Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Manllsia dan Lingkllngan. Vol. 12. No.3. November 2005. halo /30-B9PI/sat Swdi Lingkllngan Hidllp
Universitas Gadjah MadaYogyakarta.Indonesia
MANAJEMEN KONFLIK DALAM PEMANFAATANSUMBERDAYAALAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
LEWATPELAKSANAAN HUKUMADAT SASI
(Conflict Management in the Use of Natural Resources andEnvironmental Conservation through the Realization of Sasi TraditiOl,alLaw)
Daniel Lucas Kusapy, Cornelis Lay.., dan YosefRiwu Kaho..·ProgramStudiIImuPolitikProgramPascasaJjanaUniversitasGadjahMada
.. FakultasFisipolUniversitasGadjahMada,Yogyakarta
Abstrak
Hukum adat Sasiditetapkan melalui institusiadat atau PemerintahanTradisional di desa. Hukumtersebut mencakuppola sanksi atau hukumanyang diberikan kepadapelanggar hukum. Pola hukumanadalah dalam bentuk denda material dengan membayar barang antik atau uang,
Hukuman fisik berupa kerja paksa di kebun atau lingkungan desa. sedangkan sanksi sosialberupa pengucilan dari desa. Ditemukan bahwa warga masyarakat desa sangat patuh terhadappelaksanaan hukum adat sasi. Hal ini karena tidak saja mereka takut terhadap sanksi, tetapi jugabahwa mereka menyadari bahwa hukum adat Sasi dapat mencegah konflik antar warga.
Kata kunci: konflik, hukum adat Sasi, sanksi
Abstact
Sasi Traditional Law is determined through a traditional institution or Traditional Govern-mell1ill the village. /t includes the patterns of sanctions or punishment which are applied to theoffenders of law. The pattern of punishmell1 is in the form of material fine using ancient. all1iquegoods and IllOney.The physical punishmell1 is in the form offorced labor at the village gardens orenvironment. while the social sanction is in the form of punishmell1to evictionfrom the village. /tis found that members of the village community are very obedient and submissive towards therealization of Sasi Traditional Law. This is because not only they are afraid of the sanctions butalso they realize that the Sasi Traditional Law set them apart from conflict among the citizen.
Key words: cOllflict. Sasi traditional law, sallctions
PENDAHULUAN danjuga antar desa. sepertijuga konflik-konflikyang terjadi di daerah lain di Indonesia. Konflikyang terjadi di Kalimantan Barat, Poso SulawesiTengah, Papua dan di Maluku, dimana salahsatu faktor penyebab berawal dari pengelolaandan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
1. Latar Belakang MasalahPerebutan atas pengelolaan sumberdaya
alamdi kepulauanMalukuseringmenjadisalahsatu penyebab konflik dalam masyarakatdesa
130
Manajemen Kontlik
merata. Adanya monopoli atau dominasi darikelompok tertentu yang memyebabkankecemburuan dan kesenjangan antar satukelompoktertentu dengan yang lain, sehinggatimbul keinginan untuk mengambil alih ataumenguasai kembali oleh kelompok lain.Perebutan terse but sering bermuara padapertikaian dan kerusuhan yang berkelanjutanmenjadikontlik dengan isyuperbedaanagama,etnis, ras dan golongan (Sara).
Untuk itu perlu adanya suatu manajemenataupengaturanlebihjauh dalammengeloladanmemanfaatkan hasil alam baik di laut maupundi darat dengan kembali melihat nilai-nilaibudaya lokal atau kearifan budaya lokal yangtelahdiwariskan secara turun-temurun. Sepertiyang ada pada masyarakat Maluku yaitu yangdikenalsebagai hukumAdat Sasi. HukumAdatSasimerupakansebuahaturanpermainandalammengelola sumberdaya alam di desa-desa diMaluku. Hukum Adat Sasi tersebut menjadipedoman dalam mengelola sumberdaya alamyangada di KepulauanMalukudan merupakanbagian dari masyarakat adat setempat.
Hukum Adat Sasi yang diberlakukan diDesa Ohoider Tawun sudah membudayasebagai nilai dan aturan atau norma dalammasyarakat desa, sehingga tidak mudahdipengaruhi oleh pengaruh dari luar sepertimodemisasi dan globalisasi. Kelaupun ada ituhanya ulah anak-anak muda pendatang yangtidak menetap di desa. Masyarakatnya lebihmengedepankan nilai dan norma serta adatistiadat yang telah digariskan oleh Leluhurmereka. Untuk itu masyarakat Desa OhoiderTawun dapat disebut sebagai masyarakat adat.
