121
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT MEKAR DA’WAH SERPONG TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: NAZAR RUDIANSYAH 1112053000039 KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49100... · 2020. 1. 8. · Dalam pengertian lain menejemen risiko dapat diartikan sebagai

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH

    PADA BMT MEKAR DA’WAH SERPONG

    TANGERANG SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Disusun Oleh:

    NAZAR RUDIANSYAH

    1112053000039

    KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1439 H / 2018 M

  • MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH

    PADA BMT MEKAR DA’WAH SERPONG

    TANGERANG SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Disusun Oleh:

    NAZAR RUDIANSYAH

    NIM : 1112053000039

    Lili Bariadi, MM.M.Si

    NIP ; 197405191998031004

    KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1439 H/2018M

  • i

    ABSTRAK

    NAZAR RUDIANSYAH, NIM 1112053000039, Manajemen Risiko Pada

    Pembiayaan Murabahah BMT Mekar Da’wah, Program Studi Manajemen

    Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, di bawah bimbingan

    Lili Bariadi, MM. M.Si.

    Perbankan syariah terus melakukan inovasi agar memberi pelayanan

    terbaik kepada seluruh nasabahnya. BMT saat ini juga mulai berfokus dalam

    memberikan pembiayaan kepada usaha kecil. Peningkatan pembayaan sejalan

    dengan program pemerintah yang semakin memberikan kemudahan pada usaha

    kecil untuk berkembang. Salah satu BMT yang mengandukung pembiayaan pada

    usaha kecil adalah BMT Mekar Da’wah. Dalam proses pembiayaan atau

    penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama BMT, tentunya BMT Mekar

    Da’wah tidak terlepas dari risiko. Oleh karena itu manajemen risiko yang baik

    diperlukan BMT Mekar Da’wah untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi

    pada produk pembiayaan dengan prosedur dan kebijakan yang tepat.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana risiko kredit yang

    dihadapi dalam pembiayaan BMT Mekar Da’wah dan mengetahui bagaimana

    prosedur penerepan manajemen risiko kredit pada pembiayaan murabahah di

    BMT Mekar Da’wah untuk meminimalisir dampak negatif yang disebabkan oleh

    risiko tersebut.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen risiko BMT mekar

    Da’wah dalam menghadapi risiko pembiayaan Murabahah dan megetahui

    langkah-langkah yang digunakan BMT Mekar Da’wah dalam menyelesaikan dan

    meminimalisir dampak dari risiko tersebut. Dalam penulisan ini, penulis

    menganalisis data dengan menggunakan tekhnik analisa deskriptif kualitatif yaitu

    dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa

    untuk mengungkapkan arti data tersebut.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa risiko kredit atau pembiayaan yang

    dihadapi BMT Mekar Da’wah dalam pembiayaan murabahahnya tidak besar.

    Risiko ini disebabkan karena adanya proses gagal bayar dari pihak nasabah yang

    tidak bisa membayar kewajibannya sehingga menyebabkan pembiayaan tersebut

    bermasalah. Pembiayaan murabahah di BMT Mekar Da’wah menerapkan prinsip

    kehati-hatian dalam memberikan pembiayaannya kepada nasabah. Dan dalam

    penerapan manajemen risiko di BMT Mekar Da’wah mengunakan analisa 5C

    sebelum terjadinya risiko dan setelah risiko terjadi pihak manajmen BMT Mekar

    Da’wah melakukan pendekatan secara personal kepada nasabah.

    Kata kunci : Manajemen Risiko, Pembiayaan Murabahah

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat

    dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah dalam bentuk skripsi

    ini. Shalawat serta salam juga tidak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah

    SWT agar dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai

    suri tauladan kita yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman

    yang terang benderang dipenuhi oleh cahaya-cahaya Islam.

    Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada

    kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Rudin dan Ibunda Nafsiyah yang

    senantiasa mencurahkan segala kasih sayang dan cinta kepada penulis, serta selalu

    menyertakan penulis dalam setiap doa-doa yang dipanjatkannya kepada Allah

    SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk

    mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S. Sos).

    Selanjutnya, juga yang paling penting penulis mengucapkan rasa terima

    kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung

    penulis dalam menyelasikan skripsi ini, diantaranya adalah :

    1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi, Suparto, Ph.D, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,

    Dr.Rhoudonah, MA, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,

    dan Dr. Suhaemi, M.Si. selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

    2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

    dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah

    yang selalu memberikan arahan kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi

    ini.

    3. Lili Bariadi, MM. M.Si. selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

    ini, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya kepada penulis

  • iii

    sehingga penulis dapat mengoreksi skripsi ini dengan cermat dan teliti dan

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

    telah memberikan banyak ilmu pengetahuan baik dalam bidang akademik

    maupun non akademik kepada penulis, semoga semua ilmu yang telah

    penulis terima dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

    5. Kepada Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

    Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan

    meminjamkan koleksi buku-bukunya sebagai referensi bagi penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak Ahmad Fauzi selaku KaBag Marketing dan seluruh staf yang telah

    mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di kantor yang beliau

    pimpin. Terima kasih kepada Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala

    Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah dan yang telah bersedia dan

    meluangkan waktunya untuk memberikan informasi terkait penelitian skripsi

    ini. Terima kasih juga di BMT Mekar Da’wah serta kepada seluruh staf

    karyawan BMT Mekar Da’wah yang telah memberikan sambutan yang

    hangat kepada penulis sehingga penulis merasa nyaman ketika melakukan

    penelitian.

    7. Paman-paman saya Emboh suherman, Asep Saiful Abdi SH., Romi

    Pamungkas SH., Muhamad Sadar, dan Bibi-bibi saya Siti Asmanah,

    Asnanih, Rohiyah SH., Susana H.md.Kep yang telah memberikan

    dukungan dan motivasi kepada saya dalam menjalani proses perkuliahan

    untuk menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

    8. Kepada sahabat-sahabat kosan (Syauqi Jazuli, M. Musyfiq Hidayat,

    Kharisma Syahputra, Tsalis Muahammad Duha, Habibullah Musthafa,

    Encep Ilyan, Muhammad Ato, Bisri Muhammad, Ade Wahyudi) yang telah

    menemani perjalanan penulis di masa kuliah hingga akhirnya skripsi ini

    terselesaikan.

  • iv

    9. Kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan Manajemen Dakwah, semoga

    kita semua bisa lulus dan menjadi orang yang sukses serta bahagaia di dunia

    dan akhirat.

    10. Kepada kawan-kawan KKN SANGKARA semoga kita bisa berkumpul

    bersama lagi dengan suasana yang hangat seperti saat KKN di Desa

    CIKAREO.

    Pada semua pihak yag tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

    telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua

    kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. penulis

    menyadari bahwa masih banyak kekurngan dan ketidaksempurnaan dalam

    penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan.

    Jakarta, 10 Januari 2018

    Nazar Rudiansyah

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................... 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7

    D. Metodologi Penelitian .................................................................. 9

    E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12

    F. Sistematika Penyusun .................................................................. 12

    BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN RISIKO, DAN

    PEMBIAYAAN MURABAHAH

    A. Risiko ........................................................................................... 16

    1. Pengertian Manajemen Risiko ............................................... 16

    2. Jenis-jenis Risiko Perbankan.................................................. 23

    3. Manajemen Risiko Dalam Pandangan Islam ......................... 27

    B. Pembiayaan Murabahah ............................................................... 31

    1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ....................................... 31

    2. Landasana Hukum .................................................................. 35

    3. Ketentuan Umum Murabahah ................................................ 39

    4. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan ...................... 41

    5. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah ............................................. 39

    C. Konsep Baitul maal wat Tamwil .................................................. 49

    1. Pengertian BMT ................................................................... 49

    2. Konsep Islam Tentang BMT ................................................ 51

    BAB III PROFIL BMT MEKAR DA’WAH

    A. Sejarah BMT Mekar Da’wah ....................................................... 53

    B. Visi,Misi dan Tujuan BMT Mekar Da’wah ................................. 55

  • vi

    C. Filisofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar da’wah ....................... 57

    D. Budaya Kerja BMT Mekar Da’wah ............................................. 59

    E. Target, Motto dan Jargon BMT Mekar Da’wah .......................... 60

    F. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah ............. 62

    G. Teknologi dan Jaringan kerja BMT Mekar Da’wah .................. 66

    H. Produk-produk BMT Mekar Da’wah .......................................... 67

    BAB IV MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH

    PADA BMT MEKAR DA’WAH

    A. Identifikasi Risiko Pembiayaan Murabahah pada BMT Mekar

    Da’wah ......................................................................................... 71

    B. Penerapan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan Murabahah

    pada BMT Mekar Da’wah .......................................................... 77

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................. 95

    B. Saran ............................................................................................. 95

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 97

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Rating dan Scoring Credit......................................................................... 83

    Tabel 4.2 Industry Risk ............................................................................................. 84

    Tabel 4.3 Tingkat Kolektibilatas Nasabah ................................................................ 85

    Tabel 4.4 Kolektibilitas Nasabah .............................................................................. 88

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah ............................................. 63

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Secara umum lembaga keuangan syari’ah adalah

    mendistribusikan pembiayaan yang merupakan salah satu

    tugas pokok perbankan, yaitu memberikan fasilitas

    penyediaan dan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak

    yang membutuhkan modal.1 Selain itu, pembiayaan

    merupakan bagian terbesar dari aktivitas perbankan, karena

    pembiayaan merupakan ativitas utama dari perbankan.

    Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan

    jual beli yang merupakan instrumen pembiayaan perbankan

    syari’ah merupakan sumber pendapatan yang dominan.2

    Melihat kondisi seperti ini, maka salah satu fungsi dari

    lembaga perbankan syariah adalah menyalurkan

    pembiayaan.

    Pembiayaan dipahami sebagai pendanaan yang

    dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

    direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan

    oleh orang lain.3 Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh

    terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh

    1 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syaria’ah Dari Teori Praktek,

    (Jakarta: Gema Insani Press; 2001), Cet. Ke-1, h. 160 2 Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, ( Jakarta:

    Pustaka Alvabet, 2006) Cet. Ke-4 h. 2008 3 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: AMP

    YKPN, 2002), Cet.ke-1, h. 304

  • 2

    sebab itu, kualitas dari efiseinsi harus dijaga, agar jangan

    sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya.

    Bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan,

    tetapi lebih dari itu akan menyebabkan kerugian perbankan

    karena tidak terbayarnya kembali dana yang ditanamkan

    dalam pembiayaan itu.4 Dalam rangka meningkatkan

    efektifitas bisnisnya, lembaga keuangan syari’ah biasanya

    memiliki beragam jenis pembiayaan yang salah satunya

    adalah pembiayaan murabahah.

    Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga

    pembelian barang kepada pembeli, kemudian mensyaratkan

    atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah

    lembaga perbankan membiayai pembelian barang yang

    dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu

    dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah

    dengan harga yang ditambah keuntungan. Dengan kata lain,

    penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar

    cost-plus profit.5

    Dengan demikian, pembiayaan murabahah

    merupakan suatu pembiayaan yang diberikan kepada

    nasabah untuk membeli barang yang diperlukan dengan

    perjanjian bahwa nasabah akan memberikan keuntungan

    4 Nasruddin, “Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas

    dan profitabilitas bank”Artikel diakses pada tanggal 22 desember 2016 dari

    www.wikipedia.com 5 Heri Darsono, bank dan lembaga keuangan Syari’ah; Deskripsi dan

    Ilustrasi, ( (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), cet, ke-2, h.62

    http://www.wikipedia.com/

  • 3

    kepada pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan.

    Dalam hal ini, pihak-pihak yang telah memberikan

    pembiayaan seperti bank-bank syari’ah atau lembaga-

    lembaga keuangan mikro syari’ah lainnya seperti bank aau

    non bank.

    Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu

    tindakan atau kejadian yang dapat menimbulkan dampak

    yang berlawanan dengan hasil yang dicapai. Risiko dalam

    sudut pandang BMT didefinisikan sebagai peluang dari

    kemungkinan terjadinya situasi buruk yang berdampak

    negatif terhadap pendapatan dan permodalan BMT. Risiko-

    risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola

    dan dikendalikan.6 Oleh karena itu, sebagaimana lembaga

    perbankan pada umumnya, BMT juga memerlukan

    serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi mengukur dan

    mengendalikan risiko-risiko yang akan dihadapi, atau yang

    biasa disebut dengan menejemen risiko.

    Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk

    mengetahui, menganalisa serta mengendalikan risiko-risiko

    yang akan dihadapi.

    Manejemen risiko merupakan suatu usaha untuk

    mengetahui, menganalisa serta mengendalikan risiko dalam

    setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan memperoleh

    6 Dr. Kasmir,Dasar-Dasar Perbankan, Ed. Revisi ( jakarta: Rajawali

    Pers 2012), h.136

  • 4

    efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Dalam pengertian

    lain menejemen risiko dapat diartikan sebagai sebuah cara

    atau metode untuk mengetahui berbagai jenis risiko dan

    bagaimana cara untuk menganalisa dan mengendalikan

    risiko-risiko yang ada dengan tujuan agar perusahaan

    terhindar dari risiko tersebut.

    Manajemen risiko yang baik dapat menekan

    probabilitas dan dampak negatif dan resiko yang ada ,

    konsep manajemen risiko juga diperuntukan guna

    meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, organisasi atau

    perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan syariah

    menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan suatu hal

    yang penting sehingga membutuhkan sistem manajerial

    yang mampu meminimalisir segala kemungkinan risiko

    yang dihadapi dalam kegiatan usahanya.

    Salah satu lembaga keuangan Bank Syariah non Bank

    adalah BMT (Baitul Mall wa Tamwil) yaitu lembaga

    keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasrkan

    prinsip-prinsip syariah. Fungsi utama dari BMT itu sendiri

    Adalah:

    a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan

    kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan

    investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi

    pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain

  • 5

    mendorong kegiatan menabung dan menunjang

    pembiayaan kegiatan ekonomi.

    b. Baitul Mall (rumah Harta), menerima titipan dan zakat,

    infaq dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya

    sesuai dengan peraturan dan amanahnya.7

    Keberadaan Baitul Mall wa Tamwil (BMT)itu sangat

    membantu perekonomian ummat khususnya bagi

    masyarakat kalangan kecil dan mokro. Karena BMT itu

    sendiri khusu dibuat untuk membantu perekonomian

    masyarakat dalam skala penyaluran investasi Bank Syariah

    pada segmen masyarakat paling bawah yang memiliki

    kemampuan produktif.

    Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan

    berbagai jenis kegiatan usaha, baik yang berhubungan

    dengan keuanagan maupun non keuangan. Jenis usaha BMT

    yang berhubungan dengan keuangan berupa himpunan

    dana, kegiatan pembiayaan/ kredir usaha kecil ke bawah

    (mikro) dan kecil.8

    Di Indonesia sendiri sampai dengan tahun 2016,

    bahwa perkembangan usaha mikro kecil mencapai 99.39%

    termasuk didalamnya BMT. Dengan perkembanagn yang

    sangan pesat tersebut menujukan bahwa semakin

    banyaknya nasabah yang menyimpan dananya ke LKMS

    7 Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta :

    Kencana, 2009,) h. 8 Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu

    kajianTeoritis Praktis. (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012). H.331

  • 6

    ataupun BMT. Semakin besar asset yang dimiliki kepada

    BMT. Oleh karena itu BMT harus mulai berhati-hati dalam

    mengelola dana nasabah supaya tidak terjadi sesuatu yang

    dapat merugikan BMT itu sendiri. Sebagaimana Bank,

    BMT adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh

    dari interaksi dengan nasabah sehingga risiko tidak

    mungkin ada. Berbagai likuiditas, risiko operasional, risiko

    hukum, resiko pasar dan lain-lain, ditambah dengan situasi

    yang tidak menentu maka menejemen risiko sangat

    diperlukan oleh BMT.

    Dalam menyalurkan pembiayaanya, BMT sangat

    rentan mengalami risiko kerugian akibat adanya

    keterlambatan pembiayaan (kredit macet) ataupun gagal

    bayar para nasabah.

    Sejak awal berdirinya’ BMT-BMT dirancang sebagai

    lembaga ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan

    suatu lembaga ekonomi rakyat yang secara konsepsi dan

    secara nyata memang lebih kepada masyarakat bawah yang

    miskin dan nyaris miskin. BMT berupaya membantu

    mengmbangkan usaha mikro dan usaha kecil, terutama

    bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha membantu

    permodalan tersebut, yang biasa dikenal dalam istilah

    pembiayaan dalam khazanah keuangan modern, maka

    BMT juga berupaya menghimpun dana, terutama sekali

    yang berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Dengan

  • 7

    kata lain BMT pada prinsipnya berupaya mengorganisasi

    usaha saling menolong antar warga masyarakat suatu

    komunitas dalam masalah ekonomi yang sudah barang tentu

    dimediasi oleh BMT.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan

    untuk menganalisis jenis risiko yang dihadapi pembiayaan

    murabahah dan menganalisa bagaimana tingkat penerapan

    menejemen risiko pembiayaan BMT Mekar Da’wah dalam

    meminimalisir risiko. Oleh karena itu, peneliti mengambil

    judul “Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada

    BMT Mekar Da’wah Serpong Tangerang Selatan”

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Untuk lebih terarah penelitian ini dan

    menghindari terjadinya penyimpangan pembahasan dari

    pokok permasalahan, maka perlu dibuat pembatasan

    agar penulis lebih mudah dalam melakukan penelitian.

    Permaslahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya

    pada manejemen risiko pembiayaan murabahah pada

    BMT Mekar Da’wah Serpong

    2. Rumusan Masalah

    Agar peneliti ini lebih terarah dan focus maka

    permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut :

  • 8

    a. Bagaimana identifikasi risiko pembiayaan

    murabahah di BMT Mekar ?

    b. Bagaimana penerapan dan pengendalian risiko

    pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Peneliti

    a. Untuk mengetahui tingkat risiko pembiayaan

    murabahah pada BMT Mekar Da’wah

    b. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko

    pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah .

    2. Manfaat Peneliti

    a. Akademis

    Penilitian ini diharapkan dapat menambah

    wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca

    khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta dapat

    berguna bagi banyak pihak terutama sebagai

    tambahan referensi atau perbandingan bagi studi-

    studi yang akan datang.

    b. Praktis

    Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi,

    akademisi dalam penelitian selanjutnya sehingga

    dapat menjadi perbandingan bagi penelitian yang

    lain.

