33
Seorang Wanita Usia 55 Tahun Datang dengan Pandangan Mata Kanan Kabur KELOMPOK II 03010220 PARAMITHA W. K. 03010284 YOSHUA A. 03011001 A.A. GEDE I.P. 03011002 ABDEL HALIM A. 03011003 ABDURRACHMAN 03011004 ADI SULISTYO 03011005 ADINDA W. 03011006 ADITYA Y. 03011007 ADRI PERMANA U. 03011008 ADWINA SYAFITRI 03011009 ADY FITRA S. 03011010 AGNESS PRATIWI 03011011 AGNESTIA S. 03011012 AKBARRUDDIN 03011013 AKHMAD 03011014 AKHTA YUDISTIRA 03011015 ALDISA PUSPITASARI

MAKALAH DISKUSI 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdtawetewd

Citation preview

Seorang Wanita Usia 55 Tahun Datang dengan

Pandangan Mata Kanan Kabur

KELOMPOK II

03010220 PARAMITHA W. K.

03010284 YOSHUA A.

03011001 A.A. GEDE I.P.

03011002 ABDEL HALIM A.

03011003 ABDURRACHMAN

03011004 ADI SULISTYO

03011005 ADINDA W.

03011006 ADITYA Y.

03011007 ADRI PERMANA U.

03011008 ADWINA SYAFITRI

03011009 ADY FITRA S.

03011010 AGNESS PRATIWI

03011011 AGNESTIA S.

03011012 AKBARRUDDIN

03011013 AKHMAD

03011014 AKHTA YUDISTIRA

03011015 ALDISA PUSPITASARI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2012

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma adalah sekelompok penyakit yang dapat merusak saraf optik mata dan

mengakibatkan kehilangan penglihatan hingga kebutaan. Pada sebagian kasus, biasanya

glaukoma tidak disertai dengan penyakit nmata lainnya. Glaukoma bisa menyerang siapa

saja, namun resiko terkena penyakit ini jauh lebih besar untuk orang di atas 60 tahun.

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang wanita, nyonya Ani, usia 55 tahun datang ke poliklinik mata, dengan keluhan

pandangan kabur pada mata sebelah kanan. Selain itu dia juga mengalami nyeri berat di

daerah mata, sakit kepala, melihat pelangi sekitar lampu, disertai dengan mual dan muntah.

Pada pemerikasaan mata kanan ditemukan tekanan intraokulernya 28 mmHg. Pada mata kiri

tekanan intraokulernya 13 mmHg. Ibu ini juga mengakui mempunyai riwayat diabetes

melitus dan beberapa minggu sebelum keluhan ini nyonya Ani juga pernah mengalami

keluhan nyeri dada dan dinyatakan menderita miokardial infark. Dokter mendiagnosis

nyonya ani menderita glaukoma akut OD ec diabetes melitus.

BAB III

PEMBAHASAN

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang

paling sederhana yaitu mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.

Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata terdiri

dari beberapa bagian yaitu :

A. Orbita 1

Orbita adalah sepasang rongga di tulang

yang berisi bola mata,otot,saraf dan

lemak yang berhubungan dengan bola

mata. Hanya seperlima rongga orbita

yang terisi bola mata,sisa rongga berisi

jaringan ikat dan adiposa, serta otot

mata ekstrinsik, yang berasal dari orbita

dan menginsersi bola mata. Atap orbita

terdiri atas pars orbitalis os.frontalis

dinding lateral di pisahkan dari bagian atap oleh fissura orbitalis superior. Yang

berfungsi sebagai lintasan saraf yang mempersarafi otot bola mata Bagian

anteriornya di bentuk oleh facies orbitalis os.zygomaticum. dasar orbita dipisahkan

dari dinding lateral oleh fissura orbitalis inferior. Tulang tulang yang menyusun

rongga orbita terdiri atas 7 buah tulang yaitu tulang frontal, tulang zygomaticum,

tulang sphenoid, tulang maksila, tulang etmoid, tulang nasal, dan tulang lakrimal.

B. Bola mata ( bulbus occuli )2,3

Terdiri atas bola mata dan isi bola mata. bola mata sesorang terdiri atas 3 lapisan

yaitu:

1. Tunika fibrosa

Merupakan lapisan yang paling luar dari bola mata, terdiri atas bagian posterior

yaitu sklera dan bagian anterior yang transparan disebut kornea.

Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat yang berwarna putih serta

merupakan jaringan yang kuat,tidak bening,tidak kenyal dan tebalnya kira-

kira 1 mm, di posterior dari sclera di tembus oleh N. Opticus selain itu

Sklera juga memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat

perlekatan untuk otot ekstrinsik bola mata. secara histologi sklera dapat di

bedakan atas 3 lapisan yaitu episklera,sklera yang sebenar-nya dan lamina

fusca. Episklera merupakan lapis sklera yang paling luar terdiri atas

jaringan fibroelastis yang berhubungan longgar dengan jaringan ikat

sebelah luarnya yang disebut kapsula tenon. Lapisan sklera yang

sebenarnya terdiri atas serat serat kolagen sedangkan antara sklera dan

koroid terdapat jaringan ikat tipis yang mengandung sejumlah melanosit

dengan pigmen melanin dan fibroblas di antara serat sehingga di sebut

lamina fusca.

