27
MAKALAH RHODAMIN B PADA MAKANAN Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Disusun Oleh : UMI KURNIASIH NIM : P07134112081 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

makalah lengkap.docx

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAHRHODAMIN B PADA MAKANANMakalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :UMI KURNIASIHNIM : P07134112081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTAJURUSAN ANALIS KESEHATANTAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Rhodamin B Pada Makanan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Atas dukungan yang diberikan rekan rekan, penulis mengucapkan terima kasih.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk iti penulis mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam penulisan usulan ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan usulan Makalah ini.Penulis berharap Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, pihak-pihak yang memerlukan serta menambah amal ibadah penulis dihadapan Allah SWT.

Yogyakarta, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Tujuan3C. Ruang Lingkup3D. Manfaat3BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Bahan Tambahan Makanan (BTM)4B. Pewarna Sintetis4C. Pengertian Rhodamin B5D. Ciri ciri Pewarna Rhodamin B6E. Toksisitas Rhodamin B6F. Analisa Pewarna Rhodamin B10G. Pewarna Alami Yang Aman Untuk Dikonsumsi11BAB III KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan14B. Saran14LAMPIRANDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangPenentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna tekstur, dan nilai gizinya; disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang kadang sangat menentukan. (Cahyadi, 2009)Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. (Winarno, 1995)Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan pangan berwarna, antara lain dengan penambahan zat pewarna. Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting dan juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tetapi betapapun menariknya penampilan, lezat rasanya dan tinggi nilai gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada nilainya sama sekali (Winarno dan Rahayu, 1994)Untuk menganalisa suatu zat warna perlu mengetahui penggolongannya agar memudahkan dalam pelaksanannya. Menurut Sardjimah (1996), zat warna dapat digolongkan menjadi empat jenis, yang pertama berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis, yang kedua berdasarkan penyususnnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigemn dan lakes, yang ketiga Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam pelarut lemak/minyak dan zat warna larut dalam air, dan yang keempat berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat asam dan zat warna bersifat basa.Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan.Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagipula, warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik. (Cahyadi, 2009)Penulis tertarik untuk mengambil permasalahan diatas untuk dijadikan bahan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah bahasa Indonesia yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah.

1. Tujuan1. Tujuan umumMenambah wawasan tentang rhodamin B1. Tujuan khususMemenuhi tugas akhir mata kuliah bahasa Indonesia.

1. Ruang LingkupDalam makalah ini kami selaku penulis ingin memaparkan tentang pewarna makanan khususnya rhodamin B, yaitu : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rhodamin B1. Dampak yang ditimbulkan apabila terkonsumsi1. Cara menganalisis pewarna makanan khususnya rhodamin B1. Alternatif pewarna alami yang aman bila dikonsumsi1. ManfaatBeberapa manfaat dengan disusunnya makalah ini antara lain :1. Mengetahui fungsi rhodamin B1. Memberikan pengetahuan dampak rhodamin B bila terkonsumsi1. Dapat menganalis pewarna makanan khususnya rhodamin B1. Mengetahui pewarna alami yang aman bagi kesehatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Tambahan Makanan (BTM)Pengertian Bahan Tambahan Makanan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan (Cahyadi, 2009).Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan makanan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan makanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang diizinkan penggunaannya antara lain antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa, dan sekuesteran (Cahyadi, 2009).

B. Pewarna SintetisWarna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan, karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine. Tartrazine dan Sunset Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan dengan pewarna alami (Pedro et al, 1997).Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).