  • 9

    c. Rekomendasi

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

    pertimbangan dan rekomendasi bagi pihak

    manajemen risiko pembiayaan murabahah BMT

    Mekar Da’wah Serpong tangerang selatan dan

    menjadi bahan kajian, serta tim pelaksaan program

    pembiayaan murabahah yang menangani masalah

    khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang

    sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum

    tercapai secara optimal.

    D. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Pendekatan Penelitian

    Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian

    skripsi ini adalah pendekatan bersifat kualitatif.

    Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah

    metode deskriptif-kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian

    yang melukiskan keadaan obyek atau pristiwa tanpa

    suatu masksud untuk mengambil kesimpulan-

    kesimpulan yang berlaku secara umum.9dalam

    penelitian ini penulis menguraikan dan menggambarkan

    tentang formula 5C terhadap pembiayan murabahah di

    BMT Mekar Da’wah Serpong Tangerang Selatan .

    9 Masri Singarimbun, Setvan Efendi, Metode Penelitian Survei, (

    JakartaLP3S, 1989), hal. 192

  • 10

    2. Sumber Data

    a. Primer

    Data primer merupakan suatu hal atau informasi

    yang di didapat secara langsung dari nara sumber yang

    diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan

    objek penelitian.

    b. Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh

    oleh suatu instansi atau perorangan yang kemudian

    sudah dalam bentuk jadi dn di publikasikan secara

    umum, data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal-

    jurnal ilmiah serta sumber lainnya yang dapat di percaya

    keaslian informasinya dan dapat dijadikan bahan

    penunjang penelitian ini.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis

    menggunakan dua macam teknis pengumpulan data yaitu

    melalui penelitian kepustakaan ( library reseach) dan

    penelitian lapangan ( field reseach).10

    a. Penelitian Kepustakaan .

    Penelitian kepustakaan, yaitu peneliti melakukan

    penelusuran literature dan buku rujukan yang relevan

    dengan pembahasan skripsi ini.

    10

    Burhan Ashshofa, metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT Asdi

    Mahastya, 2004), h. 61

  • 11

    b. Penelitian Lapangan.

    Peneitian lapangan yaitu, meakukan

    penelitian langsung ke tempat yang dijadikan obyek

    penelitian, dalam hal ini adlah lembaga BMT Mekar

    Da’wah . Untuk memperoleh data yang dibutuhkan

    dilakukan dengan cara:

    1) Observasi

    Yaitu mengadakan pengamatan langsung yang

    dilakukan secara sistematis dari fenomena yang

    diselidiki.11

    Dalam hal ini penulis mengikuti

    study dokumen di BMT Mekar Da’wah untuk

    memperoleh daya yang valid.

    2) Interview (wawancara)

    Yaitu salah satu cara memperoleh data dengan

    melalui informasi yang didengarnya oleh panca

    indera pendengaran, yang sebelumnya ditanyakan

    terlebih dahulu kepada informan.12

    penulis akan

    mewawancarai pengurus dan manajer BMT

    sebagai sample yang dapt menjabarkan isu

    permaslahan yang menyangkut penelitian ini..

    3) Studi Dokumen

    Yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan data-

    data yang tidak langsung, berupa laporan yang

    11

    Sutrisno Ashshofa, Metodologi Research, ( Yogyakarta:Fak

    Psikologi UGM, th.1994), h. 136 12

    Nurul Hidayat, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan

    KuAlitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006), Cet.ke-1, h.142

  • 12

    diperoleh dari BMT Mekar Da’wah dan laporan

    yang lain berkaitan dengan penelitian.

    4) Tempat dan Waktu Penelitan

    Penelitian ini dilaksanakan di kantor BMT Mekar

    Da’wah Serpong, Tangerang Selatan.

    5) Teknik Analisis Data

    Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik

    penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis

    deskriftif, yaitu suatu teknik penelitian dimana

    penulis terlebih dahulu menggambarkan data dan

    informasi yang berlandasan fakta-fakta untuk

    dianalisis.

    6) Teknik Penulisan Skripsi

    Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam

    skripsi ini mengacu pada penulisan skripsi, tesis

    dan disertasi yang disusun oleh tim Universitas

    Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, dterbitkan

    Oleh UIN Press Tahun 2007, Cetakan ke dua.

    E. Tinjauan Pustaka

    BMT merupakan salah satu lembaga mikro yang

    berdasarkan syariah. Secara kelembagaan BMT didampingi

    atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

    (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena

    mengemban misi yang terlalu luas, yakni menetaskan usaha

  • 13

    kecil. Dalam prakteknya PINBUK menetaskan BMT, dan

    pada gilirannya BMT meneteaskan usaha kecil

    Sejauh pengamatan penulis, terdapat banyak

    penelitian yang membahas tenttang BMT seperti:

    Judul skripsi” Chairunnisa Wahyu Utami, mahasiswa

    Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun 2015.

    “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada

    Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Serpong Utara”,

    pada penulisan skripsi ini penulis focus pada bagaimana

    Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Serpong Utara

    mengelola Risiko dalam pembiayaan murabahah.

    F. Sistematika penyusun

    Untuk lebih mempermudah dan sekaligus agar

    pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis,

    maka penulis membagi atas lima bab, kelima bab tersebut

    secara rinci sebagai berikut : berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Berisi tentang beberpa hal yang berkaitan terdiri

    dari latar belakang masalah, pembatasan dan

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, metode penelitian yang digunakan

    dalam mengumpulkan data, dan diakhiri dengan

    uraian tentang sistematika penulisan.

  • 14

    Bab II Landasan Teori Tentang Manajemen Risiko

    Pembiayaan Murabahah

    Berisi tentang definisi-definisi judul penelitian

    mengenai Bab II ini menjalankan tentanglandasan

    teori, yang memuat tentang deskripsi teori yang

    berisikan tentan pengertian manajemen, risiko,

    pembiayaan murabahah, landasan hukum

    murabahah dan Baitul Maal Wat Tamwil dan

    aplikasi Murabahah pada BMT.

    Bab III Gambaran Umum Tentang BMT Mekar

    Da’wah Serpong Tangerang Selatan :

    Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran

    umum mengenai Baitul Maal Wat Tamwil, mulai

    dari sejarah berdirinya, visi-misi, Profil BMT

    Mekar Da’wah, struktur organisasi, macam-macam

    produk BMT Mekar Da’wah, Motto BMT Mekar

    Da’wah, prinsip operasional BMT Mekar Da’wah.

    Bab IV Analsis Manajemen Risiko Pada BMT

    Mekar Da’wah :

    Bab ini berisi tentang inti dari penelitian dimana

    penulis akan membahas penilaian BMT Mekar

    Da’wah terhadap hasil penelitian dan pembahasan

    yang merupakan hasil dari analisis data yang

    sudah dilakukan. Analisis ini dilakukan agar

  • 15

    menemukan solusi yang tepat dalam menentukan

    risiko pembiayaan Murabahah.

    Bab V Penutup

    Merupakan bab akhir, didalam bab ini penulis

    mengemukakan kesimpulan dari seluruh

    pembahsan sebelumnya dan sekaligus menjawab

    permaslahan poko yang dikemukakan sebelumnya,

    dan kemudian penulis mengemukakan saran-saran.

  • 16

    BAB II

    MENEJEMEN RISIKO DAN PEMBIAYAAN

    MURABAHAH

    A. Manajemen Risiko

    1. Pengertian Manajemen Risiko

    Istilah manajemen berasal dari kata kerja to

    manage berarti control dalam bahasa Indonesia dapat

    diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.

    Selanjutnya, manajement dapat mempunyai berbagai arti

    pertama sebagai pengelola, pengendalian atau

    pengamanan (“managing”) kedua, perlakuan secara

    terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful

    treatment. ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut,

    yaitu berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan,

    rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam

    mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk mengetahui definisi

    dari manajemen risiko secara menyeluruh dengan

    memahami definisi dari manajemen dan risiko itu sendiri.

    Manajemen menurut George R. Terry yang dikutip

    oleh H. Malayu S.P. Hasibuan di dalam bukunya

    Manajemen, dasar, pengertian dan masalah adalah,

    didefinisikan sebagai proses perancanaan,

    pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan

    aktifitas-aktifitas suatu organisasidalam rangka mencapai

  • 17

    sesuatu koordinasi sunber-sumber daya mausia dan

    sumber alam hal pencapaian sasaran secara efektif dan

    efisien.13

    Sementara menurut Zaini Muchtar (Dosen

    Fakultas Dakwah UIN Jakarta) dalam bukunya Dasar-

    dasar Manajemen Dakwah, menjelaskan tentang

    pengertian manajemen yaitu aktifitas untuk mengatur

    kegunaan sumber daya bagi tercapai tujuan organisasi

    secara efektif. Pimpinan yang mengatur aktifitas disebut

    manager (manajer) dan anggota yang terlibat dalam

    perlaksanaan disebut management staff (staf

    manajemen).14

    Menurut Soedjadi, menyatakan bahwa

    “manajemen adalah proses kegiatan dari seorang

    pimpinan (manajer) yang harus dilakukan dengan

    mempergunakan cara-cara pemikiran yang ilmiah maupun

    praktis untuk tujuan yang telah ditetapkan dengan melalui

    kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga

    kerja, serta memanfaatkan sumber-sumber lainya dan

    waktu yang tersedia untuk itu dengan cara yang setepat-

    tepatnya.15

    13

    H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian Dan

    masalah, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.2 14

    Zaini Muchtar, Dasar-dasar Manajemen Dakwah. ( Yogyakarta Al-

    Amin, 1996),cet ke-1, h. 37 15

    soedjadi. O&M (organization & Mangement) Penunjengan Proses

    MAnajemen. (Jakarta: PT Gunung Agung, 1995), cet. Ke-8, h.3

  • 18

    Menurut James F. Stoner yang dikutip oleh H.

