Upload
yorivirtual
View
662
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu negara dalam menjalankan roda perekonomian akan membawa
masyarakatnya ke pintu kejayaan dan kemakmuran. Bagi Indonesia, hal ini bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah setelah bertahun-tahun mengalami gejolak perekonomian yang sangat
meresahkan. Pemerintah berusaha keras untuk menjaga kestabilan perekonomian negara
melalui berbagai kebijakan yang bersifat cepat dan efektif dengan mengurangi pengeluaran
negara. Perlahan tapi pasti, perekonomian Indonesia mengalami kemajuan dan berada pada
kondisi stabil.
Dalam menaggapi persaingan yang semakin tajam, maka setiap perusahaan harus selalu
berusaha untuk meningkatkan efisiensinya. Semakin tinggi efisiensinya akan dapat
merperbesar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan operasi perusahaan,
baik dikaitkan dengan penjualan maupun modal yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut.
Begitu banyak industri yang ada di Indonesia, baik industri yang bergerak dibidang
jasa, konsumsi, transportasi, perhubungan dan yang lainnya. Dengan banyaknya industri yang
ada di Indonesia ini, diharapkan akan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia.
2
Sektor industri merupakan salah satu dari sembilan sektor yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat
memimpin sektor-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-
produk industrial selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau leibh
menguntungkan serte menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan
produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk
yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang lebih tinggi kepada
pemakainya. Pelaku bisnis (produsen, penyalur, pedagang dan infestor) lebih suka
berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini banyak memberikan keuntungan
marjinal yang lebih menarik, proses produksinya dan pengembangan produknya lebih bisa
dikendalikan oleh manusia karena tidak terlalu bergantung kepada alam semisal musim atau
keadaan cuaca.
Karena kelebihan sektor industri sebagaimana yang dipaparkan tadi, maka
industrialisasi dianggap sebagai obat mujarab / panacea untuk mengatasi masalah
pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sedikit sekali negara-negara berkembang
yang menyadari bahwa usaha untuk memajukan sektor industri haruslah sejajar dengan
pembangunan dan pengembangan sektor-sektor lain, terutama sektor pertanian.
Sesungguhnya adalah naif untuk memilih salah satu saja diantaranya, karena keseluruhan
sektor sangat erat kaitannya dengan industri. Jadi kelancaran program industrialisasi
sebetulnya bergantung pula pada perbaikan-perbaikan di sektor lain, dan seberapa jauh
kebaikan-kebaikan yang dilakukan mampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong
kelahiran industri-industri baru. Dengan cara demikianlah kenijaksanaan yang ditempuh akan
dapat meningkatkan mekanisme yang saling menguntungkan antar sektor. Dan demikian
akan mampu memperbaiaki kondisi perekonomian di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
3
Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan ada beberapa pokok masalah yang
akan disampaikan, antara lain:
a) Sejarah dan klasifikasi industri di Indonesia.
b) Sektor industri di Indonesia pada saat sekarang ini dan kaitannya dengan perekonomian.
c) Berbagai jenis industri yang menjadi pemasukan untama perekonomian Indonesia.
d) Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan indstri di Indonesia
e) Upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
a. Untuk mengetahui situasi perkembangan sektor industri di Indonesia.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sektor industri dalam meningkatkan
perekonomian Indonesia.
c. Sebagai pelengkap tugas dalam mata perkuliahan teori ekonomi makro.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Argumentasi Industrialisasi
Dalam implementasinya ada empat basis teori yang melandasi suatu kebijakan
indutrialisasi. Teori tersebut adalah :
Argumentasi keunggulan komparatif (comparative advantage), teori ini akan
mengembangkan subsektor atau jenis-jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif
baginya.
Negara yang bertolak dari argumentasi keterkaitan industrial (industrial linkage) akan
lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang paling luas mengait
perkembangan sktor-sektor ekonomi lain.
Negara yang industrialisasinya didasarkan pada argumentasi penciptaan kesempatan kerja
(employment creation) akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-industri yang
paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannya bertumpu pada
industri-industri yang relatif padat karya dan industri-industri kecil.