Dalam penelitian ini akan melihat bagai-mana mekanisme pengelolaan sumberdayaalam baik itu pemanfaatan hasillaut dan jugahasildarat berupa tanamankelapa,dengan tetapmenjaga kelestarian lingkungan hidup danmencegahterjadinyakontlik lewatpelaksanaanHukum Adat Sasi. Bagaimana peran lembagaadat dalam mengatur pelaksanaan hukumtersebut, bagaimana mengatur pengelolaansumber daya kelautan mulai dari pemetaan
wilayah Sasi atau Petuanan (pemiliknyawilayah Laut dan darat) oleh Desa OhoiderTawun.BagaimanapenentuanhabitatataujenisIkan, Taripang, Lola serta tanaman kelapa didarat yang dilarang untuk diambil sampaikepada batasan waktu atau buka Sasi (panenbersama), yang kesemuanya telah ditetapkandan diwariskan secara turun-temurun di suatu
desa terpencil di Kepulauan Kei Kecil,Kabupaten Maluku Tenggara yaitu DesaOhoider Tawun.
Begitu pentingnya pengelolaan danpemanfaatan sumberdaya alam yang turutmenjaga kelestarian lingkungan hidup sertaturut mencegah terjadinya konflik di DesaOhoider Tawun, Kecamatan Kei Kecil,Kabupaten Maluku Tenggara. Menjadikanpelaksanaan Hukum Adat Sasi sebagai suatubentuk manajemen konflik dan pelestarianlingkungan hidup menjadi hal yang menarikuntukditeliti.
2. Perumusan MasalahMelihat permasalahan yang dikemukakan
dalam latar belakang di atas, makapermasalahan yang ada dapat dirumuskansebagai berikut :a. Bagaimana betuk pencegahan dan
penyelesaian kontlik akibat pemanfaatansumberdaya alam lewat pelaksanaanHukum Adat Sasi di desa Ohoider Tawun
Kecamatan Kei Kecil Kabupaten MalukuTenggara ?
b. Bagaimana mengelola dan memanfaatkansumber daya alam dengan tetap menjagakelestarian lingkungan yang berkesinam-bungan lewat pelaksanaan Hukum AdatSasi di Desa Ohoider Tawun, KecamatanKei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara ?
LANDASAN TEORI
1. Teori Tentang KonOikKonflik merupakan pengalaman hidup
yang cukup mendasar, meski tidak harus,kehadirannya amat mungkin terjadi pada
131
Daniel Lucas Kusapy, Cornelis Lay, dan YosefRiwu Kaho
masyarakat dimanapun juga. Konflik munculpada hubungan antara dua orang atau duakelompok manakala perbuatan yang satuberlawanan dengan yang lain, sehingga salahsatu atau keduanya terganggu. I
Sejalan dengan pendapat Agus Hardjanatersebut juga dikemukakan oleh Johnson bahwakonflik merupakan bagian dari dinamika sosialdalam tatanan pergaulan keseharian masya-rakat. 2
2. Teori tentang Manajemen KonOikManajemen konflik merupakan suatu cara
bagaimana mengatur atau mengelola suatukonflik yang berkaitan dengan penanganankonflik dan penyelesaiannya, bukan sekedarmenghilangkan konflik semata. PendapatmengenaimanajemenkonflikdikemukakanolehDavid Bloomfield3,bahwa manajemen konflikadalah suatu bentuk pengelolaan konflikberkaitandenganbagaimanamenanganikonflikdengan cara yang konstruktif, bagaimanamembawa pihak-pihak yang bertikai bersamadalam suatu proses kooperatif, bagaimanamerancang sistem kooperatif yang praktis dandapat dicapai untuk mengelola perbedaansecara konstruktif.
3. Teori tentang Pelestarian LingkunganHidup dan EkosistemLingkungan hidup merupakan system
kehidupan, dimana terdapat campur tanganmanusia terhadap tatananekosistem yang perludilestarikan. Oleh karena itu menurut batasan
yanga ada dalam Undang-undang nomor 4tahun 1982tentang Ketentuan-ketentuanPokokPengelolaan Lingkungan Hidup (UULH),bahwa lingkungan hidup adalah system yangmerupakan kesatuan ruang dengan semuabenda, daya, keadaan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang menentukanperilaku serta kesejahteraan manusia danmakhlukhidup lainnya.
4. Teori tentang Hukum Adat Sasi SuatuManajemen Kontlik dan PelestarianLingkungan HidupSasi adalah suatu Hukum Adat yang
tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulupada beberapa Desa di Maluku. Huliselanmengatakanbahwa Sasidapat diidentifikasikansebagai pengekangan ataupun laranganterhadap suatu benda yang dijaga atau diawasiagar tidak diambil atau dirusakkan olehmanusia.4 Sasi juga dapat diartikan sebagailarangan dan pembatasan kepada seseoranguntuk mengambil beda yang dijaga sebelumsaatnya. Sasi juga dapat diartikan sebagailarangan untuk mengambil hasil sumber dayaalam tertentu sebagai upaya pelestarian demimenjaga mutu dan populasi sumber daya alamhayati (hewan maupun nabati) alam tersebut.s
s. Definisi Konseptuala. Konflik secara konseptual merupakan
suatu kondisi di tengah masyarakat yangterjadi karena adanya perbedaan kepen-tingan antar individu dalam masyarakat,dimana cenderung mengarah kepada ben-trokan-bentrokan fisik, apalagi perbedaankepentingan terse but menyangkutpenguasaan dan pengelolaan sumberdayaalam yang semakin terbatas jumlahnya.
