10
Mekanisme radang 1. Radang akut Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan sebagai mikroba yang menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan structural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera (Mitchell & Cotran, 2003). Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap

Mekanisme radang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mekanisme radang

Mekanisme radang

1. Radang akut

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk

mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan sebagai mikroba yang

menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama

dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan structural dari pembuluh darah serta

emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan

meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan

memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal

dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera

(Mitchell & Cotran, 2003).

Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh

vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler

yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif.

Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan

demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada

jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul

oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi

unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat

dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam

beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit (Robbins

& Kumar, 1995).

Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah

putih ke dalam jaringan tersebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut.

Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis

endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput

basalis yang berkesinambungan (Robbins & Kumar, 1995).

Page 2: Mekanisme radang

Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke

dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat meningkatnya

konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan

menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan

menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui

saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat

jenis 10.000 dalton (Robbins & Kumar, 1995).

Radang kronis

Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-

minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera

jaringan, dan pennyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan

perubahn vaskuler, edema, dan inflitrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik

ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi

jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis)

(Mitchell & Cotran, 2003).

Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang

akut, atu responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi kronik

berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang

menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik

sejak awal merupakan proses promer. Sering penyebab jejas memiliki toksitas rendah

dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terhadap 3 kelompok besar

yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti

basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang

tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autonium. Bila suatu radang berlangsung lebih

lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif

tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Perbedaan antara

akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi (Robbins & Kumar, 1995).

Page 3: Mekanisme radang

Mekanisme reaksi inflamasi kronis umum dimulai dari suatu agen pencidera yang akan

menghasilkan antigen yng mana antigen ini akan merangsang pembentukan proses perubahan

Limfosit T yang menjadi sel T efktor yang berakumulasi membentuk respon sel T sitotoksik

yang berperan dalam lisis sel (selular imuniti). Sel T tersebut juga berpengaruh dalam

pembentukan granuloma epiteloid dirangsang oleh sikotin. Sel T sitotoksik juga berpengaruh

dalam perubahan limfosit B menjadi sel plasma, yang akhirnya berpern dalam pembentukan

antibodi untuk melemahkan antigen (humoral imuniti). Makrofag yang telah memakan antigen,

dalam proses kronis akan membentuk granuloma awal, yang dalam keadaan infeksius

membentuk jaringan granuloma epiteloid kaseosa, dan pada keadaan noninfeksius menghasilkan

granuloma epitoloid nonkaseosa. Yang pada proses penyembuhan membentuk jaringan fibrosis.

2. Respon sel terhadap jejas

Respon sel terhadap jejas adalah reaksi radang atau inflmasi. Inflamasi merupakan reaksi

kompleks yang mulai terjadi pada pembuluh darah sebagai respon terhadap cedera, diikuti oleh

akumulasi cairan dan leukosit di jaringan ekstravaskuler. Respon inflamasi ini berlangsung

besamaan dengan proses perbaikan.

Bentuk respon sel terhadap jejas :

1. Retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi / kembali kea rah yang kurang

kompleks).

2. Progresif, berkelanjutan berjalan terus ke arah yang lebih buruk untuk penykit.

3. Adaptasi (penyesuaian) :

a. Atropi, yaitu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang

sempurna dengan ukuran normal.

b. Hipertropi, yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan meningkatkan ukuran alat

tubuh menjadi lebih besar dari pada ukuran normal.

Page 4: Mekanisme radang

c. Hiperplasia, yaitu dapat disebabkan oleh adanya stimulasi atau keadaan kekurangan

sekret atau produksi sel terkait.

d. Metaplasia, ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu

menjadi sel matur jenis lain.

e. Displasia, keadaan yang timbul pada sel dalam proses metaplasia berkepanjangan

tanpa mereda dapat mengalami polarisasi pertumbuhan sel reverse.

f. Degenerasi, yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai

perubahan marfologik, akibat jejas non fatal pada sel.

g. Infiltrasi.

3. Pengertian neoplasma

Pengertian neoplasma adalah menurut wills : massa jaringan abnormal dengan

pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap

tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut

berhenti.

Sifat neoplasma :

Hilangnya respon terhadap pengendalian pertumbuhan.

Bertindak sebagai parasit.

