8
Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Pada dasarnya Indonesia sudah punya banyak pengalaman tentang penerapan konsep pengelolaan hutan bersama masyarakat, namun karena kurangnya publikasi maupun dokumentasi, pembelajaran yang didapat dari Indonesia kurang populer untuk dijadikan sebagai. Banyak buku acuan pengelolaan hutan bersama masyarakat di tingkat internasional mengambil kasus dari Afrika. Berbagai macam referensi tentang pengelolaan hutan ditulis oleh para ahli kehutanan dunia. Namun tidak semua pengelolaan hutan yang ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan pengelolaan hutan bersama masyarakat yang diangkat tidak bersifat berkelanjutan. Namun demikian, semangat untuk mendokumentasikan dan berbagi (Shared learning) tentang pengelolaan hutan merupakan hal yang patut kita contoh. Demikianlah salah satu cuplikan dari pengantar yang disampaikan oleh Jatna Supriatna, Ketua Oversight Committee TFCA- Sumatera dalam acara diskusi interaktif Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang mengupas Pembelajaran dari Mitra Tropical Forest Dalam Edisi ini Persiapan Pendanaan Siklus Hibah 4 4 Tahun TFCA-Sumatera Peralihan Administrator dan Koordinator Konsorsium TFCA-Sumatera highlights merupakan bulletin internal yang diterbitkan untuk menyampaikan kilasan perkembangan program Diterbitkan sebulan sekali NO 5. AGUSTUS 2013 MENDUKUNG PENGELOLAAN HUTAN DESA

Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

Mengelola Hutan Bersama Masyarakat

1

Pada dasarnya Indonesia sudah punya banyak pengalaman tentang penerapan konsep pengelolaan hutan bersama masyarakat, namun karena kurangnya publikasi maupun dokumentasi, pembelajaran yang

2

didapat dari Indonesia kurang populer untuk dijadikan sebagai. Banyak buku acuan pengelolaan hutan bersama masyarakat di tingkat internasional mengambil

3

kasus dari Afrika. Berbagai macam referensi tentang pengelolaan hutan ditulis oleh para ahli kehutanan dunia. Namun tidak semua pengelolaan hutan yang ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan pengelolaan hutan bersama masyarakat yang diangkat tidak bersifat berkelanjutan. Namun demikian, semangat untuk mendokumentasikan dan berbagi (Shared learning) tentang pengelolaan hutan merupakan hal yang patut kita contoh. Demikianlah salah satu cuplikan dari pengantar yang disampaikan oleh Jatna Supriatna, Ketua Oversight Committee TFCA-Sumatera dalam acara diskusi interaktif Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang mengupas Pembelajaran dari Mitra Tropical Forest

Dalam Edisi ini

• Persiapan Pendanaan Siklus Hibah 4

• 4 Tahun TFCA-Sumatera

• Peralihan Administrator dan Koordinator Konsorsium

TFCA-Sumatera highlights merupakan bulletin internal yang diterbitkan untuk menyampaikan kilasan perkembangan program Diterbitkan sebulan sekali

NO 5. AGUSTUS 2013

MENDUKUNG PENGELOLAAN HUTAN DESA

Page 2: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

TFCA-SUMATERA HIGHLIGHTS

4

Conservation Action – Sumatera. Hadir sebagai pembicara kunci dalam diskusi interaktif tersebut adalah Ismid Hadad dari KEHATI dan Joko Pramono dari Direktorat Bina Perhutanan Sosial. Dalam pengantarnya, Ismid Hadad yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan KEHATI menyebutkan bahwa pendekatan PHBM merupakan pendekatan yang menempatkan manusia sebagai bagian dari ekosistem. Seringkali pendekatan lingkungan terlalu memutlakkan aspek ekologi sehingga kadang menafikan harkat dan martabat manusia. Hal ini harus dapat dielaborasi lagi karena manusia selalu berinterksi secara timbal balik dengan lingkungan di sekitarnya. Pengantar berikutnya dari Kementrian Kehutanan, Joko Pramono yang menyampaikan bahwa HkM dan Hutan Desa dikembangkan untuk mengatasi konflik tenurial di lapangan. Konsep ini memberdayakan masyarakat mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan. Pemerintah harus meningkatkan