Kornea (latin cornum = seperti tanduk ) adalah perpanjangan anterior

yang transparan dari sclera di bagian depan mata dan merupakan bagian

selaput mata yang ditembus oleh cahaya. Kornea juga menempati 1/6

anterior bola mata dengan ciri-ciri jerih,transparan,permukaan-nya halus

di tengah tebalnya 0,7-0,8 sedangkan di tepi 1,1 mm sedikit lebih tebal

daripada sklera . kornea bersifat avaskuler sehingga memerlukan nutrisi

dari luar. Secara histologi kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:

1. Epitel, epitel kornea merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan

tanduk dengan tebal kira kira 50-70 µm. Terdiri atas 5-6 lapis sel dan

mempunyai daya regenerasi yang

sangat baik.

2. Membrana browman, suatu

lapisan homogen tipis tepat di

bawah epitel, mirip membran

basal epitel tetapi lebih tebal dan

terdiri atas serat serat kolagen

halus.

3. Storma/ substansia propria,

merupakan bagian kornea yang paling tebal, transparanterdiri atas serat

serat kolagen yang lebih kasar daripada membran bowman. Di antara serat

kolagen terdapat fibrosit yang tampak tipis dengan inti yang jelas.

4. Membran descment,mempunyai struktur homogen yang tebalnya 5-10 µm,

terdiri atas serat serat kolagen halus yang tersusun seperti jala.

5. Lapisan endotel kornea,merupakan lapisan kornea yang paling dalam dan

terdiri atas epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Lapisan ini membatsi

ruang kamera okuli anterior.

2. Tunika vaskulosa

Merupakan lapisan tengah bola mata dan dilidungi oleh kornea dan sklera. Dari

belakang ke depan disusun oleh : choroidea, corpus ciliare, dan iris

Koroid

Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah

refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk

memberikan nutrisi pada mata, dan elastis sehingga dapat menarik ligament

suspensorium. Koroid mempunyai susunan seperti spons, warna coklat, berisi banyak

pleksus venosus. Tebal sekitar 0.1-0.3 mm, dengan ruang perikoroid yang

memisahkan koroid dari sklera. Koroid dibedakan atas 4 lapisan. Lapisan suprakoroid

di sebelah luar terdiri atas serat kolagen dan serat elastin yang jarang,

menghubungkan ruang perikoroid dengan sejumlah melanosit yang berbentuk seperti

bintang. Lapisan vaskulosa terletak di sebela dalamnya,merupakan bagian yang paling

tebal dari koroid, terdapat cabang arteri dan vena yang terdapat dalam jaringan ikat

jarang dan berisi banyak melanosit. Lapisan ketiga adalah lapisan koriokapilaris,

tempat berakhirnya cabang arteri koroidea. Di sebelah dalam, antara lapis

koriokapilaris dan lapis epitel pigmen retina terdapat membrana bruch, lapis homogen

mengkilap. Membrana bruch ke anterior masuk ke korpus siliaris dan ke posterior

berakhir pada diskus optikus. Disini terdapat percabangan nervus siliaris yang

berakhir pada otot pembuluh darah. Tapetum lusidum merupakan bagian luar dan

posterior koroid berpigmen

Corpus siliaris

Badan siliaris adalah suatu penebalan begian anterior lapisan koroid,

mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot ini melekat pada ligamentum

suspensoroik tempat perlekatan lensa serta penting dalam akomodasi penglihatan atau

kemampuan untuk mengubah fokus dari objek yang berjarak jauh ke objek berjarak

dekat. Koroid ke anterior meluas sampai ora serrata dan menebal membentuk korpus

siliaris, mengelilingi mata. Pada potongan meridional, korpus siliaris berbentuk

segitiga, dasarnya menghadap ke kamera oculi anterior, permukaan luarnya terpisah

dari sklera oleh ruang perikoroid dan permukaan dalamnya berhadapan dengan korpus

vitreum, dilapisi oleh pars siliaris retina. Sudut luar melekat pada sclera spur dan

sudut dalam menjulur bebas tepat anterior terhadap ekuator lensa. Korpus siliaris

merupakan perluasan retina dan koroid ke anterior, kecuali lapis koriokapilaris.