b. Manajemen konflik merupakan suatu carabagaimanamengaturataumenanganisuatukonflik, termasuk mencegah dan penyele-saikan konflik. Manajemen konflik dalamkaitannya dengan Hukum Adat Sasi dapatdiartikan sebagai suatu cara pengaturanterhadap pemanfaatan sumberdaya alam,
Harjana. Agus M. Konflik Di Tempal Kerja, Kanisius, Yogyakarta, 1994Johnson, dalam Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jendela, Yogyakarla, 2002.David Bloomfield dalam Peter Harris dan Ben Reilly. Demokrasi dan Kontlik Yang Mengakar : Sejumlah Pilihan UntukNegosiasi, IDEA Internasional. 2000. hal. 20.
Huluiselan, KUlipan oleh Lokollo, JE... Op.Cit...Hal 58.Kissya. Eliza, ... Op Cit..Hal 105
132
133
ManajemenKontlik
agar tidak terjadi konflik dan turut 2) Adanya monopoli dalam mengambilmenyelesaikan konflik di tengah masya- ikan di lautoleh sebagian warga desa.rakat Desa Ohoider Tawun, lewat aturan- 3) Perselisihan diantara warga desaaturan adat yang telah ditetapkan. akibatpengambilanhasilkebunkelapa
c. Pelestarian lingkungan hidup dan eko- milik bersama secara sepihak.sistemmerupakantindakan untukmenjaga b. Manajemen konflik yang dilakukan untuksumberdaya alam, dimana masyarakat mencegah dan menyelesaikan konflikdalammengambildan mengelolahasilalam lewat HukumAdat Sasidapat dilihat dari :untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 1) Adanya larangan pengambilan jenisdengan memanfaatkan sumberdaya alam hasillaut yang di Sasi sebelum waktuyang tersedia tersebut, hendaknya tetap panen atau Buka Sasiyang ditentukanmenjaga kelestariannya serta turut sesuai waktu yang ditetapkan.melindungi ekosistem yang ada, baik di 2) Terlarang mengambil buah kelapadarat maupun di laut agar tidak punah dan yang masihmuda sebelumwaktubukadapat dilestarikan. Sasibaikdi kebun umumdesa ataupun
d. Hukum Adat secara konseptual adalah di kebun miliki pribadi yang disasi.atau aturan hukum yang mengatur atau 3) Adanya pengawasan langsung olehmelarang masyarakat dalam wilayah adat lembaga adat yang bertugas meng-tertentu, dimana aturan terse but telah awasi jalannya pelaksanaan Hukumdigariskansecara turun-temurundan diatur Adat Sasi.oleh suatu lembaga adat, aturannya bisa 4) Adanya bentuk musyawarah lembagaberupa nilai, norma, tradisi yang sudah adat atau pemerintah adat dalammelekat dan membudaya dalam masya- penyelesaikankonflikakibatperebutanrakat, dimana bentuknya ada yang tertulis hasil alam.dan ada yang tidak tertulis, namun C. Pelestarian lingkungan hidup di Desakeberadaannyatetapdihargai dan dipatuhi, Ohoider Tawun dengan dilaksanakannyakarena memilikisanksi sosial selain sanksi hukum adat Sasi dapat dilihat dari :fisik atau juga denda materi. 1) Menjaga kepunahan ikan di laut dan
e. Hukum Adat Sasi adalah sebuah aturan pengrusakan terumbu karang.hukum yang digariskan secara turun 2) Larangan menggunakan alat penang-temurun dalam masyarakat Desa Ohoider kapan ikan yang merusak ekosistemTawun di Maluku Tenggara yang diber- laut seperti born, potazium dan pukatlakukan untuk mengatur pengambilan dan harimau.pengelolaan hasil alam, berupa hadillaut 3) Larangan menebang kayu jenisdan darat termasuk kebun dan hutan, apapun di wilayah Hukum Adat Sasi.dimana menjadi aturan main dalam 4) Mencegah abrasi akibat penebanganmasyarakat desa agar tidak terjadi konflik liar di pinggir pantai.dan kerusakan lingkungan,sekaligusdapat d. Hukum Adat Sasi yang dilaksanakan didinikmati oleh generasi berikutnya. Desa OhoiqerTawun dapat dilihat sebagai
berikut :6. Definisi Operasional 1) Ritual upacara adat dan mekanismea. Konflik yang berkaitan dengan pengelo- pelaksanaan Hukum Adat Sasi di
laan sumberdaya alam dapat dilihat dari : Desa Ohoider Tawun.1) Perbedaan kepentingan untuk meme- 2) Adanya lembaga adat atau pemerin-
nuhi kebutuhan hidupdengan meman- tah adat yang mengatur pelaksanaanfaatkan sumberdayalautyang terbatas. Hukum Adat Sasi.