Negara yang menganut argumen loncatan teknologi (technology jump) percaya bahwa
industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) akan memberikan nilai tambah
yang besar, diiringi dengan kemajuan teknologi bagi industri-industri dan sektor-sektor
5
lainnya.
Masing-masing argumentasi tadi memiliki kelebihan dan kekurangan.teori keunggulan
komparatif misalnya, kelebihannya ialah dalam hal efisiensi sumber daya. Dengan
mengutamakan pengembangan industri yang komparatif unggul, sumber daya ekonomi akan
teralokasi ke penggunaan-penggunaan yang paling menguntungkan. Kelemahannya terletak
pada pendekatannya yang menyandarkannya pada sisi produksi. Produk industri ini berupa
barang yang kurang diminati konsumen, sehingga meskipun efisien diproduksi, mungkin sulit
dipasarkan.
Teori keterkaitan industrial sangat peduli akan perkembangan sektor lain. Sektor
industri diharapkan bisa berperan sebagai motor penggerak perkembangan sektor lain.
Kelemahan argumentasi ini kurang menghiraukan pertimbangan efisiensi.
Pada argumentasi penciptaan lapangan kerja, unggul karena titik tolaknya yang sangat
manusiawi. Selaras dengan paradigma yang menempatkan manusia sebagai subjek
pembangunan, argumentasi ini sangat populis dan cocok bagi negara-negara berkembang
yang memiliki tingkat populasi yang besar. Namun industri yang dikembangkan tidak
berkaitan erat dengan sekto-sektor lain, sehinnga tidak dapat berperan sebagai sektor yang
memimpin.
Yang terakhir argumentasi loncatan teknologi, kekuatan terletak pada optimisme
teknologisnya, bahwa pengembangan industri berteknologi tinggi akan memacu kemajuan
teknologi di sektor lain. Tapi argumen tersebut tidak memperdulikan masalah ketersediaan
modal, sehinnga potensial bersifat boros devisa.
B. Strategi Industrialisasi
Ada dua pola strategi industrialisasi:
Pola substitusi impor (impor substitution), atau strategi orientasi ke dalam / inward
looking strategy, ialah strategi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri
6
untuk menggantikan kebutuhan akan impor produk-produk sejenis.
Strategi promosi ekspor, atau strategi orientasi keluar / outward looking strategy, adalah
strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis indusrti yang
menghasilkan produk-produk untuk di ekspor.
Di Indonesia, sebagaimana negara berkembang lainnnya, sektor industri dikembangkan
untuk mampu menjadi motor penggerak kemajuan sektor-sektor lain, diharapkan untuk bisa
menjadi sektor pemimpin. Itulah sebabnya industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan
ekonomi. Dan dari kajian teori inilah alasan kenapa penulis mengangkat tema “Industri
sebagai sektor penggerak perekonomian di Indonesia” dalam makalah ini. Agar kita semua
dapat memahami seberapa besar pengaruh sektor industri dalam meningkatkan
perekonomian.
Dalam perekonomian, sektor industri sangat erat kaitannya dengan investasi, semakin
besar industri akan semakin banyak pula, perusahaan atau orang-oranya yang akan
mengeluarkan investasinya di bidang ini. Hal ini karena keuntungan yang akan diperoleh pun
akan semakin meningkat pula seiring dengan perkembangan indutri tersebut.
Selain itu dengan semakin banyaknya industri akan semakin banyak pula lapangan
pekerjaan yang tersedia yang akan menyerap tenaga kerja yang banyak. Hal ini tentunya akan
mengurangi tingkat pengangguran dan akan dapat mengoptimalkan sumber daya ekonomi
yang ada agar kesejahteraan mansyarakat dapat lebih baik lagi.
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Klasifikasi Industri di Indonesia
o Lintasan Sejarah Sektor Industri
Sekitar tahun 1920-an industri-industri moderen di Indonesia hampir semuanya dimiliki
oleh orang asing walaupun dalam jumlah yang sedikit, berupa industri rumah tangga yang
tidak terkoordinasi. Tenaga kerja terpusat pada sektor pertanian dan perkebunan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor pemerintah kolonial. Depresi besar pada tahun 1930-an telah
meruntuhkan perekonomian. Penerimaan ekspor turun dari 1.448 juta gulden menjadi 505
juta gulden, sehingga menyebabkan pengangguran. Situasi tersebut memaksa pemerintah
kolonal mengubah kebijaksanaan ekonomi dari menitikberatkan pada sektor perkebunan ke
sektor industri, dengan memberikan kemudahan dalam pemberian ijin pendirian industri baru.