Korpus siliaris berisi muskulus siliaris, terdiri atas 3 lapis otot polos, pars

meridionalis, pars radiata, dan pars sirkularis. Ke-3 otot ber-origo pada scelra spur

dan ligamentum pektinatum. Di antara serat-serat otot polos terdapat jala-jala serat

elastin dan melanosit. Lapis vaskular terutama terdiri dari kapilar dan venula, dan

merupakan bagian terbesar prosesus siliaris. Pembuluh darah ini merupakan tempat

pembentukan humor aqueous. Epitel siliaris dilapisi oleh 2 lapis sel-sel kubis. Lapis

sel bagian luar tidak berpigmen, dan dibagian apikal terdapat taut kedap, yang

merupakan dasar dari blood aqueous barrier pada mata. Lapis sel sebelah dalam dari

epitel siliaris adalah berpigmen.

Iris

adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa, dan menyisahkan

lubang bundar di pusat yang di sebut pupil. Iris tergantung di dalam humor aquous di

antara cornea dan lensa. Pinggir iris melekat pada permukaan anterior corpus ciliaris.

Iris membagi ruang antar lensa dan cornea menjadi camera oculi anterior dan camera

oculi posterior. Serabut serabut otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serabut-

serabut sirkular dan radial. Serabut sirkular membentuk M.spinchter pupilae . serta

serabut serabut radial yang membentuk M.dilator pupilae. Fungsi iris yaitu

mengendalikan banyak-nya cahaya yang masuk ke dalam mata.pupil dapat midrasis

dan miosis. Midrasis di pengaruhi oleh aktifitas saraf simpatis sedangkan miosis di

lakukan oleh sarah parasimpatis.

3. Tunika nervosa Retina terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars

nervosa di sebelah dalam. Permukaan luar melekat dengan choroidea dan

permukaan dalam dengan corpus vitreum. Bagian anterior berakhir pada ora

serrata yang merupakan ujung akhir pars nervosa. Pada pertengahan bagian

posterio retina, terdapat daerah lonjong kekuningan yang di sebut macula lutea,

yang merupakn area retina dengan daya lihat yang paling jelas . di tengahnya

terdapat lekukan yang di sebut fovea centralis.secara histologi Retian adalah

lapisan bola mata yang paling dalam dan terdiri atas bagian anterior yang tidak

fotosensitif di sebut pars seks retina dan bagian posterior yang fotosensitif yang

di sebut pars optika retinae. Pars seka retinae membatasi bagian dalam korpus

siliaris dan bagian posterior iris. Pada pars optika retina terdiri atas 10 lapisan

yaitu:

1. Lapisan epitel pigmen

2. Lapisan batang dan kerucut

3. Membrana limitan eksterna

4. Lapisan inti luar

5. Lapisan pleksiform luar

6. Lapisan inti dalam

7. Lapisan pleksiform dalam

8. Lapisan sel ganglion

9. Lapisan serat-serat saraf

10. Membrana limitans interna

Pada lapisan ke 1,2,3,4 merupakan lapisan dalam sel-sel fotosensitif, terdiri atas

sel batang dan sel kerucut serta di sebut juga neuron primer. Sedangkan lapisan ke 5,6,7

merupakn neuron sekunder yang menghubungkan sel sel batng dan kerucut dengan sel

ganglion. Dan pada lapisan 8,9,10 merupakan neuron tersier yang permukaan-nya terdiri

atas sel-sel ganglion ,dendritnya berhubungan dengan neuron bipolar dan akson-nya

menuju ke susunan saraf pusat

4. Lensa

Adalah struktur bikonveks yang transparan. Lensa terletak di belakng iris

dan di depan corpus vitreum . permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung

daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang

dinamakan ekuator . regio ekuator lensa dilekatkan pada prosessus ciliaris oleh

ligamentum suspensorium. Tarikan dari serabut serabut ligamentum suspensorim

yang tersusun radial cendrung memipihkan lensa sehingga mata dapat di fokuskan

pada objek objek yang jauh.

5. Aquous humor

Meripakn cairan bening yang mengisi kamera anterior dan posterior

bulbi.Aquous humor di

hasilkan oleh sekresi dan

ultrafiltrasi dari processus

siliaris. Fungsi aquous

humor adalah untuk

menyokong dinding bola

mata dengan memberikan

tekanan dari dalam sehingga

menjaga bentuk bola mata.

cairan ini juga memberi

makan pada kornea sebab

lensa dan kornea tidak

memiliki pembuluh darah.

Aquous humor mengalir dari kamera okuli posterior kemudian ke kamera okuli

anterior menuju sudut bilik mata yang di bentuk jaringan korneosklera dengan

pangkal iris, meninggalkan mata melalui jaringan trabekula menuju ke kanal

schlemm dan vena episklera. Hambatan aliran keluar aquous humor

mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular yang normalnya 20 mmHg

sehingga mengakibtakan glaucoma. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan

degeneratif pada retina yang berakibat kepada kebutaan.

6. Corpus vitreus

Corpus vitreus mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang

transparan. Canalis hyloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui corpus

vitreum dari discus nervi optici ke permukaan posterior lensa .fungsi corpus

vitreus yaitu menyokong permukaan posterior lensa dan membantu melekatkan

pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.

