22
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK "Memahami Perkembangan Sosial” Oleh kelompok 6: 1. Ellen Reno M 2. Wesi Susanti UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMMAD YAMIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIOLOGI

Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

"Memahami Perkembangan Sosial”

Oleh kelompok 6:

1. Ellen Reno M2. Wesi Susanti

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMMAD YAMIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SOLOK 2012/2013

Page 2: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat

dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini

dalam bidang studi Pengantar Pendidikan yang bertemakan

“Memahami Perkembangan Sosial”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak

memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain

sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan

saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah ini.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan doa serta

harapan semoga makalah ini semoga dapat diterima dan

bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-

mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan

kependidikan demi terciptanya pendidik profesional.

Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala

pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Solok, 19 Mei 2013

                                                                                     

Penyusun

Page 3: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Kelompok VI

DAFTAR ISI

Kata

Penganta

r....................................................................................................................

... i

Daftar

Is

i.....................................................................................................................

............ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar

Belakang............................................................................................

............... 1

B. Rumusan

Masalah..............................................................................................

........ 1

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASI

TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN

A. Pengertian hubungan

sosial........................................................................................ 3

B. Pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah

laku...................................................... 4

C. Perkembangan interaksi sosial

remaja....................................................................... 4

Page 4: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

D. Jenis-jenis

interaksi.............................................................................................

....... 4

E. Pola interaksi remaja-orang

tua.................................................................................. 5

F. Persepsi tentang interaksi remaja-orang

tua............................................................... 6

G. Karakterisyik perkembangan sosial

remaja............................................................... 6

H. Faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan hubungan

sosial....................... 7

I. Perbedaan individual dalam perkembangan

sosial.................................................... 8

J. Upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya

bagi pendidikan. 8

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan........................................................................................

....................... 11

B. saran..................................................................................................

....................... 11

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan

individu lain, yang saling memengaruhi. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan

Page 5: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam

perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan

saling berpengaruh antar sesama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam

artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial

anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang

dilingkungannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hubungan sosial

2. Apakah pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah laku

3. Bagimana perkembangan interaksi sosial remaja

4. Sebutkan jenis-jenis interaksi

5. Bagaimana pola interaksi remaja-orang tua

6. Bagaimana persepsi tentang interaksi remaja-orang tua

7. Sebutkan karakteristik perkembangan sosial remaja

8. Sebutkan faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan

hubungan sosial

9. Apa yang dimaksud dengan perbedaan individual dalam

perkembangan sosial

10. Apa upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan

implikasinya bagi pendidikan

C. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan hubungan sosial,

pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah laku, perkembangan interaksi

sosial remaja, jenis-jenis interaksi, pola interaksi remaja-orang tua,

persepsi tentang interaksi remaja-orang tua, karakteristik perkembangan

sosial remaja, faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan

hubungan sosial, perbedaan individual dalam perkembangan sosial, dan

upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya bagi

pendidikan.

Page 6: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

BAB II

PEMBAHASAN

Page 7: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

1. Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial disebut juga interaksi sosial. Iwan Setiawan (2008:57) Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan dan saling berbicara. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus timbal balik dilakukan oleh kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika ditanya dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Jika itu dilakukan, sebenarnya telah terjadi interaksi sosial.

Definisi interaksi sosial menurut para ahli antara lain sebagai berikut:a. Kimball Young dan Raymond W. Mack

Interksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.

b. HomansMenurutnya interaksi sebagi suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

c. ShawMenurutnya interaksi sosial adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan prilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing prilaku mempengaruhi satu sama lain

d. Thibautdan kelleyMenurut mereka interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain.jadi, dalam kasus interaksi tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.

e. BonnerMenurutnya interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu dimanakelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain atau sebaliknya.

f. Roucek dan WarrenInteraksi adalah masalah pokok karena merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi dapat terjadi antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok dengan kelompok.

2. Pengaruh Hubungan Soial Terhadap Tingkah Laku

Page 8: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada dilingkungan rumah bersama keluarganya. Setelah lahir hubungan bayi dengan orang disekitarnya, terutama ibu, memiliki arti yang sangat penting (Boweby, 1987: 25).

3. Perkembangan interaksi sosial remajaRemaja adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain

untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap remaja dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama maupun dengan proses sosialisasi.

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan.

Pada masa remaja ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

4. Jenis-jenis interaksiInteraksi sosial terdiri dari beberapa macam. Menurut Muryati dan Suryawati (2003)

macam-macam interaksi sosial dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Interaksi antar individu dan individu, artinya dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negative. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatife, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). 

