18
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sering kita mendengar seorang pasien tiba – tiba menderita shock setelah diberikan obat atau ada petugas medis yang dilaporkan ke polisi karena salah memberikan obat kepada pasiennya. Kejadian seperti itu sangat merugikan kepada kedua belah pihak baik petugas medis maupun pasiennya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus akibat adanya penggunaan/ pemakaian obat yang tidak sesuai. B. Rumusan Masalah 1. Apakah kriteria penggunaan obat rasional ? 2. Bagaimana akibat kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional ? C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria pengguanaan obat rasional. 2. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional. 1

Makalah farma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah farma

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering kita mendengar seorang pasien tiba – tiba menderita shock setelah

diberikan obat atau ada petugas medis yang dilaporkan ke polisi karena salah

memberikan obat kepada pasiennya. Kejadian seperti itu sangat merugikan kepada

kedua belah pihak baik petugas medis maupun pasiennya. Oleh karena itu, perlu

adanya suatu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus akibat adanya

penggunaan/ pemakaian obat yang tidak sesuai.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kriteria penggunaan obat rasional ?

2. Bagaimana akibat kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria pengguanaan obat rasional.

2. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional.

1

Page 2: Makalah farma

BAB II. PEMBAHASAN

A. Obat Rasional

Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat

sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada

periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan

masyarakat (WHO,1985).

Obat adalah bahan atau panduan bahan- bahan yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka

penetapan, diagnosis, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan

kontrasepsi termasuk produk biologi. Sampai saat ini obat merupakan salah satu

komponen yang tidak tregantukan dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian obat

memiliki fungsi social dan seharusnya diutamakan dibandingkan dengan obat sebagai

komoditas perdagangan.

Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu.

Persyaratan Penggunaan obat rasional

Menurut WHO 1985 pengobatan rasional bila:

a. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya.

b. Untuk periode yang adekuat.

c. Dengan harga yang paling murah untuknya dan masyarakat.

 

Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:

1. Tepat diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika

diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan terpaksa

mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga

tidak akan sesuai dengan seharusnya.

2. Sesuai dengan indikasi penyakit

2

Page 3: Makalah farma

Ketepatan indikasi berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat

diberiakan pada suatu kasus tertentu (Sastramihardja, 1997).

3. Tepat pemilihan obat.

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan

dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi

sesuai dengan spectrum penyakit. Berkaiatan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis

obat berdasarkan pertimabangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu. Sebagai

acuannya bisa digunakan buku pedoman pengobatan. (Sastramiharja 1997).

4. Tepat Dosis

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang

terapi yang sempit misalnya theofilin akan sangat berisiko timbulnya efek samping.

Sebaliknya dosis yang terlau kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang

diharapkan (Anomia 2006).

5. Tepat cara pemberian

Tepat cara pemberian yaitu obat antacid seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.

Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk

ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi dan menurunkan efektifitasnya. Cara

pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik, yaitu cara atau rute

pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke

pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk

pasien.

6. Tepat interval waktu pemberian

Cara memberikan obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar

mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari (misalnya

4 kali sehari) maka semakin rendah tingkat ketaatan pasien untuk minum obat.

7. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat itu harus sesuai dengan penyakitnya masing- masing.

Untuk tuberculosis lama pemberian paling singkat 6 bulan. Lama pemberian

kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.

3

Page 4: Makalah farma

8. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. karena itu muka

merah setelah pemberian atropine bukan alergi tetapi efek samping sehubungan

vasodilatasi pembuluh darah di wajah.

9. Penilaian terhadap kondisi pasien

Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh faktor

konstitusi penyakit penyerta dan riwayat alergi, respon individu terhadap efek obat

sangat beragam, misalnya pada penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida

sebaiknya dihindarkan karena resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini secara

bermakna.

10. Tepat Informasi

Ketepatan informasi menyangkut informasi cara penggunaan obat, efek samping

obat dan cara penanggulangannya serta pengaruh kepatuhan terhadap hasil

pengobatan. Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting

dalam menunjang keberhasilan terapi.

11. Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut

Tepat tindak lanjut maksudnya pada saat memutuskan pemberian terapi harus

sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien

tidak sembuh atau mengalami efek samping. Jika terjadi seperti ini maka dosis obat

perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti.

12. Obat yang Efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau

Untuk efektif, aman, dan terjangkau digunakan obat – obat dalam daftar obat

essensial. Pemilihan batt dalam daftar obat essensial didahulukan dengan

mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan harganya oleh para pakar dibidang

pengobatan dan klinis.

13. Tepat Penyerahan obat

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan

pasien sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotik atau tempat penyerahan

4

Page 5: Makalah farma

obat di puskesmas, apoteker atau asisten apoteker atau petugas penyerah obat akan

melaksanakan perintah dokter atau peresep yang ditulis pada lembar resep ubntuk

kemudian diberikan kepada pasien.