C. Adneska mata1

Adalah bagian mata yang letaknya di luar bola mata

1. Alis mata

Alis mata adalah bagian kulit yang mengalami penebalan. Bagian kulit ini

di tunjang oleh otot otot di bawahnya.

2. Palpebra

Palpebra berada di depan mata dan berfungsi melindungi mata dari cedera

dan cahaya yang berlebihan. Kedua palpebra saling bertemu di sudut

lateral dan medial. Di antara palpebra superior dan inferior terdapat sebuah

lubang yaitu fissura palpebra. Permukaan superficial palpebra ditutupi oleh

kulit sedangkan bagian dalamnya ditutupi oleh bagian mucosa yang di

sebut conjungtiva.

Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan. Dimana ketajaman atau

kejernihan penglihatan tergantung dari ketajaman focus retina dalam bola mata dan

sensitifitas dari interpretasi di otak. Alat yang digunakan unuk pengukuran visus seseorang

yaitu Optotipi Snellen. Istilah visus 20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak

dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain

dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Bilangan tersebut diperoleh dari rumus V=d / D,

dimana visus diperoleh dari pembagian antara jarak seseorang ke Optotipi Snellen dan jarak

normal seseorang melihat huruf paling kecil pada Optotipi Snellen dengan jarak 6 meter

dalam satuan meter dan 20 feet dalam satuan feet.

Setelah melewati kornea, cahaya merambat melalui humor aquous. Kemudian cahaya

diteruskan ke lensa. Setelah melewati lensa, cahaya diteruskan ke humor vitreus. Cahaya

kemudian difokuskan ke retina yang berperan sebagai fotoreseptor karena terdapat sel

kerucut, sel batang, sel bipolar, dan sel ganglion. Pada retina terdapat sepuluh lapisan dan

neuron yang berfungsi menerima, menggabungkan, dan menangkap atau menghantarkan

rangsangan ke otak untuk pemrosesan. Retina mempunyai lekukan dangkal pada dinding

posteriornya yang hanya berisi sel kerucut dan merupakan daerah avaskular yang disebut

fovea centralis, daerah tengahnya yaitu macula yang berfungsi memberikan ketajaman

penglihatan terbesar.5

Salah satu kelainan pada mata yaitu glaukoma4 yang merupakan kerusakan

penglihatan dan biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya

tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan

pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan- jaringan syaraf halus yang

ada di retina dan di belakang bola mata. faktor- faktor yang dapat menyebabkan glaukoma

yaitu:

1. naiknya tekanan intraokuler akibat hambatan aliran keluar cairan aquous humor

2. selain itu juag umur seseorang, biasanya umur di atas 50 tahun mempunyai resiko

terkena glaukoma yang lebih besar, hal ini desebabkan karena ligamentum suspensorium

melemah pada usia lanjut sehingga menyebabkan turun-nya lensa dan menghambat

aliran cairan tersebut.

3. Riwayat keluarga, jika memiliki sejarah keluarga terkena glaukoma, resiko untuk terkena

glaukoma juga akan semakin besar

4. Diabetes

5. Pemakaian kortikosteroid yang berkepanjangan dapat menimbulkan glaukoma. Hal ini di

sebabkan karena pemakaian kortikosteroid dapat mengakibatkan retensi Na sehingga air

di tahan dan menyebabkan volume plasma meningkat dan pada akhirnya tekanan darah

juga ikut meningkat .

Dasar terjadinya nyeri berat di mata dan sakit kepala di akibatkan karena gangguan aliran

Aquous humor sehingga tekanan intraokulernya naik dan menekan saraf-saraf mata di

belakang-nya.

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang

berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH

tubuh (bagian dari homeostasis). Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh

darah.

Jantung terletak di rongga toraks sekitar garis tengah antara sternum di sebelah

anterior dan vertebra di posterior. Jantung memiliki dasar yang lebar di atas, dan meruncing

di ujungnya, disebut apeks. Jantung dibagai menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki

empat rongga. Rongga atas disebut atrium, menerima darah yang kembali ke jantung dan

memindahkannya ke rongga bawah atau ventrikel yang memompa darah dari jantung. Kedua

paruh dipisahkan oleh septum, sebuah partisi berotot kontinyu yang mencegah pencampuran

darah dari kedua sisi jantung. Jantung memiliki pembuluh darah yaitu arteri dan vena. Arteri

membawa darah dari ventrikel ke jaringan. Sedangkan vena mengembalikan darah dari

jaringan ke atrium.

