39
MAKALAH NARSIBUL AYAT WAPA UHUSWA (PENYUSUNAN AL QUR’AN) Oleh : Hasnah Irma Dewi Inah TARBIYAH

Makalah Penyusunan Al Qur'An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas di perkuliahan saya, pada makalah ini masih memiliki kekurangan jadi saya mohon komentarnya agar saya mengerti dimana letak kesalahan saya.

Citation preview

MAKALAHNARSIBUL AYAT WAPA UHUSWA(PENYUSUNAN AL QURAN)

Oleh :HasnahIrma DewiInah

TARBIYAHSTIT IBNU KHALDUN NUNUKANNUNUKAN2014

MAKALAHNARSIBUL AYAT WAPA UHUSWA(PENYUSUNAN AL QURAN)

Oleh :HasnahIrma DewiInah

TARBIYAHSTIT IBNU KHALDUN NUNUKANNUNUKAN2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melakukan segala aktivitas kita sehari-hari. Syalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam gelap gulita menuju alam yang terang menderang sekarang ini.

Dalam hal ini penulis mengutarakan sedikit tentang Narsibul Ayat Wapa Uhuswa (Penyusunan Al Quran) yang akan penulis terangkan dalam Makalah ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk memberikan arahannya dalam penyusunan makalah ini.

2. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Pada makalah ini, mungkin masih terdapat kekeliruan dan kesalahan baik berupa tulisan, huruf dan penempatan kata-kata yang kurang tepat. Dengan itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bisa memberi motivasi yang dapat mengembangkan kemampuan penulis untuk lebih baik sehingga dapat bermanfaat kepada penulis dan orang lain. Dengan adanya kritik dan saran dari segenap pihak yang bisa memberikan pengetahuan kepada penulis agar untuk penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Sebatik, 10 Mei 2014

PenulisDAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................. iKata Pengantar.................................................................................................... iiDaftar Isi............................................................................................................. iii

BAB IPendahuluan................................................................................. 1A. Latar Belakang.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................... 4C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

BAB IIPembahasan................................................................................... 5A. Pengertian Al Quran................................................................. 5B. Sejarah Penyusunan Al Quran................................................. 6C. Nama-Nama Lain Al Quran................................................... 10D. Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al Quran.................... 11E. Struktur dan Pembagian Al Quran......................................... 12F. Keaslian Al Quran................................................................ 14

BAB IIIPenutup........................................................................................ 18A. Kesimpulan............................................................................. 18B. Saran....................................................................................... 18

Daftar Pustaka.................................................................................................... 19

iv

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAl-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

1. Penurunan Al-Qur'anAl-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

2. Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannyaPenulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

3. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAWPada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

4. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin Pada masa pemerintahan Abu BakarPada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin AffanPada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih: Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

B. Rumusan MasalahAdapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan judul makalah yang tertera pada awal makalah ini. Permasalahan dalam pembahasan sebuah makalah adalah maksud untuk mengemukakan pendapat yang terdapat dari berbagai sumber, terkait dengan judul suatu makalah. Permasalahannya adalah sebagai berikut :1. Mengetahui sejarah penyusunan Al Quran yang sebenarnya ?2. Mengetahui keaslian Al Quran terkait dengan judul makalah ini ?3. Mengetahui bagian-bagian dari Al Quran yang terkait dengan makalah ini ?Dengan adanya permasalahan yang telah diberikan diatas, dengan begitu penulis dapat memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat di masukan kedalam makalah ini.

C. Tujuan PenelitianTujuan Penelitian ini untuk mengetahui hasil dari suatu penelitian yang terkait dengan apa yang akan dibahas dalam makalah ini. Sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat menjadi suatu pedoman dalam diri dan orang lain. Setiap penelitian yang dilakukan, memiliki tujuan yang kuat. Sehingga dapat tercapai suatu pengetahuan yang relevan yang dapat singkron dengan logika dalam kehidupan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Al QuranAl-Qurn (ejaan KBBI: Alquran, Arab: ) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5[1].

Secara Etimologi Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Quran adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya: Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya

Sedangkan secara terminologi menurut Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.

Sedangkan Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dapat disimpulkan bahwa Al Quran merupakan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS dan membacanya merupakan suatu ibadah. Firman allah yang disampaikan selain kepada nabi muhammad saw seperti kitab taurat (Nabi Musa), kitab Injil (Nabi Isa) dan kitab zabur (nabi Daud)tidak termasuk al Quran dan tidak ibadah apabila membacanya.