14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan

Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan maksudnya

pemberian obat dalam jangka waktu lama tanpa informasi/ supervisi tentu saja akan

menurunkan ketaatan penderita. Kegagalan pengobatan tuberkulosis secara nasional

menjadi salah satu bukti bahwa terapi jangka panjang tanpa disertai informasi/

supervisi yang memadai tidak akanpernah memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada pasien berikut:

a. Jenis atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak.

b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering.

c. Jenis sediaan obat terlalu beragam

d. Pemberian obat dalam jangka panjang.

e. Pasien tidak mendapatkan informasi atau penjelasan yang cukup mengenai

cara minum atau menggunakan obat.

f. Timbul efek samping (Anonima, 2006).

Masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol di beberapa

pusat pelayanan kesehatan. Di samping berakibat pada pemborosan biaya,

ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek

samping. Dampak lainnya adalah berupa ketergantungan pasien terhadap pemberian

antibiotik yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi

bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada populasi. Dampak negatif

penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi tergantung dari

jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami

oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih

luas (resistensi kuman terhadap antibiotika tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan

secara umum.

5

Page 6: Makalah farma

Untuk mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional diperlukan

beberapa upaya perbaikan, baik di tingkat provider yaitu pembuat resep (prescriber)

dan penyerah obat (dispenser) dan pasien/ masyarakat (consumer) hingga sistem

kebijakan obat nasional. Masih kurang tertatanya sistem informasi pengobatan dari

dokter ke pasien menjadi salah satu masalah dalam proses terapi. Di satu sisi salah

satu alasan dokter mengapa tidak rasional adalah akibat tekanan dan permintaan

pasien terhadap obat tertentu (misalnya penggunaan injeksi). Sementara itu di pihak

pasien sebenarnya tidak pernah ada keberatan terhadap setiap proses pengobatan yang

dilakukan oleh dokter. Dengan demikian, selama dokter dapat memberikan informasi

yang benar kepada pasien maka tidak mungkin pasien berniat mendikte dokter

apalagi memaksakan kehendak untuk mendapatkan jenis terapi tertentu.

WHO mengadvokasikan 12 intervensi kunci untuk mempromosikan penggunaan obat

yang lebih rasional:

a. Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan

peraturan penggunaan obat

b. Penggunaan panduan klinis

c. Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional

d. Pembentukan komite obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit

e. Memasukkan pelatihan farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam

kurikulum sarjana

f. Melanjutkan edukasi medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi

g. Supervisi, audit, dan umpan balik

h. Penggunaan informasi independen mengenai obat

i. Edukasi publik mengenai obat

j. Hindari insentif finansial tanpa alasan

k. Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat

l. Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan adanya obat dan staff

6

Page 7: Makalah farma

B. Dampak Penggunaan Obat yang tidak rasional

Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan

bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini

dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun

oleh populasi yang lebih luas seperti resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu,

dan mutu pelayanan pengobatan secara umum.

1. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan.

Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional adalah peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Contohnya pada penderita diare akut non

spesifik umumnya sering mendapat antibiotik dan obat injeksi, sementara pemberian

oralit yang lebih dianjurkan, umumnya kurang dilakukan. Padahal diketahui bahwa

resiko terjadinya dehidrasi pada anak yang diare dapat membahayakan keselamatan

jiwa anak yang bersangkutan. Hal yang sama juga terjadi pada penderita ISPA non

pneumonia pada anak yang umumnya mendapatkan antibiotik yang sebenarnya tidak

diperlukan. Sementara itu pada anak yang jelas menderita pneumonia akhirnya justru

tidak mendapatkan terapi yang adekuat, karena antibiotik yang ada telah habis

digunakan untuk mereka yang tidak memerlukannya. Dengan demikian tidaklah

mengherankan apabila hingga saat ini angka kematian bayi dan balita akibat ISPA

dan diare masih cukup tinggi di Indonesia.

2. Dampak terhadap biaya pengobatan.

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk keadaan

yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan pemborosan dan

sangat membebankan pasien. Di sini termasuk pula peresepan obat yang mahal

padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih

murah tersedia. Contohnya ketidakrasionalan seperti ini adalah pemberian antibiotik

pada ISFA non pneumonia. Dari studi yang dilakukan oleh PPSDK-F (Proyek

Pengkajian Sumber Daya Kesehatan- Komponen Farmasi) di 2 provinsi di Indonesia

tahun 1992-1994 dijumpai bahwa lebih dari separuh biaya obat yang dikonsumsi

7

Page 8: Makalah farma

pasien puskesmas adalah untuk antibiotik. Tingginya konsumsi antibiotik (terutama

untuk kasus-kasus ISPA non Pneumonia) tentui saja mempengaruhi anggaran obat

yang tersedia.

Peresepan antibiotik bukannya keliru, tetapi sebaiknya memproritaskan

pemberiannya untuk penyakit-penyakit yang benar-benar memerlukannya (yang jelas

terbukti sebagai infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam menurunkan morbiditas

dan mortalitas penyakit infeksi. Oleh karena itu jika pemberiannya selektif, maka

pemborosan anggaran dapat dicegah dan dapat direalokasikan untuk penyakit atau

intervensi lain yang lebih prioritas. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan

dapat lebih dijamin.