Tahun 1951 pemerintah meluncurkan kenijaksanaan RUP (rencana Urgensi
Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan industri kecil bagi pribumi meberlakukan
pembatasan industri moderen dan besar milik asing. Walaupun menyebabkan kurangnya
investasi asing, tapi dapat memacu pertumbuhan sektor bisnis dikalangan pribumi.
Tahun 1957 peran industri terhadap PDB sangat kecil ( hanya 10 % dari PDB) dan
tingginya pengangguran. Disebabkan oleh pergolakan politik, kelangkaan modal dan tenaga
8
terampil, serta inflasi yang parah.
Pemberlakuan dua undang-undang baru dalam bidang penanaman modal, yakni tahun
1967 untuk PMA dan tahun 1968 untuk PMDN, ternyata mampu membangkitkan kembali
gairah sektor industri. Sebagian besar penanaman modal baru baik PMDN maupun PMA
tercurah ke sektor industri baru yang baru bertumbuhan, terutama pada industri substitusi
impor. Mulai tahun 1978 sumbangan sektor industri dalam bentuk PDB kembali menembus
angka 10 %. Pamor ini terus meningkat sepanjang PJP 1.
o Klasifikasi Industri
Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan. Di Indonesia, industri
digolongkan antara lain berdasarkan kelompok komoditas, berdasarkan skala usaha,
berdasarkan hubunga arus produknya. Penggolongan yang paling universal adalah
berdasarkan “ Baku Internasional Klasifikasi Industri”. Penggolongan ini didasarkan pada
pendekatan kelompok komoditas, dibedakan atas 9 golongan :
Industri makanan, miniman dan tembakau
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan
Industri kmia dan barang-barang kimia, minyak bumi, batu bara, karet, dan plastik
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
Industri logam dasar
Industri dari logam, mesin dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya
Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembanguan, pemerintah
membagi sektor industri atas:
9
o Subsektor industri pengolahan industri non migas
o Subsektor pengilangan minyak bumi
o Subsektor pengolahan gas alam cair
Untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri (industrialisasi), serta
berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan, industri
digolongkan berdasarkan hubungan arus produksinya menjadi:
o Industri hulu, yang terdiri atas :
Industri kimia dasar
Industri mesin, logam dasar dan elektronika
o Industri hilir, berupa :
Aneka industri
Industri kecil
Sedangkan menurut BPS, membedakan skala industri menjadi 4 lapisan berdasarkan
jumlah tenaga kerja per unit usaha :
Industri besar ; bepekerja 100 orang atau lebih
Industri sedang : berpekerja antara 20-99 orang
Indstri kecil : berpekerja antara 5-19 orang
Industri / kerajinan rumah tangga : bepekerja < 5 orang.
B. Sektor industri di Indonesia pada saat sekarang ini dan kaitannya dengan
perekonomian.
Departemen Peindustrian (Depperin) RI menyimpulkan pertumbuhan industri di kuartal
II/2009 lebih baik di kuartal I/2009. Menurut Sekretaris Jenderal Depperin, Agus Tjahajana
Wirakusumah, mengatakan pertumbuhan industri kuartal II minus satu persen, atau lebih baik
dibanding kuartal I yang minus 1,5 persen. Meski masih minus 1,5 persen, namun pencapaian
10
di kuartal I tidak mencerminkan pertumbuhan industri sepanjang 2009 sebesar 2,5 persen.
Karena, seperti periode sebelumnya memasuki kuartal III/2009 dan kuartal IV/2009,
pertumbuhan industri biasanya mengalami lebih baik dibanding kuartal I/2009.