5

kemauan dan kemandirian untuk memberikan fasilitas, peningkatan kapasitas kepada masyarakat sekitar hutan. Para mitra TFCA-Sumatera hadir untuk berbagi dan menyampaikan pengalaman mereka dalam PHBM. Mereka adalah Monang Ringo (Perkumpulan PETRA), Susianto Kurniawan (JIKALAHARI), Yul Qori (KKI-Warsi) dan Ivan Rayendra Bakar (Konsorsium Kota Agung Utara). Para mitra memaparkan berbagai model PHBM dengan berbagai pendekatan, misalnya dengan pendekatan kultur dan nilai

6

masyarakat seperti model harangan rarangan yang dilakukan oleh Petra di Sumatera Utara, pendekatan formil untuk mendapatkan pengakuan negara seperti yang dilakukan Warsi dengan Hutan desa dan Hutan Nagari, pengelolaan perkebunan sawit masyarakat untuk mendapatkan pengakuan dan standar dunia lewat sertifikasi RSPO dan RSPI maupun pengelolaan yang melibatkan seluruh elemen dalam masyarakat seperti yang telah diakukan di Lampung oleh Konsorsium Kota Agung Utara. Pada umumnya para pemakalah menyuarakan perlunya mengajak partisipasi masyarakat yang lebih luas untuk mengelola hutan dan pentingnya aspek ekonomi sebagai pendamping dalam kegiatan-kegiatan konservasi. Pada kesempatan yang sama juga diluncurkan buku “Merawat Hutan dan Menjaga Kehidupan”. Buku ini menceritakan tentang pengalaman dan perkembangan kegiatan yang dilakukan oleh para mitra TFCA-Sumatera dari siklus hibah pertama. Buku setebal 92 halaman ini dibuat dalam dwi bahasa, Inggris dan Indonesia diresmikan peluncurannya oleh Direktur Eksekutif KEHATI, M.S Sembiring dan Samedi, Direktur Program TFCA-Sumatera.

Edisi no. 4 juli 2013

Page 3: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

3

PEMBUKAAN Siklus Pendanaan Hibah

ke-4 Siklus pendanaan hibah yang baru akan dibuka lagi pada tahun 2013. Persiapan terus dilakukan untuk penyempurnaan sistem dan prosedur. Siklus ini merupakan siklus yang keempat yang diluncurkan TFCA-Sumatera yang efektif beroperasi sejak tahun 2010. Siklus hibah merupakan periode dimana satu rangkaian penerimaan proposal dan pelaksanaan program oleh mitra dilaksanakan. Saat ini TFCA-Sumatera telah meluncurkan tiga siklus hibah dengan total 17 mitra yang berkegiatan di 10 lansekap. Pada siklus hibah keempat ini mekanisme pemberian hibah akan dilakukan tanpa melalui pengiriman konsep paper, tetapi langsung dengan mengirimkan konsep usulan lengkap. Tujuan perubahan ini adalah untuk menyederhanakan rantai pengiriman proposal, proses seleksi serta mempemudah mitra dalam mengerjakan sekaligus seluruh konsep pendanaan yang diajukan. Kelompok penerima hibah masih tetap sama seperti siklus-siklus sebelumnya yaitu LSM, KSM dan Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat membentuk konsorsium untuk penanganan kawasan berbasis bentang alam secara terpadu. Persiapan terus dilakukan oleh Administrator. Diharapkan dokumen dan prosedur yang diperlukan dapat diselesaikan sehingga pembukaan bisa dilakkan pada pertengahan Juli 2013.