Pada jantung terdapat katup atrioventrikular (AV) kanan dan kiri, yang masing-

masing terletak di antara atrium dan ventrikel di sisi kanan dan kiri. Katup AV kanan juga

disebut katup trikuspidalis karena terdiri dari tiga cusp atau daun katup. Demikian juga katup

AV kiri yang memiliki dua daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Tepi-tepi

daun katup AV diikat oleh korda tendinea, yang berorigo pada muskulus papilaris. Dua katup

jantung yang lain yaitu, katup semilunaris aorta antara ventrikel kiri dan aorta dan katup

semilunaris pulmonalis antara ventrikel kiri dan arteri pulmonalis.6

Jantung memiliki tiga sulcus yaitu, sulkus koronarius yang membatasi atrium dan

ventrikel; sulkus interatrialis yang memisahkan kedua atrium; dan sulkus interventrikular atau

sulkus longitudinalis anterior dan posterior yang memisahkan kedua ventrikel. Sulkus

interventrikularis anterior terletak pada permukaan sternokostal kiri dan sulkus

interventrikularis posterior terletak pada permukaan diafragmatik.

Lapisan utama dinding jantung adalah lapisan tengah atau lapisan muskular, yaitu

miokardium. Di sebelah dalam, seluruh miokardium dilapisi dengan endokardium.

Endokardium adalah serabut fibrosa yang tipis, yang dilapisi sel endotel gepeng yang

bersambungan dengan endotel pembuluh darah. Di sebelah luar, jantung dilapisi epikardium

(perikardium viseral) yang mempunyai permukaan licin.7

Sel-sel jantung non-kontraktil mampu melakukan otoritmitas karena memiliki nodus

sebagai berikut:

1. Sinuatrialis (nodus SA), terletak di dinding atrium kanan dekat pintu masuk vena kava

superior.

2. Nodus atrioventrikularis (nodus AV), terletak di dasar atrium kanan dekat septum,

tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel.

3. Berkas his, masuk ke septum antarventrikel. Terbagi atas berkas kanan dan kiri yang

turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel, dan

berjalan balik ke arah atrium di sepanjang dinding luar.

4. Serat purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas His dan menyebar

ke seluruh miokardium ventrikel.6

Jantung memiliki batas-batas pada rongga toraks sebagai berikut:

Batas dekstra tepi kranial costa 3 kanan, kurang lebih 2 cm linea sternalis terus turun

ke kaudal sampai tepi kaudal costa 5 kanan.

Batas bawah atau kaudal dari costa 5 kanan ke kiri menyilang linea mediana sampai

di spatium intercostal ke 5 kiri agak lateral linea parasentralis.

Batas kiri atau sinistra dari spatium intercostal 5 kiri ke kranial terus ke spatium

intercostalis ke 2 kiri, kurang lebih 3 cm midclavicula.

Batas atas atau kranial mulai dari spatium intercostal kiri dan kanan, datang pada

tempat dimulainya batas kanan

Darah terus menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung melalui dua

lengkung vaskular terpisah, yakni sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi

sistemik adalah sirkuit pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan sistem tubuh

lain. Sirkulasi pulmonal terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang mengangkut

darah antara jantung dan paru-paru.

Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium dextra melalui vana cava

superior dan vena cava inferior. Kemudian darah mengalir dari atrium dextra ke ventrikel

dextra, melewati katup trikuspidalis. Ventrikel dextra selanjutnya memompa darah ke arteri

pulmonalis melewati katup semilunaris pulmonalis. Arteri pulmonalis membentuk 2 cabang,

yakni arteri pulmonalis dextra dan arteri pulmonalis sinistra yang masing-masing berjalan ke

paru-paru dextra dan sinistra. Darah yang sampai ke paru-paru mengalami proses oksigenasi

dan kemudian kembali ke jantung melalui vena pulmonalis, masuk ke atrium sinistra. Darah

yang kaya O2 dari atrium sinistra dipindahkan ke ventikel sinistra melewati katup bikuspidalis

(katup mitral). Kemudian vantrikel sinistra memompa darah ke aorta melewati katup

semilunaris aorta. Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi

berbagai organ tubuh.6

Percabangan arteri dari jantung dimulai dari arcus aorta. Pada arcus aorta terdapat 3

percabangan, yaitu truncus brachiocephalica, arteri carotis communis sinistra, dan arteri

subclavia sinistra. Truncus brachiocephalica selanjutnya bercabang menjadi arteri carotis

communis dextra dan arteri subclavia dextra. Masing-masing arteri carotis communis dextra

dan sinistra selanjutnya akan bercabang menjadi arteri carotis interna dan arteri carotis

externa. Arteri carotis interna memperdarahi cranium bagian dalam dan arteri carotis externa

memperdarahi cranium bagian luar. Sedangkan masing-masing arteri subclavia dextra dan

sinistra akan memperdarahi tungkai atas dextra dan sinistra. Setelah melewati costa I, arteri

subclavia menjadi arteri axillaris kemudian menjadi arteri brachialis saat sejajar dengan

muskulus teres major dan bercabang menjadi arteri ulnaris dan arteri radialis.