2. Interaksi antar invidu dan kelompok, artinya interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi. 

3. Interaksi sosial antar kelompok dan kelompok, intraksi sosial kelompok dan kelompok ini terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.

Dilihat dari sudut subjeknya , ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:

1. Interaksi antar orang perorangan. 2. Interaksi antar orang dengan sekelompoknya, dan sebaliknya. 3. Interaksi antar kelompok

Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial, yaitu:

1. Interaksi langsung (direct interaction), yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi, hubungan seks/kelamin, dan sebagainya. 

2. Interaksi simbolik (symbolic interaction), yaitu interaksi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tulisan) dan symbol-simbol lain (isyarat), dan sebagainya.

Page 9: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Menurut bentuknya, Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:

1. Kerja sama (cooperation) 2. Persaingan (competition) 3. Pertikaian (conflict ) 4. Akomodasi (acommodation), yaitu bentuk interaksi penyelesaian daripertikaian.

Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat Kooparatif, dengan cirinya yang khas yaitu “gotong royong”. Masyarakat Amerika Serikat termasuk tipe masyarakat yang kompetitif, yaitu masyarakat yang saling berlomba-lomba mencari kedudukan/status sosial, harta, dan sebagainya (Gunawan, 2000).

Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat terjadi secara terus menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses interaksi sosial bisa bermula dari setiap kerja sama, persaingan, pertikaian, ataupun akomodasi, kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu seterusnya. Misalnya suatu pertikaian, untuk sementara waktu dapat diselesaikan, kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan, apabila persaingan ini memuncak, maka dapat terjadi pertikaian.

5. Pola Interaksi Remaja-Orang Tua

Interaksi remaja dengan orang tua memiliki pola yang khas dan unik sehingga diberi istilah three act drama (drama tiga tindakan).

- First act drama, interaksi remaja masih memiliki ketergantungan dengan orang tua, tetapi sudah mulai menyadari keberadaan dirinya sebagai pribadi dibandingkan fase sebelumnya.

- Second act drama, disebut juga dengan istilah perjuangan untuk emansipasi, yaitu remaja melakukan perjuangan kuat untuk membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua.

- Third act drama, remaja berusaha menempatkan dirinya untuk berteman dengan orang tua dan berinteraksi secara lancar dengan mereka. Namun masih sering mengalami hambatan karena orang tua seringkali masih belum melepaskan anak remajanya secara penuh. Selain itu, orang tua juga seringkali belum menerima secara penuh remaja untuk masuk ke dalam dunianya.

Dalam interaksi remaja-orang tua, ada aspek objektif dan subjektif. Aspek objektifnya adalah keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi pada saat interaksi. Sedangkan aspek subjektifnya adalah persepsi remaja terhadap peristiwa yang terjadi dalam interaksi tersebut. Fontana mengatakan bahwa tidak jarang remaja lebih menggunakan aspek subjektif dalam berinteraksi dengan orang tua. Misalnya, orang tua yang sebenarnya ingin melindungi karena sayang kepada anaknya, justru dipersepsi sebagai terlalu mengekang dan membatasi remaja.

6. Persepsi Tentang Interaksi Remaja-Orang Tua

Page 10: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Berkaitan dengan kualitas interaksi remaja-orang tua dapat dikemukakan konsep yang didalamnya meliputi sejumlah aspek dan masing-masing aspek mengandung sejumlah indikator, yaitu

a. Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya dalam keluarga.Aspek ini mengandung sejumlah indikator sebagai berikut:1. Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya dalam keluarga.2. Persepsi remaja mengenai keterlibatan dirinya dalam membicarakan dan

memecahkan masalah yang dihadapi keluarga.

b. Persepsi remaja mengenai keterbukaan sikap orang tua.Aspek ini mengandung sejumlah indikator sebagai berikut:

1. Persepsi remaja mengenai toleransi orang tua terhadap perbedaan pendapat.2. Persepsi remaja mengenai kemampuan orang tua untuk memberikan alasan

yang masuk akal terhadap suatu perbuatan atau keputusan yang diambil.3. Persepsi remaja mengenai keterbukaan orang tua terhadap minat yang luas.4. Persepsi remaja mengenai upaya orang tua untuk mengembangkan komitmen

terhadap tugas.5. Persepsi remaja mengenai kehadiran orang tua di rumah dan keakraban

hubungan antar orang tua dengan remaja.

7. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja1. Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan

Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya. Langeveld Simanjuntak dan Pasaribu (1984: 152) berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri.