Daniel Lucas Kusapy.Cornelis Lay.dan YosefRiwu Kaho
3) Adanya aturan dan larangan berupahukum adat yang ditetapkan untukdilaksanakan.
METODE PENELITIAN
1. Jenis PenelitianDalam meneliti masalah pelaksanaan
Hukum Adat Sasi di Desa Ohoider TawunKepulauanKei Kecil yang bertujuan untukmelestarikansumberdayaalamyangmerupakanbagian dari lingkungan hid up pedesaan.mencegah dan mengatasi konflik dalammasyarakat aki~at pengelolaan sumberdayaalam desa tersebut. maka dalam penelitian inipeneliti akan menggunakan analisis kualitatifdenganmetode penelitian deskriptif.
2. Unit Analisisa. Desa Ohoider Tawun Kecamatan Kei
Kedl (Kantor Kepala Desa)b. DusunOhoiderBawah.OhoiderAtas,dan
Dusun Dunuhan yang ada di desa OhoiderTawun(RumahKepalaDusun).
c. Pemuka Adat yang ada di Desa OhoiderTawun.
d. Pemuka Agama Kristen Protestan, Khato-lik dan Islam yang ada di Desa OhoiderTawun.
e. Sumberlainyangdianggapdapatmemberiinformasi dan keterangan ten tangpeaksanaan hukum adat Sasi.
3. Jenis Data yang Diperlukana. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumbemya terutama yangberhubungan langsungdengan obyek yangakan diteliti. Dalam penelitian ini dataprimer yang dibutuhkan berupa :1) Sejarah atau latarbelakang dilaksana-
kannya Hukum Adat Sasi.2) Jenis-jenis Hukum Adat Sasi di Desa
Ohoider Tawun.
3) Waktu dan pelaksanaan Hukum AdatSasi di Desa Ohoider Tawun.
4) Aturan dan larangan dalam Hukum
134
Adat sasi di Desa Ohoider Tawun
5) Bentuk-bentuk sanksi terhadappelanggaran Hukum Adat Sasi.
b. Data sekunderyaitu databerupa gambaranatau deskriptif daerah penelitian yangmeliputi:1) Kondisi geografis Desa Ohoider
Tawun
2) Kondisi demografis Desa OhoiderTawun
3) Keadaan sosial ekonomi dan budayamasyarakat Desa Ohoider Tawun.
4. Teknik Pengumpulan DataDokumentasi, Pedoman Wawancara (in-
terview guide), Pengamatan Langsung(observasi).
5. Teknik Analisa DataTeknik analisa data dilakukan dengan
tahapan-tahapansebagaiberikutini :a. Pengumpulan datab. Penilaian datac. Panafsiran data
d. Penyimpulan data
DESKRIPSI WILAYAH DAN HUKUMADAT SASI
1. Kondisi Geografi dan Demografi Wi-layah serta Keadaan Sosial, Ekonomidan Budaya Masyarakat Desa OhoiderTawun
Desa Ohoider Tawun merupakan salahsatu desa diantara 68 Desa di Kecamatan Kei
Kedl Kabupaten Maluku Tenggara. Memilikiluaswilayahsekitar46,8 km2(terrnasukwilayahlaut),dan memiliki3 (tiga)anakdesa ataudusunyaitu Dusun Ohoider Bawah, Dusun OhoiderAtas dan Dusun Dunuhan. Sebagian besarwilayah Desa merupakan wilayah laut(petuananataukepemilikanlaut)yang langsungberbatasan dengan Desa tetangga, yangsemuanya merupakan Desa pesisir pantai dansebagian besar masyarakatnya menggantung-kan hidup sebagai nelayan dan petani kebun.
Manajemen Konflik
Adapun secara geografis letak wilayahDesa Ohoider Tawun dibatasi dengan :1)Sebelah Utara : wilayahlaut yang berba-
tasan dengan pulau UT.2) Sebelah Selatan : wilayah petuanan Desa
Koiser
3) SebelahTirnur : wilayah petuanan DesaKelanit
4) Sebelah Barat : wilayah petuanan DesaNgilngof
Pad a umumnya kawasan Desa-desapesisir di Kepulauan Kei Maluku Tenggaramemilikiwilayahadat sendiri-sendiridan telahditentukansejakjarnanNenek Moyangmereka,dimana wilayah adat itu disebut dengan istilahPetuanan Desa (Wilayah Kepemilikan Desa).PetuananDesatersebutmulaidari wilayahdaratsampai ke laut dengan batasan-batasan yangtelahditentukandan diberi istilahadalahbahasa
adat setempat, dengan nama Kampung atauNegeri (Desa) disebut Ohoi sementarakawasan laut yang pada air surut disebut Metatau Meti.