Arcus aorta selanjutnya menjadi aorta descenden. Aorta descenden sebelum

diafragma merupakan aorta thoracalis. Setelah melewati diafragma, aorta thoracalis menjadi

aorta abdominalis dan kemudian bercabang menjadi arteri iliaca communis dextra dan arteri

iliaca communis sinistra. Masing-masing arteri iliaca communis dextra dan sinistra bercabang

lagi menjadi arteri iliaca interna dan arteri iliaca externa. Arteri iliaca interna memperdarahi

bagian genital dan arteri iliaca externa memperdarahi tungkai bawah.

Arteri iliaca externa menjadi arteri femoralis yang kemudian memberi percabangan,

yaitu arteri profunda femoralis, arteri circumflexa lateral, dan arteri circumflexa medial.

Selanjutnya arteri femoralis melewati hiatus adductorius hunteri menuju ke bagian posterior

dan pada region poplitea menjadi arteri poplitea. Pada 1/3 cruris, arteri poplitea bercabang

menjadi arteri tibialis anterior, arteri tibialis posterior dan arteri peroneus. Arteri tibialis

anterior pada daerah dorsum pedis menjadi arteri dorsum pedis dan arteri tibialis posterior

pada daerah plantar pedis menjadi arteri plantar pedis.

Darah yang di pompa jantung ke seluruh tubuh yang telah dijelaskan di atas

merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri dari sel darah dan zat antarsel berupa cairan yang

disebut plasma. Unsur sel merupakan 45% dari darah dan plasma55% dari darah. Jumlah

darah 5 liter pada orang dewasa. Plasma berwarna kekuningan dan tembus cahaya. Sel-sel

darah adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keeping-

keping darah).

Eritrosit atau sel darah merah tidak berinti dan mengandung protein pembawa O2

yaitu hemoglobin (Hb). Bentuk dari samping seperti cakram bikonkaf, berdiameter 7,5

mikron. Eritrosit dibungkus oleh membran plasma (plasmalema) yang terdiri dari 40% lipid

(fosfolipid, kolesterol, glikolipid, dan lain-lain), 50% protein dan 10% karbohidrat. Di bawah

plasmalema terdapat kerangka sel yang terdiri dari 2 lapisan yaitu jala granular vertikal dan

jala filamentosa horizontal. Jala-jala ini tersusun dari protein kontraktil yang disebut spektrin

yang dapat mempertahankan bentuk bikonkaf eritrosit dan menyebabkan eritrosit elastis

sehingga dapat berubah bentuk seperti mangkuk pada waktu melalui kapiler darah. Usia

eritrosit dalam darah yaitu 120 hari.

Leukosit atau sel darah putih berbentuk sferis dan berinti. Pada sediaan darah segar

leukosit terlihat bulat, tidak berwarna, dan intinya terlihat hanya sebagai titik-titik hitam.

Berdasarkan terdapat tidaknya granula dalam sitoplasma, leukosit dibagi dalam 2 golongan

yaitu granulosit (netrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).

Netrofil berdiameter 10-15 mikron. Intinya terdiri dari 2-5 lobus yang dihubungkan

oleh benang kromatin halus. Granula spesifik halus, berwarna merah muda dan tersebar rata.

Eosinofil berdiameter 12-15 mikron. Intinya terdiri dari 2 lobus sedangkan granulanya kasar,

berwarna merah, berukuran sama besar, tersebar rata tetapi tidak menutupi inti. Basofil

berdiameter 10-15 mikron. Inti tertutup granula sehingga batasnya tidak jelas. Granula kasar,

berukuran tidak sama, bentuknya bulat tapi bisa tidak teratur dan berwarna biru tua. Limfosit

berdiameter 6-8 mikron. Intinya bulat, berwarna biru tua dan hampir menutupi seluruh sel.

Kromatin inti sangat padat, serta terdapat granula azurofilik yang berwarna biru ungu.

Sedangkan monosit adalah sel besar yang berdiameter 12-20 mikron. Intinya terletak

eksentris, berbentuk lonjong seperti tapal kuda/ginjal dan memiliki lekukan yang dalam.

Kromatin intin tidak padat dan tersusun seperti jala. Terdapat granula azurofilik.

Trombosit atau keping-keping darah berbentuk seperti cakram bikonveks, lonjong,

tidak berinti dan berdiameter 2-4 mikron. Tiap trombosit mempunyai daerah tepi yang

berwarna biru muda disebut hialomer dan daerah tengah yang mengandung granula ungu tua

disebut granulomer.

Dinding pembuluh darah biasanya terdiri atas 3 lapisan, yaitu tunika intima, tunika

media, dan tunika adventisia. Berikut ini akan diuraikan susunan histologi dari pembuluh

darah.