1

Oleh Joko Pramono, Kasubdit Bina Usaha Perhutanan Sosial, Direktorat Bina Perhutanan Sosial, Kemenhut. PHBM adalah sebuah rejim pengelolaan hutan yang berbasis pada masyarakat. Kata pemberdayaan’ menjadi kunci dalam pelibatan masyarakat mengelola hutan. Masyarakat sekitar kawasan hutan merupakan pelaku dan subjek pengelolaan hutan. Kajian, konsep, maupun ulasan tentang pelibatan masyarakat telah banyak dibuat untuk mengatasi konflik tenurial di lapangan. Lalu bagaimana implementasinya? Masyarakat diharapkan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam semua aspek pengelolaan hutan mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengawasi hingga memanfaatkan. Dalam konteks konservasi masyarakat diharapkan juga bisa merencanakan pemanfaatan dari aspek ekonomi

2

dan konservasi. Pemberdayaan yang dimaksud dalam konsep PHBM adalah pemerintah mendorong penguatan bagi masyarakat. Negara diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat dalam mengelola hutannya. Tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarkat yang selaras dengan kelestarian ekologi, usaha maupun kawasan hutan itu sendiri. PP no. 6 tahun 2007 menjabarkan dua pola pengelolaan hutan oleh masyarakat yaitu: 1. Hutan Kemasyarakatan (HKm) 2. Hutan Desa (HD) Secara definisi, Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat, dan ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Kawasan ini adalah hutan yang diberikan pada kawasan hutan negara kepada

Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat Melalui Hutan

Kemasyarakatan dan Hutan Desa

Page 4: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

TFCA-SUMATERA HIGHLIGHTS

3

kelompok masyarakat. Sedangkan Hutan Desa (HD) adalah hutan negara yang dikelola oleh masyarakat setempat melalui lembaga desa yang pemanfaatan utamanya untuk kesejahteraan masyarakat desa setempat. Perbedaan dengan hutan kemasyarakatan adalah hak pengelolaannya, bukan hak untuk menguasai pada suatu kelompok masyarakat. Hak yang diberikan adalah hak untuk mendapat manfaat. Yang mengelolanya adalah lembaga desa yang diberdayakan. Hutan yang dapat dimanfaatkan bisa berupa hutan lindung maupun hutan produksi. Pada hutan lindung, bentuk pemanfaatannya berupa: 1). Pemanfaatan hasil hutan non kayu; dan 2). Pengembangan jasa lingkungan.

4

Sedangkan pada hutan produksi, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah seperti pada hutan lindung ditambah dengan pemanfaatan hasil hutan kayu yang harus disertai dengan rencana penanaman. Kedua konsep diatas diharapkan dapat menjamin kelestarian pemanfaatan hutan untuk generasi mendatang. Saat ini setiap program yang dikembangkan oleh pemerintah harus berorientasi pada kebijakan pro job, pro growth, pro poor dan pro environment. Hkm dan HD juga berorientasi pada tujuan- tujuan tersebut. Target pencapaian HKm dan HD seperti yang termaktub dalam Renstra Kemenhut 2010-2014 adalah 2 juta ha dalam 5 tahun (400 ribu ha/tahun). Sedangkan

Simpati untuk korban gempa Aceh Gempa pada tanggal 2 Juli 2013 mengagetkan warga di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dengan skala gempa sebesar 6,2 SR. Gempa meluluhlantakkan perkampungan dan kawasan pemerintahan, rumah sakit, sekolah dan berbagai fasilitas umum. Sampai dengan minggu kedua Juli 2013, tercatat 40 orang tewas dalam peristiwa ini dan ratusan lainnya luka-luka. Sebanyak 19.870 warga terpaksa mengungsi. Penyangga Tengah Kawasan Ekosistem Leuser (PT KEL), Mitra TFCA-Sumatera yang bergerak di Taman Buru Linge Isaq cepat tanggap untuk membantu para korban dengan melakukan koordinasi dan mengirimkan tim ke lapangan. TFCA-Sumatera memiliki mitra yang berkegiatan di Kabupaten Aceh Tengah, yaitu Penyangga Tengah Kawasan Ekosistem Leuser (PT KEL). Alhamdulillah para mitra dan masyarakat dampingan tidak menjadi korban dalam kejadian ini. Namun demikian TFCA-Sumatera menyampaikan rasa simpati yang mendalam kepada para korban gempa di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Kami berharap situasi segera pulih dan para korban dapat secepatnya beraktifitas secara normal seperti sediakala.