C. Pengertian Rhodamin BZat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah rhodamin B, yaitu merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD5089,5mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organnya (MerckIndex, 2006).Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil. Pengaruh buruk rhodamin b bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata dan saluran pencernaan serta berpotensi terjadinya kanker hati. Penyalahgunaan rhodamin B dalam banyak ditemuipada makanan dan minuman seperti es cendol, permen, saus tomat dan kue. (Wijaya, 2011)D. Ciri ciri Pewarna Rhodamin BZat pewarna ini berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorensi). Ciri-ciri makanan yang mengandung rhodamin B adalah berwarna merah mencolok.Nama lain dari zat ini adalah Tetraethyl rhodamin, Rheoninc B, O dan C Red No. 19, Cl Basic Violet 10, Cl No. 45179E. Toksisitas Rhodamin BBerbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan organ hati. Pada pengujian terhadap mencit, diperoleh hasil terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik (sel yang mengalami pinositosis) dan hiperkromatik (pewarnaan yang lebih kuat dari normal) dari nucleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat tingkat kerusakan jaringan hati mencit. Secara statistic, terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok control dengan kelompok dalam laju rata-rata pertambahan berat badan mencit. Rhodamin B merupakan perwarna sintetik apabila dikonsumsi akan menimbulkan penyakit, hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena adanya residu logam berat pada zat tersebut, sehingga mengganggu fungsi hati bahkan kanker hati. Bila mengkonsumsi makanan yang mengandung zat ini, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah, dampaknya akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian. (Winarto dan Rahayu, 1994).Pemakaian bahan pewarna sintetik dalam makanan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahannya, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin member dampak negatif bagi kesehatan.Hal-hal yang mungkin memberi dampak negatif tersebut terjadi bila :1. Bahan pewarna sintetik tersebut dimakan dalam jumlah yang kecil namun berulang,1. Bahan pewarna sintetik dimakan dalam jangka waktu yang lama,1. Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan tubuh yang berbeda-beda, yaitu tergantung umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik,1. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetik secara berlebihan, 1. Penyimpanan bahan pewarna sintetik oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.Ciri-ciri bila terkontaminasi rhodamin B :1. Jika tertelan dan terjadi muntahan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. Tindakan yang harus dilakukan letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernapasan2. Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Tindakan yang harus dilakukan, cuci kulit yang terkontaminasi dengan sabun dan air yang mengalir sampai bersih dari rhodamin B, selama kurang lebih 15 s.d. 20 menit, bila perlu hubungi dokter3. Jika terkena mata akan mengalami iritasi pada mata, mata akan kemerah-merahan, oedema pada kelopak mata. Tindakan yang harus dilakukan, bilas dengan air yang mengalir atau larutan garam fisiologis, mata dikedip-kedipkan samapai dipastikan sisa rhodamin B sudah tidak ada lagi. Hasil analisis berupa penelitian menyatakan bahwa Rhodamin B dapat membahayakan kesehatan manusia yaitu tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati. Pengaruh toksisitas yang teramat biasanya bersifat akut saja yaitu yang pengaruhnya cepat terjadi, sedangkan pengaruh yang bersifat kronis tidak dapat diketahui secara cepet karena manusia yang normal memiliki toleransi yang tinggi terhadap racun dalam tubuh dengan adanya mekanisme detoksifikasi. Selain itu pembeli juga diduga tidak mengonsumsi menu yang sama setiap harinya. Efek toksik yang disebabkan oleh makanan yang mengandung pewarna sintetis yang tidak diizinkan dapat timbul pada manusia karena golongan pewarna sintetik tersebut memang bukan untuk dimakan manusia. Efek ini tergantung pada banyaknya intake pewarna sintesik yang tidak diizinkan dan daya tahan seseorang karena dalam tubuh manusia terdapt proses detoksifikasi di dalam tubuh. Laporan gangguan kesehatan yang akut sebagai akibat mengonsumsi pewarna sintetis yang tidak diizinkan belum pernah diperoleh, karena diduga sulit mengenali penyakit ini (Sumarlin, 2010).Uji toleransi zat warna Rhodamin B terhadap hewan menunjukkan terjadinya perubahan bentuk dari organisme sel dalam jaringan hati dari normal ke patologis. Sel hati mengalami perubahan menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak, dan sitoklis dari sitoplasma. Degenerasi lemak terjadi akibat terhambatnya pasokan energi dalam hati yang digunakan untuk memelihara fungsi struktur endoplasmik sehingga mengakibatkan penurunan proses sintesa protein yang menyebabkan sel hati kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida dan mengakibatkan nekrosis hati (Djarismawati, 2004)