Kuartal II/2009 harusnya semakin baik karena kuartal satu mencerminkan kelanjutan
dari tahun lalu yang mengalami situasi tidak menguntungkan akibat dihantam krisis. Lihat
saja, selama bulan Oktober, November, Desember 2008 kemudian dilanjutkan Januari 2009,
semuanya kan susah. Tapi, memasuki kuartal II, biasanya perkembangannya membaik,
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan industri sepanjang tahun ini
hanya mencapai 2,5 persen dari estimasi semula 3,8 persen-4,2 persen. Krisis keuangan
global yang memperlemah ekspor dan terganggunya pasar dalam negeri menyebabkan kinerja
industri tumbuh pesimistis. Pertumbuhan industri 2,5 persen merupakan skenario pesimistis
atas dampak berantai resesi ekonomi dunia. Sepanjang lima tahun terakhir, industri nasional
terus menunjukkan perkembangan positif yang ditandai dengan kontribusi PDB di atas 27
persen. Industri manufaktur sudah bisa bangkit dari krisis 1998 yang sempat anjlok ke posisi
minus 13 persen.
Pemerintah belum merubah proyeksi pertumbuhan industri di kisaran 2,5 persen, meski
pertumbuhan sejumlah sektor sangat bagus. Dari laporan di kuartal I/2009, sektor industri
yang sedang mengalami pertumbuhan bagus adalah Tekstil dan Produk Tekstil dan makanan-
minuman.
11
Dari gambaran di atas jelas bahwa sektor industri belum memberikan hasil yang
optimal bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya sektor
industri yang berkembang di Indonesia, namun kontribusinya terhadap perekonomian masih
kecil dan tidak merata di beberapa sektor industri yang berkembang. Selain itu kontribusi
antara industri sedang dan kecil dengan industri besar juga tidak merata. Umumnya industri
yang sangat berkembang besar adalah industri sedang dan kecil, otomatis kontribusi yang
diberikan bagi pembangunan juga relatif sedikit jika dibandingkan dengan industri besar.
C. Berbagai jenis industri yang menjadi pemasukan utama perekonomian Indonesia.
Negara Indonesia terbentang luas dari sabang sampai merauke, dengan areal sawah
yang terbentang luas, hamparan perkebunan, tanah-tanah yang subur. Selain itu Indonesia
yang merupakan negara tropis memiliki kekayaan barang tambang yang tidak dimilki oleh
negara lain. Perairan laut Indonesia yang luas dan merupakan letak yang strategis dalam
perairan dunia. Serta kebudayaan Indonesia yang banyak dan beragam, terdapat berbagai
kesenian, makanan khas serta tempat wisata alam yang indah dan permai.
Dari kesemua kekeayaan yang dimiliki Indonesia, seharusnya kita dapat
mengeksplorasinya, mengembangkannya agar menjadi sektor utama dalam perekonomian.
Dengan adanya kegiatan industri diharapkan sumber daya ekonomi tersebut dapat
dioptimalkan guna meningkatkan perekonomian kita.
Berbagai jenis industri yang dapat dikembangkan dan diharapkan menjadi sektor utama
nilai tambah bagi perekonomian diantaranya :
Industri kayu dan barang-barang dari kayu, karena hutan Indonesia yang luas serta
memilki berbagai jenis kayu yang berkualitas bagi industri kayu diamana tidak semua
negara memiliki kekayaan ini. Hasil produksi ini dapat dijadikan komoditi ekspor yang
besar.
Industri pengolahan non migas semakin penting dalam perekonomian nasional.
12
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia
Minyak bumi, batu bara, karet dan plastik
Industri barang dari logam serta mesindan peralatannya
Serta penghasilan terbesar dari industri makanan dan minuman.
Melihat dari faktor-faktor yang dimilki, pemerintah kini telah genvcar mengembangkan
industri. Perkembangan ini tidak lepas dari kenijaksanaan sektor pembangunan ekonomi
secara keseluruhan. Secara sektoral pembangunan ekonomi memang diarahkan ke
industrialisasi. Walaupun dalam implementasinya senantiasa dipelihara keberimbangan antar
sektor, khususnya sektor indstri dan sektor pertanian. Tapi sektor yang sangat menjadi
perhatian pemerintah adalah sektor industri. Sektor ini pula yang sering dideregulasi, bagian
terbesar modal yang di tanam, begitu pula kredit perbankan tersalur ke sektor ini. Industri
praktis dapat berkembang pesat dan menjadi anak emas dalam pembangunan ekonomi selama
ini.
D. Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan indstri di Indonesia
Berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam meningkatkan sektor industri di
Indonesia di antaranya:
Pada industri pengolahan kayu, perkembangan perusahaan di sektor industri tidak diiringi
dengan perbaikan yang cukup berarti dalam hal komposisi skala usaha, dimana sebagian
perusahaan besar masih dikuasai oleh pihak asing, hal ini mengisyaratkan betapa sulitnya
perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk tumbuh.
Kemajuan sektor industri walaupun telah membeikan sumbangan besar terhadap
pendapatan nasional, masih belum diiringi dengan kemampuan untuk menjadi andalan
dalam penyediaan kesempatan kerja.
Perkembangan industri tidak merata di Indonesia, hal ini menyebabkan sumbangan
terhadap pendapatan nasional masih rendah, selain itu prospek penyediaan lapangan kerja
13
tidak banyak tersedia karena hanya beberapa industri saja yang dominan peranannya,
diantaranya industri makanan, minuman dan tembakau. Hal ini dikarenakan banyaknya
industri rumah tangga yang bekerja disektor ini.
Pembangunan industri dan aktivitas bisnis Indonesia selama lebih dari tiga dasawarsa
terakhir cenderung bias kepulau Jawa. Hal ini menyebabkan semakin terkurasnya sumber
daya ekonomi yang ada di Jawa, semakin berkurangnya lahan subur akibat eksplorasi
yang berlebihan. Hal ini menyebabkan lahan di Jawa semakin sedikit, sering terjadinya
bencana alam. Populasi penduduk yang semakin meningkat karena umumnya para
penduduk bermigrasi ke Jawa dengan harapan memperoleh penghidupan yang lebih
layak. Semakin banyaknya pengagguran karena lahan pekerjaan yang sedikit sedangkan
penawaran tenaga kerja terus meningkat. Polusi lingkungan yang semakin meningkta
karena semakin banyaknya industri yang beroperasi di perkotaan. Hal ini dapat
menyebakan pencemaran lingkunyan yang akan berefek pada kerusakan alam dan
makhluk hidup di dalamnya.
Dengan anggapan demikian, akan terjadi ledakan penduduk di Jawa, semakin sedikitnya
lahan pemukiman. Dapat kita lihat keadaan wilayahnya yang tidak lagi bersih, struktur
kota yang tidak lagi tertata rapi. Hal itu berlawanan erat dengan kampung yang mereka
tinggalkan. Dimana di daerah perkampungan semakin padam, tidak ada lagi usaha untuk
meningkatkan perekonomian didaerah perkampungan. Sehingga sumber daya ekonomi
yang ada di daerah tidak dapat terolah dengan baik, dan cenderung terbuang sia-sia.
Seperti halnya hasil pertanian, hasil panen yang melimpah disaat musim panen,
cenderung tidak dapat terolah dengan baik, dan hanya akan menurunkan harga pasar
karena penawaran barang lebih besar dari pada permintaan terhadap barang tersebut.
Hampir semua industri di Indonesia memiliki kandungan impor (impor content) bahan
baku dan bahan setengah jadi yang relatif tinggi. Import content industri padat modal
lebih tinggi dari pada industri padat karya. Dengan kata lain, industri pendukung dan
14
terkait khususnya industri komponen dan hulu masih belum kokoh dalam menopang
struktur industri Indonesia.
Dualisme industri Indonesia terus berlanjut, industri kecil mendominasi dari sisi unit
usaha (99%) dan penyerapan tenaga kerja (60%), namun menyumbang hanya 22%
terhadap nilai tambah. Sebaliknya industri besar dan menengah yang jumlah unit
usahanya kurang dari 1% menyerap tenaga kerja 40% dan menyumbang nilai tambah
78%.
Iklim investasi di Indonesia masih memiliki banyak kendala. Kendala terbesar bagi para
pelaku bisnis adalah ketidakstabilan ekonomi makro dan ketidakpastian ekonomi
cenderung menurun. Kendala dalam infrastruktur (transportasi dan listrik), tenaga kerja
yang relatif masih belum berkualitas.