1. Arteri kecil:

a. Tunika intima: terdiri atas selapis sel endotel. Di bawahnya terdapat lapisan

subendotel yang sangat tipis. Lamina elastika interna yang membatasi tunika

intima dan tunika media terdiri atas serat-serat elastin yang membentuk berkas

melingkari dinding pembuluh darah.

b. Tunika media: terdiri atas 1-5 lapisan serat otot polos sirkular. Diantaranya

terdapat sedikit serat elastin, serat kolagen, dan fibrosit. Belum memiliki lamina

elastika eksterna.

c. Tunika adventisia: terdiri atas anyaman penyambung jarang yang mengandung

serat kolagen dan elastin yang berjalan longitudinal. Serta terdapat fibroblast yang

tersebar.

2. Arteri sedang:

a. Tunika intima: terdiri atas sel endotel, lapisan subendotel yang lebih tebal dari

arteri kecil, lamina elastika interna lebih kontinyu.

b. Tunika media: terdiri atas 40-50 lapis serat-serat otot polos sirkular. Diantaranya

terdapat serat elastin halus. Ada membran elastis yang tipis dan berlubang-lubang

yang disebut lamina elastika eksterna.

c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri kecil. Terdiri dari serat elastin dan serat

kolagen yang halus.

3. Arteri besar:

a. Tunika intima: selapis sel endotel, lapisan subendotel yang terdiri atas

anyaman penyambung jarang yang tebal. Mengandung serat-serat otot polos

dan tidak memiliki lamina elastika interna.

b. Tunika media: terdiri atas 40-70 lapisan membran-membran elastis yang

tersusun kosentris dan dihubungkan oleh serat-serat elastin. Diantaranya diisi

anyaman penyambung jarang dan serat-serat otot polos sirkular.

c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri sedang. Mengandung vasa vasis dan

serat saraf vasomotor.

4. Vena kecil:

a. Tunika intima: sama seperti arteri kecil, tidak terdapat lamina elastika interna.

b. Tunika media: mempunyai otot polos lebih tipis dari arteri kecil, tersusun

lebih longgar.

c. Tunika adventisia: lebih tebal dari arteri kecil. Terdapat saraf vasomotor.

5. Vena sedang:

a. Tunika intima: lebih tipis, lapisan subendotel lebih tipis. Tidak memiliki

lamina elastika interna dan eksterna.

b. Tunika media: lebih tipis, otot polos lebih longgar.

c. Tunika adventisia: lebih tebal.

6. Vena besar:

a. Tunika intima: lapisan subendotel lebih tebal.

b. Tunika media: hanya sedikit mengandung serat otot polos, batas tunika media

dan tunika adventisia tidak jelas. Pada vena cava yang bermuara ke jantung

tidak lagi memiliki tunika media sehingga tunika adventisia melekat langsung

pada tunika intima.

c. Tunika adventisia: merupakan lapisan yang paling tebal dari ketiga lapisan,

berisi serat-serat kolagen dan serat elastin. Pada vena cava inferior terdapat

berkas otot polos yang tersusun longitudinal.8

Darah yang dialirkan vena dan arteri terdiri dari dua bagian, bagian padat dan bagian

cair. Bagian padat berisi sel – sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit). Sedangkan bagian

cair disebut plasma.

Fungsi utama sel darah merah relatif sederhana, yaitu menyalurkan oksigen ke

jaringan dan membantu membuang karbondioksida dan proton yang dibentuk oleh

metabolisme jaringan. Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana

dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merah merupakan

suatu membran yang membungkus larutan hemoglobin (protein ini membentuk sekitar 95%

protein intrasel eritrosit), dan tidak memiliki organel sel serta tidak berinti. Eritrosit berwarna

merah karena mengandung hemoglobin. Melalui proses glikolisis, sel darah merah

membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya

yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transpor ionserta pengaturan air keluar-masuk sel.

Umur sel darah merah normal adalah 120 hari.

Eritropoietin manusia merupakan suatu glikoprotein dengan 166 asam amino.

Eritropoietin merupakan regulator utama eritropoiesis pada manusia. Zat ini disintesis

terutama oleh ginjal dan dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai respon hipoksia.

Eritropoietin kemudian masuk ke dalam sumsum tulang kemudian berinteraksi dengan burst-

forming unit-erythroid (BFU-E), menyebabkannya berproliferasi dan berdiferensiasi, lalu

terbentuklah eritrosit.9

Pada hemostasis, yaitu penghentian pendarahan akibat pembuluh darah yang

terpotong atau robek, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga aliran

darah berkurang. Terdapat 3 tahap, yaitu:

1. Pembentukan agregat trombosit yang longgar dan sementara di tempat cidera.

Trombosit berikatan dengan kolagen dibagian dinding pembuluh yang cidera,

mengeluarkan ADP membentuk tromboksan A2 yang mengaktifkan trombosit lain

disekitar tempat cidera.

2. Pembentukan jaring fibrin yang mengikat agregat trombosit, membentuk sumbat

hemostatik atau trombus yang lebih stabil.