2. Adanya Upaya Memilih Nilai-Nilai Sosial

Ada dua kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial tertentu, yaitu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya. Ini berarti bahwa reaksi terhadap keadaan tertentu akan berlangsung menurut norma-norma tertentu pula. Bagi remaja yang idealis dan memiliki kepercayaan penuh akan cita-citanya, menuntut norma-norma sosial yang mutlak meskipun segala sesuatu yang telah di cobanya gagal.  Sebaliknya, bagi remaja yang bersikap pasif terhadap keadaan yang dihadapi akan cenderung menyerah atau bahkan apatis. Namun, ada

Page 11: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

kemungkinan seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yangkini beralih demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak seluruhnya.

3. Meningkatnya Ketertarikan pada Lawan Jenis

Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaiman pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Dalam konteks ini, Kublen (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 153) bahkan menegaskan bahwa: the social interest of adolescent are essentially sex social interest. Oleh sebab itu, masa remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang  berkembang secara dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan,  melainkan tumbuhnya ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Hubungan sosial yang tidak terlalu menghiraukan perbedaan jenis kelamin pada masa-masa sebelumnya, kini beralih kearah hubungan sosial yang dihiasi perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin. Ada yang mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis (Sunarto, 1998). Keinginan membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat di pandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.

4. Mulai Cenderungan Memilih Karier Tertentu

Dikatakan oleh Kuhlen bahwa ketika sudah memasuki masa remaja akhir, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984). Ini wajar karena pada orang dewasapun kerap kali masih terjadi perubahan orientasi karier dan kembali berusaha menyesuaikan diri dengan karier barunya.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hubungan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial.

1. Faktor Imitasi

Menurut Gabriel Tarde (2006:66), imitasi berasal dari kata imitation, yang berarti peniruan. Jadi, imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan umum. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum.

2. Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan mamiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak.

3. Identifikasi

Page 12: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Identifikasi adalah kecendrungan dalam diri sesorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat.

Pada umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh sesorang. Namun, yang pasti sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal, baik secar langsung ataupun tidak langsung.

4. Simpati

Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain.

9. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial

Masa kanak-kanak merupakan masa mempelajari sikap dasar sosial, seperti sikap

terhadap agama, kelompok sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain. Sikap ini bisa berubah di

kemudian hari karena faktor pengalaman. Pada masa kanak-kanak, sikap sosial dasar tersebut

belum banyak dimiliki atau masih sangat sedikit. Tetapi setelah anak mencapai umur sekitar

13 tahun dan banyak bersosialisasi pada masyarakat, sikap dasar tadi menjadi semakin

lengkap yang diperoleh dari lingkungan pergaulannya. Misalnya pergaulan dengan guru,

teman sebaya, dan orang dewasa lainnya di masyarakat. Dengan semakin lengkapnya sikap

sosial dasar ini, anak menjadi semakin tahu tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan apa

yang sebaiknya dihindari.

Perbedaan lingkungan dapat menimbulkan perbedaan sikap sosial pada individu. Secara

psikologis, sikap ini dapat dipelajari dengan tiga cara, yaitu

1. Meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu

2. Mengombinasikan pengalaman

3. Pengalaman khusus dengan emosional yang mendalam

10. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap

yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami benar tentang

norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat

menimbulkan hubungan social yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima

norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap

canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan

Page 13: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

adanya upaya pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari lingkungan keluarga,

sekolah serta lingkungan masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan

kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim

kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan

dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk

mengungkapkan perasaannya.  Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya

dihargai, diterima, dicintai, dan  dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota

keluarga lainnya.

Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan

tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :

a. Pola asuh bina kasih (induction)

Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan

senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan

perlakuan yang diambil oleh anaknya.

b. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)

Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan

senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak 

dapat menerimanya.

c. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)

Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan

cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang

dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang

dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam

konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan

hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan

adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh

orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua

terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang

rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya

untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau

perlakuan orang tuanya

Page 14: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

2. Lingkungan Sekolah

Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu

mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar

pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak

menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru

tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan

pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina

para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian,

perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.

3. Lingkungan Masyarakat

Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang

kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat. Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti,

bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 15: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antar orang perorangan, antar kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dan kelompok manusia. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia memerlukan manusia lainnya untuk bisa mempertahankan hidupnya dan menjadikan kehidupan menjadi lebih berarti. Manusia perlu berhubungan atau berkomunikasi dengan yang lainnya baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun dengan bahasa isyarat.

B. Saran

Manusia harus melakukan interaksi dengan manusia disekitarnya. Dan kita sebagai seorang calon pendidik, kita juga harus mengajarkan kepada peserta didik bagaimana cara berhubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan Iwan. 2008. Wawasan Sosial. Bandung: Buku Sekolah Elektronik

Soekanto, Soerjono. 1981. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press

Page 16: Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)

Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Gerungan, W.A. 1998. Psikologi sosial. Bandung: PT Eresco.s