B. Sejarah Penyusunan Al Quran Keaslian yang tak dapat disangsikan lagi telah memberi kepada Qur-an suatu kedudukan istimewa di antara kitab-kitab Suci, kedudukan itu khusus bagi Qur-an, dan tidak dibarengi oleh Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Dalam dua bagian pertama daripada buku ini kita telah menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam keadaannya sekarang. Qur-an tidak begitu halnya, oleh karena Qur-an telah ditetapkan pada zaman Nabi Muhammad, dan kita akan lihat bagaimana caranya Qur-an itu ditetapkanPerbedaan-perbedaan yang memisahkan wahyu terakhir daripada kedua wahyu sebelumnya, pada pokoknya tidak terletak dalam "waktu turunnya" seperti yang sering ditekankan oleh beberapa pengarang yang tidak memperhatikan hal-hal yang terjadi sebelum kitab suci Yahudi Kristen dibukukan, dan hal-hal yang terjadi sebelum pembukuan Qur-an, mereka juga tidak memperhatikan bagaimana Qur-an itu diwahyukan kepada Nabi Muhammad.

Orang mengatakan bahwa teks yang ada pada abad VII Masehi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat sampai kepada kita tanpa perubahan daripada teks yang jauh lebih tua daripada Qur-an dengan perbedaan 15 abad. Kata-kata tersebut adalah tepat, akan tetapi tidak memberi keterangan yang cukup. Tetapi di samping itu, keterangan tersebut diberikan untuk memberi alasan kepada perubahan-perubahan teks kitab suci Yahudi Kristen yang terjadi selama berabad-abad, dan bukan untuk menekankan bahwa teks Qur-anitu karena lebih baru daripada teks kitab suci Yahudi Kristen, lebih sedikit mengandung kemungkinan untuk dirubah oleh manusia.Bagi Perjanjian Lama, yang menjadi sebab kekeliruan dan kontradiksi yang terdapat di dalamnya adalah: banyaknya pengarang sesuatu riwayat, dan seringnya teks-teks tersebut ditinjau kembali dalam periode-periode sebelum lahirnya Nabi Isa; mengenai empat Injil yang tidak ada orang dapat mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kata-kata Yesus secara setia dan jujur atau mengandung riwayat tentang perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan realitas yang sungguh-sungguh terjadi, kita sudah melihat bahwa redaksi-redaksi yang bertubi-tubi menyebabkan bahwa teks-teks tersebut kehilangan autentisitas. Selain daripada itu para penulis Injil tidak merupakan saksi mata terhadap kehidupan Yesus.Selain daripada itu kita harus membedakan antara Qur-an,Wahyu tert ulis, daripada Hadits jami' kumpulan riwayat, tentang perbuatan dan kata-kata Nabi Muhammad. Beberapa sahabat Nabi telah mulai men gumpulkannya segera setelah Nabi Muhammad wafat. Dalam hal ini, dapat saja terjadi kesalahan-kesalahan yang bersifat kemanusiaan karena para penghimpun Hadits adalah manusia-manusia biasa; akan tetapi kumpulan-kumpulan mereka itu kemudian disoroti dengan tajam oleh kritik yang sangat serius, sehingga dalam prakteknya, orang lebih percaya kepada dokumen yang dikumpulkan orang, lama setelah Nabi Muhammad wafat.Sebagaimana halnya dengan teks-teks Injil, Hadits mempunyai autentisitas yang berlainan, dari satu pengumpul kepada pengumpul yang lain. Sebagaimana hal Injil, tak ada sesuatu Injil yang ditulis pada waktu Yesus masih hidup (karena semuanya ditulis lama sesudah Nabi Isa meninggal) maka kumpulan Hadits juga dibukukan setelah (Nabi muhammad meninggal).Bagi Qr-an, keadaannya berlainan. Teks Qur-an atau Wahyu itu dihafalkan oleh Nabi dan para sahabatnya, langsung setelah wahyu diterima, dan ditulis oleh beberapa sahabat-sahabatnya yang ditentukannya. Jadi, dari permulaan, Qur-an mempunyai dua unsur autentisitas tersebut, yang tidak dimiliki Injil. Hal ini berlangsung sampai wafatnya Nabi Muhammad. Penghafalan Qur-an pada zaman manusia sedikit sekali yang dapat menulis, memberikan kelebihan jaminan yang sangat besar pada waktu pembukuan Qur-an secara definitif, dan disertai beberapa regu untuk mengawasi pembukuan tersebut.Wahyu Qur-an telah disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril, sedikit demi sedikit selama lebih dari 20 tahun. Wahyu yang pertama adalah yang sekarang merupakan ayat-ayat pertama daripada surat nomor 96. Kemudian Wahyu itu berhenti selama 3 tahun, dan mulai lagi berdatangan selama 20 tahun sampai wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M.; dapat dikatakan bahwa turunnya Wahyu berlangsung 10 tahun sebelum Hijrah (622) dan 10 tahun lagi sesudah Hijrah.Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad adalah sebagai berikut (Surat 96 ayat 1-5);"Bacalah dengan {menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Professor Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat dalam terjemahan Qur-an bahwa isi dari wahyu pertama adalah "penghargaan terhadap kalam sebagai alat untuk pengetahuan manusia" dan dengan begitu maka menjadi jelas bagi kita "perhatian Nabi Muhammad untuk menjaga kelangsungan Qur-an dengan tulisan."Beberapa teks menunjukkan secara formal bahwa lama sebelum Nabi Muhammad meninggalkan Mekah untuk hijrah ke Madinah, ayat-ayat Quran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad sudah dituliskan. Kita nanti akan mengetahui bahwa Qur-an membuktikan hal tersebut.Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya biasa menghafal teks-teks yang telah diwahyukan. Adalah tidak masuk akal jika Qur-an menyebutkan hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas, karena hal-hal itu mudah dikontrol disekeliling Muhammad yakni oleh sahabat-sahabat yang mencatat Wahyu tersebut.Empat Surat Makiyah (diturunkan sebelum Hijrah) memberi gambaran tentang redaksi Qur-an sebelum Nabi Muhammad meninggalkan Mekah pada tahun 622 M.Surat 80 ayat 11-1 6:"Sekali-kali jangan (demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikan. Di dalam ktab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan, lagi disucikan. Di tangan para penulis, yang mulia lagi berbakti."Yusuf Ali, dalam Terjemah Qur-an yang ditulisnya pada tahun 1936 mengatakan bahwa pada waktu Surat tersebut diwahyukan sudah ada 42 atau 45 Surat yang beredar di antara kaum muslimin di Mekah (Jumlah Surat-surat dalam Qur-an adalah 114 Surat)."Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur-an yang mulia yang tersimpan dalam Lauhul Mahfudz."Sesungguhnya Al Qur-an ini adalah bacaan yang sangat mulia (yang terdapat) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Makfudz). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.""Dan mereka berkata (lagi). Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang."Ayat tersebut menyinggung dakwaan para lawan Nabi Muhammad yang menuduh bahwa Muhammad adalah Nabi palsu, mereka menggambarkan bahwa ada orang yang mendiktekan sejarah kuno kepada Nabi Muhammad dan Muhammad menyuruh sahabat-sahabatnya untuk menulisnya.Ayat tersebut menyebutkan: "Pencatatan dengan tulisan" yang didakwakan kepada Muhammad oleh lawan-lawannya.C. Nama-Nama Lain Al QuranDalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:1. Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)2. Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)5. Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)6. Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)7. Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)8. Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)9. At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)10. Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)11. Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)12. Al-Bayan (penerang): QS(3:138)13. Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)14. Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)15. An-Nur (cahaya): QS(4:174)16. Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)17. Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)18. Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

D. Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al QuranUpaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.1. TerjemahanTerjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002 Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan IslamTerjemahan dalam bahasa Inggris antara lain: The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke PickthallTerjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh: Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda) Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan Al-Amin (bahasa Sunda) Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap Sulsel)

2. TafsirUpaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

E. Struktur dan Pembagian Al Quran Surat, Ayat dan RukuAl-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan namasurah(surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalahsurat Al Baqarahdan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yaknisurat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-Ar. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan MadaniyahSedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-suratMakkiyah(suratMekkah) danMadaniyah(suratMadinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAWhijrahkeMadinahdigolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan ManzilDalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan namajuz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut Ukuran SuratKemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Quran terbagi menjadi empat bagian, yaitu: As Sabuththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu suratAl baqarah,Ali Imran,An-Nisaa,Al-Araaf,Al-Anaam,Al Maa-idahdanYunus Al Miuun (seratus ayat lebih), sepertiHud,Yusuf,Mu'mindan sebagainya Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), sepertiAl-Anfaal,Al-Hijrdan sebagainya Al Mufashshal (surat-surat pendek), sepertiAdh-Dhuha,Al-Ikhlas,Al-Falaq,An-Nasdan sebagainya

F. Keaslian Al QuranSuatu Surat yang diturunkan sesudah Hijrah, menyebutkan tentang lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis perintah-perintah suci. Surat 98 ayat 2 dan 3:"Seorang Rasul dari Allah (yaitu Nabi Mahammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur-an). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus."Dengan begitu maka Qur-an sendiri memberitahukan bahwa penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih hidup. Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad mempunyai juru tulis-juru tulis banyak, di antaranya yang termashur adalah Zaid bin Tsabit.Dalam pengantar dalam Terjemahan Qur-annya (197) Prof. Hamidullah melukiskan kondisi waktu teks Qur-an ditulis sampai Nabi Muhammad wafat.Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa tiap kali suatu fragmen daripada Qur-an diwahyukan, Nabi memanggil seorang daripada para sahabat-sahabatnya yang terpelajar dan mendiktekan kepadanya, serta menunjukkan secara pasti tempat fragmen baru tersebut dalam keseluruhan Qur-an. Riwayat-riwayat menjelaskan bahwa setelah mendiktekan ayat tersebut, Muhammad minta kepada juru tulisnya untuk membaca apa yang sudah ditulisnya, yaitu untuk mengadakan pembetulan jika terjadi kesalahan. Suatu riwayat yang masyhur mengatakan bahwa tiap tahun pada bulan Ramadlan, Nabi Muhammad membaca ayat-ayat Qur-an yang sudah diterimanya di hadapan Jibril. Pada bulan Ramadlan yang terakhir sebelum Nabi Muhammad meninggal, malaikat Jibril mendengarkannya membaca (mengulangi hafalan) Qur-an dua kali. Kita mengetahui bahwa semenjak zaman Nabi Muhammad, kaum muslimin membiasakan diri untuk berjaga pada bulan Ramadlan dan melakukan ibadat-ibadat tambahan dengan membaca seluruh Qur-an. Beberapa sumber menambahkan bahwa pada pembacaan Qur-an yang terakhir di hadapan Jibril, juru tulis Nabi Muhammad yang bernama Zaid hadir. Sumber-sumber lain mengatakan bahwa di samping Zaid juga ada beberapa orang lain yang hadir.Untuk pencatatan pertama, orang memakai bermacam-macarn bahan seperti kulit, kayu, tulang unta, batu empuk untuk ditatah dan lain-lainnya.Tetapi pada waktu yang sama Muhammad menganjurkan supaya kaum muslimin menghafalkan Qur-an, yaitu bagian-bagian yang dibaca dalam sembahyang. Dengan begitu maka muncullah sekelompok orang yang dinamakan hafidzun (penghafal Qur-an) yang hafal seluruh Qur-an dan mengajarkannya kepada orang-orang lain. Metoda ganda untuk memelihara teks Qur-an yakni dengan mencatat dan menghafal ternyata sangat berharga.Tidak lama setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 632 M.), penggantinya (sebagai Kepala Negara), yaitu Abu Bakar, Khalifah yang pertama, minta kepada juru tulis Nabi, Zaid bin Tsabit untuk menulis sebuah Naskah; hal ini ia laksanakan.Atas initiatif Umar (yang kemudian menjadi Khalifah kedua), Zaid memeriksa dokumentasi yang ia dapat mengumpulkannya di Madinah; kesaksian daripada penghafal Qur-an, copy