    Malayu S.P. Hasibuan, menejemen merupakan proses

    perencanaan, pengorganisasian dan penggunaaan sumber

    daya organisasi lainya agar mencapai yang telah

    ditetapkan.16

    dari definisi para ahli yang telah dijelaskan

    diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan

    sebuah proses perencaaan, pengorganisasian, penggerakan

    dan pengawasan atas sumber-sumber daya organisasi

    yang bertujuan untuk mencapai hasil/tujuan organisasi

    yang efektif dan efisien yang berdasarkan fungsi-fungsi

    manajemen tersebut (POAC).

    Menurut Safru Ayat bahwa manajemen risiko

    adalah suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang

    mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula

    mengaturnya dan mengelola risiko tersebut dengan tujuan

    aga terhindar dari risiko.17

    Dari bebrapa pengertian yang dikemukakan oleh

    para pakar tersebut diatas dapat saya simpulkan bahwa

    manajemen adalah:

    a. Manajemen adalah aktifitas pengaturan yang akan

    dilakukan oleh seorang manajer untuk mengatur

    kegiatan yang berorientasi pada tujuan.

    16

    H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan

    Masalah, h.3 17

    Safru Ayat, “MAnajemen Risiko” (Jakarta: Gema Insani Akastri,

    2003), h. 1

  • 19

    b. manajemen mempunyai tujuan organisasinal dari

    suatu kelompok orang-orang.

    c. Manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai

    sasaran dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi

    sesuatu dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

    d. Manajemen adalah system kerja sama yang

    melibatkan orang lain agar tercapai tujuan bersama.

    e. Manajemen adalah integrasi dari banyak disiplin ilmu.

    Setelah membahas definisi dari manajemen, maka

    selanjutnya akan membahas definisi dari risiko dan jenis-

    jenis risiko yang dihadapi dunia perbankan.

    Menurut kamus ekonomi, risiko adalah peluang

    dimana hasil yang sesungguhnya bisa berbeda dengan

    hasil yang diharapkan atau kemungkinan nialai yang

    hilang atau diperoleh yang dapat diukur. Risiko berbeda

    dengan ketidakpastian yang tidak dapat diukur (Alfandi).

    Risiko menurut Wikipedia Indonesia adlaah bahaya yang

    dapat terjadi akibat dari sebuah proses yang sedang

    berlangsungatau kejadian yang akan datang. sedangkan

    risiko dalam konteks perbankan menurut Adiwarman A.

    Karim (2004) merupakan kejadian potensial, baik yang

    dapat diperkirakan (Anticipated) maupun yang tidak dapat

  • 20

    di perkirakan (unanticipated) yang berdampak negative

    terhadap pendapatan dan pemodalan bank.18

    Adapun Joel G. Siegel dan Jae K. Shim yang

    dikutip oleh Irham fahmi 19

    mendefinisikan risiko pada

    tiga hal:

    a. Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada

    sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat

    diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui

    oleh pengambilan keputusan.

    b. Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan,

    atau variable keuangan lainya.

    c. Ketiga adalah kemungkinan dari sebuah masalah

    keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi

    perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko

    ekonomi, ketidakpastian politik, dan maslah industry.

    Menurut Ferry N. Idroes dalam bukunya

    manajemen risiko perbankan mendefinisikan “risiko

    merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau

    kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang

    menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan

    yang ingin dicapai. risiko juga merupakan peluang: risiko

    18

    Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bnak Syariah, (Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar, 2105), Cet. Ke-1, H. 37 19

    Irham Fahmi, Manajemen Risiko, Teori, Kasus,dan Solusi…, h.2

  • 21

    adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai

    tujuan”20

    Sementara menurut Kasidi bahwa risiko adalah

    kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang

    menimbulkan kerugian. risiko tidak dapat dihindari, tapi

    harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil

    kemungkinan terjadinya suatu kerugian.21

    Dan menurut peraturan bank Indonesia PBI No.

    13/23/PBI/201122

    tentang penerapan manajemen risiko

    Bank umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, risiko

    sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu pristiwa

    tertentu. sedangkan risiko kerugian adlah kerugian yang

    terjadi sebagai konsekuensi lansung atau tidak langsung

    dari kejadian risiko. kerugian itu bisa berbentuk fianansial

    maupun non fiansial.23

    Dari definisi-definisi risiko yang telah dijelaskan

    dapat disimpulkan bahwa risiko merupaka sebuah

    kemungkinan dari sebuah kejadian yang dapat

    menmbulkan dampak negative atau kerugian yang tidak

    sesuai dengan tujuan yang ingin capai sebelumnya. karena

    risiko tidak dapat dihindari namun harusdihadapi oleh

    20

    Ferry N. Idroes, manajemen risiko perbankan…, ( Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008), h.7

    21 Kasidi, manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.4

    22 PBI No. 13/23/PBI/2011” tentang penerapan manajemen risiko

    Bank umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, 23

    M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko

    Perbankan Syariah…, h.19

  • 22

    lembaga perbankan, dibutuhkan suatu metode yang

    disebut manajemen risiko untuk mengurangi tingkat

    kerugian yang diterima oelh bank yang di timbulkan oleh

    risiko-risiko yang terjadi sehingga lembaga perbankan

    dapat mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi

    risiko tersebut.

    Menurut Farry N. Idroes. “Manajemen risiko

    didefinisikan sebagai metode logis dan sistematik dalam

    identifikasi, kuantifikasi, menetukan sikap, menetapkan

    solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang

    berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.”24

    Sementara menurut Kasidi manajmen risiko

    adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk

    mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko

    yang di hadapi.25

    Menurut Adiwarman A. Karim. “ manajemen

    risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi

    yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

    memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari

    kegiatan usaha. keberadaan manajemen risiko memiliki

    tujuan yang sangat penting, diantaranya:26

    a. Menyidiakan informasi tentang risiko kepada pihak

    regulator.

    24

    Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…,h.5 25

    Kasidi, Manajemen Risiko…, h.4 26

    Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis…., h. 255

  • 23

    b. Memastikan Bank tidak mengalami kegiatan yang

    akan bersifat unacceptable.

    c. Meminimalisir kerugian dari berbagai risiko yang

    bersifat uncontrolled.

    d. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

    e. Menglokasikan modal dan membatasi risiko.

    Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang

    bandan teorinya masih muda. Itulah sebabnya kita banyak

    menemukan kontradiksi dalam pengertian tentang konsep

    risiko. Kontradiksi ini disatu pihak disebabkan oleh kaum

    teoritis dalam manajemen risiko mencoba meminjam

    definisi risiko yang dipergunakan dibidang lain. yang

    mengherankan pula, penulis-penulis teks manajemen

    risiko dan asuransi belum sanggup mencapai persetujuan

    (satu definisi) tentang risiko.27

    Dari definisi para ahli yang telah dijelaskan dapat

    disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah sebuah

    metode atau serangkaia prosedur untuk mengidentifikasi,

    mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang

    timbul dari sebuah kegiatan usaha.

    2. Jenis- jenis Risiko Perbankan

    a. Risiko Pembiayaan/kredit

    Risiko pembiayaan pada umunya dikaitkan

    dengan risiko gagal bayar dari nasabah. Risiko ini

    27

    Drs. Herman Darmawi. Manajemen Risiko, (Jakarta: BUMI

    AKSARA, 1994) Cet Ke-2, Ed. 1, h. 18

  • 24

    mengacu pada potensi kerugian yang dihadapi bank

    ketika pembiayaan yang diberikan mengalami macet

    atau gagal bayar, dimana debitur tidak mampu

    memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan dana

    pembiayaan yang telah diterima. setelah risiko gagal

    bayar, risiko pembiayaan kadang merujuk pada risiko

    kredit apabila menggunakan istilah yang digunakan

    oleh Bank Indonesia dalam peraturan Bank Indonesia

    Nomor 13/23/PBI/2011.28

    Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko

    kerugin sehubungan dengan pihak peminjam (

    counterparty) tidak dapat atau tidak mau memenuhi

    kewajibannya untuk membayar kembali dana yang

    telah dipinjamkan secara penuh saat jatuh tempo atau

    sesudahnya.29

    b. Risiko Pasar

    Risiko pasar didefinisikan sebagai resiko

    kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihn

    dan kewajiban diluar neraca (on-and off-balance

    sheet) yang timbul dari pergerakan harga pasar

    (market place).30

    Risiko pasar merupakan risiko

    kerugian yang terjadi pada fortopolio yang dimiliki

    oleh bank akibat adanya pergerakan variable pasar

    28

    M Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko

    Perbankan Syariah, h. 84 29

    Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 22 30

    Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 22

  • 25

    (adverse movement) berupa suku bunga dan nilai

    tukar. risiko pasar ini mencakup akan empat hal yaitu

    risiko tingkat suku bunga, risiko pertukaran mata

    uang, risiko harga dan risiko likuiliditas.31

    c. Risiko Likiditas

    Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam,

    yaitu risiko likuiditas asset (asset liquidity risk)dan

    risikp likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

    Risiko likuiditas asset atau sering disebut dengan

    market/product liquidity risk, timbul ketika suatu

    transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar

    yang terjadi akibat besarnya nilai transaksi relative

    terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas

    pendanaan yaitu sering juga disebut cash-flog risk,

    yaitu risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban

    jatuh tempo sehingga meimbulkan likuidasi.32

    d. Risiko Operasional

    Risiko yang antara lain disebabkan adanya

    ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses

    internal, kesalahan manusia, kegagalan system atau

    adanya problem eksternal yang memengaruhi

    operasional bank. Oleh karena itu, kecurangan,

    ketidakjujuran, kegagalan manajemen, system

    31

    Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan

    h.272 32

    kasidi, Manajemen Risiko, h.67

  • 26

    pengedalian yang tidak memadai, prosedur

    operasional yang tidak tepat termasuk dalam risiko

    operasional.33

    e. Risiko Reputasi

    Risiko ini akibat opini negative public

    terhadap operasional bank, sehingga dapat

    mengakibatkan menurunya jumlah nasabah bank

    tersebut atau menimbulkan biayaa besar karena

    gugatan pengadilan atau merosotnya pedapatan bank.