5

HD diharapkan dapat dikembangkan 500 ribu ha (100 ribu ha/tahun). Target ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi kemenhut, namun pemerintah optimis target ini bisa tercapai dengan sinergi dan komunikasi yang baik dengan seluruh pihak. Sampai dengan bulan Juni 2013, Pemerintah telah memverifikasi hutan seluas 686.161,58 ha yang dapat dikategorikan dalam hutan HKm dari target 1,6 juta ha. Dari jumlah tersebut, Menhut mengeluarkan Penetapan Areal Kerja seluas 199.562,36 ha. Hasil verifikasi menemukan masih banyak kawasan hutan yang penggunaannya masih tumpang tindih. Dari luasan tersebut, telah diterbitkan sebanyak 68 IUPHHKm. Tentunya ijin ini tidak boleh diendapkan begitu saja, namun perlu dikawal agar hak-hak pengelolaan ini dapat diimplementasikan di lapangan melalui proses-proses pendampingan dan fasilitasi.

Edisi no. 4 juli 2013

Page 5: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

5

1

Tropical Forest Conservation Action-Sumatera (TFCA-Sumatera) adalah pelaksanaan program skema pengalihan utang untuk lingkungan (Debt for-Nature Swap) antara Pemerintah Amerika Serikat untuk bersama dua swap partnernya yaitu Conservation International dan Yayasan KEHATI. Perjalanan TFCA-Sumatera dalam mengelola dana hibah yang berasal dari skema Tropical Forest Conservation Act telah berjalan selama 4 tahun. 30 Juni merupakan tanggal yang dipilih untuk menandai perjalanan program. Tanggal ini diambil dari ditandatanganinya Forest Conservation Agreement oleh para pihak pada 30 Juni 2009 di Manggala Wanabhakti Jakarta.

4 tahun TFCA-Sumatera

Selamat menjalankan Ibadah puasa

TFCA-Sumatera mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada Bapak/Ibu yang menjalankan.

Semoga ibadah yang dijalankan mendapat rahmat dari Allah SWT.

Jam kantor TFCA-Sumatera menyesuaikan dengan KEHATI yaitu pukul 08:00- 16:00.

Mohon maaf lahir dan batin.

2

Saat ini TFCA-Sumatera telah memiliki 17 mitra yang disaring dalam tiga siklus hibah. Siklus ke empat rencananya akan dibuka pada bulan Juli - Agustus 2013. Komitmen dana yang telah diberikan pada para mitra mencapai Rp 85 milyar.

Tahun 2013 TFCA-Sumatera merupakan masa dimana jumlah mitra yang dikelola pertahun mencapai jumlah yang optimal. Kerjasama tim dan koordinasi yang ketat merupakan prasyarat mutlak agar administrator TFCA-Sumatera dapat tetap mengelola dana hibah dengan baik.

Happy anniversary TFCA-Sumatera.

Page 6: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

TFCA-Sumatera Highlights

1

Dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan program, beberapa mitra TFCA-melakukan restrukturisasi dalam konsorsium dengan melakukan peralihan administrator dan koordinator. Dua konsorsium melakukan pengantian koordinator dalam kepengurusan sehari-hari. Mereka adalah: 1. Konsorsium IGA yang bekerja di Taman Buru Linge Isaq, bentang alam Leuser, propinsi Aceh, 2. Konsorsium Bukit Tiga Puluh yang bekerja di bentang alam Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Provinsi Riau. Konsorsium IGA melakukan beberapa penyesuaian, diantaranya mengubah nama konsorsium menjadi Konsorsium Penyangga Tengah Kawasan Ekosistem Leuser (PTKEL) dan menyepakati administrator konsorsium yang baru menggantikan Yayasan Institut Green Aceh (IGA) yaitu Yayasan Pugar. Jabatan