Berbagai pungutan baik resmi maupun liar yang harus dibayar perusahaan terhadap para
petugas, pejabat, preman masih berlanjut.Dengan dalih untuk meningkatkan pendapatan
daerah (PAD), pemerintah daerah menerapkan beberapa pungutan, pajak, sumbangan
sukarela dan pembatasan-pembatasan yang ditujukan kepada investor dan kegiatan bisnis.
Usaha tersebut ternyata mengakibatkan distorsi perdagangan dan tidak sesuai dengan UU
No. 34/2000.
E. Upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
Menyikapi kondisi diatas, sebenarnya pemerintah sejak tahun 2005 hingga sekarang
telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kinerja sektor industri. Upaya-upaya
itu antara lain pemberian fasilitas pemerintah dalam restrukturisasi permesinan industri,
pembinaan industri, peningkatan kualitas dan penyediaan infrastruktur, perbaikan iklim dunia
usaha, pemberantasan korupsi dan berbagai pungutan tidak resmi. Selain itu, upaya
meningkatkan kinerja sektor industri nasional juga dilakukan sejumlah institusi non-
pemerintah, misalnya, SENADA melalui program Indonesian Competitiveness Program
15
(ICP) yang dibantu oleh USAID. Adapun ICP difokuskan pada pembinaan daya saing
industri kecil dan menengah Indonesia yang meliputi industri alas kaki, komponen otomotif,
garmen, perabotan rumah tangga, dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Berdasarkan paparan kedua paragraf di atas, ada sejumlah faktor yang sebaiknya
diwujudkan agar kinerja sektor industri Indonesia dapat meningkat pada tahun-tahun
mendatang.
Suatu negara yang ingin berhasil sektor industrinya, maka dia harus memerhatikan dan
mewujudkan 5 faktor penting daya saing dalam perekonomian negaranya. Kelimanya adalah
penguatan standar kinerja industri, perbaikan regulasi bisnis, pembentukan kemitraan antara
pemerintah dan swasta, pemacuan lahirnya inovasi, dan penciptaan institusi pasar yang
menyokong generasi baru. Disamping kelima faktor di atas, ada faktor mendesak lainnya
yang harus juga diperhatikan oleh negara dalam upayanya meningkatkan kinerja sektor
industri. Sebagai contoh, pembuatan penyederhanaan peraturan yang ada, konsisten, dan
tidak tumpang-tindih antara satu regulasi dengan lainnya. Sehubungan dengan faktor terakhir
ini, Bappenas dan SENADA telah melakukan program RegMAP Regulatory Analysis
(BEE). Dari program ini ditemukan 1000 regulasi yang perlu ditinjau ulang, dimana 20
regulasi dinilai sangat mendesak untuk ditinjau-ulang sehingga perlu diadvokasi dan
direformasi. Adapun kata direformasi ini merujuk makna pada simplifikasi peraturan yang
ada, konsisten, dan tidak tumpang-tindih antara satu regulasi dengan lainnya. Kemudian,
untuk tindak-lanjut program RegMAP Regulatory Analysis (BEE) ini, Bappenas dan
SENADA telah menjalankan RegMAP tool, yang mana perangkat ini dinilai sangat
memuaskan karena pengoperasiannya dinilai mudah dan sederhana bagi orang yang
menggunakan perangkat ini.
Aktivitas industri kreatif di tanah air belakangan ini meningkat, dan agar usaha mereka
semakin maju dan berkesinambungan, maka diperlukan sinergi penuh dari dunia akademik,
swasta, dan pemerintah. Sebagai contoh, dunia akademik mewajibkan para mahasiswa
16
jurusan TIKnya untuk magang di UMKM industri kreatif, yang kemudian kegiatan ini
didukung penuh pula oleh pemerintah yang bermitra dengan SENADA. Adapun untuk contoh
kegiatan ini yang telah berlangsung dengan baik, antara lain berlangsung di PTN UGM, UI,
ITB, PTS Ciputra (Surabaya), dan PTS Binus (Jakarta). Contoh lainnya adalah usaha batik
fraktal dari Pixel People Project (P3). P3 ini mendapatkan dukungan sangat berarti dari
SENADA sehingga pengenalan batik fraktal di masyarakat dalam dan luar negeri menjadi
bertambah luas. Contoh riilnya, belum lama ini, seorang pengusaha di Norwegia telah
meminta P3 agar mendesain mobil mewahnya dengan batik fraktal.