    Propesi public tentang pasar merupakan penyebab

    yang cukup signifikan dalam risiko reputasi.34

    f. Risiko Hukum

    Risiko yang disebabkan oleh adanya

    kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis

    antara lain disebabkan oelh adanya tuntutan hukum,

    ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

    mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak

    dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.

    g. Risiko Strategis

    Risiko ini muncul akibat penerapan strategi

    yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

    keliru atau bank kurang responsive terhadap

    perubahan eksternal, sehingga bank mengalami

    kerugian.

    33

    Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, h. 55 34

    Kasisi, Manajemen Risiko, h. 68

  • 27

    h. Risiko Keputusan

    Risiko ini yang disebabkan bank yang tidak

    mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan

    perundang-undangan dan ketentuan lain yang

    berlaku.35

    3. Manajemen Risiko dalam Pandanagan Islam

    Menurut Safru Ayat, manajemen risiko adalah

    suatu cara, metode dalam paradigma ekonomi Islam,

    risiko dipandanag hal yang positif. Risiko dikaitkan

    dengan konsep keadilan dimana setiap hasil keuntungn

    usaha harus dihasilkan dari keterlibatan dalam

    mengahadapi risiko usaha. Bagi umat Islam manajemen

    risiko adalah suatu hal yang penting untuk dilaksanakan,

    dimana manajemen risiko yang baik mengindikasikan

    bahwa manusia berusaha untuk menjaga amanah dari

    Allah SWT atas harta kekayaan.36

    Islam memberikan landasan prinsip di dalam

    manajemen risiko, diantaranya:37

    a. Ruang lingkup risiko yang dianggap positif dan

    diperkenankan oleh islam adalah ketidakpastian yang

    bersifat “ expeted” maksudnya itu bisa diperkirakan.

    35

    ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, h. 56 36

    Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamamic Risk Management For

    Islamic Bank, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013 ),h. 106 37

    Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamamic Risk Management For

    Islamic Bank, h. 108-109

  • 28

    b. Dalam islam pula speculative transaction

    controversion atau transaksi spekulasi diharamkan.

    Dalam konteks manajemen risiko, speculative risk

    adalah risiko yang outcome risikonya bukan hanya

    mengandung kemungkinan merugikan saja tapi juga

    mengandung kemungkinan menguntungkan.

    4. Proses Manajemen Risiko

    Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari

    seluruh entitas terkait didalam organisasi.38

    Tindakan

    yang berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan

    definisi manajemen risiko yang telah ditentukan yaitu:

    identifikasi, kuantifiaksi, menentukan sikap, menetukan

    solusi serta melakukan monitor dan pelapor risiko.

    Untuk dapat menerapkan proses manajemen

    risiko, pada tahap awal Baitul Mal Wa Tamwil atau

    disebut BMT harus secara tepat mengenal dan memahami

    serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada

    (inherent Risk) mapu yang mungkin timbul dari suatau

    bisnis baru perbankan. secara berturut-turut, perbankan

    perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan

    pengendalian risiko. Proses ini terus berkesinambungan

    sehingga menjadi sebuah lifcycle.

    38

    Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3

    Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Rgulasi dan Pelaksanaan di

    Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press,2008) h.7

  • 29

    Dalam proses Manajemen risiko secara umum

    terdapat empat tahapan dalam menjalankan manajemen

    risiko, adapun tahapan dalam proses manajemen risiko

    sebagai berikut:

    a. Identifikasi Risiko

    Salah satu aspek penting dalam

    identifikasirisiko adalah membuat daftar risiko yang

    mungkin terjadi sebanyak mungkin serta

    menganalisanya secara aktif agar tidak timbul risiko

    yang berlebihan.39

    pada tahap ini dilakukan analisa

    terhadap seluruh jenis resiko yang terdapat pada setiap

    kegiatan usaha bank, adapun yang hal-hal yang

    dilakukan di antaranya:40

    1) Mendapatkan seluruh informasi risiko semua

    sumber yang mencakup semua aktifitas fungsional

    dan operasional bank.

    2) Melakukan analisa terhadap kemungkinan

    timbulnya risiko.

    3) Melakukan analisis secara proaktif, tanpa

    menunggu timbulnya risiko yang berlebihan.

    b. Pengukuran Risiko

    Setelah melakukan identifikasi risiko, maka

    tahap selanjutnya adalah pengukuran risiko dengan

    39

    Adhiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan

    Keuangan…, h.260 40

    ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 7

  • 30

    cara melihat seberapa besar dampanya dan probelitas

    terjadinya risiko tersebut. selain itu pengukuran risiko

    dibutuhkan karena sebagian dasar atau tolak ukur

    untuk memahami signifikansi dan akibat kerugian

    yang akan ditimbulkan karena terjadinya suatu risiko,

    baik secara individual maupun fortofolioterhadap

    tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha BMT.

    pengukuran risko dilaksanakan dengan melakukan:

    1) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian

    asumsi, sumber data dan prosedur yang

    digunakan untuk mengukur risiko.

    2) penyempurnaan terhadap system pengukuran

    risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha,

    produk, transaksi dan factor risiko yang bersifat

    material.41

    c. Pemantauan Risiko

    Pemantauan dilakukan dengan cara

    mengevaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada

    kegiatan usaha BMT serta kondisi efektivitas proses

    manajemen risiko. Dalam hal ini bak harus

    mempersiapkan sebuah system dan prosedur yang

    efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam

    proses pemantauan risiko agar hasilnya dapat

    41

    Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management For

    Islamic Bank..., h. 133

  • 31

    menyempurnakan proses manajemen risiko yang

    terdapat dalam bank tersebut.42

    d. Pengendalian Risiko

    Penegendalian ini dilakukan atas dasar evaluasi

    pengukuran risiko yang terdapat pada seluruh produk

    dan aktifitas BMT. Metode pengendalian risiko harus

    mempertimbagkan analisis terhadap besarnya potensi

    kerugian BMT serta pertimbangan atas manfaat yang

    didapat serta biaya yang dikeluarkan. Pengendalian

    risiko digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang

    dapat membahayakan kelangsungan usaha BMT.43

    B. Pembiayaan Murabahah

    1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

    Menrut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    pembiayaan adala segala sesuatu yang berhubungan

    dengan biaya. pembiayaan adalah pemberian fasilitas

    penyediaan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

    merupakan deficit unit. 44

    Pembiayaan selalu dikaitkan

    dengan aktivitas bisnis. pembiayaan atau financing

    menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah

    42

    Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management For

    Islamic Bank..., h. 272 43

    Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management For

    Islamic Bank..., h. 260 44

    Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke

    Praktek, (Depok: Gema Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendikia,2002), h.

    160

  • 32

    penyediaan uang tau tagihan yang dapat dipersamakan

    dengan hal tersebut, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakan anatara perbankan dengan pihak lain yang

    mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

    uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan

    imbalan atau bagi hasil.45

    pembiayaan merupakan salah

    satu kegiatan atautugas pokok bank dimana pembiayaan

    yaitu dengan memberi fasilitas penyediaan dana untuk

    memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan

    dana.46

    dengan kata lain, pembiayaan dalah pendanaan

    yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

    direncanakan.

    Secara etimologis, murabahah adalah bentuk jual

    beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas harga

    pembelian yang pertama secara jujur. Dengan Murabahah

    ini, orang pada hakekatnya ingin mengubah bentuk

    bisnisnya dari kegiatan pinjaman menjadi transaksi jual

    beli.47

    Menurut Antonio, ba‟I al-murabahah adalah jual

    beli barang pada barang asal dengan tambahan

    keuntungan yang disepakati. dalam jual beli murabahah,

    45

    Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2002), h. 62 46

    Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke

    Praktek, ( Depok: Gema Insani,2001), h. 60 47

    M. Abdul Mujieb, et.al., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka

    Firdaus, 1994), Cet. Ke-1, h. 225

  • 33

    penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan

    menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai

    tambahannya.48

    Menurut Anwar, murabahah adalah menjual

    sesuatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan

    yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang

    ditentukan atau dibayar secara cicilan.49

    Potan Arif Harahap menegaskan dengan operasi

    murabahah, para nasabah BMT membeli suatu komiditi

    menurut rincian tertentu dan menghendaki agar BMT

    mengirimkan kepada mereka berdasarkan tambahan harga

    tertentu menurut persetujuan diawal akad antara kedua

    belah pihak.50

    transaksi murabahah, penjual harus

    menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan

    dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga harga

    pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara

    pembayarannya harus disebutkan dengan jelas.51

    Dengan

    cara ini, si pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya

    dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual.