Desa Ohoider Tawun rnerupakan salahsatu Desa terpencil di bagian wilayah ke-pulauanKei Kecil yang sehari-hari mengguna-kan bahasa asli yaitu Bahasa Evai. Menurutsejarah budaya masyarakat kepulauan Keidibagi dalam beberapa wilayah hukum adatyang disebut Loor. Setiap wilayah hukurn adattermasukdalam salah satudari tiga rumpunadatbesar yang disebut Ur Siu (Rumpun Sembilanalau Siwa) dan Loor Lim (Rumpun Lima)sertaLoor Lobay (Rumpun Penengah). Setiaprurnpunadatbesar inimemilikiciri khas sejarahlokal,tatanansosialpolitik,hubungan-hubungankekerabatan dan aturan-aturan hukurn adatnyamasing-masing. Meskipun demikian, secaraumum seluruh Kepulauan Kei pada dasamyamemilikisatudasarhukumadatyang sarnayaituLarwul Ngabal (HukumAdat Masyarakat Keiyang bertahan menghadapi Arus PerubahanJaman). Sementara Desa Ohoider Tawunmerupakan bagian dari salah satu RaskapBesar yaitu Raskap Loor Lobay (RumpunPenengah), yang netral dan tidak berada
dibawah Siwa maupun Lima. Dipimpin olehseorang Pati atau Raja (Kepala Desa).
2. Sejarah, Jenis dan Bentuk AturanHukum Adat Sasi serta Lembaga Adatyang MengaturnyaJadi secara terperinci jenis Hukum Adat
sasi di Desa Ohoider Tawun menurut pe-tuanan atau kepemilikan anggota masyarakatberdasarkan dapat dibagi menjadi:1) Sasi atas PetuananPribadi(Milik Keluarga
Sendiri)2) Sasi atas Petuanan Marga atau Fam (Milik
Mata Rumah)3) Sasi atas Desa atau Kampung (rnilik
Bersama)Jenis Hukum Adat Sasi menurut pembagianwilayah di Desa OhoiderTawun, dapat dibagirnenjadi 2 bagian besar, yaitu :a. Sasi atau wilayah Darat di Desa Ohoider
Tawun
b. Sasi atas wilayah Laut di Desa OhoiderTawun
Mereka yang melanggar Hukurn Adat Sasi,akan dikenakan hukurnan berupa hukurnanringan dan berat yang ditentukan ataudiputuskan dalam rnusyawarah Dewan Adat(Saniri Desa), seperti :1) Denda uang sebanyak apa yang diarnbil
(diuangkan dan dikernbalikan kepadaPernerintah Adat).
2) Denda fisik dengan mewajibkan untukrnernbersihkan rurnput di kebun desa(kebun bersarna).
3) Mernbersihkankampungataudesa denganrnenyapu dan mengangkat sarnpah.
4) Hukurnan berat berupa denda rneng-gunakan Lela (sernacarn rneriarn kuno dijarnan penjajahan Portugis).
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana Hukum Adat Sasi DesaOhoider Tawun DiterapkanSasi sebagai bagian dari sisterntradisional
pengelolaan dan pernanfaatan surnberdaya
135
Daniel Lucas Kusapy, Cornel is Lay, dan YosefRiwu Kaho
alam secara komunal, maka Sasi umum jugadiberlakukan melalui suatu ritus adat komunal
yang khas. Upacara pelaksanaan sasi padadesa-desa di Kepulauan Kei Maluku Tenggarabaik itudi Kei Kedl maupundi Kei Besar padaprinsipnya sarna saja, tergantung kapan dandimana upacara dilaksanakan. PelaksanaanHukum Adat Sasi, termasuk Sasi Laut danDarat hampir sarna prosesnya termasukupacaraadat (PertandaHukumAdat Sasimulaidilaksanakan), hanya yang membedakan yaituwaktu pelaksanaan dan wilayah adat yangdikenakan Sasi atau larangan.
Di wilayah adat Desa OhiderTawun, ritusadat untuk tutup Sasi (pernyataan mulaiberlakunya Hukum Adat Sasi), biasanyadiawali oleh serangkaian musyawarah ataupertemuan oleh Keparatan Dewan Adat (ParaSaniri), untuk memperoleh kesepakatan dariseluruh warga masyarakat adat mengenaikapan dimulainya, lama waktu atau masaberlakunya, hukumanapa saja yang dikenakankepada para pelanggaradan berbagai hal teknislainnya.
Pada umumnya diikrarkan disini bahwasetiap rumah tangga hanya boleh mengambilhasil sebanyak-banyaknya hanya 3 pohonKelama selama masa berlakunya Sasi Kelapa(untk Kequn Umum Desa). Untuk kebun milikperorangan atau mata rumah yang disasi padaprinsipnya disesuaikan waktu panen denganSasi Kebun Kelapa Umum, dimana waktupanen atau Buka Sasi ditentukan sesuai musimpanen kelapa atau kondisi buah kelapa yangrata-rata sudah tua (sekitar 6 Bulan sampai 1tahun), Pembagian sasi kebun kelapa pribadiatau perorangan diatur bagi yang punya kelapahanya mengontrol hasilnya yang kemudiandipekerjakan kepada yang tidak punya untukmengelola (membuat menjadi Kopra) danmendapat upah dengan beberapa pohon sesuaikesepakatan dengan pemiliknya.