Qur-an yang dibikin atas bermacam-macam bahan dan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi, semua itu untuk menghindari kesalahan transkripsi (penyalinan tulisan) sedapat mungkin. Dengan cara ini, berhasillah tertulis suatu naskah Qur-an yang sangat dapat dipercayai.Sumber-sumber mengatakan bahwa kemudian Umar bin Khathab yang menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, menyuruh bikin satu naskah (mushaf) yang ia simpan, dan ia pesankan bahwa setelah ia mati, naskah tersebut diberikan kepada anaknya perempuan, Hafsah janda Nabi MuhammadKhalifah ketiga, Uthman bin Affan yang menjabat dari tahun 644 sampai 655, membentuk suatu panitya yang terdiri daripada para ahli dan memerintahkan untuk melakukanpembukuan besar yang kemudian membawa nama Khalifah tersebut. Panitya tersebut memeriksa dokumen yang dibuat oleh Abubakar dan yang dibuat oleh Umar dan kemudian disimpan oleh Hafsah, panitya berkonsultasi dengan orang-orang yang hafal Qur-an. Kritik tentang autentisitas teks dilakukan secara ketat sekali. Persetujuan saksi-saksi diperlukan untuk menetapkan suatu ayat kecil yang mungkin mempunyai arti lebih dari satu; kita mengetahui bahwa beberapa ayat Qur-an dapat menerangkan ayat-ayat yang lain dalam soal ibadat. Hal ini adalah wajar jika kita mengingat bahwa kerasulan Muhammad adalah sepanjang dua puluh tahun. Dengan cara tersebut di atas, diperolehlah suatu teks di mana urutan Surat-surat mencerminkan urutan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika membaca Qur-a:n di bulan Ramadlan di muka malaikat Jibril seperti yang telah diterangkan diatas.Kita dapat bertanya-tanya tentang motif yang mendorong 3 Khalifah pertama, khususnya Uthman untuk mengadakan koleksi dan pembukuan teks. Motif tersebut adalah sederhana; tersiarnya Islam adalah sangat cepat pada beberapa dasawarsa yang pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Tersiarnya Islam tersebut terjadi di daerah-daerah yang penduduknya tidak berbahasa Arab. Oleh karena itu perlu adanya tindakan-tindakan pengamanan untuk memelihara tersiarnya teks Qur-an dalam kemurnian aslinya. Pembukuan Uthman adalah untuk memenuhi hasrat ini.Uthman mengirimkan naskah-naskah teks pembukuannya ke pusat-pusat Emperium Islam, dan oleh karena itu maka menurut Professor Hamidullah , pada waktu ini terdapat naskah Qur-an (mushaf) Uthman di Tasykent dan Istambul. Jika kita sadar akan kesalahan penyalinan tulisan yang mungkin terjadi, manuskrip yang paling kuno yang kita miliki dan yang ditemukan di negara-negara Islam adalah identik. Begitu juga naskah-naskah yang ada di Eropa. (Di Bibliotheque National di Paris terdapat fragmen-fragmen yang menurut para ahli, berasal dan abad VIII dan IX Masehi, artinya berasal dari abad II dan III Hijrah). Teks-teks kuno yang sudah ditemukan semuanya sama, dengan catatan ada perbedaan-perbedaan yang sangat kecil yang tidak merubah arti teks, jika konteks ayat-ayat memungkinkan cara membaca yang lebih dari satu karena tulisan kuno lebih sederhana daripada tulisan sekarang.Surat-surat Qur-an yang berjumlah 114, diklasifikasi menurut panjang pendeknya, dengan beberapa kekecualian. Oleh karena itu urutan waktu (kronologi) wahyu tidak dipersoalkan; tetapi orang dapat mengerti hal tersebut dalam kebanyakan persoalan. Banyak riwayat-riwayat yang disebutkan dalam beberapa tempat dalam teks, dan hal ini memberi kesan seakan-akan ada ulangan. Sering sekali suatu paragraf menambahkan perincian kepada suatu riwayat yang dimuat di lain tempat secara kurang terperinci. Dan semua yang mungkin ada hubungannya dengan Sains modern, seperti kebanyakan hal-hal yang dibicarakan oleh Qur-an, dibagi-bagi dalam Qur-an dengan tidak ada suatu tanda adanya klasifikasi.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari pembahasan pada makalah ini, dapat kita simpulkan bahwa Al Quran merupakan risalah Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup manusia dan juga sebagai mukjizatnya serta sebagai bukti ke Rasulannya. Dan sejarah pengumpulan dan penyusunan serta penulisan Al Quran seperti yang kita baca saat ini merupakan atas kehendak para sahabat Nabi. Dan awal mula yang mengusulkan pengumpulannya adalah atas inisiatif Umar Bin Khattab.

B. Saran Kita sebagai umat islam seharusnya lebih giat untuk membaca dan mengamalkan isi ajaran yang terkandung di dalam Al Quran. Sebagaimana para sahabat Nabi yang telah berupaya mengumpulkan, menyusun dan menuliskan, serta merapikan susunan isi Al Quran namun tidak merubah satu kata pun isi ketika awal turun kepada Nabi Muhammad SAW. Apalagi sampai kita belajar lebih dalam lagi untuk mempelajarinya. Karena sekarang sudah ada studi yang khusus mempelajari Al Quran yaitu Ulumul Quran (Ilmu Al Quran).

DAFTAR PUSTAKA

Situs Internet / Website :www.anekamakalah.comwww.media.isnet.orgwww.hardikadwihermawan.blogspot.comwww.faisalakhbar.wordpress.comwww.id.wikipedia.com

19