F. Analisa Rhodamin B1. Cara reaksi kimiaCara reksi kimia dilakukan dengan menambahkan pereaksi-pereaksi berikut : HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NH4OH 10%. Lalu diamati reksi apa yang terjadi (reaksi perubahan warna) pada masing-masing sampel yang sudah dilakukan pemisahan dari bahan-bahan pengganggu (matriks).2. Cara Kromatografi kertasSejumlah cupllikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahakan asam asetat encer kemudian dimasukkan benang wool bebas lemakl secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga sempurna. Larutan berwarna yang didapat dicuci lagi dengan air hingga bebas ammonia. Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat pewarna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen I (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 :30) dan eluen II (2 g NaCl dalam 100 ml etanol 50%). Keringkan kertas kromatografi di udara dengan suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul. Perhitunganzat dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut. (Cahyadi, 2009)G. Pewarna Alami Yang Aman Untuk DikonsumsiBanyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin) merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya.Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk dalam daftar diet mereka. Banyak tadinya pewarna olahan yang tadinya mengunakan pewarna sintetik berpindah ke pewarna alami. Sebagai contohnya serbuk beet menggantikan pewarna merah sintetik FD & C No. 2. Namun penggantian dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli untuk dapat menghilangkan kendala seperti bagaimana menghilangkan rasa beet-nya, mencegah penggumpalan dalam penyimpanan dan menjaga kestabilan dalam penyimpanan. (Cahyadi, 2009)Sifat-sifat bahan pewarna alamiKelompokWarnaSumberKelarutanstabilitas

KaramelCokelat Gula dipanaskanAirstabil

Anthosianin JinggaMerah biruTanamanAirPeka terhadap panas dan pH

FlavonoidTampak kuningTanamanAirstabil terhadap panas

LeucoanthosianinTidak berwarnaTanaman Air Stabil terhadap panas

TanninTidak berwarnaTanaman AirStabil terhadap panas

BatalainKuning, merahTanamanAir Sensitif terhadap panas

QuinonKuning-hitamTanaman bacteria lumutAir Stabil terhadap panas

Xanthon Kuning TanamanAirStabil terhadap panas

KarotenoidTanpa kuning merahTanaman hewanLipidaStabil terhadap panas

KlorofilHijau, coklatTanamanLipida dan airSensitif terhadap panas

Heme Merah, coklat Hewan AirSensitif terhadap panas

Sumber : Cahyadi, 2009Beberapa pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan, antara lain :1. Karoten Menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goring dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya.1. Biksin Memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing.1. Karamel Berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. 1. Klorofil Merupakan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan digunakan untuk berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misalnya daun suji, pandan, katuk, dan sebagainya). Daun suji, daun katuk, dan daun pandan sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar1. Antosianin Penyebab warna merah, orange, ungu dan biru. Banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu dan buah apel, strobery.1. Kurkumin Berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus memberi warna kuning pada masakan yang kita buat.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang berbahaya bila dikonsumsi. Zat pewarna ini berbentuk serbuk Kristal, tidak berbau, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi).1. Rhodamin B merupakan perwarna sintetik apabila dikonsumsi akan menimbulkan penyakit, hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena adanya residu logam berat pada zat tersebut, sehingga mengganggu fungsi hati bahkan kanker hati.1. Kita dapat melakukan analisis sederhana untuk mengetahui kandungan suatu makanan dengan metoda kromatografi1. Pewarna alami dapat diperoleh dari buah-buahan dan tanamanB. Saran 1. Setelah kita mengetahui definisi rhodamin B oleh karena itu berhati-hatilah dengan makanan yang mengandung pewarna sintetik2. Jika kita pernah memakan makanan yang mengandung rhodamin B, mulai saat ini berhentilah agar tidak ada residu logam berat yang menumpuk pada tubuh kita, sehingga kita bisa menghindar dari kanker hati3. Lakukan analisis sederhana untuk mengetahui apakah suatu makanan mengandung pewarna sintetik atau tidak4. Mulai saat ini beralihlah memakai pewarna alami

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi AksaraDjarismawati. 2004. Pengetahuan dan Prilaku Pedagang Cabe Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisional di DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3(1)MerckIndex. 2006. Chemistry Constant Companion, Nowwitha NewAdditon, Ed14Th, 1410,1411, Merck&Co.,Inc,White house Station, NJ, USA.Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: BharataPedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W, Kazimierz W, and Judith A.H. 1997. Extraction of Sunset Yellow and Tartrazine by Ion-pair Frmation With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by Bivariate Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 : 1575 1579.Sumarlin L. 2010. Identifikasi Pewarna Sintetis pada Produk Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Valensi Vol1 (6).Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.Wijaya, D. 2011. Waspadai Zat Aditif dalam Makananmu. Jogjakarta: Penerbit Buku BiruWinarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka UtamaWinarno, F.G. dan S.F. Rahayu. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.