3. Disolusi sumbat hemostatik atau thrombus secara parsial atau total oleh plasmin.

Fibrin dibentuk dengan melalui 2 jalur, yaitu jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik. Jalur

ekstrinsik berawal dari pengaktifan faktor XII (F XII) oleh prakalik rein dan kininogen

berberat molekul tinggi, menjadi F XIIa. Setelah itu, F XIIa dengan bantuan Kalsium (Ca2+)

XI menjadi F XIa. F Xia akan mengaktifkan F IX menjadi F IXa dengan bantuan Ca 2+. Lalu,

F IX a akan mengaktifkan F X menjadi F Xa dengan bantuan dari jalur ekstrinsik, yaitu

pengaktifan F XII yang mengaktifkan F X menjadi F Xa juga. Lalu, F Xa ini akan mengubah

protrombin menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi monomer fibrin.

Lalu, monomer fibrin berubah menjadi polimer fibrin, yang dengan bantuan F XIIa akan

menjadi ikatan silang polimer fibrin.10

Sejumlah besar bahan inorganik dan organik terlarut dalam plasma. Konstituen

inorganik membentuk sekitar 1 % dari berat plasma. Elektrolit paling banyak dalam plasma

adalah Na+ dan Cl-, komponen garam dapur. Terdapat juga HCO3-, K+,Ca2+, dan bahan lain

dalam jumlah lebih kecil. Konstituen organik yang paling banyak berdasarkan berat adalah

protein plasma, yang membentuk 6% sampai 8% dari berat total plasma.

Protein plasma adalah suatu kelompok konstituen plasma yang tidak sekedar

terangkut dalam plasma. Komponen ini penting ini dalam keadaan normal tetap berada di

plasma dan melakukan banyak fungsi penting. Terdapat tiga protein plasma dalam darah

yang memiliki tugas spesifik, yaitu:11

a. Albumin, protein plasma yang paling banyak, berperan dalam menentukan

tekanan osmotik.

b. Globulin dibagi menjadi globulin α, globulin β dan globulin gamma. Globulin α

dan globulin β berperan dalam proses pembekuan darah. Sedangkan globulin

gamma berperan sebagai immunoglobulin (antibodi) yang penting untuk

mekanisme pertahanan tubuh.

c. Fibrinogen berperan dalam pembekuan darah.

Ada beberapa area yang dapat digunakan untuk mengukur denyut nadi pada

seseorang. Pada area wajah denyut nadi bisa di rasakan pada arteri temporalis superficialis

dan arteri lingualis. Area leher pada arteri carotis communis. Area siku pada arteri brachiallis

dan arteri radialis pada pergelangan tangan. Arteri femoralis dan arteri dorsalis juga bisa

digunakan untuk mengukur denyut nadi pada bagian inferior tubuh. Pada pemeriksaan

tekanan darah yang biasa digunakan adalah arteri brachiallis dan arteri radialis.12

a) pada arteri radialis b) pada arteri carotis communis

BAB IV

KESIMPULAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell R. Anatomi kepala dan leher. In: Hartanto huriawati,Listiawati E, editors.

Buku Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 766-82

2. Sloane,Ethel.2004. anatomi dan fisiologi. Jakarta : penerbit buku kedokteran

3. Gunawijaya FA,Kartawiguna E, Arkheman H, David. Diktat kuliah histologi 2.

Jakarta: penerbit FK Universitas Trisakti;2003.p.70-5

4. Anonymous. Glaucoma. available at :

http://www.mayoclinic.com/health/glaucoma/DS00283.accesed 2012 january 28

5. Anonymous.sekilas tentang visus mata.available at:

http://hayato31.blogshpot.com/2009/04/visus-adalah-ketajaman-atau-kejernihan.

accessed 2012 january 28.

6. Sherwood L. Fisiologi jantung. In: Yesdelita N, editor. Fisiologi manusia: dari sel

ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2009. p. 328-34.

7. Basmajian JV, Slonecker CE. Jantung dan perikardium. In: Hardjasudarma M,

editor. Grant anatomi klinik.11th ed. Tangerang: Binarupa aksara.p.118.

8. Gunawijaya FA,Kartawiguna E, Arkheman H, David. Diktat kuliah histologi 1.

Jakarta: penerbit FK Universitas Trisakti;2003.p.42-55

9. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Sel darah merah dan putih. In: Wulandari

N, Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, DanyFrans, Rachman LY, editors. Biokimia

Harper. 27th ed. Jakarta; EGC.2009. p.636-9.

10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Homostasis dan trombosis. In: Wulandari

N, Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, Dany Frans, Rachman LY, editors. Biokimia

Harper. 27th ed. Jakarta; EGC.2009. p.626-7.

11. Sherwood L. Darah. In: Yesdelita N, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.

6th ed. Jakarta: EGC; 2009. p. 422-3.

12. Anonymous. Anatomi sistem pembuluh darah. Available at:

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-

pembuluh-darah/. Accessed 2012 January 28.