Sementara untuk Sasi Laut di Desa
Ohoider Tawun ditentukan berupa Lola,Teripang. Siput Mata Tujuh dan Agar-agar(lamanya sekitar 1sampai 3 tahun atau sekitar
136
3 kali musim), hal ini tergantung dari banyaknyahasillaut terse but. Pengaturan pembagian hasilbuka Sasi Laut ditentukan setelah melihat hasil
pada saat buka Sasi, dimana setiap rumahtangga beserta seisi rumah (Istri dan anak-anak)secara bersama-sama serempak turun ke Lautuntuk mengambil hasil panen.
2. Bagaimana Mencegah dan Menye-lesaikan Konflik Lewat PelaksanaanHukum Adat Sasi
Ketaatan terhadap aturan yang telahditentukan dalam HukumAdat Sasi merupakansuatu kesadaran dalam diri masyarakat DesaOhoider Tawun. Mereka selain takut terhadaphukuman yang ada, baik itu hukuman fisik,denda materi dan sanksi sosial maupun karmaatau kutukan yang nanti diterima apabilamelanggar Hukum Adat Sasi tersebut, merekajuga sadar sepenuhnya bahwa hukum adattersebut melindungi mereka atau mengaturmereka agar tidak bertengkar akibat berebutanhasillaut maupun darat, apalagi mereka hidupberdampingan dan secara identitas merekaberbeda Agama yaitu Kristen Protestan,Muslim dan Kristen Katolik. Hal ini telah
terbukti dan teruji disaat Kepulauan Kei padatahun 1999 terkena imbas konflik yangbernuansa Agama di Provinsi Maluku, temyatadi Desa Ohoider Tawun sarna sekali tidak
terjadi, bahkandari desa-desa tetangga maupundari Kota Tual yang datang mengungsi untukmencari perlindungan baik dari pihak Kristenmaupun Muslim.
Aturan yang berupa larangan dan sanksiyang diberlakukan dalam Hukum Adat Sasi diDesa OhoiderTawun sudah merupakan bagiandari kehidupan masyarakatdesa tersebut dalammemanfaatkan sumberdaya alam yang ada dantersedia di desanya. Kepatuhan dan ketaatanterhadap aturan HukumAdat tersebut membuatmasyarakat terhindar dari konflik ataupertengkaran dan perkelahian diantara mereka,karena tidak ada yang merasa cemburu akibatyang lain memonopolipengelolaansumberdayaalamuntukkekayaansendiri,juga tidakadayang
Manajemen Kontlik
mencuri hasil alam milik bersama baik di laut
maupun di darat dan juga tidak ada yangmencuri hasil alam berupa kebun tetangga,karena adanya aturan hukum adat yangmengikat. Jadi yang paling penting dalammencegah konflik di tengah-tengah masyarakat,yaitu dengan mengupayakan rasa keadilan bagisegenap warga masyarakat terse but.
Prinsip keadilan tersebut yang diterapkandalam masyarakat Desa Ohoider Tawundengan pemberlakuan Hukum Adat Sasi, makasemua warga desa mendapat perlakuan yag adildan merata dalam pemanfaatan sumberdayaalam secara bersama-sama. Dimana pembagi-an secara merata dan juga penegakkan hukumyang tidak pandang bulu terhadap semua lapisanmasyarakat, walupun sebelumnya masyarakatDesa OhoiderTawun terdiri dari lapisan-Iapisanstrata sosial seperti Strata atau Kaska Mel-mel(kasta atas atau bangsawan), Ren-Ren (kastamenengah) dan Ri-Ri (kasta bawah ataubudak), namun dimata hukum tidak dibedakan
danjuga di dalam mengelola dan memanfaatkanhasil alam desa tidak ada pengotak-kotakan,semuanya mendapat bagian. Rasa keadilan inijuga tidak terlihat dalam pengambilan keputusanadat yang melibatkan Kerapatan Adat atauDewan Saniri, yang didalamnya terdapat semuaperwakilan dari mata-mata rumah atau margayang dituakan sebagai tokoh adat di desatersebut.
3. Bagaimana Melestarikan LingkunganHidup Lewat Pelaksanaan HukumAdat Sasi
Pengelolaan sumberdaya alam tradisionalyangdilakukan di Desa OhoiderTawun dengandilaksanakannya Hukum Adat Sasi terbukticukup efektif dalam menjagadan melestarikansumberdaya alam desa tersebut. Pemanfaatandan sekaligus melestarikan sumberdaya alamtersebut dilakukan dengan aturan yang cukupketat, dimana pada waktu tertentu dibuatlarangan untuk mengambil atau mengelolasumberdaya alam di kawasan tertentu di desa(Kawasan Hukum Adat Sasi), yang pada
gilirannya akan diambil ataupun dimanfaatkansecara bersama-sama (Buka Sasi) denganjumlah yang terukur (setiap keluarga telahditentukan).
Aturan dan sanksi yang tegas dari pelak-sanaan Hukum Adat Sasi turut memberikan
kontribusi yang besar bagi pelestarian sumber-daya alam yang ada di desa. Hal ini karenaadanya larangan untuk menebang kayu jenisapapun dalam kawasan hutan atau kebun milikbersama ataupun kebun pribadi yang sedang diSasi. Juga larangan untuk menangkap danmencuri hasil laut jenis tertentu di kawasanpetuanan taut yang sedang di Sasi, adanyalarangan penggunaan alat angkap jenis pukatharaimau,bornmolotovdanzat kimiaatau racunsepertipotaziumyangdapat merusakekosistemdi taut termasuk terumbu karang sebagaitempat berkembang-biak ikan dan jenis-jenishasil taut sepertiTaripang,Lola, Bia MataTujuhdan Agar-agar.
Pengaturan Hukum Adat Sasi di DesaOhoiderTawunjuga turut melindungikawasanpesisir pantai dari abrasi atau pengikisan olehair taut (ombak). Karena adanya laranganmenebang kayu di wilayah Sasi dan sekaligusberada I pesisir pantai terutama pohon Kelapadan pohon Bakau atau yang tumbuh dan hidupsuburdi pesisirpantai,hal inidengansendirinyaturut mencegah terjadinya pengikisan air laut(barasi), sehingga dengan sendirinya turutmenjaga pemukiman masyarakat warga desayang menetap di pesisir pantai. Dari hutanbakau yang ada di tepi pantaijuga memberikankehidupan tersendiri bagi ikan-ikan kedl yangbiasanya ditangkap dan sebagian dijadikanumpan untuk menangkapikan yang lebih besardi tengah taut.
Dari pengamatan langsung di DesaOhoider Tawun kenyataan yang ada wargaDesa tidak kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkanhasil alam terutama hasil taut. Mereka dalam
mencari ikan tidak perlu sampai ke taut yangdalam atauberlayarjauh untukmenangkapikan,cukup dengan membuang jaring di tepi pantai
137
Daniel Lucas Kusapy, Cornelis Lay,dan YosefRiwu Kaho
atau daerah meti sudah dapat membawa ikanpulang,demikianjuga pada saatbukaSasi, hasilpengambilan Taripang, Lola, Bia Laut, SiputMata Tujuh dan Rumput Laut mereka tidakperlu sampai ke tengah laut atau laut lepas,cukup hanya di wilayah meti ke depan sajamereka sudah cukup mendapatkannya, hanyadengan menyelambiasa secara tradisional saja,tanpa harusmenggunakanmesin penyelamataukompresor dan tabung gas ke dasar laut dalam.Kesemuanya ini terjadi karena terumbu karangyang ada di petuanan lautDesa OhoiderTawunyang terdapat di dasar laut sampai sekarangmasih tumbuh dan berkembang dengansubumya, sehingga menjadi tempat berteduhdan bertumbuhnya berbagai jenis ikan dansatwa laut lainnya. Dipesisir pantaijuga masihtumbuh dengan suburnya tanaman kelapa,ketapang dan pohon bakau yang juga ikutmelindungipantaidari abrasi sertapohonbakausebagai tempat berlindung dan bertumbuhnyajenis ikan-ikankedl di pinggirpantaimasihtetapterjaga dan terawat lewat pelaksanaan HukumAdat Sasi di desa Ohoider Tawun.
PENUTUP
KESIMPULANPelaksanaan Hukum Adat Sasi di Desa
Ohoider Tawun terbukti menjadi salah satubentuk manajemen konflik secara tradisional.Dengan dilaksanakannya Hukum Adat Sasimasyarakat Desa Ohoider Tawun tidak salingberebutan atau tidak ada yang monopoli danmelakukan tindakan pencurian hasil Laut danDarat, yang merupakan wilayah terlarangdalam hukum Adat Sasi. Masyarakat jugasecara partisipasi aktif ikut menjaga danmelindungi sumberdaya alam yang ada didesanya agar tidak dirusakkan dan sekaligusdapat dilestarikan kepada generasi berikutnyadi desa.