Berkompetisi terhadap sel / jaringan untuk kebutuhan metabolisme.

Tidak tergantung growth factor.

Pengertian kanker neoplasma yaitu suatu pertumbuhan jaringan yang tidak berguna bagi

tubuh, menyerang jaringan induk, dan merusak jaringan sekitarnya. Pertumbuhannya tidak

terkontrol / abnormal, progesif, pada akhirnya mengakibatkan perubahan perilaku jaringan

meskipun rangsangan / iritasi telah dihilangkan.

Page 5: Mekanisme radang

4. Penuaan dan kematian sel

Penuaan dan kematian sel dan jaringan dapat melalui proses, yaitu nekrosis atau

apoptosis.

Nekrosis adalah kematian sel dan jaringan secara tidak alami.

Urutan kronologis tahapan yang terjadi antara lain :

1) Pembengkakan sel

2) Digesti kromatin

3) Rusaknya membran plasma (plasma dan organel)

4) Hidrolisis DNA

5) Vakuolasi oleh ER

6) Penghancur organel

7) Lisis sel

Pelepasan isi intra sel setelah rusaknya membran plasma adalah penyebab dari

inflamasi / peradangan pada nekrosis.

Apoptosis adalah aksi bunuh diri sel yang dikenal juga sebagai kematian terprogram,

dimana progrm ”bunuh diri” ini diaktivasi dan diregulasi oleh sel itu sendiri.

Urutan kronologis tahapn yang terjadi antara lain:

1) Fragmentasi DNA

2) Penyusutan dari sitoplasma

3) Perubahan pda membran

Page 6: Mekanisme radang

4) Kematian sel tanpa lisis atau merusak sel tetangga.

Perbedaan antara Nekrosis dan Apoptosis

Nekrosis ApoptosisKematian oleh faktor luar sel Kematian diprogram oleh selSel membengkak Sel tetap ukurannyaPembersihan debris oleh fagosit dan sistem imun sulit

Pembersihan berlangsung cepat

Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit maupun sistem imun

Sel sekarat akan ditelan fagosit karena ada sinyal dari sel

Lisis sel Non-lisisMerusak sel tetangga (inflamasi) Sel tetangga tetap hidup normal

Alasan / tujuan kematian sel

Pada perkembangan sistem saraf tulng belakang, lebih dari setengah sel saraf umumnya

mati setelah mereka dibentuk.

Pada manusia dewasa yang sehat, milyaran sel mati pada sumsum tulang dan saluran

pencernaan setip jamnya.

Untuk apa sel dalam jumlah banyak ini mati dalam keadaan yang sangat sehat?!

Berikut ini adalah beberapa alasan yang mendasari kematian terprogram pada sel :

1. Untuk proses pembentukan morfologis

Telapak tikus dibentuk oleh kematian sel selama perkembangan embrionik

2. Untuk proses pembuangan struktur yang tidak berguna

Kecebong kehilangan ekor karena struktur itu tidak lagi dibutuhkan

3. Meregulasi jumlah sel

Sistem saraf sesuai dengan jumlah sel target

Page 7: Mekanisme radang

Jaringan dewasa tidak membengkak atau menyusut

Hati tikus dewasa yang dipotong sebagian akan tumbuh kembali utuh sesuai ukuran

awal, vice versa

Pada manusia dewasa, kematian sel setara dengan pembelahan sel

4. Sebagai respon sel terhadap infeksi, kerusakan sel, kerusakan DNA, atau stress.

Regulasi Kematian Sel

Apoptosis dimediasi oleh senyawa cascade proteolitik intraseluler

Protease dengan sistein pada situs aktifnya dan memotong target protein pada asam

aspartat spesifik.

Sering disebut sebagai caspase, disintesis dalam bentuk procaspase

Procaspase dipotong oleh caspase, berikatan dengan protein adaptor menjadi aktif.

Beberapa potong lamina inti, bebaskan DNAse, dst.

Dasar-dasar neoplasma ‹‹ Society and Medical Science

Apoptosis ialah kematian sel terprogram yang terjadi akibat beberaoa proses fisiologik

atau neoplastik. Penumpukan sel pada neoplasma, tidak hanya terjadi akibat aktifasi gen

perangsang perumbuhan atau anti-onkogen, tapi juga terjadinya mutasi gen pengatur apoptosis.