    48

    Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah; suatu pengenalan

    Umum, (Jakarta: Tazkia Institut, 2000), Cet. Ke-2, H.145 49

    M. Syafi’I Anwar, “Alternatif terhadap Sistem Bunga”, Jurnal

    Umum Qur‟an II, Edisi 9 Oktober 1991, h. 13 50

    Potan Arif Harahap, Ekonomi Islam; teori dan Praktek, (Jakarta:

    PT. Intermasa, 1992), Cet. Ke-1, h. 168 51

    Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta:

    Alvabet, 2002), Cet. Ke-1, h. 25

  • 34

    Melihat beberapa definisi di atas maka dapat

    dipahami bahwa pembiayaan murabahah adalah

    pembiayaan yang diberikan pada nasabah dalam rangka

    pemenuhan kebutuhan produksi.52

    melalui akad

    murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya

    untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan

    tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu

    dengan kata lain, nasabah telah memperoleh pembiayaan

    dari BMT untuk pengadaan barang yang dibutuhkan.

    Dari beberpa pengertian diatas baik dalam

    literature fiqh maupun praktisi perbankan, dapat

    disimpulkan bahwa murabahah adalah kontrak jual beli

    barang antara penjual dan pembelidengan fasilitas

    penundaan pembayaran baik untuk pembelian asset modal

    kerja maipun investasi dengan harga asal ditambah

    dengan harga keuntungan dan jangka waktu yang telah

    disepakati kedua belah pihak dan cara pembayaran dapat

    dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo ataupu dengan

    angsuran.

    Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai

    penyaluran dana dalam perbankan syariah mempunyai

    beberpa prinsip, yaitu:

    52

    Muhammad Syafi’I Antonio, et.al., Apa dan Bagaimana Bank

    Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Cet. Ke-1, h. 25

  • 35

    a. Tidak ada transaksi berbasis bunga.

    b. Pengerahan pajak rilegius atas pemberian sedekah dan

    zakat.

    c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan

    dengan nilai islam.

    d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan judi

    dan ketidakpastian.

    2. Landasan Hukum Murabahah

    Murabahah adalah aqad yang telah dikenal oleh

    umat muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah

    diperaktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunya islam.

    Ketika Rasulullah SAW berprofesi sebagai pedagang,53

    ia

    melakukan aqad murabahah dengan khodijah. Dengan

    demikian ditinjau dari aspek hukum islam, maka praktek

    murabahah ini dibolehkan baik menurut Al-Qur’an,

    Hadist maupun ijma; ulama.54

    Adapun landasan hukum dari pembiayaan

    murabahah adalah firman Allah SWTsebagai berikut:

    53

    Saat itu Rasulullah SAW berusia kira-kira 25 tahun, dan belum

    menjadi nabi. Lihat M. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Bandung: Mizan,

    1997), h. 75 54

    M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System

    Menurut Empat Mazhab,makalah tidak diterbitkan, h. 1-2. Menurut Al-Qur’an,

    Lihat Misalnya Dalam Surat Al-Muzammil ayat 20. Menurut hadist

    diantaranya adalah Hadist Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat

    yang ditetapkan Al-Abbas bin Abdul Muthalib kepada Mudharib. Menurut

    ijma’ ulama, karena system ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman

    sesudahnya para sahabat banyak yang mempraktekkan dan tidak ada yang

    mengingkarinya.

  • 36

    a. Q.S An-Nisa : 29

    يَا أَيُّهَا الَِّذيَن آَمنُىا ََل تَأُْكلُىا أَْمَىالَُكْم بَْينَُكْم بِاْلبَاِطِل إَِلَّ أَْن

    إِنَّ ۚ َوََل تَْقتُلُىا أَْنفَُسُكْم ۚ تَُكىَن تَِجاَرةً َعْن تََزاٍض ِمْنُكْم

    َ َكاَن بُِكْم َرِحيمً اَّللاَّ

    ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil ,

    kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

    suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

    membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

    Penyayang kepadamu.”(An-Nisa[4]:29)

    b. Q.S Ali Imron : 130

    بَا أَْضَعافًا ُمَضاَعفَتً َواتَّقُىا ۚ يَا أَيُّهَا الَِّذيَن آَمنُىا ََل تَأُْكلُىا الزِّ

    َ لََعلَُّكْم تُْفلُِحىنَ َّللاَّ

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

    memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah

    kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

    keberuntungan.” (Ali „Imran[3]:130)

    .

    Pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-

    Qur’an, tetapi juga terdapat dalam hadist Rasulullah SAW

    sebagai berikut:

    a. . ً أَن هِ للاُ َصل ى الّنِب ٌْ ِهن َثالَث : َقالَ َوَسل مَ َوآلِهِ َعلَ ٌْ ِف

    عُ : اْلَبَرَكةُ ٌْ رِ اْلُبر َوَخْلطُ َواْلُمَقاَرَضُة، أََجٍل، إِلَى اَْلَب ٌْ ِع تِ ِبالش ٌْ لِْلَب

    عِ لَ ٌْ لِْلَب

  • 37

    “Nabi bersabda:”„Ada tiga hal yang mengandung

    berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah

    (mudharabah), dan mencampur gandum dengan

    jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk

    dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

    b. َْعن ًْ دٍ أَِب ٌْ للاِ َرُسْولَ أَن عنه للا رضً اْلُخْدِريْ َسِع

    هِ للاُ َصل ى ٌْ عُ إِن َما: َقالَ َوَسل مَ َوآلِهِ َعلَ ٌْ َتَراٍض َعنْ اْلَب

    “Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW

    bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus

    dilakukan suka sama suka.”(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu

    Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

    Selain Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW yang

    dijadikan landasan sebagai hukum murabahah, maka ijma

    para ulama juga dapat dijadikan acuan hukum

    murabahah.

    Al-Quran tidak membuat acuan langsung

    berkenaan dengan murabahah, walapun ada beberapa

    acuan didalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian

    dan perdagangan. Demikian pula, tidak ada hadits yang

    memiliki acuan langsung kepada murabahah. karena

    nampaknya tidak ada acuan langsung kepadanya didalam

    Al-Quran atau hadits yang diterima umum, para ahli

  • 38

    hukum harus membenarkan murabahah berdasarkan

    landasan lain.55

    Menurut Imam malik, Murabahah itu dibolehkan

    dengan berlandasakan pada orang-orang Madinah, yaitu

    ada consensus pendapat di Madinah mengenai hukum

    orang membeli baju di sebuah kota, dan mengambilnya

    kekota lain untuk menjual berdasarkan suatu kesepakatan

    berdasarkan keuntungan.56

    Imam Syafi’I jika seseorang

    menunjukan komodasi kepa seseorang dan mengatakan

    “kamu beli untukku, aku akan memberikan keuntungan

    begini, begitu”, kemudian orang itu membelinya, maka

    transaksi itu sah.57

    Sedangkan marghinani seseorang

    Faqih Mazhab Hanafi membenarkan keabsahan

    murabahah berdasarkan kondisi penting bagi validitas

    penjualan didalamnya, dan juga manusia sangat

    membutuhkannya. Demikian pula Nawawi dari Mazhab

    Syafi’I secara sederhana mengemukakan bahwa

    penjualan murabahah sah menurut hukum tanpa

    bantahan.58

    55

    Abdullah Syeed, Menyoal Banl Syariah: Kritik atas Interpretasi

    Bunga Kaum Neorevivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), Cet. Ke-2, h. 119 56

    Abdullah Syeed, Menyoal Banl Syariah: Kritik atas Interpretasi

    Bunga Kaum eorevivalis, h. 120 57

    Abdullah Syeed, Menyoal Banl Syariah: Kritik atas Interpretasi

    Bunga Kaum eorevivalis, h. 120 58

    Abdullah Syeed, Menyoal Banl Syariah: Kritik atas Interpretasi

    Bunga Kaum eorevivalis, h. 120

  • 39

    Bagi jumhur ulama, murabahah adalah salah satu

    jenis jual beli yang dihalalkan oleh syara. Oleh sebab itu,

    secara umum ia tunduk kepada rukun dan syarat jual beli

    murabahah ini, yaitu:59

    a. Penjual hendaknya menyatakan modal yang

    sebenarnya bagi barang yang hendak dijual.

    b. Pembeli setuju dengan keuntungan yang ditetapkan

    oleh penjual sebagai imbalan dari harga

    perolehan/harga beli barang, yang selanjutnya menjadi

    harga jual barang secara murabahah.

    c. Sekiranya ada ketidakjelasan/ketidakcocokan masalah

    harga jual barang, maka pihak pembeli boleh

    membatalakan akad yang telah dijalankan, sehingga

    bubarlah jual beli secara murabahah tersebut.

    d. Barang yang dijual secara murabahah bukan barang

    ribawi. 3. Ketentuan Umum Murabahah

    Murabahah merupakan jual beli yang berprinsip

    pada transparansi dan kepercayaan. Kejujuran penjual

    menjadi hal penting dalam murabahah, keadaan pembeli

    yang tidak memiliki pengetahuan tentang harga beli yang

    pertama dan biaya-biaya yang dikeluarkan penjual ke atas

    barang. Pembeli pun diharapkan percaya terhadap segala

    59 Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., Penerapan Hukum

    Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar

    Grafika, 2013), Cet. II, h. 112

  • 40

    pemberitahuan yang datang dari penjual dan begitu juga

    sebaliknya. agar kejujuran dan kepercayaan dalam

    murabahah ini dapat direalisasikan, maka penjual harus

    menjelaskan tentang biaya-biaya yang dianggap sebagai

    modal dan tidak bisa keadaan yang bisa dijadikan sebagai

    dasar laba.

    Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat.

    menurut Imam Malik kondisi ini dapat dibagi menjadi tiga

    golongan yaitu:

    a. Pertama, bagian yang bisa dianggap sebagian pokok

    harga sudah mempunyai bagian laba.

    b. Kedua, bagian yang bisa dijadikan pokok modal, tetapi

    tidak mempunyai bagian laba.

    c. ketiga, bagian yang tidak bisa dimaksukkan kedalam

    pokok modal dan tidak juga mempunyai bagian laba60

    .

    Bagian yang biasa dianggap sebagai pokok harga

    dan mempunyai bagian laba. Bagian ini adalah biaya yang

    dikeluarkan penjual dan berpengaruh serta melekat

    terhadap zat barang secara langsung. Misalnya penjual

    berkata “ saya membeli pakaian ini dengan harga sekian,

    dan saya mencelupkannya dengan ongkos sekian”.

    Hukum biaya tambahan yang telah dikeluarkan penjual

    dalam kasus tersebut diatas adalah seperti harga barang

    sebagai pokok modal. kemudian biaya-biaya yang telah

    60

    Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujahid wa Nihayatul Muqtasyid, (Riyadh:

    Maktabah Najar Musthafa al-Bazz, 1995), Cet. Ke-1, h. 375

  • 41

    digabungkan dengan harga barang tersebut mempunyai

    bagian laba.

    Bagian yang dimasukkan ke dalam pokok modal,

    tetapi tidak mempunyai bagian laba, maka ia adalah

    perkara yang tidak mempunyai pengaruh terhadap zat

    barang secara tidak langsung, yaitu perkara-perkara yang

    tidak mungkin bisa dilakukan oleh penjual. Misalnya jasa

    pengangkutan dan penyewaan tempat untuk menyimpan

    barang, maka uang transport dan uang sewa tersebut dapat

    dipertimbangkan ke dalam pokok harga atau pokok

    modal, tetapi tidak mempunyai bagian laba.

    4. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan

    Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat

    penilaian atau yang disebut analisis pemberian

    pembiayaan yang dilakukan BMT pada umumnya dengan

    analisis 5C dan 7P. Analisi tersebut digunakan dengan

    tujuan mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya yang

    benar-benar layak untuk memberikan pembiayaan.

    Penilaian dengan analisis 5C, antara lain:61

    a. Character (Kepribadian)

    Merupakan sifat atau watak seseorang yang akan

    diberikan kredit (pembiayaan) benar-benar harus dapat

    dipercaya. BMT harus yakin bahwa calon mitra

    pembiayaan memiliki karakter yang baik, memegang

    61

    Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya…, h. 117

  • 42

    teguh janjinya dan bersedia melunasi kewajibanya pada

    waktu yang ditetapkan

    b. Capacity (Kemampan)

    Merupakan analisa untuk mengetahui

    kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari

    penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam

    mengelola bisnis. Pihak BMT harus mengetahui

    dengan pasti kemampuan calon nasabah pembiayaaan,

    karena kemampuan tersebut yang menentukanbesar

    kecilnya pendapatan suatu usaha nasabah dimasa yang

    akan datang. semakin baik kemampuan keuangan calon

    nasabah pembiayaan, maka semakin baik

    kemungkinaan kualitas pembiayaannya.

    c. Capital (Modal)

    Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki

    oleh calon nasabah. Dalam aspek ini, lembaga

    keuangan menilai jumlah modal yang dimiliki oleh

    calon nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan

    pembiayaan. Semakin besar modal sendiri dalam

    perusahaan, nasabah tentu semakin tinggi kesungguhan

    calon nasabah dalam menjalankan usahanya.

    Lemabaga keuangan pun semakin lebih yakin dalam

    memberikan pembiayaan.

  • 43

    d. Collateral (Jaminan)

    Merupakan jaminan yang diberikan calon

    nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

    Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit

    (pembiayaan) yang diberikan. Adanya jaminan yang

    diperlukan untuk memberikan ketenangan dan

    menambah kepercayaan bagi BMT selaku pemberi

    pembiayaan. Jaminan mempunyai dua fungsi, yaitu:

    untuk pembayaran utang bila nasabah pembiayaan

    tidak mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang

    menentukan jumlah pembiayaan.

    e. Condition of Economic ( Kondisis Perekonomian)

    Dalam menilai kredit (pemniayaan) hendaknya

    juga menilai kondisi ekonomi, social dan politik yang

    ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan

    datang.

    Selanjutnya penilaian pembiayaan dapat juga

    dilakukan dengan analisis 7P pembiayaan dengan unsur

    penilaian sebagai berikut:62

    a. Personality (kepribadian)

    Yaitu menilai nasabah dan kepribadianya.

    Penilaian ini mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan

    tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah

    dan menyelesaikannya.

    62

    Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya…, h. 120

  • 44

    b. Part (Penggolongan)

    Mengklarifikasikan nasabah ke dalam

    klarifiakasi tertentu atas golongan-golongan tertentu,

    berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

    Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu

    akan mendapatkan fasilitas berbeda dari BMT.

    c. Purpose (Tujuan)

    Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam

    mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan

    yang di inginkan nasabah. Misalkan apakah untuk

    modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan

    lain-lain.

    d. Prospect (Prospek)

    Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan

    datang menguntungkan atau tidak. Hal ini penting

    mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang

    dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya

    BMT yang rugi, tetapi juga nasabah

    e. Payment (Pembayaran)

    Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

    mengembalikan pembiayaan yang telah diambil serta

    dari sumber mana saja dana untuk pengembalian

    pembiayaan.

  • 45

    f. Profitability (Keuntungan)

    Untuk menganalisa bagaimana kemampuan

    nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari

    periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin

    meningkat, apalagi dengan tambah pembiayaan yang

    akan diperolehnya.

    g. Proctection (Menjaga Keamanan)

    Tujuanya adalah bagaimana menjaga agar

    pembiayaan yang diberikan mendapatkannya jaminan

    perlindungan, sehingga pembiayaan yang diberikan

    benar-benar aman.

    5. Jenis- Jenis Pembiayaan Syariah.

    a. Pebiayaan Murabahah.

    Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan

    berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk

    membeli suatu barang dengan kewajiban

    mengembalikan talangan tersebut seluruhnya

    ditambahkan margin keuntungan BMT pada waktu

    jatoh tempo. BMT memperoleh margin keuntungan

    berupa selisih harga beli dan pemasok dengan harga

    jual BMT kepada nasabah.63

    Kedua belah pihak harus menyepakati harga

    jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual

    dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah

    63

    Wirdyanungsih, dkk, bank dan Ansuransi Islam di Indonesia,

    (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 196

  • 46

    disepakati tidak dapat merubah selama berlaku akad.

    Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan

    dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini

    barang barang diserahkan segera setelah akad,

    sedangkan pembayaran dialakukan secara cicilan.64

    1) Pembiayaan Musyarokah

    Pembiayaan musyarokah adalah

    pembiyaan sebagai kebutuhan modal pada suatu

    usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai

    kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi bank

    sebagai penyandang dana ( shahibul maal)

    dengan pengelola usaha

    (mudharib) sesuai dengan kesepakatan.

    Umumnya, porsi bagi hasil ditetapkan sesuai

    dengan presentase kontribusi masing-masing,

    sedangkan pembagian kerugian berdasarkan

    proposi modal masing-masing, hasil ditetapkan

    sesuai dengan presentase kontribusi masing-

    masing, sedangkan pembagian kerugian

    berdasarkan proposi modal masing-masing.

    Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana

    pembiyaan dikembangkan kepada BMT.

    64

    Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

    2000) Cet. 1, h. 118

  • 47

    2) Pembiayaan Salam

    Salam adalah transaksi jual beli dimana

    barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh

    karena itu barang diserahkan secara tangguh

    sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai.

    BMT bertindak sebagai pembeli, sementara

    sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip

    dengan jual beli, namun dalam transaksi ini

    kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan

    barang harus ditentuka secara pasti.

    3) Pembiayaan Mudharabah.

    Pembiayaan mudharabah adalah

    pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada

    suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai

    kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara

    BMT sebagai penyandang dana (shahibul mal )

    dengan pengelolah usaha (mudharib) sesuai

    kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil

    ditetapkan bagi mudhorib lebih besar dari pada

    shohibul maal. Pada akhir jangka waktu

    pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan

    kepada BMT.65

    65

    Wardyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia…, h.

    115

  • 48

    4) Pembiayaan Ishtisna.