Dari hasH penelitian dan analisa yangdikemukakan diatas dapat diperoleh gambaransecara menyeluruh ten tang bagaimanapelaksanaanHukumAdat Sasidi Desa Ohoider
138
Tawun dapat menjadi salah satu bentukmanajemen konflik dalam masyarakat akibatpemanfaatan sumberdaya alam dan juga ikutmelestarikan lingkungan hidup di Desa. Selainitujuga pelaksanaanHukumAdat Sasi menjadisuatu Otonomi Desa yang ikut menyelesaikanmasalahnya sendiri pada tingkat Desa sendiriatau mampu mencegah dan menyelesaikanmasalah mereka sendiri, serta di satu sisi
merupakan bagian dari fungsi-fungsipemerin-tahan yang ada. Dimana lewat pelaksanaanHukum Adat Sasi masyarakat lebihdiberdayakan dari segi penambahan ekonomimasyarakat dan juga adanya pengaturan atauregulasi yang dilakukan lewat lembaga adatDesa Ohoider Tawun dalam mengatur polakehidupan masyarakatnya.
SARAN
Adapun saran penelitiandalam membahaspelaksanaan HukumAdat Sasidi Desa OhoiderTawunsebagaisuatubentukmanajemenkonflikdan suatu bentukpelestarian lingkungan hidup.Ada beberapa saran masukkan yang ingindisampaikan, antara lain:1) Kepada Pemerintah Pusat agar dapat
memberikan peluang yang lebih besarkepada bertumbuh dan berkembangnyanilai-nilaiataukearifanbudayalokaldalammasyarakat Indonesia.
2) KaumAkademisidi perguruan tinggiyangada dan tersebat di seluruh Indonesia, agarturut berpatisipasi aktif mengembangkankearifannilai-nilailokalyangadadi daerah-daerah sebagai suatu bentuk kajian ilmiahyang dapat bermanfaat bagi peningkatanIImu Pengetahuan.
3) Kepada Lembaga-Iembaga Penelitian diBidang Lingkungan Hidup agar dapatmeluangkanwaktudan pemikirannyauntukmenelitilebihjauh menyangkutkeberadaanekosistem laut di Desa Ohoider TawunMaluku Tenggara.
4) Pemerintah Daerah Kabupaten MalukuTenggara agar dapat mengambil contohkongkritpolakebersamaandalamkehidup-
Manajemen Kontlik
an bermasyarakat, serta benluk Pemerin-tahan Adat yang legitimit dan melibatkansemua unsur dalam masyarakat.
5) Pemerintah Desa Ohoider Tawun agartetap menjaga dan melestarikan budayaatau nilai-nilai lokal tennasuk Hukum Adat
Sasi yang telah ada dan tumbuh dalammasyarakat.
6) Kepada warga masyarakat Desa OhoiderTawun supaya tetap menjaga kekompakandan talih persaudaraan diantara sesamawarga, tidak membedakan dari latarbelakangnya, juga darimana ia datanguntuk tetap welcome menerima siapa sajayang mau masuk di Desa Ohoider Tawundengan tujuan ingin membangun Desa.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Mitchel, B Setiawan dan Dwita HadiRahmi dalam Pengelolaan Sumber-daya dan Lingkungan. Gadjah MadaUniversiti Press, Yogyakarta,2000.
Mark Anstey dan kawan-kawan, Demokrasidan Konflik Yang Mengakar: Se-jumlah Pilihan Untuk Negosiasi.IDEA Intemasional, 2000.
Haeruman. H. Ana/isa Dampak LingkunganBagi Penentuan KebijaksanaanPemerintah dalam PembangunanNasional. Kantor Menteri LingkunganHidup (PPLH), Jakarta, 1982.
Harjana, Agus M. Konflik di Tempat Kerja,Kanisius,Yogyakarta,1994.
Huluiselan, Kutipan oleh Lokollo, JE. HukumSasi di Maluku Suatu Potret
Bin(lll/ulia Lingkungan Pede sa anYang Dicari Pemerintah, Dies NatalisXXV Universitas Patimura Ambon.
Johnson, dalam Simanjuntak, KOI~flikStatusdan Kekllasaan Orang Batak Toba,Jendela, Yogyakarta, 2002.
JosefRiwu Koho, MPA, Materi Kllliah Po/itik
Lokal dan Otonomi Derah. ProgramPasca Sarjana POLOKDA. UGM,Yogyakarta, 2002.
Kissya, Eliza. Sasi Aman Ham Uklli. Sejati.Jakarta 1993.
Koentjroroningrat, Metode-metode Pene/itianMasyarakat, Jakarta, 1977.
Lexy. J. Moleong, Metedologi Penelitian
Kualitatij. Remaja Roskad;lharja,Bandung, 1994.
Taufiq Andrianto, Tuhana, Konflik Maluku,Gama Global Media, Yogyakarta, 2000.
Tel'Haar Dalam, Koetjaraningrat, KebudayaanMentalitas dan Pembangunan,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Ton Dietz dalam Roem Topatimasang, Hak AtasSumberdaya Alam, Pustaka Pelajar,Insist Press, Yogyakarta, 1994.
Winarno Surachman, Dasar dan Teknik Re-
search, Pengantar Metodologi Ilmiah.Tarsito Bandung, 1970.
Yayasan Hualapopu, Fakultas Hukum danPusat Studi Universitas Pattimura
Ambon, Laporan Penelitian AdatKelautan di Maluku, 1991.
139