individu, hak milik pribadi, dan kontrol pemerintah dalam bidang ekonomi.

f. Fasisme dan NazismeBerakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1918 menimbulkan tragedi bagi Eropa dan dunia. Bagi negara-negara yang kalah perang, kenyataan ini tentu lebih menyakitkan lagi. Jerman misalnya, harus menerima isi Perjanjian Perdamaian Versaille (1919) yang isinya antara lain kedaulatan Jerman dikendalikan oleh Tentara Pendudukan Sekutu. Dalam situasi negara yang kacau setelah perang, di mana korban-korban sipil berjatuhan, dan kemiskinan yang merajalela, fasisme dan nazisme ditawarkan sebagai ideologi maupun gerakan yang mampu membangkitkan kembali kemakmuran, kehormatan dam kejayaan suatu negara bangsa.6 Istilah fasisme dikumandangkan pertama kali pada tahun 1919, pada saat berdirinya gerakan Fasis di Italia. Selanjutnya, sebagai sebuah ideologi, fasisme mengacu pada ideologi yang diterapkan Mussolini di Italia pada tahun 19221939. Fasisme dan nazisme memiliki beberapa kesamaan konsep dasar sehingga nazisme sering disebut sebagai fasisme varian Jerman. Nazisme berasal dari kata Nazi singkatan dari Nationalsozialistische yang menjadi ideologi Partai NSDAP (Nationalsozialstische Deutsche Arbeiter Partei atau Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman). NSDAP menjadi terkenal berkat kemampuan pidato-pidato Hitler. Bagi kaum Nazi, buku tulisan Hitler, Mein Kampf (Perjuanganku) mrupakan buku yang wajib dibaca (Marbun, 1983:44-46). Nazisme diadopsi di Jerman antara tahun 19331938. Secara umum, fasisme dan nazisme bertitik tolak dari konsep-konsep dasar tentang :

(1) superioritas ras,

(2) elit dan kepemimpinan yang karismatik,

(3) negara totaliter,

(4) nasionalisme,

(5) sosialisme, dan

(6) militerisme

(Hayes, 1973:19).

Pertama, konsep superioritas ras ini pada umumnya digunakan negara-negara industri di Eropa Barat menjelang PD I untuk menemukan wilayah dan pasar di luar negeri. Di antara negara-negara itu, Jerman dan Inggris menggunakan teori keunggulan ras untuk menyembunyikan tujuan ekonomi-politik mereka. Ide atau konsep keunggulan ras selanjutnya mendorong pemikiran-pemikiran atau konsep negara unggul, yang ide-idenya ditopang oleh teori geografi politik seperti teori MacKinder, Ratzel, dan Karl Haushoffer.

Kedua, konsep elit dan pemimpin yang karismatik yang lahir dari situasi masyarakat yang dilanda kahancuran dan ketidakpastian sosial-ekonomi. Dalam situasi seperti ini, masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu mengangkat harga diri bangsa dan memberi harapan. Mussolini maupun Hitler mampu menarik dukungan massa karena keduanya mampu memberi harapan dengan mempropagandakan bahwa bangsa mereka adalah bangsa elit yang ditakdirkan menguasai Eropa dan dunia.

Ketiga, konsep negara totaliter yang tidak mengenal demokrasi dan lebih menekankan negara totaliter. Dalam negara model ini, kemajemukan bangsa ditiadakan dan negara mengontrol media massa, mengawasi serikat pekerja dan melarang partai politik oposisi.

Keempat, konsep nasionalisme yang merupakan ide yang sangat berpengaruh dalam fasisme dan nazisme karena nantinya gerakan fasisme dan nazisme selalu berupa gerakan nasionalis. Hal ini dapat dilihat dari gerakan fasis dan nazi di Italia dan di Jerman. Kedua negara fasis ini meyakini adanya keharusan untuk membuat kebijakan-kebijakan luar negeri yang agresif. Namun demikian, nasionalisme yang dianut kaum fasis adalah dalam bentuk yang radikal yaitu chauvinisme, seperti terlihat dari ajaran tentang keharusan negara untuk melakukan aneksasi serta memegang teguh machtpolitik (politik berdasarkan kekuasaan).

Kelima, konsep sosialisme yang terkandung dalam fasisme namun tidak mengacu pada Marxisme melainkan pada pemikiran-pemikiran tentang pemerataan ekonomi. Adapun tujuan ekonomi ini difokuskan untuk mendorong kemampuan ekonomi seluruh unsur bangsa agar menjadi bangsa unggul. Pada umumnya, sosialisme di negara-negara fasis mengijinkan usahausaha kelompok swasta tetapi negara tetap menguasai bidang-bidang tertentu seperti transportasi.

Keenam, konsep militerisme yang menghendaki peran militer yang dominan, seiring dengan konsep tentang negara totaliter di mana negara mendominasi seluruh kehidupan warga negara. Militer merupakan organ negara yang berperan penting dalam menjalankan kekuasaan negara. Hal ini dapat dilihat dari organ-organ SS (Schutzstaffel), organ partai NSDAP Jerman yang bertugas mengontrol kehidupan warga. Fasisme dan nazisme kehilangan dukungan massa seiring dengan berakhirnya PD II, setelah Jerman dan Italia kalah perang. Selain itu, kemampuan negara-negara Eropa Barat membangun diri menjadi negara-negara makmur serta adanya hukum internasional yang mengatur perilaku ekspansif negara-negara di dunia ini juga turut melemahkan kedua ideologi tersebut. Yang menarik, selama tahun 1990-an, di Jerman muncul gerakan Neo-Nazi. Dengan dimotori kaum muda, mereka melakukan kerusuhan-kerusuhan. Walaupun kelompok ini seringkali menggunakan simbol-simbol Nazi, tindakan-tindakan semacam itu lebih dipahami sebagai bentuk ketegangan sosial dan tidak berakar pada ideologi politik.

Dari perbandingan ideologi pancasila dengan beberapa ideologi lain yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan lebih rinci melalui tabel dibawah ini :Tabel 1.(a),(b),(c)Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia merupakan hasil kerja keras bangsa dan bukan hanya pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Akan tetapi, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religiusitas yang tumbuh di masyarakat Indonesia.

Pancasila memiliki peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila dibandingkan dengan berbagai ideologi asing lainnya merupakan ideologi yang terlengkap karena memuat semua aspek: religi, persatuan, keadilan, dan hak individu. Pancasila juga merupakan ideologi yang paling sesuai dengan karakter bangsa Indonesia itu sendiri.

B. Saran

Dari uraian diatas, masyarakat Indonesia dan khususnya bagi para generasi muda hendaknya menyadari bahwa pancasila merupakan ideologi yang mencerminkan karakter luhur bangsa Indonesia. Maka dari itu, selain di mengerti Pancasila juga harus diterapkan di kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab agar Indonesia menjadi negara yang sadar akan identitas dan asal-usul bangsa Indonesia yang luar biasa ini.DAFTAR PUSTAKA

Alfian (1978). Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia.

BP-7 Pusat Jakarta (1991). Pancasila sebagai ideology dalam berbagai bidang

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jakarta.

Raahman LA (2012). Ideologi pancasila. Yogyakarta, Sekolah tinggi manajemen informatika dan komputer amikom. Makalah.

William E, Fogelman E (1978). Isme-isme Dewasa ini. Jakarta: Penerbit Erlangga.

1