Disamping itu pnggunaan obat rasional akan berdampak pada pengurangan

anggaran terhadap obat di sarana pelayanan kesehatan dasar. Seandainya praktek

penggunaan penggunaan obat rasional dilaksanakan secara sistematis dan konsisten

diperkirakan anggaran untuk pembelian obat disarana kesehatan dasar bisa dikurangi

sampai 30 %.

3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak

diharapkan.

Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan obat adalah meningkatnya resiko

terjadinya efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan, baik untuk pasien

maupun untuk masyarakat.

Bebersapa data berikut mewakili dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan

obat yang tidak rasional :

• Kebiasaan memberikan obat dalam bentuk injeksi akan meningkatkan resiko

terjadinya syok anafilaksis.

• Resiko terjadinya efek samping onbat meningkat secara konsisten dengan

makin banyaknya jenis obat yang diberikan kepada pasien. Keadaan ini

semakin nyata pada usia lanjut. Pada kelompok umur ini kejadian efek

samping dialami oleh 1 (satu) diantara 6 penderita usia lanjut yang dirawat

di rumah sakit.

8

Page 9: Makalah farma

• Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik merupakan salah satu akibat

dari pemakaian antibiotik yang berlebihan (over prescribing), maupun

pemberian yang bukan indikasi (misalnya infeksi yang disebabkan oleh

virus).

4. Dampak terhadap mutu keterediaan obat.

Dari studi data yang dilakukanoleh Bagian Farmakologi FK UGM bekerjasama

dengan Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI pada tahun 1997-

1998ditemukan bahwa leboih dari 80% pasien dengan keluhan demam,batuk dan

pilek mendapatkan antibiotik untuk rata-rata 3 hari pemberian,.Dari praktek

pengobatan tersebut tidaklah mengherankan bahwa yang sering dikeluhkan di

puskesmas adalah tidak cukupnya ketersediaan antibiotik. Akibatnya jika suatu saat

ditemukan pasien yang benar-benar menderita infeksi bakter, antibiotik yang

dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya adalah pasien terpaksa

diberikan antibiotik lain yang bukan obat pilihan utama (drug of choice) dari infeksi

tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang tidak rasional:

1. Pembuat resep (dokter), dokter yang kurang pengetahuan, ketrampilan dan tidak

percaya diri, pengalaman praktek sehari-hari yang keliru, aktivitas promosi yang

bias dari industri farmasi, tekanan permintaan dari pasien, generalisasi

pengobatan penyakit, waktu diagnosa yang terbatas.

2. Pasien/masyarakat; ketidaktahuan terapi pengobatan, pengalaman sebelumnya

yang salah (misalnya, pasien yang pernah mengalami diare dan sembuh setelah

disuntik maka saat diare lagi maka pasien pun minta disuntik)

3. Sistem perencanaan dan pengelolaan obat

4. Kebijaksanaan obat dan pelayanan kesehatan

5. Lain-lain misalnya informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan memberikan

pengobatan yang sesuai dengan permintaan pasien.

9

Page 10: Makalah farma

Penggunaan obat yang tidak rasional dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa:

1. Pemberian obat bagi penderita yang tidak memerlukan obat (obat tanpa indikasi)

2. Pemakaian obat yang tidak sesuai indikasi penyakit

3. Pemakaian obat yang tidak sesuai anjuran

4. Obat dengan toksisitas tinggi sementara obat lain yang lebih aman tidak

digunakan

5. Pemakaian obat dengan harga mahal

6. Obat yang belum secara ilmiah terbukti manfaat dan keamanannya

7. Pemakaian obat yang jelas-jelas mempengaruhi kebiasaan atau persepsi keliru

dari masyarakat terhadap pengobatan

10

Page 11: Makalah farma

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penggunaan obat rasional harus memperhatikan 14 tepat supaya memberikan

hasil yang maksimal. Selain itu dalam mencegah terjadinya pemberian obat yang

irasional diperlukan kerjasama antara pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk

mendapatkan hasil informasi yang tepat. Pemberian obat secara tidak rasionalpun

mengakibatkan banyak dampak, untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan tenaga

kesehatan yang profesional dan mempunyai ilmu dasar yang mumpuni.

B. SARAN

Memberi edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara

rasional guna mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan akibat pemberian

obat secara irasional. Edukasi ini diharapkan mampu menciptakan kesadaran

masyarakat tentang pemberian obat secara rasional.

11

Page 12: Makalah farma

Daftar Pustaka:

Penggunaan Obat Rasional, Dep.Kes, 2006

http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2009/03/10/627/penggunaan-obat-

rasional

http://senjaaruna.blogspot.com/2012/05/kriteria-penggunaan-obat-tidak-rasional.html

http://apotekputer.com/ma/index.php?

option=com_content&task=view&id=59&Itemid=9

12