    Pembiayaan istishna’ menyerupai

    pembiayaan salam, tetapi dalam istishna’

    pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan

    atau ditangguhkan. Praktik istishna’ dalam

    perbankan syariah umumnya diaplikasikan pada

    pembiayaan manufaktur dan kontruksi.

    Ketentuan umum pembiyaan istishna’ adalah

    spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti

    jenis, macam, ukuran mutu dan jumlah. Harga

    jual yang telah disepakati dicantum dalam akad

    tidak boleh berubah selama berlakunya akad,

    jika terjadi perubahan dan kreteria pesanan dan

    perubahan harga setelah akad ditandatangani,

    seluruh biaya ditambah tetap akan ditangguh

    oleh nasabah.

    5) Pembiyaan Ijarah

    Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan

    barang atau jasa dengan membayar imbalan

    terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu

    tertentu. pada akhir masa sewa, BMT dapat saja

    menjual barang yang disewakannya kepada

    nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah

    dikenal ijarah bmuntahiyyah bittamlik ( sewa

    yang diikuti dengan berpindahnya

  • 49

    kepemilikan). Harga sewa dan harga jual

    disepakati diawal perjanjian.66

    C. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil

    1. Pengertian BMT

    Istilah BMT adalah penggabungan dari dua kata, yaitu

    baitul maal dan baitul tamwil secara etimologi baitul

    maal berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya

    bangunan atau rumah, sedangkan al-maal berarti harta

    benda atau kekayaan, jadi secara harfiah, baitulmaal

    berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun

    demikian, kata baitul maal sebagai pembendaharaan

    (umum atau Negara).67

    Abdul Azis Dahlan memandang bahwa baitul

    maal adalah lembaga keuangan yang dibangun atas

    landasan syariah oleh sebab itu pengelolaannya harus

    dengan anturan syariah pula.68

    Adapaun yang dimaksud

    dengan baiti maal adalah istilah fiqh islam adalah suatu

    badan atau lembaga (instansi) yang bertugas yag

    mengurusi kekayaan Negara terutama keuangan, baik

    yang berkenaan soal pemasukkan dan pengelolaan,

    66

    Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat…, h. 137 67

    Harum Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, ( Jakarta:

    Djambatan, 1992), h. 161 68

    Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, ( Jakarta: Ikhtiar

    Baru Van Hove, 1997), Cet. Ke-5, h. 186

  • 50

    maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran

    dan lain-lain.

    Definisi lain yang menjelaskan baitul maal ialah

    merupakan lembaga keaungan yang kegiatannya

    mengelola dana yang bersifat nirlaba (social).69

    sedangkan baitul maal secara etimologi berasal dari kata

    bait dan tamwil. Yang berarti bait adalah rumah dan

    tamwil secara terminologis dapat diartikan sebagai

    lembaga (instansi) keunagan yang usaha pokoknya

    menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dengan

    memberikan pembiayaan-pebiayaan kepada usaha-usaha

    yang produktif dan menguntungkan. Atau baitul tamwil

    didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang

    kegiatannya adalah menghimpun dana masyarakat dan

    bersifat profit motive.70

    Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat

    menyimpulkan bahwa BMT adalah merupakan lembaga

    keuangan yang bertugas mengumpulkan dan mengelola

    dana umat berdasarkan prisip syariah islam yang

    dipergunakan untuk meningkatkan kesehjahteraan

    perekonomian.

    69

    Hertanto Widodo, et.al., Panduan Praktis Operasional BMT,

    (Bandung: Mirzam, 1999), h. 81 70

    Hertanto Widodo, et.al., Panduan Praktis Operasional BMT ,h. 81

  • 51

    2. Konsep Islam Tentang BMT

    Dalam perbankan konvensional dasar yang

    dijadikan adalah bunga bank, dimana bunga bank selalu

    dibebankan seluruhnya kepada nasabah, pihak bank

    tinggal menghitung hari dan tanggal untuk menunggu

    hasil pelunasan, dan mempersiapkan surat sitaan atau

    denda, bagi mereka yang tidak tepat waktu. Hal ini

    merupakan beban yang harus ditanggung oleh pihak

    nasabah, karena suku bunga yang cukup tinggi bisa

    ”mencekik leher”. sebagian orang mengatakan, bunga

    boleh diambil kerena beban uang yang di berikan tidak

    terlampau tinggi dan tidak berlipat ganda. tetapi siapa

    yang tahu suku Bungan bank lebih rendah atau lebih

    tinggi untuk masa yang akan dayang.

    Para ulam islam dan ahli ekonomi muslim yang

    berpendapat satu sama lain dengan argumentasinya

    masing-masing apakah bunga bank sama dengan riba,

    pendapat mereka dapat dikelompokan dalam empat

    kelompok yaitu:

    a. Bunga bank sama dengan riba, yang berrti haram

    hukumnya.

    b. Bunga bank adalah mutasyabihat (belum jelas)

    sebab dlil yang mengharamkan belom jelas atau

    tidak kuat dan dalil yang menghalalkan tidak kuat.

  • 52

    c. Bunga bank diharamkan, tetapi boleh jika keadaan

    darurat.

    d. Bunga bank halal, lebih banyak manfaatnya dari

    pada kerugiannya (Mudhorot)71

    Allah melarang bagi orang yang memakan riba akan

    berakibat fatal yaitu mereka akan dapat siksa yang pedih,

    kerena termasuk memakan harta orang lain, dengan cara

    yang bathil.

    Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal

    Sesungguhnya mereka Telah dilarang daripadanya, dan

    Karena mereka memakan harta benda orang dengan

    jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-

    orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih

    Dari gambaran ayat inilah dasar ajaran islam

    melarang praktek riba, yang banyak digunakan bank

    konvensional. Dengan dasar ini pula pengoperasional

    BMT menggunakan pada system syariah.

    71

    Karnaen Perwataamadja, Membumikan Ekonomian Islam di

    Indonesia, (Depok: Usaha Kami,1996) Cet, Ke-1, h.156

  • 53

    BAB III

    PROFIL BMT MEKAR DA’WAH

    A. Sejarah BMT Mekar Da’wah

    Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu

    lembaga keuangan mikro yang menjalankan usahanya

    dengan prinsip syariah.72

    Dalam pelaksanaan usahanya, BMT

    menjalankan konsep Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul

    Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

    penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi

    bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga

    pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan

    berlandaskan islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud

    untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau

    oleh pelayanan Bank Islam atau BPR Islam. Prinsip

    operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli

    (ijarah), dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip

    dengan Bank Islam, bahkan boleh dikata menjadi cikal bakal

    dari Bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri,

    yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan

    perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami

    hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank.

    Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada

    72

    Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai

    Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 12 Juni 2017 di

    BMT Mekar Da’wah

  • 54

    usaha mikro (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya

    mengalami kendala, yaitu sulitnya mendapat dana pinjaman

    (pembiayaan) dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

    Syariah (BPRS), khususnya dalam menjangkau masyarakat

    kalangan bawah yang mayoritas dan yang tidak memenuhi

    persyaratan formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit)

    dari Bank.

    Berawal dari itu, untuk mengembangkan ekonomi

    umat dengan berbasis Islam dengan berbentuk lembaga

    keuangan mikro atau BMT. Awal nama BMT Taruna Qur’an

    yag memulai usaha atau operasional pada awal November

    2003 dan resmi berdiri tanggal 12 Februari 2004 dengan

    nama BMT Mekar Da’wah, manajemennya BMT Taruna

    Qur’an Yogyakarta. Manajemen Taruna Yogyakarta

    mengalami kendala cukup berat yang menyebabkan bulan

    Juni 2004 penanganan BMT Mekar Da’wah terpisah dari

    BMT Taruna Qur’an Yogyakarta sebagai induk, sehingga

    diambil alih sebuah komunitas yang perduli syariah di

    Jakarta. Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim

    Counterpart hingga mengalami perkembangan yang positif

    sehingga cukup layak dianggap sebuah lembaga keuangan

    mikro yang berbasis syariah Islam. Meskipun kondisi baik

    dari eksternal maupun internal BMT Mekar Da’wah

    mengalami pasang surut tetapi kinerja operasional membaik

    walau sering terjadi pergantian pengurus, pengelola, dan

  • 55

    lokasi usaha. Pergantian tersebut mulai membentuk tim

    kinerja BMT yang semakin solid menginjak tahun 2008.

    Pemulihan keadaan yang semakin solid terlihat pada tahun

    2009. Kinerja dari BMT baik di baitul maal tertata rapi dan

    pada sisi baitul tamwil menunjukkan peranannya. BMT

    Mekar Da’wah di Serpong makin diakui serta dipercaya,

    bahkan menjadi lembaga yang mendapat tempat tersendiri.

    Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi umat dari

    social dan bisnis, BMT Mekar Da’wah makin berkembang

    dengan ada program-program kemaslahatan umat, didukung

    oleh lembaga-lembaga yang bersinergi dengan BMT, baik

    lembaga keuangan pendidikan, sosial, pemerintahan, dan

    lainnya.

    B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah

    BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan kegiatannya,

    mengusung visi dan misi sebagai berikut:73

    1. Visi dari BMT Mekar Da’wah adalah:

    Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah yang

    handal karena kualitas pelayanan dan kinerja

    operasional, dalam pengembangan dan pemberdayaan

    sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu

    berusaha sesuai Prinsip Syariah.

    73

    Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah p