37
BAB 1 PENDAHULUAN Tetralogi Fallot (TF) merupakan salah satu penyakit jantung sianotik yang sering ditemukan pada anak-anak. Empat abnormalitas yang ditemukan pada jantung sehingga penyakit ini disebut tetralogi adalah defek septum ventrikel, overriding aorta, obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan dan hipertropi ventrikel kanan. Pada tetralogi fallot, beberapa kelainan anatomi tersebut akan mengakibatkan percampuran darah yang miskin oksigen (CO 2 ) dengan darah yang kaya O 2 yang akan dipompa keluar dari jantung dan menuju ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi pembuluh darah. 1 Dari seluruh penyakit yang termasuk ke dalam penyakit jantung bawaan (PJB), prevalensi TF di masyarakat antara 3,5 % sampai 9 %. Beberapa penelitian juga menyebutkan prevalensi penyakit ini berkisar antara 0.26 sampai 0,48 per 1.000 kelahiran hidup. 2 Manifestasi klinis pada penyakit ini dapat sangat bervariasi. Penderita dapat mengalami sianosis akibat stenosis pulmonal yang berat, atau karena adanya aliran darah dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri. Dalam hal penanganan penyakit, tekhnik operasi telah berkembang sangat pesat sehingga menjanjikan hasil pengobatan yang lebih baik untuk pasien. 2 1

makalah TOF

  • Upload
    ngoti2

  • View
    184

  • Download
    13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TOF, patofisiologi, gejala dan penatalaksanaannya.

Citation preview

Page 1: makalah TOF

BAB 1

PENDAHULUAN

Tetralogi Fallot (TF) merupakan salah satu penyakit jantung sianotik

yang sering ditemukan pada anak-anak. Empat abnormalitas yang

ditemukan pada jantung sehingga penyakit ini disebut tetralogi

adalah defek septum ventrikel, overriding aorta, obstruksi aliran

keluar dari ventrikel kanan dan hipertropi ventrikel kanan. Pada

tetralogi fallot, beberapa kelainan anatomi tersebut akan

mengakibatkan percampuran darah yang miskin oksigen (CO2)

dengan darah yang kaya O2 yang akan dipompa keluar dari jantung

dan menuju ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi pembuluh

darah.1

Dari seluruh penyakit yang termasuk ke dalam penyakit jantung

bawaan (PJB), prevalensi TF di masyarakat antara 3,5 % sampai 9 %.

Beberapa penelitian juga menyebutkan prevalensi penyakit ini

berkisar antara 0.26 sampai 0,48 per 1.000 kelahiran hidup.2

Manifestasi klinis pada penyakit ini dapat sangat bervariasi.

Penderita dapat mengalami sianosis akibat stenosis pulmonal yang

berat, atau karena adanya aliran darah dari ventrikel kanan ke

ventrikel kiri. Dalam hal penanganan penyakit, tekhnik operasi telah

berkembang sangat pesat sehingga menjanjikan hasil pengobatan

yang lebih baik untuk pasien.2

Pada anak atau bayi dengan penyakit jantung bawaan seperti

tetralogi fallot akan lebih mudah lelah jika beraktifitas, berjalan,

termasuk pula menyusui. Hal ini secara langsung dapat menurunkan

asupan kebutuhan nutrisi anak, meningkatkan resiko mengalami

malnutrisi dan akhirnya mengganggu proses pertumbuhan. Dalam

laporan kasus ini akan dibahas pengaruh dari adanya TF pada anak

terhadap proses tumbuh kembang.

1

Page 2: makalah TOF

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang terdiri dari

empat komponen kelainan pada jantung, yaitu defek septum

ventrikel, obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, overriding aorta,

dan hipertropi ventrikel kanan. Hipertropi ventrikel kanan merupakan

dampak dari defek septum ventrikel dan obstruksi aliran keluar

ventrikel kanan.1

Defek septum ventrikel pada TF bersifat perimembranous yang

dapat melampaui sampai ke regio subpulmonal. Infundibular stenosis

merupakan penyebab paling sering obstruksi aliran keluar ventrikel

kanan yaitu sekitar 45%. Obstruksi pada level infundibular ini

berkaitan dengan annulus katup pulmonal yang hipoplastik.

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya

penyakit TF adalah stenosis pulmonal.3

2.2 Epidemiologi

Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi dari TF berkisar antara

0.26 sampai 0.48 per 1.000 kelahiran hidup. TF menduduki peringkat

ketiga dengan kejadian 10% kasus setelah defek septum ventrikel

dan duktus arteriosus persisten dari seluruh kelainan jantung bawaan

yang ada. Namun pada kelompok penyakit jantung sianotik, TF

merupakan bentuk yang paling umum dengan jenis kelamin yang

predominan adalah laki-laki (56,4%).2

Sulit untuk diketahui etiologi TF secara pasti. Diduga ada interaksi

2

Page 3: makalah TOF

antara faktor genetik dengan lingkungan. Beberapa faktor penyebab

yang berasal dari lingkungan yang secara spesifik dapat

meningkatkan resiko munculnya TF dengan stenosis pulmonal

diantaranya ibu yang menderita diabetes melitus, meminum asam

retinoic saat trimester pertama kehamilan, dan ibu dengan

phenylketonuria yang tidak mengontrol diet phenylalanine-nya

selama masa kehamilan. Obat-obatan seperti trimethadione atau

paramethadione, jika diminum olah ibu saat hamil berkaitan dengan

munculnya beberapa kelainan pada bayi termasuk defek septum

jantung dan TF.2

Peranan faktor genetik dapat dilihat dari adanya peningkatan

peluang untuk terulangnya kelainan ini pada saudara atau keturunan

dari penderita. Selain itu, beberapa kelainan genetik seperti pada

sindroma penyakit DiGeorge (delesi kromosom22q11) dan sindroma

Alagille dapat menyebabkan munculnya TF.2

2.3 Patofisiologi

Konsekuensi hemodinamik dari obstruksi pada aliran keluar dari

ventrikel kanan pada TF adalah pirau dari ventrikel kanan ke ventrikel

kiri, penurunan aliran darah ke paru, dan peningkatan aliran darah ke

aorta. Derajat pirau tersebut ditentukan oleh tingkat keparahan

obstruksi pada aliran keluar dari ventrikel kanan. 5

Pada keadaan tertentu, jika obstruksi pulmonal ringan, kondisinya

menyerupai defek septum ventrikel, dimana terjadi pirau dari

ventrikel kiri ke kanan tanpa sianosis. Tetapi yang lebih sering terjadi

adalah stenosis yang lebih berat sehingga terjadi sianosis sejak awal

masa kehidupan. Peningkatan tekanan pada ventrikel kanan dapat

diimbangi oleh ventrikel kiri sehingga perbedaan tekanan antara

kedua ventrikel tidak jauh berbeda, jadi darah dari ventrikel kanan

dapat mengalir ke aorta. Darah yang rendah akan kandungan oksigen

inilah yang menimbulkan sianosis.

Namun sianosis tidak selalu timbul akibat kelainan anatomi. Saat

3

Page 4: makalah TOF

aktivitas meningkat (misal; olahraga atau menangis), terjadi

penurunan resistensi pembuluh sistemik dan peningkatan aliran balik

ke jantung. Hal ini menyebabkan pirau ventrikel kanan ke kiri lebih

besar, lebih sianosis, dan saturasi oksigen semakin menurun.

2.4 Manifestasi Klinis

Bayi yang baru lahir dengan TF memiliki murmur yang terdengar

sejak lahir. Kebanyakan pasien menunjukkan gejala sianosis saat lahir

atau segera setelah lahir. Mudah sesak saat berolahraga. Sering

jongkok (squatting), atau mengalami serangan sianotik mendadak

(hypoxic spells). Pada bayi akan langsung menunjukkan sianosis yang

parah segera setelah lahir jika memiliki TF dan atresia pulmoner.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui derajat sianosis

yang bervariasi pada bibir, kuku, mukosa mulut, sampai lidah,

hiperemi konjungtiva, hipertropi gusi, takipneu dan pada umur lebih

dari enam bulan akan tampak jari tabuh (clubbing finger), RV (right

ventricle) tap terdengar sepanjang batas sternum kiri dan thrill

sistolik teraba pada bagian atas dan tengah dari batas sternum kiri.

Auskultasi: murmur ejection systolic yang berasal dari aorta dapat

terdengar. Suara jantung dua (S2) biasanya tunggal. Semakin parah

obstruksi dari jalan keluar ventrikel kanan maka murmur sistolik yang

terdengar akan semakin halus dan singkat. Pada stenosis ringan,

suara katup pulmonal (P2) masih dapat terdengar. Sedangkan pada

stenosis berat terdengar ejection click yang berasal dari katup aorta.

Pasien dengan TF tidak selalu menunjukkan gejala sianosis. TF

dalam bentuk yang asianosis memiliki murmur sistolik yang panjang

sepanjang tepi sternum kiri, akibat dari defek septum ventrikel dan

stenosis infundibular. Jadi dari auskultasi TF jenis ini menyerupai

kasus defek septum ventrikel yang kecil namun dari hasil ECG

menunjukkan hipertropi ventrikel kanan. Diagnosis TF dapat

ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang.

4

Page 5: makalah TOF

2.5 Penunjang Diagnostik

Pada foto dada terdapat gambaran jantung biasanya tidak membesar

atau lebih kecil daripada normal. Vaskuler pulmonal tampak

berkurang. Segmen dari pulmonari arteri tampak cekung dengan

apeks yang bergeser ke atas sehingga memberikan gambaran khas

dari TF yaitu bentuk jantung mengesankan seperti sepatu (coeur an

sabot). Pada 25% kasus terdapat pembesaran atrium kanan dan

arkus aorta terdapat di kanan.

Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan sumbu QRS hampir selalu

deviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.

Pemeriksaan penunjang lain yaitu Echocardiografi memperlihatkan

pada pandangan long-axis parasternal akan tampak VSD yang besar

dan overriding dari pembuluh darah besar. Pada pandangan short-

axis di basis jantung akan memberikan informasi tentang

infundibulum dan arteri pulmonal.

2.5 Diagnosis

Diagnosis tetralogi fallot dapat ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis tetralogi

fallot perlu dicurigai apabila pasien sianotik, biasanya tidak pada hari-

hari pertama, dan pada pemeriksaan fisik dapat terdengar bunyi

jantung II tunggal disertai bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal.

Pada foto dada tampak jantung sepatu dengan konus pulmonalis

cekung dan vaskularisasi paru menurun dan dengan pemeriksaan

elektrokardiogram akan menunjukkan dominasi kanan. Diagnosis

penyakit ini juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan

elektrokardiografi. Bila dilakukan kateterisasi jantung, hasil yang

mencolok adalah peningkatan tekanan vena ventrikel kanan, dan

penurunan saturasi oksigen di aorta.5

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk penyakit TF adalah atresia pulmonal, atresia

5

Page 6: makalah TOF

trikuspid, dan double outlet right ventricle (DORV). 5

2.7 Komplikasi

Bayi yang pada awalnya tidak sianosis akan menjadi sianosis secara

bertahap. Sedangkan pada pasien yang dari awal mengalami sianosis,

seiring dengan perburukan kondisi dari stenosis infundibular dan

polisitemia maka pasien akan menjadi lebih sianosis.

Pada pasien hipoksia seperti pada TF, kapasitas dari penghantaran

oksigen akan sangat terbatas dan anemia dapat lebih jauh

menggangu penghantaran oksigen. Mekanisme kompensasi tubuh

untuk mempertahankan kecukupan kebutuhan oksigen untuk tubuh

adalah dengan cara meningkatkan pembentukan sel darah merah

(eritropoesis) dengan mengeluarkan eritropoeitin. Akibatnya akan

terjadi polisitemia yang merupakan temuan laboratorik yang sering

tampak pada pasien TF. Polisitemia akan meningkatkan resiko

terjadinya trombosis yang mampu menyumbat pembuluh-pembuluh

darah organ vital seperti otak. Setelah terjadi infark otak akibat

trombosis akan memfasilitasi pertumbuhan bakteri sehingga

membentuk abses otak.

Dalam perjalanan penyakitnya, penderita dapat mengalami

serangan sianosis (cyanotic spell, hipercyanotic spell, tet spell,

tetralogy spell) yang harus segera dikenali dan segera mendapatkan

penanganan yang tepat karena dapat menimbulkan komplikasi pada

sistem saraf pusat. Serangan sianosis umumya terjadi pada pagi

hari/bangun tidur. Faktor-faktor pencetusnya seperti makan, menagis

kuat atau aktifitas lain. Karakteristik dari serangan sianosis

diantaranya adanya sianosis yang dalam yang selanjutnya lemas,

hiperpnea (nafas cepat dan dalam), hiperventilasi, kejang atau

kesadaran menurun sampai koma bahkan dapat meninggal.

Jika sianosis pada penderita TF parah, akan terjadi gangguan

pertumbuhan. Anemia defisiensi besi juga harus diamati

kemunculannya karena dapat lebih jauh mengganggu penghantaran

6

Page 7: makalah TOF

oksigen. Komplikasi yang nantinya sering juga muncul adalah

endokarditis infeksiosa.

2.8 Tatalaksana

Para klinisi harus mengenali dan dapat menangani serangan sianosis

dengan cara pasien atau bayi yang segera diposisikan lutut

menempel di dada (knee-chest position), berikan oksigen 3-5 L/menit,

walau hal ini biasanya tidak banyak mempengaruhi saturasi oksigen

arteri. Bila terjadi asidosis, berikan sodium bikarbonat (NaHCO3)

dengan dosis sesuai dengan hasil analisa gas darah. Berikan

propanolol IV dengan dosis 0.1 mg/kg BB. Dosis rumatan 0.5-1

mg/kgBB 2-3 kali per hari. Morfin dengan dosis 0,1 mg/kgBB secara

sub kutan. Vasokonstriksi sistemik seperti phenylephrine 0.02

mg/kgBB IV dapat digunakan jika respon terhadap obat-obatan

sebelumnya kurang baik

Penting pula KIE kepada orang tua pasien untuk mengenali

serangan sianosis dan mengetahui apa yang harus dilakukan. Sebagai

pencegahan serangan sianosis dapat dengan terapi propanolol oral

0.5-1.5 mg/kgBB setiap 6 jam selama menunggu waktu yang tepat

untuk melakukan pembedahan.

Tatalaksana TF lainnya adalah mempertahankan PCV antara 55-

65% dan Hb diatas 15 gr%. Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium

didapatkan Hb kurang dari 15 gr% segera transfusi PRC. Bila PCV

diatas 65%, transfusi plasma atau phlebotomi. Bila anemia relatif,

diberi terapi besi. Pemeriksaan darah lengkap tersebut dilakukan

setiap enam bulan.4

Melakukan pencegahan endokarditis dan menjaga kebersihan gigi

dan gusi juga perlu diperhatikan karena kuman-kuman bakteri dari

rongga mulut dapat menjadi sumber bakteremia.

Saat ini, terapi definitif untuk TF adalah dengan pembedahan.

Sebaiknya tindakan pembedahan dilakukan sebelum umur anak

mencapai 6 bulan. Operasi lebih awal diindikasikan pada anak yang

7

Page 8: makalah TOF

sangat simptomatik, hipoksemia dengan saturasi oksigen dibawah

75% atau mengalami serangan sianosis.1

Koreksi total pada TF dilakukan dengan cara menutup defek pada

septum ventrikel dan melebarkan jalan keluar ventrikel kiri melalui

reseksi jaringan infundibular. Jika koreksi tidak dapat dilakukan,

seperti pada anak dengan kelainan anatomi yang parah, maka terapi

paliatif dengan operasi Blalock-Taussig menjadi pilihan terapi. Blalock-

Taussig shunt menghubungkan arteri subklavia dengan arteri

pulmonal, sehingga aliran darah dari sirkulasi sistemik dapat

melewati paru untuk memperoleh oksigen.3

2.9 Prognosis 2

Prognosis pasien TF setelah operasi koreksi dikatakan sangat baik

dibandingkan mereka yang tidak menjalani perbaikan total ataupun

paliatif biasanya jarang mampu bertahan diatas umur 15 tahun

(tanpa koreksi total).

8

Page 9: makalah TOF

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Kondisi Saat MRS

IDENTITAS PASIEN

Nama : MKJ

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 4 Agustus 1996

Umur saat MRS : 11 th 1 bulan

Alamat : Jl. Gelogor Carik, Perum. Gelogor Indah IB No. 16

Tanggal MRS : 11 September 2007

HETEROANAMNESA

Keluhan Utama : Batuk darah

Penderita dikeluhkan batuk berdarah sejak 1 hari SMRS. Batuk darah dialami dua

kali, menyemprot, dengan volume kira-kira ¼ gelas, berwarna merah segar, tanpa

disertai lendir ataupun makanan. Hidung berdarah (mimisan) juga dikeluhkan pagi hari

SMRS, spontan tanpa mengorek hidung sebelumnya, berwarna merah segar, dengan

volume kira-kira 1 cc, berhenti sendiri. Panas badan sumer-sumer 2 hari SMRS, tanpa

disertai menggigil ataupun berkeringat banyak. Badan biru dan sesak nafas tidak

dikeluhkan. Nafsu makan dan minum normal. BAB dirasakan normal dengan frekuensi

1 kali per hari, konsistensi padat, berwarna kuning kecoklatan. BAK dirasakan normal

dengan frekuensi 4-5 kali per hari, berwarna kuning jernih, dengan volume kira-kira ¼ -

½ gelas per hari.

9

Page 10: makalah TOF

Riwayat Pengobatan

Penderita sempat dibawa ke dokter Sp.J karena keluhan batuk darah, dan diberi obat

vitamin dan puyer (lupa nama obatnya), namun belum sempat diminum penderita

langsung batuk darah hebat hingga menyemprot, sehingga langsung dibawa ke RSUP

Sanglah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sejak berusia 5 bulan, penderita didiagnosis dengan Tetralogi Fallot oleh dokter

Sp.J dan sudah pernah menjalani pemeriksaan Ekokardiografi sebanyak 3 kali dan

dinyatakan positip menderita kelainan jantung bawaan yaitu tetralogi fallot. Riwayat

batuk lama ataupun demam lama tidak ada. Riwayat kelainan perdarahan tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit jantung dalam keluarga tidak ada, dan tidak ada yang menderita

keluhan seperti penderita.

Riwayat Persalinan

Penderita lahir spontan ditolong dokter di RSUP Sanglah, dengan berat badan lahir

2800 gram, panjang badan tidak diketahui, tidak tampak adanya kelainan.

Riwayat Nutrisi

Penderita mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir sampai umur 10 bulan.

Pemberian ASI dilanjutkan dengan susu formula dari usia 3 bulan sampai sekarang.

Bubur susu dan makanan dewasa tidak diketahui kapan diberikan pertama kali.

Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi diakui lengkap oleh ibu penderita sampai usia 9 bulan. Penderita

mendapat imunisasi BCG, Polio I, II, III, dan IV, Hepatitis B I,II dan III, DPT I, II dan

III dan Campak. Setelah mendapatkan imunisasi dasar, penderita tidak mendapatkan

imunisasi ulangan.

Riwayat Tumbuh Kembang

Penderita mengangkat kepala umur 3 bulan, tengkurap 3 bulan, sudah dapat duduk

pada usia 7 bulan dan bisa berjalan mulai umur 14 bulan. Mulai bisa bicara yang

dimengerti pada usia 18 bulan. Penderita dilaporkan mulai suka melihat dan

memperhatikan ibunya tiap kali menjahit pada umur sekitar 2 ½ tahun. Pada umur

sekitar 3 tahun, penderita sudah bisa meloncat dari kursi plastik kecil milik penderita.

Penderita sudah lancar berbicara sekitar umur 4 tahun dan mulai suka mencorat-coret

10

Page 11: makalah TOF

tembok atau kertas pada umur yang sama. Saat sakit, penderita tidak bisa bermain

selayaknya anak-anak dengan normal.

PEMERIKSAAN FISIK

3.1.3 Pemeriksaan fisik

Status Present

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : E4V5M6

Tensi : 120/90 mmHg

Nadi : 108x/menit, reguler, isi cukup

RR : 21x/menit, reguler.

Tax : 36,8º C

BB : 31,5 kg

BBI : 36 kg

TB : 134 cm

LK : 52 cm

Status gizi

1. Z score (BB/TB) : + 1,63 SD ~ terletak antara -2 SD dan +2 SD

(kriteria Normal).

2. Lingkar kepala : terletak antara -2 SD sampai +2 SD (kriteria

normal menurut Kurva Nellhaus).

3. CDC Growth Chart :

BB/Umur : persentil 10 dan 25 ~ Normal

Tinggi badan ~ umur : persentil 5 dan 10 ~ Normal

BB/TB (waterlow) : BBI 30 kg, status gizi cukup

Status generalis

Kepala : normocephali, UUB menutup

Mata : konjungtiva pucat -/- , ikterus -/- , RP +/+ Anisokor

THT :

11

Page 12: makalah TOF

Telinga : sekret -/-

Hidung : napas cuping hidung (-)

Tenggorok : faring hiperemis (-)

tonsil: T2/ T2, hiperemis (+).

Mulut : mukosa bibir basah (+), sianosis (-), perdarahan gusi (-)

Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP meningkat ± 6 cmH2O

Thoraks :

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tampak pada ICS IV PSL Sinistra

Palpasi : iktus kordis ICS IV PSL sinistra, kuat angkat (-).

Auskultasi : S1 tunggal, P2 < A2, reguler,

murmur (+) sistolik grade III/6 di PSL 2 sinistra

Paru-paru

Inspeksi : bentuk torak simetris, gerakan dada simetris

Palpasi : sonor/sonor

Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi +/+ di basal, wheezing -/-

Aksila : pembesaran kelenjar (-)

Abdomen :

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : hepar-lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Genitalia : tidak ada kelainan

Inguinal : pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas :

akral hangat (+)

Oedem (-)

Cyanosis (-)

Clubbing finger (+)

Pemeriksaan penunjang

1. Darah lengkap (11 September 2007)

WBC : 9,40 K/uL

12

Page 13: makalah TOF

- Neutrofil : 67,1 %

- Limfosit : 25,2 %

HGB : 14,0 g/dl

HCT : 36,1 % PLT : 231 K/uL

2. Foto Thorax (11 September 2007) :

Cor : pembesaran jantung dengan CTR 58 %

Pinggang jantung dalam batas normal

Apeks tidak terangkat, conus Pulmonalis cekung (+)

Bootshaped (+)

Pulmo: Infiltrat (+) di paracardial

Corakan vaskuler paru meningkat

3. Elektrokardiografi : Irama sinus, HR 115 x/menit,

axis deviasi ke kanan, RVH (+)

4. Ekokardiografi (6-1-2007) : overriding aorta (+), VSD (+), RVH (+), stenosis

pulmonal (+)

Kesimpulan : tetralogi fallot

Diagnosis klinis

Tetralogi fallot dengan hemoptisis dd/ Pneumonia dan Tonsiloparingitis akut.

Penatalaksanaan

Terapi :

- Kebutuhan cairan 1730 cc/hari IVFD Dextrose 5 % + transamic acid

300 mg ~ 7 tetes/menit.

- Cefixime syr 2 x cth I

- Ambroxol syr 3 x cth I

- DMP syr 3 x cth I

Monitoring :

vital sign, balance cairan, perdarahan

Ringkasan perjalanan penyakit:

13

Page 14: makalah TOF

Penderita dirawat dengan keluhan batuk darah. Pemeriksaan yang dilakukan

selama perawatan meliputi pemeriksaan fisik present dan general. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan faring hiperemis, tonsil T2/T2 hiperemis, ictus cordis teraba di PSL

sinistra ICS IV, kuat angkat, thrill (+), suara jantung S1 tunggal, P2 < A2, terdengar

murmur sistolik grade IV/6 di PSL sinistra ICS II, terdengar ronkhi basah halus di

basal paru. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan darah

lengkap, foto rontgen thorak, elektrokardiografi. Dari hasil foto thorak ditemukan

pembesaran jantung tampak seperti sepatu boot (bootshaped), infiltrat di paracardial

kanan dan kiri, sedangkan hasil elektrokardiografi menunjukkan axis deviasi ke kanan.

Selama perawatan penderita memperoleh cairan, transamic acid, antibiotik

berupa Cefixime, obat batuk Ambroxol dan DMP. Penderita dirawat selama 4

hari, diijinkan pulang karena keluhan sudah membaik.

3.2 Kondisi Saat Kunjungan

Identitas

Nama : MKJ

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 4 Agustus 1996

Umur : 11 th

Nama Ayah : GKY

Pendidikan Ayah : Lulus SMA

Nama Ibu : R

Pendidikan Ibu : Lulus SMA

Alamat : Jl. Gelogor Carik, Perum. Gelogor Indah IB No. 16

Tanggal Pemeriksaan : 7 Januari 2008

Tabel 3.1 Karakteristik Keluarga

No Nama keluarga Umur Status Pendidikan Pekerjaan1.2.3.4.

GKY RPKDMKJ

43 tahun41 tahun12 tahun11 tahun

Ayah penderitaIbu penderitaKakak Penderita

SMASMASDSD

SwastaPegawai HotelPelajarPelajar

Heteroanamnesis (ibu penderita)

14

Page 15: makalah TOF

Pada saat kunjungan penderita dalam kondisi baik. Keluhan-keluhan yang

seringkali dirasakan saat penyakitnya kambuh, seperti sesak dan batuk tidak

dirasakan saat itu. Penderita hanya melakukan aktivitas ringan yang tidak

melelahkan untuk menghindari kekambuhan penyakitnya. Kalau kambuh

biasanya ia akan sesak dan batuk, kemudian perlahan-lahan tubuhnya membiru.

Pada saat itu biasanya penderita segera jongkok, istirahat dan minum air putih.

Penderita juga bisa kambuh jika cuaca di sekitarnya dingin.

Di sekolah, prestasi di kelasnya tidak memuaskan. Penderita sempat tidak naik

kelas saat duduk di bangku kelas 1 SD. Penderita dikatakan mengalami kesulitan

dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Tahun ini ia dipertimbangkan untuk

berhenti sekolah dan dianjurkan untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Luar

Biasa (SLB). Penderita juga seringkali menjadi bahan olok-olok teman-

temannya, sehingga terkadang ia merasa tertekan bersekolah.

Nafsu makan penderita normal. Buang air besar normal. Warna kuning

kecoklatan dengan konsistensi padat. Buang air kecil normal. Warna kuning

jernih.

Riwayat Pengobatan

Penderita secara teratur kontrol dan berobat ke spesialis jantung. Biasanya oleh dokter

diberi multivitamin untuk anak-anak. Setelah mengalami kejadian batuk darah tersebut,

Penderita juga rutin kontrol ke dokter Sp.A.

Riwayat penyakit terdahulu

Penderita didiagnosis menderita penyakit TF sejak berusia 5 bulan setelah menjalani

pemeriksaan ekokardiografi oleh spesialis penyakit jantung. Terakhir kali penderita

dirawat di RS Sanglah sekitar Bulan September 2007, Penderita datang karena batuk

berdarah. Batuk dua kali dan mulai beberapa jam SMRS. Volume darah yang keluar

pada waktu itu adalah ¼ gelas aqua. Pada pagi hari sebelum batuk darah penderita juga

sempat mimisan. Dua hari SMRS penderita mengalami panas yang sumer-sumer dan

mimisan. Sesak belum dirasakan pada saat itu. Selama menjalani perawatan di RS,

penderita mendapatkan terapi cairan dan obat batuk serta antibiotik.

15

Page 16: makalah TOF

Riwayat penyakit dalam keluarga

Riwayat penyakit jantung dalam keluarga disangkal. Dalam keluarga penderita tidak

pernah terjadi kematian mendadak.

Riwayat antenatal

Penderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu penderita rutin melakukan

kontrol ke bidan dengan teratur. Ibu penderita tidak pernah mengalami sakit maupun

kecelakaan (trauma) selama masa kehamilannya.

Riwayat persalinan

Penderita lahir spontan dan langsung menangis. Berat badan penderita saat lahir 2800

gram, panjang badan terlupakan. Tidak ada tanda kebiruan dan belum diketahui adanya

kelainan jantung.

Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi diakui lengkap oleh ibu penderita sampai usia 9 bulan. Penderita

mendapat imunisasi BCG, Polio I, II, III, dan IV, Hepatitis B I,II dan III, DPT I, II dan

III dan Campak. Setelah mendapatkan imunisasi dasar, penderita tidak mendapatkan

imunisasi ulangan.

Riwayat nutrisi

Penderita mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir sampai umur 10 bulan.

Pemberian ASI dilanjutkan dengan susu formula dari usia 3 bulan sampai sekarang.

Bubur susu dan makanan dewasa tidak diketahui kapan diberikan pertama kali.

Riwayat Tumbuh Kembang

Personal Sosial

Tersenyum spontan dan membalas senyuman : < 1 bulan

Melambaikan dan menepuk-nepuk tangan : 9 bulan

Berpakaian tanpa bantuan : 3 tahun

Sikat gigi tanpa bantuan : 5 tahun

16

Page 17: makalah TOF

Motorik Halus

Mengamati benda-benda di sekitarnya : 2 bulan

Berusaha meraih benda-benda dihadapannya : 5 bulan

Menggambar : 3 tahun

Memilih garis yang lebih panjang : 5 tahun

Bahasa

Bereaksi terhadap suara : 2 bulan

Mengucapkan 2 huruf (pa/ma) : 9 bulan

Berbicara 1 kata : 9 bulan

Berbicara : 2 tahun

Menyebut dua lawan kata : 5 tahun

Motorik Kasar

Menegakkan kepala : 3 bulan

Berdiri dengan bantuan : 2 tahun

Berjalan : 2 tahun

Berdiri pada 1 kaki selama 6 detik : 5,5 tahun

Riwayat Personal Sosial

Penderita adalah anak kedua di keluarganya. Saudara tertua penderita berusia 12 tahun,

masih bersekolah di bangku sekolah dasar. Di sekolah Penderita seringkali diolok-olok

oleh teman-emanya sehingga terkadang ia merasa tertekan kalau bersekolah dan

seringkali ia melaporkan hal ini kepada ibunya.

Riwayat Sosial Ekonomi

Keluarga penderita termasuk dalam kategori keluarga yang berkecukupan. Ayah

penderita bekerja di sektor swasta sedangkan Ibu Penderita bekerja sebagai pegawai

hotel. Penghasilan perbulan keluarga penderita berkisar antara Rp. 3.000.000,-.

Penghasilan yang diperoleh dalam keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Pemeriksaan Fisik

Status present

17

Page 18: makalah TOF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM

Nadi : 96 x/mnt

Respirasi : 28x/mnt

Toax : 37 C

Berat Badan : 31,5 kg Status Gizi (Nelson)= 87,5 % (cukup)

Berat Badan Ideal : 36 kg

Tinggi Badan : 134 cm

Lingkar Kepala : 51 cm

Status gizi

Z score = -0,7 SD Interpretasi : gizi normal

Lingkar kepala menurut Kurva Nellhaus, terletak diantara -2 SD sampai +2 SD ~

normocephali.

Status General

Kepala : Normocephali ~ 52 cm

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor

THT

Telinga : bentuk normal, sekret (-)

Hidung : napas cuping hidung (-), sianosis (-).

Tenggorokan : Faring hiperemis (+),Tonsil T2/T2 hiperemis (+).

Mulut : Gigi caries (-), Pertumbuhan gigi tidak sempurna

Leher

Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : Pembesaran kelenjar (-),

Kaku Kuduk : (-)

Thorak

Jantung

Inspeksi : precordial bulging (-), ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV PSL (S)

Kuat angkat (-), thrill (-)

RV heave (-), LV impuls (-)

18

Page 19: makalah TOF

Perkusi : sulit dievaluasi

Auskultasi : S1 tunggal, P2 < A2, Murmur (+) sistolik grade III/6 di

ICS II PSL (S)

Paru-paru

Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)

Palpasi : gerakan dada simetris

Perkusi : perkusi paru sonor/sonor

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba

Turgor normal

Extremitas : Akral hangat (+), clubbing finger (+), edema (-),

sianosis (-)

Diagnosis Klinis

Tetralogi fallot

Penatalaksanaan

Penderita kontrol setiap bulan dan setiap obat habis pada spesialis jantung dan spesialis

anak. Obat yang diberikan berupa multivitamin untuk anak.

Problem List

Tingkat pengetahuan orang tua penderita yang masih kurang tentang penyakit

jantung yang diderita anaknya, sehingga mereka tidak begitu paham akan

perjalanan penyakitnya.

Masalah sosial yang dialami penderita dimana di sekolah ia seringkali di olok-

olok oleh teman-temannya, bahkan sampai dipukul.

Prestasi sekolah kurang, penderita sempat tidak naik kelas. Penderita susah

berkonsentrasi.

19

Page 20: makalah TOF

3.2 Analisis Kasus

Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)

Kebutuhan pangan/gizi

Penderita mendapatkan kebutuhan pangan/gizi yang cukup di dalam keluarga.

Makanan yang diberikan bersama-sama keluarga mencakup nasi, tahu/tempe,

daging, sayur dan buah-buahan. Porsi makan Penderita normal untuk anak

seusianya. Dengan frekuensi makan dalam sehari dapat mencapai 4x. Orang tua

penderita sering membuatkan makanan kesukaan anaknya agar si anak mau

makan. Air minum yang diberikan adalah air mineral (galon).

Perawatan kesehatan dasar

Perawatan kesehatan dasar cukup diperhatikan. ASI diberikan sampai anak umur

10 bulan. Anak mendapatkan imunisasi secara teratur. Apabila sakit, orangtua

biasanya berobat ke dokter. Penderita secara teratur memeriksakan diri ke

tempat praktek dokter spesialis jantung dan spesialis anak.

Keluarga penderita

Penderita tinggal bersama dengan kedua orangtua dan saudara perempuan.

Keluarganya sangat menyayangi Penderita.

Lingkungan rumah

Penderita tinggal di lingkungan yang jauh dari jalan raya. Lingkungan rumah

bersih, orang tua maupun penderita memahami masalah higiene dan sanitasi

lingkungan. Sehari-hari keluarga penderita menggunakan air PAM sebagai

sumber air. Namun di depan rumah terhampar rerumputan yang luas tempat

ternak sapi. Hal ini bisa menjadi faktor risiko terjadinya penyakit mengingat

kotoran sapi bertebaran dimana-mana.

Waktu bersama keluarga

Ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan ibunya bekerja

sebagai pegawai hotel. Sehari-hari Penderita menghabiskan waktu dengan kedua

orang tua dan kakaknya.

Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)

20

Page 21: makalah TOF

Orang tua memperhatikan penderita terutama karena penyakit yang dideritanya.

Orangtua penderita selalu memperhatikan aktivitas penderita untuk mencegah

penderita menjadi terlalu lelah yang bisa memicu keluhan sesak dan batuk.

Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)

Ayah dan ibu penderita membantu penderita dalam proses perkembangan anak.

Sejak kecil orang tua memberikan pelatihan keterampilan kepada penderita di

rumah.

Ayah dan ibu mengajari penderita untuk hidup mandiri.

Penderita diberikan kebebasan untuk berkreatifitas dan melakukan hal-hal positif

yang disukai dengan juga mempertimbangkan penyakit yang diderita.

Analisis Bio-Psiko-Sosial

Biologis

Secara fisik penderita tampak lebih pendek daripada seusianya, status gizinya juga

kurang baik. Status gizi menurut Nelson, juga menunjukkan hasil kurang. Saat ini

penderita tidak merasakan sesak. Pengetahuan orang tua penderita untuk merawat

anaknya cukup.

Psikologis

Masalah kesehatan penderita mendapat perhatian cukup dari orangtuanya. Orang

tua terutama ibunya tetap menjaga dan memperhatikan kesehatan penderita

dengan mengajak penderita untuk kontrol ke tempat praktek dokter.

Sosial

Aktivitas penderita banyak dipengaruhi oleh penyakit yang dideritanya.

Penderita jarang bermain dengan anak-anak lain di lingkungan rumahnya.

Penderita juga mengalami gangguan dalam mengikuti proses pembelajaran di

sekolah.

Lingkungan rumah

Keluarga penderita tinggal dalam satu pekarangan yang terdiri dari 7 ruangan..

Satu kamar digunakan oleh orangtua penderita, kamar kedua digunakan oleh

kakak penderita, kamar ketiga digunakan oleh penderita. Tempat tinggal

penderita berlantai keramik. Penyinaran dan sirkulasi udara dalam kamar

21

Page 22: makalah TOF

penderita cukup. Masing-masing kamar memiliki 1 buah jendela yang cukup

lebar untuk keperluan penyinaran dan sirkulasi udara. Pada siang hari jendela

selalu dibuka. Untuk kebutuhan air sehari-hari keluarga penderita menggunakan

air PAM. Keluarga penderita memiliki kamar mandi/WC yang letaknya di

belakang berhimpitan dengan dapur.

Faktor risiko

Ibu penderita tidak pernah mengalami gangguan selama penderita masih dalam

kandungan. Obat-obatan yang digunakan selalu atas saran dokter atau bidan. Persalinan

pun berlangsung secara spontan dan bayi yang dilahirkan langsung menangis. Dalam

keluarga penderita tidak ditemukan kemungkinan adanya riwayat penyakit didalam

keluarga yang menderita penyakit yang sama Dapat disimpulkan bahwa belum

diketahui secara pasti faktor resiko yang mungkin menyebabkan adanya penyakit

jantung bawaan yang dialami penderita.

Penderita menderita gizi kurang diduga disebabkan oleh pola makan yang tidak

teratur dan pemenuhan gizi serta perhatian yang kurang dari orangtua.

ADVIS

ASUH

Agar selalu memperhatikan hal-hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari

baik untuk perkembangan penyakit maupun tumbuh kembangnya.

Tetap berusaha untuk selalu meluangkan waktu menemani anak disela-sela

kesibukan bekerja.

Sebaiknya orangtua memperhatikan tanda-tanda serangan sesak dan sianosis

serta mengerti apa yang harus dilakukan segera (knee-chest position, membawa

ke RS). Tanda serangan sianosis seperti seperti nafas cepat dan dalam, kesadaran

menurun, penderita tampak lesu dan lemah dan sianosis (kebiruan).

ASIH

22

Page 23: makalah TOF

Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak dan

meningkatkan kepekaan terhadap segala permasalahan anak. Oleh karena

penderita menderita penyakit yang kronis maka penderita perlu mendapat

perhatian yang lebih dari orang tuanya.

ASAH

Tetap menemani sekaligus mengawasi anak dalam belajar dan bermain,

memberikan perhatian terhadap perkembangan sekolah anak, memotivasi dan

memberikan barang-barang atau mainan yang mendukung perkembangan dan

pendidikan anak sesuai dengan umurnya.

Silsilah / Pedigree Keluarga Penderita

GKY R

PKD MKJ

Keterangan :

GKY = Ayah penderita

R = Ibu Penderita

PKD = Kakak Pertama

MKJ = Kakak Kedua

23

Page 24: makalah TOF

Denah Rumah Penderita U

9

8

Error: Reference source not found

Keterangan:

1. Kamar Orangtua Penderita

2. Kamar Penderita

3. Kamar Kakak Penderita

4. Ruang Tamu

5. Kamar Mandi

24

5

6

2 17

4

3

Page 25: makalah TOF

6. Dapur

7. Sanggah

8. Ruang Makan

9. Halaman

DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman RM. Nelson Essentials of Pediatrics. Fifth edition.

Philadelphia: Elsevier Sauders, 2006.

2. Siwik ES, Patel CR, Zahka K. Tetralogy of Fallot. Dalam: Pediatric

Cardiology Vol 2.2000, hal:880-900.

3. Park MK, Troxler RG. Pediatric Cardiology for Practitioners.

Fourth edition. Missouri: Mosby,2002.

4. Suryaatmaja S, Soetjiningsih, Penyunting. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar. Cetakan ke-2. Denpasar:Lab./SMF

Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP Sanglah; 2000.

5. Sastroasmoro S. Dasar Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Jantung Bawaan.

Jakarta: Perhimpunan Kardiologi Anak Indonesia; 1998. Hal 56-60.

25

Page 26: makalah TOF

LAMPIRAN

Dokumentasi

Foto 1. Penderita bersama pemeriksa

26

Page 27: makalah TOF

Foto 2. Penderita sedang berpose

Foto 3. Kamar tidur Penderita

27