Peralihan administrator dan Koordinator

Konsorsium mitra TFCA-Sumatera

2

koordinator konsorsium dipercayakan kepada Samsul Kamal dari Yayasan Lebah. Penyesuaian juga dilakukan di konsorsium Bukit Tiga Puluh. Saat ini posisi Administrator konsorsium dipegang oleh lembaga Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS), sedangkan posisi koordinator diserahkan dari Osmantri Abeng (WWF Riau ) kepada Rakhmat (PKHS). Pergantian ini merupakan penyegaran dan penyesuaian terhadap dinamika program di lapangan. Meski terjadi peralihan administrator, kegiatan yang dilakukan kedua konsorsium tetap berjalan seperti biasanya, demikian juga dengan target-target yang dicantumkan dalam proposal di awal. Konsorsium PTKEL tetap secara konsisten melakukan pendampingan dalam rangka memperkuat pengelolaan kawasan Taman Buru Linge Isaq dan pendampingan pengembangan ekonomi berkelanjutan yang berdampak konservasi berbasis potensi lokal, seperti budidaya dan pemasaran kemiri, madu alami, dan

3

kerajinan tangan, di 5 desa di pedalaman Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Demikian halnya dengan Konsorsium Bukit Tiga Puluh masih tetap melaksanakan kegiatan perlindungan kawasan, pengembangan koridor di Hutan Lindung Batabuh, maupun pemantauan populasi Harimau Sumatera di bentang alam Bukit Tiga Puluh. Disamping itu pengembangan ekowisata, pertanian organik, peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat asli di dalam kawasan masih terus dilakukan.

Edisi no.4 juli 2013

Page 7: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

Agenda Administrator Administrator TFCA-Sumatera menyelenggarakan beberapa kegiatan pelatihan untuk peningkatan kapasitas mitra.

Pelatihan ini ditujukan bagi mitra dalam merancang rencana kerja dan arus kas pada tahun berikutnya. Turut dibahas pula modifikasi kegiatan serta pembaharuan kesepakatan berupa penambahan waktu dan anggaran yang diajukan. Penyusunan rencana kerja tahunan ini diikuti oleh seluruh mitra baik dari siklus pertama hingga siklus ketiga.

1. Pendampingan penyusunan rencana kerja tahunan: IGA 30-31 Mei Aceh

Petra 1-2 Juni Medan

OIC dan YEL 3-5 Juni Medan

Jikalahari YTNTN, WWF Riau

10-12 Juni Pekanbaru

Akar dan YKI 12-14 Juni Padang

KKI-Warsi 17-19 Juni Jambi

Unila – PILI 28-29 Juni Lampung

2. Diskusi Interaktif PHBM dan Peluncuran buku Merawat Hutan Menjaga Kehidupan. Manggala Wanabhakti Jakarta, 25 Juni

3. Pendampingan penyusunan Rencana Pemantauan Kinerja dan pelatihan keuangan

ALeRT, YABI dan Konsorsium Kota Agung Utara

1-4 Juli Lampung

Ulayat dan konsorsium Ko Roar Berbak

10-13 Juli Bengkulu

Suasana kegiatan pelatihan dan pendampingan dengan mitra di beberapa kota: Medan dan Lampung

Page 8: Mengelola Hutan Bersama Masyarakat - TFCA Sumateratfcasumatera.org/wp-content/uploads/2014/01/TFCA-Sumatera... · ditulis tersebut merupakan contoh yang baik, ada juga pendekatan

TFCA-Sumatera

Administrator: Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia Jl.Bangka VIII no. 3 B Pela Mampang, Jakarta 12720 INDONESIA

Tel: 021-719 9953; 719 9962 Fax: 021-7196530 email: [email protected] twitter: @tfcasumatera