Dari uraian dua paragraf di atas, dapat disimpulkan bahwa kunci sukses untuk
berhasilnya sektor industri nasional di masa mendatang adalah terciptanya kesinambungan
sinergi yang baik antara dunia akademik, swasta, dan pemerintah. Dari sinergi ini akan
menghasilkan banyak pelaku baru industri kreatif, dan pada akhirnya dia akan meningkatkan
kinerja sektor industri nasional.
Selain itu pemerintah harus mulai mengoptimalkan pembangunan industri di daerah
yang memiliki sumber daya ekonomi yang melimpah tapi belum dioptimalkan sama sekali.
Hal ini bertujuan agar daerah tersebut dapat dikelola agar mampu memberikan kontribusi
yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan agar penyebaran pembangunan industri
secara merata di seluruh daerah di Indonesia. Dengan dilakukannya pengelolaan tersebut
diharapkan:
Bahan baku industri di daerah yang belum berkembang dapat dioptimalkan
semaksimal mungkin dalam perindustrian seperti hasil-hasil pertanian dan perkebunan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya terutama dalam situasi musiman.
Dengan pengolahan sumber daya ekonomi dengan optimal diharapkan semua
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, dengan demikian akan mengurangi kebijakan
impor barang dari luar. Dengan berkuarangnya kegiatan impor barang, akan
17
meningkatkan ekspor neto, yang akan berimbas pada semakin besarnya pendapatan
negara.
Dengan semakin dibukanya sektor industri di berbagai daerah di Indonesia, akan
mengurangi minat para pencari kerja untuk mencari pekerjaan di perkotaan karena
adanya lapangan pekerjaan yang menanti didaerah sendiri. Hal ini akan memperbaiki
penyebaran penduduk di Indonesia, semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat
karena semakin terbukanya lapangan pekerjaan yang berujung pada berkurangnya
pengagguran.
Semakin meningkatnya pendapatan nasional Indonesia dengan semakin meningktanya
kontribusi industri dalan perekonomian negara. Tidak hanya kontribusi di dalm negri
juga pnyediaan dan pengeksporan barang ke luar negri. Meningkatnya ekspor
Indonesia akan meningkatkan pendapatan negara.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya ekonomi, Indonesia harus dapat menggali
potensi yang ada sebagai upaya untuk memperbaiki perekonomian dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Salah satu upaya uang dilakukan adalah dengan meningkatkan
sektor industri di Indonesia.
Tidaklah mengherankan kalau sektor industri tumbuh pesat karena sektor industri
mendapat perhatian yang paling banyak dari pemerintah, sektor ini pula yang paling sering
dideregulasi. Bagian terbesar modal yang ditanam, begitu pula kredit perbankan.
Perkembangan mengesankan sektor industri tidak lepas dari kebijaksaan sektor pembanguan
ekonomi secara keseluruhan. Walaupun dalam implementasinya senantiasa dipelihara
keberimbangan antar sektor, khususnya antar sektor pertanian dan sektor industri.
Sektor industri diyakini akam mampu memperbaiki perekonomian negara. Semakin
baik dan berkembang sektor industri akan memperbaiki perekonomian rakyat, membuka
lapangan pekerjaan baru, membuka kesempatan pengembangan daerah-daerah yang
berpotensi sebagai pusat industri, meningkatkan income negara, meningkatkan perekonomian
19
dan daya komsumsi masyarakat, serta meningkatkan kegiatan ekspor barang terutanma
barang hasil industri ke luar negeri.
Untuk itulah pemerintah harus mengoptimalkan usahanya dalam meningkatkan sektor
industri di Indonesia, karena sektor industri merupakan sektor penting karena kontribusinya
yang besar terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Dumairy M. A. 1996. PEREKONOMIAN INDONESIA. Jakarta : Erlangga
Mankiw, N Gregory. TEORI MAKROEKONOMI EDISI KELIMA. Jakarta : Erlangga
www. Wikipediaindonesia .com
20
21
22
23